7. bab iv.pdf

30
24 BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG 4.1 Gambaran Umum PT. Nindya Karya (Persero) PT. Nindya Karya (Persero) yang merupakan perusahaan BUMN Jasa Konstruksi yang memiliki sejarah dan pengalaman panjang pada jalur bisnis utamanya di bidang jasa kontruksi. Dimulai dari hasil nasionalisme perusahaan Belanda NV Nederlans Aannemings Maatschappy (NEDAM) Vorheen Firma H.F. Boersma, berdasar PP. 59 Tahun 1961. Kemudian berdasarkan PP No. 11/1972 dan Kepmenkeu No. 91/MK/IV/3/1973 serta akta notaris Kartini Moeljadi S.H. No. 76 tanggal 15 Maret 1973 PT Nindya Karya (Persero) ditetapkan sebagai Perusahaan Persero yaitu menjadi PT Nindya Karya (Persero). PT Nindya Karya (Persero) saat ini beroprasi diseluruh wilayah Republik Indonesia yang terbagi kedalam lima unit bisnis yang terdiri dari lima kantor Divisi meliputi Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Sumatra Selatan, Bengkulu, Lampung, Jambi, Kepulauan Riau, seluruh Kalimantan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT, seluruh Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Saat ini PT Nindya Karya (Persero) berkomitmen meningkatkan kinerja perusahaan melalui “NINDYA Reborn” berdasarkan PP Nomor 69 Tahun 2012 dengan melakukan rekonstruksi perusahaan secara menyeluruh baik logo perusahaan, visi, misi, nilai- nilai dasar, budaya, bidang keuangan, organisasi, SDM dan Sistem, guna menjadi perusahaan yang cerdas berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Komitmen ini dibangun dengan semangat tinggi untuk fokus pada pelanggan serta keinginan

Upload: budi-hartanto

Post on 21-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

24

BAB IV

HASIL KEGIATAN MAGANG

4.1 Gambaran Umum PT. Nindya Karya (Persero)

PT. Nindya Karya (Persero) yang merupakan perusahaan BUMN Jasa

Konstruksi yang memiliki sejarah dan pengalaman panjang pada jalur bisnis

utamanya di bidang jasa kontruksi. Dimulai dari hasil nasionalisme perusahaan

Belanda NV Nederlans Aannemings Maatschappy (NEDAM) Vorheen Firma

H.F. Boersma, berdasar PP. 59 Tahun 1961. Kemudian berdasarkan PP No.

11/1972 dan Kepmenkeu No. 91/MK/IV/3/1973 serta akta notaris Kartini

Moeljadi S.H. No. 76 tanggal 15 Maret 1973 PT Nindya Karya (Persero)

ditetapkan sebagai Perusahaan Persero yaitu menjadi PT Nindya Karya (Persero).

PT Nindya Karya (Persero) saat ini beroprasi diseluruh wilayah Republik

Indonesia yang terbagi kedalam lima unit bisnis yang terdiri dari lima kantor

Divisi meliputi Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Sumatra Selatan,

Bengkulu, Lampung, Jambi, Kepulauan Riau, seluruh Kalimantan, Jawa Tengah,

Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT, seluruh Sulawesi, Maluku, Maluku Utara,

Papua, Papua Barat, Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Saat ini PT Nindya

Karya (Persero) berkomitmen meningkatkan kinerja perusahaan melalui

“NINDYA Reborn” berdasarkan PP Nomor 69 Tahun 2012 dengan melakukan

rekonstruksi perusahaan secara menyeluruh baik logo perusahaan, visi, misi, nilai-

nilai dasar, budaya, bidang keuangan, organisasi, SDM dan Sistem, guna menjadi

perusahaan yang cerdas berbasis pada pengetahuan dan teknologi. Komitmen ini

dibangun dengan semangat tinggi untuk fokus pada pelanggan serta keinginan

25

yang kuat menghasilkan produk yang berkualitas. Peningkatan kompetensi

karyawan menjadi perhatian khusus perusahaan guna menjadikan karyawan lebih

unggul dan tangguh, profesional pada bidangnya. Tercatat bahwa dari total 640

orang karyawan PT Nindya Karya (Persero) seluruh Indonesia, 337 orang

merupakan Sarjana S1 dan S2 Trknik dan Non Teknik, 104 orang Diploma

Teknik dan Non Teknik. Sebagai perusahaan konstruksi nasional berpengalaman,

PT Nindya Karya (Persero) sungguh sungguh bekerja cepat serta berkualitas

cermat untuk memenuhi kepuasan pelanggan dengan berorientasi pada kerjasama

saling menguntungkan dan tumbuh bersama mitra kerja. Dan dalam semangat

yang sama PT Nindya Karya (Persero) senantiasa meningkatkan kinerja dimasa

yang akan datang.

4.2 Visi Misi PT. Nindya Karya (Persero)

Visi : Menjadi perusahaan jasa konstruksi lima besar di Indonesia

Misi :

1. Mencapai pertumbuhan di atas rata – rata

Memenuhi harapan share holder dengan mencapai pertumbuhan di

atas rata – rata industri.

2. Membangun SDM unggul dan tangguh

Membangun SDM yang kompeten, militan dan penuh dedikasi.

3. Mewujudkan kinerja ekselen

Memenuhi kepuasan pelanggan dengan bekerja cepat, kualitas

cermat dan biaya hemat.

26

4. Tumbuh bersama mitra kerja.

Menjalin kerja sama saling menguntungkan dan tumbuh bersama

mitra kerja.

5. Peduli kepada lingkungan.

Berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat dan pemeliharaan

lingkungan.

4.3 Rencana Mutu Proyek

4.3.1 Data Umum Proyek

1. Nama Proyek : Proyek Terminal Bandara Blimbingsari,

Banyuwangi

2. Alamat Proyek : Bandara Blimbingsari, Banyuwangi

3. Contact Person / PM : Dwi Sartono

4. Pekerjaan : Struktur, arsitektur , mekanikal dan

elektrikal

5. Waktu Pelaksanaan :

6. Luas Bangunan : 5000 m2

7. Jenis Peralatan : Mobil Crane, Alat Perancang (Hydraulic),

Excavator, Dump Truck , Water Tank Truck,

Water Tank, Welding Machine (Silent), Bar

Cutter, Bar Bander, Jack Hammer, Concrete

Mixer Truck, Concrete Vibrator Elektrik,

Concrete Pump, Concrete Mixer,

27

Compressor, Scafolding, Theodolith, Water

Pass dan Genset (Silent) 25 KVA

4.4 Tugas dan Tanggung Jawab

Adapun tugas dan tanggung jawab yang ada pada perusahaan meliputi :

1. Kepala Proyek :

1. Tanggung Jawab :

a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan SMK3 dan OHSAS di

proyek.

b. Terlaksananya tindakan perbaikan dan pencegahan atas

ketidaksesuaian yang terjadi di proyek.

c. Terselenggaranya Sistem Tanggap Darurat sesuai persyaratan

yang berlaku.

2. Tugas :

a. Memastikan terselenggaranya Identifikasi Potensi Bahaya,

Pengkajian risiko serta membuat Sasaran dan Program K3 di

Proyek.

b. Memastikan dan memonitor terlaksananya Sasaran dan

Program K3 di semua tingkat unit kerja lingkup proyek .

c. Memonitor pelaksanaan tindakan lanjut perbaikan terhadap

kejadian yang terkait dengan K3 di lingkup proyek.

d. Memastikan pelaksanaan tindakan lanjut perbaikan terhadap

kejadian yang terkait dengan K3 di lingkup proyek.

28

e. Memastikan terselenggaranya Safety Induction / Pengarahan

K3 yaitu tidak terbatas pada Sistem Tanggap Darurat dan

Sosialisasi K3 / Program Promosi K3 bagi staf / karyawan

dan tenaga kerja serta para tamu yang berada di tempat kerja

proyek.

f. Memastikan terpeliharanya proses Administrasi dan

Dokumentasi SMK3 dan OHSAS di proyek.

g. Melaporkan hasil pencapaian sasaran dan program K3 serta

laporan kegiatan dan kinerja K3 di proyek kepada divisi

setiap 3 bulan.

h. Menyampaikan laporan hasil penerapan SMK3 dan

rekomendasi peningkatan kinerja K3 di unit kerja lingkup

proyek, sebagai bahan / materi rapat tinjauan manajemen

(RTM) dan atau rapat P2K3 kepada divisi.

2. Pelaksana K3 / Safety Manager :

1. Tanggung Jawab :

a. Terselenggaranya proses penerapan SMK3 dan OHSAS

berjalan secara efektif, dalam rangka melindungi

keselamatan dan kesehatan kerja kepada tenaga kerja / staf

yang berada di lingkup proyek, agar terciptanya kondisi

lingkungan kerja yang aman dan sehat.

b. Terlaksananya tindakan perbaikan dan pencegahan atas

ketidaksesuaian yang terjadi di proyek.

29

c. Terselenggaranya pengendalian dokumen sistem

dokumentasi dan ketentuan persyaratan kerja sesuai SMK3

dan OHSAS berjalan dengan efektif di lingkup kerja

proyeknya.

d. Terselenggaranya proses agenda kegiatan bidang K3 / OH&S

telah terprogram dan dilaksanakan sesuai dengan jadwal

yang telah ditentukan oleh manajemen di lingkup kerja

proyeknya.

e. Terlaksananya program Sistem Tanggap Darurat di semua

tempat kerja proyek, sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

2. Tugas :

a. Mengkoordinir pelaksanaan identifikasi potensi bahaya,

pengkajian risiko terhadap proses produksi dan pembuatan

sasaran dan program K3 di proyek.

b. Mengelola, menyimpan dokumen dan data yang terkait

dengan SMK3 dan OHSAS di lingkup unit kerjanya.

c. Menjamin dokumen dan data K3 / OH&S tertata ringkas,

rapih, aman dan terkendali di lingkup kerjanya.

d. Mengelola kegiatan proses administrasi, dokumen dan data

SMK3 / OHSAS (surat menyurat, pendataan, menyusun

laporan, notulen rapat, dll) di lingkup kerjanya.

e. Melakukan kegiatan pengawasan antara lain dengan Safety

Patrol (Inspeksi K3) pada pelaksanaan pekerjaan bersama

30

pelaksana lapangan, mandor dan subkontraktor untuk

memastikan agar pelaksanaan K3 telah berjalan dengan

secara benar dan efektif, sesuai persyaratan dan peraturan

yang berlaku.

f. Menyelenggarakan rapat – rapat yang berkaitan dengan K3

di proyek.

g. Menyebarluaskan dan mensosialisasikan hasil kerja rapat K3

maupun informasi K3 lainnya kepada seluruh personil /

tenaga kerja di proyek.

h. Mengkoordinir pelaksanaan tindakan terhadap kejadian yang

terkait K3 di lingkup kerjanya.

i. Memonitor pelaksanaan pencapaian sasaran dan program K3

serta kegiatan dan kinerja K3 di lingkup kerjanya.

j. Memastikan terlaksananya program promosi K3 yaitu antara

lain: penyampaian informasi, pemasangan tanda – tanda /

rambu – rambu K3, penempelan labeling B3 dan penyediaan

peralatan tanggap darurat di tempat yang dapat dilihat dan

strategis di lingkungan kerjanya.

k. Mengkoordinir penyusunan laporan kinerja K3 dan laporan

pencapaian sasaran & program K3 setiap tiga bulan kepada

divisi.

31

l. Berkewajiban untuk menyampaikan data – data proyek yang

diperlukan dalam rangka penyusunan materi rapat tinjauan

manajemen divisi dan atau rapat P2K3 kepada Divisi.

m. Menyusun / mengusulkan perubahan prosedur dan atau

pembuatan prosedur K3 baru jika dibutuhkan di lingkup

kerjanya.

n. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan K3 dengan

subkontraktor / pemasok lainnya untuk melaksanakan sistem

kerja aman sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan

terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat.

o. Melakukan Safety Induction (Pengarahan K3) yaitu tak

terbatas pada sistem tanggap darurat dan sosialisasi /

program promosi K3 bagi para karyawan / tenaga kerja baru

dan para tamu, untuk memastikan semua yang bekerja dan

berada di tempat kerja telah memahami dan mengerti

mengenai kondisi lingkungan / tempat kerja dan pentingnya

K3 serta tata cara bekerja yang aman dan sehat, sehingga

dapat mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat

kerja yang disebabkan oleh faktor kesalahan manusia.

3. Petugas / Safety Officer :

1. Tanggung Jawab :

a. Terselenggaranya proses penerapan SMK3 dan OHSAS

berjalan secara efektif baik secara fisik maupun

32

administrasinya, di area bagian proyek yang menjadi

tugasnya.

b. Terlaksananya tindakan perbaikan dan pencegahan atas

ketidaksesuaian yang terjadi di area bagian proyek yang

menjadi tugasnya.

2. Tugas :

a. Mengidentifikasi potensi bahaya & pengkajian risiko dan

pembuatan sasaran & program k3 di area bagian proyek yang

menjadi tugasnya.

b. Mengelola, menyimpan dokumen dan data yang terkait

SMK3 dan OHSAS di bagian proyek yang menjadi tugasnya.

c. Melakukan kegiatan Safety Patrol (Inspeksi K3), Sosialisasi /

program promosi K3 dan sistem tanggap darurat di tempat

kerja.

d. Memastikan penerapan SMK3 / OHSAS berjalan secara baik

dan efektif sesuai dengan prosedur sistem kerja aman dan

persyaratan SMK3 dan OHSAS di tempat kerjanya.

e. Memastikan terlaksananya program promosi K3 yaitu antara

lain: penyampaian informasi, pemasangan tanda – tanda /

rambu – rambu K3, penempelan labeling B3 dan penyediaan

peralatan tanggap darurat pada tempat yang dapat dilihat dan

strategis di tempat kerjanya.

33

4. Para Manager Proyek :

1. Tanggung Jawab :

a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan SMK3 dan OHSAS di

tingkat bagian proyek yang dipimpinnya

b. Terlaksananya tindakan perbaikan dan pencegahan atas

ketidaksesuaian yang terjadi di bagian proyek yang

dipimpinnya.

2. Tugas :

a. Mengidentifikasi potensi bahaya, pengkajian risiko serta

membuat sasaran dan program K3 di tingkat bagian proyek

yang dipimpinnya.

b. Memastikan dan memonitor terlaksananya sasaran dan

program K3 di bagian proyek yang dipimpinnya.

c. Memonitor pelaksanaan tindakan lanjut perbaikan terhadap

kejadian yang terkait dengan K3 di bagian proyek yang

dipimpinnya.

d. Memastikan terpeliharannya proses administrasi dan

dokumentasi SMK3 / OHSAS yang diperlukan di bagian

proyek yang dipimpinnya.

e. Melaporkan hasil pencapaian sasaran dan program K3 serta

laporan kegiatan dan kinerja K3 di bagian proyek yang

dipimpinnya kepada proyek setiap tiga bulan.

34

5. Para Karyawan :

1. Tanggung Jawab :

a. Terselenggaranya pelaksanaan dan kepatuhan terhadap

persyaratan / cara kerja yang aman dan sehat di tempat

kerjanya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh

manajamen dan atau unit kerjanya serta sesuai dengan

SMK3, OHSAS dan peraturan / perundang – undangan yang

berlaku.

b. Terjaganya dan terpeliharanya semua atribut / peralatan

perlindungan kerja aman dan sehat termasuk sistem tanggap

darurat di tempat kerjanya yang telah disediakan / diberikan

oleh perusahaan.

c. Terciptanya kepedulian terhadap lingkungan kerja yang

aman dan sehat sesuai dengan SMK3 dan OHSAS di tempat

kerjanya.

d. Terselenggaranya laporan dan data K3 / OH&S lingkungan

kerja di tempat kerjanya sesuai dengan ketentuan SMK3 dan

OHSAS.

2. Tugas :

a. Bekerja sesuai dengan prosedur sistem kerja aman seperti

tertulis dalam prosedur, manual dan peraturan K3 / OH&S

yang telah ditetapkan oleh perusahaan, serta peraturan dan

perundang – undangan yang berlaku.

35

b. Menggunakan atribut/ peralatan pelindung diri dengan cara

yang baik dan benar sesuai dengan jenis dan tempat dimana

karyawan / personil pemasok it bekerja sebagaimana yang

dianjurkan oleh pelaksana K3 / Petugas K3 / OH&S Manager

unit kerjanya.

c. Memberikan contoh yang baik kepada karyawan / para

personil pemasok lainnya.

d. Melaporkan tindakan atau kondisi tidak aman yang diketahui

kepada atasan langsung.

e. Melaporkan semua kejadian kecelakaan, luka atau sakit dan

insiden yang terjadi kepada atasan langsung.

f. Menjaga lingkungan tempat kerja sebagaimana seharusnya,

sehingga menciptakan lingkungan kerja yang aman dan

sehat.

g. Memberikan laporan / data pencapaian sasaran & program

K3 yang telah ditetapkan oleh pejabat yang terkait dengan

tugasnya kepada pelaksana K3 / Petugas K3 / OH&S

Manager di lingkup unit kerjanya.

4.5 Struktur Organisasi

Proyek pembangungan Terminal Bandara Blimbingsari Banyuwangi

dipimpin oleh project manager. Project manager yang bertugas mengontrol

proyek tersebut, proyek harus selesai sesuai budget, sesuai dengan spesifikasi, dan

waktu. Project manager yang membawahi berbagai divisi. Divisi yang tergabung

36

dalam proyek ini meliputi K3L, keuangan, site manager, pelaksana, administrasi,

mekanik, office enginner, surveyor, staff teknik, drafter, dan logistik. Gambar di

bawah ini merupakan struktur organisasi pada proyek pembangunan Terminal

Bandara Blimbingsari Banyuwangi di PT. Nindya Karya (Persero).

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Proyek Pembangunan Terminal Bandara Blimbingsari

Banyuwangi di PT Nindya Karya (Persero)

Sumber : Data PT. Nindya Karya (Persero)

4.6 Struktur Organisasi Tanggap Darurat

Pembangunan proyek Terminal Bandara Blimbingsari Banyuwangi terdapat

pula susunan organisasi tanggap darurat. Dalam organsisasi tanggap darurat

tersebut dipimin oleh komandan keadaan darurat. Komandan keadaan darurat

dibawahnya dibantu oleh beberapa tim antara lain asisten I, asisten II, tim inti

PROJECT MANAGER DWI SARTONO

K3L TEDDY

SITE MANAGER JULIADI PRASETYO

PELAKSANA I KETUT DANA

ADMINISTRASI MOH. FIRDAUS

KEUANGAN BAMBANG WAHYUDI

OFFICE ENGINEER REZA SANJAYA

SURVEYOR SUYANTO

STAFF TEKNIK FATA HANIFA

DRAFTER RIFKI SETIADI

LOGISTIK SUPARNO

MEKANIK SUYOKO

37

penanggulangan darurat, kapten lokasi, petugas pemadam kebakaran, petugas

evakuasi, petugas P3K, dan petugas penyelamat dokumen. Gambar di bawah ini

merupakan struktur organisasi tanggap darurat pada proyek pembangunan

Terminal Bandara Blimbingsari Banyuwangi di PT. Nindya Karya (Persero).

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Tanggap Darurat Proyek Pembangunan Terminal Bandara

Blimbingsari Banyuwangi di PT Nindya Karya (Persero)

Sumber : Data PT. Nindya Karya (Persero)

KAPTEN LOKASI I KETUT WARDANA

KOMANDAN KEADAAN DARURAT

JULIADI P.

ASISTEN II DWI HARTIANDY

ASISTEN I REZA SANJAYA

PETUGAS PENYELAMAT

DOKUMEN MOH. FIRDAUS

PETUGAS P3K TEDY

PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN

MUKTI

PETUGAS EVAKUASI AGUS

TIM INTI PENANGGULANGAN DARURAT

TEKNISI/MEKANIK : SUYOKO KEAMANAN : AMANG

38

4.7 Program Keja Departemen K3 PT. Nindya Karya (Persero)

1. Memasuki Lokasi Proyek

a. Lokasi Proyek yang sedang dikerjakan dan di samping jalan raya

harus ditutupi dengan pagar.

b. Orang yang tidak berwenang dilarang masuk ke dalam area proyek.

c. Semua orang yang memasuki area proyek wajib lapor ke petugas

keamanan proyek dan harus menggunakan tanda pengenal yang

dikeluarkan oleh masing – masing proyek.

d. Khusus tamu menggunakan tanda pengenal yang diberikan oleh

petugas keamanan proyek di pos jaga.

e. Tamu yang memasuki area proyek akan diberikan safety induction

terlebih dahulu oleh pelaksana K3 proyek.

f. Karyawan dari Kantor Pusat dan Divisi sebagai tamu di proyek

dengan menggunakan tanda pengenal yang berlaku di kantor Pusat

dan Divisi.

2. Safety Induction

Safety Induction adalah penjelasan singkat dari petugas K3 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja kepada seluruh pekerja yang baru masuk ke

proyek, baik itu pekerja dari internal PT. Nindya Karya maupun dari pihak tamu,

subkontraktor, dan mandor.

Penjelasana yang diberikan kepada pekerja antara lain tentang kondisi

keadaan proyek, tata tertib dan peraturan K3 yang berlaku di proyek yang harus

dipatuhi dan dilaksanakan oleh seluruh pekerja. Setelah mendapatkan Safety

39

Induction dari petugas K3, pekerja akan mendapatkan kartu pengenal dan helm

pekerja masing – masing.

Selain pekerja baru, Safety Induction juga dilakukan kepada pekerja yang

akan melakukan pekerjaan yang mempunyai risiko bahaya tinggi seperti pekerjaan

pemasangan / pembongkaran safety net, pemasangan / pembongkaran bekisting,

pekerjaan pengelasan dan pekerjaan lainnya yang berisiko bahaya tinggi.

Khusus tamu yang akan memasuki area proyek, sebelumnya wajib diberikan

Safety Induction, untuk diberikan penjelasan singkat tentang kondisi / keadaan

area dan tata tertib proyek yang harus dipatuhi dan dilaksanakan selama berada di

lingkungan proyek.

3. Morning Safety Meeting / Tool Box Safety Meeting

a. Pertemuan singkat (10 – 15 menit) yang dilaksanakan pada pagi hari

sebelum pekerjaan dimulai.

b. Dihadiri oleh semua orang yang akan bekerja / melaksanakan

pengawasan di lapangan, baik Kepala Proyek, Site Manager,

karyawan, pelaksana, mandor dan subkontraktor.

c. Pengenalan singkat mengenai Keselamatan Kerja secara umum

maupun mengikuti perkembangan topik yang ada di proyek yang

dilaksanakan oleh Pelaksana K3.

d. Untuk memeriksa kelengkapan kerja dan Perlengkapan K3 yang

dipergunakan oleh semua orang yang bekerja di lokasi proyek.

e. Materi pengarahan yang dibicarakan pada saat Tool box meeting

antara lain :

40

1. Penggunaan alat pelindung diri

2. Kondisi area kerja dan potensi bahaya dari pekerja yang akan

dilakukan serta tindakan pencegahannya.

3. Melaksanakan tata tertib proyek.

4. Inspeksi K3

a. Dilaksanakan secara periodik oleh Pelaksana K3 untuk memastikan

ditaati dan dilaksanakan standar pelaksanaan K3 perusahaan sesuai

dengan prosedur yang berlaku.

b. Inspeksi dilaksanakan terhadap tenaga kerja / karyawan PT. Nindya

Karya (Persero) maupun subkontraktor dan supplier.

5. Safety Patrol

Patroli rutin dilaksanakan oleh Tim K3 Proyek setiap hari guna memonitor

keadaan lapangan sebagai upaya untuk melakukan tindakan pencegahan agar tidak

terjadi kecelakaan pada saat bekerja.

6. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (APD) yang telah ditetapkan dan diberikan oleh PT.

Nindya Karya (Persero) harus selalu dipergunakan dan dirawat seperti yang

diharapkan. Berikut alat pelindung diri (APD) :

a. Pelindung kepala / helmet

Melindungi kepala dari kejatuhan benda dan benturan dengan benda

keras.

41

b. Pelindung Kaki / Safety shoes

Untuk melindungi kaki dari benda tajam, tersandung benda keras dan

sebagainya agar tahan terhadap tekanan dan pukulan.

c. Pelindung Mata / Safety Glasses

Melindungi mata dari sinar yang dapat merusak mata (pada pekerja

las), partikel – partikel yang berterbangan, radiasi atau cairan

berbahaya.

d. Pelindung Pendengaran

Untuk melindungi pendengaran dan digunakan pada tempat / lokasi

dengan kebisingan lebih dari 85 dB, dipakai sesuai dengan tingkat

kebisingannya.

e. Pelindung Pernapasan

Untuk pekerjaan yang banyak menggunakan bahan kimia. Dipakai di

tempat dengan kandungan oksigen kurang atau terkontaminasi.

f. Pelindung Tangan

Melindungi tangan dari potensi bahaya terluka.

g. Sabuk Keselamatan / Safety Belt

Melindungi dari bahaya jatuh, digunakan oleh orang yang bekerja di

ketinggian lebih dari 2 meter dan perimeter / sekeliling bangunan.

4.8 Penyediaan Alat Pelindung Diri

Penyediaan alat pelindung diri (APD) ini merupakan tanggung jawab pihak

penyedia. Dasar pertimbangan dalam pemilihan alat pelindung diri (APD) adalah

identifikasi bahan yang ada di proses kerja proyek. Apabila alat pelindung diri

42

(APD) sudah saatnya dilakukan penggantian, maka pekerja PT. Nindya Karya

akan melaporkan ke pihak pengadaan alat pelindung diri (APD)

Tabel 4.1 Jenis Alat Pelindung Diri (APD) di PT. Nindya Karya Proyek Terminal

Bandara Blimbingsari Banyuwangi.

No.

Jenis Alat

Pelindung Diri

(APD)

Satuan

Kondisi Alat Pelindung Diri (APD)

Baik Rusak Hilang

1. Sepatu Booth Pasang 60

2. Helm Buah 135

3. Kedok Las Buah 2 - -

4. Sarung tangan Las Pasang 4 - -

5. Sarung tangan kain Pasang 200 - -

4.9 Pemakaian Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri akan memberikan perlindungan yang maksimal apabila

selalu digunakan saat beraktifitas atau melakukan pekerjaan di proyek. Alat

pelindung diri (APD) yang disediakan oleh penyedia (PT. Nindya Karya) wajib

digunakan oleh seluruh pekerja yang berada di dalam proyek terminal Bandara

Blimbingsari Banyuwangi.

Gambar 4.3 Pemakaian alat pelindung diri (APD) wajib digunakan di area proyek

43

Beberapa permasalahan yang timbul dalam penggunaan alat pelindung diri

(APD) ini adalah para pekerja sering tidak lengkap dalam pemakaian alat

pelindung diri (APD). Sebagian pekerja telah menggunakan sepatu booth akan

tetapi mereka tidak mengenakan helm untuk melindungi kepala mereka.

Ketidaklengkapan dalam mengenakan alat pelindung diri (APD) mempunyai

risiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan.

Gambar 4.4 Penggunaan alat pelindung diri (APD) yang tidak lengkap oleh pekerja proyek.

4.10 Pemeliharaan Alat Pelindung Diri

Pemeliharaan alat pelindung diri (APD) dimaksudkan agar tetap dalam

kondisi baik dan dapat memberikan perlindungan, namun hal itu sangat

tergantung oleh perawatan dan cara penyimpanan. Alat pelindung diri (APD)

yang diterima oleh pekerja diletakkan atau digantung di ruang yang telah

disediakan dan bagi pekerja kasarnya alat pelindung diri tersebut dibawa pulang

44

namun di lokasi proyek juga disediakan gudang penyimpanan alat pelindung diri

(APD) yang kering dan bersih.

Gambar 4.5 Peletakkan alat pelindung diri (APD) / helm di tempat yang telah disediakan di setiap

ruang kerja.

4.11 Kebijakan Housekeeping PT. Nindya Karya (Persero)

1. Jagalah selalu kebersihan dan kerapihan tempat kerja Anda.

2. Lingkungan kerja yang tidak bersih dapat mempengaruhi kesehatan Anda.

3. Jangan membuang sampah sembarangan, buanglah sampah pada tempatnya.

4. Jangan membiarkan puing-puing dan sisa material berserakan di lantai.

5. Paku yang ada di potongan kayu, sebelum dibuang paku di cabut atau di

bengkokkan.

6. Susun dan rapikan barang atau material yang belum digunakan maupun yang

sudah digunakan.

7. Bersihkan alat dan area kerja Anda setelah pekerjaan selesai.

45

8. Bersihkan dan rawat diri Anda selalu agar tidak menderita suatu penyakit.

Laporkan segera ke atasan Anda bilamana Anda menderita sakit.

4.12 Pelaksanaan 5R di Lokasi Proyek

Tata rumah tangga yang baik atau good houskeeping di lingkungan kerja

akan berdampak positif bagi staf / karyawan / pekerja yang bekerja di proyek.

Dampak positif yang diterima adalah dapat meningkatkan produktivitas kerja,

menciptakan lingkungan yang aman, sehat dan nyaman. PT. Nindya Karya

(Persero) telah menerapkan kebijakan mengenai tata rumah tangga atau

housekeeping.

Berikut merupakan beberapa hasil penerapan housekeeping atau dengan

istilah lain disebut dengan 5R yang sudah dilaksanakan oleh PT. Nindya Karya

(Persero) pada Proyek Pembangunan Terminal Bandara Blimbingsari

Banyuwangi:

Gambar 4.6 : Petugas kebersihan sedang membersihkan sisa material kegiatan Proyek

Pembangunan Terminal Bandara Blimbingsari Banyuwangi.

46

Setelah sampah sisa material di bersihkan dan di bedakan menurut

jenisnya lalu kemudian petugas kebersihan mengumpulkan sampah-sampah

tersebut ke tempat sampah sementara yang kemudian akan di buang ke tempat

pembuangan sampah sementara di dekat lokasi proyek.

Gambar 4.7 : Sampah sisa material proyek yang akan di buang ke tempat pembuangan sementara.

Gambar 4.8 : Pengelompokan sampah besi bekas di area sekitar Proyek Pembangunan Terminal

Bandara Blimbingsari Banyuwangi.

Barang-barang kebutuhan proyek sudah di letakkan dan di kelompokkan

sesuai dengan jenis barangnya. Pengelompokan barang berdasarkan jenisnya

dapat memudahkan serta meminimalisir waktu untuk menemukan barang yang

dibutuhkan.

47

Gambar 4.9 : Terdapat tempat untuk menyimpan pipa yang di letakkan di lokasi sekitar Proyek

Pembangunan Terminal Bandara Blimbingsari Banyuwangi.

Gambar 4.10 : Terdapat gudang untuk menyimpan semen di area Proyek Pembangunan Terminal

Bandara Blimbingsari Banyuwangi.

48

Pada bagian kantor sudah menerapkan konsep ringkas yaitu tersedianya

tempat untuk menggantung helm proyek milik karyawan. Penerapan konsep

ringkas ini dapat memudahkan karyawan menggunakan APD sebelum terjun ke

proyek.

Gambar 4.11 : Tempat menggantung helm proyek di ruang kantor Proyek Pembangunan

Terminal Bandara Blimbingsari Banyuwangi.

4.13 Bentuk Perilaku Tidak Aman

1. Tidak Menggunakan APD

Tenaga kerja yang tidak menggunakan APD yang dimaksud adalah tenaga

kerja yang bekerja dalam proyek pembangunan terminal bandara Blimbingsari

dan tidak menggunakan APD yang telah disediakan oleh pihak Nindya Karya

(Persero). APD yang telah disediakan tersebut seperti sepatu booth, helm, sarung

tangan kain, sarung tangan las, safety belt dan sebagainya.

Berdasarkan observasi yang dilakukan, di dalam proyek tersebut sebagian

besar tenaga kerja sudah memakai APD yang yang disediakan dan diwajibkan.

Tetapi, masih ada tenaga kerja yang tidak menggunakan APD pada saat bekerja.

49

Setelah dilakukan wawancara, tenaga kerja yang tidak menggunakan APD

tersebut mengemukakan berbagai alasan seperti APD yang diberikan kepadanya

telah rusak, hilang, mengeluh pusing, tidak bebas dan lain sebagainya.

Gambar 4.12 Tidak Menggunakan APD

2. Meletakkan dan Membuang Benda dengan Sembarangan

Adanya tuntutan akan jadwal pekerjaan yang harus cepat selesai,

mengakibatkan banyak tenaga kerja dalam bekerja membuang dan meletakan

benda yang tidak terpakai lagi dengan sembarangan seperti paku bekas, kayu

bekas, peralatan kerja dan sebagainya dengan tujuan mempercepat kinerja mereka.

Apabila mereka selalu membuang dan meletakkan benda pada tempatnya secara

langsung, hal tersebut dianggap akan memperlambat kinerja mereka dan akan

membuang waktu dengan sia-sia. Pada dasarnnya, tenaga kerja yang meletakkan

benda dan membuang benda secara sembarangan hanya bersifat sementara. Hal

tersebut bisa dikatakan bersifat sementara karena pada akhirnya, benda-benda

tersebut akan dibuang dan diletakkan pada tempatnya.

Meskipun tindakan tersebut hanya bersifat sementara, tetapi tindakan seperti

itu tetap akan menimbulkan bahaya yang dapat mengancam keselamatan tenaga

50

kerja yang sedang bekerja. Sedangkan kecelakaan yang dikaibatkan bahaya yang

timbul oleh tindakan tersebut bisa menimpa tenaga kerja kapanpun. Adanya

tindakan ini, petugas K3 yang ada dilapangan selalu mengingatkan kepada tenaga

kerja yang melakukan tindakan tersebut. Bahkan terkadang petugas K3 yang

bekerja langsung turun tangan apabila mendapati benda-benda yang berserakkan.

3. Posisi yang Tidak Aman

Pembangunan merupakan kegiatan yang sangat kompleks di dalam nya.

Terdapat banyak tempat yang berbahaya di dalamnya bagi tenaga kerja yang

bekerja. Posisi yang tidak aman yang dimaksud antara lain seperti tenaga kerja

yang berdiri di pinggir bangunan tanpa adanya pengaman. Hal tersebut dilakukan

oleh tenaga kerja karena secara kebetulan pekerjaan yang ia lakukan berada dan

harus di tempat tersebut.

Berdasarkan wawancara kepada tenaga kerja, mereka sebenarnya tahu akan

bahaya yang mereka hadapi tersebut. Sebagian pekerja menganggap bekerja

dengan posisi yang tidak aman tersebut memang berbahaya bagi mereka, tetapi

ada juga yang menganggap biasa hal tersebut. Persepsi tenaga kerja yang

menganggap hal tersebut biasa saja itu lah yang harusnya dibenarkan agar tenaga

kerja tidak seenaknya bekerja dalam posisi yang tidak aman.

51

4. Merokok di Tempat Kerja

Seluruh tenaga kerja keras dalam proyek pembangunan terminal bandara

Blimbingsari adalah laki-laki. Hal tersebut merupakan salah satu alasan mengapa

tenaga kerja tersebut tidak lepas dari tindakan merokok di tempat kerja. Merokok

seperti sudah suatu kewajiban bagi tenaga kerja tersebut. Itu lah yang

menyebabkan tenaga kerja tersebut tetap merokok meskipun di tempat kerja yang

dapat berpotensi timbulnya kebakaran.

Merokok sendiri dapat menyebabkan kebakaran karena terkadang tenaga

kerja membuang putung sisa rokok dalam keadaan masih hidup. Selanjutnya di

tempat kerja seperti proyek ini, banyak sekali bahan maupun benda yang mudah

terbakar sehingga berpotensi terjadinya kebakaran yang dapat merugikan secara

materi dan menimbulkan korban jiwa.

Gambar 4.13 Merokok di Tempat Kerja

52

5. Mengangkat Barang dengan Ceroboh

Terkadang dalam efisiensi waktu, tenaga kerja mengambil cara yang

mempercepat mereka dalam bekerja. Salah satunya dalam mengangkat suatu

barang atau material bangunan. Untuk mempercepat pekerjaannya mereka pada

akhirnya mengangkat barang dengan ceroboh. Mengangkat barang dengan

ceroboh yang dimaksud adalah seperti menarik material bangunan dari bawah ke

atas di pinggir bangunan tanpa pengaman. Tidak hanya itu mengangkat barang

dengan bobot yang berat seperti di panggul juga dapat dikatakan mengangkat

barang dengan ceroboh. Sebenarnya di proyek tersebut sudah disediakan katrol

untuk memudahkan tenaga kerja dalam mengangkut atau menganngkat barang ke

atas. Tetapi karena letak tempat katrol tersebut jauh dari mereka bekerja pada saat

itu, maka mereka lebih memilih tindakan tersebut.

Proyek pembangunan terminal bandara Blimbingsari ini, sebenarnya sudah

terdapat sistem manajemen K3 dan program yang terkait dengan K3. Tetapi

karena proyek ini yang bisa dikatakan telah lewat dari jadwal yang ada, maka

program-program K3 yang ada secara tidak langsung mengalami gangguan dalam

pelaksanaannya. Meskipun hal itu terjadi, tidak sepenuhnya pihak dari kontraktor

dalam hal ini adalah PT. Nindya Karya (Persero) mengabaikan begitu saja

keselamatan tenaga kerja yang ada di bawah pimpinannya. Pihak kontraktor selalu

melalui petugas K3 yang ada dilapangan, tetap memberikan perlindungan kepada

tenaga kerja nya seperti teguran dan pengertian kepada tenaga kerja yang

khususnya bertentangan dengan program K3 yang ada sehingga mereka bertindak

tidak aman.

53

4.14 Kondisi Tidak Aman

Gambar 4.14 Kondisi yang Tidak Aman