87637866 asuhan keperawatan ketuban pecah dini
TRANSCRIPT
Asuhan keperawatan ketuban pecah dini
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
1.1. Konsep Dasar
1.1.1. Definisi
KPD ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecah nya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai
dan di tunggu satu jam belum terjadi inpartu sebagian besar KPD adalah hamil aterm di atas 27 minggu,
sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak
( Ida Bagus, 2001 )
KPD ( Ketuban Pecah Dini ) adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia
kehamilan sebelum persalinan di mulai ( Mansjoer Arif, 2000 : 310 )
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan satu jam atau lebih sebelum
terjadi tanda-tanda persalinan. (Arief Mansjoer, 1999 : 310)
1.1.2. Anatomi Fisiologi
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 – 1500 cc
Ciri-ciri kimiawi :
Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis, reaksinya agak
alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98 % air, sisanya albumin, urea, asam urik,
kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6 gr
% per liter terutama sebagai albumin.
Dijumpai lecitin spingomyelin dalam air ketuban amat berguna untuk mengetahui apakah janin
sudah mempunyai paru-paru yang matang. Sebab peningkatan kadar lecitin pertanda bahwa permukaan
paru-paru diliputi zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-paru untuk berkembang dan bernapas. Bila
persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau pada letak sungsang akan kita jumpai warna ketuban
keruh kehijau-hijauan, karena telah bercampur dengan mekonium.
Fungsi Air Ketuban
1. Untuk proteksi janin.
2. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion.
3. Agar janin dapat bergerak dengan bebas.
4. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu.
5. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin
6. Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah.
7. Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya cepat, kira-kira 350-500 cc.
Asal Air Ketuban
1. Kencing janin (fetal urin)
2. Transudasi dari darah ibu
3. Sekresi dari epitel amnion
4. Asal campuran (mixed origin)
( Ida Bagus, 2001 )
1.1.3. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini (KPD) mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1.1.3.1. Serviks inkopeten
1.1.3.2. Ketegangan rahim berlebihan; kehamilan ganda, hidramnion
1.1.3.3. Kelainan letak janin dalam rahim, letak sunsang, letang lintang
1.1.3.4. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, sepalopelvik
disproforsi
1.1.3.5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
1.1.3.6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik
sehingga menyebabkan ketuban pecah.
( Arif Monsjoer, dkk, 2001 : 310 )
1.1.4. Manifestasi Klinik
1.1.4.1. keluar ketuban warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak
1.1.4.2. dapat di sertai demam bila sudah ada infeksi
1.1.4.3. janin mudah teraba
1.1.4.4. pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah kering
1.1.4.5. inspeksikula, tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
ketuban sudah kering ( Arief Mansjoer, dkk,2001 : 310 )
1.1.5. Patofisiologi
Kantong amnion yang utuh berfungsi sebagai suatu mekanik terhadap. infeksi tetapi selain itu
cairan amnion mempunyai beberapa sifat bakteri ostatik yang dapat memainkan peran dalam pencegahan
kario amnionitis dan infeksi janin. Membran yang utuh bukan merupakan sawar mutlak terhadap infeksi
karena kolonisasibakteri terjadi 10% pasien dalam persalinan cukup bulan, dengan membrane yang utuh
sampai 25% pasien dalam persalinan kurang bulan. Janin kurang bulan dengan ketuban pecah dini, resiko
infeksi dan sepsis yang keberadaannya di dalam rahim ahkan dapat menjadi problematik, bagi ibu
resikonya bukan saja terjadi kariomnitis tetapi juga bisa terjadi kegagalan induksi, maka harus dilakukan
operasi section caesaria.
1.1.6. Komplikasi
1.1.6.1. infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina atau infeksi
pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
1.1.6.2. partus peterm
Persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari
37 minggu ( antara 20 – 37 minggu ) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram ( Manuaba, 1998 :
221)
1.1.6.3. prolap Tali pusat Tali pusat menumbung
1.1.6.4. distasia ( partus Kering)
Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama akan menyebabkan dry labour atau
persalinan kering
1.1.7. Pemeriksaan Penunjang
1.1.6.1. Pemeriksaan Leukosid darah > 15000 / ul bila terjadi infeksi
1.1.6.2. test lakmus merah berubah menjadi biru
1.1.6.3. amnio sentetis
1.1.6.4. USG ( menentukan usia kehamilan , indeks cairan amnion berkurang ) ( Arief Monsjoer, dkk, 2001 :
313 )
1.1.8. Penatalaksanaan
1.1.8.1. Keperawatan
a. Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
c. Umur kehamilan kurang 37 minggu.
d. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
e. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk mematangkan fungsi
paru janin.
f. Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.
g. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.
h. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi
bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
1.1.8.2. Medis
a. Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila ditemukan tanda-tanda inpartu,
infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan.
b. Induksi atau akselerasi persalinan.
c. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan.
d. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.2.1. pengkajian
1.2.1.1. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No.
Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
1.2.1.2. Keluhan utama :
keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada periksa
dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir /
selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudahkering
1.2.1.3. Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari
pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
1.2.1.4.Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah atau tidak, atau
tidak direstui dengan orang tua ?
1.2.1.5. Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine, keluhan selama
kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan
yang diperoleh
1.2.1.6.Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani nya,
dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang –
ulang
1.2.1.7. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic seperti panggul
sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan
yang pernah di derita oleh keluarga
1.2.1.8. Kebiasaan sehari –hari
a. Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga
mengalami penurunan
b. Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah pinggang sehingga pola tidur klien
menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada
perineum)
c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya infolunter
pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena
rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut
BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia,
pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di anjurkan untuk bedresh total
f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
1.2.1.9. pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan kesadaran klie, BB / TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu
b. Head To Toe
Rambut : warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada luka lesi / lecet
Mata : sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva anemis / tidak, apakah palpebra oedema /
tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik / tidak, apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan /
tidak. Pada umu nya ibu hamil konjungtiva anemis
Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen / tidak, apakah klien
menggunakan alt bantu pendengaran / tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien baik / tidak
Hidung : apakah klien bernafas dengan cuping hidung / tidak, apakah terdapat serumen / tidak, apakah
fungsi penciuman klien baik / tidak
Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau kering, keadaan gigi dan
gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada karies gigi / tidak, keadaan lidah klien bersih /
tidak, apakah keadaan mulut klien berbau / tidak. Pada ibu hamil pada umum nya berkaries gigi, hal itu
disebabkan karena ibu hamil mengalami penurunan kalsium
Leher : apakah klien mengalami pembengkakan tyroid
Paru – paru
I : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat luka
memar / lecet, frekuensi pernafasan nya
P : apakah ada teraba massa / tidak , apakah ada teraba pembengkakan / tidak, getaran dinding dada
apakah simetris / tidak antara kiri dan kanan
P : bunyi Paru
A : suara nafas
Jantung
I : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah terlihat / tidak
P : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS% Midclavikula
P : bunyi jantung
A : apakah ada suara tambahan / tidak pada jantung klien
Abdomen
I : keadaan perut, warna nya, apakah ada / tidak luka lesi dan lecet
P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah masuk PAP / belum
P : bunyi abdomen
A : bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar / tidak
Payudara : puting susu klien apakah menonjol / tidak,warna aerola, kondisi mamae, kondisi ASI klien,
apakah sudah mengeluarkan ASI /belum
Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi / memar, apakah ada oedema / tidak
Bawah : apakah ada luka memar / tidak , apakah oedema / tidak
Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema / tidak pada daerah genitalia klien
Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik / tidak
1.2.2. Diagnosa Keperawatan
1.2.2.1. resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan
hemoglobin, pemajanan pada patogen
1.2.2.2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim
1.2.2.3. Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan atau konfirmasi tentang penyakit
1.2.2.4. Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri, peningkatan HIS
1.2.2.5.Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik
(Dangoes:2000)
1.2.3. Intevensi
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Inervensi Rasional
1 Resiko infeksi
berhubungan
dengan prosedur
invasif, pecah
ketuban,
kerusakan kulit,
penurunan
hemoglobin,
pemajanan pada
patogen
Tujuan :
infeksi tidak terjadi pada
ibu
kriteria hasil
pencapaian tepat waktu
pada pemulihan luka tanpa
komplikasi
Tinjau ulang
kondisi/faktor risiko yang
ada sebelumnya. Catat
waktu pecah ketuban.
Kaji terhadap tanda dan
gejala infeksi (misalnya:
peningkatan suhu, nadi,
jumlah sel darah putih,
atau bau/warna rabas
vagina).
Berikan perawatan
perineal sedikitnya setiap
4 jam bila ketuban telah
pecah
Kondisi dasar ibu,
seperti diabetes atau
hemoragi,
menimbulkan
potensial resiko
infeksi atau
penyembuhan luka
yang buruk. Resiko
korioamnionitis
meningkat dengan
berjalannya waktu,
sehingga
meningkatkan resiko
infeksi ibu dan janin.
Pecah ketuban
terjadi 24jam
sebelum
pembedahan dapat
menyebabkan
amnionitis sebelum
intervensi bedah dan
dapat mengubah
penyembuhan luka.
Untuk mencegah
agar tidak terjadi
infeksi
2
3
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
berhubungan
dengan terjadi nya
ketegangan otot
rahim
Ansietas
berhubungan
dengan kurang
nya pengetahuan
atau konfirmasi
tentang penyakit
Tujuan :
rasa nyeri berkurang
Kriteria hasil :
klien tampak tenang
klien tampak nyaman
Tujuan :
klien pengetahuan klien
bertambah setelah
diberikan informasi
mengenai penyakit nya
kriteria hasil :
klien tidak resah lagi
dengan peyakit nya
menunjukkan pemahaman
akan proses penyakit dan
monitor tanda – tanda
vital : TD, pernafasan,
nadi dan suhu
ajrakan klien teknik
relaksasi
atur posisi klien
berikan lingkungan yang
nyaman dan batasi
pengunjung
tinjau proses penyakit
dan harapan masa depan
dorong periode istirahat
yang adekuat dengan
aktifitas terjadwal
berikan pelayanan
kesehatan mengenai
penyakit nya
jelaskan kepada klien apa
nyeri dapat
mengakibatkan
peningkatan
frekuesni pernafasan
dan nadi
untuk mengurangi
rasa nyeri yang
dirasakan klien
untuk memberikan
kenyamanan pada
klien
agar klien dapat
beristirahat
memberikan
pengetahuan dasar
dimana klien dapat
4 Gangguan
kebutuhan
istirahat tidur
berhubungan
dengan adanya
nyeri ,
peningkatan HIS
prognosis
tujuan :
kebutuhan istirahat tidur
klien terpenuhi
Kriteria hasil :
klien dapat tidur dengan
tenang dan tidak gelisah
klien menunjukkan pola
tidur yang adekuat
Tujuan:
- aktivitas kembali sesuai
kemampuan pasien.
Kriteria hasil:
- pasien bisa beraktivitas
seperti biasa.
yg terjadi, berikan
kesempatan untuk
bertanya dan berikan
jawaban yang terbuka dan
jujur
lakukan pengkajian
terhadap gangguan
kebutuhan tidur
motivasi klien agar
mengalihkan perhatian
monitor kebutuhan tidur
ciptakan suasana
nyaman
- Bantu pasien dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari seminimal
mungkin.
- Beri posisi nyaman.
- Anjurkan menghemat
energy hindari kegiatan
yang melelahkan.
membuat pilihan
agar klien tidak
merasa jenuh dan
mempercepat proses
penyembuhan
agar klien mengerti
dengan bahaya nya
infeksi dan penyakit
nya
menunjukkan
realitas situasi yang
dapat membantu
klien atau orang
terdekat menerima
realitas dan mulai
menerima apa yang
terjadi
agar dapat
memberikan
gambaran sampai
sejauh mana
5
Intoleransi
aktifitas b.d.
kelemahan fisik
-Jelaskan pentingnya
mobilisasi diri.
kebutuhan tidur
terganggu
dengan mengalihkan
perhatian, maka
perhatian klien tidak
hanya tertuju pada
rasa nyeri sehingga
membantu relaksasi
pada klien sewaktu
tidur
untuk mengetahui
apakah kebutuhan
tidur klien terpenuhi
seperti biasa atau
belum
suasana yang
tenang dapat
membantu relaksasi
sehingga nyeri
berkurang dan klien
bisa tidur
agar kebutuhan
sehari – hari klien
dapat terpenuhi
seperti biasa nya
agar klien merasa
nyaman dan tenang
kelelahan dapat
menyebabkan lama
nya proses
penyembuhan
klien,,jadi dengan
menghindari kegiatan
yang melelahkan
dapat membantu
proses penyembuhan
proses
penyembuhan
1.2.4. Implementasi
Setelah rencana keperawatan di susun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata
untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan
tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan
Implementasi ini juga dilakukan oleh si pembuat rencana keperawatan dan di dalam pelaksanaan
keperawatan itu kita harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik
1.2.5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan untuk mengetahui sampai dimana
keberhasilan tindakan yang diberikan sehingga dapat menentukan intervensi yang akan dilanjutkan
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 16 agustus 2010
2.1.1. Identitas klien
Nama : Ny.I
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Sudah menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : situmbuak / Tilatang kamang
No.MR : 249226
Ruang Rawat : ruang Rawat Inap kebidanan RSUD Dr.Achmad
Muchtar Bukittinggi
Tgl masuk : 14 agustus 2010
Penanggung jawab
Nama : Tn.H
Umur : 25 tahun
Hub. Dg keluarga : suami
Pekerjaan : wiraswasta
2.1.2. Alasan masuk
Klien masuk IGD pada hari sabtu pukul 00.30 WIB, dengan keluhan keluar cairan
ketuban dari pervaginaan berwarna jernih dan tidak berbau
2.1.3. Riwayat kesehatan
2.1.3.1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan keluar cairan ketuban dari pervaginaan sejak malam, klien mengatakan cairan
ketuban yang keluar pervaginaan berwarna jernih dan tidak berbau,frekuensi ganti duk klien sebanyak 5x
sehari, klien mengatakan perut terasa sakit dari pinggang sampai ke ari – ari,nyeri yang dirasakan klien
nyeri sedang dengan skala nyeri 6,klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan,frekuensi
tidur klien hanya 7 jam sehari,klien mengatakan nafsu makan berkurang sejak beberapa hari yg lalu ,klien
mengatakan berat badan nya menurun,BB sehat 68 Kg BB sakit 64 Kg,klien sudah 2 hari tidak ada Buang
air besar, klien mengatakan cemas dan tidak mengetahui tentang penyakit yang di derita nya saat ini, klien
tampak meringis dan sering memegang perut nya, porsi makan yang dihabiskan klien hanya ½ porsi,klien
mengatakan selama dirumah sakit klien hanya beraktifitas di tempat tidur, aktifitas klien di rumah sakit
hanya di tempat tidur, DJJ bayi 135 x/i, HB 10,4 gr %, therapi yang diberikan ceftriaxon 2 x 1 gr dan
dexametason 2 x 1 amp
2.1.3.2. Riwayat Kesehatan dahulu
Klien sebelum nya tidak pernah mengalami penyakit yang di derita nya sekarang, klien juga tidak
ada penyakit jantung, DM, hipertensi
2.1.3.3. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien tidak ada memiliki penyakit keturunan, menular dan kejiwaan
2.1.3.4. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : teratur ( 1x/ bulan )
Lama haid : 5 – 8 hari
Ganti Duk : 2 – 3x / hari
Keluhan pd saat haid : nyeri pd saat haid
2.1.3.5. Riwayat Kehamilan
HPHT : 18 Desember 2009
TP : 25 September 2010
Kehamilan : G1 P0 A0 H0 ( Gravid 1, partus belum ada, abortus tidak ada, hidup belum ada )
2.1.4. Pemeriksaan Fisik
2.1.4.1. Kesadaran : Compos Metis
2.1.4.2. BB / TB : 64 kg / 159 cm
2.1.4.3. Tanda – Tanda vital
TD : 110 / 80 mmhg P : 24x /i
N : 88x / i S : 36,2 º C
2.1.4.4. Head To Toe
a. Rambut : berwarna coklat, lurus, bersih, tidak berbau,tidak terdapat lesi
b. Mata : sklera tidak ihterik, konjungtiva anemis,pupil sama besar ka / ki, palpebra
tidak ada oedema, fungsi penglihatan baik,tidak menggunakan alat bantu
penglihatan,bereaksi terhadap cahaya
c. Telinga : simetris ka / ki , tidak terdapat serumen,tidak
menggunakan alat bantu pendengaran, fungsi pendengaran baik
d. Hidung : bernafas tidak menggunakan cuping hidung,tidak terdapat
serumen ,fungsi penciuman baik
e. Mulut dan Gigi : mukosa bibir lembab, keadaaan gigi dan gusi tidak ada peradangan
dan pendarahan, ada karies gigi, lidah bersih, keadaan mulut tidak berbau
f. leher : tidak terjadi pembengkakan tyroid
g. Paru – Paru :
I : warna kulit putih, pengembangan dada simetris ka / ki, tidak ada lesi / memar , bernafas tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi pernafasan 24x / i
P : tidak ada teraba massa, idak teraba pembengkakan, getaran dinding dada terasa simetris ka/ki
P : bunyi paru – paru resonan
A : suara nafas terdengar vesikuler
h. Jantung :
I : warna kulit dada putih,tidak ada lesi atau luka lecet, ictus cordis tidak terlihat
P : terasa ictus cordis teraba pada ICS5 midclavikula dan batas jantung teraba,frekuensi jantung 88x/i
P : bunyi jantung redup
A : tidak terdapat bunyi tambahan
I. Payudara : puting susu menonjong, aerola menghitam, mamae tidak
terlalu tegang
J. Abdomen
I : perut terlihat membuncit, kulit bersih, tidak ada luka lesi
P : fundus 3 jari di bawah px, letak bayi Puka, persentas kepala
P : timpany
A : bising usus ( + ), DJJ : 135x / i
L. Ekstremitas :
Atas : kulit berwana putih, terdapat luka bekas suntikan, tidak ada oedema
Bawah : tidak ada kelainan, tidak terdapat memar / luka lecet, tidak ada oedema
M. Genitalia : vagina keluar cairan berwarna jernih tapi tidak berbau, tidak
terdapat varises dan tidak ada oedema
N. Integumen : turgor kulit baik, kulit lembab tidak kering
2.1.5. Data Biologis
No Aktifit
as
Di
rumah
Di Rumah
sakit
1 Nutri
si
Maka
n
menu
porsi
maka
nan
kesu
kaan
panta
ngan
minu
m
jumla
h
minu
man
2x /
hari
Makan
an
biasa
1 porsi
Mie
goreng
Tidak
ada
pantan
gan
8
gelas /
hari
Jus
mangg
a
Tidak
ada
pantan
2x / hari
Makanan
lunak
½ porsi
Tidak ada
Tidak ada
5 gelas / hari
Tidak ada
Tidak ada
kesu
kaan
panta
ngan
gan
2 Elimi
nasi
BAB
freku
ensi
warn
a
bau
konsi
stens
i
kesuli
tan
BAK
freku
2x /
hari
Kuning
Khas
Padat
Tidak
ada
kesulit
an
BAB
4x /
hari
Jernih
Khas
Cair
Tidak ada kesulit
Selama
masuk RS
klien belum
ada BAB ( 2
hari )
4x /hari
Agak
kekuningan
karena
pengaruh
obat dan
kurang minum
Berbau obat
ensi
warn
a
bau
konsi
stens
i
kesuli
tan
an BAK
Cair
Tidak ada kesulitan BAK
3 Istira
hat
dan
tidur
wakt
u
tidur
lama
tidur
Siang
( - ),m
alam
( 09.00
)
Siang
( - ),m
alam
( 10
Siang
(11.00),mala
m,(20.00)
Siang (2
jam),malam (7
jam)
Terasa nyeri
pada bagian
pinggang,
kesuli
tan
tidur
jam )
Tidak
ada
kesulit
an
tidur
nyeri yg
dirasakan
hilang timbul
4
5
Pers
onal
Hygie
ne
mand
i
cuci
ramb
ut
goso
k gigi
poton
g
kuku
aktifit
as
2x/hari
1x/2
hari
3x/hari
Apabil
a
sudah
panjan
g saja
Klien
dapat
berakti
fitas
seperti
dapat
melak
ukan
pekerj
2x/hari
Belum ada
cuci rambut
3x/hari
Klien belum
ada potong
kuku
Klien hanya
beraktifitas di
tempat tidur,
dan aktifitas
dibantu oleh
suami nya
aan
rumah
2.1.6. Riwayat Alergi
Klien tidak memiliki alergi ( baik alergi makanan maupun alergy obat – obatan
2.1.7. Riwayat psikologis
Klien mengatakan cemas dan tidak mengetahui tentang penyakit yang di alami nya saat ini. Klien dan
suami klien sering bertanya kepada perawat tentang penyakit nya
2.1.7. Riwayat Spritual
Selama di Rumah Sakit klien ada melakukan sholat 5 waktu
2.1.8. Riwayat Sosial Ekonomi
Suami klien bekerja sebagai wiraswasta, klien mengatakan gaji suami nya cukup untuk memenuhi
kebutuhan
sehari – hari
2.1.9. Data Penunjang
2.1.10. Data
Pengobatan ( 15 agustus 2010 )
Ceftriaxon 2 x 1 gr ( jam 09.00 – 21.00 )
Dexametason 2 x 1 amp ( jam 09.00 – 21.00 )
Amoxilin 3 x 1 (500 gr)
Vit C 3 x 1 (100 gr)
2.1.11. Data Fokus
2.1.11.1. Data Subjektif
Tgl Pemeriksaan Hasil Normal Kesan
15 agustus
2010
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
10,4 gr %
9100 / ul
204.000
13 – 16 gr %
5000 – 10000 / ul
15000 – 40000
Rendah
Normal
Normal
a. Klien mengatakan keluar cairan ketuban dari pervaginaan sejak malam
b. klien mengatakan cairan ketuban yang keluar pervaginaan berwarna jernih dan tidak berbau
c. klien mengatakan perut terasa sakit dari pinggang sampai ke ari – ari
d. klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan
e. klien mengatakan cemas dan tidak mengetahui tentang penyakit yang di derita nya saat ini
f. klien mengatakan nafsu makan berkurang sejak beberapa hari yang lalu
g. klien mengatakan berat badan nya menurun
h. klien mengatakan sudah 2 hari tidak buang air besar
i. klien mengatakan selama di rumah sakit klien hanya beraktifitas ditempat tidur
2.1.11.2. Data Objektif
a. klien tampak lemah
b. klien tampak cemas
c. porsi yang dihabiskan klien hanya ½ porsi
d. BB sehat 68 Kg, BB sakit 64 Kg
e. cairan yang keluar dari vagina berwarna jernih dan tidak berbau
f. frekuensi ganti duk klien sebanyak 5x dalam sehari
g. nyeri yang dirasakan klien nyeri sedang dengan skala nyeri 6
h. frekuensi tidur klien hanya 7 jam sehari
i. aktifitas klien di rumah sakit hanya di tempat tidur
j. therapi yg diberikan ceftriaxon 2 x 1 gr dan dexametason 2 x 1 amp
k. DJJ bayi 135 x / i
l. HB klien 10,4 gr %
m. klien sering bertanya tentang penyakit nya
n. TTV
TD : 110 /80 mmhg P : 24x/i
N : 88x/i S : 36,2º C
2.1.12. Analisa Data
No Data Etiology Proble
m
1 DS :
klien
meng
ataka
n
keluar
cairan
ketub
an
dari
perva
ginaa
n
sejak
mala
m
klien
meng
ataka
n
cairan
Ketuban
Pecah
Dini
Resiko
Infeksi
ketub
an
yang
keluar
perva
ginaa
n
berwa
rna
jernih
dan
tidak
berba
u
DO :
cairan
ketub
an
yang
keluar
dari
vagin
a
berwa
rna
jernih
dan
tidak
berba
u
freku
ensi
ganti
duk
klien
seban
yak
5x
dalam
sehari
Thera
pi yg
diberi
kan
ceftria
xn 2 x
1 gr
dan
dexa
metas
on 2 x
1
amp
2 DS :
klien
meng
ataka
n
perut
teras
a
sakit
dari
pingg
ang
samp
ai ke
ari –
ari
klien
meng
ataka
Ketegan
gan otot
rahim
Gangg
uan
rasa
nyama
n :
nyeri
n
selam
a
dirum
ah
sakit
klien
berak
tifitas
ditem
pat
tidur
DO :
klien
tamp
ak
merin
gis
dan
meme
gangi
perut
nya
nyeri
yang
dirasa
kan
klien
nyeri
sedan
g
deng
an
skala
nyeri
6
aktifit
as
klien
dirum
ah
sakit
ditem
pat
tidur
3 DS :
klien
meng
ataka
Kurang
nya
pengeta
huan
Ansieta
s
4
5
n
cema
s
terha
dap
penya
kit
yang
di
derita
nya
klien
meng
ataka
n
tidak
meng
etahui
ttg
penya
kit
yang
di
alami
nya
klien
tentang
penyakit
KPD
Peningk
atan HIS
Gangg
uan
pola
istirahat
: tidur
DO :
klien
tamp
ak
cema
s
klien
sering
berta
nya
tenta
ng
penya
kit
nya
DS :
klien
meng
ataka
n
susah
tidur
karen
a
nyeri
Intake
yang
tidak
adekuat
Gangg
uan
pemen
uhan
kebutu
han
nutrisi
yang
dirasa
kan
klien
meng
ataka
n
freku
ensi
tidur
hanya
7 jam
dalam
sehari
DO :
freku
ensi
tidur
klien
hanya
7 jam
sehari
klien
tamp
ak
lemah
DS :
klien
meng
ataka
n
kuran
g
nafsu
maka
n
sejak
beber
apa
hari
yang
lalu
klien
meng
ataka
n
berat
bada
n nya
menu
run
DO :
porsi
maka
nan
yang
dihabi
skan
klien
½
porsi
BB
sehat
68
Kg,
BB
sakit
64 Kg
HB
klien
10,4
gr %
2.2. Diagnosa Keperawatan
2.2.1. Resiko Infeksi berhubungan dengan Ketuban Pecah Dini
2.2.2. Gangguan Rasa Nyaman:Nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim
2.2.3. Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan klien tentang penyakit KPD
2.2.4. Gangguan Pola istirahat Tidur berhubungan dengan Peningkatan HIS
2.2.5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak ade kuat
2.3. Intervensi
N
o
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1` Resiko Infeksi b /d
Ketuban pecah dini
DS :
klien mengatakan keluar
cairan dari pervaginaan
klien mengatakan cairan
ketuban yang keluar
pervaginaan berwarna
jernih dan tidak berbau
DO :
cairan yang keluar
berwarna jernih dan tidak
berbau
frekuensi ganti duk klien
sebanyak 5x dalam sehari
Tujuan
infeksi tidak terjadi
kriteria hasil
tidak ada keluar lagi cairan dari
pervaginaan
DJJ janin normal
Leukosit klien kembali normal
Suhu 36 – 37 °
bina hubungan saling percaya melalui
komunikasi therapeutik
pantau keadaan umum klien
berikan lingkungan yang nyaman untuk klien
berikan obat sesuai order dokter
untuk memudahkan perawat
melakukan tindakan
untuk melihat perkembangan
kesehatan klien
agar istirahat klien terpenuhi
proses penyembuhan klien
2 Gangguan rasa nyaman :
nyeri b / d ketegangan
otot rahim
DS :
klien mengatakan perut
terasa sakit dari pinggang
Tujuan
nyeri ( - )
Kriteria hasil
klien tampak tenang / rileks
klien mengatakan rasa nyeri
pada perut klien berkurang
- monitor TTV klien
kaji skala nyeri ( 1 – 10 )
ajarkan klien teknik relaksasi
atur posisi klien
berikan lingkungan yang nyaman dan batasi
pengunjung
- untuk mengetahui perkembangan
umum klien
untuk mengetahui derajat nyeri
klien dan menentukan tindakan
yang akan dilakukan
untuk mengurangi nyeri yang
ke ari –ari
DO :
klien tampak meringis
klien tampak memegangi
perut nya
nyeri yang dirasakan klien
nyeri sedang dengan skala
nyeri 6
TTV kembali normal
TD : 120 / 80 mmhg
N : 60 – 120 x/i
P :24 x /i
S :36 -37 °
dirasakan oleh klien
untuk memberikan kenyaman klien
untuk mengurangi tingkat stres
klien, dan klien bisa beristirahat
3 Ansietas b / d kurang nya
pengetahuan klien
tentang penyakit KPD
DS :
klien mengatakan cemas
terhadap
penyakit nya
klien mengatakan tidak
mengetahui tentang
penyakit yang di derita nya
DO :
klien tampak cemas
klien sering bertanya
tentang penyakit nya
kepada perawat
Tujuan
ansietas ( - )
Kriteria hasil
klien sudah mengerti tentang
penyakit dan perawatan KPD
klien tidak cemas lagi
- tinjau proses penyakit dan harapan masa
depan
dorong klien untuk istirahat total
berikan pelayanan kesehatan mengenai
penyakit nya
- memberikan pengetahuan dasar
dimana klien dapat membuat
pilihan
penyembuhan
agar klien mengerti tentang
bahaya nya penyakit yang di derita
nyan
4
5
Gangguan Pola istirahat
Tidur berhubungan
dengan Peningkatan HIS
DS :
klien mengatakan susah
tidur karena nyeri yang
dirasakan
klien mengatakan frekuensi
tidur hanya 7 jam dalam
sehari
DO :
frekuensi tidur klien hanya
7 jam sehari
klien tampak lemah
Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
berhubungan dengan
intake yang tidak ade kuat
DS :
klien mengatakan kurang
nafsu makan sejak
beberapa hari yang lalu
klien mengatakan berat
badan nya menurun
DO :
Tujuan :
- istirahat dan tidur klien
terpenuhi
Kriteria hasil :
- menunjukkan pola tidur yang
adekuat
Tujuan :
- kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi
Kriteria hasil
- tidak menunjukkan tanda –
tanda mal nutrisi
- BB dalam batas normal
- menunjukkan pemasukan
- kaji kebiasaan pola tidur patien
- berikan lingkungan yang nyaman seperti
keadaan ruangan dan penerangan ruangan
- batasi pengunjung
- timbang BB klien
- kaji tanda – tanda mal nutrisi
- auskultasi bising usus, catat ada nya nyeri
abdomen, mua muntah
- motivasi klien untuk menghabiskan
makanan
- berikan makanan yang hangat dan
kebiasaan pola tidur klien dapat
mempengaruhi kualitas tidur klien
agar klien merasa nyaman
agar klien bisa beristirahat
untuk mnegetahui peningkatan
atau penurunan berat badan klien
kekurangan nutrisi
menyebabkan perubahan frekuensi
bising usus
agar nutrisi klien terpenuhi
menambah selera makan klien
porsi makanan yang
dihabiskan klien ½ porsi
BB sehat 68 Kg, BB sakit 64
Kg
yang adekuat bervariasi
2.4. Implementasi dan Evaluasi
No Hari / tgl Dx Jam Implementasi Evaluasi
1 Senin
16 agustus
2010
I 08.00
WIB
08.45
WIB
- membina hubungan saling
percaya melalui komunikasi
therapeutik
- memantau keadaan umum klien,
seperti kesadaran klien ,cairan yg
keluar dari pervaginaan klien,
TD,N,S,P klien
R/p : cairan yg keluar dari
S : klien mengatakan masih
ada keluar cairan dari
pervaginaan tapi tidak begitu
banyak
O : warna cairan jernih dan
tidak berbau
A : masalah belum teratasi
P : intervensi 2 – 4
II
09.30
WIB
11.00
WIB
11.25
WIB
11.30
WIB
13.00
WIB
13.45
WIB
pervaginaan masih ada, kesadaran
baik,
- memberikan obat injeksi
Ceftriaxon 1 gr dan dexametason 1
amp ( IV )
R/p : ceftriaxon dan dexametasn
sudah diberikan
- memberikan lingkungan yang
nyaman seperti kenyamanan
ruangan dan membatasi
pengunjung
R/p : klien dapat beristirahat
- memonitor TD,N,P,S klien
- mengkaji skala nyeri ( 1 – 10 )
R/p : skala nyeri klien 6
- mengajarkan klien teknik relaksasi
dengan cara tarik nafas dalam
sebanyak 3 x
- R/p : klien dapat melakukan teknik
relaksasi yg di ajarkan ,nyeri sedikit
berkurang
- mengatur posisi klien dengan
miring kiri saban 2 jam
R/p : klien dapat melakukan miring
dilanjutkan
S : klien mengatakan
pinggang sampai ke ari – ari
masih terasa nyeri
O : klien tampak memegangi
pinggang dan meringis
A : masalah belum teratasi
P : intervensi 1 – 5
dilanjutkan
14.00
WIB
kekanan dank e kiri saban 2 jam
- memberikan lingkungan yang
nyaman dg batasi pengunjung
R/p : klien merasa tenang dan
dapat beristirahat
2 Selasa / 17
agustus 2010
08.00
WIB
Intervensi dihentikan
Klien pulang dengan
kemauan sendiri
Pd tgl 16 agustus 2010 pukul
17.30 WIB
http://d3keperawatanperintis.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-ketuban-pecah-
dini.html
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN DENGAN KETUBAN PECAH DINIPosted by nurse87 on 29 Mei 2009
Posted in: Keperawatan. Tagged: Maternitas. 13 komentar
A. Konsep Dasar Medik
1. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (periode laten)
Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10 % dari semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu, kejadian sekitar 4 %. Sebagian dari ketuban pecah dini mempunyai
periode laten melebihi satu minggu. Early rupture of membrane adalah ketuban pecah pada fase laten persalinan.
2. Anatomi Fisiologi
Darah terdiri dari elemen-elemen berbentuk dan plasma dalam jumlah setara. Elemen-elemen berbentuk tersebut adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Plasma terdiri dari 900 air dan 100 elektrolit, gas terlarut berbagai produk sisa metabolisme dan zat-zat gizi misalnya gula asam amino, lemak, koleesterol, dan vitamin. Protein dalam darah misalnya albumin dan imuno globilin ikut menyusun plasma.
1) Pembentukan Sel Darah
Sel darah merah, sel darah putih dan trombosit di bentuk di hati dan limfa pada sumsum tulang belakang. Proses pembentukan sel-sel darah disebut hematopoiesis.
2) Sel Darah Merah
Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria atau ribosom. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis. Fosforilasi oksidatif sel atau pembentuk hemoglobin yang mengangkut sebagian besar oksigen yang diambil dari paru-paru ke sel-sel diseluruh tubuh. Sel darah matang di keluarkan dari sumsum tulang dan hidup sekitar 120 hari untuk kemudian mengalami disentegrasi dan mati.
Sel darah di gambarkan berdasaran ukuran dan jumlah hemoglobin yang terdapat di dalam sel :
1. Nermositik : sel yang ukurannya normal2. Nermokromik : sel dengan jumlah hemoglobin yang normal3. Mikrositik : sel yang ukurannya terlalu kecil4. Makrositik : sel yang ukurannya terlalu besar5. Hipokromik : sel yang sejumlah Hbnya terlalu sedikit6. Hiperkromik : sel yang sejumlah Hbnya terlalu banyak
3) Hemoglobin
Hemoglobin terdiri dari bahan yang mengandung besi yang disebut hem (heme) dan protein globulin. Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap sel darah merah. Hemoglobin dalam darah dapat mengikat oksigen secara partial atau total.
4) Pemecahan Sel Darah Merah
Apabila sel darah merah mulai berdisentegasi pada akhir masa hidupnya, sel tersebut mengeluarkan hemoglobinnya kedalam sirkulasi. Hemoglobin diuraikan hati dan limfa. Molekul globulin diubah menjadi asam-asam amino. Besi dismpan dihati dan lmfa sampai di gunakan kembali oleh tubuh. Sisa molekul lainnya diubah menjadi bilirubin, yang kemudian dieksresikan melalui tinja atau urin.
3. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini (KPD) mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
Serviks inkopeten Ketegangan rahim berlebihan; kehamilan ganda, hidramnion Kelainan letak janin dalam rahim, letak sunsang, letang lintang Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP,
sepalopelvik disproforsi Kelainan bawaan dari selaput ketuban Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga menyebabkan ketuban pecah.
4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan
mengeluarkan air ketuban.
5. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini (KPD)
Sebagai gambaran umum untuk penatalaksanaan KPD dapat dijabarkan sebagai berikut :
Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang yang sehat
Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan prematuritas
Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
Menghadapi KPD, diperlukan KIM terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.
Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal dan peerlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan L/S
Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi his spontan.
6. Tujuan umum dalam Asuhan Perawatan Bayi Baru Lahir adalah untuk :
1. Mempertahankan Pernapasan
- Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dari pada badan agar supaya lendir keluar dari mulut dan mencegah lendir dan kadang – kadang darah dan mekonium masuk kesaluran pernafasan.
- Pengisapan lendir harus dilakukan dengan cepat dan lembut
- Bayi normal dalam beberapa detik sampai satu menit dengan membersihkan mulut dan hidung dari lendir akan segera timbul pernafasan spontan
1. Mencegah Infeksi
- Usaha yang paling efektif untuk mencegah infeksi pada bayi baru lahir ialah mencuci tangan sebelum memegang bayi dan perlengkapan yang digunakan untuk merawat bayi, mengisolasi bayi yang sakit dan memakai pakaian yang bersih.
1. Memperhatikan suhu tubuh
- Suhu lingkungan mempengaruhi kehidupan dan kesehatan bayi baru lahir, karena bila suhu lingkungan tidak ada; metabolisme dan konsumsi oksigen bayi akan meningkat.
- Segera setelah bayi lahir harus dikeringkan dan ditempatkan ditempat yang hangat. Setelah suhu tubuh bayi stabil biasanya 1-2 jam sesudah lahir, bayi dibersihkan atau dimandikan.
1. Mengenal tanda-tanda sakit
- Kondisi bayi dapat berubah dengan cepat karena itu perlu diawasi dengan kontinyu.
- Beberapa tanda-tanda kelainan yang harts diperhatikan misalnya kulit, kening pada ban pertama kesukaran pernapasan, kenaikan atau penurunan suhu tubuh, biru atau pucat, penyakit kembung, problem makan, muntah, kejang-kejang, tidak Bab selama 12 jam dan Bak dalam 12 jam pertama kehidupan dan penurunan badan-badan bayi yang banyak.
7. Materi Perubahan Fisiologi pada Bayi Baru Lahir
1. Pernapasan dan peredaran darah
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktifitas normal dari susunan syaraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Seperti rangsangan hypoxaemia, sentuhan dan perubahan (perbedaan) suhu dari dalam uterus dengan di luar uterus. Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang meneruskan rangsangan tersebut untuk mengarahkan diafragma serta alat-alat pernapasan lainnya.
1. Faeces
Faeces yang pertama keluar berupa pasta kental berwarna gelap dan lengket yang disebut meconiumhal tersebut sebenarnya sudah ada sejak janin berumur 26 minggu dalam kandungan.
1. Memelihara Kulit
Mengingat bahaya infeksi kulit dengan Staphyloccocing, banyak rumah sakit tidak memandikan bayi lagi, hanya darah dan meconium dibersihkan sedangkan dengan vernik caseosa dibiarkan.
1. Tali Pusat
Tali pusat diperiksa harus ada dua arteri dan satu vena, bila hanya didapat satu arteri mungkin ada kelainan kongenital lain. Tali pusat biasanya lepas dalam 14 hari setelah lahir, paling sering sekitar hari ke-10. Mengingat kemungkinan infeksi tindakan aseptik sangat harus diperhatikan waktu merawat tali pusat.
1. Kehilangan Berat Badan
Karena selama 3 atau 4 hari yang pertama bayi boleh dikatakan hampir tidak kemasukkan cairan sedangkan bayi mengeluarkan feces, urine dan keringat. Tidak mengherankan bahwa beratnya turun sampai diimbangi oleh minum air susu yang cukup.
1. f. Refleks
Bayi menunjukkan beberapa refleks yang di sebut reflek primitive. Ada beberapa reflek primitive :
1. Moro Refleksi
Dapat dilihat bila bayi dikagetkan atau sekonyong- konyong digerakkan.
1. Graps Refleksi
Bila telapak dirangsang, tangan akan memberi reaksi seperti menggenggam.
1. Walking Refleks
Bila telapak kaki ditekan pada sebuah bangku atau pada suatu tempat yang datar, maka bayi akan bergerak seperti berjalan
1. Crossed Ectension Refleksi
Bila satu tangkai dipegang pada posisi extensi pada lutut dan telapak kaki sisi yang sama digores dengan kuku/jarum pada tungkai yang lain akan berada dalam posisi Fleksi Adduksi kemudian extensi
1. Rooting Refleksi
Rangsangan pada bibir atas bagian tengah mengakibatkan mulut terbuka dan rahang turun ke bawah.
8. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir
Nilai APGAR
Apgar score dinilai pada satu menit bayi setelah lahir dan yang kedua lima menit setelah lahir, bayi yang normal nilai Apgarnya antara 7 – 10.
Berat dan panjang badan
Berat badan merupakan index gizi dan pertumbuhan yang baik terutama berat badan merupakan resultante pertumbuhan badan keseluruhan (normal BB : 2,5 - 4 kg). Panjang badan lain halnya dengan berat badan, maka kenaikan tinggi badan tiap tahunnya terus menerus bertambah dari lahir sampai dewasa, kecuali pada masa adolesensi (normal PB : 50 cm)
Lingkar kepala dan dada
Pengukuran lingkaran kepala penting karena berhubungan dengan volume intrakranial dan dapat dinilai kecepatan tumbulrannya otak, ( normal ) LK : 33 35,6 cm). Lingkar dada pada masa neonatal terjadi juga pertambahan panjang atau lebar dada yang normal antara 30 cm, 33 cm, dan 36 cm.
9. Tindakan yang harus segera dilakukan pada Bayi dengan cara Pelaksanaannya
Menghisap lendir dan merangsang pernafasan bayi
1. Pengertian
Adalah memberikan pertolongan kepada bayi untuk mengeluarkan kotoran yang berupa lendir dan darah serta air ketuban dari mulut, tenggorokan, dan hidung bayi dengan cara menghisap dengan alat.
1. Tujuan 1. membersihkan kotoran2. merangsang agar anak bernafas3. Cara menghisap lendir4. Resusitasi
Memberikan identitas bayi
1. nama nomor2. sidik jari kaki
Peralatan-peralatan disiapkan
Alat-alat :
1. Dua buah penjepit nadi2. Gunting tali pusat3. Kapas lidi4. Benang pengikat tali pusat5. Alkohol 70 %6. Gaas steril7. Iodium tintur 3 % / betadine 10 %
Cara kerja : Tali pusat dipotong dijepit dengan 2 buah penjepit nadi, diurut ke placenta ± 5 cm lalu dipotong lagi klem di beri yodium tintur 3 % kemudian tali pusat diikat dengan 2 ikatan di beri betadine dibungkus dengan kasa tali pusat.
Menetes mata bayi
Tujuannya mencegah kemungkinan terjadinya infeksi karena kena kotoran waktu bayi melewati jalan lahir
Mengukur dan menimbang BB bayi baru lahir Memberi pakaian.
DAFTAR PUSTAKA
Asrining Surasmi, Siti Handayani, Heni Nur Kusuma, (2002), “Perawatan Bayi Risiko Tinggi”, Jakarta : EGC.
Dr. Santosa NI, SKM (1990), “ Perawatan Kebidanan yang Berorientasi Pada Keluarga (Perawatan II) “, Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Marilyn E. Doengoes, Mary Frances Mooorhouse (2001), “Rencana Perawatan Maternal/Bayi “, Jakarta : EGC.
Prof. Dr. Abdul Bari Saifudin, SPOG, MPHD ( 2002 ), “ Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Material & Neonatal “, : Jakarta : EGC.
Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG (1998), “Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan”, Jakarta : EGC
http://nurse87.wordpress.com/2009/05/29/asuhan-keperawatan-maternitas-pada-pasien-dengan-
ketuban-pecah-dini/
BAB IIISI
A. DEFINISI DAN KLASIFIKASIPendarahan antepartum adalah pendarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.
Pendarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi antara kehamilan minggu ke 28 awal partus.
Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu; oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya.
Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta, yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya, yaitu plasenta previa dan solusi plasenta. Oleh karena itu klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi sebagai berikut
a. Plasenta previab. Solusi plasentac. Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya(idiopatik) seperti rupture sinus
marginalis,plasenta letak rendah dan vasa previa.1. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (osteum uteri internal)
Plasenta previa lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta. Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan plasenta. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4cm diatas pinggir permukaan jalan lahir
Plasenta previa dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :1) Umur dan paritas2) Hipoplasia Endometrium, bila kawin dan hamil pada usia muda3) Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase, dan manual
plasenta4) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.5) Kehamilan janin kembar,.6) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium7) Kadang-kadang pada malnutrisi.8) Riwayat perokok.
Cirri-ciri plasenta previa :a ) Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester III
b ) Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan S.B.Rc ) Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga menimbulkan gejalad ) Perdarahan berwarna merah segare ) Letak janin abnormalf) Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
h) Denyut jantung janin adai) Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vaginaj) Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
1. Solusi PlasentaSolusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta pada implantasi normal sebelum
janin lahir. Perdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematom pada desisua, sehingga plasenta terdesak akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas.
Klasifikasi solusio plasenta berdasarkan tanda klinis dan derajat pelepasan plasenta yaitu :1. Ringan : Perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda
renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih 120 mg%.2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati, pelepasan plasenta bisa terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.
1. Faktor vaskuler (80-90%), yaitu toksemia gravidarum, glomerulo nefritis kronika, dan hipertensi esensial.Karena desakan darah tinggi, maka pembuluh darah mudah pecah, kemudian terjadi haematoma retroplasenter dan plasenta sebagian terlepas.
2. Faktor trauma:- Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidramnion dan gemeli- Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar, atau
pertolongan persalinan.3. Faktor paritas.
Lebih banyak dijumpai pada multi daripada primi. Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta dijumpai 45 multi dan 13 primi.
4. Pengaruh lain seperti anemia, malnutrisi, tekanan uterus pada vena cava inferior, dan lain-lain.5. Trauma langsung seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.tor yang mempengaruhi solusi plasenta
:Ciri-ciri solusi plasenta:a ) Perdarahan disertai rasa sakit
b ) Jalan asfiksia ringan sampai kematian intrauterinc ) Gejala kardiovaskuler ringan sampai beratd ) Abdomen menjadi tegange ) Perdarahan berwarna kehitamanf ) Sakit perut terus menerus
g) Denyut jantung janin biasanya tidak adah) Teraba ketuban yang tegang pada periksa dalam vaginai) Penurunan kepala dapat masuk pintu atas panggul
1. Vasa PreviaVasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi dengan
vilamentosa yakni pada selaput ketuban. Etiologi vasa previa belum jelas. Diagnosis vasa previa, Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput
ketuban. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau beberapa saat setelah selaput ketuban pecah. Darah ini berasal dari janin dan untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan tes Apt dan tes Kleihauer-Betke serta hapusan darah tepi.
Penatalaksanaan vasa previa, Sangat bergantung pada status janin. Bila ada keraguan tentang viabilitas janin, tentukan lebih dahulu umur kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan kardiotokografi. Bila janin hidup dan cukup matur dapat dilakukan seksio sesar segera namun bila janin sudah meninggal atau imatur, dilakukan persalinan pervaginam
A. PATOFISIOLOGI1. Plasenta previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding usus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.2. Solusi plasenta
Perdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematom pada desisua, sehingga plasenta terdesak akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas.
Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang warnanya kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mempu untuk lebih berkontraksi menghentikan pendarahannya. Akibatnya, hematom retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.
B. DIAGNOSA DAN GEJALA KLINIS1) Plasenta Previa Anamnesis- Keluhan utama Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut
(trimester III)-Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri dan berulang.
Inspeksi/inspekulo- Perdarahan keluar pervaginam (dari dalam uterus)- Tampak anemis
Palpasi abdomen- Janin sering blm cukup bulan, TFU masih rendah- Sering dijumpai kesalahan letak janin- Bagian terbawah janin belum turun . Pemeriksaan USG- Evaluasi letak dan posisi plasenta.- Posisi, presentasi, umur, tanda-tanda kehidupan janin.- Transabdominal ultrasonography
1) Solusio Plasenta Anamnesis. Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat mana yang
paling sakit, dimana plasenta terlepas.
·Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong (non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah.
· Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak lagi).
· Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, pandangan berkunang-kunang, ibu kelihatan anemis tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
· Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain. Inspeksi· Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.· Pucat, sianosis, keringat dingin.· Kelihatan darah keluar pervaginam Palpasi· TFU naik karena terbentuknya retroplasenter hematoma; uterus tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.· Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik
waktu his maupun diluar his.· Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas.· Bagian-bagian janin susah dikenali, karena perut (uterus) tegang. Auskultasi Sulit, karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar biasanya diatas 140, kemudian
turun dibawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga. Pemeriksaan dalam· Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.· Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun
diluar his.· Kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke
bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta, ini sering dikacaukan dengan plasenta previa.
Pemeriksaan umum.· Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat
laun turun dan pasien jatuh syok.
· Nadi cepat, kecil, dan filiformis. Pemeriksaan Ultrasonography (USG).Ultrasonography adalah suatu metode yang penting untuk mengetahui adanya pendarahan di dalam
uterus. Kualitas dan sensitifitas ultrasonografi dalam mendeteksi solusio plasenta telah meningkat secra signifikan belakangan ini.
Tetapi bagaimanapun juga ini bukan metode yang sempurna dan sensitif untuk mendeteksi solusio plasenta, tercatat hanya 25% kasus solusio plasenta yang ditegakkan dengan USG.Solusio plasenta tampak sebagai gambaran gumpalan darah retroplacental, tetapi tidak semua solusio plasenta yang di USG ditemukan gambaran seperti di atas. Pada fase akut, suatu perdarahan biasanya hyperechoic, atau bahkan isoechoic, maka kita bandingkan dengan plasenta. Gambaran konsisten yang mendukung diagnosa solusio plasenta antara lain adalah; gumpalan hematom retroplasenta (hyperochoic hingga isoechoic pada fase akut, dan berubah menjadi hypoechoic dalam satu minggu), gambaran perdarahan tersembunyi, gambaran perdarahan yang meluas. Manfaat lainnya adalah USG dapat dipakai untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain perdarahan antepartum.
Pemeriksaan laboratorium. Urin albumin (+); pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit.· Darah Hb menurun (anemi), periksa golongan darah, kalau bisa cross match test Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah a/hipofibrinogenemia, maka
diperiksakan pula COT (Clot Observation Test) tiap 1 jam, test kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan test kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 150 mg%).
Pemeriksaan plasenta· Sesudah bayi dan plasenta lahir, kita periksa plasentanya. Biasanya tampak tipis dan cekung di
bagian plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulum atau darah beku di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplasenter.
A. PENATALAKSANAAN MEDIS1. Plasenta Previa
Penatalaksanaan konservatif (mis.istirahat di tempat tidur sepanjang masa hamil) biasanya dilakukan jika janin belum cukup matang karena perdarahan biasanya perdarahan spontan awal pada plasenta previa tidak mengancam kehidupan ibu dan janin. Jika paru-paru janin sudah matur dan kemungkinan hidup besar, pelahiran bisa dilakukan.
Setelah diagnosis plasenta previa ditegakkan, ibu biasanya tetap tinggal di Rumah sakit dibawah supervisi yang ketat. Durasi kehamilan harus dipastikan dan , kecuali dalam keadaan kondisi kedaruratan, kehamilan ditunda sampai setelah minggu ke-36, biasanya dilakukan pelahiran sesaria bagi ibu dengan plasenta previa. (Cunningham, dkk, 1993)
2. Solusio plasentaPengobatan tergantung pada status ibu dan janin. Bila ada stress distress janin, perdarahan berat,
koagulopati, kemajuan persalinan yang buruk, atau peningkatan tonus rahim istirahat,dilakukan persalinan sesaria. Jika ibu secara hemodinamik stabil,kelahiran pervaginam bisa diusahakan jika janin hidup dan tidak dalam keadaan distress akut, atau jika janin mati. Penggantian cairan harus dilakukan secara agresif bila terjadi perdarahan.
Darah dan ringer laktat diberikan dalam jumlah yang dapat mempertahankan haluaran urine 30 sampai 60ml per jam dan nilai hematokrit kira-kira 30% (Lowe, Cunningham,199)
ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajiana) Data Subjektif
A. Data umumBiodata, identitas ibu hamil dan suaminya.B. Keluhan utamaKeluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada kehamilan 28 minggu.C. Riwayat kesehatan yang laluD. Riwayat kehamilan- Haid terakhir- Keluhan- ImunisasiE. Riwayat keluarga- Riwayat penyakit ringan- Penyakit beratKeadaan psikososial- Dukungan keluarga- Pandangan terhadap kehamilanF. Riwayat persalinanG. Riwayat menstruasi- Haid pertama- Sirkulasi haid- Lamanya haid- Banyaknya darah haid- Nyeri- Haid terakhir
H. Riwayat perkawinan
- Status perkawinan- Kawin pertama- Lama kawin
Data ObjektifPemeriksaan fisik1. UmumPemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan ibu hamil.a. Rambut dan kulit- Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.- Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.- Laju pertumbuhan rambut berkurang.b. Wajah- Mata : pucat, anemis
- Hidung- Gigi dan mulutc. Leherd. Buah dada / payudara- Peningkatan pigmentasi areola putting susu- Bertambahnya ukuran dan nodulere. Jantung dan paru- Volume darah meningkat- Peningkatan frekuensi nadi- Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah pulmonal.- Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.- Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.- Diafragma meninggi- Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.f. AbdomenPalpasi abdomen :
b.) - Menentukan letak janin- Menentukan tinggi fundus uteri
g. Vagina- Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick )- Hipertropi epitheliumh. System musculoskeletal- Persendian tulang pinggul yang mengendur- Gaya berjalan yang canggung- Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal2. Khusus- Tinggi fundus uteri- Posisi dan persentasi janin- Panggul dan janin lahir- Denyut jantung janin3. Pemeriksaan penunjang- Pemeriksaan inspekulo- Pemeriksaan radio isotopic- Ultrasonografi- Pemeriksaan dalam
2. Diagnosa keperawatan Resiko tinggi cedera (janin) Yang berhubungan dengan penurunan perfusi uterin/plasenta akibat
perdarahan Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perdarahan hebat akibat plasenta previa Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan anemia dan perdarahan akibat plasenta previa Rasa takut, berhubungan dengan keprihatinan ibu tentang kesejahteraan Diri dan bayinya3. Intervensi
1. Lakukan pemantauan keadaan ibu dan janin secara terus menerus, mencakup tanda-tanda vital,
tanpa perdarahan. haluaran perkemihan, pelacakan pemantauan elektronik, dan tanda persalinan.2. Jelaskan prosedur kepada ibu dan keluarganya.3. Pemberian cairan Intra Vena atau produk darah sesuai pesanan.4. Tinjau kembali aspek penting dari perawatan kritis yang telah diberikan ini : - Sudahkah saya menanyakan kepada ibu tentang perdarahan ? - Jika perdarahan ada sudahkan saya mengkaji kuantitasnya dengan teliti ?
- Sudahkan saya memantau keadaan janin dengan teliti ? - Apakah ada tanda-tanda takikardi / deserasi ? - Sudahkah saya waspada terhadap perubahan keadaan ibu ? - Adakah tanda persalinan ? adakah perubahan yang dilaorkan ibu ? - Sudahkah saya melakukan langkah untuk menolog ibu menjadi nyaman saat tirah baring dengan cara menggosok punggung, memposisikan dengan bantal, pengalihan aktivitas.
4. Evaluasi1. Kondisi ibu tetap stabil atau perdarahan dapat dideteksi dengan tepat, serta terapi mulai diberikan.
2. Ibu dan bayi menjalani persalinan dan kelahiran yang aman.http://tinevitamehi.blogspot.com/2011/04/askep-perdarahan-antepartum.html
ASKEP PADA PASIEN PERDARAHAN ANTEPARTUM
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
PERDARAHAN ANTEPARTUM
Perdarahan antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi
antara kehamilan minggu ke-28 dan awal partus.
Pada satu kehamilan perdarahan dari traktus genitalis lebih sering dan serius jika
terjadi pada tempat plasenta dibandingkan dari sumber lain. Walaupun demikian
plasenta menjadi organ defenitif jauh lebih dini dari kehamilam 28 minggu dan
perdarahan dapat terjadi lebih dini . Meskipun perdarahan sesudah saat ini lebih sering
terjadi. Walaupun perdarahan vaginal setelah minggu ke–29 harus dianggap
mempunyai potensi serius . perdarahan pada saat yang lebih dini dapat merupakan
indikasi dari dua penyebab utama pedarahan anterpatum yaitu;
• Plasenta previa
• Soluto plasenta
3.1. Plasenta previa
3.1.1 Pengertian
Pada keaadaan normal . Plasenta berimplantasi atau terletak di bagian fundus uterus.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutup sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
3.1.2. Etiologi
Apa sebab terjadinya implatasi plasenta didaerah segmen bawah uterus tidak dapat
dijelaskan. Namun demikian terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan
peningkatan kekerapan terjadi plasenta previa yaitu :
• Parista
Makin banyak parista ibu, makin besar kemungkinan mengalami plasenta previa
• Usia ibu pada saat hamil. Bila usia ibu pada saat hamil 35 tahun atau lebih, makin
besar kemungkinan kehamilan plasenta previa.
• Umur dam paritas
- Pada primigravida umur diatas 35 th lebih sering dari umur dibawah 25 th.
- Pada paritas tinggi lebih sering dari pada paritas rendah
- Di Indonesia plasenta previa banyak dijumpai pada umur paritas kecil disebabkan
banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium belum
matang.
• Adanya tumor-tumor : mioma uteri, polip endometrium.
• Kadang-kadang pada malnutrisi
Klasifikasi
Berdasarkan atas terabaya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu,plasenta previa dibagi dalam 4 klasifikasi yaitu :
1) Plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jarngan plasenta
2) Plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan ternutup oleh jaringan
plasenta
3) Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada terpat pada pinggir
pembukaan
4) Plasenta letak rendah apabila tepi plasenta melampau segmen bawah tetapi
tepinya tidak mencapai ostium internum.
5)
3.1.3. Manifestasi klinis
• Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama
kali, biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir
selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan
ketiga.
• Pasien yang dating dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh
adanya rasa sakit.
• Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
• Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang
terjadi letak janin (letak lintang atau letak sunsang)
• Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan.
Sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.
Gejala utama
• Perdarahan yang terjadi berwarna segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri
merupakan gejala utama
Komplikasi
• Anemia karena perdarahan
• Syok
• Janin mati lahir dalam keadaan premature dan asphyxia berat.
3.1.4. Patofisiologi
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada
triwulan ketiga kehamilan . Karena pada saat itu segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan berkaitan dengan makin tuanya kehamilan .
Kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa dapat sejak kehamilan
berusia 20 minggu. Pada usia kehamilan ini segmen bawah uterus telah terbentuk dan
mulai menipis.
Makin tua usia kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan serviks membuka.
Dengan demikian plasenta yang berimplitasi di segmen bawah uterus tersebut akan
mengalami pergeseran dari tempat implantasi dan akan menimbulkan perdarahan.
Darahnya berwarna merah segar, bersumber pada sinus uterus yang atau robekan sinis
marginali dari plasenta.
3.1.5. Manajemen Therapeutik
Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk, anjurkan
pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kiri, tidak melakukan sanggama,
menghindari peningkatan tekanan rongga perut missal batuk,mengedan karena sulit
buang air besar)
Gambar 35.3 Skema Penanganan
Plasenta previa
Pasang infuse cairan Nacl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairan proposal.
Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untuk
mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ dan
pergerakan janin.
Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan trasfusi darah. Bila tidak
teratasi, upayakan penyelamatan optimal. Bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.
Penanganan di rumah sakit dilakukan berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapat
renjetan, usia gestasi <37 minggu, taksiran berat janin <2.500 g, maka :
• Bila perdarahan sedikit, rawat sampai usia kehamilan 37 minggu, lalu lakukan
mobilisasi bertahap. Beri kortikosteroid 12 mg intravena per hari salma 3 hari
• Bila pendarahan berulang, lakukan PDMO. Bila ada kontraksi, tangani seperti
persalinan preterm
Bila tidak ada renjetan, usia gestasi 37 minggu atau lebih,taksirkan berat janin 2.500 g
atau lebih, lakukan PDMO. Bila ternyata previa, lakukan persalinan perabdominan. Bila
bukan, usahakan partus pervaginam.
3.1.6. Asuhan keperawatan
Perawatan adalah pelayanan esensial dilakukan oleh perawatan propesional. Bagi
individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan dengan tujuan
menolong mereka meningkatkan kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan
profesinya.
Pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien HAP atas indikasi plasenta previa
akan berhasil apabila asuhan keperawatan yang diberikan baik dan benar. Berdasarkan
hal ini perawat dituntut memiliki pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakan apa
saja yang harus dilakukan, selain itu perawat harus berfikir dan bekerja secara dinamis.
Proses kererawatan digunakan oleh perawat untuk memecahkan masalah yang
dihadapi klien, secara tuntas yang didasari prinsip-prinsip ilmiah
sertamempertimbangkan klien sebagai makluk yang utuh (bio, psiko, social, dan
spiritual) dan bersifat unik.
Penerapan proses keperawatan klien ni adalah empat tahap yaitu pengkajian,
intervestasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data perkelompok
dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk
perawatan klien. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberi gambaran secara
terus menerus mengenai keadaan kesehatan yang memungkinkan perawat
merencanakan asal keperawatan pada klien HAP. Langkah pertama dalam pengkajian
terhadap klien HAP adalah mengumpulkan data. Adapun data-data yang dikumpulkan
yaitu :
a. Identitas umum
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
- Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti seksio
sasaria curettage yang berulang-ulang.
- Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta mengalami
penyakit menular seperti hepatitis.
- Kemungkinan pernah mengalami abortus
2. Riwayat kesehatan sekarang
- Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
- Perdarahan tanpa rasa nyeri
- Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20 minggu.
3. Riwakat kesehatan keluarga
- Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
- Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini
- Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
- Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan penyakit
menular.
4. Riwayar Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
- Minarche : 12 th
- Siklus : 28 hari
- Lamanya : ± 7 hari
- Baunya : amis
- Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid
5. Riwayat kehamilan dan persalinan
- Multigravida
- Kemungkinan abortus
- Kemungkinan pernah melakukan curettage
6. Riwayat nipas
- Lochea Rubra
Bagaimana baunya, amis
- Banyaknya 2 kali ganti duk besar
- Tentang laktasi
Colostrum ada
c. Pemeriksaan tanda-tanda vital
- Suhu tubuh, suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
- Tekanan darah, akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
- Pernapasan, nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
- Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok
d. Pemeriksaan fisik
- Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
- Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
- Mata biasanya konjugtiva anemis
- Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
- Abdomen
• Inspeksi : terdapat strie gravidarum
• Palpasi :
Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih rendah
Leopoid II : Sering dijumpai kesalahan letak
Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala
masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas pintu atas panggul.
Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
• Perkusi : Reflek lutut +/+
• Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160
- Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
- Ekstremitas. Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.
e. Pemeriksaan penunjang
- Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250
ribu – 500 ribu).
f. Data sosial ekonomi
Plaesnta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya
terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang dimilikinya.
Dari pengkajian yang telah diuraikan diatas dapat disusun beberapa diagnosa
keperawatan yang memungkinkan ditemukan pada klien HAP atas indikasi plasenta
precia antara lain :
1. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada
segmen bawah rahim ( Susan Martin Tucker,dkk 1988:523)
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan ketidak
mampuan merawat diri. Sekunder keharusan bedrest (Linda Jual Carpenito edisio :326)
3. Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada kuatnya perfusi
darah ke plasenta (Lynda Jual Carpenito,2000: 1127) post seksio.
4. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme
otot perut (Susan Martin Tucker,dkk 1988 : 624).
5. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Barbara
Enggram :1998:371)
6. Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya tempat masuknya mikro organisme
sekunder terhadap luka operasi sesarea.
7. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan dan
pengobatan (Susan Martin Tucker,dkk 1988).
2. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah bagian selanjutnya dari proses keperawatan. Dan
hasil pengkajian seorang perawat mampu menentukan rencana tindakan yang akan
dilakukan pada klien. Perencanaan ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan klien
dan mengatasi masalahnya. Adapun rencana tindakan dari diagnosa tersebut adalah :
DX I
Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada
segmen bawah rahim
Tujuan :
Klien tidak mengalami perdarahan berulang
Intervensi :
1. Anjurkan klien untuk membatasi perserakan
Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga
dapat terjadi perdarahan
2. Kontrol tanda-tanda vital (TD, Nadi, Pernafasan, suhu)
Rasional : Dengan mengukur tanda-tanda vital dapat diketahui secara dini kemunduran
atau kemajuan keadaan klien.
3. Kontrol perdarahan pervaginam
Rasional : Dengan mengontrol perdarahan dapat diketahui perubahan perfusi jaringan
pada plasenta sehingga dapat melakukan tindakan segera.
4. Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih
banyak
Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam
melakukan tindakan segera dalam mengatasi keadaan klien.
5. Monitor bunyi jantung janin
Rasional : Denyut jantung lebih >160 serta< 100dapat menunjukkan gawat janin
kemungkinan terjadi gangguan perfusi pada plasenta
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengakhiri kehamilan
Rasional : Dengan mengakhiri kehamilan dapat mengatasi perdarahan secara dini.
DX II
Gangguan pemenuhan ketuban sehari-hariberhubungan dengan ketidakmampuan
merawat diri sekunder keharusan bedres
Tujuan :
Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan
komunikasi therapeutik
Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic diharapkan klien kooperatif
dalam melakukan asuhan keperawatan.
2. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar
Rasional engan membantu kebutuhan klien seperti mandi, BAB,BAK,sehingga
kebutuhan klien terpenuhi,
3. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
Rasional : Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang karena dilakukan oleh
keluarga sendiri dan klien merasa diperhatikan.
4. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
Rasional : Dengan mendekatkan alat-alat kesisi klien dengan mudah dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri.
5. Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat untuk memberikan bantuan
Rasional : Dengan memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.
DX III
Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta
Tujuan :
Gawat janin tidak terjadi
Intervensi :
1. Istirahatkan klien
Rasional : melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah
2. Anjurkan klien agar miring kekiri
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan
meningkatkan aliran balik vena ke jantung
3. Anjurkan klien untuk nafas dalam
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga O2
janin terpenuhi
4. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen
Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga konsumsi
pada janin meningkat.
5. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroit
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ vital
pada janin.
DX IV
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot
perut
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat
disajikan sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan
selanjutnya.
2. Jelaskan pada klien penyebab nyeri
Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien dapat
beradaptasi dan mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan klien.
3. Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan peregangan luka.
Rasional : Peregangan luka dapat meningkatkan rasa nyeri.
4. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.
Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan pada
rasa nyeri
5. Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam)
Rasional : Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan oksigen ke jaringan
lancar dengan harapan rasa nyeri dapat berkurang.
6. Kontrol vital sign klien
Rasional engan mengontrol/menukur vital sign klien dapat diketahui kemunduran
atau kemajuan keadaan klien untuk mengambil tindakan selanjutnya.
7. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgetik
Rasional : Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeridapat berkurang.
3.2. Solusio Plasenta
3.2.1. Pengertian
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya
3.2.2. Etiologi
Belum diketahui pasti. Faktor predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma
eksternal, tali pusat pendek, dekompresi terus mendadak, anomali atau tumor uterus,
difisiensi gizi, merokok, konsumsi alcohol, penyalahgunaan kokain, serta obstruksi vena
kana inferior dan vena ovarika.
3.2.3. Patofisiologi
Terjadinya solusio plasentae dipicu oleh perdarahanke dalam basalis yang kemudian
terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga
terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan,kompresi dan akhirnya
penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang
akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah. Hingga pelepasan plasenta makin
luas dan mencapai tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin,
uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut.
Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapt melepaskan selaput ketuban.
3.2.4. Manifestasi Klinis
• Anamnesis : perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginam
berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan
yang disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginam yang banyak, syok
dak kematian janin intrauterine.
• Pemeriksaan fisik tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.
• Pemeriksaan obstetric : nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin sukar
dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai atau tidak ada, air ketuban berwarna
kemerahan karena tercampur darah.
3.2.5. Manajemen Terapeutik
Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk anjuran pasien
untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak melakukan senggama,
menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misalnya batuk, mengedan karena
sulit buang air besar). Pasang infus cairan NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan,
berikan cairan peronai.
Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya
hipotensi atau syok akibat pendarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila
terdapat rejatan,segera lakukan resusitasi cairan dan tranfusi darah. Bila tidak teratasi,
Upayakan Penyelamatan optimal bila teratasi. Perhatikan keadaan janin.Setelah rejatan
diatasi, pertimbangkan seksio sesarea bila janin masih hidup atau persalinan
pervaginam diperkirakan akan berlangsung lama. Bila rejatan tidak dapat diatasi,
upayakan tindakan penyelamatan yang optimal.Setelah syok teratasi dan janin mati,
lihat pembukaan. Bila lebih dari 6 cm,pecahkan ketuban lalu infuse oksitosin. Bila
kurang dari 6cm lakukan seksio sesarea.Bila tak terdapat rejatan dan usia gestasi
kurang dari 37 minggu atau taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr.Penanganan
berdasarkan berat atau ringannya penyakit yaitu :
a). Solusio Plasenta Ringan
• Ekspektatif, bila ada perbaikan (perdarahan berhenti, kontraksi uterus tidak ada,
janin hidup) dengan tirah baring atasi anemia dan KTG serial,lalu tunggu persalinan
spontan.
• Aktif, bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, uterus berkontraksi,
dapat mengancam ibu/janin). Usahakan partus pervaginam dengan amniotomi atau
infuse oksitosin bila memungkinkan. Jika terus pendarahan,skor pelvic kurang dari 5
atau persalinan masih lama, lakukan seksio sesarea.
b). Solusio plasenta sedang/berat
Resusitasi cairan
Atasi anemia dengan pemberian transfuse darah
Partus pervaginam bila diperkirakan dapat berlangsung dalam 6 jam, perabdominan
bila tak dapat
Bila terdapat rejatan, usia gestasi 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2.500 gr
atau lebih. Pikirkan partus perabdominan bila persalinan pervaginam diperkirakan
berlangsung lama.
Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus,
banyaknya perdarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi
menahun atau preeklamsia, tersembunyi tidaknya perdarahan. Dan jarak antara
terjadinya solusio plasentae sampai pengosongan uterus. Diperkirakan resiko kematian
ibi 0.5-5% dan kematian janin 50-80%.
3.2.6. Asuhan Keperawatan
a). Pengkajian
1). Data Biografi Demografi
Usia, jenis kelamin, pekerjaan serta identitas lain yang mendukug.
2). Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit dahulu(DM,gagal ginjal dan hipertensi)
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kehamilan yang lalu
Riwayat ginekologis
Status kesehatan sekarang
Riwayat status nutrisi
3). Kebiasaan (merokok, penggunaan obat-obatan dan alkohol)
4). Status psikologis
5). Kepercayaan Keagamaan
6). Pemeriksaan Fisik
Vital sign (TD, nadi, respirasi dan suhu)
Tinggi badan dan berat badan (sebelum hamil dan setelah hamil)
Sistem kardiovaskuler, hipotensi, tachicardi, dan cyanosis)
Sistem perkemihan (intake dan output)
Sistem integument (udem,pucat, kulit dingin)
Sistem reproduksi (pemeriksa leopoid I – IV, kontraksi uterus yang meningkat. Status
serviks, perdarahan dengan darah warna merah kehitaman. Fundus uteri yang makin
tinggi).
Status janin (DJJ menurun, pergerakan janin menurun).
7). Pemeriksaan penunjang (EKG,USG, laboraturium{darah lengkap, urine, dan kimia
darah})
b). Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan serta umum berhubungan dengan hipovelemik shock.
2) Gangguan perfusi jaringan : perdarahan berhubungan dengan gangguan
pembekuan darah
3) Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan efek negatif dari perdarahan atau
pengeluaran kehamilan
4) Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang
tidak adekuatnya pada plasenta
c). Intervensi Keperawatan
1) Gangguan perfusi jaringan secara umum berhubungan dengan hipovolemik shock
Tujuan : pefusi jaringan adekuat
Kriteria :
Tanda vital dalam batas normal
Kulit hangat dan kering
Nadi perifer adekuat
Tindakan mandiri :
a). Monitor tanda vital (TD, nadi, nafas,suhu, dan palpasi nadi perifer secara rutin)
R : permonitoran tanda vital dapat menunjukkan indikasi terjadinya pemulihan atau
penurunan sirkulasi
b.) Kaji dan catat perdarahan pervaginam dan peningkatan tinggi fundus uteri.
R : Sebagai petunjuk untuk tindakan kedaruratan selanjutnya
c.) Monitor intake dan output untuk memperbaiki sirkulasi volume cairan.
R : pemberian intake cairan (secara parenatal) dapat membantu mempertahankan
volume sirkulasi
Tindakan kolaborasi :
a. Pemberian oksigen sesuai indikasi
R : Pemberian oksigen dapat meningkatkan sirkulasi O2 pada jaringan
b. Pemberian tranfusi darah sesuai indikasi
R : pemberian tranfusi darah dapat membantu sirkulasi ke jaringan
2). Gangguan perfusi jaringan : perdarahan berhubungan dengan gangguan
pembekuan darah
Tujuan : perfusi jaringan adekuatnya dan perdarahan teratasi
Kriteria :
• Keadaan umum ibu baik
• Pembekuan darah normal
• Tanda vital dalam batas normal
• Sirkulasi darah baik
Tindakan mandiri :
a. Kaji dan monitor perdarahan pervaginam yang abnormal
R : dapat dijadikan sebagai indikator dari faktor kegagalan pembekuan darah
b. Monitor sirkulasi darah serta tanda DIC (turunnya tingkat kekenyalan fibrinogen,
pertambahan prothrombin, tromboplastin dan pembekuan darah)
R : dapat mengintervensi tindakan selanjutnya yang cepat dan sesuai dengan masalah
yang ditemukan.
c. Pemberian trasfusi dan komponen darah sesuai dengan indikasi
R : tranfusi darah dapat membantu pengurangan faktor pembekuan karena proses
pembekuan yang abnormal .
d. Pemberian obat sesuai dengan indikasi
R : pemberian obat untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi kegagalan faktor
pembekuan darah
3). Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi oksigen yang
tidak adekuat pada plasenta
Tujuan : perfusi oksigen pada janin adekuat
Kriteria :
• DJJ normal (120-160 x/menit)
• Kebutuhan oksigen janin terpenuhi
• Kontraksi uterus normal
• HIS normal
• Pergerakan janin baik
Tindakan mandiri :
a) Monitor DJJ dan pergerakan janin
R : gangguan perfusi plasenta dapat menurunkan oksigenisasi pada janin, sehingga
pergerakan janin dan DJJ tidak normal
b). Anjurkan ibu mempertahankan posisi tidur lateral
R : posisi lateral dapat memberikan sirkulasi yang optimum pada uterus dan plasenta
Tindakan kolaborasi :
a). Pemberian Oksigen sesuai indikasi
R : pemberian oksigen akan membantu sirkulasi oksigen ke janin menjadi adekuat
b). Menyiapkan klien untuk memeriksakan amniosintesis jika diperlukan
R : pemeriksaan amniosintesis dapat dijadikan indicator kegawatan darurat janin.
c). Persiapkan klien untuk dilakukan tindakan emergensi seperti section caesaria
R : tindakan section merupakan salah satu alternative menghindari terjadinya fetal
distress
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN HYPEREMESIS
4.1. Pengertian
Hyperemasis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan
sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan
yang paling sering dijumpai pada kehamilan trismeter 1. Kurang lebih pada 6 minggu
setelah haid terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida mengalami mual dan muntah. Namun gejala ini menjadi lebih berat hanya
pada 1 dari 1.000 kehamilan.
4.2. Etiologi
Belum diketahui pasti, namun beberapa faktor mempunyai pengaruh antara lain :
a) Faktor predisposisi, yaitu pamigravida, mola hidatidosa,dan kehamilan ganda
b) Faktor organic, yaitu alergi, masuknya vili khorialis dalam sirkulasi, perubahan
metabolic akibat hamil dan resistansi ibu yang menurun
c) Faktor psikologi
4.3. Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah terus menerus
dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia.,penurunan klorida urin.
Selanjutnya terjadi hemokosentrasi yang mengurangi perfusi darah kejaringan dan
menyebabkan tertimbunnya zat toksit. Pemakaian cadangan karbonhidrat dan lemak
menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia
akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensu muntah
marusak hepar. Selaput lender esofagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-
Weiss) sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.
4.4 Manifestasi klinis
Menurut berat ringannya gejala, hiperemisis grafidarum dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :
a) Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah,
nafsu makan tak ada, berat badan turun dan nyeri apigastrium. Frekwensi nadi pasien
naik sekitar 100 x/menit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah
kering dan mata cekung.
b) Tingkat II
Pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang naik
dan mata sedikit icterik. Berat badan pasien turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi,
oliguria, konstipasi, dan napas bau aseton.
c) Tingkat III.
Kesadaran pasien menurun dari samnolen sampai koma, muntah berhenti nadi kecil
dan cepat, suhu meningkat dan tekanan darah makin turun.
4.5 Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan pengobatan yaitu :
a) Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara
yang baik. Kalori yang diberikan secara parenteral dengan glukosa 5 % dalam cairan
fisiologis sebanyak 2 – 3 liter sehari.
b) Diuresis selalu dikontrol untuk menjaga keseimbangan cairan
c) Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik,
coba berikan makanan dan minimaman yang sedikit demi sedikit ditambah.
d) Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital
e) Dianjurkan pemberian vitamin B1 Dan B6 ditambah
f) Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan pasien penyakitnya bisa disembuhkan
serta menghilankan rasa takut hamil dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis.
4.6. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian pendekatan yang sistemik untuk mengumpulkan data, mengelompokkan
data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk
perawatan klien. Tujuan utama dari pengkajian adalah untuk memberikan gambaran
secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan klien yang memungkinkan
perawat merencanakan asuhan keperawatan pada klien.
Langkah pertama dalam pengkajian klien hyperemisis gravidarum adalah
mengumpulkan data. Adapaun data-data yang akan dikumpulkan adalah :
a) Data Riwayat Kesehatan.
1. Data Riwayat kesehatan sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh klien sesuai
dengan gejala-gejala pada hyperemisis gravidarum yaitu : mual, muntah yang terus
menerus, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus, terasa asam dimulut, konstipasi
dan demam.Kemudian dapat juga ditemukan berat badan yang menurun, turgor kulit
yang jelek, gangguan elektrolit. Terjadinya oliguria, tachicardi mata cekung dan ikterik.
2. Riwayat kesehatan dahulu
• Kemungkinan klien pernah mengalami hioremisis gravidarum
sebelumnya.
• Kemungkinan klien pernah mengalami penyakit yang berhubungan
dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual dan muntah.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga
b) Data fisik biologis
Data yang dapat ditemui pada klien hiperemisis gravidarum adalah mammae
membesar, hiperpikmentasi areola mammae, terdapat cloasma gravidarum, mukosa
membrane dan bibir kering, turgor jelek, mata cekung dan sedikit ikterik, klien terlihat
lemah dan lelah, tachycardia, hipotensi, pusing kehilangan kesadaran dan terasa asam
di mulut.
c) Riwayat menstruasi
• Kemungkinan menarche usia 12 – 14 th
• Siklus 28 – 30 hari
• Lamanya 5 – 7 hari
• Banyaknya 2 – 3 kali ganti duk
• Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit kepala, muntah.
d) Riwayat perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda
e) Riwayat kehamilan dan persalinan
• Hamil muda : Klien pusing, mual, muntah dan tidak ada nafsu makan.
• Hamil tua : Pemeriksaan umum terhadap klien tentang berat badan, tekanan
darah dan tingkat kesadaran.
f) Data psikologis
Riwayat psikologis sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan jiwa klien
sehubungan dengan reaksi dan perilaku klien terhadap kehamilan. Keadaan jiwa klien
yang labil, mudah marah, cemas, dan takut akan kegagalan persalinan, mudah
menangis, sedih dan kecewa dapat memperberat mual dan muntah. Pola pertahanan
diri yang digunakan klien hiperemisis gravidarum tergantung kepada pengalaman klien
terhadap kehamilan dan dukungan dari keluarga serta perawat.
g) Data sosial ekonomi.
Hiperemisis gravidarum bisa terjadi pada semua tingkat ekonomi. Namun pada
umumnya terjadi pada ekonomi tingkat menengah ke bawah, hal ini juga dipengaruhi
oleh pengetahuan yang dimiliki.
h) Data penunjang
Data penunjang didapat dari hasil laboratorium yaitu pemeriksaan darah dan urine.
Pemeriksaan darah yaitu nilai haemoglobin dan hematokrit yang meningkat
menunjukkan homokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi. Pemeriksaan urinalisa
yaitu urine yang sedikit dan mempunyai konsentrasi yang tinggi sebagai akibat
dehidrasi. Terdapatnya aseton dalam urine.
Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian yang telah diuraikan maka ada beberapa kemungkinan diagnosa
keperawatan yaitu:
1) Kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah yang berlebihan
dan pemasukan yang tidak adekuat (ireneM. Bobak, 1995: 637)
2) perubahan nutrisi ; b/d mual dan muntah yang terus menerus (Irene M.Bobak :638)
3) gangguan rasa nyaman : nyeri pada epigastrium b/d muntah yang berulang ( Marie
S Jaffe . 1989 hal 37 )
4) Gangguan eliminasi : konstipasi b/d intake makanan yang tidak adekuat ( Marie S .
Jaffe . 1989 hal 37 )
5) Tidak efektif nya pola pertahanan diri b/d efek psikologis terhadap kehamilan dan
perubahan sebagai ibu ( Sharon J Reeder .1987 hal 748)
6) Potensial perubahan nutrisi fetal b/d berkurang nya peredaran darah makanan ke
janin ( ( Sharon J Reeder .1987 hal 748)
Perencanaan
1) Kekurangan cairan dan elektrolit b/d muntah yang berlebihan dan pemasukan yang
tidak adekwat
Tujuan : Kebutuhan cairan dan elektrolit tidak terganggu
Intervensi :
• Istirahatkan klien di tempat yang nyaman
Rasional : Istirahat akan menurunkan kebutuhan energi.Kerja metabolisme tidak
meningkat sehingga tidak merangsang untuk tidak terjadinya mual dan muntah
• Monitor vital sign serta tanda – tanda dehidrasi
Rasional : Dengan mengobservasi tanda-tanda kekurangan cairan dapat diketahui
keadaan umum klien dan sejauh mana kekurangan cairan pada klien.Tekanan darah
menurun, suhu meningkat dan nadi meningkat merupakan tanda-tanda dehidrasi dan
hipovolemia
• Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian infuse
Rasoinal : Pemberian cairan infuse dapat mengganti jumlah cairan elektrolit yang hilang
dengan cepat
• Monitor tetesan cairan infuse
Rasional : Jumlah dan tetesan infuse yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya
kelebihan atau kekurangan cairan pada sistim sirkulasi.
• Catat intek dan out put
Rasional : Dengan mengetahui intek dan out put cairan diketahui keseimbangan cairan
dalam tubuh.
• Setelah 24 jam pertama anjurkan minum tiap-tiap jam
Rasional : Minum yang sering dapat menambah pemasukan cairan melalui oral
2). Perubahan nutrisi ; Kurang dari keburuhan tubuh b/d muntah yang terus menerus
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi :
• Kaji kebutuhan nutrisi klien
Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan nutrisi klien dapat diamati sejauh mana
kekurangan nutrisi pada klien dan tindakan selanjutnya.
• Observasi tanda-tanda kekurangan nutrisi
Rasional :Untuk mengetahui sejauh mana kekurangan nutrisi akibat muntah yang
berlebiahan.
• Setelah 24 jam pertama beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : makanan dalam porsi kecil dapat mengurangi pemenuhan lambung dan
mengurangi pemenuhan lambung dan mengurangi kerja peristaltik usus serta
memudah kan penyerapan makanan .
• Berikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi.
Rasional : Makanan yang hangat dan bervariasi dapat menambah nafsu makan .
• Beri makanan yang tidak berlemak dan tidak berminyak.
Rasional : makanan yang tidak berlemak dan berminyak mengurangi rangsangan
saluran pencernaan sehingga muntah berkurang.
• Anjurkan klien untuk memakan makanan yang kering dan tidak merangsang
pencernaan (seperti roti dan biscuit )
Rasional : makanan yang kering dan tidak merangsang pencernaan dapat mengurangi
mual dan muntah .
• Beri klien motivasi agar mau menghabiskan makanan
Rasional : Klien merasa diperhatikan dan mau menghabiskan makanan
• Timbang berat badan klien.
Rasional : Dengan menimbang berat badan dapat diketahui keseimbangan berat badan
sesuai usia kehamilan dan pengaruh nutrisi.
3) Gangguan rasa nyaman : Nyeri pada epigastrium b/d muntah yang berulang.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi .
Intervensi :
• Kaji tingkat nyeri.
Rasional : dengan mengkaji tingkat nyeri dapat diketahui tingkat nyeri pada klien
dan tindakan selanjutnya .
• Atur posisi klien dengan kepala lebihtinggi selama 30 menit setelah makan
Rasional : Dengan posisi kepala lebih tinggi dapat mengurangi tekanan pada
gastroinstestinal sehingga mengurangi muntah yang berulang .
• Perhatikan kebersihan mulut klien sebelumdan sesudah muntah .
Rasional : Kebersihan mulut yang baik dan terpelihara dapat menimbulkan ras nyaman
dan muntah berkurang .
• Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional : Dengan mengalihkan perhatian diharapkan klien dapat melupakan rasa
nyeri akibat muntah yang berulang.
• Anjurkan klien untuk beristirahat dan batasi pengunjung
Rasional : Dengan istirahat yang cukup dan membatasi pengunjung dapat
menambah ketenangan klien .
• Kolaborasi pemberian obat anti emetik dan sedative dengan dokter
Rasional : Obat anti emetic mengurangi muntah danobat sedative membuat klien
tenang sehingga mengurangi rasa nyeri .
4). Gangguan eliminasi : konstipasi b/d intake makanan yang tidak adekuat.
Tujuan :Eliminasi teratur.
Intervensi :
• Kaji pola eliminasi klien
Rasional : Untuk mengetahui kebiasaan eliminasi sehari hari
• Anjurkan klien makan buah-buahan dan sayuran
Rasional : Dengan memakan buah-buahan dan sayuran yang banyak dapat
melancarkan BAB.
• Anjurkan klien untuk menghabiskan diet yang diberikan.
Rasional : Dengan menghabiskan diet yang diberikan intek makanan adekwat dan
konstipasi tidak terjadi
• Anjurkan klien banyak minum
Rasional : Cairan yang banyak memperlunak veses sehingga mencegah komplikasi
• Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pencahar.
Rasional : Pemberian obat pencahar dapat melancarkan BAB
5). Tidak efektifnya pola pertahanan diri b/d efek psikologis terhadap kehamilan dan
perubahan sebagai ibu.
Tujuan: Pola pertahanan diri afektif
Intervensi :
• Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya secara langsung terhadap
kehamilan.
Rasional : Dengan mengungkapkan perasaan klien dapat diketahui reaksi klien
terhadap kehamilan
• Dengarkan keluhan klien dengan penuh perhatian
Rasional : Klien merasa diperhatikkan dan tidak sendiri dalam menghadapi masalah.
• Diskusikan bersama klien tentang masalah yang dihadapi dan pemecahan masalah
yang dilakukan
Rasional : Melalui diskusi dapat diketahui pola pertahanan diri klien dalam menghadapi
masalahnya
• Bantu klien dalam memecahkan masalahnya terutama yang berhubungan dengan
kehamilan
Rasional : Dengan membantu memecahkan masalah klien da[pat menemukan pola
pertahanan diri yang efektif.
• Dukung klien jika pemecahkan masalah konstruktif
Rasional : Akan menambah percaya diri dalam melakukan pemecahan masalah.
• Libatkan keluarga dalam kehamilan klien
Rasional : Keluarga dapat diajak bekerja sama dalam memberikan dorongan pada klien
terhadap kehamilannya.
• Kolaborasi dengan ahli psikiatri jika diperlukan
Rasional : Untuk mengetahui adanya kemungkinan factor psikologis yang lebih berat
sebagai penyebab masalah.
6).Potensi perubahan nutrisi vetal b/d Berkurangnya peredaran darah dan makanan ke
janin
Tujuan : Perkembangan janin tidak terganggu
Intervensi :
• Jelaskan pada klien pentingnya nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan janin
Rasional : Agar klien menyadari akan pentingnya nutrisi bagi janin dank lien
mengetahui kebutuhan nutrisinya.
• Periksa Fundus uteri
Rasional : Untuk mengetahui fundus uteri yang sesuai dengan kehamilan
• Monitor denyut jantung janin
Rasional : Denyut jantung yang masih dalam keadaan normal dan aktif menandakan
janin masih dalam keadaan baik.
BAB V
GANGGUAN HEMATOLOGI
1. ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Baik di Negara maju maupun di Negara berkembang, seseorang di sebut menderita
anemia bika kadar hemoglobin ( HB ) kurang dari 10 gr%, di sebut anemia berat, atau
bila kurang dari 6 gr%, di sebut anemia gravis .
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-
54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil. Oleh karena itu,
pemeriksaan, hematokrit dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin
selama pengawasan antenatal.
Penyebab anemia umumnya adalah:
• Kurang gizi (malnutrisi )
• Kurang zat besi dalam diet
• Malabsorbsi
• kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid dll.
• Penyakit –penyakit kronik: tbc, paru, cacing usus, malaria dll.
Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hyperemia / hipervolumia) karena itu
terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya
dengan plasma darah. Perbandingan pertambahan tersebut adalah:
• Plasma darah bertambah: 30%
• Sel-sel darah bertambah : 18%
• Hemoglobin bertambah : 19%
Secara fisiologis pengenceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja
jantung.
Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan , persalinan , dan Nifas:
• Keguguran
• Partus Prematurus
• Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
• Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan
• Syok
• Afibrinogenemia dan hipofibrinogenimia
• Infeksi intrapartum dan dalam nifas
• Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4 gr%) terjadi payah jantung, yang
bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal.
Pengaruh Anemia terhadap hasil konsepsi
Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk
pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannya, yaitu sebanyak berat besi.
Jumlah ini membutuhkan 1\10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam
kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limfa,dan sumsum
tulang
Selama masih mempunyai cukup persediaan besi, Hb tidak akan turun dan bila
persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan 5-6 kehamilan, pada waktu
janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil
konsepsi adalah:
• Keguguran
• Kematian jann dalam kandungan
• Kematian janin waktu lahir
• Kematian perinatal tinggi
• Prematuritas
• Dapatterjadi cacat bawaan
• Cadangan besi kurang
Klasifikasi Anemia dalam kehamilan
• Anemia defisiensi besi (62,3%)
• Anemia megaloblastik (29,05)
• Anemia hipoplastik (8,0%)
• Anemia hemolitik ( sel sickle) (0,7%)
Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta paling banyak di
jumpai. Penyebabnya telah dibicarakan di atas sebagai penyebab anemia umumnya.
Pengobatan
Keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil, dan dalam laktasi yang di anjurkan
adalah:
• FNB Amerika Serikat (1958): 12 mg-15mg-15mg.
• LIPI Indonesia (1968): 12mg-17mg-17mg.
Kemasan zat besi dapat di berikan peroral atau parenteral.
• Per oral: sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3-5 x0,20mg.
• Parenteral: di berikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per oral atau absorbsi di
saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intra muskuler atau
intravena. Kemasan ini antara lain : imferon, jectover, dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat
dibandingkan per oral.
Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik tau pernisiosa. Penyebany adalah
karena kekurangan asam folik, jarang sekali akibat karena kekurangan vitamin B12.
biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik
Pengobatan:
• asam folik 15-30mg per hari
• vitamin B12 3×1 tablet per hari
• sulvas ferosus 3×1 tablet per hari
• pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat di
berikan tranfusi darah.
Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel
darah merah baru, untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan:
• Darah tepi lengkap
• Pemeriksaan pungsi sternal
• Pemeriksaan retikulosit dan lain-lain.
Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel darah merah
yang lebih cepat dari pembuatannya ini disebabkan oleh :
• Faktor intracorpusculer : dijumpai pada anemia hemolitik heriditer ; talasemia;
anemia sickle ( sabit); hemoglobinopati C, D,G, H , I; dan parasismal nocturnal
hemoglobinuria.
• Faktor ekstrakorpuskuler: disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan
dapat beserta obat-obatan ; leukemia, dll
Gejala utama adalah : Anemia dengan kelainan- kelainan gambaran darah, kelemahan,
kelelahan serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
II LEOKEMIA DAN KEHAMILAN
Leokemia dan kehamilan tidak begitu saling mempengaruhi, namun pada wanita
leukemia, bila hamil, harus memeriksakan diri secara lebih teratur dan lebih sering,
karena ancaman terhadap kehamilan dan jiwanya tetap ada.
Terhadap hasil konsepsi dapat terjadi abortus dan prematuritas. Bahaya perdarahan
paska persalinan cukup besar, karena pada leukemia terjadi gangguan pembekuan
darah. Prognosis untuk ibu dan janin tidak begiti baik.
Sampai sat ini belum ada obat-obat yang memuaskan terhadap leukemia. Cara
pengobatan adalah :
• Radiasi : ini sangat membehayakan janin dalam kandungan, karena akan
menimbulkan kelainan teratogenik atau kematian janin dalam kandungan. Bila akan
diberikan terapi radiasi dan kemoterapi, sebaiknya terlebih dulu hasil konsepsi
dikeluarkan ( abortus terapeutik)
• Transfusi darah
• Kemoterapi dan sirtotastika
• Anti metabilit
• Kortikosteroid
Pencegahan
• Wanita leukemia sebaiknya jangan hamil
• Dianjurkan memakai kontrasepsi / tubektomi
HEMOSTATIS DAN KELAINAN PEMBEKUAN DARAH
Penyakit ini adalah terhentinya atau penghentian aliran darah dari pembuluh darah
yang terbuka atau terluka.
Ada 3 faktor dalam proses hemostasis:
1. Faktor ekstra vaskuler : factor jaringan seperti kulit, otot, subkutis dan
jaringan lain.
2. Faktor vaskuler yaitu dinding pembuluh darah
3. Faktor intra vaskuler yaitu : zat yang terdapat dalam pembuluh darah:
Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan selanjutnya rencana tindakan tersebut
diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang diterapkan. Tindakan
keperawatan harus mendetail agar semua tenaga perawatan dapat menjalankan
dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung melaksanakannya
pada klien dan perawat dapat mendelegasikannya kepada orang lain yang dipercayai
dibawah pengawasan yang masih seprofesi dengan perawat.
Evaluasi
Evaluasi dari proses keperawatan adalah menilai hasil yang diharapkan terhadap
perubahan peilaku klien dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien teratasi.
Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan
yangh ditetapkan belum tercapai dan proses keperawatan segera dimodifikasi.
BAB VI
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pre-eklamsi adalah penyakit dengan tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan . penyakit ini mungkin timbul pada triwulan ketiga
kehamilan , tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya karea molahidatidosa.
( Winknjosastro, 1997:282)
Perdarahan antepartum (HAP) merupakan perdarahan dari traktus genitalis yang terjadi
antara kehamilan mingggu ke -28 dan awal partus . Penyebab utama perdarahan
antepartum adalah:
• Plasenta previa.
• Solutio plasenta.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan
sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk .
Gangguan hematology adalah kelainan darah yang dapat ditemui pada ibu hamil yang
dapat menyebabkan kematiaqn pada janin maupun pada ibu.
Keempat factor diatas harus diwaspadai bila terjadi pada masa kehamilan dan perlu
penanganan lebih dini .
5.2. Sasaran
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien pre-eklamsia, perdarahan
antepartum , hyperemesis, gangguan hematologi di perlukan pengkajian secara
lengkap agar dapat menetapkan diagnosa keperawatan secara cepat dan tepat
terhadap klien sehingga tercapainya peningkatan kesejahteraan ibu dan anak.
http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askep-pada-pasien-
perdarahan-antepartum/