77619764 makalah refraksi mata

8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar oleh media penglihatan yang terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, atau panjang bola mata, sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat di daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Miopia Miopia atau rabun jauh merupakan suatu keadaan dimana mata mampu melihat obyek yang dekat, tetapi kabur bila melihat objek-objek yang jauh letaknya. Kata miopia berasal dari bahasa Yunani yang berarti memincangkan mata, karena penderita kelainan ini selalu memincangkan mata dalam usahanya untuk melihat lebih jelas objek- objek yang jauh letaknya. Itulah karakteristik utama dari penderita miopia. Miopia paling banyak dijumpai pada anak- anak, biasanya ditemukan pada waktu pemeriksaan skrining di sekolah. Pada umumnya miopia merupakan kelainan yang diturunkan oleh orang tuanya sehingga banyak dijumpai pada usia dini sekolah. Ciri khas dari perkembangan miopia adalah derajat kelainan yang meningkat terus sampai usia remaja kemudian menurun pada usia dewasa muda. Walaupun agak jarang, miopia dapat pula disebabkan oleh perubahan kelengkungan kornea atau oleh kelainan bentuk lensa mata. Karena itu untuk memperoleh gambaran penyebab yang lebih jelas pada seseorang, riwayat adanya miopia di dalam keluarga perlu di kemukakan. Lazimnya miopia terjadi karena memanjangnya sumbu bolamata. Mata yang penampang seharusnya bulat, akibat proses pemanjangan ini kemudian berbentuk bulat telur. Selanjutnya, pemanjangan sumbu ini menyebabkan media refraktif sulit memfokuskan berkas cahaya terfokus di depan retina. Berkas cahaya terfokus didepan retina. Sejalan dengan memanjangnya sumbu bolamata, derajat miopia pun akan bertambah.

Upload: elvina-setiadi-chen

Post on 16-Feb-2015

87 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

def

TRANSCRIPT

Page 1: 77619764 Makalah Refraksi Mata

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar oleh media penglihatan yang terdiri dari kornea,

cairan mata, lensa, badan kaca, atau panjang bola mata, sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat

di daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi.

Miopia

Miopia atau rabun jauh merupakan suatu keadaan dimana mata

mampu melihat obyek yang dekat, tetapi kabur bila melihat

objek-objek yang jauh letaknya. Kata miopia berasal dari bahasa

Yunani yang berarti memincangkan mata, karena penderita

kelainan ini selalu memincangkan mata dalam usahanya untuk

melihat lebih jelas objek-objek yang jauh letaknya. Itulah

karakteristik utama dari penderita miopia. Miopia paling banyak

dijumpai pada anak-anak, biasanya ditemukan pada waktu

pemeriksaan skrining di sekolah. Pada umumnya miopia

merupakan kelainan yang diturunkan oleh orang tuanya sehingga

banyak dijumpai pada usia dini sekolah.

Ciri khas dari perkembangan miopia adalah derajat kelainan

yang meningkat terus sampai usia remaja kemudian menurun

pada usia dewasa muda. Walaupun agak jarang, miopia dapat

pula disebabkan oleh perubahan kelengkungan kornea atau oleh

kelainan bentuk lensa mata. Karena itu untuk memperoleh gambaran penyebab yang lebih jelas pada

seseorang, riwayat adanya miopia di dalam keluarga perlu di kemukakan.

Lazimnya miopia terjadi karena memanjangnya sumbu bolamata. Mata yang penampang seharusnya

bulat, akibat proses pemanjangan ini kemudian berbentuk bulat telur. Selanjutnya, pemanjangan sumbu

ini menyebabkan media refraktif sulit memfokuskan berkas cahaya terfokus di depan retina. Berkas

cahaya terfokus didepan retina. Sejalan dengan memanjangnya sumbu bolamata, derajat miopia pun

akan bertambah.

Pada usia anak-anak sampai remaja, proses pemanjangan bolamata dapat merupakan bagian dari

pertumbuhan tubuh. Pertambahan derajat miopia membutuhkan kacamata yang kiat berat derajat

kekuatannya, karena itu pada masa usia dini dianjurkan agar pemeriksaan diulang setiap 6 bulan pada

golongan usia antara 20-40 tahun, progresivitas miopia akan melambat. Meskipun demikian

pertambahannya tetap ada, terutama pada mereka yang baru mulai menderita miopia diatas usia 20

tahun.

Miopia dapat dibedakan berdasarkan tingginya dioptri,

yaitu:

<1 dioptri miopia sangat ringan

1-3 dioptri miopia ringan

3-6 dioptri miopia sedang

6-10 dioptri miopia tinggi

>10 dioptri miopia sangat tinggi

Page 2: 77619764 Makalah Refraksi Mata

Hypermetropi

hipermetropi / Rabun dekat adalah keadaan di mana berkas cahaya yang

masuk ke mata difokuskan di belakang retina. Penyebab timbulnya

hipermetropi ini diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:

1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek.

Hipermetropia jenis ini disebut juga Hipermetropi Axial.

Hipermetropi Axial ini dapat disebabkan oleh Mikropthalmia,

Retinitis Sentralis, ataupun Ablasio Retina (lapisan retina lepas lari ke

depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).

2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah

Hipermetopia jenis ini disebut juga Hipermetropi Refraksi. Dimana dapat terjadi

gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreus humor.

Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropia refraksi ini adalah perubahan

pada komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksinya menurun dan

perubahan pada komposisi aqueus humor dan vitreus humor( mis. Pada penderita

Diabetes Mellitus, hipermetropia dapat terjadi bila kadar gula darah di bawah

normal, yang juga dapat mempengaruhi komposisi aueus dan vitreus humor

tersebut)

3. Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak Adekuat

Hipermetropia jenis ini disebut juga hipermetropi kurvatura. Dimana kelengkungan dari kornea

ataupun lensa berkurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.

4. Perubahan posisi lensa.

Dalam hal ini didapati pergeseran posisi lensa menjadi lebih posterior.

Gejala klinis pada hypermetropia adalah sakit kepala frontal, memburuk pada waktu mulai timbul

gejala hipermetropi dan makin memburuk sepanjang penggunaan mata dekat. Penglihatan tidak

nyaman (asthenopia) ketika pasien harus focus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama,

misalnya menonton pertandingan bola. Akomodasi akan lebih cepat lelah ketika terpaku pada suatu

level tertentu dari ketegangan.

Presbiopia

Presbiopia, yang biasa juga disebut penglihatan tua

(presby = old = tua; opia = vision = penglihatan)

merupakan keadaan normal sehubungan dengan usia, di

mana kemampuan akomodasi seseorang telah

mengalami penurunan sehingga sampai pada tahap di

mana penglihatan pada jarak dekat menjadi kurang jelas

dan terjadi pada orang yang telah lanjut usia (diatas 40

tahun). Pasien dalam kasus ini berusia 50 tahun, dimana

secara teori sudah mengalami penurunan kemampuan

penglihatan yang terjadi secara fisiologis dan sering

disebut pula presbiopia.

Presbiopia adalah merupakan bagian dari proses penuaan yang secara alamiah dialami oleh semua

orang. Penderita akan menemukan perubahan kemampuan penglihatan dekatnya pertamakali pada

pertengahan usia empat puluhan. Pada usia ini, keadaan lensa kristalin berada dalam kondisi dimana

Page 3: 77619764 Makalah Refraksi Mata

elastisitasnya telah banyak berkurang sehingga menjadi lebih kaku dan menimbulkan hambatan

terhadap proses akomodasi, karena proses ini utamanya adalah dengan mengubah bentuk lensa kristalin

menjadi lebih cembung. Organ utama penggerak proses akomodasi adalah muskulus siliaris, yaitu

suatu jaringan otot yang tersusun dari gabungan serat longitudinal, sirkuler, dan radial. Fungsi serat-

serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula, yang merupakan kapsul di

mana lensa kristalin barada di dalamnya. Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehingga

lensa dapat mempunyai berbagai fokus baik untuk objek berjarak dekat maupun yang berjarak jauh

dalam lapangan pandang. Jika elastisitas lensa kristalin berkurang dan menjadi kaku (sclerosis), maka

muskulus siliaris menjadi terhambat atau bahkan tertahan dalam mengubah kecembungan lensa

kristalin.

Penanganan presbiopia adalah dengan membantu akomodasinya menggunakan lensa cembung (plus).

Jika penderita presbiopia juga ngin memakai kacamata untuk penglihatan jauhnya, atau mempunyai

status refraksi ametropia, maka ukuran dioptri lensa cembung itu diaplikasikan ke dalam apa yang

disebut sebagai addisi. Addisi adalah perbedaan dioptri antara koreksi jauh dengan koreksi dekat.

Berikut ini merupakan addisi rata – rata yang ditemukan pada berbagai tingkatan usia :

40 tahun ———- +1,00 D.

45 tahun ———- +1,50 D.

50 tahun ———- +2,00 D.

55 tahun ———- +2,50 D.

60 tahun ———- +3,00 D.

Dalam menentukan nilai addisi, penting untuk memperhatikan kebutuhan jarak kerja penderita pada

waktu membaca atau melakukan pekerjaan sehari – hari yang banyak membutuhkan penglihatan dekat.

Karena jarak baca dekat pada umumnya adalah 33 cm, maka lensa S +3,00 D adalah lensa plus terkuat

sebagai addisi yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini, mata tidak melakukan

akomodasi bila melihat obyek yang berjarak 33 cm, karena obyek tersebut berada pada titik focus lensa

S +3,00 D tersebut. Jika penderita merupakan seseorang yang dalam pekerjaannya lebih dominan

menggunakan penglihatan dekat, lensa jenis fokus tunggal (monofocal) merupakan koreksi terbaik

untuk digunakan sebagai kacamata baca.

Lensa bifocal atau multifocal dapat dipilih jika penderita presbiopia menginginkan penglihatan jauh

dan dekatnya dapat terkoreksi. Selain dengan lensa kacamata, presbiopia juga dapat dikoreksi dengan

lensa kontak multifocal, yang tersedia dalam bentuk lensa kontak keras maupun lensa kontak lunak.

Hanya saja, tidak setiap orang dapat menggunakan lensa kontak ini, karena membutuhkan perlakuan

dan perawatan secara khusus. Metode lain dalam mengkoreksi presbiopia adalah dengan tehnik

monovision ( penglihatan tunggal ), di mana salah satu mata dikondisikan hanya bisa untuk melihat

jauh saja, dan mata yang satunya lagi dikondisikan hanya bisa untuk melihat dekat. Alat koreksi yang

dipakai bisa berupa lensa kacamata atau lensa kontak. Ada beberapa orang yang dapat menggunakan

metode ini, sementara sebagian besar yang lain dapat pusing – pusing atau kehilangan kedalaman

persepsi atas obyek yang dilihat.

Astigmatisma

Astigmatisma adalah sebuah gejala penyimpangan dalam pembentukkan bayangan pada lensa, hal ini

disebabkan oleh cacat lensa yang tidak dapat memberikan gambaran/ bayangan garis vertikal dengan

horizotal secara bersamaan.cacat mata ini dering di sebut juga mata silinder.

Page 4: 77619764 Makalah Refraksi Mata

Penyebabnya umumnya adalah bawaan. Beberapa

penyakit mata dan pasca bedah kornea, juga dapat

menjadi penyebabnya. Astigmat bawaan tidak bisa

sembuh total, tetapi dapat dikoreksi dengan kacamata,

lensa kontak atau dengan bedah lasik, dan yang

disebakan oleh penyakit misalnya timbilen

(hordeulum), selaput konjuctiva (pterigium) akan hilang

apabila penyakitnya sembuh atau di operasi, sedang

astigmat pasca bedah kornea dapat dikurangi dengan

melepas jahitan atau dengan kacamata.

Oleh karena astigmat dapat menimbulkan pusing, kelelahan mata bahkan kabur maka sebaiknya jika

ada keluhan tersebut segera di konsultasikan ke dokter spesialis mata.Astigmatisma disebabkan karena

kornea mata tidak berbentuk sferik (irisan bola), melainkan lebih melengkung pada satu bidang dari

pada bidang lainnya. Akibatnya benda yang berupa titik difokuskan sebagai garis. Mata astigmatisma

juga memfokuskan sinar-sinar pada bidang vertikal lebih pendek dari sinar-sinar pada bidang

horisontal.

Astigmat derajat kecil masih bisa di toleransi oleh mata apabila mata dalam keadaan sehat. Oleh karena

itu perlu menjaga kesehatan mata dengan cara jika melihat dekat jangan terlalu lama, maksimal 2 jam

dan diistirahatkan kurang lebih 15 menit. Salah satu cara mengatasi astigmatisma yang effisien ialah

dengan menggunakan kacamata berbentuk silindris.

Anisometria

Anisometropia adalah suatu keadaan dimana mata mempunyai

kelainan refraksi yang tidak sama pada mata kanan dan mata mata

kiri. Dapat saja satu mata myopia sedang mata yang lainnya

hypermetropia. Perbedaan kelainan ini paling sedikit 1.0 Dioptri. Jika

terdapat anisometropia 2.5 - 3.0 Dioptri maka akan dirasakan terjadi

perbedaan besar bayangan 5%, yang mengakibatkan akan

terganggunya fusi. Pada keadaan ini dapat terjadi supresi penglihatan

pada satu mata. Fusi merupakan proses mental yang menggabungkankan bayangan yang dibuat oleh 2

mata untuk membentuk lapangan dimensi penglihatan binokuler. Pada kelainan refraksi atau satu mata

lemah maka penglihatan binokuler menjadi lemah. Akibat dari keadaan ini otak akan mencari yang

mudah sehingga memakai kacamata yang tidak memberikan kesukaran untuk melihat. Sebab

anisometropia adalah kelainan konginetal atau akibat trauma bedah yang menimbulkan jaringan parut

sehingga timbul astigmatisme. Anisometropia akan mengakibatkan perbedaan tajam penglihatan

aniseikonia dan aniseiforia.

Anisometropia pada hypermetropia lebih buruk dibanding pada myopia. Pada anak ia kan melihat

terutama dengan mata yang jelas dan membiarkan penglihatan yang kabur atau lemah tidak melihat

biasanya yang lebih hypermetropia sehingga mata tersebut menjadi ambliopia.

Pada anisometropia :

Kurang dari 1.5 D masih terdapat fusi dan penglihatan stereoskopik.

Page 5: 77619764 Makalah Refraksi Mata

Antara 1.5 - 3.0 D, jika terjadi kelelahan maka mata yang tidak dominan akan mengalami

supresi.

Dengan anisometropia sumbu, dapat dikoreksi dengan kacamata. Apalagi dengan mengingat

hukum Knapp.

Keluhan pada anisometropia

pasien dengan anisometropia akan memberikan keluhan :

sakit kepala

astenopia ( keadaan lelah, panas pada mata, berair, mata sakit, rasa tertekan)

silau atau fotofobia

sukar membaca

gelisah

vertigo

pusing

lesu

gangguan melihat ruang (dimensi)

Pengobatan terutama ditujukan pada pencegahan timbulnya ambliopia, aniseikonia dengan memakai

lensa kontak dan jika terjadi phoria dipakailah lensa prisma. Pengobatan anisometropia pada anak-anak

dilakukan dengan pemberian lensa koreksi pada kacamata ukuran penuh, kemudian dilakukan latihan

ortopik dan jika perlu dilakukan bebat mata.

Daftar Pustaka

1. Riordan-Eva P, White OW. Optik & Refraksi. In: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P.

Oftalmologi Umum. 14th ed. Alih Bahasa: Pendit BU. Jakarta: Widya Medika, 2000.

2. Ilyas S. Tajam Penglihatan dan Kelainan Refraksi Penglihatan Warna. In: Ilyas S. Ilmu Penyakit

Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009.

3. Wijana N. Refraksi. In: Wijana N. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: 1983

Gambar diunduh dari:

1. Bintang, Andhika. Kelainan Refraksi. Diunduh dari

http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page Tanggal 10 Januari 2011

2. Detik health. Astigmatisme. Diunduh dari

http://www.detikhealth.com/read/2009/06/30/085346/1156165/770/astigmatisma Tanggal 10

Januari 2011

3. Korean Medical Library Engine. Anisometry. Diunduh dari

http://www.radianthk.com/images/anisometropia_en.jpg Tanggal 10 JAnuari 2011