7. bab i reviai 1(3)

53
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang paling sering terkena kekurangan gizi. 1 Pada tahun 2001, sekitar 54% kematian anak terjadi di negara berkembang diakibatkan oleh malnutrisi. 2 Balita yang mengalami gizi kurang di 53 kabupaten/kota di Indonesia mencapai angka 40 persen. 3 Beberapa daerah di Indonesia yang termasuk daerah yang rawan gizi, diantaranya adalah NTT, Solo, dan Cirebon. Pada tahun 2005, sekitar 55.543 anak di NTT antaranya menderita gizi kurang, sedangkan hingga Maret 2008 tercatat sebanyak 160 balita menderita gizi kurang

Upload: nita-puspitasari

Post on 30-Jun-2015

473 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 7. BAB I reviai 1(3)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Balita merupakan kelompok umur yang paling sering terkena kekurangan

gizi.1 Pada tahun 2001, sekitar 54% kematian anak terjadi di negara berkembang

diakibatkan oleh malnutrisi.2 Balita yang mengalami gizi kurang di 53

kabupaten/kota di Indonesia mencapai angka 40 persen.3

Beberapa daerah di Indonesia yang termasuk daerah yang rawan gizi,

diantaranya adalah NTT, Solo, dan Cirebon. Pada tahun 2005, sekitar 55.543 anak

di NTT antaranya menderita gizi kurang, sedangkan hingga Maret 2008 tercatat

sebanyak 160 balita menderita gizi kurang didaerah Solo. Pada tahun 2009, Balita

yang mengalami gizi di Cirebon berjumlah 26.555 anak atau 15,45 persen.4,5,6

Berdasarkan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita pada tahun 2007 di

Bandung diketahui bahwa balita yang mengalami gizi buruk berjumlah 1.093

balita. Pada tahun 2009, kota Bandung mempunyai 9 kecamatan yang termasuk ke

dalam wilayah gizi rawan. Salah satunya adalah kelurahan Pajajaran yang

termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki. Jumlah anak yang memiliki

Page 2: 7. BAB I reviai 1(3)

2

gizi kurang di daerah Pajajaran berjumlah 197 balita. Kondisi ini disebabkan

karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi, pola asuh dan faktor ekonomi,

sehingga mempengaruhi terhadap asupan gizi pada balita.7

Gizi kurang merupakan masalah di bidang kesehatan yang secara langsung

berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.8 Pertumbuhan dan

Perkembangan anak akan berjalan kurang baik jika anak tersebut status gizinya

kurang. Jika gizi buruk ini biarkan menetap dalam jangka waktu yang lama akan

terdapat beberapa dampak diantaranya adalah gangguan fisik dan anak akan

mudah terkena penyakit karena sistem imun yang tidak optimal. Dampak yang

paling buruk dari gizi kurang adalah kematian.9

Ibu memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang anak, salah satunya

adalah memilih makanan yang akan diberikan kepada anak agar gizinya seimbang.

Peranan tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi.

Penelitian yang dilakukan oleh Anwar pada tahun 2006 mengenai faktor resiko

kejadian gizi buruk di Lombok Timur, diketahui bahwa pengetahuan ibu

bermakna sebagai faktor risiko gizi buruk di Kabupaten Lombok Timur.10

Penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian lain yang dilakukan di daerah

Tasikmalaya yang menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu yang kurang

mengenai gizi memiliki kontribusi terhadap gizi kurang pada anak.11 Untuk itu, ibu

harus mengerti dan memiliki pengetahuan yang banyak tentang gizi pada balita

agar tumbuh kembang anak berlangsung optimal.

Page 3: 7. BAB I reviai 1(3)

3

Informasi mengenai gizi dapat diperoleh dari berbagai macam sumber,

diantaranya internet, media massa, televisi, konsultasi pada dokter, Puskesmas, dan

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu). Posyandu memberikan kemudahan dan

keuntungan bagi masyarakat, salah satunya adalah masyarakat dapat memperoleh

pelayanan yang lengkap pada waktu dan tempat yang sama.12

Posyandu menyediakan informasi dan fasilitas untuk pemeliharaan kesehatan

balita. Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup :

penimbangan berat badan, penentuan status pertumbuhan, penyuluhan, dan deteksi

dini jika terdapat kelainan tumbuh kembang. Posyandu juga mempunyai program

penyuluhan mengenai gizi balita. Program penyuluhan tersebut merupakan sarana

informasi bagi ibu untuk mengetahui tentang gizi balita.12

Berdasarkan data tahun 2009 mengenai jumlah balita yang mengalami gizi

kurang di Puskesmas Pasirkaliki dan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu

mengenai gizi balita serta hubungannya dengan status gizi balita, maka penelitian

ini dilakukan.

Page 4: 7. BAB I reviai 1(3)

4

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, dapat dirumuskan pertanyaan

sebagai berikut :

1. Bagaimana status gizi balita di Posyandu Pasirkaliki ?

2. Bagaimana pengetahuan para ibu yang memiliki balita tentang gizi balita

di Posyandu Pasirkaliki ?

3. Adakah hubungan antara status gizi balita dengan tingkat pengetahuan ibu

mengenai gizi?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menentukan gambaran status gizi balita di Posyandu Pasirkaliki

2. Menentukan pengetahuan para ibu yang memiliki balita tentang gizi balita

di Posyandu Pasirkaliki

3. Menentukan ada atau tidaknya hubungan antara status gizi balita dengan

pengetahuan ibu tentang gizi balita

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Praktis

Dapat dijadikan pedoman atau pertimbangan dalam penyusunan

program penyuluhan tentang gizi balita untuk meningkatkan pengetahuan ibu

mengenai gizi pada balita baik di Posyandu maupun Puskesmas setempat.

Page 5: 7. BAB I reviai 1(3)

5

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Memberikan pengalaman belajar dalam melakukan penelitian di

masyarakat, khususnya dalam mengetahui hubungan hubungan

tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi balita.

2. Hasil Penelitian ini bisa dijadikan pustaka ilmiah dan data dasar di

Fakultas Kedokteran Unisba untuk penelitian sejenisnya, khususnya

mengenai hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi

balita.

Page 6: 7. BAB I reviai 1(3)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Zat gizi

Zat gizi adalah substansi kimia yang didapat dari makanan serta digunakan

tubuh untuk menghasilkan energi. Gizi merupakan agen regulasi untuk menyokong

pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan tubuh.13 Makanan yang masuk ke

dalam tubuh selanjutnya akan dicerna dalam saluran pencernaan. Kemudian bahan

makanan tersebut diuraikan menjadi zat gizi, selanjutnya zat tersebut diserap melalui

dinding usus.9

Fungsi umum zat gizi ialah sebagai sumber energi, berperan dalam

pertumbuhan, memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak, mengatur

metabolisme dan keseimbangan air dan elektrolit serta asam dan basa di dalam cairan

tubuh, juga berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh.Terdapat penggolongan

bahan makanan berdasarkan fungsi zat gizi tersebut, yaitu :9

1. Zat gizi penghasil energi, ialah karbohidrat, lemak, dan protein.

Zat ini sebagian besar dihasilkan dari makanan pokok.

Page 7: 7. BAB I reviai 1(3)

7

2. Zat gizi pembangun sel, terutama diperankan oleh protein.

Terdapat 2 jenis sumber protein yaitu Protein hewani dan Protein nabati.

Protein hewani didapat dari daging, ikan, dan susu. Sedangkan protein

nabati didapat dari kacang-kacangan.

3. Zat pengatur, termasuk didalamnya vitamin dan mineral.

Bahan pangan penghasil zat pengatur ialah sayuran dan buah-buahan. Zat

pengatur menjalankan dan mengatur proses metabolisme tubuh. Bila

seseorang kekurangan zat pengatur dalam waktu lama akan timbul

berbagai penyakit defisiensi zat gizi.

2.1.2 Status Gizi

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan

antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari

variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala,

lingkar lengan, dan panjang tungkai.14

Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi

di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang cukup dan

digunakan secara efisien akan tercapai status gizi yang baik sehingga pertumbuhan

fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan dapat berjalan dengan

optimal.15

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Page 8: 7. BAB I reviai 1(3)

8

Gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara langsung

faktor masalah gizi dipengaruhi tiga hal yaitu:16

(1) Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang.

(2) Anak tidak mendapat asupan gizi yang memadai.

(3) Anak menderita penyakit infeksi.

Tiga hal di atas saling terkait dengan faktor - faktor lainnya seperti :

(1) Masalah Kesehatan

Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara malnutrisi

dengan infeksi. Infeksi dengan tingkat keparahan apapun yang terjadi pada anak

dapat mempengaruhi keadaan gizi. Malnutrisi walaupun masih ringan

mempunyai pengaruh negative pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.

Menurut Sudiyanto (1982), status kesehatan berbandung lurus dengan

kondisi gizinya, artinya semakin baik kesehatan anak maka semakin baik kondisi

gizinya.16

(2) Pendidikan dan Pengetahuan Ibu

Tingkat pendidikan Orang tua terutama Ibu dapat menentukan gaya hidup

keluarga, termasuk didalamnya status gizi anak. Hal ini berkaitan dengan

kemampuan orang tua dalam beberapa hal yaitu, mencari pekerjaan yang dapat

menghasilkan uang untuk membeli bahan makanan, memperoleh bahan makanan

yang baik, dan menambah kebiasaan dan perilaku yang benar dalam lingkungan

keluarga yang berkaitan dengan konsumsi gizi.15

Page 9: 7. BAB I reviai 1(3)

9

Pendapat Jus’at (1991) seperti dikutip oleh Tato (1996) menyatakan bahwa

tingkat pendidikan orang tua sangat berpengaruh terhadap pola pertumbuhan

balita. Hasil studinya ditemukan bahwa ada perbedaan pada pertumbuhan balita

menurut tingkat pendidikan orang tua. Tingkat pendidikan biasanya sejalan

dengan tingkat pengetahuan, makin tinggi tingkat pendidikan orang tua makin

baik pengetahuannya.15

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi konsumsi melalui cara pemilihan

bahan pangan. Artinya orang yang berpendidikan tinggi cenderung memilih

makanan yang lebih baik dalam kualitas dan kuantitas dibandingkan mereka

yang berpendidikan rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan Ibu maka

semakin baik status gizi anaknya.15

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari Fatimah menunjukkan faktor yang

memiliki kontribusi terhadap gizi kurang pada anak adalah riwayat penyakit

infeksi, tingkat pengetahuan ibu yang kurang, tingkat sosial ekonomi keluarga

yang rendah, dan asupan kalori serta protein yang kurang, sedangkan faktor yang

kepercayaan ibu terhadap makanan (100%) memiliki kepercayaan yang

mendukung terhadap status gizi balita. Jadi faktor kepercayaan ibu terhadap

makanan tidak berkontribusi terhadap status gizi kurang pada balita.11

Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi berperan nyata dalam resiko gizi

kurang. Pengetahuan Ibu mengenai sumber vitamin dan mineral juga memiliki

peran yang penting terhadap status gizi balita. Bentuk kepedulian pada gizi anak

merupakan salah satu tanggung jawab dari keluarga dalam hal ini ibu rumah

Page 10: 7. BAB I reviai 1(3)

10

tangga dan secara tidak langsung merupakan tanggung jawab masyarakat. Dalam

masyarakat, kegiatan-kegiatan yang menyangkut perbaikan gizi banyak

melibatkan kaum ibu, maka ibu merupakan tokoh utama yang harus peduli pada

gizi anak.11

Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup

sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Latar belakang pendidikan

seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, jika tingkat pengetahuan

gizi ibu baik maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik. Salah satu

sebab dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau

kemampuan meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat.11

(3) Sosial Ekonomi

Gopalan (1991) menyatakan bahwa epidemiologi dari gangguan pertumbuhan

atau kekurangan gizi (malnutrisi) pada anak-anak balita selalu berhubungan erat

dengan keterbelakangan dalam pembangunan sosial ekonomi.18

(4) Pola Asuh

Pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang

diasuh oleh ibunya sendiri dengan kasih sayang, terutama jika ibunya yang

berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat Posyandu dan kebersihan,

ternyata lebih sehat. Unsur pendidikan ibu berpengaruh pada kualitas

pengasuhan anak.16

Page 11: 7. BAB I reviai 1(3)

11

(5) Sanitasi Lingkungan

Lingkungan yang buruk seperti air minum tidak bersih, tidak adanya saluran

penampungan air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik, juga kepadatan

penduduk yang tinggi dapat menyebabkan penyebaran kuman penyakit.5Kuman

penyakit merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi. Infeksi dengan

tingkat keparahan apapun yang terjadi pada anak dapat mempengaruhi keadaan

gizi.18

(6) Faktor Demografi

Jumlah anggota keluarga khususnya anak yang hidup dan menjadi tanggungan

keluarga akan menambah beban keluarga dan perhatian orangtua terhadap

perkembangan anak serta mempengaruhi kondisi gizi anak.1,8

(7) Riwayat kelahiran

Keadaan ibu hamil yang asupan gizinya kurang, pada waktu melahirkan

kecenderungan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Berat bayi lahir

rendah (< 2.500 gram) mempunyai resiko lebih besar kematian dibandingkan

dengan bayi lahir normal, memilki risiko penyakit kronis pada dewasa dan

konsekuensi lahir dengan gizi kurang berlanjut ke tahap dewasa.8

2.1.4 Penilaian Status Gizi

Peran Penilaian Status Gizi (PSG) adalah untuk mengetahui status gizi pada

individu atau masyarakat. PSG adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan

menggunakan metode untuk mengidentifikasi individu atau populasi yang berisiko atau

dengan status gizi buruk.8

Page 12: 7. BAB I reviai 1(3)

12

Metode Penilaian Status Gizi (PSG) diantaranya penilaian konsumsi

makanan, antropometri, laboratorium/biokimia dan klinis (Gibson, 2005). Diantara

beberapa metode tersebut, pengukuran antropometri adalah metode yang relatif paling

sederhana dan banyak dilakukan (Soekirman, 2000).10

2.1.4.1 Pengukuran Antropometri

Antropometri merupakan pengukuran yang paling sering digunakan sebagai

metode PSG secara langsung karena cepat, murah, tidak invasif dan dapat

mengukur status gizi jangka pendek maupun jangka panjang.19

Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi tubuh dan

komposisi tubuh. Pertumbuhan badan sejak bayi hingga dewasa dapat dinilai

menggunakan antropometri. Beberapa pengukuran antropometri utama

dijelaskan pada tabel di bawah ini.8,20

Tabel 2.1 Pengukuran Antropometri yang Utama

Pengukuran

Komponen Jaringan Utama yang Diukur

Stature / tinggi badan

Kepala, tulang belakang, tulang panggul, dan kaki

Tulang

Berat Badan Seluruh tubuh Seluruh jaringan: khususnya lemak, otot, tulang, dan air

Lingkar Lengan

Lemak bawah kulitOtot, tulang

OtotLemak

Lipatan Lemak

Lemak bawah kulit, kulit

Lemak

Sumber: Jellife DB & jellife EEP.1989

Page 13: 7. BAB I reviai 1(3)

13

Macam-macam pengukuran antropometri yang dapat digunakan untuk melihat

pertumbuhan adalah massa tubuh, pengukuran linear, dan komposisi tubuh.

Massa tubuh digambarkan dalam berat badan. Pengukuran berat badan

merupakan pengukuran antropometri yang paling sering digunakan. Berat badan

mencerminkan jumlah protein, lemak, air dan massa mineral tulang.20

Dasar pengukuran linear adalah tinggi (panjang) atau stature dan

merefleksikan pertumbuhan skeletal. Pengukuran ini meliputi pengukuran

tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas,

dan tinggi lutut. Komposisi tubuh yang dapat dinilai antara lain adalah otot dan

lemak.8

2.1.4.2 Indeks Antropometri

Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks

antropometri dapat berupa rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih

pengukuran lainnya, atau pengukuran yang dihubungkan dengan umur.

Beberapa indeks antropometri adalah sebagai berikut.8

a. Berat Badan Terhadap Umur (BB/U)

Indeks berat badan terhadap umur merupakan indikator status gizi kurang

saat sekarang dan penentuan umur yang tepat sangat penting. Indeks ini

sensitif terhadap perubahan kecil dan dapat menilai growth monitoring serta

pengukuran berulang dapat mendeteksi growth failure karena infeksi atau

KEP.8

Page 14: 7. BAB I reviai 1(3)

14

b. Tinggi Badan Terhadap Umur (TB/U)

Indeks tinggi badan terhadap umur merupakan indikator status gizi masa

lalu. Indeks ini dapat melihat kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa.8

c. Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)

Indeks berat badan terhadap tinggi badan dapat mengetahui proporsi badan

(gemuk, normal, atau kurus) dan merupakan indikator status gizi saat ini.8

d. Lingkar Lengan Atas Terhadap Umur (LLA/U)

Indeks lingkar lengan atas terhadap umur dapat mengidentifikasi KEP pada

balita. Keuntungannya adalah dapat digunakan pada saat emergency, alat

ukurnya murah dan pengukurannya cepat.8

2.1.5 Klasifikasi Status Gizi

Klasifikasi status gizi balita yang digunakan secara resmi adalah seperti Tabel

1.

Tabel 2.2. Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita) *

INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS **)

Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Gizi Lebih > +2 SDGizi Baik >= -2 SD sampai +2 SDGizi Kurang < -2 SD sampai >= -3 SDGizi Buruk < -3 SD

Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Normal > = -2 SDPendek (Stunted) < -2 SD

Berat    badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Gemuk > +2 SDNormal >= -2 SD sampai +2 SDKurus (wasted) < -2 SD sampai >= -3 SDKurus sekali < -3 SD

*) Sumber : SK Menkes 920/Menkes/SK/VIII/2002.

**) SD = Standard deviasi

Page 15: 7. BAB I reviai 1(3)

15

Status gizi terbaik adalah status gizi optimum (eunutritional state) atau status

gizi baik. Kondisi ini menunjukkan kebutuhan jaringan terhadap zat gizi telah

terpenuhi. Tubuh terbebas dari penyakit karena memiliki daya tahan yang optimal.1

Status gizi lebih, sebagai hasil konsumsi berlebih, dikenal dengan istilah

overnutritional state. Kondisi ini memiliki tingkat kesehatan yang lebih rendah

dibandingkan orang dengan eunutritional state karena dalam kondisi ini dapat

meningkatkan risiko terjadinya penyakit-penyakit seperti penyakit kardiovaskular,

penyakit hipertensi, diabetes mellitus dan lainnya.1

Status gizi sebagai hasil konsumsi defisien dinamakan undernutritional state

atau status gizi kurang dan status gizi buruk. Status gizi ini berada di bawah status

gizi orang sehat. Berat badan akan lebih rendah daripada berat badan ideal dan

penyediaan zat-zat gizi bagi jaringan tidak mencukupi, sehingga akan menurunkan

fungsi jaringan tersebut. Reaksi-reaksi metabolik menjadi terhambat dan mengalami

perubahan abnormal, sehingga terjadi perubahan pula dalam susunan biokimawi

jaringan.1

2.1.6 Kelompok Rentan Gizi

Kelompok rentan gizi adalah kelompok yang paling mudah menderita

kelainan gizi bila suatu masyarakat terkena kekurangan penyediaan bahan makanan.

Kelompok ini adalah kelompok bayi (0- 1 tahun), kelompok balita (1-5 tahun),

kelompok anak sekolah (6-13 tahun), kelompok remaja (14-20 tahun), kelompok ibu

hamil dan ibu menyusui, dan kelompok lanjut usia (Lansia).1

Page 16: 7. BAB I reviai 1(3)

16

Kelompok balita merupakan kelompok yang mengalami masa tumbuh kejar

(catch-up growth), sehingga memerlukan zat gizi yang adekuat untuk setiap kilogram

(Kg) berat badannya. Balita juga merupakan kelompok yang paling sering menderita

penyakit akibat gizi kurang seperti KKP, defisiensi vitamin A, dan anemia defisiensi

besi (Fe).1

2.1.7 Nutrisi pada Bayi dan Balita

Makanan yang ideal harus mengandung cukup bahan bakar (energi) dan

semua zat gizi esensial. Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda tergantung dari

umur, kecepatan pertumbuhan, banyaknya aktivitas fisik, efisiensi penyerapan, dan

penggunaan makanan. Pertumbuhan dan perkembangan yang sehat tergantung pada

asupan makanan.18

2.1.7.1 Air Susu Ibu

Air Susu Ibu (ASI) mengandung semua zat gizi yang diperlukan untuk

penyediaan energi. ASI tidak memberatkan fungsi digestif dan ginjal yang

belum berfungsi dengan baik pada bayi baru lahir.18

Manfaat ASI :18

a. Mengandung nutrient yang lengkap dengan komposisi yang sesuai untuk

keperluan pertumbuhan bayi yang sangat cepat.

b. Nutrisi yang diberikan selalu dalam keadaan segar dan bebas dari patogen.

c. Mengandung antibodi yang dapat mencegah berbagai penyakit infeksi

terutama pada usus.

Page 17: 7. BAB I reviai 1(3)

17

ASI mengandung antibody untuk bakteri dan virus, teramsuk kadar antibody

IgA sekeretori yang tinggi, fungsinya adalah untuk mencegah mikroorganisme

melekat pada mukosa usus.

ASI menghasilkan energi, dimana 40-50% total energy berasal dari

kandungan lemak. Lemak yang terdapat pada ASI lebih baik daripada susu

formula karena mudah diserap dan dicerna. Asam lemak yang terdapat pada

ASI adalah asam linoleat atau omega-6 dan asam lemak alfa linoleat atau

omega-3 merupakan asam lemak yang baik untiuk pertumbuhan dan

perkembangan otak anak.21

Karbohidrat yang terdapat pada ASI dan susu formula adalah laktosa

disakarida, yang mudah dicerna dan membantu absornsi kalsium. Jumlah total

protein pada ASI lebih sedikit daripada susu formula, tetapi kekurangan ini

memberikan keuntungan karena mengurangi beban dari ginjal untuk

mengeksresikan produk akhir dari metabolism protein yaitu urea. Protein utama

pada ASI adalah alpha-lactabumin yang efisien untuk dicerna dan diabsorbsi.13

Vitamin pada ASI cukup memenuhi kebutuhan pada bayi kecuali vitamin D

yang jumlahnya sedikit pada ASI. Rasio kalsium-fosfor pada ASI ideal untuk

absorbs kalsium, kandungan besi (Fe) ASI rendah tetapi memiliki

bioavailabilitas yang tinggi. ASI juga sedikit mengandung sodium dan ini

merupakan keuntungan bagi ginjal bayi karena kerjanya untuk menyrap atau

mensekresikan tidak terlalu berat.13

Page 18: 7. BAB I reviai 1(3)

18

2.1.7.2 Susu Formula

Pengganti Air Susu Ibu (PASI) pada umumnya terbuat dari berbagai binatang

ternak, misalnya sapi, kerbau, kambing dan ada pula yang menggunakan susu

unta atau kuda.1 Sebaik apapun kandungan zat yang terdapat pada susu formula,

namun ASI merupakan yang terbaik.

Pemberian susu formula pada bayi sebaiknya setelah bayi berusia 4 bulan

atau lebih, dengan syarat ibu dan bayi dalam keadaan tidak sehat dan tidak

layak untuk menyusui atau disusui, seperti ibu menderita penyakit tertentu

( gagal jantung dan penyakit menular lain yang dapat menular melalui ASI),

bayi yang memiliki kelainan metabolic bawaan yang bereaksi jelek terhadap

ASI.1 Susu sapi murni atau bentuk modifikasinya merupakan dasa kebanyakan

susu formula.22

2.1.7.3 Karbohidrat

Karbohidrat adalah zat yang paling banyak dikonsumsi serta merupakan

sumber energy utama pada manusia selain lipid dan protein.24 Karbohidrat

terdiri atas tepung dan gula. Jenis makanan yang mengandung karbohidrat

adalah beras, gula, roti, kentang, dan susu. Tubuh merubah karbohidrat menjadi

glukosa dan pembakaran glukosa dengan oksigen menghasilkan energi. 25

2.1.7.4 Lemak

Lemak atau lipid merupakan salah satu makanan yang dapat memberikan

lebih banyak tenaga dibandingkan dibanding protein dan lemak. Lipid terdiri

dari trigliserida, phospholipid, dan sterol. Trigliserida menjaga tubuh tetap

Page 19: 7. BAB I reviai 1(3)

19

hangat, melindungi tubuh dari shock mekanik, pembawa vitamin yang larut

dalam lemak (Vitamin A, D, E, K). Phospholipid dan sterol berfungsi untuk

menyusun struktur sel. Jenis makanan yang mengandung sumber lemak adalah

susu, minyak sayur, telur, lemak daging dan lemak ikan. 25

2.1.7.5 Protein

Protein yang didapat dari makanan sehari-hari harus diubah dulu menjadi

asam-amino sebelum dapat diserap dalam darah. Pencernaan protein dimulai

dengan hidrolisis ikatan peptidanya untuk menghasilkan asam-amino. Berbagai

enzim baik dari lambung (pepsin) maupun dari pancreas (tripsin, kemotripsin,

dan lain-lain) diperlukan untuk proses hidrolisis tersebut. Asam-amino hasil

hidrolisis protein hewani dapat diserap lebih cepat dan lebih efisien jika

dibandingkan dengan hasil hidrolisis protein nabati. 18

Protein yang dimakan sehari-hari terdiri dari 20 macam asam amino yang

setelah dicerna dan diserap digunakan untuk sintesis protein sel, protein

fungsional seperti hormon dan enzim, protein pengangkut seperti transferin.

Sembilan macam asam-amino merupakan zat gizi esensial bagi manusia, yakni :

isoleusin, leusin, treonin, lisin, metionin, fenilalanin, triptofan, valin, dan

histidin. Bagi bayi dengan berat lahir rendah, maka tirosin dan sistin masih

merupakan asam-amino esensial. Zat gizi esensial diartikan bahwa tubuh tidak

dapat mensintesisnya sendiri hingga zat gizi tersebut harus didapat dari

makanan yang masuk. Asam-amino yang tidak termasuk esensial disebut asam-

Page 20: 7. BAB I reviai 1(3)

20

amino non-esensial. 18Jenis makanan yang mengandung sumber protein adalah

sayu-mayur, biji-bijian, kacang polong, kecambah, daging. 25

2.1.7.6 Vitamin

Vitamin sangat dibutuhkan oleh tubuh. Metabolisme yang sempurna akan

dihasilkan oleh tubuh jika tersedia vitamin dalam jumlah yang cukup. Vitamin

terbagi menjadi 2 jenis, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang

larut dalam lemak. 25

Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B dan C, sedangkan Vitamin

yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K.

a. Vitamin A

Vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan sel dan perkembangan warna

pada mata. Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan penyakit rabun

mata, kulit kering dan pertumbuhan tulang terganggu. Sumber vitamin A

dalam makanan adalah mentega, susu, telur, bayam, wortel. 25

b. Vitamin B

Vitamin B adalah gabungan dari 15 macam lebih vitamin. Vitamin B

sangat penting untuk pembentukan sel darah merah. Kekurangan vitamin B

akan menyebabkan kelemahan syaraf dan penyakit seperti beri-beri.

Sumber vitamin B adalah susu, telur, daging, ikan, sayuran, dan buah-

buahan.25

Page 21: 7. BAB I reviai 1(3)

21

c. Vitamin C

Vitamin C sangat penting untuk pembentukan jaringan. Kekurangan

vitamin C dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh dan sariawan.

Jenis makanan yang mengandung vitamin C adalah sayuran dan buah-

buahan seperti jeruk. 25

d. Vitamin D

Vitamin D merupakan vitamin yang dapat dibuat oleh tubuh. Tanpa

vitamin D tubuh tidak dapat membuat cukup kalsium. Akibet kekurangan

vitamin D adalah tulang menjadi lemah dan gigi mengalami kerusakan.

Sumber vitamin D dalam makanan adalah minyak ikan, mentega, roti dan

susu. 25

e. Vitamin E

Vitamin E adalah antioksidan yang larut dalam lemak. Vitamin E berfungsi

sebagai pelindung utama untuk mencegah terjadinya oksidasi dalam tubuh,

serta melindungi sel darah putih sehingga berperan dalam sistem

pertahanan imun tubuh.25

f. Vitamin K

Vitamin K (K1 dan K2) diperlukan untuk pembekuan darah secara normal.

Sumber vitamin K1 dalam makanan adalah sayuran hijau dan hati,

sedangkan vitamin K2 oleh bakteri di usus. 25

Page 22: 7. BAB I reviai 1(3)

22

2.1.7.7 Mineral

Tubuh memerlukan mineral untuk membentuk tubuh yang sehat. Kira – kira

20 macam mineral dalam jumlah kecil diperlukan tubuh. Misalnya, kalsium

diperlukan untuk tulang dan gigi. Sel-sel darah merah memerlukan zat besi.

Mineral juga sangat penting untuk proses tertentu, seperti mengirim impuls

syaraf (natrium dan kalium), kontraksi serat otot (kalsium), dan mengatur

pertumbuhan badan (yodium). (makanan sehat dan bergizi). 25

2.1.7.8 Air

Jumlah cairan yang harus masuk dalam tubuh merupakan hal yang pentig

terutama bagi bayi yang mudah menderita dehidrasi. Pada umumnya anak sehat

memerlukan 1000-1500 ml tiap harinya. Dalam keadaan sakit seperti infeksi

dengan suhu badan yang tinggi, diare, muntah, masuknya harus dinaikkan untuk

menghindarkan keadaan yang buruk.18

2.1.8 Posyandu

2.1.8.1 Definisi Posyandu

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan

kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh

masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta

pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga.26

2.1.8.2 Tujuan Posyandu

Page 23: 7. BAB I reviai 1(3)

23

Tujuan dibentuk posyandu diantaranya :26

1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu

Hamil, melahirkan dan nifas)

2. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan lainnya

yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.

3. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera,

Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga

Sejahtera.

2.1.8.3 Kegiatan Posyandu

Kegiatan posyandu adalah sebagai berikut :12

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

a. Ibu hamil

Kegiatan Ibu Hamil antara lain penyuluhan tanda bahaya pada ibu

hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, perwatan payudara

dan pemberian ASI, peragaan pola makan ibu hamil, peragaan

perawatan bayi baru kahir, senam ibu hamil.

b. Ibu nifas dan menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui

diantaranya perwatan kebersihan jalan lahir, pemberian vitamin A

dan tablet besi, perwatan payudara, senam ibu nifas.

c. Bayi dan anak Balita

Page 24: 7. BAB I reviai 1(3)

24

Jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk bayi dan

balita diantaranya penimbangan berat badan, penentuan status

pertumbuhan, penyuluhan.

2. Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu diselenggarakan oleh kader diantaranya

adalah pemebrian kondom dan pemberian pil. Jika ada tenaga kesehatan

Puskesmas dilakukan suntikan KB, dan konseling KB. Apabila tersedia

ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan pemasangan IUD.12

3. Imunisasi

Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik

terhadap bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil.12

4. Gizi

Sasaran pelayanan gizi di posyandu adalah bayi, balita, ibu hamil. Jenis

pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi

dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian vitamin A, dan

pemberian sirup Fe.12

5. Pencegahan dan Penanggulangan diare

Pencergahan diare di posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare

diantaranya penyuluhan, pemberian larutan gula garam.12

2.2 Kerangka Pemikiran

Page 25: 7. BAB I reviai 1(3)

25

Masa bayi dan balita adalah masa yang sangat penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan bagi kehidupan seorang manusia. Pada masa ini terdapat dua

fase pertumbuhan, yaitu fase pertumbuhan cepat dan fase pertumbuhan lambat.

Gizi memiliki peranan penting pada kedua fase pertumbuhan tersebut. Asupan

gizi sangat menentukan status gizi seseorang.

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan

antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Status gizi dipengaruhi oleh banyak

faktor, salah satunya adalah tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi. Penilaian

Status gizi akan dihitung dengan menggunakan Indeks Antropometri, dimana

Indeks yang digunakan adalah Berat Badan Terhadap Umur (BB/U) dan Berat

Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB) karena Indeks berat badan terhadap

umur (BB/U) merupakan indikator status gizi kurang saat sekarang dan Indeks

berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dapat mengetahui proporsi badan

(gemuk, normal, atau kurus) dan merupakan indikator status gizi saat ini.

Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi balita diantaranya adalah

masalah kesehatan, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu, sosial ekonomi,

pola asuh, sanitasi lingkungan, riwayat kelahiran dan faktor demografi. Tingkat

pengetahuan ibu memiliki pengaruh yang amat besar dalam mempengaruhi

status gizi balita karena bayi dan balita belum dapat memilih dan mencari

makanannya sendiri, sehingga peranan ibu dalam memilih makanan untuk bayi

dan balitanya sangat penting. Tingkat pengetahuan orang tua terutama Ibu dapat

menentukan gaya hidup keluarga, termasuk didalamnya status gizi anak.

Page 26: 7. BAB I reviai 1(3)

26

Tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi dapat diketahui dengan menggunakan

kuesioner. Pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner tersebut mengenai

makanan yang memiliki kandungan gizi yang sangat dibutuhkan dalam

kehidupan sehari – hari. Setiap jawaban dari pertanyaan tersebut akan terdapat

score sehingga dapat diketahui tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi dan

selanjutnya dilihat dan dihubungkan dengan status gizi balitanya.

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan status

gizi balita, maka peneliti mengambil judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan

Ibu Mengenai Gizi Balita dengan Status Gizi Balita”. Jika dari hasil penelitian

ini terdapat hubungan maka dapat dijadikan pertimbangan bagi Puskesmas

dalam merancang program Penyuluhan untuk meningkatkan tingkat

pengetahuan ibu mengenai gizi balita sehingga pertumbuhan dan perkembangan

balita dalam berjalan optimal.

2.3 Hipotesa

Penelitian analitik ini tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu mengenai

gizi balita dengan status gizi balita untuk melihat ada tidaknya hubungan antara

tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita.

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Anwar pada tahun 2006

mengenai faktor resiko kejadian gizi buruk di Lombok Timur, diketahui bahwa

pengetahuan ibu bermakna sebagai faktor risiko gizi buruk di Kabupaten

Lombok Timur.10 Penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian lain yang

dilakukan di daerah Tasikmalaya. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa

Page 27: 7. BAB I reviai 1(3)

27

tingkat pengetahuan ibu yang kurang mengenai gizi memiliki kontribusi

terhadap gizi kurang pada anak.8 Sehingga, diumuskan hipotesis nol dan

hipotesis alternative sebagai berikut.

Ho : ρ = 0, Ada korelasi antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi

balita.

H1 : ρ ≠0, Tidak ada korelasi antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi

balita.

Secara skematis kerangka penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 1. Kerangka Pemikiran

KUESIONER

Peran ibu sangat besar dalam memilihkan makanan

Asupan gizi sangat penting pada masa ini

Page 28: 7. BAB I reviai 1(3)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Bahan/subjek Penelitian

3.1.1 Bahan Penelitian

Tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi

STATUS GIZI BALITA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA

Ho : ρ = 0

Status gizi balita membaik

Pertumbuhan dan perkembangan optimal

H1 : ρ ≠0

Tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi diperbaiki

Faktor Demografi Riwayat

Kelahiran

Sanitasi Lingkungn

Kesehatan

Sosial Ekonomi

Pola Asuh

Page 29: 7. BAB I reviai 1(3)

29

Bahan penelitian ini menggunakan kuesioner untuk wawancara kepada ibunya

untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi balita.

3.1.2 Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada anak balita berusia 0-5 tahun yang dinilai status

gizinya dan ibu balita tersebut akan diwawancara, dengan terlebih dahulu meminta

izin kepada ibu balita tersebut dan pihak puskesmas.

3.1.3 Populasi dan Sampel

Teknik penarikan sample dilakukan dengan simple random sampling. Untuk

mengetahui seberapa besar ukuran sampel minimal digunakan rumus dibawah ini :

Up = ½ ln [ 1+ρ/1- ρ]

Up’ = 0,5 ln 1,4/0,6

= 0,423

Z1-α /2 + Z1-β 2

n1= ________________ +3

Up’2

1,96 + 1,645 2

= _______________ +3

(0,423)2

= 75,61

Page 30: 7. BAB I reviai 1(3)

30

Up = ½ ln [ 1+ρ/1- ρ] + ρ/2(n1-1)

= 0,423 + 0,4/(2x74,61)

= 0,423 + 0,0026

= 0,4256

Z1-α /2 + Z1-β 2

n2 = ______________ +3

U2p

1,96 + 1,645 2

= _______________ +3

(0,4256) 2

= 71,728 + 3

= 73,728 ≈ 74

Jumlah sample minimal adalah 74.

3.1.4 Pengambilan Sampel

3.1.4.1 Kriteria Inklusi

a. Anak yang berumur kurang dari 5 tahun (balita).

b. Anak yang tidak mempunyai penyakit kronis.

Page 31: 7. BAB I reviai 1(3)

31

3.1.4.2 Kriteria Eksklusi

a. Anak yang berumur diatas 5 tahun.

b. Anak yang mempunyai penyakit kronis.

3.2. Metode Penelitian

3.2.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dan metode yang

digunakan pada penelitian ini adalah metode cross-sectional mengenai status gizi

balita dan pengetahuan ibu tentang gizi pada balita.

3.2.2 Definisi Konsep dan Operasional Variabel

3.2.2.1 Variabel Penelitian

a. Variabel Independen (bebas)

Variabel Independen (bebas) dalam penelitian ini adalah Tingkat

Pengetahuan Ibu mengenai gizi balita. Untuk menggambarkan pengetahuan

ibu, dilakukan penyajian data pernyataan mengenai gizi pada balita.

Kemudian dilakukan scoring terhadap keseluruhan jawaban, dimana

jawaban yang benar akan diberikan nilai 3 sedangkan jawaban yang salah

diberi nilai 1. Dari sini akan digolongkan ibu memperoleh skor antara :

24 - 30 berarti memiliki pengetahuan yang baik

16 - 22 berarti memiliki pengetahuan yang cukup

Page 32: 7. BAB I reviai 1(3)

32

10 – 15 berarti memiliki pengetahuan yang kurang.

Kemudian data-data disajikan dalam bentuk diagram.

b. Variabel Dependen (tidak bebas)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi balita yang

diklasifikasikan dalam 4 kategori yaitu gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, gizi

buruk berdasakan SK Menkes 920/Menkes/SK/VIII/2002.

3.2.2.2 Definisi Operasional

1. Balita yang diteliti adalah balita laki-laki dan perempuan yang berusia di

bawah 5 tahun, yaitu dari usia ≥ 6 bulan hingga 59 bulan 29 hari.

2. Status gizi anak balita adalah keadaan tubuh anak balita yang ditentukan

berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut

tinggi badan (BB/TB).

3. Pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia

melalui pengamatan akal.

3.3. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Pemilihan Sampel

Pemilihan sampel ditentukan dari anak balita yang datang bersama ibunya ke

puskesmas atau posyandu pada bulan juni-agustus tahun 2010.

Page 33: 7. BAB I reviai 1(3)

33

3.3.2 Pengumpulan Data

Data yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder. Data primer

berupa kuesioner yang diisi oleh ibu balita. Data sekunder berupa data jumlah balita

dengan keadaan gizinya di Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki

Bandung.

3.3.3 Pengolahan Data

3.3.3.1 Pengolahan Data Primer

Dilakukan wawancara terhadap ibu balita yang menjadi subjek penelitian.

Kuesioner berisi pertanyaan mengenai nama orang tua, tingkat pendidikan, dan

pertanyaan yang menggambarkan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita yang

berjumlah 10 soal, kemudian dari setiap jawaban akan terdapat score yang akan

dikalkulasikan sehingga dapat menunjukan tingkat pengetahuan ibu mengenai gizi.

3.3.3.2 Pengolahan Data Sekunder

Data sekunder diolah dengan mencatat data posyandu yang berhubungan

dengan penghitungan status gizi balita kemudian dikalkulasikan sehingga dapat

diketahui status gizi balita yang berasal dari Puskesmas Pasirkaliki.

3.4. Rancangan Analisis

Data diolah dengan menggunakan program Statistical Program for Social

Sciences (SPSS) versi 16.0. Analisis yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman.

Hipotesa :

Page 34: 7. BAB I reviai 1(3)

34

Ho : ρ = 0, Ada korelasi antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi balita.

Hi : ρ ≠0, Tidak ada korelasi antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi balita.

3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki

Bandung

3.5.2 Waktu Penelitian

Rangkaian Penelitian dilakukan pada bulan Juni - Juli 2010.