76276907 aplikasi penginderaan jauh untuk interpretasi dan estimasi potensi sumberdaya batubara
DESCRIPTION
indera jauhTRANSCRIPT
Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK INT
POTENSI
(Kasus di Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan
Faris
Indonesia telah menjadi eksportir batubara nomor dua terbesar di dunia setelah Australia sejak
2006 lalu, dengan volume ekspor 184 juta ton dan devisa yang diperoleh sebesar 3,4 miliar US $.
Dengan naiknya harga BBM, pemerintah mulai mengkonversi energi PL
Kebutuhan batubara akan semakin besar dengan adanya rencana pemerintah membangun PLTU baru
dengan kapasitas 13 ribu megawatt hingga tahun 2010, sehingga diperkirakan membutuhkan pasokan
batubara hingga 90 juta ton/tahun untuk dalam
paling awal, untuk mengidentifikasi daerah
batubara, sebagian besar masih menggunakan metode terestris, dimana metode tersebut membutuhkan
waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar, oleh karena itu diperlukan cara cepat dan tepat untuk
mengidentifikasi dan mengestimasi potensi batubara dengan menggunakan citra penginderaan jauh
dimana metode ini masih memerlukan pengkajian mendalam untuk mencapai tahap opera
dalam survei batubara.
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan lokasi, luasan dan sebaran potensi sumber daya
batubara berdasarkan interpretasi citra penginderaan jauh dan mengestimasi potensi sumberdaya
batubara berdasarkan data hasil anal
yang digunakan adalah interpretasi visual digital citra penginderaan jauh. Melalui pendekatan secara
fotomorfik dan pendekatan fisiografis dihasilkan data spasial dengan tema parameter yang di
dalam identifikasi lokasi potensi batubara, seperti struktur geologi, pola aliran dan litologi daerah
penelitian, yaitu di Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi
Kalimantan Tengah. Peta formasi batuan lokasi penelitian,
Landsat7 ETM+ tahun 2003 dengan memperhatikan variabel tersebut di atas dan panduan peta
geologi skala 1 : 250.000 sebagai data sekunder. Peta indikasi potensi batubara dibuat melalui
interpretasi DSM SRTM 90 m ta
Analisa yang dilakukan untuk menghasilkan lokasi potensi batubara ialah
menumpangsusunkan peta formasi batuan dengan peta indikasi potensi batubara. Lokasi yang
dijadikan potensi batubara adalah lokasi
bearing formation) yaitu Formasi Warukin dan Formasi Montalat. Untuk menghitung estimasi potensi
sumber daya (SD) batubara dari lokasi yang telah ditentukan, diperlukan data sekunder berupa data
bor dan data singkapan (out crop
daya batubara terukur.
Berdasarkan hasil interpretasi dan uji lapangan, dihasilkan 5 lokasi terduga berpotensi
mengandung batubara, 4 lokasi yang terdapat
daerah prospek batubara lokasi 1 hasil penelitian ± 109,008 Ha, lokasi 2 ± 961,837 Ha, lokasi 3 ±
336,200 Ha, lokasi 4 ± 194,024 Ha yang dihitung berdasarkan luas deliniasi (
Perhitungan sumber daya dilakukan pada salah satu lokasi potensi batubara, yaitu daerah prospek
batubara lokasi 2 dan didapat hasil estimasi batubara terukur sebesar 4.421.490,86 Ton.
1. ,[email protected]/faris.irawan
2. Guru Besar Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
3. Guru Besar Fakultas Geografi, Uni
Kata Kunci: Interpetasi, Estimasi, Sumber Daya
Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jauh, Universitas Gadjah Mada
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK INTERPRETASI DAN ESTIMASI
POTENSI SUMBER DAYA BATUBARA
(Kasus di Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah)
Faris Ade Irawan1, Hartono2, Sutikno3
INTISARI Indonesia telah menjadi eksportir batubara nomor dua terbesar di dunia setelah Australia sejak
2006 lalu, dengan volume ekspor 184 juta ton dan devisa yang diperoleh sebesar 3,4 miliar US $.
Dengan naiknya harga BBM, pemerintah mulai mengkonversi energi PLN dari BBM ke batubara.
Kebutuhan batubara akan semakin besar dengan adanya rencana pemerintah membangun PLTU baru
dengan kapasitas 13 ribu megawatt hingga tahun 2010, sehingga diperkirakan membutuhkan pasokan
batubara hingga 90 juta ton/tahun untuk dalam negeri. Di Indonesia pada tahapan eksplorasi batubara
paling awal, untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang secara geologis mengandung endapan
batubara, sebagian besar masih menggunakan metode terestris, dimana metode tersebut membutuhkan
an biaya yang cukup besar, oleh karena itu diperlukan cara cepat dan tepat untuk
mengidentifikasi dan mengestimasi potensi batubara dengan menggunakan citra penginderaan jauh
dimana metode ini masih memerlukan pengkajian mendalam untuk mencapai tahap opera
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan lokasi, luasan dan sebaran potensi sumber daya
batubara berdasarkan interpretasi citra penginderaan jauh dan mengestimasi potensi sumberdaya
batubara berdasarkan data hasil analisa digital citra penginderaan jauh dan survei lapangan.
yang digunakan adalah interpretasi visual digital citra penginderaan jauh. Melalui pendekatan secara
fotomorfik dan pendekatan fisiografis dihasilkan data spasial dengan tema parameter yang di
dalam identifikasi lokasi potensi batubara, seperti struktur geologi, pola aliran dan litologi daerah
penelitian, yaitu di Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi
Kalimantan Tengah. Peta formasi batuan lokasi penelitian, dibuat melalui interpretasi citra satelit
Landsat7 ETM+ tahun 2003 dengan memperhatikan variabel tersebut di atas dan panduan peta
geologi skala 1 : 250.000 sebagai data sekunder. Peta indikasi potensi batubara dibuat melalui
interpretasi DSM SRTM 90 m tahun 2000.
Analisa yang dilakukan untuk menghasilkan lokasi potensi batubara ialah
menumpangsusunkan peta formasi batuan dengan peta indikasi potensi batubara. Lokasi yang
dijadikan potensi batubara adalah lokasi-lokasi yang berada di formasi pembawa batuba
) yaitu Formasi Warukin dan Formasi Montalat. Untuk menghitung estimasi potensi
sumber daya (SD) batubara dari lokasi yang telah ditentukan, diperlukan data sekunder berupa data
out crop) di lokasi tersebut. Hasil perhitungan tersebut menghasilkan sumber
Berdasarkan hasil interpretasi dan uji lapangan, dihasilkan 5 lokasi terduga berpotensi
mengandung batubara, 4 lokasi yang terdapat batubara dan 1 lokasi yang tidak terdapat batubara.
daerah prospek batubara lokasi 1 hasil penelitian ± 109,008 Ha, lokasi 2 ± 961,837 Ha, lokasi 3 ±
336,200 Ha, lokasi 4 ± 194,024 Ha yang dihitung berdasarkan luas deliniasi (zone
Perhitungan sumber daya dilakukan pada salah satu lokasi potensi batubara, yaitu daerah prospek
batubara lokasi 2 dan didapat hasil estimasi batubara terukur sebesar 4.421.490,86 Ton.
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
: Interpetasi, Estimasi, Sumber Daya
1
ERPRETASI DAN ESTIMASI
(Kasus di Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan
Indonesia telah menjadi eksportir batubara nomor dua terbesar di dunia setelah Australia sejak
2006 lalu, dengan volume ekspor 184 juta ton dan devisa yang diperoleh sebesar 3,4 miliar US $.
N dari BBM ke batubara.
Kebutuhan batubara akan semakin besar dengan adanya rencana pemerintah membangun PLTU baru
dengan kapasitas 13 ribu megawatt hingga tahun 2010, sehingga diperkirakan membutuhkan pasokan
Di Indonesia pada tahapan eksplorasi batubara
daerah yang secara geologis mengandung endapan
batubara, sebagian besar masih menggunakan metode terestris, dimana metode tersebut membutuhkan
an biaya yang cukup besar, oleh karena itu diperlukan cara cepat dan tepat untuk
mengidentifikasi dan mengestimasi potensi batubara dengan menggunakan citra penginderaan jauh
dimana metode ini masih memerlukan pengkajian mendalam untuk mencapai tahap operasionalnya
Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan lokasi, luasan dan sebaran potensi sumber daya
batubara berdasarkan interpretasi citra penginderaan jauh dan mengestimasi potensi sumberdaya
isa digital citra penginderaan jauh dan survei lapangan. Metode
yang digunakan adalah interpretasi visual digital citra penginderaan jauh. Melalui pendekatan secara
fotomorfik dan pendekatan fisiografis dihasilkan data spasial dengan tema parameter yang digunakan
dalam identifikasi lokasi potensi batubara, seperti struktur geologi, pola aliran dan litologi daerah
penelitian, yaitu di Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi
dibuat melalui interpretasi citra satelit
Landsat7 ETM+ tahun 2003 dengan memperhatikan variabel tersebut di atas dan panduan peta
geologi skala 1 : 250.000 sebagai data sekunder. Peta indikasi potensi batubara dibuat melalui
Analisa yang dilakukan untuk menghasilkan lokasi potensi batubara ialah
menumpangsusunkan peta formasi batuan dengan peta indikasi potensi batubara. Lokasi yang
lokasi yang berada di formasi pembawa batubara (coal
) yaitu Formasi Warukin dan Formasi Montalat. Untuk menghitung estimasi potensi
sumber daya (SD) batubara dari lokasi yang telah ditentukan, diperlukan data sekunder berupa data
. Hasil perhitungan tersebut menghasilkan sumber
Berdasarkan hasil interpretasi dan uji lapangan, dihasilkan 5 lokasi terduga berpotensi
batubara dan 1 lokasi yang tidak terdapat batubara. Luas
daerah prospek batubara lokasi 1 hasil penelitian ± 109,008 Ha, lokasi 2 ± 961,837 Ha, lokasi 3 ±
zone) hasil interpretasi.
Perhitungan sumber daya dilakukan pada salah satu lokasi potensi batubara, yaitu daerah prospek
batubara lokasi 2 dan didapat hasil estimasi batubara terukur sebesar 4.421.490,86 Ton.
Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
1. PENGANTAR
Permintaan terhadap b
dipastikan terus meningkat hingga
beberapa tahun ke depan. Dengan naiknya
harga BBM, pemerintah mulai
mengkonversi energi PLN dari BBM ke
batubara. Untuk pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU) dengan kapasitas 10 ribu
megawatt, dibutuhkan 30-40 juta
batubara/tahun. Padahal, selama ini
konsumsi domestik hanya sekitar 40 juta
ton/tahun, sehingga dalam waktu 2,5 tahun
akan ada kenaikan kebutuhan batubara
sebanyak dua kali lipat. Kebutuhan
batubara akan semakin besar dengan
adanya rencana pemerintah membangun
PLTU baru dengan kapasitas 13 ribu
megawatt hingga 2010 sehingga
diperkirakan membutuhkan pasokan
batubara hingga 90 juta ton/tahun untuk
dalam negeri (Mulyono, 2006 ).
Direktorat Energi dan Sumberdaya
Mineral memperkirakan potensi batubara
Indonesia mencapai 90 miliar ton lebih dan
cadangan terbukti mencapai 5,3 miliar ton.
Sementara tingkat produksi batubara
Indonesia baru mencapai rata
200 juta ton per tahun. Merujuk pada data
Pusat Litbang Teknologi Mineral dan
Batubara tahun 2006, total cadangan
batubara di Provinsi Kalimantan Tengah
pada tahun 2005 sebesar 48,59 juta ton,
terdiri dari batubara kalori sedang sebesar
Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jauh, Universitas Gadjah Mada
Permintaan terhadap batubara
dipastikan terus meningkat hingga
beberapa tahun ke depan. Dengan naiknya
harga BBM, pemerintah mulai
energi PLN dari BBM ke
batubara. Untuk pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU) dengan kapasitas 10 ribu
40 juta ton
bara/tahun. Padahal, selama ini
konsumsi domestik hanya sekitar 40 juta
ton/tahun, sehingga dalam waktu 2,5 tahun
kan ada kenaikan kebutuhan batubara
sebanyak dua kali lipat. Kebutuhan
batubara akan semakin besar dengan
adanya rencana pemerintah membangun
PLTU baru dengan kapasitas 13 ribu
megawatt hingga 2010 sehingga
diperkirakan membutuhkan pasokan
90 juta ton/tahun untuk
2006 ).
Direktorat Energi dan Sumberdaya
Mineral memperkirakan potensi batubara
Indonesia mencapai 90 miliar ton lebih dan
cadangan terbukti mencapai 5,3 miliar ton.
Sementara tingkat produksi batubara
ia baru mencapai rata-rata sekitar
Merujuk pada data
Pusat Litbang Teknologi Mineral dan
Batubara tahun 2006, total cadangan
batubara di Provinsi Kalimantan Tengah
pada tahun 2005 sebesar 48,59 juta ton,
sedang sebesar
4,05 juta ton dan batubara kalori tinggi
sebesar 44,54 juta ton. Provinsi
Kalimantan Tengah pada umumnya
menargetkan mampu memproduksi
batubara sebanyak 5 juta ton per tahun
mulai tahun 2007, menyusul segera
berproduksinya sejumlah perusaha
pertambangan batubara di wilayah itu
dalam waktu dekat (Tarigan, 2007).
Melihat prospeknya, dimasa
mendatang banyak perusahaan
yang bergerak di bidang ekplorasi dan
eksploitasi batubara.
penting bagi pengusaha batubara adalah
mengetahui lokasi keberadaan dan
memahami potensi batubara tersebut.
Metode yang digunakan untuk survei
batubara dan unsur-unsur terkait lainnya
selama ini adalah metode konvensional
untuk melakukan survei lapangan atau
yang sering disebut dengan tahap
eksplorasi. Dengan metode seperti ini,
dibutuhkan waktu yang relatif lama dan
proses survei yang panjang untuk meneliti
lokasi batubara dan sebarannya. Penelitian
ini akan dilakukan di wilayah Kabupaten
Bario Selatan, Kecamatan Gunung Bintang
Awai, dimana aksessibilitas di daerah
penelitian tersebut cukup sulit, karena
merupakan daerah dominan
dan tertutup oleh hutan,
yang kurang mendukung untuk melakukan
survei lapangan. Masalah
2
4,05 juta ton dan batubara kalori tinggi
sebesar 44,54 juta ton. Provinsi
Kalimantan Tengah pada umumnya
menargetkan mampu memproduksi
batubara sebanyak 5 juta ton per tahun
mulai tahun 2007, menyusul segera
berproduksinya sejumlah perusahaan
pertambangan batubara di wilayah itu
dekat (Tarigan, 2007).
Melihat prospeknya, dimasa
mendatang banyak perusahaan-perusahaan
yang bergerak di bidang ekplorasi dan
Informasi yang
penting bagi pengusaha batubara adalah
engetahui lokasi keberadaan dan
memahami potensi batubara tersebut.
Metode yang digunakan untuk survei
unsur terkait lainnya
selama ini adalah metode konvensional
untuk melakukan survei lapangan atau
yang sering disebut dengan tahap
lorasi. Dengan metode seperti ini,
dibutuhkan waktu yang relatif lama dan
proses survei yang panjang untuk meneliti
lokasi batubara dan sebarannya. Penelitian
ini akan dilakukan di wilayah Kabupaten
Bario Selatan, Kecamatan Gunung Bintang
ssibilitas di daerah
penelitian tersebut cukup sulit, karena
merupakan daerah dominan vegetasi rapat
dan tertutup oleh hutan, serta akses jalan
yang kurang mendukung untuk melakukan
survei lapangan. Masalah-masalah di atas
Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
yang terkait dengan survei lapan
aksessibilitas tersebut dapat diatasi dengan
teknologi penginderaan jauh. Teknologi
penginderaan jauh memberikan peluang
yang lebih besar untuk melakukan
identifikasi lokasi sebaran atau singkapan
batubara sehingga mempersempit tahap
survei eksplorasi.
Data penginderaan jauh dapat
memberikan efisiensi yang tinggi baik dari
segi biaya maupun waktu, karena tidak
membutuhkan banyak survei lapangan,
kecuali untuk verifikasi atau kecocokkan
lapangan sehingga survei-
dilakukan lebih terarah. Dalam hal ini data
penginderaan jauh yang efektif adalah
perolehan data topografi, yakni data yang
memberikan gambaran tentang ciri
fisik geologi dan geomorfologi tertentu
dari batubara, karena pendekatan untuk
identifikasi batubara lebih mudah dikenal
dengan pendekatan topografi tersebut.
Data yang dapat memberikan gambaran
tentang topografi ini adalah data
Surface Model (DSM) SRTM, yang
tersedia untuk seluruh wilayah Indonesia
dengan resolusi yang cukup tinggi 90 m,
serta data citra satelit Landsat7 ETM
yang memiliki ketelitian spasial 30 m
perekaman 5 Mei 2003, path 117 dan row
61. Kombinasi kedua data satelit tersebut
diharapkan mampu memberikan hasil yang
Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jauh, Universitas Gadjah Mada
yang terkait dengan survei lapangan dan
aksessibilitas tersebut dapat diatasi dengan
teknologi penginderaan jauh. Teknologi
penginderaan jauh memberikan peluang
yang lebih besar untuk melakukan
identifikasi lokasi sebaran atau singkapan
batubara sehingga mempersempit tahap
Data penginderaan jauh dapat
memberikan efisiensi yang tinggi baik dari
segi biaya maupun waktu, karena tidak
membutuhkan banyak survei lapangan,
kecuali untuk verifikasi atau kecocokkan
-survei yang
alam hal ini data
penginderaan jauh yang efektif adalah
perolehan data topografi, yakni data yang
memberikan gambaran tentang ciri-ciri
fisik geologi dan geomorfologi tertentu
dari batubara, karena pendekatan untuk
identifikasi batubara lebih mudah dikenali
dengan pendekatan topografi tersebut.
Data yang dapat memberikan gambaran
tentang topografi ini adalah data Digital
(DSM) SRTM, yang
tersedia untuk seluruh wilayah Indonesia
dengan resolusi yang cukup tinggi 90 m,
Landsat7 ETM+
yang memiliki ketelitian spasial 30 m
perekaman 5 Mei 2003, path 117 dan row
61. Kombinasi kedua data satelit tersebut
diharapkan mampu memberikan hasil yang
memuaskan untuk estimasi potensi
batubara di daerah penelitian.
2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
(1) menentukan lokasi,
sumber daya batubara berdasarkan
interpretasi citra penginderaan
citra Landsat 7 ETM+
DSM SRTM 90 m tahun 2000, (2)
mengestimasi potensi sumberdaya
batubara berdasarkan data hasil analisa
digital citra penginderaan jauh dan survei
lapangan.
3. CARA PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk
menentukan lokasi dan sebaran
sumberdaya batubara dan mengestimasi
potensi sumberdaya batubara
data hasil analisa digital citra penginderaan
jauh. Lokasi penelitian
Kabupaten Barito Selatan, Kecamatan
Gunung Bintang Awai, dimana
aksessibilitas di daerah penelitian tersebut
cukup sulit, karena merupakan daerah
dominan vegetasi rapat dan tertutup oleh
hutan, serta akses jalan yang kurang
mendukung untuk melakukan survei
lapangan. Masalah-masalah di atas yang
terkait dengan survei lapangan dan
aksessibilitas tersebut dapat diatasi dengan
teknologi penginderaan jauh. Teknologi
penginderaan jauh memberikan peluang
3
memuaskan untuk estimasi potensi
batubara di daerah penelitian.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
luasan dan sebaran
daya batubara berdasarkan
pretasi citra penginderaan jauh yaitu
+ tahun 2003 dan
DSM SRTM 90 m tahun 2000, (2)
mengestimasi potensi sumberdaya
batubara berdasarkan data hasil analisa
digital citra penginderaan jauh dan survei
CARA PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk
menentukan lokasi dan sebaran
sumberdaya batubara dan mengestimasi
potensi sumberdaya batubara berdasarkan
data hasil analisa digital citra penginderaan
Lokasi penelitian di wilayah
o Selatan, Kecamatan
Gunung Bintang Awai, dimana
aksessibilitas di daerah penelitian tersebut
cukup sulit, karena merupakan daerah
rapat dan tertutup oleh
serta akses jalan yang kurang
mendukung untuk melakukan survei
masalah di atas yang
terkait dengan survei lapangan dan
aksessibilitas tersebut dapat diatasi dengan
teknologi penginderaan jauh. Teknologi
ginderaan jauh memberikan peluang
Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
yang lebih besar untuk melakukan
identifikasi lokasi sebaran atau singkapan
batubara sehingga mempersempit tahap
survei eksplorasi. Gambar 1, manampilkan
Penentuan lokasi suberdaya
batubara dilakukan melalui proses
intergrasi citra satelit Landsat7 ETM
resolusi 30 m dan DSM SRTM ketelitian
30 m yang sebelumnya dilakukan proses
pengolahan citra secara digital untuk
mengoptimalkan identifikasi dan
interpretasi lokasi sumber daya batubara
Gambar 1, Diagram Kerangka Pemikiran
DSM SRTM 30 m
Identifikasi Indikasi
Lokasi Potensi
Batubara
Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jauh, Universitas Gadjah Mada
yang lebih besar untuk melakukan
identifikasi lokasi sebaran atau singkapan
batubara sehingga mempersempit tahap
manampilkan
diagram kerangka pemikiran secara
singkat, dari tahap awal
mencapai tujuan yang diharapkan.
Penentuan lokasi suberdaya
batubara dilakukan melalui proses
intergrasi citra satelit Landsat7 ETM+
resolusi 30 m dan DSM SRTM ketelitian
30 m yang sebelumnya dilakukan proses
pengolahan citra secara digital untuk
mengoptimalkan identifikasi dan
interpretasi lokasi sumber daya batubara.
Pengolahan data yang dilakukan dalam
penelitian ini meliputi
penajaman, pembuatan komposit warna,
pengolahan data DSM SRTM, dan proses
integrasi keduanya yaitu peleburan (
citra Landsat7 ETM+
Pengolahan data tersebut bertujuan untuk
kemudahan interpretasi lokasi potensi
Gambar 1, Diagram Kerangka Pemikiran
1. Tutupan Lahan
2. Struktur
3. Litologi
4. Pola Aliran
Estimasi Sumber daya
Citra Satelit Ladsat7 ETM+
Formasi Batuan Lokasi
Penelitian
Informasi geologi lokasi
penelitian: Formasi Batuan
Regional,Batuan penyusun
Data Sekunder
Lokasi Batubara
Potensi Sumber daya
Batubara
Potensi Lokasi Batubara
Singkapan Batubara
4
diagram kerangka pemikiran secara
singkat, dari tahap awal penelitian hingga
mencapai tujuan yang diharapkan.
Pengolahan data yang dilakukan dalam
penelitian ini meliputi; koreksi citra,
, pembuatan komposit warna,
pengolahan data DSM SRTM, dan proses
integrasi keduanya yaitu peleburan (fusion)
dan DSM SRTM.
Pengolahan data tersebut bertujuan untuk
kemudahan interpretasi lokasi potensi
Informasi geologi lokasi
penelitian: Formasi Batuan
Regional,Batuan penyusun
Data Sekunder (Peta Geologi
Digital)
Singkapan Batubara
Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
batubara.
Pendekatan Identifikasi Potensi
Batubara
Pendekatan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi lokasi endapan batubara
yang terdapat di daerah berbukit dan
bergunung menggunakan bantuan DSM
SRTM secara fotomorfik, dan
fisiografis yaitu menggunakan citra satelit
Landsat7 ETM+ untuk interpretasi satuan
batuan dan identifikasi formasi pembawa
batubara (coal bearing formation
penelitian.
Interpretasi visual dengan
mendeliniasi variabel
menggunakan pendekatan fotomorfik
untuk menghasilkan kunci interpretasi
berupa kenampakan lapisan batubara yang
terlihat pada SRTM dan pendekatan
fisiografi yaitu interpretasi citra satelit
Landsat7 ETM+ untuk identifikasi litologi
sehingga menghasilkan formasi batuan
daerah penelitian dengan panduan peta
geologi skalala 1 : 250.000.
3.1 Pendekatan Fotomorfik
Sebagai dasar dalam melakukan
interpretasi adalah unsur-unsur interpretasi
citra seperti pola, bentuk, tekstur
diperhatikan juga arah patahan
Suatu lokasi yang teri
Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jauh, Universitas Gadjah Mada
Pendekatan Identifikasi Potensi
Pendekatan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi lokasi endapan batubara
yang terdapat di daerah berbukit dan
bergunung menggunakan bantuan DSM
SRTM secara fotomorfik, dan pendekatan
fisiografis yaitu menggunakan citra satelit
untuk interpretasi satuan
ormasi pembawa
ormation) di lokasi
Interpretasi visual dengan
mendeliniasi variabel-variabel
menggunakan pendekatan fotomorfik
untuk menghasilkan kunci interpretasi
berupa kenampakan lapisan batubara yang
terlihat pada SRTM dan pendekatan
interpretasi citra satelit
untuk identifikasi litologi
sehingga menghasilkan formasi batuan
daerah penelitian dengan panduan peta
Pendekatan Fotomorfik
Sebagai dasar dalam melakukan
unsur interpretasi
bentuk, tekstur, selain itu
diperhatikan juga arah patahan dan lipatan.
Suatu lokasi yang teridentifikasi
mengandung batubara
diamati menggunakan data
SRTM dibandingkan citra satelit Landsat7
ETM+. Ciri topografi batuan pembawa
batubara akan terlihat menonjol, berbentuk
seperti bukit yang memanjang dan
berukuran tidak besar serta memiliki
tekstur berupa torehan-torehan atau gerigi
yang tidak terlalu lebar. Jika
mempunyai morfologi berupa perbukitan
yang lancip dan kecil
terduga mengandung batubara karena
materinya terlalu resisten
lapangan merupakan satuan
batuangamping. Batuan yang diduga
merupakan pembawa batubara berp
teratur dan biasanya pararel dengan lokasi
lokasi lainnya yang ter
mengandung batubara.
Kesulitan yang dihadapi saat
melakukan interpretasi adalah faktor
topografi lokasi penelitian yang tidak
begitu menonjol, sehingga sangat optimal
jika interpretasi lokasi potensi batubara
menggunakan data yang mengandung
unsur ketinggian seperti SRTM.
kelebihan menggunakan data SRTM
adalah tidak terganggu oleh
dalam melakukan interpretsi dan dengan
menggunakan perangkat lunak tertentu
5
mengandung batubara, lebih mudah
diamati menggunakan data Space Shuttle
dibandingkan citra satelit Landsat7
i batuan pembawa
akan terlihat menonjol, berbentuk
seperti bukit yang memanjang dan
berukuran tidak besar serta memiliki
torehan atau gerigi
yang tidak terlalu lebar. Jika suatu bukit
mempunyai morfologi berupa perbukitan
il-kecil maka tidak
mengandung batubara karena
materinya terlalu resisten, biasanya di
lapangan merupakan satuan
Batuan yang diduga
merupakan pembawa batubara berpola
teratur dan biasanya pararel dengan lokasi-
lokasi lainnya yang terindikasi
Kesulitan yang dihadapi saat
melakukan interpretasi adalah faktor
topografi lokasi penelitian yang tidak
, sehingga sangat optimal
jika interpretasi lokasi potensi batubara
yang mengandung
ketinggian seperti SRTM. Selain itu,
kelebihan menggunakan data SRTM
tidak terganggu oleh tutupan awan
dalam melakukan interpretsi dan dengan
menggunakan perangkat lunak tertentu
Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
seperti ER Mapper 7.0 dapat dilakukan
pengaturan arah arah terbang pesawat,
pengaturan nilai Azimuth dan
(Gambar 2).
3.2 Pendekatan Fisiografis
Batubara terbentuk dari proses
metamorfosa, dari tumbuh-tumbuhan yang
mati selanjutnya membentuk lapisan
gambut. Endapan gambut yang terletak
pada posisi stratigrafi yang lebih bawah
tersebut akan mengalami pengaruh tekanan
yang lebih besar akibat pembebanan
endapan sedimen di atasnya (
dan akan menimbulkan panas.
bertambahnya bobot lapisan di atasnya,
lapisan gambut dapat berubah menjadi
Gambar 2 : Contoh hasil proses
secara fotomorfik
Sumber : Pengolahan DSM SRTM menggunakan program ER Mapper 7.0
Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jauh, Universitas Gadjah Mada
seperti ER Mapper 7.0 dapat dilakukan
pengaturan arah arah terbang pesawat,
dan Elevasinya
Pendekatan Fisiografis
Batubara terbentuk dari proses
tumbuhan yang
mati selanjutnya membentuk lapisan
gambut yang terletak
pada posisi stratigrafi yang lebih bawah
tersebut akan mengalami pengaruh tekanan
yang lebih besar akibat pembebanan
endapan sedimen di atasnya (overburdent)
dan akan menimbulkan panas. Akibat
bertambahnya bobot lapisan di atasnya,
pisan gambut dapat berubah menjadi
batubara. Tekanan tersebut di atas dapat
berupa sesar atau lipatan, sehingga struktur
geologi berupa sesar dan lipatan
merupakan variabel dalam menentukan
lokasi potensi batubara.
penginderaan jauh, khususnya citra
Landsat7 ETM+ yang digunakan dalam
penelitian ini diharapkan mampu
mendeteksi adanya struktur geologi di
lokasi penelitian.
Contoh hasil proses sun shadding data Space Shuttle untuk identifikasi
secara fotomorfik lokasi potensi batubara dari aspek geomorfologi
Sumber : Pengolahan DSM SRTM menggunakan program ER Mapper 7.0
A Lokasi Sampel
Lokasi Estimasi
u
6
batubara. Tekanan tersebut di atas dapat
berupa sesar atau lipatan, sehingga struktur
geologi berupa sesar dan lipatan
merupakan variabel dalam menentukan
lokasi potensi batubara. Citra
penginderaan jauh, khususnya citra satelit
yang digunakan dalam
penelitian ini diharapkan mampu
mendeteksi adanya struktur geologi di
untuk identifikasi
dari aspek geomorfologi
Sumber : Pengolahan DSM SRTM menggunakan program ER Mapper 7.0
Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
Stratigrafi di daerah penelitian
berhubungan dengan kedudukan batubara,
sehingga tidak dapat dipisahkan dengan
kondisi geologi pembentuk batubara.
Tempat pembentukan batubara pada
umumnya mempunyai dasar yang kedap
air dan lempung merupakan litologi yang
relatif banyak dijumpai sebagai satuan
dasar batubara. Selain struktur geologi,
litologi atau jenis batuan juga merupakan
variabel penting dalam menentukan lokasi
potensi batubara. Citra satelit Landsat7
ETM+ cocok digunakan untuk identifikasi
litologi, karena kapasitas beberapa saluran
yang mampu membedakan jenis batuan di
suatu lokasi. Pola aliran di daerah
penelitian juga merupakan variabel penting
untuk identifikasi potensi batubara, karena
pola aliran dapat digunakan dalam
mengidentifikasi jenis batuan dan struktur
geologi.
Menurut Sutrisno, dkk (1994)
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi (P3G) Bandung , urutan
statigrafinya Cekungan Barito dari tua ke
muda di derah penelitian adalah Formasi
Berai (Tomb), Formasi Montalat (Tomm),
Formasi Warukin (Tmw). Batubara yang
Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jauh, Universitas Gadjah Mada
Stratigrafi di daerah penelitian
kedudukan batubara,
sehingga tidak dapat dipisahkan dengan
kondisi geologi pembentuk batubara.
Tempat pembentukan batubara pada
umumnya mempunyai dasar yang kedap
air dan lempung merupakan litologi yang
relatif banyak dijumpai sebagai satuan
ra. Selain struktur geologi,
litologi atau jenis batuan juga merupakan
variabel penting dalam menentukan lokasi
potensi batubara. Citra satelit Landsat7
cocok digunakan untuk identifikasi
litologi, karena kapasitas beberapa saluran
an jenis batuan di
suatu lokasi. Pola aliran di daerah
penelitian juga merupakan variabel penting
untuk identifikasi potensi batubara, karena
pola aliran dapat digunakan dalam
mengidentifikasi jenis batuan dan struktur
Menurut Sutrisno, dkk (1994), dari
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi (P3G) Bandung , urutan
statigrafinya Cekungan Barito dari tua ke
muda di derah penelitian adalah Formasi
Berai (Tomb), Formasi Montalat (Tomm),
Batubara yang
didapati saat verifikasi lapangan memiliki
ciri dan karakter yang berbeda
dari segi warna, keras (kompak) batuan,
maupun kualitas batubara itu sendiri
seperti kandungan karbonnya. Hal ini
dikarenakan perbedaan umur dari batubara
tersebut, batubara yang terdapat di Formasi
Warukin adalalah batubara yang tergolong
kualitas kurang baik atau batubara muda
dengan ciri batubara yang rapuh dan gores
coklat lebih rendah kualitasnya jika
dibandingkan batubara yang terdapat di
Formasi Montalat yang merupakan
batubara dengan kualitas sedang dengan
ciri batubara yang kompak dan gores
coklat kehitaman. Berdasarkan kolom
stratigrafi, dinyatakan bahwa batubara
yang terdapat di Formasi Montalat
merupakan batubara yang berumur Eosen
sampai Oligosen adalah batubara yang
berumur tua dengan kualitas yang baik.
4. HASIL dan PEMBAHASAN
Parameter yang dihasilkan melalui
pendekatan fotomorfik dan pendekatan
fisiografis dianalisa dengan meng
lokasi potensi batubara yang dihasilkan
dari pendekatan fotomor
7
didapati saat verifikasi lapangan memiliki
ciri dan karakter yang berbeda-beda, baik
dari segi warna, keras (kompak) batuan,
maupun kualitas batubara itu sendiri
seperti kandungan karbonnya. Hal ini
dikarenakan perbedaan umur dari batubara
rsebut, batubara yang terdapat di Formasi
Warukin adalalah batubara yang tergolong
kualitas kurang baik atau batubara muda
dengan ciri batubara yang rapuh dan gores
coklat lebih rendah kualitasnya jika
dibandingkan batubara yang terdapat di
t yang merupakan
batubara dengan kualitas sedang dengan
ciri batubara yang kompak dan gores
coklat kehitaman. Berdasarkan kolom
stratigrafi, dinyatakan bahwa batubara
yang terdapat di Formasi Montalat
merupakan batubara yang berumur Eosen
dalah batubara yang
berumur tua dengan kualitas yang baik.
HASIL dan PEMBAHASAN
Parameter yang dihasilkan melalui
k dan pendekatan
nalisa dengan mengoverlay
okasi potensi batubara yang dihasilkan
dari pendekatan fotomorfik dan formasi
Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
batuan hasil interpretasi citra Landsat7
ETM+.
Berdasarkan keterangan peta
geologi lembar Buntok 1714, Kalimantan,
skala 1 : 250.000, sumber daya batubara
terdapat di Formasi Berai
Montalat. Pada kenyataan di lapangan,
batubara juga terdapat di Formasi
Warukin. Sedangkan di Formasi Berai
tidak ditemukan singkapan batubara.
Gambar 3, Analisa variabel untuk
Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jauh, Universitas Gadjah Mada
batuan hasil interpretasi citra Landsat7
Berdasarkan keterangan peta
geologi lembar Buntok 1714, Kalimantan,
skala 1 : 250.000, sumber daya batubara
dan Formasi
Montalat. Pada kenyataan di lapangan,
juga terdapat di Formasi
gkan di Formasi Berai
temukan singkapan batubara.
Semua indikasi lokasi potensi
(Gambar 3), tidak semua lokasi dapat
dicapai untuk verifikasi adanya singkapan
batubara karena kesulitan medan dan akses
menuju lokasi tersebut.
diasumsikan bahwa lokasi terindikasi
batubara yang terdapat di Formasi Berai,
kemungkinan besar tidak terdapat
singkapan batubara karena terdapat di
lapisan bawah satuan batugamping.
Peta Lokasi
Potensi
Peta Formasi
Batuan
Gambar 3, Analisa variabel untuk
menentukan lokasi batubara
Peta Indikasi
Lokasi Potensi Analisis/Tumpang
Susun
Hasil
8
emua indikasi lokasi potensi
, tidak semua lokasi dapat
dicapai untuk verifikasi adanya singkapan
batubara karena kesulitan medan dan akses
Hasil analisa dapat
diasumsikan bahwa lokasi terindikasi
batubara yang terdapat di Formasi Berai,
kemungkinan besar tidak terdapat
singkapan batubara karena terdapat di
apisan bawah satuan batugamping.
Analisis/Tumpang
Susun
Lokasi Terindikasi
Batubara
Tititk Sampel
Lapangan
Koordinat UTM Formasi di Lapangan Hasil Interpretasi Citra Data Hasil Survey
Lapangan
1 Formasi Warukin Lokasi Batubara
Titik 1a 293826 mT 9836528 mU Lokasi Batubara
2 Formasi Montalat Lokasi Batubara
Titik 2a 296273 mT 9842019 mU Lokasi Batubara
Titik 2b 296211 mT 9842994 mU Lokasi Batubara
Titik 2c 296449 mT 9844149 mU Lokasi Batubara
3 Formasi montalat Lokasi Batubara
Titik 3a 298870 mT 9848887 mU Lokasi Batubara
Titik 3b 300042 mT 9849583 mU
4 Formasi Berai Lokasi Batubara
Titik 4a 301853 mT 9849409 mU Batu Gamping
5 Formasi Montalat Lokasi Batubara
Titik 5a 312206 mT 9849894 mU Lokasi Batubara
Tabel 1, Perbedaan Hasil Interpretasi dengan Hasil Verifikasi
Lapangan
Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
3.1 Estimasi Sumber Daya Batubara
Data yang digunakan dalam
perhitungan sumber daya dalam penelitian
ini adalah hasil pengukuran yang
dilakukan oleh pihak Kuasa Pertambangan
(KP) PT. Palopo Indah Raya pada tahun
2006, lokasi yang dijadikan konsesi
pertambangan sesuai dengan lokasi potensi
batubara hasil interpretasi pada penelitian
ini. Selain daerah konsesi yang sesuai
dengan lokasi penelitian, data eksplorasi
PT. Palopo Indah Raya dilengkapi data bor
yang memungkinkan mendapatkan
perhitungan sumber daya teruk
Rumus yang digunakan dalam perhitungan sumber
Dimana :
SD = Sumber daya Batubara
P = Panjang ke arah jurus (
d = Kedalaman penambangan 40,45,50 meter dari level sing
t = Tebal batubara
α = Kemiringan lapisan batubara
BJ = Berat jenis batubara dianggap 1,30 gr/cm
CF = Faktor korelasi keslahan dalam perhitungan
Dari formula di atas, dihitung besaran sumber daya setiap
jumlah sumber daya dari setiap lapisan merupakan total sumber daya batubara.
Sumber daya Batubara (SD) = p x
Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jauh, Universitas Gadjah Mada
Estimasi Sumber Daya Batubara
Data yang digunakan dalam
dalam penelitian
adalah hasil pengukuran yang
dilakukan oleh pihak Kuasa Pertambangan
(KP) PT. Palopo Indah Raya pada tahun
2006, lokasi yang dijadikan konsesi
sesuai dengan lokasi potensi
batubara hasil interpretasi pada penelitian
Selain daerah konsesi yang sesuai
dengan lokasi penelitian, data eksplorasi
PT. Palopo Indah Raya dilengkapi data bor
yang memungkinkan mendapatkan
perhitungan sumber daya terukur.
Sumber daya batubara yang
dihitung adalah kelompok
dari pengukuran PT. Palopo Indah Raya
yang telah disesuaikan dengan lokasi
potensi batubara hasil interpretsai citra
yaitu daerah prospek ke 2
Montalat. Sehingga tidak semua
yang merupakan kuasa pertambangan
perusahaan tersebut ditampilkan dalam
penelitian ini tetapi hanya
masuk di dalam deliniasi lokasi hasil
interpretasi daerah prospek 2
Montalat.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan sumber daya batubara adalah sebagai berikut :
daya Batubara – (ton)
= Panjang ke arah jurus (strike) – (meter)
= Kedalaman penambangan 40,45,50 meter dari level singkapan batubara
= Tebal batubara - (meter)
= Kemiringan lapisan batubara - (0)
= Berat jenis batubara dianggap 1,30 gr/cm3
Faktor korelasi keslahan dalam perhitungan dianggap 0,9
Dari formula di atas, dihitung besaran sumber daya setiap lapisan (
jumlah sumber daya dari setiap lapisan merupakan total sumber daya batubara.
Sumber daya Batubara (SD) = p x (d/sin α) x t x BJ x CF
10
daya batubara yang
dihitung adalah kelompok seam (lapisan)
PT. Palopo Indah Raya
yang telah disesuaikan dengan lokasi
potensi batubara hasil interpretsai citra
yaitu daerah prospek ke 2 Formasi
. Sehingga tidak semua seam
yang merupakan kuasa pertambangan
perusahaan tersebut ditampilkan dalam
penelitian ini tetapi hanya seam yang
masuk di dalam deliniasi lokasi hasil
interpretasi daerah prospek 2 Formasi
daya batubara adalah sebagai berikut :
kapan batubara
lapisan (seam), kemudian
jumlah sumber daya dari setiap lapisan merupakan total sumber daya batubara.
Tabel 2, Hasil Perhitungan Sumber daya di Lokasi 2 Daerah Prospek Batubara
NO COAL SEAM
COAL THICKS / T
(M)
DIP / α
(..0)
SG CF DISTANCE OF COAL / P (M) TONAGGE
1 Kelompok seami PIR 93a 1,06 17 1,3 0,9 5.815 1.233.329,746
2 Kelompok seami PIR 93b 2,53 23 1,3 0,9 5.021 1.901.900,556
3 Kelompok seami PIR 91 2,02 15 1,3 0,9 2.817 1.286.260,557
Total 4.421.490,859
Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
5. Penutup
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Pengolahan data citra satelit
Landsat7 ETM+ melalui citra
komposit warna semu (
composite) kombinasi saluran 4,5
dan 7 pada struktur data RGB
menghasilkan variabel
untuk identifikasi potensi batubara
dan data citra DSM SRTM
menghasilkan pemodelan topografi
tiga dimensi (3D) yang membantu
dalan identifikasi lokasi
yang terindikasi potensi batubara,
terutama lokasi, luasan dan
sebarannya.
2. Melalui analisa tingkat
kepercayaan interpretasi
potensi batubara da
sebesar 80% yaitu dari
yang diduga berpotensi
mengandung batubara,
ditemukan batubara dan
tidak. Keempat lokasi tersebut
tersebar tidak merata di formasi
formasi pembawa batubara yaitu
Formasi Warukin terdapat 1 lokasi
potensi dan Formasi Montalat
terdapat 3 lokasi potensi batubara.
3. Luas daerah prospek batubara
lokasi 1 hasil penelitian ± 10
Ha, lokasi 2 ± 961,837 Ha, lokasi
Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jauh, Universitas Gadjah Mada
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
citra satelit
melalui citra
komposit warna semu (false color
) kombinasi saluran 4,5
dan 7 pada struktur data RGB
menghasilkan variabel-variabel
untuk identifikasi potensi batubara
DSM SRTM
pemodelan topografi
yang membantu
dalan identifikasi lokasi-lokasi
yang terindikasi potensi batubara,
terutama lokasi, luasan dan
Melalui analisa tingkat
interpretasi lokasi
dapat dicapai
dari 5 lokasi
duga berpotensi
mengandung batubara, 4 lokasi
batubara dan 1 lokasi
Keempat lokasi tersebut
dak merata di formasi-
formasi pembawa batubara yaitu
Formasi Warukin terdapat 1 lokasi
potensi dan Formasi Montalat
terdapat 3 lokasi potensi batubara.
Luas daerah prospek batubara
lokasi 1 hasil penelitian ± 109,008
7 Ha, lokasi 3
± 336,200 Ha, lokasi
Ha yang dihitung berdasarkan luas
deliniasi (zone) hasil interpretasi
4. Perhitungan sumber daya
menggunakan data sekunder
dilakukan pada salah satu lokasi
potensi batubara, yaitu daerah
prospek batubara lokasi 2
Montalat dan didapat hasil estimasi
batubara terukur sebesar
4.421.490,86 t
berdasarkan interpretasi fotomorfik
lokasi 2 Formasi Montalat,
dianalogikan bahwa potensi
batubara di lokasi tersebut lebih
besar, dua kali lebih besar
dibandingkan data sekunder,
sehingga nilai sumber daya lokasi
tersebut mencapai 8 juta ton lebih.
5. Berdasarkan Peta Geologi Lembar
Kalimantan tahun 1994 skala 1 :
250.000 pada kolom stratigrafi
lokasi penelitian dinyatakan bahwa
formasi pembawa batubar
bearing formation
Warukin, Formasi Montalat dan
Formasi Berai. Pada saat uji
lapangan, di daerah sampel pada
Formasi Berai, tidak ditemukan
singkapan batubara.
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut.
12
Ha, lokasi 4 ± 194,024
Ha yang dihitung berdasarkan luas
) hasil interpretasi.
Perhitungan sumber daya
menggunakan data sekunder
dilakukan pada salah satu lokasi
potensi batubara, yaitu daerah
prospek batubara lokasi 2 Formasi
dan didapat hasil estimasi
terukur sebesar
4.421.490,86 ton. Estimasi
berdasarkan interpretasi fotomorfik
lokasi 2 Formasi Montalat, dapat
dianalogikan bahwa potensi
batubara di lokasi tersebut lebih
besar, dua kali lebih besar
dibandingkan data sekunder,
sehingga nilai sumber daya lokasi
tersebut mencapai 8 juta ton lebih.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar
Kalimantan tahun 1994 skala 1 :
250.000 pada kolom stratigrafi
lokasi penelitian dinyatakan bahwa
formasi pembawa batubara (coal
ring formation) adalah Formasi
Warukin, Formasi Montalat dan
Formasi Berai. Pada saat uji
lapangan, di daerah sampel pada
Formasi Berai, tidak ditemukan
singkapan batubara.
yang dapat diberikan adalah sebagai
Publikasi Naskah Tesis, Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jurusan Penginderaan Jauh, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
1. Kemungkinan ketelitian pemetaan
akan lebih baik lagi, jika lokasi
sampel yang diverifikasi lebih
banyak dan tersebar merata pada
ketiga formasi yang diteliti.
2. Diharapkan aplikasi analisa digital
data penginderaan jauh berupa citra
satelit Landsat7 ETM+ dan data
DSM SRTM lebih luas lagi,
mengidentifikasi lokasi
berpotensi bahan tambang lainnya
tidak hanya batubara.
6. DAFTAR REFERENSI
Bainton, C.S., 1975, Coal Formation in
Indonesia. Proceedings regional
Conference on the Geology and
Mineral Resources of South East
Asia, Jakarta, p. 1 – 23.
Mulyono, J., 2006. Emas Hitam Sang
Primadona,
http://www.swa.co.id/cetak.php
Tarigan, S., 2007. “Produksi batubara
Kalteng tahun ini Lima Juta Ton”.
Artikel. www.Kapanlagi.com
Pasca Sarjana Fakutas Geografi
Jauh, Universitas Gadjah Mada
ketelitian pemetaan
akan lebih baik lagi, jika lokasi
sampel yang diverifikasi lebih
banyak dan tersebar merata pada
ketiga formasi yang diteliti.
aplikasi analisa digital
auh berupa citra
satelit Landsat7 ETM+ dan data
lebih luas lagi, dalam
mengidentifikasi lokasi-lokasi
berpotensi bahan tambang lainnya,
3. Pemanfaatan data
resolusi spasial lebih detil, seperti
citra satelit ALOS, ASTER
AVNIR 15 M dan SRTM DSM
30/60 m memungkinkan
mengidentifikasi
potensi batubara yang lebih teliti.
4. Pelaksanaan penelitian akan lebih
baik bila menggunakan data
sekunder yang lebih detail, berupa
peta geologi dengan skala yang
lebih besar (< 1:250.000).
S., 1975, Coal Formation in
Proceedings regional
Conference on the Geology and
Mineral Resources of South East
Emas Hitam Sang
Artikel.
http://www.swa.co.id/cetak.php.
“Produksi batubara
Kalteng tahun ini Lima Juta Ton”.
www.Kapanlagi.com.
Palopo, PT., 2006. Laporan Eksplorasi
Lengkap. Buntok.
Sutirno, supritana, Rustandi, Sanyoto
dan Hasan, 1994.
Lembar Buntok,
Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
Standar Nasional Indonesia, 1998.
Klasifikasi Sumberdaya dan
Cadangan Batubara
ICS 73.20.
13
Pemanfaatan data citra dengan
resolusi spasial lebih detil, seperti
citra satelit ALOS, ASTER
AVNIR 15 M dan SRTM DSM
30/60 m memungkinkan untuk
mengidentifikasi lokasi-lokasi
potensi batubara yang lebih teliti.
Pelaksanaan penelitian akan lebih
baik bila menggunakan data
sekunder yang lebih detail, berupa
peta geologi dengan skala yang
lebih besar (< 1:250.000).
Laporan Eksplorasi
supritana, Rustandi, Sanyoto
1994. Peta Geologi
, Kalimantan, Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
Standar Nasional Indonesia, 1998.
Klasifikasi Sumberdaya dan
Cadangan Batubara, Amandemen-1,