68038943 pedoman infeksi nasokomial

25
PT. PURI BUNDA RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BUNDA SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA PURI BUNDA NOMOR : SK.DIRUT TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN INFEKSI NASOKOMIAL RSIA PURI BUNDA Menimbang : A. Bahwa indicator peningkatan mutu Rumah Sakit di bidang pelayanan medik adalah banyaknya jumlah kasus infeksi nasokomial yang terjadi pada pasien-pasien rawt inap. B. Bahwa sehubungan dengan point (A) diatas diperlukan Pedoman Pengendalian Infeksi Nasokomial yang di tetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Utama RSIA Puri Bunda Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan 2. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran 3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit 4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 772/Menkes/SK/VI/2002 Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) 5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 631/Menkes/SK/VI/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staf Bylaws) Memutuskan Menetapkan :

Upload: duma-kristina-sormin

Post on 25-Sep-2015

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PT

PT. PURI BUNDA

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BUNDA

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA PURI BUNDA

NOMOR : SK.DIRUT

TENTANG

PEDOMAN PENGENDALIAN INFEKSI NASOKOMIAL

RSIA PURI BUNDA

Menimbang :

A. Bahwa indicator peningkatan mutu Rumah Sakit di bidang pelayanan medik adalah banyaknya jumlah kasus infeksi nasokomial yang terjadi pada pasien-pasien rawt inap.

B. Bahwa sehubungan dengan point (A) diatas diperlukan Pedoman Pengendalian Infeksi Nasokomial yang di tetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Utama RSIA Puri Bunda

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

2. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 772/Menkes/SK/VI/2002 Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws)

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 631/Menkes/SK/VI/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staf Bylaws)

Memutuskan

Menetapkan:

Pertama: Keputusan Dirut RSIA Pr. Gd tentang Pedoman Pengendalian Infeksi Nasokomial.Kedua:Keputusan ini berlaku sejak detetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan/kesalahan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

PT. PURI BUNDA

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BUNDA

PEDOMAN / KERANGKA ACUANPENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFESI NASOKOMIAL

RSIA PURI BUNDA TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN

Kejadian Infeksi Rumah Sakit atau Healthcare Associated Infection adalah infeksi yang didapat penderita ketika penderita tersebut dirawat di rumah sakit. Hal ini merupakan persoalan serius, baik bagi rumah sakit maupun penderita itu sendiri, oleh karena infeksi rumah sakit dapat menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian penderita. Kalaupun tidak sampai terjadi kematian, adanya infeksi rumah sakit akan meningkatkan morbditas penderita disamping penderita harus tinggal lebih lama di rumah sakit yang pada akhirnya membuat penderita membayar lebih mahal dan dalam kondisi tidak produktif.

Infeksi rumah sakit merupakan masalah global dan menjangkau sekitar 9% ( Variasi 3-21% ) lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap rumah sakit diseluruh dunia. Dari survey yang dilakukan oleh WHO disimpulkan bahwa sebagian masalah dan kendala yang dihadap berbagai Negara untuk mencegah dan mengendalikan kejadian infeksi rumah sakit tidak jauh berbeda sehingga strategi dan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit dapat disusun untuk diterapkan pada kondisi masing-masing Negara dan rumah sakit.

II. TUJUAN PENCEGAHAN DAN INFEKSI RUMAH SAKIT

Tujuan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit di RSIA Puri Bunda dapat di bedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

A. Tujuan Umum :Mencegah dan mengendalikan infeksi di RSIA Puri Bunda Denpasar

B. Tujuan Khusus :

1. Menurunkan angka kejadian infeksi rumah sakit RSIA Puri Bunda Denpasar

2. Meningkatkan prilaku sehat pada seluruh pegawai rumah sakit dan masyarakat pengunjung RSIA Puri Bunda

III. JENIS KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT

Kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit yang delaksanakan di RSIA Puri Bunda Denpasar meliputi pencegahan infeksi pada semua kegiatan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di RSIA Puri Bunda, yang secara garis besar meliputi hal hal sebagai berikut :A. Upaya pencegahan infeksi melalui persiapan penderita prabedah.

B. Upaya pencegahan infeksi melalui persiapan kamar dan kamar operasi.

C. Upaya pencegahan infeksi melalui preparasi perlengkapan kamar operasi.

D. Upaya pencegahan infeksi kateter kandeng kencing.

E. Upaya pencegahan infeksi kateter intra vena dan vena sentral.

F. Upaya pencegahan infeksi melalui kebiasaan mencuci tangan.

G. Upaya pencegahan infeksi pada pengambilan, penyimpanan, dan pengiriman bahan pemeriksaan laboratorium.

H. Upaya pencegahan infeksi melalui kegiatan isolasi.

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT

Pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit di RSIA Puri Bunda Denpasar di koordinasikan oleh Sub Komite Pengendalian Infeksi Nasokomial berkerjasama dengan semua bagian/instalasi/Tim yang ada di RSIA Puri Bunda dan menyertakan semua petugas sesuai dengan tugas dan bidang kerjanya masing-masing. Adapun pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit tersebut mengacu kepada pedoman sebagai berikut :A. Upaya Pencegahan Infeksi Melalui Persiapan Penderita Pra Bedah

1. Sebelum Penderita Dirawat di Rumah Sakit

Tujuan :

Mempersiapkan penderita sehingga waktu rawat inapnya sebelum menjalani operasi dapat di perpendek.

Yang dapat dilakukan antara lain :

a. Eliminasi penyakit-penyakit penyerta.

b. Memperbaiki keadaa/menjaga kebersihan kulit daerah operasi.

c. Memperbaiki kadaan umum.

2. Selama Penderita Dirawat di Rumah Sakit

Tujuan :

Melanjutkan apa yang dilakukan sebelum penderita dirawat dirumah sakit sehingga kondisi penderita optimal untuk dilakukan operasi.

Catatan :

a. Makin lama penderita dirawat di rumah sakit semakin besar kemungkinan penderita mengalami infeksi dengan kuman kuman rumah sakit. Dalam kepustakaan didapat kenyataan bahwa bila penderita yang di operasi mengalami infeksi adalah 2 kali bila dibandingkan dengan mengalami rawat inap selama 1-3 hari. Bila rawat nginapnya 3 minggu resiko menjadi lebih besar.

b. Adapun tujuannya adalah untuk memperbaiki keadaan umum atau penyakit penderita sehingga optimal dan layak untuk dilakukan operasi.c. Pada penderita yang mengalami rawat inap yang cukup lama menanggung resiko infeksi cukup besar melalui migrasi kuman-kuman rumah sakit dengan perantara tangan tangan dan rambut petugas rumah sakit, bahan tenun, aliran udara ataupun alat-alat yang dipergunakan. Bila memungkinkan pada penderita-penderita ini dilakukan biakan kuman dari saluran nafas, saluran cerna ataupun saluran kemih untuk memperoleh gambaran mikroorganisme apa yang mempunyai potensi memberikan infeksi pasca bedah.

3. Pada Saat Mendekati Waktu OperasiRambut :

Karena ada rambut didaerah operasi akan mempertinggi kemungkinan terjadinya infeksi maka sehari sebelum operasi rambut harus dicukur.

Pencukuran dianjurkan memakai alat cukur, bukan memakai pisau cukur.

Permukaan yang dicukur cukup luas, sehiggan tidak menimbulkan persoalan apabila luka insisi perlu di perpanjang.

Kulit :

Prinsip : Kulit penderita operator tidak mungkin disterilkan.

Persiapan daerah operasi harus dilakukan oleh salah satu dari dokter

Daerah operasi dicuci terlebih dahulu dengan sabun.

Kompreskan desinfektan seperti klorheksidin, preparat alcohol, ammonium heksaklorefan ataupun providon-iodine diatas daerah operasi

Kuman dikulit terdiri atas : Kuman Pendatang

Terletak dipermukaan yang pada umumnya dapat dibersihkan dengan mencuci dengan sabun.

Kuman Penghuni

Letaknya dalam dan dapat dikurangi jumlahnya dengan cara desinfeksi atau kompres

B. Upaya Pencegahan Melalui Persiapan Kamar Bedah.

Disiplin yang teguh dalam menjalankan peraturan asepsis dan antisepsis dikamar operasi sangat pnting dalam mencegah dan pengendalian infeksi rumah sakit. Disiplis ini harus dipatuhi oleh semua pihak yang mempergunakan fasilitas kamar operasi.

1. Kesehatan dan kebersihan

a. Personil harus bebas dari kuman kuman yang mudah ditularkan.

b. Carrier sangat sukar untuk ditentukan.

c. Penyakit-penyakit/keadaan yang memudahkan seseorang termasuk golongan 1 dan 2 harus benar-benar diperhatikan misalnya dermatitis, diare, alergi, kelainan hidung dll.

2. Pembagian daerah kamar operasi :

Kamar operasi dapat dibagi menjadi 2 daerah yakni daerah steril dan daerah non-steril.

Untuk daerah steril harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :a. Perlengkapan petugas operasi :

Masker dan penutup kepala

Baju Operasi

Alas kaki

Sarung tangan

Baju kamar operasi

b. Perlengkapan petugas lain :

Masker

Penutup Kepala

Baju Kamar Operasi

Overcoat

Alas kaki

c. Arah arus udara.

d. Arah/aliran bahan-bahan yang dipergunakan dalam kamar operasi.

e. Preparasi kulit, baik penderita maupun personil operasi.

3. Preparasi lingkungan kamar operase

Dalam hal ini termasuk manusianya, alat-alat anesthesia, permukaan kamar operasi (dinding, lantai, dll), udara maupun alat-alat operasi.

Desinfeksi permukaan kamar operasi :

Semua permukaan dalam kamar operasi harus bebas dari debu dan dilakukan desinfeksi.

Lantai harus rata, licin dan tidak ada pecah-pecah

Ventilasi :

Infeksi melalui kontaminasi udara sangatlah penting artinya, oleh karena itu ventilasi kamar operasi harus diperhatikan dengan baik. Kalau perlu udara yang ada dikamar operasi adalah udara yang melewati penyaringan sehingga bersih dan bebas debu dengan suhu dan kelembabannya yang juga sudah diatur. Penggunaan lampu ultra violet perlu dipertimbangkan.

Pengaturan lalu-lintas dalam kamar operasi :

Harus ditentukan secara jelas jalur-jalur di kamar operas, tempat personil, penderita, alat-alat operasi dan bahan-bahan kotor.

Pada umumnya ada 3 daerah di dalam kamar operasi, yaitu :

a. Daerah luar : Untuk kegiatan Administrasi

b. Daerah tengah (restricted zone) : untuk persiapan penderita dan penyimpanan barang-barang steril.

c. Daerah dalam ( daerah kerja steril ), termasuk :

Kamar cuci tangan

Kamar Induksi

Kamar Operasi

Catatan :

Bahan-bahan kotor/terkontaminasi harus segera disingkirkan, dimasukkan dalam kantong plastic oleh petugas yang memakai sarung tangan.

C. Upaya pencegahan infeksi melalui preparasi peralatan kamar operasi :

1. Semua kebutuhan perlengkapan bedah harus dikemas dan dibungkus dengan pembungkus steril yang memenuhi syarat.

2. Pembungkus steril yang dipergunakan dapat berupa :

Kertas krep rangkap udara

Linen rangkap dua

Kertas Laminet yang kedap suara

Tromol yang dibungkus

Kantong khusus

3. Kemasan atau bungkusan steril harus diperiksa terhadap :

Keutuhan dari kemasan atau bungkusan tersebut (Tidak robek,tidak terbuka atau tidak terkotori).

Kelembaban dari kemasan atau bungkusan.

Tanggal sterilisasi yang tercantum di bagian luar pembungkus, bila lewat dari 4 x 24 jam setelah sterilisasi maka perlu dilakaukan sterilisasi ulang.

4. Lapisan terluar pembungkus steril harus dibuka sebelum kemasan bungkusan steril tersebut dimasukkan dalam daerah antisektik.

5. Perlengkapan bedah yang digunakan pada operase sepsis harus diamankan agar tidak menyebabkan kontraminasi

6. Perlengkapan bedah yang telah selesai digunakan harus segera dikeluarkan dari daerah aseptic dan secepatnya dikirim ke ISSD.

7. Khusus untuk set instrument, setelah digunakan dan dikeluarkan dari daerah aseptic, harus segera di bilas dengan air untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat.

8. Perlengkapan steril lainnya seperti ampul disposable dan lain-lain yang tidak ditunjukan untuk penggunaan berulang, harus dibuang kecuali dapat dilakukan proses sterilisasi berulang seperti sarung tangan dan lain-lain.

9. Larutan-larutan antiseptic atau desinfektan yang digunakan pada perlengkapan bedah perlu diganti setiap kali sesuai dengan petunjuk penggunaan bahan yang ada.

D. Upaya Pencegahan Infeksi Saluran KencingPemasangan Kateter Kandung Kemih :

1. Pemilihan ukuran kateter yang terkecil yang memadai untuk tujuan pemasangan kateter.

2. Bersihkan urifisium uletra dengan larutan sabun steril atau bahan penggantinya, seperti heksaklorofen, benzalkomiun klorida, klorheksidin atau providon-iodino.

3. Masukan kateter dengan cara aseptic ( gunakan doek steril disekitar orifisium erethra, memakai sarung tangan steril, jellt / pelican dll ).

4. Setelah kateter berhasil dimasukkan, lakukan fixsasi dengan baik pada paha penderita oleh karena setiap gerakan kateter keluar masuk urethra dapat menyebabkan pemasukan dari meatus eksternus kedalam kandung kencing.

5. Pemberian salep antibiotika pada meatus eksternus dapat mengurangi resiko kontaminasi kuman dari kulit, anus, vagina maupun orifisium urethra.6. Letakkan kantung penggantung air kemih selalu lebih rendah dari kandung kemih untuk mencegah aliran balik air kemih.7. Kosongkan kandungan penampungan air kemih dari bawah secara teratur, kalau perlu setiap 6 8 jam untuk menghindari kemungkinan kantung terlalu penuh isinya. Catat jumlah air kemih yang dibuang dari lyst observasi.

8. Bila diperlukan pengambilan contoh urine, hendaknya dilakukan lewat pipa kandung penampung dengan jarum suntik steril secara aseptic.

9. Selama kateter kandengan kemih terpasang, pastikan bahwa sestem aliran tetap terjaga tertutup dengan baik (closed urinary drainage). Dalam keadaan dimikian kateter dapat dibiarkan terpasang selama 10 14 hari dengan resiko minimal.

10. Bila timbul tanda-tanda septikimia yang diduga akibat kateterisasi kandung kemih, sementara menunggu hasil biakan kuman, dapat diberikan antibiotika berspektrum luas untuk gram positif dan gram negative.

E. Upaya pencegahan infeksi kanulasi vena1. Pemasangan kateter vena sentral.

a. Pemasangan kateter vena sentral adalah suatuu tindakan invasive yang harus dilakukan dengan teknik yang betul-betul aseptic seperti tindakan bedah.

b. Daerah pemasangan harus dicukur dan lemak kulit dihilangkan dengan ether dan aseton (bila ada)

c. Pemasangan harus mencuci tangannya terlebih dahulu dengan larutan yang mengandung yodium atau klorheksidin paling sedikit selama 2 menit.

d. Pemasangan harus menggunakan sarung tangan steril.

e. Desenfeksi daerah pemasangan dengan providon-iodine selama 2 menit dan biarkan mongering, jangan dibasuh dengan alcohol

f. Tutup daerah pemasangan dengan doek lubang steril.

g. Stelah kateter terpasang, tempat penusukan diolesi salep antibakteri ( anti fungsi ).

h. Tutup dengan kasa steril dan tutup lagi dengan plester lebar, kemudian difeksasi untuk mencegah kateter bergerak keluar masuk.

i. Catat tanggal pemasangan pada plaster list observasi

Perawatan tempat isersi kateter dan saluran infuse.

a. Tempat pemasangan kateter harus diperiksa tiap 24 jam untu melihat tanda-tanda infeksi.

b. Penutup tempat pemasangan kateter harus dibersihkan dengan teknik aseptic ( menggunakan sarung tangan steril, hinda meraba vena tanpa menggunakan sarung tangan steril dan usahakan hanya menggunakan satu kali tusukan langsung masuk )

c. Bila ada tanda-tanda keradangan, pus, trombosis, maka selang kateter delepas dan ujung kateter sekitar 5cm dipotong dengan gunting steril untuk dibiakkan,

d. Selang infuse deganti 3 x 24 jam, kecuali bila ada tanda-tanda keradangan sebelum 3 x 24 jam.

e. Saluran vena sentral tidak boleh dipergunakan untuk pemberian obat intra vena atau pengambil contoh darah.

2. Pemasangn kateter intar vena

a. Bersihkan kulit yang akan ditusuk dengan sabun, selanjutnya diikti dengan pemberian providon-iodine.b. Penusukan menggunakan teknik aseptic (menggunakan sarung tangan steril, hindari meraba vena tanpa menggunakan sarung tangan steril dan usahakan hanya dengan satu kali tusukan langsung masuk).

c. Setelah berhasil dipasang lakukan fiksasi dengan baik, karena setiap pergerakan dari kateter atau jarumnya akan menimbulkan resiko kolonisasi kuman di ujung kateter.

d. Berikan salep antibiotika pada tempat penusukan kemudian tutup dengan kasteril atau plester yang berpori.

e. Tulis tanggal pemasangan pada plester penutup kateter tersebut.

Perawatan tempat penusukan insesi kateter dan saluran infusea. Kateter hendaknya diganti tiap 72 jam meskipun belum ada tanda-tanda phlebitis maupun tanda-tanda pembuntuan kateter. Nila timbul tanda-tanda nyeri, peradangan, dan panas atau keluar nanah pada tempat penusukan atau sepanjan vena yang ditusuk, secepatnya kateter harus dilepaskan dan dilakukan pebiakan ujung kateter.b. Lakukan pengawasa setiap hari terhadap cairan infuse yang dipakai, set infuse, kateter vena serta kulit sekitarnya. Hindari manipulasi yang tidak perlu terhadap kateter maupun jarumnya. Bila pengobatan cairan dibutuhkan lebih dari 48 jam, tempat infuse harus dipindahkan setiap 72 jam.

c. Jangan gunakan jarum infuse untuk pengambilan contoh darah maupun pemberian obat-obatan tambahan. Pemberian obat-obatan tambahan dapat dilakukan dengan cara menggunakan cara menusuk karet infuse dibagian destal dengan cara aseptic atau dengan menggunakan konektor. Setelah selesai menyuntik jarum suntik harus segera dilepaskan dari karet infuse. Sistem infuse harus terjamin, tertutup selamanya.

d. Jangan sekali-kali memasukkan cairan ketempat set infuse bila terjadi pembuntuan. Setiap kali terjadi malfungsi atau pembuntuan dari jarum infuse merupakan petunjuk kemungkinan telah ada kolonisasi kuman pada set infuse, oleh karena itu set infuse yang ada harus diganti secepatnya

e. Hindari pemakaian moltidose vial (penggunaan satu botol obat suntik untuk beberapa kali pemakaian) sebagai obat tambahan. Bila terpaksa memakainya, segera simpan botol ini dalam almari sesudah digunakan.

f. Kateter sebaiknya lebih sering diganti bila infuse set dipakai untuk transfuse darah atau pemakaian cairan hipertonis.

g. Bila timbul gejala-gejala septikimia yang diduga akibat pemakaian kateter intra vena, sambil menunggu hasil biakkan kuman dapat dipertimbangkan untuk penggunaan antibiotika bersevektrum luas untuk bakteri gram positif dan gram negative.

F. Upaya pencegahan infeksi rumah sakit melalui kebiasaan cuci tangan.

Cuci tangan adalah salah satu cara pencegahan penyebaran infeksi yang paling tua, paling sederhana dan paling konsisten. Cuci tangan akan menurunkan kontaminasi tangan dengan kuman-kuman pathogen dan mencegah penyebaran kedaerahan yang tidak terkontaminasi. Prosedur ini harus betul-betul diikuti oleh semua personil rumah sakit.

Siapa yang harus mencuci tangan :

Semua personil rumah sakit sebelum dan sesudah kontak dengan penderita.

Orang-orang yang mengadakan kontak secara tidak langsung dengan penderita, yaitu orang-orang yang menyentuh barang-barang yang akan atau telah di pakai oleh penderita.

Semua personil rumah sakit untuk melindungi diri dan orang lain.

Kapan cuci tangan harus dilakukan :

Pada waktu datang ke rumah sakit, untuk mencegah dibawanya kuman dari luar ke rumah sakit.

Sebelum dan sesudah masuk bangsal sebelum dan sesudah kontak fisik dengan penderita.

Sebelum dan sesudah memegang benda-benda yang dipakai untuk merawat penderita.

Sebelum dan sesudah memberikan makanan dan obat-obatan kepada penderita. Sebelum dan sesudah mengumpulkan specimen.

Sebelum dan sesudah melakukan tindakan atau prosedur pada penderita.

Jika tangan kotor.

Sebelum makan, minum.

Sebelum pulang ke rumah.

Dua metode cuci tangan :

Cuci tangan dasar (basic hand washing) :

Merupakan teknik cuci tangan yang cukup efektif, dilakukan dengan sabun dibawah air mengalir. Dengan teknik ini dapat menghilangkan kebanyakan bakteri transient pada tangan. Cuci tangan bedah (surgical scrub)

Dilakukan dengan memakai cairan antiseptic atau antimicrobial dengan sikat dibawah air mengalir. Dengan cara ini kuman transient residem dapat dihilangkan dan selama beberapa waktu pertumbuhannya dapat dicegah. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dari pada cara cuci tangan dasar.

Fasilitas yang diperlukan :

Idealnya diperlukan kran air dengan wastafel yang aliran airnya bisa diatur dengan siku atau kaki, tempat sabun cair, sabun antiseptic dan kertas pengering.

Teknik cuci tangan :

Lepaskan semua perhiasan.

Lakukan dekat wastafel tetapi jangan menempel pada wastafel.

Atur aliran air.

Basahi tangan dan lengan bagian bawah sampai siku.

Beri 2-5 ml sabun cair.

Gosok tangan secara cermat dengan teknik 7 langkah. Bilas dengan air sampai bersih.

Keringkan tangan dengan kertas tisu atau handuk yang bersih.

G. Upaya pencegahan infeksi pada pengambilan, penyimpanan dan pengiriman bahan pemeriksaan.

Seperti halnya pemeriksaan mikrobiologi umumnya, maka dalam hal pengambilan, penyimpanan dan pengiriman bahan pemeriksaan yang berkaitan dengan infeksi rumah sakit harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu. Syarat-syarat yang berlaku umum untuk semua hasil pemeriksaan dikemukakan dalam petunjuk tertentu dibahas dalam petunjuk umum. Baik petunjuk umum dan khusus yang akan dikemukakan lebih lanjut adalah persyaratan untuk bahan pemeriksaan bakteriologik.Pada bagian akhir dari petunjuk ini disajikan sebuah table untuk mempermudah para pemakai bahan tertentu. Walaupun demikian para pemakai jasa laboratorium mikrobilogik masih mengalami kesukaran diharapkan berhubungan langsung dengan petugas laboratorium.

Petunjuk umum :

Pada bagian ini pemeriksaan bakteriologi yang dapat diterapkan secara umum adalah tahap pengambilan bahan pemeriksaan sedangkan teknis pengambilan, penyimpanan dan pengiriman bahan akan diperinci dalam petunjuk khusus. Pengambilan bahan pemeriksaan bakteriologi untuk infeksi rumah sakit hendaknya memenuhi beberapa peryaratan yaitu :

Bahan diambil sebelum diberikan antibiotika atau kemoterapeutika. Dalam keadaan terlanjur telah di berikan, maka bahan pengiriman hendaknya disertai informasi tentang jenis, takaran dan lama pemberian obat tersebut.

Bahan pemeriksaan diambil pada saat dan tempat yang tepat, dengan mempertimbangkan kemungkinan tersebar untuk mendapatkan kuman-kuman. Pengambilan dilakukan dengan cara dan alat yang sedemikian tupa sehingga tidak terjadi cemaran pada bahan yang diambil ( dilakukan secara aseptic ).

Bahan pemeriksaan diambil dalam jumlah yang cukup untuk pemeriksaan yang diminta.

Formulir pemeriksaan hendaknya diisi secara lengkap.Petunjuk khusus :

Petunjuk bahan yang sering diminta untuk pemeriksaan akan dibahas dalam bagian ini, sedangkan untuk bahan pemeriksaan yang relative jarang diminta akan dicantumkan dalam table pada akhir petunjuk ini :

1. Air Seni :

Waktu penampungan air seni sebaiknya pagi hari ( early morning specimen ) atau 4 jam setelah kencing terakhir. Tempat pengambilan dapat dengan cara penampungan porsi tengah yang bersih ( clean voided mid stream ), fungsi suprafubik adalah 1-2 ml bil diambil dari porsi tengah yang bersih atau kateter. Bahan yang diperoleh sebaiknya segera dikirim ke laboratorium dan apabila tertunda bahan dapat disimpan dalam almari es dengan suhu 4 C selama 24 jam atau ditambahkan bahan pengawet asam borat.

2. Darah :

Waktu pengambilan darah untuk biakan kuman dipilih sesuai dengan perjalanan penyakit dimana kuman paling banyak ada dalam peredaran darah. Untuk tempat penampungan bahan disediakan sepasang media tryticase phosphate broth (TBB) atau tryptecase sey broth (TSB) untuk kuman aerob, dan media fuid thioglycolate (FTG) atau cooked meat medium (CCM) untuk kuman anaerob. Masing-masing media diisi dengan 5 10 ml darah untuk kurang lebih 10% volume media. Pengambilan dan pengisian bahan ke dalam media dilakukan dengan teksik aseptic. Pengiriman bahan pemeriksaan ke laboratorium dilakukan sesegera mungkin dan apabila ditunda dapat diletakkan dalam incubator dalam suhu 37C selama semalam.3. Nanah :

Cara pengambilan specimen nanah dapat dibedakan menjadi cara yaitu :

Pengambilan nanah dari tempat tertutup.

Pengambilan nanah dari tempat tertutup misalnya dari abses, cavum, pleura, rongga sendi dan lain sebagainya, dilakukan dengan cara fungsi aspirasi dengan semprit steril. Bahan yang diambil diusahakan sesedikit mungkin kontak dengan udara yaitu dengan meniadakan udara didalam semprit dan menutup ujung jarum semprit dengan menusukkan pada karet bekas tutup botol obat suntik, kemudian dikirim ke laboratorium sesegera mungkin.

Pengambilan nanah dari tempat terbuka.

Pengambilan nanah dilakukan dengan cara hapusan dengan lidi kapas steril, kemudian dimasukkan ke dalam media transport start dan segera dikirim ke laboratorium. Bila pengiriman tertunda, bahan dapat disimpan dalam suhu kamar.

4. TinjaPengambilan bahan dilakukan pada pagi hari atau pada tinja yang baru keluar (freehly passed stool). Bila tinja diperoleh maka pengambilan dengan cara hapusan rectum kurang dianjurkan. Tinja yang diperoleh ditampung di dalam tabung atau botol gelas sterildan segera dikirim ke laboratorium. Jumlah bahan yang diperlukan kurang lebih sebanyak 10 gram atau sebesar ibu jari orang dewasa. Bila diambil dengan cara hapusan rectum, specimen dikirim dalam media transport Carry Blair.

5. Dahak :

Specimen dahak (sputum) dapat diperoleh dari penderita dengan cara batuk spontan, dengan ekpetoran, aspirasi cairan lambung atau aspirasi transtrakeal. Penderita diberi petunjuk agar ditampung adalah benar-benar dahak bukan air liurnya. Pengambilan dilakukan pagi hari (early morning sputum) dan ditampung didalam cawan Petri steril. Bahan segera dikirim ke laboratorium dan penundaan pengiriman tidak dianjurkan oleh karena penambahan bahan pengawet tidak ada.

6. Cairan Serebrospinal :Pengambilan bahan dilakukan dengan cara fungsi steril dan dapat dilakukan sewaktu-waktu sebanyak 2-4 ml. Tempat penampungan bahan dapat berupa tabung atau botol gelas steril bertutup alur (screwcapped) atau tabung berisi media pemupuk dekstrise ascetic fluid (DAF). Pengiriman ke laboratorium dilakukan sesegera mungkin dan penyimpanan tidak dianjurkan.

H. Upaya Pencegahan Infeksi Rumah Sakit Melalui Kegiatan Isolasi

Isolasi adalah segala usaha pencegahan penularan kuman pathogen dari sumber infeksi (penderita maupun carrier) ke orang-orang atau penderita lainnya.

Macam Isolasi :

1. Isolasi ketat (street isolation).

2. Isolasi penyakit jalan nafas (respiratory isolation).

3. Isolasi proteksi (Protective isolation)

4. Isolasi/perhatian khusus penyakit saluran cerna (entric precaution).

5. Perhatian khusus luka dan infeksi kulit (wound precaution)

6. Perhatian khusus bahan eksresi menular (discharge precaution).

7. Perhatian khusus bahan darah (blood precaution).

Catatan :

Isolasi

: Memerlukan kamar khusus

Perhatian khusus: Tidak memerlukan kamar khusus

Setiap pengunjung diharuskan melaporkan kepada perawat jaga untuk mendapatkan penjelasan mengenai isolasi yang berlaku untuk penderita. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pengunjung atau petugas yang merawat penderita adalah :

Cuci tangan harus dikerjakan sebelum dan sesudah masuk ruang isolasi,menyentuh bagian tubuh penderita yang menular atau menyentuh pakaian/alat yang ada dikamar isolasi. Cuci tangan minimal dilakukan dengan sabun dibawah air mengalir. Sarung tangan khusus hanya dipakai bagi mereka yang kontak langsung dengan penderita atau bahan menular (bahan oemeriksaan laboratorium, pakaian atau sprei bekas pakai)

Masker tidak diperlukan, kecuali apabila penderita mengidap penyakit yang ditularkan lewat udara.

Jas khusus hanya dipakai bagi yang melakukan kontak langsung dengan penderita atau bahan yang menular.

Untuk mempermudah petugas ataupun pengunjung maka dipintu ruang isolasi dipasang label berwarna sesuai dengan derajat penularan penyakit, yaitu :

Merah untuk isolasi ketat, yaitu penderita dengan penyakit sangat menular (dipteri, viola, sars, flu burung). Purih untuk isolasi proteksi yaitu penderita dengan daya tahan tubuh (imonologi) sangat menurun.

Kuning untuk isolasi penderita hepatitis virus.

Selain itu ada label berwarna biru yang dipasang ditempat penampungan bahan pemeriksaan laboratorium penderita penyakit menular, biasanya disertai tulisan Awas Bahan Menular. Bagi petugas yang merawat penderita menular atau petugas di ruang operasi sebaiknya kebal atau sudah mendapat vaksinasi beberapa penyakit menular tertentu.

V. Penutup

Seperti telah disadari bersama bahwa tindakan pencegahan penyakit merupakan suatu hal yang sangat penting dalam perawatan penderita, untuk itu dengan adanya Pedoman / kerangka acuan pencegahan dan pengendalian infeksi rumah ini, dapat dijadikan suatu pegangan dalam merawat pasien di RSIA Puri Bunda Denpasar yang mana secara tidak langsung akan mengurangi beban yang harus oleh penderita dan rumah sakit sendiri.