86658388 morfologi kota

23
2011 Zulyasman Eka Praja - 10070306002 [JURNAL MORFOLOGI KOTA] Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Susulan Mata KuLiah Morfologi Kota Semester VI Tahun Akademik 2010/2011 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 1432 H / 2011 M

Upload: mutiara-citra-adinda

Post on 06-Aug-2015

167 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: 86658388 Morfologi Kota

2011

Zulyasman Eka Praja - 10070306002

[JURNAL MORFOLOGI KOTA] Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Susulan Mata KuLiah Morfologi Kota Semester VI Tahun

Akademik 2010/2011

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 1432 H / 2011 M

Page 2: 86658388 Morfologi Kota

ORGANISASI RUANG

Setiap jenis organisasi ruang didahului oleh bagian yang membicarakan karakter bentuk,

hubungan-hubungan ruang dan tanggapan lingkungan dari kategori tersebut. Berikut ini adalah

contoh beberapa jenis organisasi ruang :

1. Organisasi Terpusat

Sebuah ruang dominan terpusat dengan pengelompokan sejumlah ruang sekunder.

2. Organisasi Linier

Suatu urutan dalam suatu garis dari ruang yang berulang.

3. Organisasi Radial

Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisasi-organisasi ruang linier berkembang

menurut arah jari-jari.

4. Organisasi Cluster

Kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan atau bersama-sama memanfaatkan

satu ciri atau hubungan visual.

Page 3: 86658388 Morfologi Kota

5. Organisasi Grid

Organisasi ruang-ruang dalam daerah struktural grid atau sruktur tiga dimensi lain.

Organisasi Tata Ruang Wilayah

Kawasan umumnya diselenggarakan sepanjang saling bergantung set kota membentuk

apa yang sering disebut sebagai sistem perkotaan. Pondasi spasial kunci dari sistem perkotaan

didasarkan pada serangkaian daerah pasar, yang merupakan fungsi dari tingkat aktivitas

masing-masing pusat sehubungan dengan gesekan jarak. Struktur ruang daerah yang paling

dapat dibagi dalam tiga komponen dasar:

1) Satu set lokasi industri khusus seperti manufaktur dan pertambangan, yang cenderung

kelompok menjadi aglomerasi sesuai dengan faktor lokasi seperti bahan baku, tenaga

Page 4: 86658388 Morfologi Kota

kerja, pasar, dll Mereka sering industri berorientasi ekspor dari wilayah mana suatu

berasal sebagian besar nya dasar pertumbuhan.

2) Satu set lokasi industri jasa, termasuk administrasi, keuangan, layanan serupa ritel,

grosir dan lainnya, yang cenderung menggumpal dalam suatu sistem tempat pusat

(kota) memberikan akses yang optimal kepada pelanggan atau potensi tenaga kerja.

3) Sebuah pola transportasi node dan link, seperti jalan, kereta api, pelabuhan dan

bandara, yang layanan pusat utama kegiatan ekonomi.

Bersama-sama, komponen ini menentukan tata ruang suatu wilayah, sebagian besar

organisasi dalam hierarki yang melibatkan hubungan arus orang, barang dan informasi. sistem

perkotaan lebih atau kurang pasti spasial menerjemahkan pembangunan tersebut. Banyak

model konseptual yang telah diusulkan untuk menjelaskan hubungan antara transportasi,

sistem perkotaan dan pembangunan daerah, tahap inti-pinggiran pembangunan dan perluasan

jaringan yang di antara mereka. Tiga kategori konseptual dari organisasi ruang wilayah dapat

diamati:

a) Tempat Tengah / perkotaan sistem model mencoba mencari hubungan antara ukuran,

jumlah dan distribusi geografis dari kota-kota di suatu wilayah. Banyak variasi tata

ruang daerah telah diselidiki oleh Teori Tempat Pusat. Sebagian besar sistem

perkotaan memiliki hirarki mapan di mana beberapa pusat mendominasi. Transportasi

sangat penting dalam representasi sebagai organisasi tempat pusat didasarkan pada

meminimalkan gesekan jarak. Struktur teritorial digambarkan oleh Central Place

Theory adalah hasil dari suatu wilayah mencari penyediaan layanan dalam

(transportasi) dengan biaya yang efektif [Preston, 1985].

b) Pertumbuhan kutub di mana pembangunan ekonomi adalah perubahan struktural

yang disebabkan oleh pertumbuhan industri pendorong baru yang kutub pertumbuhan.

Lokasi kegiatan ini adalah katalisator dari organisasi ruang wilayah. Pertumbuhan

tiang pertama memulai, kemudian menyebar, pembangunan. Ia mencoba untuk

menjadi suatu teori umum dari inisiasi dan difusi model-model pembangunan.

Pertumbuhan akan didistribusikan secara spasial dalam sistem perkotaan regional,

tetapi proses ini tidak seimbang dengan inti manfaat pertama dan pinggiran akhirnya

menjadi terintegrasi dalam sistem arus. Dalam teori kutub pertumbuhan transportasi

merupakan faktor aksesibilitas yang memperkuat pentingnya kutub [Perroux, 1955].

c) Transportasi koridor merupakan suatu akumulasi arus dan prasarana berbagai mode

dan pengembangan mereka terkait dengan proses ekonomi, infrastruktur dan

Page 5: 86658388 Morfologi Kota

teknologi. Ketika proses-proses tersebut melibatkan pembangunan perkotaan, koridor

urbanisasi adalah sistem kota-kota yang berorientasi sepanjang sumbu, umumnya

fluvial atau garis pantai. Koridor juga terstruktur sepanjang titik artikulasi yang

mengatur arus di tingkat lokal, regional dan global baik sebagai hub atau gateway.

Secara historis, urbanisasi terutama diselenggarakan oleh kapasitas komunikasi yang

ditawarkan oleh transportasi maritim fluvial dan pesisir. Banyak daerah perkotaan

seperti BosWash (Boston - Washington) atau Tokaido (Tokyo - Osaka) berbagi

kesamaan spasial.

Dalam desain perkotaan (Shirvani, 1985) terdapat elemen-elemen fisik Urban Design yang

bersifat ekspresif dan suportif yang mendukung terbentuknya struktur visual kota serta

terciptanya citra lingkungan yang dapat pula ditemukan pada lingkungan di lokasi penelitian,

elemen-elemen tersebut adalah :

a. Tata Guna Tanah

Tata guna lahan dua dimensi menentukan ruang tiga dimensi yang terbentuk, tata guna

lahan perlu mempertimbangkan dua hal yaitu pertimbangan umum dan pertimbangan

pejalan kaki (street level) yang akan menciptakan ruang yang manusiawi.

Peruntukan lahan suatu tempat secara langsung disesuaikan dengan masalah-masalah

yang terkait, bagaimana seharusnya daerah zona dikembangkan, Shirvany mengatakan

bahwa zoning ordinace merupakan suatu mekanisme pengendalian yang praktis dan

bermanfaat dalam urban design, penekanan utama terletak pada masalah tiga dimensi

yaitu hubungan keserasin antar bangunan dan kualitas lingkungan.

Jika kita melihat dilokasi penelitian bisa dilihat dari zona mitigasi tiap-tiap wilayah kaitanya

dalam menyiapkan daerah yang masuk dalam wilayah bencana alam siap menghadapinya

dan juga membentuk kualitas hidup lingkungan dan bersifat kawasan yang manusiawi.

b. Bentuk Dan Massa Bangunan

Menyangkut aspek-aspek bentuk fisik karena setting, spesifik yang meliputi ketinggian,

besaran, floor area ratio, koefisien dasar bangunan, pemunduran (setback) dari garis

jalan, style bangunan, skala proporsi, bahan, tekstur dan warna agar menghasilkan

bangunan yang berhubungan secara harmonis dengan bangunan-bangunan lain

disekitarnya.

Prinsip-prinsip dan teknik Urban Design yang berkaitan dengan bentuk dan massa

bangunan meliputi :

Scale, berkaitan dengan sudut pandang manusia, sirkulasi dan dimensi bangunan

sekitar.

Page 6: 86658388 Morfologi Kota

Urban Space, sirkulasi ruang yang disebabkan bentuk kota, batas dan tipe-tipe ruang.

Urban Mass, meliputi bangunan, permukaan tanah dan obyek dalam ruang yang dapat

tersusun untuk membentuk urban space dan pola aktifitas dalam skala besar dan kecil.

c. Sirkulasi Dan Parkir

Elemen sirkulasi adalah satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur lingkungan

perkotaan, tiga prinsip utama pengaturan teknik sirkulasi adalah :

Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual yang positif.

Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat lingkungan

menjadi jelas terbaca.

Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

d. Ruang Terbuka

Ian C. Laurit mengelompokkan ruang terbuka sebagai berikut :

Ruang terbuka sebagai sumber produksi.

Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia (cagar

alam, daerah budaya dan sejarah).

Ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan dan kenyamanan.

Ruang terbuka memiliki fungsi :

Menyediakan cahaya dan sirkulasi udara dalam bangunan terutama di pusat kota.

Menghadirkan kesan perspektif dan visa pada pemandangan kota (urban scane)

terutama dikawasan pusat kota yang padat.

Menyediakan arena rekreasi dengan bentuk aktifitas khusus.

Melindungi fungsi ekologi kawasan.

Memberikan bentuk solid foid pada kawasan.

Sebagai area cadangan untuk penggunaan dimasa depan (cadangan area

pengembangan).

Aspek pengendalian ruang terbuka pusat kota sebagai aspek fisik, visual ruang,

lingkage dan kepemilikan dipengaruhi beberapa faktor :

Elemen pembentuk ruang, bagaimana ruang terbuka kota yang akan dikenakan

(konteks tempat) tersebut didefinisikan (shape, jalan, plaza, pedestrian ways, elemen

vertikal).

Faktor tempat, bagaimana keterkaitan dengan sistem lingkage yang ada.

Aktifitas utama.

Page 7: 86658388 Morfologi Kota

Faktor comfortabilitas, bagaimana keterkaitan dengan kuantitas (besaran ruang, jarak

pencapaian) dan kualitas (estetika visual) ruang.

Faktor keterkaitan antara private domain dan public domain.

e. Jalur Pejalan Kaki

Sistem pejalan kaki yang baik adalah :

Mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor dalam areal kota.

Meningkatkan kualitas lingkungan dengan memprioritaskan skala manusia.

Lebih mengekspresikan aktifitas PKL mampu menyajikan kualitas udara.

f. Activity Support

Muncul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kota dengan seluruh

kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang kota yang menunjang akan keberadaan

ruang-ruang umum kota. Kegiatan-kegiatan dan ruang-ruang umum bersifat saling mengisi

dan melengkapi.

Pada dasarnya activity support adalah :

Aktifitas yang mengarahkan pada kepentingan pergerakan (importment of movement).

Kehidupan kota dan kegembiraan (excitentent).

Keberadaan aktifitas pendukung tidak lepas dari tumbuhnya fungsi-fungsi kegiatan publik

yang mendominasi penggunaan ruang-ruang umum kota, semakin dekat dengan pusat

kota makin tinggi intensitas dan keberagamannya. Bentuk actifity support adalah kegiatan

penunjang yang menghubungkan dua atau lebih pusat kegiatan umum yang ada di kota,

mislnya open space (taman kota, taman rekreasi, plaza, taman budaya, kawasan PKL,

pedestrian ways dan sebagainya) dan juga bangunan yang diperuntukkan bagi

kepentingan umum.

g. Simbol Dan Tanda

Ukuran dan kualitas dari papan reklame diatur untuk :

Menciptakan kesesuaian.

Mengurangi dampak negatif visual.

Dalam waktu bersamaan menghilangkan kebingungan serta persaingan dengan tanda

lalu lintas atau tanda umum yang penting.

Tanda yang didesain dengan baik menyumbangkan karakter pada fasade bangunan

dan menghidupkan street space dan memberikan informasi bisnis.

h. Simbol Dan Tanda

Page 8: 86658388 Morfologi Kota

Dalam urban design, preservasi harus diarahkan pada perlindungan permukiman yang ada

dan urban place, sama seperti tempat atau bangunan sejarah, hal ini berarti pula

mempertahankan kegiatan yang berlangsung di tempat itu.

The Place Theory

The Place Theory berkaitan dengan faktor norma. Esensi dari teori ini terletak pada

pemahaman karakter masyarakat dan budayanya, pada sejarah setempat, rasa dan keinginan

masyarakat, pada tradisi dan pada realitas ekonomi dan politik (Trancik, 1986: 112-114). The

Place Theory mempersyaratkan pembentukan kawasan harus sesuai dengan masyarakat

dan alamnya. Fisik dan kegiatan diletakkan pada setting-nya sesuai dengan keberadaan

masyarakat serta nilai sosial budayanya.

Kawasan kota yang terintegrasi dengan demikian adalah kawasan yang didasari

norma yang kontekstual dengan perilaku masyarakat, budaya dan tempatnya. Komponen-

komponen pengintegrasian pada faktor norma (nilai budaya, peraturan, kelembagaan)

dipersyaratkan:

1) Menggambarkan nilai budaya dan perilaku dalam rasa, cipta, karsa. Kawasan harus

menghubungkan fisik dengan konteks budayanya dan memperhatikan keinginan dan

aspirasi masyarakat (Trancik,1986:114).

2) Mematuhi pranata sesuai dengan lingkungan alam dan realitas sosial. Kawasan dirasa baik jika

terdapat kesesuian batasan dengan potensi pemaknaan dan tuntutan masyarakat

setempat serta dihindari zoning di luar keinginan dan konteks masyarakatnya (Peter

Simthson, 1981 dalam Trancik, 1986: 115)

3) Mengakomodasi bentuk komunitas sosial dan organisasi kemasyarakatan. Kawasan

dapat digunakan setiap orang dan masyarakat yang beragam (Trancik, 1986: 123).

The Linkage Theory

The Linkage Theory berkaitan dengan faktor fungsi. The Linkage Theory

mempersyaratkan adanya garis penghubung fungsional antar elemen di dalam kawasan kota

(Trancik, 1986: 106). Esensi fungsi dalam sistem kota harus diperhatikan. Garis dapat

berbentuk jalan, ruang terbuka linier, atau bentuk lain yang menyatukan fungsi kegiatan antar

elemen. Dengan dasar ini dapat dibuat kesatuan sistem antar kegiatan secara koheren

sehingga hubungan atau pergerakannya menjadi efisien.

Page 9: 86658388 Morfologi Kota

Kawasan kota yang terintegrasi dengan demikian adalah kawasan yang u nsur-

unsurnya secara fungsi terjalin sinergis. Komponen-komponen pengintegrasian pada

faktor fungsi (esensi kegiatan, keterkaitan kegiatan, tingkat kegunaan) dipersyaratkan:

1) Mewadahi kegiatan-kegiatan yang diperlukan bagi inhabitasi. Kawasan harus merespon

kepada dinamika penggunaan sosial masyarakat. (Trancik, 1986: 219)

2) Menjalinkan kegiatan berdasarkan hubungan fungsi dan sifatnya. Dalam kawasan

Setiap kegiatan dihubungkan secara komprehensif sehingga menyatu. (Maki dalam Trancik,

1986: 106; Bourne, 1978: 263).

3) Fungsi yang optimal karena efisiensi,keefektifan dan kemudahan. Kawasan yang

terintegrasi seharusnya menciptakan kedekatan, yang juga akan mengeliminasi

sumber daya ruang dan energi dengan menyambungkan berbagai kegiatan (Trancik,

1986: 220).

The Figure Ground Theory

The Figure Ground Theory berkaitan dengan faktor fisik. The Figure Ground Theory

mempersyaratkan adanya kejelasan struktur dan sekuen dalam ruang kota. Dengan demikian pola

komposisi ruang terbuka dan massa bangunan dapat dimanipulasi untuk memperjelas

struktur ruang kota. Hirarki misal diciptakan dengan dasar perbandingan ukuran dan bentuk

geometri ruangnya (Trancik, 1986: 97). Di sini komponen pewadahan dalam sistem kota harus

diperhatikan termasuk aspek spasial, visual dan detail.

Kawasan kota yang terintegrasi dengan demikian adalah kawasan yang unsur-

unsurnya secara fisik membentuk struktur ruang yang teratur dan menyatu. Komponen-

komponen pengintegrasiannya pada faktor fisik (spasial, visual dan detail) dipersyaratkan:

1) Ruang kawasan yang terstruktur dan hirarkis. Semua fragmen dihubungkan dalam

kerangka yang berkarakter; menyatu dan seimbang di dalam struktur kawasan (Trancik,

1986: 106; Lang, 1994: 418).

2) Bentuk visual yang fungsional,analogis dan estetis. Unsur-unsur masif harus berfungsi

dalam membentuk pola kawasan, menghadirkan ekspresi lokal yang signifikan dengan bentuk

visual dan letaknya. (Trancik, 1986: 101).

3) Memperkuat fungsi dan karakter dengan mengolah bentuk dan aksentuasi. Kawasan

misalnya diperjelas struktur dan ordernya (Trancik 1986: 103).

Page 10: 86658388 Morfologi Kota

Menurut Tracik (1986) dalam suatu lingkungan permukiman ada rangkaian antara figure

ground, linkage dan palce. Figure ground menekankan adanya public civics space atau open

space pada kota sebagai figure.

Melalui figure ground plan dapat diketahui antara lain pola atau tipologi, konfigurasi solid

void yang merupakan elemtal kawasan atau pattern kawasan penelitian, kualitas ruang luar

sangat dipengaruhi oleh figure bangunan-bangunan yang melingkupinya, dimana tampak

bangunan merupakan dinding ruang luar, oleh karena itu tata letak, bentuk dan fasade sistem

bangunan harus berada dalam sistem ruang luar yang membentuknya. Komunikasi antara

privat dan publik tercipta secara langsung. Ruang yang mengurung (enclosure) merupakan void

yang paling dominan, berskala manusia (dalam lingkup sudut pandang mata 25-30 derajat) void

adalah ruang luar yang berskala interior, dimana ruang tersebut seperti di dalam bangunan,

sehingga ruang luar yang enclosure terasa seperti interior. Diperlukan keakraban antara

bangunan sebagai private domain dan ruang luar sebagai public dominan yang menyatu.

Dalam ¡¨lingkage theory¡¨ sirkulasi merupakan penekanan pada hubungan pergerakan yang

meruakan kontribusi yang sangat penting. Menurut Fumihiko Maki, Linkage secara sederhana

adalah perekat, yaitu suatu kegiatan yang menyatukan seluruh lapisan aktivitas dan

Page 11: 86658388 Morfologi Kota

menghasilkan bentuk fisik kota, dalam teorinya dibedakan menjadi tiga tipe ruang kota formal,

yaitu : Composition form, Megaform dan groupform. Teori linkage yang dapat diterapkan dalam

kajian ini adalah group form yang merupakan ciri khas dari bentuk-bentuk spasial kota yang

mempunyai kajian sejarah. Linkage ini tidak terbentuk secara langsung tetapi selalu

dihubungkan dengan karakteristik fisik skala manusia, rentetan-rentetan space yang dipertegas

oleh bangunan, dinding, pentu gerbang, dan juga jalan yang membentuk fasade suatu

lingungan perkampungan. Linkage theory ini dapat digunakan sebagai alat untuk memberikan

arahan dalam penataan suatu kawasan (lingkungan). Dalam konteks urban design, linkage

menunjukkan hubungan pergerakan yang terjadi pada beberapa bagian zone makro dan mikro,

dengan atau tanpa aspek keragaman fungsi yang berkaitan dengan fisik, historis, ekonomi,

sosial, budaya dan politik (danarti Karsono, 1996).

Menurut Shirvani (1985), linkage menggambarkan keterkaitan elemen bentuk dan tatanan

masa bangunan, dimana pengertian bentuk dan tatanan massa bangunan tersebut akan

meningkatkan fungsi kehidupan dan makna dari tempat tersebut. Karena konfigurasi dan

penampilan massa bangunan dapat membentuk, mengarahkan, menjadi orientasi yang

mendukung elemen linkage tersebut.

Bila pada figure ground theory dan linkage theory ditekankan pada konfigurasi massa fisik

, dalam place theory ditekankan bahwa integrasi kota tidak hanya terletak pada konfigurasi fisik

morfologi, tetapi integrasi antara aspek fisik morfologi ruang dengan masyarakat atau manusia

yang merupakan tujuan utama dari teori ini, melalui pandangan bahwa urban design pada

dasarnya bertujuan untuk memberikan wadah kehidupan yang baik untuk penggunaan ruang

kota baik publik maupun privat.

Pentingnya place theory dalam spasial design yaitu pemahaman tentang culture dan

karakteristik suatu daerah yang ada menjadi ciri khas untuk digunakan sebagai salah satu

pertimbangan agar penghuni (masyarakat) tidak merasa asing di dalam lingkungannya.

Sebagaimana tempat mempunyai masa lalu (linkage history), tempat juga terus berkembang

pada masa berikutnya. Artinya, nilai sejarah sangat penting dalam suatu kawasan kota. Aspek

spesifik lingkungan menjadi indikator yang sangat penting dalam menggali potensi, mengatur

tingkat perubahan serta kemungkinan pengembangan di masa datang, teori ini memberikan

pengertian bahwa semakin penting nilai-nilai sosial dan budaya, dengan kaitan sejarah di dalam

suatu ruang kota.

Page 12: 86658388 Morfologi Kota

Sinkronik dan Diakronik

Analisis secara diakronik atau historical reading dan analisis secara sinkronik atau disebut

juga tissue analysis.. Iwan Suprijanto (1999:108-110) dalam makalah Fenomenologi Melalui

Sinkronik Diakronik mengungkapkan bahwa sinkronik dan diakronik digunakan dalam kaitannya

dengan morfologi sebagai metode analisis. Dalam morfologi, aspek diakronik digunakan untuk

mengkaji satu aspek yang menjadi bagian dari satu obyek, fenomena atau ide dari waktu ke

waktu (menggambarkan perubahan aspek dalam sejarah), sedangkan aspek sinkronik dipakai

untuk mengkaji keterkaitan antar aspek metamorfosis yang merupakan hasil sintesa keduanya,

yang lebih menggambarkan sejarah individual dari obyek dengan kelengkapan aspeknya.

Metode pembacaan sejarah (historical reading) sama halnya dengan penelitian historik yang

menurut Prof. Winarno Surakhmad (1994:142) adalah suatu metode yang mengaplikasikan dan

memecahkan permasalahan secara ilmiah dari perspektif historik dengan menggunakan

sumber-sumber dokumenter kesejarahan. Karena itulah metode pembacaan sejarah sejalan

dengan metode historik dokumenter yang sering digunakan oleh para ahli sejarah.

Metode historik merupakan proses yang meliputi pengumpulan dan penafsiran gejala, peristiwa

ataupun gagasan yang timbul di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna

dalam usaha untuk memahami:

1. Kenyataan-kenyataan sejarah kota.

2. Memahami situasi sekarang.

3. Meramalkan perkembangan di masa yang akan datang.

Sumber-sumber data historik dokumenter:

1. Peninggalan material seperti fosil, bangunan, prasasti dan sebagainya.

2. Peninggalan tertulis seperti papyrus, daun lontar bertulis, kronik, relief, buku catatan

(bucat), arsip negara dan sebagainya.

3. Peninggalan tak tertulis seperti adat, bahasa, kepercayaan (kosmologi), dan sebagainya.

Metode pembacaan sejarah ini dasarnya terbagi menjadi 2 (dua) pendekatan sebagai berikut:

1. Pembacaan sejarah secara diakronik, yaitu pemahaman suatu objek sejarah berdasarkan

periode-periode perkembangannya, meliputi analisis kecenderungan perubahan yang

terjadi pada objek tersebut.

2. Pembacaan sejarah secara sinkronik, yaitu pemahaman suatu objek sejarah berdasarkan

perbandingan dengan objek yang sejenis dan mewakili kesamaan periode waktu. Analisis

ini lebih menekankan pada pemahaman karakteristik objek sejarah secara komparatif.

Page 13: 86658388 Morfologi Kota

Tranformasi Ruang

Proses perubahan sosial yang sangat pesat yang merubah morfologi suatu kota. Berikut ini

contoh-contoh transformasi ruang :

Urbanisasi mengubah morfologi kota secara drastis, baik dilihat dari struktur, fungsi

maupun wajah kotanya. Secara sosio-kultural, fenomena "mengkota" menandakan

terbentuknya network society yang baru dan berbeda dalam tuntutan pelayanan

infrastruktur (Graham & Marvin, 2001). Tiga contoh berikut, Jakarta, Bandung dan

Gorontalo, dapat memberikan ilustrasi betapa cepat perubahan telah terjadi di kota-kota

Indonesia.

• Pada awal tahun 1960-an, Jakarta tidak lebih dari sebuah "kampoeng besar" dengan

sebuah hotel berbintang, Hotel Indonesia dan sebuah department store "Sarinah".

Namun dalam tempo 50 tahun terakhir, perkembangan yang sangat pesat telah

terjadi. Jakarta telah bermetamorfosa menjadi sebuah kota metropolitan, dengan

gedung-gedung modern pencakar langit yang megah (hotel, apartemen, kantor

hingga mall/pusat-pusat perbelanjaan), khususnya di kawasan Segitiga Emas. Dalam

prosesnya, transformasi sosio-fisik dilakukan dengan mengkonversi kampung-

kampung yang banyak berada di dataran rendah (rawa dan kebun)2 ke segala arah:

Barat, Selatan dan Timur.

Kini, dengan statusnya sebagai "multi-function"3 yang mengakumulasi berbagai

fungsi tertinggi secara nasional (pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa, bahkan

kebudayaan), Jakarta telah menjema menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi

yang menjanjikan di kawasan Asia-Pasifik. Selain itu, perkembangan yang sangat

pesat terjadi di kawasan pinggiran, dimana tidak kurang dari 7 (tujuh) kotabaru

berskala besar telah terbangun di Jabodetabek sejak tahun 1980-an (Gani, 2010)4.

• Kota Bandung sejak lama direncanakan sebagai salah satu pusat kegiatan

Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930-an apabila merujuk pada keberadaan

Gedung Sate. Konsep yang dikembangkan awalnya adalah kota taman yang asri,

sebagai unsur esensial dari sistem internal kotanya. Proses urbanisasi telah

terjadi secara cepat mulai tahun 1980-an, ditandai dengan okupansi lahan-lahan

di Bandung Utara dan Bandung Selatan. Perubahan morfologi kota semakin

tajam pada awal tahun 2000- an, ditandai dengan pemekaran Kota Cimahi dan

Kabupaten Bandung Barat, serta dibukanya akses jalan tol Cipularang pada tahun

2005 yang memangkas jarak waktu Jakarta — Bandung secara signifikan.

Bandung mengalami metamorfosa, dari kota tempat perist irahatan para mandor

Page 14: 86658388 Morfologi Kota

perkebunan « tempoe doeloe» menjadi kota tujuan wisata « urban tourism»

dengan atraksi wisata kuliner, kesejukan alami dataran tinggi, serta pusat

belanja (factory outlets). Kawasan Dago, Setiabudi dan sekitarnya kini menjadi

pusat kegiatan komersial utama di Kota Bandung, padahal lama sebelumnya ia

direncanakan sebagai pusat hunian yang tenang. Sementara itu, kawasan

Bandung Utara yang sebelumnya merupakan kawasan lindung untuk

peresapan air, kini telah beralih fungsi menjadi salah satu pusat permukiman

elit serta pusat kegiatan pariwisata yang dipadati oleh turis domestik saat

weekend.

• Kota Goronta lo h ingga akhir tahun 1990 -an « hanya » merupakan ibukota

Kabupaten Gorontalo dengan fasilitas sosial-ekonomi yang sangat terbatas

(hotel, rumah sakit, restoran, dsb.). Sejak beralih status menjadi kota otonom

sekaligus Ibukota Provinsi Gorontalo pada tahun 1999, aliran investasi yang

mengalir cukup deras dipicu oleh kegiatan pemerintahan telah merubah

wajah kota secara signifikan. Pusat-pusat kegiatan komersial dan jasa

(perbankan, restoran, hotel dsb) tumbuh subur. Infrastruktur sosial-ekonomi

semakin membaik, khususnya yang berkaitan dengan sektor industri perikanan

(pelabuhan) dan sektor pertanian tanaman pangan (industri pengolahan

komoditas jagung). Wajah kota yang relatif sederhana, secara perlahan kini

berubah mengikuti perkembangan zaman.

Dari tiga contoh diatas, kita dapat mengamati bahwa transformasi sosial telah

mengubah morfologi kota. Beberapa faktor tampaknya cukup dominan dalam

proses tersebut : (1) al iran investasi yang mendorong peningkatan

produktivitas kota, khususnya yang digerakkan oleh investasi swasta ; (2)

keberadaan infrastruktur sosial-ekonomi, seperti jalan dan pelabuhan, serta (3)

peningkatan status kota otonom (ibukota provinsi). Ketiga faktor tersebut menjadi

penyebab utama terjadinya urbanisasi dan mengakselerasi alih -fungsi ruang

perkotaan. Perbedaannya terletak pada titik awal terjadinya perubahan (Jakarta

sejak 1960-an, Bandung sejak 1980-an, dan Gorontalo sejak 2000-an), serta

kecepatan transformasi yang terjadi yang banyak ditentukan oleh peran sektor

swasta.

Page 15: 86658388 Morfologi Kota

Morfologi

Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan perubahan suatu kawasan dan

sekitarnya sebagai bagian dari suatu kawasan perkotaan yang lebih luas, menurut Gallion

dalam buku “The Urban Pattern” disebutkan bahwa perubahan suatu kawasan dan sebagian

kota dipengaruhi letak geografis suatu kota. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perubahan

akibat pertumbuhan daerah di kota tersebut, apabila terletak di daerah pantai yang landai, pada

jaringan transportasi dan jaringan hubungan antar kota, maka kota akan cepat tumbuh

sehingga beberapa elemen kawasan kota akan cepat berubah.

Dalam proses perubahan yang menimbulkan distorsi (mengingat skala perubahan cukup besar)

dalam lingkungan termasuk didalamnya perubahan penggunaan lahan secara organik, terdapat

beberapa hal yang bisa diamati yaitu :

Pertumbuhan terjadi satu demi satu, sedikit demi sedikit atau terus menerus.

Pertumbuhan yang terjadi tidak dapat diduga dan tidak dapat diketahui kapan dimulai dan

kapan akan berakhir, hal ini tergantung dari kekuatan-kekuatan yang melatar belakanginya.

Proses perubahan lahan yang terjadi bukan merupakan proses segmental yang

berlangsung tahap demi tahap, tetapi merupakan proses yang komprehensif dan

berkesinambungan.

Perubahan yang terjadi mempunyai kaitan erat dengan emosional (sistem nilai) yang ada

dalam populasi pendukung.

Faktor-faktor penyebab perubahan lainya adalah vision (kesan), optimalnya kawasan,

penataan yang maksimal pada kawasan dengn fungsi-fungsi yang mendukung,

penggunaan struktur yang sesuai pada bangunan serta komposisi tapak pada kawasan.

(Cristoper Alexander, A New Theory Of Urban Design, 1987, 14:32-99).

Uraian diatas sesuai dengan kondisi kawasan penelitian yang berada di kawasan bencana

alam, yaitu adanya perubahan pola tata ruang lingkungan permukiman (kampung kota)

mengarah kepada tatanan kawasan mitigasi bencana alam yang nantinya melalui tahapan

proses terus menerus yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan

manusianya.

Dalam kaitanya dengan kota dan arsitektur, morfologi memiliki dua aspek yaitu aspek

diakronik yang berkaitan dengan perubahan ide dalam sejarah dan aspek sinkronik yaitu

hubungan antar bagian dalam kurun waktu tertentu yang dihubungkan dengan aspek lain.

Aspek metamorfosis adalah sejarah individual dari bangunan dan kota, kesemuanya harus

dilakukan dalam analisis morfologi.

Page 16: 86658388 Morfologi Kota

Karya arsitektur merupakan salah satu refleksi dan perwujudan kehidupan dasar

masyarakat menurut makna yang dapat dikomunikasikan (Rapoport, 1969). Keseragaman dan

keberagaman sebagai ungkapan perwujudan fisik yang terbentuk yaitu citra dalam arti identitas

akan memberikan makna sebagai pembentuk citra suatu tempat (place).

Ada tiga komponen struktural yang dapat dikaji (Schultz, 1984) :

Tipologi : menyangkut tatanan sosial (sosial order) dan pengorganisasian ruang (spatial

organization) yang dalam hal ini menyangkut ruang (space) berkaitan dengan tempat yang

abstrak.

Morfologi : menyangkut kualitas spasial figural dan konteks wujud pembentuk ruang yang

dapat dibaca melalui pola, hirarki, dan hubungan ruang satu dengan yang lainya.

Tipologi lebih menekankan pada konsep dan konsistensi yang dapat memudahkan

masyarakat mengenai bagian-bagian arsitektur.

Morfologi lebih menekankan pada pembahasan bentuk geometris, sehingga untuk

memberi makna pada ungkapan ruang harus dikaitkan dengan nilai ruang tertentu, nilai ruang

sangat berkaitan dengan organisasi ruang, hubungan ruang dan bentuk ruang, perwujudan

spasial fisik merupakan produk kolektif perilaku budaya masyarakat serta pengaruh

“kekuasaan” tertentu yang melatarbelakanginya.

Karakteristik suatu tempat dalam hal ini penggunaan suatu lingkungan binaan tertentu

bukan hanya sekedar mewadahi kegiatan fungsional secara statis, melainkan menyerap dan

menghasilkan makna berbagai kekhasan suatu tempat antara lain setting fisik bangunan,

komposisi dan konfigurasi bangunan dengan ruang publik serta kehidupan masyarakat

setempat.

Perubahan morfologi tidak lepas dari pendukung kegiatan (activity support) karena

adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kawasan dengan seluruh kegiatan yang

menyangkut penggunaan ruang yang menunjang keberadaan ruang-ruang umum. Kegiatan

dan ruang-ruang umum merupakan hal yang saling mengisi dan melengkapi, keberadaan

pendukung kegiatan mulai muncul dan tumbuh, bila berada diantara dua kutub kegiatan yang

ada di kawasan tersebut keberadaan pendukung kegiatan tidak lepas dari tumbuhnya fungsi

kegiatan publik yang mendominasi penggunaan ruang kawasan, semakin dekat dengan pusat

kegiatan semaking tinggi intensitas dan keberagaman kegiatan.

Page 17: 86658388 Morfologi Kota

Pengertian Rancang Kota

Secara umum Rancang kota atau Urban Design dapat diartikan sebagai suatu

perencanaan yang merupakan bagian dari rangkaian perencanaan kota yang akan menyangkut

segi tampilan fisik yang menata bentuk, tatanan dan estetika lingkungan kota secara satu

kesatuan terpadu antara lingkungan fisik, kehidupan dan manusianya.

Rancang kota akan merupakan wawasan yang akan menjadi jembatan fungsional

antara para arsitek dan perencana kota. Jadi rancang kota juga akan merupakan wawasan

yang akan menjadi jembatan antara produk perencanaan kota yang berwawasan urban spatial

development planning dengan produk arsitektur, kerekayasaan dan landsekap yang

menekankan kepada perancangan fisik atau physical planning sebagai wujudan nyata dari

urban spatial development planning.

Pengertian Panduan Rancang Kota

Panduan Rancang Kota adalah uraian teknis secara terinci tentang ketentuan-

ketentuan, persyaratan-persyaratan, standar dimensi, standar kualitas yang memberikan

arahan bagi terselenggaranya serta terbangunnya suatu kawasan fisik kota tertentu baik

bangunan-bangunannya, sarana dan prasarana, utilitas maupun lingkungan, sehingga sesuai

dengan rencana kota yang digariskan. Panduan Rancang Kota tidak dimaksudkan untuk

membuat suatu ketentuan, arahan ataupun persyaratan yang bersifat kaku (inflexible), tidak

pula bermaksud untuk mengendalikan aspek arsitektur suatu bangunan, kawasan atau kota,

yang dapat membatasi kreatifitas perencana, perancang, maupun pengelola. Panduan

Rancang Kota dimaksudkan untuk mengidentifikasi tujuan serta standar-standar perancangan

yang dianggap penting untuk suatu kawasan tertentu.

Page 18: 86658388 Morfologi Kota

Panduan rancang kota akan merupakan pengarahan yang dapat menjadi pegangan

bagi perencana kota, pengembang dan pemerintah untuk :

Pertama ; dapat menempatkan kegiatan bangunan serta bangun bangunan sesuai dengan

fungsinya yang serasi seimbang, dan selaras dalam tatanan kota.

Kedua ; dapat menjadi perangkat kendali bagi kawasan fungsional, bangunan serta bangun

bangunan yang akan dibangun.

Ketiga : akan menjadi pengarah di dalam peningkatan effisiensi pemanfaatan dan penggunaan

lahan kota

Keempat : dapat berperan di dalam menyhelenggarakan pembangunan fisik kota yang

seimbang dan lestari.

Ruang Lingkup Panduan Rancang Kota

1. Ruang lingkup panduan Rancang Kota juga menyangkut suatu tinjauan atas Wilayah

Tertentu Kota yaitu suatu bagian wilayah kota, kawasan atau lingkungan yang

ditetapkan sebagai bagian wilayah, kawasan dan/atau lingkungan yang mempunyai nilai

strategis yang diprioritaskan atau memerlukan kekhususan didalam penataannya

(overlay zone)

Wilayah tertentu kota ini meliputi :

a.Kawasan Khusus

Yang dimaksud dengan kawasan khusus yaitu suatu lingkungan kota yang memiliki

suatu aktifitas fungsional perkotaan tertentu dengan karakteristik dan tampilan yang

khusus. Pada lingkungan khusus ini yang perlu dijaga kelestariannya, dipertahankan

dan dikembangkan adalah karakteristik serta aktifitas fungsionalnya.

Page 19: 86658388 Morfologi Kota

Kawasan khusus ini disamping kawasan yang telah ada dan karakteristik-nya dikenal,

dapat juga dibuat atau dikembangkan daerah baru menjadi satu kawasan yang

mempunyai karakteristik tertentu, misalnya Kawasan Ancol sebagai tempat rekreasi

atau dibuat kawasan baru misalnya Kawasan Kota Baru Bandar Kemayoran sebagai

suatu kota dalam kota dengan menempatkan seluruh aktivitas seni pada satu kawasan

tertentu.

b.Kawasan Tepi Air (Waterfront)

Kawasan Tepi Air (Waterfront Area) yaitu suatu wilayah dengan suatu atau beberapa

aktifitas perkotaan tertentu yang terletak berbatasan langsung dengan wilayah perairan

seperti tepi sungai, tepi danau atau tepi laut.

Pola Rancang Kota selan disesuaikan dengan aktifitas fungsionalnya juga dengan

karakteristik wilayah dengan lingkungan air serta tetap menjaga keseimbangan

ekosistem tepi air.

c.Kawasan Pusat Bisnis

Kawasan pusat bisnis adalah kawasan dimana seluruh kegiatan bisnis terpusat.

Kawasan ini sering terbagi dalam pusat perkantoran, pusat kelembagaan keuangan

(financial center) pusat perdagangan dan pusat perkantoran.

Pusat kegiatan bisnis merupakan wilayah kota dengan karakteristik bangunan yang

mempunyai intensitas tinggi yaitu kepadatan (KLB) dan ketinggian bangunan tertinggi di

kota.

d.Kawasan Preservasi

Kawasan Preservasi adalah suatu atau beberapa kawasan di dalam kota yang harus

dilestarikan, dilindungi, dipelihara (konservasi) dan dipugar (renovasi atau restorasi)

yang sesuai dengan bentuk aslinya tetapi tetap disesuaikan dengan perkembangan

kebutuhan fungsionalnya karena merupakan kawasan atau mengandung bangunan

dan/atau bangun-bangunan yang mempunyai nilai sejarah, nilai seni dan budaya serta

nilai arsitektur. Nilai-nilai ini juga merupakan ciri khas karakteristik kota tersebut.

Pelestarian, perlindungan dan pemeliharaan ini meliputi memelihara lingkungan dan

unsur-unsur fisik tersebut secara utuh sebagaimana aslinya; merenovasi secara

keseluruhan untuk mengembalikan kepada bentuk dan tampilan semula; merenovasi

bagian-bagian tertentu biasanya bagian kulit luar dengan ketebalan tertentu yaitu yang

secara langsung biasanya bagian dalamnya dapat diubah dan disesuaikan dengan

perkembangan.

Page 20: 86658388 Morfologi Kota

Dalam kaitan Panduan Rancang Kota, penyusun mengidentifikasi kasus, sasaran, dan

arah terhadap bangunan maupun kawasan. Dalam hal ini perlu ada pengarahan visual,

baik yang berupa koridor pandangan, maupun yang berbentuk tata bahasa, irama,

ukuran, dan bahan bangunan. Preservasi dan konservasi biasanya ditujukan untuk

menjaga agar suasana/karakteristik lingkungan tetap terjaga, tidak berubah drastis. Agar

kawasan tersebut tetap mengikuti perkembangan kota, perubahan yang terjadi lebih

ditujukan pada perubahan peruntukan, sedangkan lingkungan fisiknya tidak berubah.

Perangkat kebijakan seperti TDR (Transfer of Development Rights) dapat pula

diberlakukan untuk melindungi bangunan yang dipugar.

e.Peremajaan Kota

Kawasan peremajaan kota adalah suatu kawasan di dalam kota yang karena

keadaannya berdasarkan usianya, kondisi fisiknya dan fungsi sosial ekonomisnya sudah

tidak memadai. Untuk meningkatkan efisiensi dan keefektifannya maka perlu ditata

kembali dan meningkatkan intensitasnya sehingga dapat ditingkatkan vitalitasnya untuk

dapat berfungsi lebih baik, dapat diperbaiki kondisi dan kualitas lingkungannya.

Peremajaan kota dapat berupa pembangunan kembali (redevelopment) dari suatu

bagian kawasan berskala besar di dalam kota secara menyeluruh yang dapat berupa :

preservasi dan konservasi, rehabilitasi, rekonstruksi, renovasi, restorasi atau kombinasi

dari jenis peremajaan tersebut.

Dalam skala yang besar suatu peremajaan kota dapat juga berupa pembangunan suatu

kawasan kota setara kota yang disebut sebagai Kota Baru Dalam Kota (New Town in

Town).

Fungsi perkotaan di suatu kawasan dalam peremajaan kota :

1) Tetap sebagaimana sebelum diremajakan

2) Tetap dengan pengembangan dan tambahan fungsi baru

3) Sama sekali berubah menjadi fungsi baru

4) Sebagian tetap, sebagian dikembangkan dengan fungsi baru dan sebagian berubah

sama sekali.

Isi Panduan Rancang Kota

1. Panduan Rancang Kota Umum yang menyangkut kaitan wawasan kawasan perencanaan

dengan Rencana Kota. Pada bagian ini dikemukakan keterangan mengenai hubungan fungsi

kegiatan yang direncanakan sebagaimana yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota (RUTR) dan Rencana Tata Ruang Kawasan yang bersangkutan dengan

Page 21: 86658388 Morfologi Kota

kawasan perencanaan. Pada dasarnya bagian ini mengandung diskripsi tentang latar

belakang pembangunan kegiatan fungsional tersebut serta kesesuaiannya dengan

kebijaksanaan pembangunan kota di dalam RTRWK serta peruntukannya dalam rencana

kawasan.

2. Diskripsi khusus tentang kawasan fungsional yang direncanakan yang menyangkut :

a. Konsepsi dan rencana tapak

b. Konsepsi yang berkaitan dengan penyesuaian lingkungan alami dan iklim mikro

(penyinaran matahari, suhu, angin, hujan)

c. Konsepsi Tata Bangunan dan Bangun-bangunan termasuk aspek-aspek arsitektural dan

kerekayasaan.

d. Konsepsi sirkulasi dan kemudahan pergerakan internal (dalam kawasan) dan eksternal

(dengan luar kawasan dan dengan bagian wilayah dan kawasan fungsional lainnya)

e. Konsepsi ruang-ruang terbuka, ruang pemeliharaan dan ruang pengamanan.

f. Konsepsi kelengkapan lingkungan seperti lampu umum, rambu-rambu, dan tanda-tanda,

tempat duduk umum, telepon booth, pemberhentian angkutan umum).

3. Panduan Rancang Kota pada Kawasan Perencanaan yang memberikan ketentuan tentang :

a. Pembagian umum fungsi-fungsi di dalam kawasan perencanaan.

b. Uraian ketentuan tentang setiap unsur pembentuk kawasan fungsional yang

direncanakan yang menyangkut :

Page 22: 86658388 Morfologi Kota

1) Hubungan fungsional dan perwujudan antara ruang dan massa bangunan

dan bangun-bangunan kota, antar massa bangunan, antara massa

bangunan dan jaringan pergerakan serta antara massa bangunan dan

kawasan sekitar.

2) Penataan keserasian antara pola kehidupan masyarakat dengan

lingkungan fisik serta kegiatan usahanya.

3) Fungsi dan tampilan unsur-unsur penunjang kawasan fungsional seperti

kelengkapan jalan, rambu-rambu dan petunjuk, papan reklame dan nama

di kawasan pusat kota, berbagai unsur tipikal kota, perletakan unsur-unsur

dan struktur bernilai sejarah dan seni, monumen dan tengeran, ornamen

dan pewarnaan kota (city colouring).

4) Penataan keserasian fungsi dengan unsur-unsur jaringan pergerakan yaitu

antara kepentingn pergerakan pejalan kaki, kendaraan bermotor dan

kendaraan tidak bermotor.

5) Penataan keserasian jaringan utilitas kota, jalur-jalur pemeliharaan dan

pengamanan.

6) Penataan keserasian penghijauan kota sebagai pengindah kota, sebagai

unsur preservasi atau unsur konservasi lingkungan.

7) Penciptaan unsur-unsur baik alami atau binaan yang akan menjadi

identitas kota.

Hubungan Morfologi dan Urban Design

Ada dua argumentasi tentang kebutuhan kajian morfologi dalam perancangan

kota yaitu :

(1) karena ada permasalahan terkait bentukan fisik kota dengan berbagai faktor

penyebabnya, dan

(2) karena tujuan perancangan kota yang menghendaki terciptanya kota berkualitas baik

secara lingkungan, fungsional dan visual.

Morfologi kota diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk kota. Dengan definisi

ini kota dipahami sebagai tempat kumpulan bangunan dan manusia ; artifak yang dihuni ;

kumpulan bangunan dan artifak : artikulasi pengalaman ruang ; produk perubahan sosio-

spatial ; kesatuan penampilan kota ; karya kolektif dan laboratorium bentukan fisik.

Secara garis besar bidang kajian morfologi meliputi :

Page 23: 86658388 Morfologi Kota

a. ekspresi keruangan,

b. land-use,

c. figure-ground,

d. linkage,

e. tata bangunan dan lingkungan,

f. place dan

g. plan.