63-124-2-pb

6
Pendahuluan Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir (PGTA), merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah besar di dunia. Selain sulit disembuhkan karena bersifat irreversible (tidak bisa pulih kembali), seperti kebanyakan orang yang menderita penyakit terminal, seseorang yang divonis menderita GGK juga akan mengalami kondisi yang sama. Klien akan selalu dibayangi dekatnya masa kematian, merasa tidak dapat lagi mengatur diri sendiri, dan harus bergantung pada orang lain. Kondisi demikian tentu saja akan menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan di dalam aspek kehidupan klien. Perilaku yang sering ditunjukkan yaitu, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna. Menurut Levey dan Coresh (2002) menyatakan bahwa di Amerika Serikat setiap tahun diperkirakan berjumlah sekitar 20 juta orang dewasa menderita penyakit gagal ginjal kronik dan hampir separuhnya menderita gagal ginjal moderat (sedang) yang memerlukan pelayanan hemodialisis. Sedangkan berdasarkan data, angka kejadian gagal ginjal di Indonesia setiap 1.000.000 penduduk didapatkan antara 200 300 klien baru dengan gagal ginjal kronik (DepKes RI, 2004). Berdasarkan data tersebut di atas, maka penderita gagal ginjal terus meningkat setiap tahunnya. Jika klien gagal ginjal tidak ditangani dengan baik maka meningkat pula klien dengan gagal ginjal kronis dan dengan penyakit kronis meningkat pula berbagai permasalah psikososial. PENINGKATKAN HARGA DIRI PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIK MELALUI COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) Tri Setyaningsih 1,2* , Mustikasari 3 , Tuti Nuraini 3 1. Akademi Keperawatan Husada, Jakarta 10730, Indonesia 2. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 3. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia *Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan tentang pengaruh Cognitif Behavior Therapy (CBT) terhadap perubahan harga diri klien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di unit hemodialisa RS H Jakarta. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode quasi eksperimen pre-post test without control group. Penelitian dilakukan terhadap 27 responden (klien GGK) yang sedang menjalani hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan harga diri baik dari aspek kognitif maupun perilaku yang signifikan sesudah dilakukan intervensi CBT (p= 0,000; α= 0,05). Rekomendasi hasil penelitian CBT dijadikan salah satu terapi spesialis bagi klien GGK di unit hemodialisa pada khususnya dan klien yang mengalami gangguan psikososial pada umumnya. Kata kunci: cognitive behavior therapy (CBT), harga diri rendah, kognitif, perilaku Abstract The aims of this study is to describe the effects of cognitive Behavior Therapy (CBT) to changes in self-esteem of patients with Chronic Kidney Disease (CKD) in hemodialysis units H Hospital Jakarta. The study was conducted using a quan- titative approach, with the method quasi experimental pre-post test without control group. The study was conducted on 27 respondents (CKD patients) who are undergoing hemodialysis. The results showed that there were changes in self-esteem in terms of both cognitive and behavioral intervention that significantly after CBT (p= 0,000; α= 0,05). Recommended studies of CBT is can be as one specialist treatments for patients CKD in Haemodialysis Unit particularly and in patients with psychosocial disturbances in generally. Keywords: cognitive behavior therapy (CBT), low self-esteem, cognitive, behavioral

Upload: wirdayanti-tjut-rachman

Post on 19-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

63-124-2-PB

TRANSCRIPT

Page 1: 63-124-2-PB

Pendahuluan

Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit ginjaltahap akhir (PGTA), merupakan salah satu penyakityang menjadi masalah besar di dunia. Selain sulitdisembuhkan karena bersifat irreversible (tidakbisa pulih kembali), seperti kebanyakan orang yangmenderita penyakit terminal, seseorang yangdivonis menderita GGK juga akan mengalamikondisi yang sama. Klien akan selalu dibayangidekatnya masa kematian, merasa tidak dapat lagimengatur diri sendiri, dan harus bergantung padaorang lain. Kondisi demikian tentu saja akanmenimbulkan perubahan dan ketidakseimbangandi dalam aspek kehidupan klien. Perilaku yangsering ditunjukkan yaitu, mudah tersinggung danmerasa tidak berguna.

Menurut Levey dan Coresh (2002) menyatakanbahwa di Amerika Serikat setiap tahun diperkirakanberjumlah sekitar 20 juta orang dewasa menderitapenyakit gagal ginjal kronik dan hampir separuhnyamenderita gagal ginjal moderat (sedang) yangmemerlukan pelayanan hemodialisis. Sedangkanberdasarkan data, angka kejadian gagal ginjal diIndonesia setiap 1.000.000 penduduk didapatkanantara 200 – 300 klien baru dengan gagal ginjalkronik (DepKes RI, 2004).

Berdasarkan data tersebut di atas, maka penderitagagal ginjal terus meningkat setiap tahunnya. Jikaklien gagal ginjal tidak ditangani dengan baikmaka meningkat pula klien dengan gagal ginjalkronis dan dengan penyakit kronis meningkat pulaberbagai permasalah psikososial.

PENINGKATKAN HARGA DIRI PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIKMELALUI COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT)

Tri Setyaningsih1,2*, Mustikasari3, Tuti Nuraini3

1. Akademi Keperawatan Husada, Jakarta 10730, Indonesia2. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

3. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

*Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan tentang pengaruh Cognitif Behavior Therapy (CBT) terhadap perubahan harga diriklien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di unit hemodialisa RS H Jakarta. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif,dengan metode quasi eksperimen pre-post test without control group. Penelitian dilakukan terhadap 27 responden (klien GGK)yang sedang menjalani hemodialisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan harga diri baik dari aspekkognitif maupun perilaku yang signifikan sesudah dilakukan intervensi CBT (p= 0,000; α= 0,05). Rekomendasi hasil penelitianCBT dijadikan salah satu terapi spesialis bagi klien GGK di unit hemodialisa pada khususnya dan klien yang mengalamigangguan psikososial pada umumnya.

Kata kunci: cognitive behavior therapy (CBT), harga diri rendah, kognitif, perilaku

Abstract

The aims of this study is to describe the effects of cognitive Behavior Therapy (CBT) to changes in self-esteem of patientswith Chronic Kidney Disease (CKD) in hemodialysis units H Hospital Jakarta. The study was conducted using a quan-titative approach, with the method quasi experimental pre-post test without control group. The study was conducted on 27respondents (CKD patients) who are undergoing hemodialysis. The results showed that there were changes in self-esteemin terms of both cognitive and behavioral intervention that significantly after CBT (p= 0,000; α= 0,05). Recommendedstudies of CBT is can be as one specialist treatments for patients CKD in Haemodialysis Unit particularly and in patients withpsychosocial disturbances in generally.

Keywords: cognitive behavior therapy (CBT), low self-esteem, cognitive, behavioral

Page 2: 63-124-2-PB

Klien dengan gagal ginjal kronis (GGK) akanmengalami perubahan biopsikososiospiritual dalamkehidupannya. Perubahan biologis (fisik), sepertiharus mengatur pola-pola hudupnya yaitu polamakan, pola minum (intake cairan), pola aktivitasdan pola istirahat, semua ini harus seimbang,tidak boleh berlebihan atau disesuaikan dengankemampuan fisiknya (Lumenta, 2005). Perubahanpsikologis, termasuk didalamnya ialah kecemasan,ancaman akan kematian, perasaan bersalah karenaterus bergantung pada orang lain, merasa tidakberguna, dan tidak berharga (Roesli, 2006).

Perubahan sosial, klien menjadi malas untukberhubungan dengan orang lain, biasanya munculadalah cenderung menarik diri dari lingkungansosialnya (Purwanto, 2004). Pada perubahanspiritual, klien cenderung menyalahkan Tuhan,menganggap-Nya tidak adil karena memberikanhukuman pada dirinya sehingga malas untukmenjalankan ibadah.

Tindakan medis untuk mengatasi klien dengangagal ginjal kronis sudah dapat dilakukan diIndonesia. Namun, hal yang masih menjadi sebuahmasalah adalah meningkatkan kualitas hidup klienyang menjalani hemodialisa sehingga klien tetapdapat produktif, sebab banyak klien gagal ginjalkronis menjadi satu-satunya tulang punggungkeluarga (Suhud, 2005). Cuci darah (hemodialisis)yang mahal dan harus dilakukan seumur hidupmenjadikan gagal ginjal kronis (GGK) sebagaiThe Silent Killer (Siregar, 2001).

Dampak sosial yang dirasakan sehubungandengan rangkaian perawatan medis yang harusdiikuti, antara lain; individu akan kehilanganhal-hal vital dalam hidup, seperti pekerjaan dankehilangan kebebasan pribadi. Sedang dampakpsikologis tampak dari sikap individu yang tidakdapat menerima begitu saja, bahwa klien harusmenjalani terapi hemodialisis seumur hidupnya.Mereka merasa sudah cacat dan akan menderitasepanjang hidupnya, merasa bahwa tidak ada lagicita-cita dan harapan yang dapat dicapai, sertamerasa tidak dapat lagi melaksanakan berbagai

kegiatan seperti yang selama ini dijalani (Feldman,1989).

Proses cuci darah yang harus dijalani 2 – 3 kaliseminggu membuat klien merasa bahwa sebagianbesar waktu yang mereka miliki dilalui di rumahsakit. Perasaan kecewa dan putus asa terhadaphidupnya membuat klien GGK mengalami depresi(Roesli, 2006). Penelitian yang dilakukan olehAbram (1987, dalam Levey & Coresh, 2002)mengenai tingkat penerimaan klien GGK terhadapvonis hemodialisis menunjukkan bahwa klien barudapat menerima kenyataan harus cuci darah setelahklien berada di ambang kematian.

Klien GGK yang menjalani hemodialisis seringmengalami gangguan psikososial, sepertikecemasan, ketidakberdayaan, gangguan peran,identitas personal dan harga diri rendah. Hal inibisa dipahami karena dengan keadaan sakitnyaklien GGK yang menjalani hemodialisa tidakmampu mengatur hidupnya sendiri dan selalubergantung dengan orang lain bahkan denganalat yaitu mesin dialisa. Keadaan tersebut jugaakan mengganggu hubungannya dengan orangdisekitarnya termasuk lingkungan masyarakatnya(Purwanto, 2004).

Klien dengan GGK yang menjalani hemodialisisakan mengalami perubahan pola pikir maupun polaperilaku. Untuk mengantisipasi, klien GGK yangmenjalani hemodialisis yang paling tepat adalahdengan diberikan Cognitive Behavior Therapy(CBT). Menurut Bush (2005), yang menyatakanCBT menggabungkan dua jenis psikoterapi yangpaling efektif, yaitu terapi kognitif dan terapiperilaku.

Terapi perilaku membantu melemahkan hubunganantara situasi yang menyulitkan dengan reaksiyang biasa ditampilkan. Reaksi tersebut termasukrasa takut, depresi, atau marah, dan tingkah lakumerusak diri. Terapi perilaku juga mengajarkantentang bagaimana menenangkan pikiran dantubuh, sehingga dapat merasa lebih baik, berpikiranlebih jernih, dan menyelesaikan masalah ataumembuat keputusan yang lebih baik.

166 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 165-170

Page 3: 63-124-2-PB

Terapi kognitif mengidentifikasi atau mengenalipemikiran yang negatif dan merusak yang dapatmendorong ke arah rendahnya harga diri yangmenetap. Apabila digabungkan ke dalam CBT,dapat menjadi alat yang kuat untuk menghentikansymptom dan membuat hidup lebih bermaknadan memuaskan (Bond & Dryden, 2002; Bush,2005). Stallard (2002) menyatakan bahwa tujuankeseluruhan dari CBT adalah untuk meningkatkankesadaran diri, memfasilitasi pemahaman diri yanglebih baik, dan untuk meningkatkan kontrol diridengan mengembangkan keterampilan kognitif danperilaku yang tepat.

CBT membantu untuk mengidentifikasi pikiran-pikiran dan kepercayaan yang negatif, bias, dankritik diri. CBT juga mengajarkan klien untukmeningkatkan harga diri mereka, yaitu dengancara memahami hubungan antara pikiran, perasaandan perilaku (apa yang harus dilakukan), denganmengajarkan klien untuk mengidentifikasi pikiranotomatis negatif, dan mengidentifikasi kesalahanyang mendasari pikiran otomatis negatif.

Perspektif CBT yang menghakimi pikiran dankritik diri sering menyebabkan masalah terkaitdengan harga diri rendah. Misalnya, orang yangmemiliki harga diri rendah sering menganggap dirimereka untuk tidak layak bahagia, tidak mampumengatasi masalah, dan tidak disukai oleh oranglain. Pikiran seperti itu menyebabkan orang-orangtersebut merasa sedih, cemas, dan umumnya tidakbahagia. Kombinasi pikiran dan perasaan sepertiitu menyebabkan mereka untuk menghindarikesempatan seperti kegiatan sosial, persahabatan,tantangan, dan pekerjaan tertentu, yang semuaini cenderung membuat mereka menilai dirinyasendiri merasa lebih buruk (Bond & Dryden, 2002;Bush, 2005).

Terapi yang efektif untuk klien dengan hargadiri rendah adalah meningkatkan harga diriorang tersebut. Perbaikan dalam diri yang nyata,adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT), yaitusuatu bentuk terapi yang memadukan terapikognitif dan terapi perilaku. Terapi kognitif

mengarahkan cara mereka berpikir tentang dirimereka sendiri, tentang orang lain, dan dunia yangdapat mempengaruhi kesehatan mental mereka.Terapi perilaku mengarahkan cara tindakan merekayang dapat berpengaruh terhadap interaksi merekadengan orang lain dan di masyarakat (Stallard,2002; Bush, 2005; Sulistio, 2006).

Tujuan umum penelitian ini ingin menguraikanpengaruh Cognitive Behavior Therapy (CBT)terhadap perubahan harga diri klien gagal ginjalkronik di unit hemodialisa RS H Jakarta 2011.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode penelitianquasi experimental dengan desain penelitian“Quasi experimental pre-post test withoutcontrol group” dengan intervensi CognitiveBehavior Therapy (CBT) pada Mei sampai denganJuni 2011.

Tehnik pengambilan sampel disesuaikan dengankriteria inklusi yang sudah ditetapkan sebelumpenelitian. Penelitian dilakukan untuk menganalisaperubahan harga diri klien gagal ginjal kronik(GGK) di Unit Hemodialisa RS H Jakarta antarasebelum dan sesudah terapi CBT. Respondenberjumlah 27 orang. Uji statistik yang dipergunakanyaitu bivariat dengan analisis independent t-Test,regresi sederhana, post Hoc test, dan Anova dengantampilan dalam tabel dan distribusi frekuensi.

Hasil

Karakteristik Responden

Hasil analisis karakteristik klien menunjukkanbahwa dari 27 responden dengan reata usia 46,22tahun, lama sakit dalam bulan reata 25,85bulan, frekuensi hemodialisis reata 206,78 kali,jenis kelamin responden relatif seimbang antaralaki-laki dan perempuan, laki-laki 51,8%, danperempuan 48%. Status pekerjaan yang bekerja55,5%, tidak bekerja 44,4%, dan pendidikanterbanyak tamatan SMU/ SMA 55,5%.

Peningkatan harga diri pada klien gagal ginjal kronik melalui cognitive behaviour therapy (Tri Setyaningsih, Mustikasari,Tuti Nuraini ) 167

Page 4: 63-124-2-PB

Analisis Harga Diri Klien Sebelum dan SesudahDiberikan Terapi CBT

Hasil analisis harga diri sebelum terapi CBT,aspek kognitif; rerata kemampuan kognitifnya56,85 dengan nilai optimal 80. Aspek perilaku,rerata kemampuan perilakunya 48,11 dengan nilaioptimalnya 80. Hasil analisis harga diri setelahterapi CBT aspek kognitif, rerata kemampuankognitif 66,22, aspek perilaku rerata kemampuanperilakunya 66,30 (lihat pada grafik 1).

Hasil analisis pada tabel 1 menunjukkan bahwaterdapat peningkatkan yang signifikan sebesar11,8% aspek kognitif dan peningkatan 11,7%perilaku (p= 0,000; α= 0,05). Sesuai dengan hasilanalisis Paired samples test yang menunjukkanbahwa ada perubahan kemampuan kognitif yangbermakna antara sebelum diberikan terapi CBT dansesudah diberikan terapi CBT (p= 0,000; α= 0,05).Selain itu, hasil analisis pada tabel 2 menunjukkanbahwa terdapat peningkatan 22,7%. Hasil analisisPaired samples Test menunjukkan bahwa adaperubahan kemampuan perilaku yang bermakna

antara sebelum diberikan terpi CBT dan sesudahdiberikan terapi CBT (p= 0,000; α= 0,05).

PembahasanKlien GGK selama menjalani hemodialisis akanmerasa tidak mampu menentukan hidupnya sendiriatau merasa selalu bergantung dengan oranglain, merasa membebani keluarga, tidak mampumenjalankan pekerjaan seperti semula, tergangguperannya di dalam keluarga dan masyarakat. Haltersebut yang dapat menimbulkan penilaian negatifpada dirinya yaitu tidak berguna, tidak mempunyaiharapan dan tidak berharga (Kusnadi, 2003). KlienGGK di unit hemodialisa RS H Jakarta ternyatamempunyai nilai harga diri dari segi kognitif rata-rata tinggi, artinya secara kognitif mereka tidakterganggu walaupun hidup dalam ketergantungandengan alat atau mesin maupun orang lain.

Gejala psikis yang sering diperlihatkan kliendengan harga diri rendah adalah kehilangan rasapercaya diri. Klien harga diri rendah cenderungmemandang segala sesuatu dari sisi negatifnya,

Tabel 1. Analisis Tingkat Harga Diri (Kognitif) Klien GGK di Unit Hemodialisa Sebelum dan Sesudah Terapi CBT

Karakteristik Mean SD SE Min-mak 95% CI p

Tingkat harga diri aspek kognitif (sebelum terapi CBT) Tingkat harga diri aspek kognitif (setelah terapi CBT)

56,85

66,22

5,524

7,683

1,063

1,479

47-67

49-76

54,67

63,18

0,000

168 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 165-170

Grafik 1. Nilai Rata-Rata Harga Diri Aspek Kognitif dan Perilaku Sebelum dan Sesudah Terapi CBT

Page 5: 63-124-2-PB

termasuk menilai diri sendiri. Perasaannya sensitifsekali, sehingga sering peristiwa yang sederhanajadi dipandang dari sudut pandang yang berbedaoleh mereka, atau bahkan disalahartikan olehmereka. Akibatnya, mereka mudah tersinggung,mudah marah, perasa, curiga akan maksud oranglain (yang sebenarnya tidak ada apa-apa), mudahsedih, murung, dan lebih suka untuk menyendiri.Perasaan bahwa diri tidak berguna ini munculkarena mereka merasa menjadi orang yang gagal(Boyd & Nihart 1998; Stuart & Laraia, 2005; Stuart& Sundeen, 2005).

Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pe-mikiran seseorang yang mengalami harga dirirendah. Klien memandang suatu kejadian yangmenimpa dirinya sebagai suatu yang memalukanatau akibat dari kegagalan mereka melaksanakantanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.Banyak pula yang merasa dirinya menjadi bebanbagi orang lain dan menyalahkan diri mereka atassituasi tersebut (Boyd & Nihart 1998; Stuart &Laraia, 2005; Stuart & Sundeen, 2005).

Hasil penelitian menyatakan bahwa hampir semuaklien merasakan situasi tersebut di atas, dialamiklien pada awal-awal terapi hemodialisis namundengan berjalannya waktu mereka menjadi terbiasadan akhirnya dirasakan sebagai peristiwa yangbiasa saja. Sebagian besar responden mengatakanbahwa sudah sangat ‘bersahabat’ dengan sisa fungsiginjalnya yang minimal tersebut. Selain itu, hasilpenelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkatharga diri klien dengan GGK yang dirawat di unithemodialisa hanya memiliki hubungan yang kuatdengan pemberian terapi CBT dan tidak memilikihubungan yang bermakna terhadap karakteristikklien.

Kesimpulan

Terapi CBT berpengaruh terhadap perubahanharga diri klien GGK di Unit Hemodialisa RS HJakarta. Harga diri responden meningkat secarabermakna baik dari aspek kognitif maupun dariaspek perilaku setelah diberikan intervensi CBT.Terapi CBT juga berpeluang meningkatkan hargadiri aspek kognitif dan berpeluang meningkatkanharga diri dari aspek perilaku setelah dikontrolfaktor lain.

Bagi aplikasi keperawatan, terapi CBT dapatdijadikan panduan perawat spesialis jiwa dalammelaksana kan CBT pada klien dengan masalahpsikososial. Untuk rumah sakit umum CBT dapatdigunakan untuk mengembangkan pelayanankesehatan jiwa yang terintegrasi dalam pelayanankeperawatan dalam upaya meningkatkan kualitasasuhan keperawatan jiwa, pada klien denganmasalah-masalah psikososial. Perawat spesialiskeperawatan jiwa hendaknya menjadikan terapiCBT sebagai salah satu kompetensi yang dapatdiberikan pada pelayanan kesahetan jiwa di tatananpelayanan kesehatan umum.

Penelitian lanjutan perlu dilakukan, yaitu sepertipenelitian kualitatif untuk mengkaji lebih dalamterkait dengan masalah-masalah yang dihadapiklien berhubungan dengan dampak penyakit yangdideritanya. Penelitian selanjutnya disarankanuntuk menggali peran keluarga terhadap perubahanharga diri klien GGK di unit hemodialisa. Selainitu, perlu diteliti lebih lanjut mengenai faktorperancu lain, seperti contoh lamanya penusukanke arteri atau vena, lamanya penekanan setelahdialisis, dan pengaruh peningkatan berat badansebelum dialisa (DN, NN, MK).

Peningkatan harga diri pada klien gagal ginjal kronik melalui cognitive behaviour therapy (Tri Setyaningsih, Mustikasari,Tuti Nuraini ) 169

Tabel 2. Analisis Tingkat Harga Diri (Perilaku) Klien Sebelum dan Sesudah Terapi CBT

Karakteristik Mean SD SE Min-mak 95% CI p

Tingkat harga diri aspek perilaku (sebelum terapi CBT) Tingkat harga diri aspek perilaku (setelah terapi CBT)

48,11

66,30

3,203

7,849

0,616

1,510

41-53

48-74

54,67

63,19

0,000

Page 6: 63-124-2-PB

170 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 165-170

ReferensiBond, F.W., & Dryden. (2002). Handbook of cognitive

behaviour therapy. Chichester: John Wily & Sons,Ltd.

Boyd, M.A., & Nihart, M.A. (1998). Psychiatricnursing: Contemporary practice (1st Ed.).Philadelphia: Lippincott – Raven Publisher.

Bush, J.W. (2005). Cognitive behavior therapy.Diperoleh dari http://www.cognitivetherapy.com/index.html.

Depkes RI. (2004). Angka kejadian penyakit-penyakit kronik di Indonesia. Jakarta: DirektoratJenderal Bina Pelayanan Medik DepartemenKesehatan RI.

Feldman. (1989). Adjustment: Applying psychologyin complex world. New York: Mc Graw-Hill.

Kusnadi, Y. (2003). Depresi pada pasien gagalginjal. Diperoleh dari http://www.indomedia.com/stripo/2003/10/19/1910kes2.htm.

Levey, A.S., & Coresh, J. (2001). Clinical practiceguidelines for chronic kidney disease: Evaluation,classification, and stratification. AJKD, 39 (2),S1–S266.

Lumenta, N.A. (2005). Konsultasi: Mencegah gagalginjal. Diperoleh dari http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2005/0506/kes2.html.

Purwanto. (2004). Dapatkah gagal ginjal bertahanhidup. Diperoleh dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0406/08/kol05.htm.

Roesli, R.M.A. (2006). Gagal ginjal. Diperoleh darihttp://totalwellness.blogsome.com/.

Siregar, P. (2001). Paradigma baru penatalaksanaangagal ginjal terminal. Diperoleh dari http://www.tempo.co.id/medika/arsip/022002/keg-1.htm.

Stallard, P. (2002). Think good – feel good: Acognitive behavior therapy workbook forchildren and young people. Chicester. John Wiley& Sons.

Stuart, G.W., & Laraia, M.T. (2005). Principle andpractice of psychiatric nursing (8th Ed.).Philadelphia: Elsevier Mosby.

Stuart, G.W., & Sudeen, S.J. (2005). Buku sakukeperawatan jiwa (4th Ed.). Jakarta: EGC.

Suhud, M. (2005). Cuci darah demi kualitashidup. Diperoleh dari http://kompas.com/kesehatan/news/0508/21/080710.htm.

Sulistio, A. (2006). Cognitive behavior therapyuntuk anak dengan konsep diri negatif. Jakarta:Fakultas Psikologi UI.