6fl )t~~ · 2020. 1. 16. · kope~s1 seperti yang dilaksanakan di indonesia seba gai sesuatu hal...

72
PARALELISME KB-BHir-lA-BKA·AN ,, INDONESIA - AMBRIK.A OleJI Djoko Sumitro I.APOilAN PENBI.ITIAB PAEU:LTAS SASTRA UNIVERSITAS GADJAH M&DA YOGYAKARTA 1986/1987 l'--fc r !(Iy, I 6fl II /

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PARALELISME KB-BHir-lA-BKA·AN ,,

    INDONESIA - AMBRIK.A

    OleJI

    Djoko Sumitro

    I.APOilAN PENBI.ITIAB PAEU:LTAS SASTRA

    UNIVERSITAS GADJAH M&DA YOGYAKARTA

    1986/1987

    l'--fc r !(Iy, I 6fl

    II

    )t~~ /

  • ,,

    .PENGANTAR

    BAD I

    DAFTAR ISI

    : PF!NDAHULUAN 6 1.1. J,atat• Del.akang Masalal1 6 1.2. Tujuan Penel1tian 8

    1.3. Huang Lingkup Penelitian 9

    1.4. Landasa Teori 9 1.5. Metodologi 11 1.6. Tin.jaua.n hlstaka

    B A D II z PARALELiflltE BUDAYA 2.l.. Paraleli£-crae

    2 .. 2. Budaya

    B A B. III : PARALELISME DALAM SIP AT·, SIKAP DAN NASIB 19

    3.1. '!ak Sama tetapi Serupa 19 3.~. Oaya Pr1yayi vs. Gaya The

    Marlboro Man 22 3 •. 3. Sistem Paternal. yang ICurang

    Menguntungkan 29

    B A B IV

    B A B V 1

    : PAR.ALELISME PADA LAMBANG NEGARA

    4 .1. Arti-pentingrtya Lam bang 4.2. Garuda Pancasila

    4. 3. The Great Seal .

    : ASIMILASI : SIPAT DAN MACAMNYA

    5 .1. Apakah ASIM ILASI 1 tu? 5 •. 2 • Penertit.~rt M' ELT!l'IG l'OT 5. 3. Sifat "ASSIMILATION" di Ame-

    rUta

    5.4. W.A.S.P.-Confonnlty.

    ll A n . VI : RANGlCUMAN KESD1PULAN

    DAPTAR · RUJUKAN

    DAPTAR 'PUSTAKA

    38 38 38 42

    53 53 54

    55

    62

    64

    67 \o9

  • 4'

    I

    PENGANTAR

    Ditinjau da~i aegi pembentukan serta perkembana•

    annya, bangsa Inclone.t&·dan Amerika dalam sejarah me-

    reka meailiki benang-be~g merah paraleliame .atau

    kesaaaan. Paralelisae ini dengan aendiri~a akan mem-

    bawa dampak-dampak yang mungkin baD7a airip saja ber-

    hubung masing-masing bangsa mempunyai latar-belakang

    yang berbeda ditinjau dari sudut letak geografiSIQ'a

    serta kondisi soaial-ekonomi-budayanya. Akan tetapi

    tidaklah austahil bahwa dampak-dampak itu bahkan akan

    .lleaar-benar sua 11engingat 'bahwa di chm1a ini ba~cy"ak

    hal-hal yang sitatnya universal.

    Maka ada keuntungan pada pibak bangsa I~doneeia

    kareaa terjadiDya bangsa Indonesia terc:atat lebih

    ke~~udian daripada bansaa Amerika. yaitu secara yurt-

    dis terpaut sekitar duaratus tahua, sehingga bang-

    sa ID.do,nesia dapat belajar dari "trial and error"

    bangsa Amerika.

    Bangsa Indonesia dapat mengambil mantaat ·dari

    pengalaaan bangsa Amerika dengan caz:a..:· mengambil ja-

    lan pintas tanpa terlibat sendiri dalaa kekeliruan,

    kepahitan, serta kesukara-keaukaran lain yang telah

    dialami oleb bangaa Amerika, meakipun harus disadari

    pula bahwa latar-belakang persoalan-persoalan yang

    dihadapi itu tidak jar~ng nampak berbeda, atau bah-

  • •·

    4

    ., kan dalall kenyataan nampak berlainan dan kadang-ls:a-

    dang justru bertolak-belakang sama sekali.

    Sebagai contoh kita aabil cara.bagaimana bang-

    sa Indonesia dan Amerika mengataa:l. persoalan kebu-

    tuhan hidup sehari-hari.

    Bangea Indonesia yang berpegang teguh pada prin-

    sip sotons-royons, berkeyakinan bahwa jalan yang ter-

    baik untuk mengataai .bel!basai kesukaran yang lle~Qans- ·

    kut aandang-pangan adalah melalui koperaa:L. Sebaliknya,

    bangsa Amerika yang berpegang pada ~toe T,be Marlboro

    M!!, yang gaabarnya banyak kita lihat d1 tempat~tempat • ,,

    strategis di Indonesia, dan yang menggambarkan sifat-

    sifat kemandirian (singleness), percaya pada diri sen-

    diri (self-trust dan self-reliance), mobilitas (ao-

    b111ty), dan kekeraaan (violence), aensansgap si.stem

    kope~s1 seperti yang dilaksanakan di Indonesia seba-

    gai sesuatu hal yang dapat membunuh sifat-sifat yang

    creative-innovative-competitive yang sudah menjadi

    sikap ~idup bangsa Amerika pada umumnya.

    Di balik i tu semua, tidaklah b.erarti bahwa bangsa

    Amerika mempunyai rasa 11 phob1" atau ketakutan terhadap

    gotong-royong atau "togetherness" ini. Pada bakekatnya,

    pada beberapa dekade terakhir 1~ d1 Amerika berkea-

    bang auatu sietem yang mereka sebut Participatoty g&p·

    .,

  • ,, 5

    italism, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan

    densan Kavitalismt GQtong•£QYRQC•

    Melibat struktur'serta cara peraselol~a,Ka

    p1tal1aae Gotons-ro~ong in~ airip sekal~ densan Ko-

    peraai y&Dg ada di IndoD&s~a. Baik Participatory

    . capitaliame aaupun ·Koperaai Indonesia aendasarkan

    kehidUpaJUQ'a pada eksistensi. para uggautanya atau

    pada para peaegang saham.

    I

    Pada pli.b!Qa, clunia ini. naapak daa teraaa ~aa-

    kLn lama makLn seap1t• aebingsa gejala saling me~

    pengaruhi. aka~ lebih cepat menyebar. Alat transpor-

    tasi yang. semakill o.anggl.h dan alat-alat audio-visu-" a1 YaJI& beraneka-ragaa yang aembua t kit& seaua ter-

    pesona. membantu penyebaran dan penanaaan pengaruh

    1Di,. 'ba1k pengaruh yang baik maupun penga.ruh· yang

    buruk.

    Maka tugaa 7ang dibebaDkan pada kita semua

    adalah: MENYARINCJ .SEGALA PENGARUH l'lro, KEMUD:J!AN

    . MEMILIB HAL, HAL YAlfG BAIK DAN MEMBUAMG SEGALA

    SESUATU YAIG BURUK ; YANG BAIK ITU K!TA AMBIL

    UM~ MEMPERKAYA KBA.SANAH BUDAYA BAHGBA DEMI KE-

    LES1'ARIAN, KEMAJUAif, KEKUATAN DAlf KELUliURAll BANG- ·

    SA. ·,.

  • B A B. I

    P E N D A H U L U A N

    1.1. ~ar Belakang Masalah

    H1buran yang dapat dinikmat~ oleh aegenap ke-

    luarga di Indonesia pada saat in1 adalah hiburan

    melalui televiai. Hampir setiap 1nsan Indonesia

    dapat melihat melalu1 layar TV-nya berkiprabnya

    adik-adik-cilik memperlihatkan ketrampilan mereka

    dalaa bidang aeni-suara, seni-tari, seni-beladiri,

    menpclu kemahi_ran otak melalui acara "cerdaa-tang-

    . kas_' 1 clan sebagainya. Melalui layar TV in:l dapat

    j.uga. ki ta meliha t keindahan alam Indonesia . yang

    uteii&Dg sudah terkenal hampir di seluruh· dunia 1n1.

    Akall tetapi, sebaliknya, tidak jarans pula

    kita dengar keluh-kesah terlontar dari mulut para

    11pemiraa" TV, khusuanya dari mereka yang tergo-

    long generasi tua yang biasa mendapat sebutan ge-

    neraa1 kolot, yang menyatakan rasa aesal dan kesal

    mereka terhadap tingkah laku para penyanyi--teru-

    taaa penyanyi dang-dut dan rock--yana penuh di-

    warnai dengan lenggang-lenggok dan lirlkan-lirikan

    yang "beria1 11 , yang di mata 11kaum-kolot" tersebut

    nampak tidak berkepribadian nasional.

    G~a para penyany1 rock kita jelaa-jelas meng-

  • 7

    ingatkan kita pada gaya penyanyi raja dan ratu rock se-

    pel'ti JohJl Travolta, Madonna dan Tina 'Almer, yang apa-

    bila sedang ber"action11 bagai.kan kana penyakit kejang.

    Peruah k.ita bangsa Indonesia disuguhi "show a la Tina

    'lUrner" aelalui layar '1'VRI, apalagi d:L bar-bar dan ho-

    tel-hotel beaar. ~etap1 berun~unslah kita bangsa Indo-

    JUta1.a. bab.wa awal-awal Peaerintah mengambil tindakan

    berupa larangan bagi para senirnan dan sen:lwat1, khu-

    susnya para penyanyi rock dan dang~dut, berpakaian 11 ae-

    mau-gue" apalagi berpakaian a la 'l'ina '1\a:rner . yang di.

    ma ta bangea Indonesia tidak memenuhi sara t 11beiitepri.-

    oadian nasi'onal•.•.

    Apakab. sebenarnya latar-belakang seauanya itu?

    Kirany:a tidak pelak dugaan ki.ta kalau ada orang yang "

    mengatakan bahwa. semua itu adalah "gara-gara11 masuknya

    tanpa kendal1 video-cassette membanjiri Indonesia. Dan

    dari manakah datangnya video-cassette yang banyak itu?

    Sebagian besar video-cassette itu berasal dari negara-

    idola reaaja masa k1n1: AMERIKA.

    Berbicara soal pengaruh ini, teringat kita pada

    aatu kalimat yang terdapat dalam buku The Last Pur:l.tan

    yang berbunyi sebagai berikut:

    Ame~ca ia the greatest ot opportunities and the worst ot influences: our effort muat be to resist the influence abd imp~ve the opportun1t1.ea.l

  • 8

    1.2. Tyjuan Penelit1an

    Serins kita dengar ungkapan yang aena.takan bahwa

    Rtpsaleun meru~ekan e:uru xans paligs bailu dan orang

    yang tidak mau belajar dari pensalaman teraasuk go-

    lonsan o~ans-o~aag yang tidak bijakaana.

    Pengalaman 1n1 dapat merupakan segala sesuatu yang

    dialami sendiri, tetapi dapat juga berupa pengalaman

    · yang dialami oleh orang lain. Pengalaman, baik yang

    ttialami sendiri maupun yang dialami oleh orang lain, se-

    lalu berhar&• untuk.dijadikan pelajaran •. Peng~aman yang

    baik dan berguna perlu kita aantaatkan, ~edangkan peng-

    alaman 7ang buruk dan pahit wajib untuk kita jadikan

    tanda peringatan yanb perlu kita hindari. Hal-hal ini-

    lab yang mendorong · penulis un tuk metiput. pengalaman

    bangsa Aaerika melalui Sastra dan tulisa~tulisan mere-

    ka yang lain seperti Novel, Poetry, Drama serta Essay,

    Roman-sejarah, Thematic ~tudies, dan lain sebagainya,

    dengan maksud utama agar ~ngaa Indonesia dalam mem-

    bangun bangsa dan negaranya dapat belajar dari penga-

    laman bangsa Ame~ika demi keluhuran ·bangsa menuju ma-

    syarakat yang adil dan makmur, sambil mengingat kali-

    mat yang dikemukakan oleh George Santayana dalam bu-

    kunya lbt L§st Puritan seperti yang telah dikutip di lllu.ka.

  • 9

    Pengalaman ·auatu· bangea, apabila dip•parkan dalam

    bentuk tulisan, dapat mengambil tempat beratus-ratus,

    beribu-ribu halaman. bahkan dapat dikatalmn tidak akan

    habis sepanjang masa. Per.istiwa-peristiwa sejarah se-

    suatu bangaa yang telah dimuat dalam buku yang berji-

    114-jilid hanyalah basaikan tetes-tetes ai~ yang diam-

    ~ dar! sebuah kolam.

    Maka, apabila kita mengatakan bahwa kita bermaksud

    dan berkeinginan untuk belajar dari pengalaman bangsa

    Amerika. tentunya kita tidak akan mengamati semua peng-

    alaaan yang telah dilalui oleh bangsa ~erika. Paling-

    paling dalam penelitian jang setingkat ini,·kita akan

    · haDya mampu melipu t barang dua-tiga bentuk pengalaman

    saja. Ka11 ini, yang akan menjadi bahan penelitian ialah

    si.fat ke-EKA-an dan ke-BIIINHEKA-an ba.Dgea Indonesia dan

    · Aaerika, dan cara-cara kedQa bangsa ini memecahkan per-

    aoalan-persoalan mereka yang berkaitan dengan ke-~KA

    BHINNEKA-an tersebut •

    .1.4. Landasan 'l'eO·ri

    Pen eli tian ini d1lak\lkan dalarn ruang linpup AMER-

    ICAN STUDIES atau KAJIAN AMERIKA. Meng1naat bahwa AMER-

    lCAB STUDIES aerupakan suatu disiplin yang sitatnya ~

    ti•dis1pl1net dan tnter-disipliner. maka pendekatan (ap-

    proach) YaD& diterapkan dalam penelitian ini terpaksa

    aengambil pendekatan yang lazim dipakai dalam ilmu-ilmu

    . ~ '

  • 10

    yang termasuk dalam per,angkat ilmu Huaaniora. Oleh

    karena 1tu, tidaklah aneh a:gabila dalam penelitian-

    nya nanti• penulis menerapkan--atau lebih baik dika-

    takan ~•merainjam"-·1andasan teori atau hipotesa-hipo-

    ~eaa serta det1nisi-det1Dis1 yang terdapat dalam 11-

    mu Sejarah.· Bahasa, Seni·, Filsatat dan sebagainya.

    Bahkan dalam kasus penelitian ini,. penulis terpak-

    sa menggunakan detinis1-detinis1 yang terdapat da-

    lan Ilmu Sosial.seperti Sosiologi dan Antropologi. I

    Berkaitan dengan uraian di atas, maka peneliti-an ini berpretensi bahwa:

    (1) dalam perkembangannya bangsa indonesia akan ba-

    nyak m1r1p deng•n yang pernab dialami oleh bang-

    sa Allerika, dan

    (2) bangsa Indone~ia dapat lebih cepat mendeteksi ~

    atau bahkan meramalkan persoalan-persoalan yang

    mungkin timbul, serta dengan cepat pula menga-

    tasi sega1a persoalan itu.

    Selain itu, penelitian ini berlandaekan pada

    suatu_asumsi atau· hipotesa yang menyatakan bahwa:

    {1) Sastra selain merupakan pantu1an gejala masya-

    rakat, tidak jarang mampu juga memp~e~si dan

    membentuk gejala-gejala masyarakat;

    (2) Belajar dari pengalaman orang lain adalah le-

    bih et~sien dan lebih ·etektip daripada belajar

  • ll.

    malalui "trial and error" atau melalui 11 scbade en

    schanda".

    Biarlah "coba-coba dan keliru 11 itu dialatni sen-

    d:lrioleh bangsa Amerika, dan "schade en schande"

    atau "rugi dan ma~u" dialami sendiri juga oleh bang-

    sa Belanda. Ki.ta berusaha menghindari kekeliruan,

    kerugian serta rasa malu yang telah dialami oleh

    bangsa Amerika dan bangsa Belanda itu.

    1.5. Metodologi

    Herkenaan dengan hipotesa seperti yang telah di-

    paparkan di atas, William Lamkin, Ph. D. dalam buku-

    nya Yisualized General Sciepce mengataKan hai-nal

    sebagai berikut:

    Scientific r-tethod involves the following import-ant steps. -- ·

    (1). AD experiment is an act or operation which is performed to discover Of. test some fact.

    (2) •. A hypothesis is a pre~iminar,y attempt to ex-plain the .1·esults of the experiment, or of some set of facts observed in nature.

    (3). A theory is a hypothesis which has been fur-ther verified by the methods indicated above.

    (4). A ~aw or principle is a theory which! as a reaul t o t a great deal o t experi.men t na and. obaervat~on, haaDbeen proved to be correct i.n every detail.:· .

    William. Leald.D adalah seorang "Natural Scientist".

    OLeh karena itu pandangannya qengan aendirinya b•rki•

  • 12 ..

    blat pada "nature", pada "alam"• Maka aeorang "Social

    Scientist" akan membaca kata."nature" seperti yang di-

    terapkan oleh Lamkin sebagai "society", dan seorang

    sastrawan akan membacanya sebagai "literature" atau 1.'

    "kesusastraan", atau "sastra".

    Karena penelitian ini dilakukan dalam ran~a Ka-' . jian Amerika• m~a mengingat latar-belakang pendidik-

    annya penulis selama penelitiannya berpretensi seba-

    ga:l seorang "saatrawan". Selain itu, aens;t.nsat sifat

    Kaj~an Aaerika yans multi-disipliner,. •etoda penel1-

    t1aa~a akaD menjadi inter-disipl~er, dan sebagian

    besar--bah~an dapat dikatakan hampir seluruh~-peneli

    tiannya berdasarkan "library research" atau "peneli-

    tian pustaka"•

    1.6. Tinjauan Puat&ka

    Mengingat bahwa yang menjadi bahan pengamatan

    ' pokok dalam pen eli tian ini adalah peraoalan Jang me-

    nyangkut. ke-EKA BHINNEKA-an bangsa Indonesia dan

    Amerika, maka pengamatan utama penulis ditujUkan pa-

    da impian masing-masing bangsa tersebut akan terwu-

    judnya persatuan di antara golongan"golongan atau

    kelompok-kelompok .yang berbeda--berbeda dalam agama,

    adat-istiadat, ras dan .warna-kulit, dan sUku.

    Untuk itu, diperlukan pemahaman tentang arti

    ,

  • 13

    Laabang Negara masing-masing negara yang berujud Ga-ruda-f!lac;asila pada p1hak bangsa Indonesia, dan .nut

    G-teat Seal pada pihak bangsa Amerika •. Untuk memahaid

    Laabang Negara 1n1 mutiak d1perlukan sediki~ pengeta-,, an tentang I1mu Heraldik.

    Yang menyangkut Garuda Pancas1la penulis merasa

    eangat beruntung karena tidak perlu terlalu bersusah

    payah mengadakan penelitian sendiri~ Dalam hal ini

    Dra. Endang Daruni Asdi sud.ah melapangkan jalannya ke

    arah 1 tu melalui bukunya J,ambang .Negara Re:gublik-.lll-

    donesia: GARUDA PANCASILA.3

    YaDg menjad1 obyek pe~gamatan kedua adalah per-

    soalan asim1laa1 yang oleh kedua bangsa tersebut d1

    atas dipergunakan sebagai alat pemersatu bangsa. ua-

    1~ hal ini, penulis t~dak mungkin melepaskan diri

    dari keterikatannya pada bidang Ilmu Sosiologi dan

    Antropologi, serta Sejarah, mesltipun hanya t'er}:lataa

    pada beberapa pemberian definisi dan pen4ertian-pe-

    ngertian yang bers1tat umum sekal1 dalam bidang ~o

    siolog1, Antropologi dan Sejarah.

  • B A B II

    PAR A L·E L I S ME B U DAY A

    Agar segala.sesuatu.yarig akan dibahas dalam ma-

    kalah 1nf dapat berjalan melalui jalur-jalur yang

    lebih terarah, atau ppn agar tidak akan terjadi ke-

    simpang-siuran, dan terutama sekali agar tidalt akan

    timbul heda penatsiran tentang istilah-istilah po-

    kok yang akan dipergunakan dalam makalah 1n1, kira-

    nya perlu adanya batasa~bataean yang d~berikan un-

    tuk kata-kata "paralelisme" dan 11budaya".

    2.1. Para1elisme

    Kamus Inggria-Indonesia suntingan John M. E~ols

    dan Hassan Shadely tidak mencantumkan kata paralelisae

    meakipun di dalamnya tersebut kata ~ara1el, yang diar-

    tikan sebagai: 1) garis lintang sejajar, 2) persamaan,

    3) me~qamakan dng. meaperbandingkan unt. persamaan,

    4) sejajar, 5) aerupa dengan, 6) bersamaan/aama de-

    ngan.4

    Dalam kamus Webster's Seventh New Colles1ate Dic-

    tionaty terdapat kata paralelism yang diartikan seba-

    gai: 1) the qua11ty or state ot being parallel, 2) re-

    semblance, correspondence. 3) recurrent syntactical

    similarities introduced tor rhetorical ettect, 4) a

    theor1 that mind and matter accoapany one another but

  • 15

    are not casually related, 5) the development of aim-'

    ilar new characters by two or more related organisms

    in response to similarity ot environment.

    Akan tetapi, batasan yang paling tepat dalal4

    kaitannya dengan penbahasan dalam mak~lah ini adalah ~·

    batasan yang diberikan untuk kata parallel yang ber-

    bunyi sebagai berikut: vt. to indicate analogy of:

    compare; n. something equal or sia~lar in all essen-

    tia1 particulars.'

    2.2. Budaxa

    Lebih gawat lagi adalah memberi detinisi untuk

    kata budava, atau 1ang lebih lazim kita dengar dalam

    konteks ilmiah, istilah kjbUdaYIAD• Yang sangat ber-

    kepentingan dalam persoalan kebudayaan ini tentunya

    · adalah para ahli Antropologi, Boaiolosi, Seniman,

    ahli Sejarah, Sastrawan yang aemuanya dapat menyebut

    diri mereka sebagai 11budayawan 11 • Tinggal pertanyaan

    yang masih perlu mendapat jawaban adalah: APAKAH

    KEBUDAYAAN ITU?

    Menurut Victor Barnouw dalam bukunya Culture

    and Personal~tY, yang perta~a kali ~enggunakan·kata

    "Culture" dalam bahasa Inggris adalah E.B. Tylor pa-

    da tahun 1871, yang memberikan detinisi untuk isti-

    lah Culture sebagai ber.Lkut:

  • 16

    Culture is that complex whole which includes kno•ledge, belief_ art, law. morals. custom. and any other capabilities and habits . ac-quired by man as a member o~ society. 6

    Haapir senada dengan definisi yang diberikan

    oleh 'l'ylor adalah definiai yang disajikan oleh

    William A, Havila~g yang berbunyi sebagai berikut:

    Culture is a set of rules or standards shared by members of a eo ciety that when acted upon by the members, produce behaviour that falls within a range the members consider proper and acceptable. '(

    . sedangkan l!@Qlllrd Broom dan kawan-kawan memberikan

    definisi untuk Culture ini dengan jalan berputar.

    Katanya:

    ••• , the term culture refers·to a social heri-tage, that is, all the knowledge, beliefs, cus-toms, and skills that are available to the mea-bars of a society. 'l1he aoc:lal heritage is the prod~ct ot a specific and unique history; it is tbeHdistinctiV& WQ Of life Of a groUp o

    8f peo-

    ple, their complete design. tor living,"

    Sebenarnya definisi ini dikutipnya dari ~

    Studl of Culture, karangan Clyde Klu4kbohn. Akan

    tetapi, pada detinisi ini masih ditambahkannya pen-

    jelaaan-penjel.asan lebih lanjut yang berbunyi:

    culture refers mainly to ideals of enlighten-ment and refinement, especially in the realms ot intelleot, morality1 and art. Tbis humanist v.iew ot culture eaphas1zes creativity and e~ cellence.~

  • 1?

    Det1nisi yang laiQ kita peroleh dari ~eth B. Hess

    dan kawan-kawan, yang berbunyi

    Culture is the design for living of a group whose members share a given location feel responsible for one another. and call them-selves by the same name. The culture of such a group (or society) consists of (1) solu-tions to the problems of survival, (2) the ideals and values that shape rules ot con-duct, and (3) tools and other human-made ob-jects (artitactfJ or mate.rial culture).lO

    Apabila dirangkum, dalam keerapat detinisi i tu

    terdapat beberapa taktor yang sama atau berupa

    ide-ide atau istilah-istilah yang sama atau se-

    rupa, misalnya:

    (1) kebudayaan.dimiliki bersama. ~leh suatu kelom-

    pqk anggauta suatu masYarakat;

    (2) kelompok itu bidu.n hersama g;L atau. berasal da-

    ~ suatu tempat &tau lokasi yap& sawa;

    (3) kelompok itu memiliki kebiasaaQ, perilaku, ~

    lai mqral, kt~arcevaan, ktYakinan, barAng-b~

    rans dan alat-ala\ yang pada prinsipnya sama,

    yang menumbuhkan kemampuan yang sama atau se-

    rupa yang berasa1 dari hreatiyitas yang iden-

    tik pula, berpegang pada nikiran dan cita-citt .. yang eama dan akbirnya membeatuk peraturan-per-

    aturaD dan pantangan-pantans1n serta larangan-

    larangan yang mereka anggap layak untuk dipa-

    tuhi oleh seluruh anggauta kelompok/masyarakat,

  • 18

    · demi ~eluhurap dan iil@ngsungaa hidup mereka ber-' sama.

    Dan Haviland, selain mengatab:an bahwa "Cul-

    ture is shared" masih menambahltan bahwa:

    - ~'Culture is learned 11 ;

    - "Culture is integrated";

    - "Culture is based on symbols 11 ; 11

    11learned 11 denganlpengertian bahwa kebudayaan itu

    dipelajari dari generai3i ke generasi, dan diajar-

    kan oleh generasi yang tua kepada generasi yang

    lebih muda; 11integrated" dalam arti saling be.rka-

    itan dan digambarkan semisal mesin yang bagian-

    basiannya bersambung dan berkait secara tepat,

    sebab apabila tidak, mesin itu tidak akan berja-

    lan atau bekerja denganlancar atau bahkan dapat

    "macet" . 12 sama selrali.

    Yang menarik dalam kaitannya dengan obyek

    penelitian ini ialah yang bersangkutan dengan

    "symbol" atau 111ambang"; yang akan dibahas lebih

    lanjut dalam Bab IV tulisan ini.

  • S I P A T,

    B A B III

    P A R A L E L I S M E

    D A~ AM

    S I K A P DAN N A S I B

    East is East and West is West, And never shall the twain meet;

    But there is neither East nor ~vest, .Border, nor ureed nor Birth,

    When two strong men stand tace to tace, though

    • they come troa the ends ot the Earth.

    (Rudyard Kipling)

    3.1. 1'ak sama tetapi serupa. Itulah ungkapan yang ta-

    pat untuk menggambarkan dua bangsa yang akan dibicara-

    kan dalam tulia~ ini: bangsa Indonesia di satu pihak,

    dan bangsa Amerika di lain pihak.

    Kedua bangsa itu hidup di dua belahan dunia yang

    berbali.kan: apabila yang satu mengalami terang-b~nde·

    rangnya sinar raatahari, yang lain hidUp dalam kege-

    lapannya malam. Yang satu masuk dalam kelompolt bang-

    sa Barkt, yang satunya lagi harus ~enerima disebut

    bang sa Timur, yang harus menelan pahi t-pabi t lta ta-lta ta

    John Adams:

    T.be Eastern nations sink, their glory ends

    And empires rise where 13 the sun descends.

  • 20

    Sebenarnyalah, abad 15 hingga abad 20 merupakan

    abad bangaa-bangsa Barat. Selama 1tu pula bangsa-

    bangea T.1mur pada umumnya harus berpuaa-puas diri

    dengan sebutan bangsa-jajahan, bangsa-pengabdi, bang-

    sa yang tenggelam yang kehilangan kemegabannya. Seba-

    liknya bangsa~oangea Barat merajalela sebagai bang-

    sa-penjajah, hidup dengan kekayaan melimpah-ruah her-

    kat keunggulan mereka hampir dalam segala bidang,

    b.e.rsenjatakan senapan jlteluru di tangan kanan, sedang-

    kan di tangan kiri ~erkibar bandera pataka bertulis-

    kan "Jiission sacree ".

    Maka. bertanya-tanyalah kita dalam hati: Benarkah

    pernyataan Herman Melville melalui tulisannya dalam

    novelnya yang terkenal dan yang sangat simbolis yang

    berjudul MobY Dick. Kata Melville:

    Whiteness "gives the white man ideal mastership over every dusky tribe." 14

    Pada galibnya, hingga saat 1n1 ui Kulit-Putih sudah

    ada yang sampai ke bulan, sedangkan kita bangsa In'do-

    nesia yang cokelat ini baru akan tinggal landas .... beberapa tahun lagi. Keberhasilan orang Kulit-putih

    pasti dilandasi penyebab-penyebab yang kuat. Tentu-

    nya, bangsa indonesia ~ang tidak mau banyak keting-

    galan dalam usah~nya untuk mengejar mod•~n~sasi yang

    biasanya beretiket "teknologi canggih" i:bu, harus

    ' I . I

    I

  • 21

    berani dan rajin-rajin mempelaja:ri penyebab-penye-

    bab yang kuat sa~erti teraebut di atas, dan di sam-

    ping itu berani pula meneliti aegala penyebab kesa-

    galannya di maaa yang 'lalu. Dalam hal ini bangsa

    Indonesia harus berani "mawas diri"; ~ mengenal . serta raenyadari akan kekurangan diri merup~kan lang-

    kah pertama dan utama menuju sukaea.

    Jalan menuju sukses itu memang tidak selurus

    jal~arteri apalagi jalan-tol yang biaaanya mem-

    bawa kita secara capat dan pintas ke tempat tujuan.

    $ukses kadang-kadang. ada di awang-awang, kadang-ka-

    dang di seberang lautan ganas, kadang-kadang pula

    di aeberang hutan-belantara penuh aemak berduri,

    . Bagaimana pun. juga, tanpa modal kemauan, ke-

    tekunan, pengorbanan, keprihatinan dalaa arti yang

    luas, keuletan, k1ranya sukses ini akan sukar di-

    capai. S~bal.ik.nya setiap usaha untuk aencapai auk-

    sea yang didasari kemauan dan rnoti vasi yang be·aar

    akan membuahkan--paling tidak, akan mendekati-- ha-

    s~ yang diharapk~.

    Dalam usahanya untuk mengejar aukses ini bang-

    sa Amerika mempunyai pega»g~n yang sangat kuat, yai-

    tu 11auccesa-myth" yang merupakan rthub 11 atau pusat-

    perputaran 111mpian 11 bangsa Amerika: the Amerisam

    Dream.

  • 22

    3.2. Gaya PriYaYi vs. Uaya 'rhe Marlboro Man

    Meskipun gaya Pr:iyayi ini merupakan ciri lrhaa ke-

    lompok etnik Jawa, tetapi karena sistem Priyayi itu

    akhirnya dipandang sangat ampuh oleh kaum kolonial Ba-

    landa untuk memperkokoh kedudukannya di seluruh Nusan-

    ~ara, maka dibantu oleh politik etiknya yang sangat

    terkenal itu Bangsa Belanda sebagai bangsa penjajab

    waktu itu selalu berusaha untuk menanamkan mitos Pri-

    yayi ini dalam benak setiap insan Indonesia--pada wak-

    tu itu disebut "1.nlander" ~~:. Dalam hal 1Di. bangsa Be-

    landa memang sangat berhasil dalam usaha mereka mendo-

    rong setiap orang "inlander" untuk menjadi priyayi da-

    lam arti yang pali.ng sempit, yaitu untuk menjadi pega-

    wai abd:l. Sang Gupermen. Kata 11priyayi" adal.ah identik

    dengan kata "ambtanaar", dan sebagai seorang ambtenaar

    tentunya diharapkan juga bahwa dia patuh pada Kanjeng

    Guperaaen. Kepatuhan ini dengan sen'diribya harus diba

    rengi dengan sik.ap. ,r..endah-diri , tingkah-laku yang

    halus, tutur-kata yang halus pula, pantang terbadap

    kata-kata yang kotor dan kasar, suaarah atau menye-

    rah padar nasib,. senada dengan dua bait "tembang" ber-

    ikut ini:

    Dedalane guna lawan sekti Kudu andhap asor. Wani ngalah luhur wekasane; ·~umun&kul.a yen dipun dukani Bapang den simpangi Ana catur mungkur.

    'I'

  • 23

    Dane lamun arsa aniteni pra tandhane pri.yayi punilta kawawaea wioarane lawan susilanipun lusing tingkah tataning krar.i nut sawa-sita nyata budine rahayu yen mangkono dad~ tandha trahing kartiyasa jatining priyayi pratandhaning pandhita.l5

    ''i Tembang yang taraebut pertama marupakan tembang

    yang sangat populer pada waktu jaman kolonial. Dapat

    dikatakan hampir eetiap :lnaan Jawa hatal altan lagu

    itu. Tembang itu mengandung ajaran bagi siapa pun yang

    ingin mendapatkan sukses. Sukses dapat dicapai melalui

    pertama: sikap merendahkan diri (andhap asor)• kedua: I

    harus berani mengalah; ketiga: barus menundukkan kepa-

    la apabila kena marah; keempat: menghindari r:lntangan;

    kelima: tidak mau mendengarkan "gossip".

    Tembang kedua oleh Drs. suratmin diterjemahkan

    sebagai berikut:

    Apabila hendak memperbatikan tandanya pada seorang punggawa, agar dilihat pada pembicaraanya. kesopanan, kehalusan tingkah laku dan sopan santun sesuai dengan tata krama Apabila demikian merupakan bukti bahwa seor~ng keturunan ksatria

    ·yang menonjol daripada lainnya dan akan selamatlah~

    Mitos Priyayi ini agaknya masih kuat melekat

    pada diri bangsa Indonesia pada umumnya. Begitu

  • 24

    ada be:ri ta bahwa eale.h at1.ntu kantor Pemerinta.h mem-

    buka lowongan pekerjaan, maka beratus-ratus pelamar

    mendaftarkan untuk memperebutkan pekerjaan itu. Se-

    bab hampir eemua orang irtgin rllenjadi priyayi, yai tu

    orang yang berstatus, beridentitae, terhormat. Pas-

    por Priyayi akan membuk•a jalan yang lebih luas dan

    licin menuju "statue".

    Pada waktu sekarang ini yaitu jmnannya Indone-

    . sia Merdeka, jamannya orang duduk sama rendah ber-

    diri sama t1ngg1, sebena.rnya is.tilah Priyayi sudah

    di-"peti-ea"-kan, ,, sebab kat a Priyayi i tu berbau fe-

    odal. Dalam hril. lrli perkembangan bahasa Indonesia

    sebagai bahasa Nasional membantu terpojoknya. Pri-

    yayi karena bahasa Indonesia tidak mengenal "undha-

    uauk" se}Jerti halnya bahasa Jawa, b:ahasa yang dii>a-

    kai kaum Priyayi.

    Pada rnasa jayanya Priyayi--khususnya di Jawa

    TengE:\11--bahasa JaV~a yang dipergunakan sehari-hari

    dapat dijadikan indikator apakah seseorA.ng teH1JH._ ·.

    auk .tgolongan• .priyayi atuu tidak. Seorang Pri.yl:lyi.

    pan tang berkata kotor·, kapan pun dan di nHmf.t pun.

    Di sampinp; "wicara•• (tuttn"-ka.ta) ini, indikator-

    indikator lain yang memberikan }lredikat I'riyayi,

  • a.dala .. ll :?leperti yang tertera pada tembang dj. atas:

    memegang nsusila", kehalusan tingkah laku dan so-

    pan santun sesuai "tata krama" (tata kesopanan).

    Di 'balilc itu semua, apakah aebenarnya tmbung-

    an uraian mengenai P.riyayi. di atae dengan peneli-

    tiart ini'?

    Pada hakel,atnya, persoala.n Priyayi di atas

    merupakan pantul~ dari uoa.pan W. ,J. Cash dalarn bu-

    kunya 'l'he Mind of the South. Kate. Oash ten tang

    "the Old South" adalah sebagai berilcut a

    ••• the South is another land, sharply dif-ferentiated from the rest of the .American nation, and exhibiting within :l. tself a re-markable homoge~eity.

    The Old South. of the legend was a sort·of stage piece out of the eighteenth century, wherein gesturing gentlemen moved soft-spa-kenly against a background of rose-gardens andt dueling grounds, through always gallant deeds, and lovely ladi~s, in fctrthingales, never for a moment lost that exquisite re-moteness which has been the dream of all

    ·men and the possession of none. Its socie:.l pattern was manori~l, it~ civili~~tiun that of a caval.ier, it~:~ ruling class an aristoc-racy coextensive with the planter g-roup---men often entitled to quarter the royal arms of St. George and st. Anclrew on their· e1hield s • • • • It was a Vlorld sit1gula.rly polished a.nd mellow and poised, wholly doiHinated by idenl~; of honour Etnd chi vp,lry aud noblesse • • • lb

    Seperti telah ki ta ltetahui semua, dalrun se-

  • 26

    jara.h Amerika The South irti menca.tat kekalalian to-

    tal pada waktu menghadal>i The Yankee ·da.ri Utt'!!'a,

    f'tetela.h terli.bat dalam perang sa~da.ra yang hanyTtl{

    memakan korban jiwa dan harta-benda.di kedua=t pi-

    hak.

    Dari urai.t=-.n di. f:t.1ias dapat di.tarik kf1l-;j.mp·nl-

    an bahwa. pada galibnya terdapat paralelisme pada

    kaum priyayi dan kaum Selatan dari Amerilca ir!i,

    yai tu kedua-duanye. mefnil;t.lci periJ.aku, : pa.ndang- -·

    an hidup, sif~t dan sikap yang sama. Don kesamaan

    ltli bahkan sampai rnenya.ngkut pandangan mereke ter-

    hadat> peraoalan um1e;. Sehu'bu.ngan der.gan perE:Ior~l:tn

    ini Cash berkata:

    All the elaborately built-up pattern of lei-su~e ond he don~. sti c drift: e.ll the slow, oonl , gra~1o11A emd.· .. ~;!'f-lCGful ge:stur'L:ng nf .,;,,·,vr:·~o;~:u~-which, if i 1; had 11.ever been ~;enerally ant1 f'ul-·· ly established in r-:oher reality, had neverthe-less subsisted aeJ an ideal and a tendency--· was plainly nlF..rked out for Et.bandor.ment a.s in-compritihle with succdsa. And, along with it, the vague lHr·e;ertf.!C.;S of outlook whinh VIas so essentially a part of the same ariatocratl.e complex; the magnonirni ty i.n t;he old-fFo.P.h:l c~ned senr,;e of the wor·d, with ·its contempt f

  • . 27

    ~· Pernyataan Oaah di atas lebih memperjelas lagi

    adanya kesamaan antara Kaum Selatan Amerika ini de.-.:-

    ngan Kaum Priyayi Jawa atau Orang-orang yang bar-

    mental. priyayi di Indonesia. Kita lihat bahwa Orang

    Selatan .Amerika. menaruh "contempt for mere IDIQlley-

    grabbing", aeperti hal.nya kaum priyayi yang pan-

    tang .. 1aku sudagar", karena di mata priyayi "wong

    budi · audagar" terrnasuk. sal.ah aatu dari ''patang pra-

    kara" yang harua dihindari, seauai dengan sabda Sri

    Susuhunan Pakubuwana IV dalam Serat Wul.angreh yang

    berbunyi sebagai berikut:

    Dipun sami inarsudi ing budini}mn, Weweka den awae, · Aja dumeh bisa angling, Den apantes masa kalarie micara.

    • • • ' Lawan aja jajad ingkang ]uwih agung,

    Pan patang pralcara: Inglcang dhingin wong madati, . Pindho botoh; ping telune wong durjana.

    Kaping pate wong budi sudagar,tambuh sabarang prakara; Mung munp:kul euka len sugih l8 Rina wengi mung bathine kang den etang.

    Jadi empat hal. yang harue dihindari i tu adalah:

    madat (menghiaap candu), botoh (berjudi), durja-

    na (mencuri) dan berperilaku seperti pedagang be-ear yang pekerjaannya hanya rnencari keuritungan saja.

  • 28

    APakah akhirnya yang menj ad1 kenyataan?

    Para priyayi ini di Indonesia pada jaman kolonial

    tidak lebih-dan tidak kurang adalah abdi belaka,

    pengabdi yang aetia kepada tuanr1ya, bangaa Be-

    landa, bangaa yang aangp;up menghadapi · aegal.a tan-

    tans• dan pan tang ••nyirlgkiri bapang". Bagi bang sa

    Piet Hein, Jan Pieterszoon Ooen, Daendele ini,

    "bapang'' a tau• "hambatan" adalfi}l untuk di terjang,

    bukan untuk di" simpangi" a tau dihinda.ri. Maka wa-.....

    jar apabila mereka dapat bertahan di tanah yang

    jauh ini sampai tiga-setengan abad lamanya.

    Bangsa priyayi adalah bangsa yang halua, sopan, I .

    tetapi juga yang empuk untuk dijajllb.

    Orang Selatan Am erika yang "mellow", "slow",

    "cool", "polished",l·"poised" itu. akhirnya menga-

    l'ami nasib yang serupa, yai tu terpaksa mengakui

    keunggulan Yankee dari utara yang bermental "the

    Marlboro Man" i tu. Marlboro Man tidak hanya. meng-

    hadapi,.,akan tetapi justru aelal.u mencari "ch&J.-

    lenge", sesuai · dengan sifatnya yang .. h.ard", "I:'Sbl-

    gle••' ~"mobile", nviolent" yang khas melekat pada

    . diri seorang "pushing horse~ trading man". '

  • i.

    29

    ~

    3.3. Sistem Paternal yang Kurang Mendidik

    Masih berbioara tentang Southerners atau KaUJ4

    3elatan ini, · maka ada sa.tu h.a1 yang sangat tnenon-

    jol apabila dilihat dari eudut keeamaan antara

    masyarakat Amerika yang terpojok ini dengan bangea

    Indonesia patia urnumnya, yai·tu. l>ahwa lcedua-duanya

    oenderung menganut sister4 paternal. Dalam hal ini,

    baiklan kita kaji dahulu ucapan Cash seperti beri-

    kut ini:

    I • • • The second consequence of which I have to : speak was the striking extension of ·the so-called paternalism of the Old South: its pas-sage in some fashion toward be

  • 30

    like nothing so much as a veteran army. The people--crackers and fa~ers--stood to their captains in very much the same way that, say, the troopers of Austerlitz and Maren~o stood to Bonaparte and his marshalls; gave them much the same idolatry, the same high faith, the same quick and sure response to suggestion; waited upon their word with the same respect-ful attention; were cast down by their frowns, elevated by theix• smiles, and, in a word, were scarcely less dependent upon the fa.vor of their commanders for a good opinion of themselves than the most zealous trooper·.l9

    Kutipan di atas menggambarkan dengan jelas wajah

    masyarakfl.t Selatan di Amerika. Pertama-·tama yang

    harue disebut ialah sistem paternal yang berlaku

    di daerah itu yang membawa konsekuemsi yang fatal )

    bagi masyarakatnya. Mas:rarakat daerah Selatan ada-

    lab masyarakat kan~·k-kenak yang memerlukan penja-

    gaan; yang selalu patuh dan penurut, terbiasa se-

    perti seorang pera.jurit yang harus patuh pada

    atasannya. dan se~alu siap untuk menunggu perint&h

    bel aka.

    Hal tersebut senada dengan apa yang·dikatakan

    oleh Hildred Gee~tz dalam bukunya The J~vanese Fam-

    ily; kata Geertz:

    There is no atten)pt o:t· desil~e to let tlJe child develop initiative or independence. Since the child has been accustomed from the first to a minin1um thinking for· himt:Jel f, and has already acquired a preference for passive adjustment oftensions, this stage of learning,combirted with as it is with parental consistency i.l1 de-manding a.bedience, rarely reeul ts in direct opposition to the parent, and there is a mil'J-imal use of actual punishment. Javanese chil-dren are markedly well behaved, obedient, and quiet.20

  • Tentunya. Geertz hanya ingin rnenga.takan bahwr-t

    orang Ja.wtl sejak keci t dididilt W'Ltuk selalu patuh;

    menurut; t~dak dididik untuk mengembangkan initi-

    , atip-kemandirian; tidak pula dihina. untulc mengem-. . . . .

    bangkan pikiran untuk beropi.ni tetapi ·. di.a~ar · untuk

    bersikap pasip daLam menghadapi keteg&lgan, de-

    ngan kata lain, agar bersikap santa..i dan lebih su-

    ka diam d~ripada beribut-ribut, meskipun akhirnya

    sikapnya yang pasip i tu da:pat merugikan dirinya.

    "Wa.ni ngaiah luhur wekasane", demikianlah keper-

    cay.aan. ~i enak (-didik) hingga masa dewasa sampai

    ke masa tua:nya. lJlaka tinggallah pertanyaan ki ta

    sekarangt Layakkah sikap yang demikian ini diles-

    tarikan dalam menghadapi masa pembangun~ yang pe-

    nuh tantangan ini?.

    3.4. Dari Underdog ke Supe~~er~~~

    Mengubah sikap dLm sifat individu bukanlHh pe-

    kerj aan satu-dua hari, apalagi menp;uba·h aikap dan

    sifat euatu masyarakat atau bangaa. l'

    Bangaa Indonesia telah mencoba mengubw1 sikap

    dan mental ~riyayinya yang lebih banyak, merugikan

    darpada menguntungkan i tu di antaranya melalui pe-

    masyarakatan P4, dan hal ini eudah berjalan selema

  • 32

    sekitar sepuluh tahun.

    Kiranya masih terlalu dini untuk mengadakan eva-. I . .

    luasi terhadap:, tasaha Pemerintah, untuk mengatakan ,. apakah usaha itu berhasil atau tidak, sebab Pola

    . ~· -. Pemb~gunan Nasional sendiri yang meletakkan dasar-

    dasar bagi ''Perj oangan" pembangunan bangsa da1am me-

    wujudkan tujuan nasional tidak dibatasi oleh sesuatu

    kurun waktu. Meskipun demikian, dalam soal w~tu ini,

    GBHN yang merupakan cermin Pola Pembangunan Nasional •

    telah menetapkan beberapa hal yang bersangkutan de-~

    ngan waktu, yai tu j angka waktu 5 tahun dan j angka

    waktu 25-30 tahun; ·jangka waktu 5 tahun adalah wadah

    "Repeli ta", sedangkan jangka waktu 25-30 tahun adalah ' ~-

    ·wadah"i'ola Umum Pembangunan Jangka Panjang'' .• Dan seka-

    11 lagi perlu ditandaskan di sini bahwa--seperti yang l

    dapat kite baca dalam GBHN (TAP No. II,/MPR/1983)--

    "Tujuan Pembangunan Nasional" tidak munskin dapat

    terwujud dalam beberapa tahun, atau beberapa Repelita,

    atau dalsm satu atau dua generast. 21 .

    Oleh karema itu, selagi bangsa Indonesia dapat

    dikatakan masih ada dalam tarat permulaan "character-

    building" demi "nation-building"nya, maka tidak ada

    j·elelrnyt\ apabila ki ttl!. aaengEUnbil aejarab serta pang-

    aleman bangsa lain da1am membangun bangsanya seba.ctai

    bahan tolok-banding atau bahkan sebagai kaca-benggala.

  • 33

    Namun sebelum kita mengamati gerak~lanskah

    bangsa lain itu menuju ke arah tujuan pembangun-

    .an bangsanya, bai~leh sebagai bahan bandingan nan-l

    ti kita·tinjau 1ebih dahu1u--meskipun ~ya yang

    menyangkut 1angkah-1angkah-dasarnya saja--proses

    pembangunan yang te1ah terjadi se1ama ini di In-

    donesia.

    Sesuai pula de~gan amanat Presiden yan~ di-

    ucapkan dalam sidang .D1">R pada waktu menyampaikan

    Keterangan Pemerintah tentang Rancangan Anggaran

    Pendapstan dan Be1anjs Negara tahun 1979/1980,

    priori tas pembangunan dalam REPELITA III masih

    tetap diletakkan pada bidang ekonomi, dan titik . . beratnya dicurahkan pads sektor pertanian, sa-

    dang sektor industri ditingkatkan agar mampu

    mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. I

    I

    Cukup menggembirakan bahwa dalam usahanya. '

    untuk meningkatkan tarat hidup warganya, meski- ·

    .pun, landasan ekonomi tetap merupakan priori tas ~·

    utama:, bangsa .Indonesia tidak pemah me1upakan

    pembinaan kehidupan spiritualnya,.khususnya si-

    fat rnanusiawinya. Pads waktu ini sektor wira.-

    swasta men1ang sedang digalakkan, akan tetapi

    wiraswasta: yang berlandaskan "laissez-taire, lais-

    sez passer" tetap merupakan taboo bagi bangsa In-

    ' \

  • 34

    donesia, sebab bertentangan dengan dasar falsafah

    negara yang terwujud dalam "peri kemanusiaan" dan

    "keadilan sosial bagi saluruh rakyat Indonesia~.

    Sekarang, siapakah yang dimaksud dengan "bang,-

    sa lait\" seperti y.ang tel'eebut di ataa?

    Di muka sudah disebut-sebut tentang "The South-"

    em ere" yang telah mengalemi kekalehan da1am civil-

    war di Amerika. Termaauk dalam kelompok "The South-1

    erners" .ini adal.ah bangsa Texas yang mendiarni salah

    satu negara-bagian yang paling besar di kawasan Ame-

    rika, dan yang pada waktu ini boleh membanggakan diri

    memiliki salah satu keunggulan dunia seperti hal-

    nya Bali bagi Indonesia, menara Eifel bagi J>erancia,

    Pele bagi Brasilia atau Maradona bagi Argentina, ya-

    1 tu nama-nama yang dikenal oleh bany~ orang di se-

    luruh kawasan dunia ini. Dan siapakah di antara ki.ta

    ini yang belum pernah mendengar istil~ N. A. s. A.

    Mungkin memang banyak juga yang sudah lupa singkat-

    an apa N.A.S.A. itu. Akan tetapi kita tahu semua

    bahwa N.A.S.A~ selalu dihubung-hubungkan dengan pe-

    lunouran satelit. N.A.S.A ini terdapat di Texas, te-,, ~atnya di kota Austin, eebuah kota di sebelah barat-

    laut Houston, ibukota Negara-Bagian Texas.

    N. A. s. A. merupakan jan tung pertahaniU'l dan kea-

  • 35

    manan AmerU::a, merupakan t>usat peneli tian ruang ang-

    kasa dan pusat orang mengendalikan perang-birJttaJg,

    dan dengan sendiri.r1ya pusat penghamburan dana .Ame-

    ka, entah itu untuk tujuan-tujuan persiapan perang •

    ataukah untuk tujuan-tujuan demi kelangsungan hidup

    manusia pada umumnya. Akhirnya John Ba.inbridge mena-. 22

    makan bangsa Texas ini "The Super Americans".

    Bangaa Texas ini dio1mgerahi T\ihan rnemili.ki

    tanah yang mengandung kekayaan yang tiadl\ ternila.i:

    MINY AK. Minyakl.ah yang menyebabkm1 Texas menjfLdi

    · temp at bennukim para rnil1ionaire. Siapakah belum

    pernah mendengar nama Raja-minyak Franklin Delano

    Rooaevel t! Meski·pun Roosevelt sendiri tida.k dila-

    hirkan di Texas--dia dilahirkan di Hyde Park, New

    York23--namun, yang melicinkan jalannya menuju ke

    White House adalah minyalc yang tnengalir dari Tex-

    as.

    Akan tetapi, sebelum menjadi minyak harta ka-

    run yang tidak ternilai harganya ini terpendam da-

    lam-dalam j auh di bawah pera~ukaan bumi ini. Dan

    yang mutlak diperlwcan untuk mengangkat minyak ini ~ .

    , ke atas,selaill uang yang tidak sedikit jumlahnya,

    terutama seka.li kerja keras, ke1nauan yang ti1lak

    pantang menyerah dan, last but not least, apa yang

  • 36

    disebut "wheeler-dealer spirt t·~ yang diluk:isk8.n se-

    ·bagai berikut:

    This exuberant razzle-dazzle approach to life is sometimes ref'erredl to in Texas as the "wheel":" er-dea1er" spirit. Nobody seems to know, or · care, where the term originated (in gambling halls, no doubt), but everybody knows what a wheeler-dealer is: a canny, adventurous mil-lionaire whose approach to business is strict-ly tree-style. In what appears to be an unquech-ably lighthearted and casual mood, he is con-stantly in the process of extending his enter-prise by buying, selling, bl:)rrowing; merging, and trading ••••

    A wheeler-dealer makes most of his deals over. the telephone, and prides htmself that his word is as good as his signature on a contract. For him, business ie a game. He operates on the sporting principle that he wants to make profit but wants the other fellow to come out all right, too. His cardinal rule is to trade in such a way that whoever does business with him today will want to do business with him a-gain tomorrow.24

    Kalau prinsip-prinsip di atas merupakan kunci i

    keberhasilan bangsa Texas pada khususnya dan bangsa

    Amerika pada umumnya, apakah bangsa Indonesia mampu

    meneraplcan approach seperti yang dilakukan oleh

    bangsa·Amerika itu? Agaknya golongan etnik di Indo-

    nesia yang sudah melaksanakan hal i tu adalah sauda-

    ra ki ta golongan Oina. Dan kalau hal ini ingin di-

    laksanakan seoara merata antar seluruh bangsa In-

    donesia, maka kiranyu ber1ar juga pesan yang disam-

    paikan oleh St. Talcdir Al.isyahbana dalam salah sa-

  • 37

    tu ceramahnya pada tahun tujuhpuluhan di ruang si-

    dang Pakul tas Sas·tlra--waktu i tu masih l;>ernama Pa-

    kultas Sastra dan Xebudayaan--dan berbunyi 'seba-, .

    gai berikut:

    Seharusnya bukan orang Oina yang diindonesia-kan melainkan orang Indonesialah yang dicina-kan.

  • B A B IV

    P A R A L, B L I S M E

    PADA

    LA'MBA'NG NBGARA

    4.1. Arti-pentingnya ~am~~

    Lambang menempati tempat yang penting dalam

    kehidupan manusia, sebab lambang ini pul.alah yang

    merupakan alat pembeda manusia dengan binatang.

    Kata leonard Broom:

    Ot all the animals man alone has cul. ture, be-cause only he is capable of creating symbols. Without symbols there could be social life, as there is among other animals, but it would be rudimentary.

    Selanjutnya Broom memberikan definisi untuk ssymbo1

    atau lambang ini sebagai berikut:

    a symbol may be broadly defined as anything that stands for or represents something else.

    Sebagai penje1asan, Broom men&atakan bahwa kata

    l!ensil adalah lam bang (The word pensil is a sym b~l. 25

    4.2. Garuda.Pancasila

    Negara Indonesia memililci lambang yang dike-1

  • 39

    nal oleh setiap insan Indonesia Jang sudah memiliki

    kesadaran akan keberada~ya •.. Anak Ba11ta yang ba-

    ru saja dapat menyanyi dan yang dirumahnya ada TV

    pasti dapat menyanyikan lagu Garuda Panoasil.a; ten-

    tu saja dengan car,a yang belum sempuma. ·

    Garucla Pancasila merupakan lambang Negara Ke-

    satuan Republik Imdonesia. Garuda melambangkan ke-

    perkasaan bangsa Indonesia yang telah berhasil me-

    renggut kemerdekaannya melalui tekad yang'membaja

    seperti yang tergambar pada diri garuda: tangguh,

    .waspada, · perhasa •. Pada dadanya terpampang lambang

    keyakinan yang menjadi pegangan bangsa" Indonesia

    serta yang remantulkan pandangan hidup rakyat In-

    donesia, terukir pada "escutcheon" atau tameng

    berupa gambar-gambar sebagai berikut:

    I,

    . (1) bintang, yang melambangkan Ketuhanan Yang Maha

    Esa;

    (2) pohon beringin, yang melambangkan Kemanusiaan

    yang Adil dan Beradab;

    (3) kepal.a bariteng, yang melambangkan Persatuan In-

    donesia;

    (4) Untaian Mata Rantai, yang melambangkan Kerak-

    yatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan

    dal.am Permusyawaratan/Perwakilan; dan

    (5 padi dan kapaa, yang melambangkan Kea411an So-

  • 40

    sial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

    Pada kedua kakinya yang nampak kok•.,h dan kuat, Sang

    Garuda mencengkeraai pita yang diukir dengan kata-

    kata: BHINNEKA TUNGGAL IKA yang mengandung makna

    Berbeda-beda (tetaEi} tetap satu. It~ah gambaran

    bangsa Indonesia, yang terdiri dari bermacam-macam

    suku, kelompok etnik atau golongan tetapi merasa

    satu karena merasa dirinya SATU BANGSA, SATU TA-

    NAH AIR, dan SATU BAHASA.

    Dari manakah sebenarnya ungkapan BHINNEKA

    TUNGGAL IKA 1 tu'l

    BHINN~A TUNGGAL IKA diambil dari kitab Suta-

    soma. Soewito Santoso, yang sudah berhasil mener--. j emahkan Sutasoma i tu dalam bah a sa Inggri s dan mem ..

    bukukw.'lnya,berkata dalam "Preface"nya sebagai beri-

    kut:

    When I lived in Singaraja (Bali), I had attend-ed many times the "mabas~" held in.the city and villages in the neighbourhood. And on many occ.asions, people asked me to make a study on the Su~aaoma-kakawirJe It is apparent indeed that the poem is still very wellknown and rt~ad .. ir1. the mabasnn, and because the participants come·s :from all walks of li.fe, the questions . put forward to me vary very much one from the ' other. Yet there are also similarities between them, e.g. a question from a dalang (puppetteer) has connection with the puppet-play, while that of a pedanda stands in some relations to the religion. In a glance the two questions vary {bhirmeka) widely, but looked into more close.· ly we cru1 see the similarities (tunfgal) bet-ween them, namely ita background wh cn"beoomes very obscure in the cours~ of time. 26

    I.

  • 41

    Dari kutipan di atas kita datlat menarik su-

    atu pengetahuan bahwa bhinneka apabila diterjemah~

    kan dal.am bahasa Inggris menjadi !,!!2; dal.am baha-

    sa Indonesia tentunya menjadi berbeda.

    Pada hakekatnya kata Bhinneka,merupakan kata I

    hasil asimilasi bunyi yang apabila dipecah menjadi

    bhinna + ika; bhinna berarti "berbeda" dan ika . -bearti i tu. Maka, apabila dipecah ungkapan Bhinne-

    ka Tunggal Ika 1 tu akan menjadi: Bhinna i}{a, tung-

    gal ika, yang apabila diterjemahkan secara harafi-

    ah menjadi: Yang. Berbeda i tu, Tunggal, a tau Satu

    itu, dan apabila diterjemahkan secara bebas kira-

    kira berbunyai sebagai berikut: Berbeda-beda te-

    tapi satu. Kata bhinna yang barakar bhid masih me-. -ninggalkan bekas-bekasnya pada kata Bali mabina-

    ~ yang bearti berbeda-beda. Untuk jelasnya, ba-

    iklah kita ambil bait yang mengandung ungkapan

    Binneka Tungal Ika itu, dan yang berbunyi demikian:

    Rwanek~ dhatu winuwus wara Buddha Wiama, bhineka rakwa ring a pan kena P.arwanasen,

    ·mangkang Jinatwa kalawan Siwatwa tunggal, Bhineka tunggal ika tan hana Dharinma mangriwa.

    Oleh Soewito Santoso bait itu diterjemahkan aeba-

    gai berikut:

    1.'

  • 42

    It is said that the welllmown, Buddha and Si-wa are two different substances;

    Th~y are indeed different, yet how is it pos-sible to recognize their difference in a glance,

    Since .the Trut~ of Jina and (the Truth of) Siwa is One,

    They are indeed different, but they are of the same kind, as there are no division in Truth.27

    Bukanlah maksud tulisan ini untuk meneli ti . .

    lebih lanjut tentang apa yang disebut oleh Kern

    "confluence" ataukah "syncretism" antara Buddhis-

    me Mahayana dan Syiwaisme seperti yang nampak pa-

    kutipan di atas. Sebab selalin penulis ~endiri ti-

    dak menekun.i bidang ini sehingga dengan sendirinya

    tidak faham akan ke-Jawa-kuno-an ini, persoalan

    ke-agama-~ seperti yang tergambar dalam Sutasoma 't

    ini kurang berkaitan dengan persoalan-persoalan

    yang dibahns dalam penelitian ini.

    Meskipu demikian, kiranya tidak ada. jelelmya

    kalau dikatakan.di sini bahwa kakawin Sutosoma ini

    memb9rik1m bukti lagi bahwa kehidupan bertoleransi

    sudah ada sejak lama di Indonesia ini •

    . 4. 3. !he Great Seal

    ' Setelah mengamati gambar lamb~g-negara Nega-';

    gara Kesatuan Republik Indonesia yang berujud Ga-' ·-

    ruda Pancasila seperti yang dapat kita lihat pada '

  • 43

    halaman berikut ini, kemudian mengamati gam bar yang

    ada di sampingnya, maka mata kita terbe1a1ak karena

    menyaksikan adanya banyak hal yang sama. (I

    Kedua 1

    gambar itu memper1ihatkan gambar heraldik

    berupa garuda dengan sikap dan posisi yang hampi.r sa-

    ma: pada dada kedua garuda tertlampang suatu "escut-

    cheon" atau "tameng", terikat pada leher maaing-rna-

    sing dengan sebuah rantai; kedua garuda itu membawa

    pita dengan satu perbedaan bahwa garuda yang satu

    mencengkeram pita itu dengan paruhnya, sedangkan

    ·garuda yang lain, dalam hal ini Garuda Pancasila,

    mencengkeram ·pita i tu dengan kedua kakinya. Pita

    pada Garuda Pancasila bertuliskan BHINNEKA TUNGGAL

    I~A,_ sedangkan pita pada Garuda heraldfk yang lain

    ,bertuliskan E PLURIBUS UNUM.

    Garuda heraldik yang 1ain.itu.adalah yang bi-

    asa dieebut The American Eagle, atau 1azim juga

    disebut The Great Seal karena The Great Seal ini

    · kemudian diperga.nakan sebagai "seal" atau "cap"

    pembubuh atau pengtiat keresmian pada surat-eurat

    Negara.

    The Great Seal ini m~rupakan l~bang-negara

    Negara Ameril

  • ' ·,

    ,.

    1;' .,

  • ·.-

    benarnya telah m~ngalami disain beberapa kaJ.i. E

    PLURIBUS UNUM mengandung makna yang sama seper-

    ti BHINNEKA TUNGG:AL IKA, dan merupakan ungkapan '

    dalam . bahasa Latin yang kalau di terj emabkan dalam

    bahasa Inggris menjadi: Ol THE MANY, ONE. Malca,

    pada hakekatnya BHINNElCA TUNGGAL IKA dan E PJ,U-

    . RIBUS UNtJM benar-benar mengan~ung makna yang sa-

    ma~ tidak hanya miriJl-mirip saja. Lahirnya kedua

    semboyan itu pun· dalam suasana yang sama juga,

    yai tu kedua-duanya lahir di tengah-tengah kan-

    cah perjuang8 n merebut keaerdeka~ bangsa dari

    kaum penjajah; muncul di antara pertentangan go-

    longan etnik yang saling menaruh rasa "prejudice".

    "Prejudice" ini pulalah yang selalu saja menghan-

    tui kehidupan bangsa yang memiliki slogan BHIN-

    NEKA TUN GGAL IKA dan E PLURIBUS UN'OM ~irai.

    Kalau bangsa Indonesia dapat dikatakan terdi-

    ri dari golongan etnis belaka, maka lainl.ah hnlnya

    dengan bangsa Amerika. Bangsa Amerika benar-benar

    merupakan "A Nation of Nations'', bangsa yang ter-

    bentuk dari berbagai bangsa., dan berasal dari. ber- ·

    bagai benua. Mereka terbentuk dari bangsa-bangea

    dan ras-ras yang ada di dunia ini; dari bangan-}

    bangaa yang mula-mula ·tertindas di negeri.nya sen-··•$!.

    i l

  • diri karena perbedaan agama, perbedaan paham

    atau pandangap politik, atau karena dikejar ke-

    laparan, k_ekurengan dan terjepit oleh kesengsara-,

    an hidup·, ·kemuditm ingin mencoba nasib baru di

    n~geri yang jalan-jalannya "paved with gold".

    Dan bukankah .Amerika merupakan .. Tanah Harapan"

    bagi eiapa saja yang mau menjadi "Marlboro Man"?

    . .

    Masalah yang selalu mengancam ba.rlgsa .Ameri.ka

    adalah BAGAIMANA Ml~PERSATUKAN BANGSA-BANGSA YANG

    AKHIRNYA MENJ ADI KELOMPOK-KELOMPOK ETNIK . Y Ar~G

    BENAR-:BENA'R Ml!J.I!LIJO LATAR BELAKANG KEHIDUPAN YANG

    DEMIKIAN BERBEDA I~J. Sebagai jawaban atas perta-

    nyaan itu timbullah akhirnya istilah MELTING POT

    dan PLURALISME. yang mengapdung pengertian yang -1

    mengundang pertentangan juga.

    Wajarlah apabila maa;:\1 ah menimbulkan maaale.h

    baru; dan ma.salah yang baru ·1-n1 kadan~-kadang bah-

    ken lebih merepotkan daripada masaleh yang lema.

    Mak~, · tidak m'engherankan apabila tulisan-tulisan

    di .Amerika penuh diwarnai.dengan dilema. . ..

    Pada galibn.ya, MEJ,'l'lNG POT menghendaki pele-

    buran yang mutlak sehingga bangsa Amerika akan me-

    rupakan suatu "ama1gam" untuk membeiatulc ~·alloy .. ,.

    '.

  • . :..-·

    46. ~~ , .. ..

    "campuran logam" yang diharapkan merupakan campuran

    yang lebih hebat dan lebih baik daripada logarn asli-

    nya. Amalgam ini harus menampakkan sifat-sifat yang

    baru, meninggalkan sifat-sifat yang la~a. Itulah ide

    MELTING POT, yang pertama kali dilontarkan oleb Zang-

    will dalam karyanya yang terkenal The Melting Pot,

    'yang : menp;isahkan seorang pelarian dari Armenia, men-

    coba kehidupannya di Amerika dan akhirnya memperoleh

    barang yang didambakannya selama ini: KEBEBASAN.28 I •

    PLURALISME menghs~aki yapg sebaliknya, yaitu

    agar berbagai-bagai ·bangsa pendatang itu te-

    tap memelihar~ identitas mereka, mempertahankan kebu-

    dayaan mereka1. istiadat mereka, kebiasaan me~eka dan ' .

    sebagaieya. tentu saja dengan pengertian bahwa mere-

    ka harus menjadi THE NEW MAN: This American Man.

    Hingga waktu ini kedua kubu itu masih tetap ber-

    tarung, kadang-kadang·secara fisik, tetapi lebih ba-

    nyak bertijud polemik.di dala~ tulisan-tulisan. Yang

    ekstrim menggabungkan diri dalam suatu organisasi 11-

    legal yang disebut KU Klux Klan.

    ,

  • 1-.

    t I

    Pemecahan Masa~ib: '. ,: . '• ; . ~' ' ' \ .

    . Indonesia ·: Pembauran ·· dan Pelestarian Buday a

    Amerika Melting Pot ·vs. Pluralisme

    Di muka sudah,: disebut serba' se'dikit tentang usa-

    'ha bangsa '!ndonesia dan Amerika untuk mengatasi per-

    soalan kebinekaan mereka. Bangsa Indonesia dalam meng-

    b~dapi persoalan ini sudah bertekad untuk lebih memen-

    tingkan kesatuan dan persatuan seluruh bangsanya dari-

    pada ciri-ciri khas dan identitas masing-masing sukq.

    -Penataran-penataran P4 yang diselenggarakan selarna ini

    dan yang diusabakan agar mencapai seluruh rakyat warga I

    Indonesia, dari y_ang tidalt terpelajar hingga yang ku-

    rang terpelajar hingga yang terpel·ajar dan hingga yang

    paling terpelajar pun, dari rakyat pedesaan yang masih

    buta huruf bingga para mahaguru di Universitas-univer-

    sitas yang sangat j..erkenal, tet~p berjalan .. tanpa .Weng-

    lndahkan na-Q,jing-anjing yang menggonggong di. seld tar-

    nya". Sebab bangsa Indonesia, paling tidak untuk wak-

    tu ini, yakin bahwa Penataran P4 merupa~n usaha yang

    efisien dan efelttip untuk membendung mengalirnya SAHA,

    suatu unsur negatip yang dapat memporak-porandrutan

    kesatuan dan persatuan bangsa. SARA meruprutan sing-

    katan dari: ~uku, Agama, Eas dan Antar-golongan.

    Bukankah SARA ini pula yang dipergu nakan sebagai

    I

  • 48

    alat oleh penjajah Belanda untuk menguasai Nusantara?

    "' Tga-setengah abad bukanlah waktu yang pendek; dan·se-lama itu pul~ bangsa Belanda.berhasil membakar jiwa

    bangsa Indonesia untuk saling menggempur. Sejarah In-

    donesia selama· i.tu merupakan sejarab·. perang suksesi: ,,

    perang perebutan kekuasaan.

    Uerkai tan dengan hal terse but di atas, :5eni dan

    Sastra dapat dijadikan alat p&ngultur dan alat penga-

    matan yang jitu. Ketoprak, ltesenian rakyat yang sa-

    nga t d.igemari di Jaw a- Tengah se1.alu menonjolkan te-

    ma perang-saudara ini, di mana Sang Patih hampir se-

    lalu menjadi biang keladinya kericuhan ini. Haka wa-

    jarlah apabila Peme.rintah yang didukung oleh selu-

    ruh rakyat Indonesia mendambakan persatuan bangsanya,

    kesatuan pikiran, kesatuan cita-cita, kersa tuan-! . . '1

    ·Itesamaan- kebersaaaan dalam bidang politik, ekonomi

    dan sosial. Senjata ampuh yang dianggapnya dapat meng-

    atasi persoalan ini adalah PEMBAURAN,.GOTONG";"ROYONG,

    TOLERANSI DAN istilah Jawa TEPA SLIRA. Apabila is-

    tilah-istilah dengan maknanya sekali 4thayati kemu-..

    dian diamalkaK oleh segenap anggauta masyarakat~ nis-

    caya Hangsa Indonesia akan menjadi bangsa-bukan-tempe.

    Maka,bagaimanakah bangsa Amerika mengatasi persoalan

    iniY

    :j

    Pada hakekatnya bang-sa Amerika adalah bangsa

  • \ ,,

    I :I \

    ~ ... ,.

    '

    yang sangat mendambakan kebebasan seperti yang tercan-

    tum dalam konstitusi mereka:

    We hold these truths to be self-evident, jhat al:b men are· ere a ted equal, that they are endowed by '# their Creator with certai unalienable Rights, that among these.are Life, Liberty and the pursuit of Happiness.- 29

    Demikian gigihnya bangsa Amerika itu berp~gang pada

    kata-kata Rights dan Liberty ini sehingga Pemerintah 4'

    pernah menjadi repot ketika seorang murid SD ditolalt

    masuk sekolall oleh. Pengurus sekolah tersebut karena

    dikonstatir bahwa anak teraebut menyidap penyakit

    AIDS, dengan ~lasan bahwa anak tersebut dapat memba-

    hayakan kesehatan teman-temannya sesekolah. Akan te-

    tapi orang tua an&t tersebut merasa terinjak haknya

    kare~a anaknya dilarang masuk sekolah itu. Bagaima-

    . nakah akhir ceri tera ini tidak diketahui ... karena . TVRI yang meliput-relay berita itu "tidak rnengung-

    kapkannya. Berita ini disiarkan sekitar bulan Sep-

    tember 1987 yang lalu.

    Seandainya hal ini terjadi di Indonesia, ke-

    . mungkinan besa:r disebabkan karena orang tua ~.dan

    Pengurus ~kolah kedua-duanya tj_dak tahu bahwa anah:

    tersebut kena penyru{it AIDS karena penyakit AIDS I

    di Indonesia belum begi tu "popular"• A kan teta-

    pi, seandainya orang.-tua sudah terlanjur mengirirn

  • I

    ··. ,j

    5.0

    analtnya ke sekolah dan kemudj.an anak 1n1 oleh .Pengurus

    sekolah dikir:im pulang, maka apabila o,apg-tua analt

    . tahu 'pula bahwa peny&tit AIDS termasuk penyakit yang ' .

    mudah menular, pastilah orang-tua akan menerima kepu-

    tusan Pengurus sekdllah dengan segala kepasrahannya.

    :3oalnya, orang-tua lebih mengutamakan kepentingan

    umum daripada 1kepentingannya sendiri. Dalam hal ini,

    setiap wa.rga Indones.ia menyadari dan mengakui sepenuh I

    hati bahwa DALAM MENGGUNAKAN IIAK-HAKNYA IA (warga ne-

    gara dan warga masyarakat: tar.1bahan penulis) HENYA-

    DARI PERLUNYA SELALU MEMPERHATIKAN DAN MENGUTAMAKAN

    KEPENTINGAN NEGARA DAN KEPENTINGAN MASYARAKAT.30nan

    dalam Penataran-penataran P-4 bal ini pasti akan di-

    singgung terus dalarn diskusi-diskusi pena taran. •rer-

    .tulis dalam ~uku Penataran dun Bahan Referensi Pena~

    taran kalima t se bagai beriltu t:

    Dengan Bila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, manusia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai m&thluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama hak dan 'kewajiban-ltewajiban asasinya, tanpa rnem-beda-bedakan suku, keturunan, agama dan keperca-yaan, jenis kelamin, kedudultan sosial, warna ku-lit, dan sebagainya. Karena Itu dikembangkanlah sikap saling mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa dan "tepa slira", sert~&. 1sikap ti-dak semena-mena terhadap orang lain.·~ .

    Sikap tenggang rasa dan tepa slira inilah yang pasti

    mewarnai pribadi baik si orang-tua yang anaknya diki-

    rim pulang maupun Pengurus Sekolah yang mengirim anak

    yang terserang penyakit AIDS pulang. Kedua-duanya

  • menganggap 11larangan" bagi analt yang menyidap penya-.

    kit yang menular untuk masuk sekolah adaiah hal yang

    wajar. Dalam hal yang semacam ini, .pada kedua-duanya

    tidak terbersit di dalam hat;i mereka mafiing-masing

    istilah "halt" untuk pribadi; yang terpildr oleh me-

    reka hanyalah tugas dan kewajiban mereka untuk men-

    cegah suatu musibah menimpa kalangan yang lebih luas.

    Pasti si orang-tua berpikir: "Bagaimanaltah sil{ap saya

    seandainya anak seorang anggauta BP3 yang lain, bu-

    kan anak saya, yang ~embawa penyakit AIDS?" Inilah '· ,,

    pandangan !epa slira yang diajarltan pada seluruh '

    warga In .donesia.

    KEBHINNEKAAN DI AMERIKA

    Setelah kedatangan orang-orang Inggris d1 pantai Ti-

    mur Amerika, sejak itu pulalah sejarah Amerika di-

    warnai dengan sejarah immigrasi bukan saja dari orang·

    Inggris sandiri tetapi juga dari bangsa-bangsa ·lain

    terutama yang berasal' dari daratan Eropah; yang su-

    dah jelas dari negeri Belanda, di mana orang-orang-

    nya terkenal sebagai bangsa-pengembara pencari ke-

    untungan. Gelombang demi gelombang immigrasi melan-

    da pantai Timur Amerika. Pada umumnya orang-orang Pe-

    rancis memilih pantai bagian Utara yang kemudian men-

    jadi Kanada yang sekarang ini. Orang Belanda pertama-

    ..,

  • tama mendirikan kota-dagang yang sangat strategis le-

    taknya di panta1., dan kota itu mereka namakan Nieuw-

    Holland. Sekarang kota itu disebut New .lork yang men-jadi salah satu Metropolis yang terbesar di dunia ini.

    Pada mulanya nampaknya para immigran baru ini se-

    la1u ingin mendirikan komunitas yang khas Inggris,

    khas Jerman, Khas Perancis, khas !tali dan sebagai-

    nya. Hal ini dapat dilihat dari nama-nama kota di se-

    luruh Amerika pada w~ttu ini. Ada kota yang namanya ,. l

  • ·B A B V

    A S S I M I L A S I

    SIFAT .dan. MACAMNYA

    5 .1 .• ·. Untuk memahami •.. apa yang dimaksud dengan assi':"'

    milas1 dan ~agaimana· proses assimilasi berjalan di I .

    Amerika, bailtlah kita mengacuh pada uraian Milton

    M. Gordon dalam bukunya yang berjudul .;Assimilation

    in·American Life: The Hole of Race, Religion and Nat-

    tonal Origin§.

    Akan tetapi, sebelum lti ta memasuki persoalan

    assimilasi ini, perlu kiranya dibicarakan lebih da-

    hulu apa atau siapa yang ber-ASSIMILASI itu.

    Di muka sudah disinggung serba sedikit tentang

    assimil'asi yang terjadi di Indonesia dan di Amerika.

    Bangsa Indonesia menghendaki asimilasi-pembauran,

    dan sedapat mungkin kalau pun terjadi 11 campuran",

    sebaiknya kebudayaan-kebudayaan, khususnya yang

    berbau SENI dipertahankan demi pelesifrian kekayaan • . -~fl

    Budaya Indonesia.

    Telah dikemukakari,di .Amerik .... ~erdapat dua

    versi assimilasi: T}Je Melti.ng PQi dan Pluralisme.

    Nelihat kenyataan yang berlangsung di Amerika, ter-

    nyata ltedua-duanya berjalan berdamping~, mesldpun

  • 51

    sebenarnya pihalt "core-group", yaitu pihalt the· WHIT~

    ANGLO-BAXON..;.;PRO'rES'rANT group, atau lebih dikenal de-

    ngan istilah w.A.S.P., di mana huruf-,huruf itu meru-pakan inisial dari kata-kata: !bite, Anglo, §.axon dan

    ;erotestant,. menghel'ldf!lki bukan Melting Pot dan bukan

    juga Pluralisme, melainkan "absorption".

    ? ; g t . f~ne;ert_;.?_n __ ·~MELT~,NG POT"

    Apakah sebenarnya yang dim,ksud dengan Melting Pot

    ini?.

    Di muka sudah dikemukakan bahwa istilah11 Melting

    Pot 11dipergunakan oleh Israel Zangwil da:lam karya-dra-

    manya The Melting PQt yang diselesaikannya pada ta-

    hun 1908. yang sebenarnya merupakan semacam autobi-

    ografi penulis sendiri sebagai bekas pelarian yang

    melihat dengan mata-kepala sendiri ayah-ibunya, sa-

    nak-saudaranya disiltsa oleh ' penguasa Rusia pada

    waktu itu. Melalui tokoh utamanya dalam drama itu

    Zangwil--dalam diri David quixano--berkata:

    ••• when l look at our Statue of Liberty, I just seem to hear the voice of America saying "Come unto me all ye that labor and are heavy. laden and I will give you rest-rest-rest-. ••• America is God's crucible, the Melting Pot where all races of £urope are melting and re- ~.·. forrningl ••• the real American has not yet ar-rived. He is only in the Cructble• I tell you--he will be the f~~ion of all races, pe1·haps the coming Superman. :>2

  • 55

    5.3. Sifat Assimilation di Amerika

    Tentang assimilasi ini Milton M. Gordon perkata se-

    bagai.berikut:

    What happens "when. peoples meet.,, as the phrase goes? Such meetings in the modern world are like-ly to take place under a variety of circumstanc-es: colonial conquest, military occupation, re-drawing or na~ional boundaries to include diverse ethnic groups, large-scale trade and missionary · activity, technical assitance to underdeveloped countries, displacement of an aboriginal popula-tion, and voluntary immigration which increases the ethnic diversity ot th~ host-country.33

    Herlandaskan pada ide tentang assimilasi yang dikemu-

    kakan oleh Gordon ini, maka dapat ditarik kesimpulan I

    bahwa assimilasi dapat berlatar-belakang politis, e-

    konomis1 komersial, agamis~ peri-kemanusiaan, desakan ~

    pe~lamatan diri dan desakan batin untult mencari lte-

    bahagiaan.

    Dalam pengalarnan yang dial ami o~eh:. bangsa Am erika

    percampuran penduduk didorong oleh kebutuhan batin un-

    tuk melarikan diri dari kejaran manusia atas manusia

    karena perbedaan keyakinan agama. Sejarah immigrasi

    k3 Amerika Utara dipelopori oleh para'kaum Puritan

    yang ingin menyelamatkan diri dari kejaran penguasa '·

    di Inggris yang raja}lya pada.waktu itt.t beragama Ka-. ·~

    tolik, atau lebih tepat -bernaung di bawth Church of

    England.

    '

  • '·Para kaum Puritan-pembangkang yang menyebut diri"me-

    reka kaum Congregatipnalist dan akbirnya terkenal

    dengan sebutan kaum Separatis ini mendirikan ge-

    reja-gereja mereka sendiri. Perlu ditekankan di. ~i-\

    ni bahwa tidak semua kaum Congregetionalis tergo-. ' long kaum Separatis. Sudah barang tentu, Pemerintah

    Inggris yang bernaung di bawah Churh or England ti-

    dak akan berkompromi dengan kaum Separatis ini. Mu-

    lailah sejarah pengajaran dan penindasan terhadap

    mereka.

    Antara tahun lb08-09 ·.kaum Separatis diam-

    diam meninggalkan tanah-tumpah darah mereka, dan

    · sehagian besar menuju ke Belanda, di mana Pemerin-

    tahnya tergolong lebih toleran dalam keagamaan.

    Tetapi bagaimana pun juga hidup di negara orang

    bagi siapa pun juga akan terasa pahit. Pelarian-

    pelarian yang menetap di negeri orang dan yang

    berasal dari d~sa Scrooby di Nottinghaashire ini

    akhirnya merencanakan pendirian suatu "plantation"

    di Virginia. Maksud utama pendirian plantation ini

    adalah untuk menarik uang dari Pedag~ng-pedagang

    Inggris yang .berambisi menanamkan uang mereka di

    Dunia Baru Amerika. Dengan uang yang mereka da-

    patkan itu, para Separtis-pelarian itu berharap

  • 5.7

    · dapat membiayai ~erjalanan ke Dunia Harapan mereka, I

    Amerika. Akhirnya, para "pilgrimn .. -demikianlah se-

    but~n mereka selanjutnya dalam sejarah kehidupan

    A~erika--yang berjumlah 102 orang pada waktu naik

    kapal. 1'-tayfl~r dan ringgal 41 orang aebel~· men• ~·

    dar.at ,--- -mengadakan perjanjian dan membuat Mayflower

    Compact, di mana mereka menyatakan akan medirikan

    suatu pemerintahan,. dan mereka pilih sebagai Guper-

    nur pertama, John carver.3lt ·

    Sebenarnya tujuan mereka adlah Virginia, tetapi

    ternyata mendarat di New England. r:Kecelakaan" ini

    benar-benar merupakan su"!-tu hikmah bagi mereka, ka-

    rena.kebetulan New EnglandLdi luar daerah hukum Vir- lada

    ginia. Dengan demikian mereka berani mendirikan sua-

    tu pemerint.ahan sendi.ri. Mereka· namak~p tempat pemu.,.

    kiman baru mereka Plymouth, yang mereka ambil dari

    nama kota-pelabuhan di mana mereka mengapal dahulu.

    'l'etapi, bagaimana pun juga, semuanya itu membuktikan

    oahwa orang dapat hidup di New England. Maka mulailah

    sejarah immigrasi ke AmerikaLdari tahun ke tahun me~ [yang I

    nunjukkan ge·jala yang selalu meningkat dalam jumlah A-Pa-N ,x,' "-:: ·

    dan freku ensiny a. ( Liha t ~d·iagl•iua 'pad a ltalasna-n hex ik'=l t) 3 5

    5.4. W.A.S.P. - Conformitl

    Setelah menulusuri sepintas sejarah immigrasi Aluerika

    yang dimulai oleh kaum Separatis itu~ dapatlah orang

  • 58

    , menduga bahwa kalau orang atau kaum Separatis ini

    sudah. sukar untuk berkompromi dengan kelompok atau

    golongan dari bangsanya sendiri, pasti akan lebih

    sukar lagi untuk berkompromi dengan kelompok at~u

    golongan dari bangsa lain apalagi dengan mereka

    yang mereka anggap musuhnya~ Musuh mereka terutama

    adalah orang Indian;. musuh kedua a3f.ah orang Sepa.-

    nyol; musuh ketiga adalah orang Perancis, karena

    baik orang atau bangsa Sepanyol maupun Bangsa Pe-

    rancis sepanjang sejarah mereka merupakan "musuh-

    bebuyutan"; musuh keempat adalah bangsa Jerman,

    yang juga m·erupakan "rival 11 dalam bidang apa dan

    mana pun. Orang Inggris mengandalkan supremasi

    mereka pada slogan mereka yang terkenal: BRITARIA

    RULES THE WAVES, sedangkan orang Jermaq meyakin-

    kan bangsa-bangsa di seluruh dunia bahwa DEUTCH•

    LAND adalah UBER ALLES.

    Di balik semuanya itu, the American Experience,

    suatu istilah yang selalu memenuhi tulisan-tulisan

    d~n esei-esei Amerika disamping istilah-istilah A::.

    merican Experiment, ~merican Dream, dan American

    Mission,mengajarkan kepada kaum Separ~~is agar ber-1

    sikap lain. Akibatnya ialah bahwa ltehidupan di Arne-

    rika sepanjang sejarahnya dan mungki~seterusnya

    diliputi: oleh "internal conflicts" dan "paradox";

  • 59 .

    maka tidaklah mengherankan kalau VOICE OF AMERICA sen-

    diri sampai mengeluarkan buku yang berjudul Conflict

    in America dan Michael Kamman menulis buku People of

    Paradox. Yang dimfiksud dengan People oleh Kamman di

    sini tentu saja 11 the American People". Dengan demikian

    bangsa Amerika menyadari sendiri bahwa bangsa mereka

    adalah bangsa yang diliputi oleh kekontrasan, baik

    kekontrasan external maupun kekontrasan internal,ke-

    kon trasan an tar pri badi dan kelmn trasan dalam diri

    mereka. Pada umumnya, bangsa Amerika bangga akan ke-

    adaan mereka yang demildan itu. Kata mereka: Adversity

    makes a Man Wise •. Bahkan Dixon Wecter berkata dalam

    bukunya 'l'he Hero in America: The American saint is apt

    to be a heretic. I

    Pasti orang bertanya: Di mana ada,

    seorang pastor suci yang ingkar terhadap Tuhanl Akan 1

    tetapi: What can not happen in America; demikian kata

    mereka.

    Kembali pada persoalan Assimilation di Amerika. ~I

    Para ~aum Puritan yang akhirnya merupakan penduduk

    yang dominan .di Amerika menghendaki agar kaum pen-

    datang yang lain melebur diri mereka pada adat-isti-

    adat, pikiran, cita-cita, sikap, keyakinan dan ke-

    percayaan W.A.S.P. yang menganggap diri mereka se-

    bagai core-group, karena mereka merupakan host-group

    di Dunia Baru, Dunia •rumpuan Harapan merelta semua.

  • Mereka menghendaki §.bsorptj.on, bukan amalgamation, bu-

    kan juga cultural assimilation atau yang lebih dik~-

    nal dengan sebutan acculturation.

    'I

    Mereka menghendaki prinsip 11adaptation to the ·core"':'

    society". Pada hakekatnya, dengan berjalannya waktu,

    akhirnya tidak sedikit orang Jerman, orang !tali, orang

    Perancis, orang Belanda, orang Swedia, orang Pool, pen-

    dek kata orang pendatang lain yang berasal dari darat-

    an Eropah, melebur diri dalam t~elting Pot versi W.A.S.P

    ini tanpa banyak "prejudice" karena warna kulit yang

    sama. ~ang sama berkulit putih tetapi sukar untuk me-

    lakukan absorption ini adalah mereka yang beragama Kato-

    lik dan kaum Yahudi, sedanglcan golongan Negro ltarena

    latar-b~lakang status dan warna kulit sukar untuk dite-

    rima dikalangan the "Supreme ·.Vhi.te Race" ini. Hal ini"'

    sebenarnya merupakan paradox dalam kehidupan Amerilt~, IJ.. .

    Ht:rena Presiden Wilson pernah berltata:

    A~an who thinks of himself as belonging to a par-ticular national group in America has not become an American, and the man who goes among you to trade your nationality is no worthy son to live un~ de:r the St~rs and ~tripes. 37 .

    Presiden Wilson memang berkata demikian. Akan tetapi

    apabila ditan;y.a: Bagaimana siltap Anda .seandainya putra

    atau putri anda ingin kawin dengan seorang Negro~

    Kiranya Presiden .'lilson dapat menjawab: Marriage As-

  • 61

    similation atau "amalgamation" ada d~ luar Melting

    Pot. "Amalgamation" is beyond· the Tv1el ting Pot", de-

    mikianlah kiranya apa yang dikatakannya. Dan senada

    dengan uoa.pan semaca.n i tu, tidaklah tidak beralasan

    apabila Presiden John P~ Kennedy dengan men-site~

    baris-baris yang ditulis penyair terkenal Walt Whit-

    man mengatakan:

    These states are the ampliet poam, Here 18 not ••rflY a nation but

    38 a teeming Nation ot Nations.

    Ungkapan tersebut dqpat juga mengatakan bahwa baik:

    Kennedty" maupun 'tlal t Whi. ttnan ingin mengatakan bahwa

    mereka menghendaki adanya Amerika yang berwarna-

    warni penduduknya; dan keinginan ke arah ini memang

    tergambar juga pa~a paradiBma asimilasi hasil penga-

    matan Milton M. Gordon seperti tertera berikut ini:39

    ASSIMILATION IN AMEl\IC',jo\N LlFJt-

    TABLE 6. PA'II.ADICM OF ASSIMILA1•0N

    .Applied to Selected Croups in the United States-Be~sic C011l Re-ferent: Adaptation to Core SocU!ty Clnd CuJturt

    Group Typ!-' of .A,ssimilallcm

    :\ttitudc: Bc:hanur Cui· ldcntifica· Rccep· Rctcp·

    tural» Structural Manta! ttonaJ21 ttonal tiona! Ch·ic:

    l'c:grocs \'aria· ..!• . ,,0 .. . '() Su Yes

    Jews

    Catholic~ ic:xclud· mg Scgro and Span· t~h-~peal· ingl

    Puerto Ric:~ns

    tion O\' class2a·

    Substan· tiall~· Y ~s

    Sub~tan·

    So

    Parth tt;~lly Yc:st van~ I tun

    by arc:a 1

    \lo\tl~ :\o :"o •

    Substan· So Su Part I~· ~lostly tially !"o

    Partly :\u J';~rth \lu,tly PartlyU

    So ~ . "' ~ . (l :\o Partly

  • B A B V

    RANGKUMAN KESIMPULAN ,,

    I

    Setelah·menulusuri beberapa kejadian dan gejala

    yang telah terjadi'di Indonesiadan Amerika yang ber-

    kaitan dengan ke-IKA BHINNEKA-an pada bangsa dan ke-

    budayaan kedua negara tersebut, maka dapatlah ditarik

    benang-benang merab paralelisme antara nasib, sikap

    bidup serta cita-cita kedua bangsa Indonesia dan Ame-

    rika.

    I Kedua bangsa menghadapi persoalan-persoalan yang

    sama; muauh yan~ aama yaitu imperial:iame dan kemiskin-

    an; persoalan etnik; persoalan agama; persoalan ras;

    persoalan nntar golongan, yang semuanya itu dapat

    . menimbulkan rasa curiga-mencurigai (prejudice); per-

    soalan "core-group": di Indonesia pernab. timbul kecu- ·

    rigaan terhadap Jawaisme; di Amerika pernah ada yang

    disebut W.A.S.P.-conformity dan W.A.S.P.-prejudice ••

    Untuk mengatasi persoalan-persoalan di atas ma-

    sing-masing bangsa kadang-kadang menggunakan cara.yang

    sama atau mirip, kadang-kadang menggunakan cara dan

    siasat yang berbeda. Untuk mengatasi persoalan etnis

    misalnya, bangsa Indonesia menghendaki PEMBAURAN atau

    kalau di Amerika. disebut AMALGAMATION atau MARRIAGE

    ASSIMILATION. Sebaliknya bangsa Amerika mengbendaki

  • 63

    ABSORPTIONioleh pihak "host-group" yang terdiri

    atas "the majority W.A.S.PL' terhadap bangsa-

    bangsa pendatang yang lain yang di Amerika ke-

    mudian menjadi ethnic-groups sendiri-sendiri.

    Akan tetapi, bagaimana pun juga, baik bangsa

    Indonesia maupun bangsa Amerika, menghendaki ada-

    nya Bangsa Indonesia Yang Satu dan Bangsa Amerika

    :tang Satu yang tergaabar dan terpantul pada lam-

    bang masing-masi~g negara yang memuat kata-kata

    BHINNEKA TUNGGAL IKA pada Garuda Pancasila dan

    E PLURIBUS UNUM pada 11 The American Eagle" .:yang

    biasa disebut "The Seal" atau "The Great Seal".

    Istilah UNUM atau SATU itu digambarkan pada

    sebuah mata-uang lama yang bernilai l/6 dolar.

    (Lihat ilustrnsi :perikut). · Seperti halnya bah•

    wa seti:ap orang, Indonesia mengakui k,ebenaran ung-

    kapan BERSATU K+TA TEGAH, BERCERAI KITA RUNTUH,

    demikian juga setiap orang Amerika akan mengakui

    kebenaran ucapan John Dickinson, salah se~rang

    "penniata of the Revolution'-',yang berbunyi:

    Join hand in hand, brave Americans all1 By unitLlg se stand, by dividing Je ta11.

  • An American people

    , Con tinnn tal currency: one-sixth of a c/ollilr

  • DAF'l'AR RUJUKAN

    laeorge ~tayoa, .':fbe l'at Puritftn (New York: Charles Scribner•s Sons, 193 , hal. 1 ?.

    2Willia.JI Lemkin, Vj.sualized Gperal Science (New :t:ork:: Oxfrod Book Coapany, 1953), hal~ 3 ..

    '* doae.!:;ct;A;u:~ic!sfu tfOt"J.~:~,n!'E::::~, ;~984) ~ 4John M. Echols dan Hassan Sha~ Kyus. lDggris

    Indopesia (Jakarta: P.T. Gramedia, 1975~, hal.. 417.

    · 5weaterft Soyfnth le• Cgllgi.ate Di.;t;loparv (Spring-. tie~d1 asachuset a~ a .. & c. Merriam Coapany, 1965), . ha1. bll. . .

    6vi.ctor .l:iarnOuw, Culture ~d. Pe£Sope11 ty {.Homewood, Illinois: The Dorsey Press, 19 3). hal• 4.

    . . . 7wil.li.am M. Haviland, Cyltu,l Aptbropology (Vermont: Ho1t, Rinehart and Winston, 19 •• , bal. 31.

    8~de Kluckhohn, The StudY of Cul.ture, terdapat da-lam Daniel. Lerner & Harold D. Lasswell Eds.) f :£be Policy; Scieni;s ( St.antord: Stanto rd UDi.versity Press),. dan diku-tip o eh t~onard J::Sr~om da~am bukunya_ ~Pun;iples Qf soc.t-ology' , hal. 50. ·

    9Leonard Broo• & Philip Selznick, Principles of So-ciologr (New York: Harper and Row, Publishers, 1970), hal. so.

    10 ; Beth B.' Hess,. et al •. , Socio1oa (.New Yoek: MacMil-

    lan Pub11sh1Dg Co., 1982), hal. 51.

    l1w1111am M. Haviland, gp. c!t., hal. 31-38.

    1·2 Ibid., hal. 38.

    1.3a:enl7' Steele CoiiUilapr,. Zb,e geJican M4n4 (New Ha-ven: Yale un~versity ~ress, 1974), hal. 11.

    ~4Herman Melville, Moby Dic5.' (New ~o.rk: Harper and ·· RCJw, Publishers, 1966), hal. 164. 1

  • ~ .. ' . ',

    65

    15Depatemen Pendi~·kan d~ Kebudayaan Wulang j:lem Warpi-,.rni (Jakarta: Proyek Penerbi{an Buku astra, 1983 , hal• 702. '

    . l6w.J .• ·cash, Th' ~gd ot the §outA ·(New York: Randoa House Inc., 1969 , nal. vii - ix. ·

    17I~id., hal 25-26

    18Pakubuwana IV, Wu1angren (Sala; Penerbit T.B. Pelajar, 19.~), bal. 15.

    19w.J •. :cash, op. C!1.1;.: • hal. 113-114 20H1.l.dred Geertz, 'l'he Javanese F}milX ( •••

    The Free Press ot' Glencoe, Inc., 1961 , ba1. 115. . •

    ta: P:~~~~J~5&1~:4i9R~• hf~3;$: 3fo! 198 j ( Jakar-22John Bainbridge .. The Sger Allericang (New York~

    Hol.t, Rinehart and Winston, New Edi.tion in 1.9-72).

    23vincent Wilao~, Jr., The Book Qf President§ (Brookville, Mar,yland: American Histor,y Research As-' sociates, 1981), hal. 69.

    24John Bainbridge, op. cit., hal.· 2-3··

    25Leonard Broom, op. cit., hal.'Sl-52.

    26soewito Santoso, Dr., Sy'l;asoma; A Study in Jayanese WajraYana· (New Delhi: International Acad-emy of Indian Culture, 1975), hal •. 9.

    27Ibid., hal. 81-82.

    28Iarael Zangwil, 'lbe Mel tinS Pot (Hew Nork: The.MacMillaB·Company, 1917), hal. 35.

    29Retder's D;lgest, Alrynac and YearbRo' (New York: '!he Reader's Digest Association, l9 o, hal. 316 .

  • 66

    31 ' . ' .rug,, loc. cit 1 ),

    32Israe1 Zangw11, op, cit., ha,~. 61.

    33H11ton H. Gordon, Assimilatiop in America ( Ne1it:iYork: .Oxtord: QniveJ:ai ty· Preas,. 1964), hal. 60.

    34JohD· H. Blum. et a1., 'l'he lfati,onal jixperi,pce New York: Harcourt tlraca Jovanowich,. Inc., 1977 , hal. 18-21. ·

    35D1ologue, Number 62,. 4/1983. (united. States In-:t'ormstion Agency), hal. 11 •.

    I

    36n:Lxon Wecter, jhe RIER i.P Ameti'a (Ann Arbor: The University ot M~chigan Press, 19~ , hal. 480.

    3?Max J. Herzberg, (Ed.),"To Aaerican C:ltizens of Foreign Origin" o1eh Woodrow W:l.l.son (Pocket Books Corporation, New York, 1964), hal. 79.

    38Theodore L. Gross (Ed.), A Nation ot Nations. Ungkapan "A Nation ot Nations" ird. disiter o1eh John .tt·. Keuedy dari tulisan Walt Whitman (New :tork: The ~·rae Press, 19?1)., hal •. 5· ,

    39H11ton M. Godon, QP· cit., hal. 76

  • DAFTAR PUS TAKA

    Bahan Penataran ·dan Bahan Referensi Pepataran UUJ~45, P-lh GBHN. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984. .

    Barnouwl Victor. Culture and Per~op~}.tty. Homewood, 11-inois: The Dorsey PressJ'l9 3. .

    ~ . Blum, John M. The National Experignct• New York: liar-court Brace Jovanowich, 1977. ·

    \ Broom, Leonard. Principles of Sociology. New York: Har-

    per & Row Publishers, 1970.

    Commager, The Amgrican Ming. 'New Haven & London: Yale University Press, 1974.

    Dialogue, Number 62, 1~/1983. Washin8ton D.C.: Uinited States Information Agency, 1983 •.

    Echols, John M. daJl Hassan Shadely. ~amus Inggris In-gopesiA• Jakart.t: P. t. Gramedia, 19·75.

    Gordon, Milton M. Assimilation in America. New York: Oxford University Press, 1964.

    Haviland. William M. Cultural Anthropology. Vermont: Holt, Rinehart and Winston, 19 ••.

    Herzberg, ~1ax .J. (Ed.). 'fhe American Citizens of Forei;n · OriBin. New York: Pocket Books Corporation, 196L~.

    Kluclthohn, Clyde. 'fhe Study of Cul turg; diku tip ol~h ~ . Victor Barnouw dalam bultunya .Qylture and Persong a.lity. homewood, Illinois: The Dorsey Preas, 19 3.

    Melville, Herman. l-1ob~ Dicit. New Yorlt: Harper & Row, Publishers, 19 6.

    Header'§ Dip:est, Almanac and Y§arboolt. New York: 'rhe Re~der's Digest Association, 1980.

    Wgbater•e Seventb N§w CQll!«iate D~otiontfY• Spring-field Massachusetts: G. ~ C. Merriam Company, 1965.

    Wecter, Dixon. 'fho Hero in Americ@.. Ann Arbor: The U-niversity of Michigan ·Press, 1963.

    Zangwil, Israel. 'l'he Melting Pot. New Yorlt: 'l'he t1ac-Millan Company, 1917.

  • 6

    1

    .Asia

    How Many Came? (Immigration by Dececte, 1821-1980)

    1851 1861 1871 1881 1891 1901 1911 1921 -1860 -1870 -1880 -1890 -1900 -1910 -1920 -1930

    Who Were They? (Immigrants by Region, 1821-1980)

    1901-30

    II

    .latin America II Southern and ~thetnand o EasternEurope ~-nEwope Canada Soun:e: U s. tmmigtalion and NaturalizatiOn Setviee.

    Charts b)' trJr>· (;ra\'es

    1951 1961 1971 -1960 -1970 -1980

    I ,]

    ' I

    .l I j