61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-s.docx

24
BUKU FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR POPULER JUJUN S. SURIASUMANTRI BAB I KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT 1. Ilmu dan filsafat Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, sebarapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan ke dua-duanya. Karakteristik berfikir filsafat: a. Sifat menyeluruh: bahwa seorang ilmuan ti dak akan puas mengenal ilmu dar i segi pandang ilmu itu sendiri,dia juga akan melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya.  b. Sifat mendasar: bahwa seorang ilmuan tidak akan selalu melihat bintang-bintang diatas namun juga membongkar tempat berpijak secara fundamental. c. Sifat spekulatif Filsafat:Peneratas Pengetahuan Filsafat adalah mariner yang merupakan pionir da ri ilmu,baik ilmu-ilmu alam maupun social.Dalam tahap peralihan bidang penjelajahan filsafat menjadi lebih sempit,tidak lagi menyeluruh melainkan sektoral.Walaupun demikian dalam taraf ini secara konseptual ilmu masih mendasarkan kepada norma-norma filsafat.Dalam tahap selanjutnya ilmu menyatakan menyatakan dirinya otonom dari konsep-konsep filsafat dan mendasarkan sepenuhnya pada hakikat alam sebagaimana adanya. Auguste Comte membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan tersebut diatas kedalam tahap religius,metafisik dan postulat.Dalam tahap pertama maka asas religilah yang dijadik an postulat ilmiah sehinga ilmu merupakan dduktif atau penjabatan dari ajaran religi.tahap kedua orang mulai berspekulatif tenteng metafisika(keberadaan) ujud yang menjadi objek penelaahan yang terbebas dari dogma religi dan mengembangkan system pengetahuan di atas dasar postulat metafisika tersebut.sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah,(ilmu) dimana asas-

Upload: ummu-kultsum

Post on 09-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 1/24

BUKU FILSAFAT ILMU SEBUAH PENGANTAR POPULER JUJUN S. SURIASUMANTRI

BAB I

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

1. Ilmu dan filsafat

Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam

kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri,

semacam keberanian untuk berterus terang, sebarapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari

telah kita jangkau. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa

ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan ke dua-duanya.

Karakteristik berfikir filsafat:

a. Sifat menyeluruh: bahwa seorang ilmuan tidak akan puas mengenal ilmu dari segi pandang

ilmu itu sendiri,dia juga akan melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya.

 b. Sifat mendasar: bahwa seorang ilmuan tidak akan selalu melihat bintang-bintang diatasnamun juga membongkar tempat berpijak secara fundamental.

c. Sifat spekulatif

Filsafat:Peneratas Pengetahuan

Filsafat adalah mariner yang merupakan pionir dari ilmu,baik ilmu-ilmu alam maupun

social.Dalam tahap peralihan bidang penjelajahan filsafat menjadi lebih sempit,tidak lagi

menyeluruh melainkan sektoral.Walaupun demikian dalam taraf ini secara konseptual ilmu

masih mendasarkan kepada norma-norma filsafat.Dalam tahap selanjutnya ilmu menyatakan

menyatakan dirinya otonom dari konsep-konsep filsafat dan mendasarkan sepenuhnya pada

hakikat alam sebagaimana adanya.

Auguste Comte membagi tiga tingkat perkembangan pengetahuan tersebut diatas kedalam tahap

religius,metafisik dan postulat.Dalam tahap pertama maka asas religilah yang dijadikan postulat

ilmiah sehinga ilmu merupakan dduktif atau penjabatan dari ajaran religi.tahap kedua orang

mulai berspekulatif tenteng metafisika(keberadaan) ujud yang menjadi objek penelaahan yang

terbebas dari dogma religi dan mengembangkan system pengetahuan di atas dasar postulat

metafisika tersebut.sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah,(ilmu) dimana asas-

Page 2: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 2/24

asa yang digunakan di uji secara positif dalam proses verifikasi yang obyektif.

Tahap mula,filsafat mempersoalkan siapakah manusia itu.Tahap yang kedua adalah pertanyaan

yang berkisar tentang ada:tentang hidup dan eksistensi manusia.Tahap yang ketiga adalah

kejelesan yang dapat ditangkap oleh pendengar tentang apa yang sedang di utarakan.

Filsafat ilmu

Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat penetahuan yang dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu

alam dan social.

Filsafat ilmu merupakan telaah yang ingan menjawab pertanyaan-pertanyaan:

Objek apa yang ditelaah ilmu?bagaiman wujud dari objek mtersebut?dll..(landasan ontologo)

Bagaiman proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?bagaimana

 prosedurnya?dll..(landasan epistimologi)

Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?bagaimana kaitanyan dengan kaidah-

kaidah moral?dll..(landasan aksiologi)

BAB II

DASAR-DASAR PENGETAHUAN

2.Penalaran

Kemampuan menalar manusia membuatnya mampu mengembangkan pengetahuan yang

merupakan kekuasaan-kekuasaanya.Pengatahuan ini mampu dikembangkan manusai karena dau

hal utama yakni ,pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan

informasi dan jalan pikiran yang melatarbelekangi informasi tersebut.Kedua, kemampuan

 berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu(penalaran)

Hakikat penelaran

Penalaran merupakn suatu proses berfikir dalam menarik semua kesimpulan berupa

 pengetahuan.Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berfikir dan

 bukan dengan perasaan.jadi,penalaran merupakan kegaatan berfikir yang mempunyai

karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.

Ciri-ciri penalaran:

1. Adanya suatu pola berfikir yang secara luas dapat disebut logika /proses berfikir logis

Page 3: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 3/24

2. Sifat analitik dari proses berfikirnya

Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada

rasio(rasionalisme) dan fakta (empirisme).

Kegiatan berfikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran yaitu intuisi dan wahyu.Intuisi

merupakan suatu kegiatan berfikir nonanalitikyang tidak mendasarkan diri kepada suatu pola

 berfikir tertentu.

3.Logika

Logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “Pengkajianuntuk berfikir secara sahih”.Ada dua

 jenis cara penarikan kesimpulan,yaitu logika induktif dan logika deduktif.Logika induktif erat

hubungan nya dengan penariakn kesimpulan dari kasus-kasus individual nyat menjadi

kesimpulan yang bersifat umum.Sebaliknya ,logika dedukif yang membantu kita dalam menarik

kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual

(khusus).Penariak kesimpulan secara deduktif biasanya mengaunakan pola berfikir yang

dinamakn silogisme.Silogisme disusun dari dua buah pernyataan (premis mayor dan premisminor) dan sebuah kesimpulan.

4.Sumber Pengetahuan

Pada dasarnya terdapat dua cara pokok untuk mendaop pengetahuan yang benar.

Pertama,mendasarkan diri kepada rasio.Kedua, mendasarkan pada pengalaman.

Sebaliknya,kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan lewat

 penalaran rasional yang abstak namun lewat pengalaman yang kongkret.Metode yang digunakan

adalah metode induktif.

Selain rasionalisme dan empirisme kita juga mengenel intuisi dan wahyu sebagai sumber

 pengetahuan.

5.Kriteria kebenaran

Ketiga pernyataan ini benar karena bab pernyataan dan kesimpulan yang ditarik adalah konsisten

dengan penyataan dan kesimulan terdahulu yang telah dianggap benar.Teori yang didasaerkan

dalam pertanyaan ini disebut teori koherensi.

Paham yang lain adalah kebeneren yangberdasarkan kepada teori korespondensi dimana suatu

 pernyataan itu danggap benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu

 berkorespondensi(berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.Teori

 pragmatic dimina kebenaran diukur dengan criteria apakah pernyataan tersebut bersifat

fungsional dalam kehidupan praktis.Artinya. suatu pernyataan itu benar, jika pernyataan itu atau

konsekwensi dari pwrnyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

BAB III

ONTOLOGI:HAKIKAT APA YANG DIKAJI

Page 4: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 4/24

6.Metafisika

Metafisika merupakan tempat berpijak bagi setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.

Beberapa tafsiran Metafisika

Tafsiran paling utama manusia terhadap alamini adalah adanya wujud-wujud yang bwrsifat

gaib.animisme adalah kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme,dimana

manusai percaya akan adanya makhluk-makhluk gaib dibenda-benda seperti batu,pohon,dan air

terjun.

Sebaliknya,paham naturalisme berpendapat bahwa gejala-gejala alam yang terjadi tidak

disebabkan oleh makhluk-makhluk geab melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu

sendiri,yang dapat kita pelajari dan kita ketahui.

Disini kaum mekanistik ditentang oleh keum vitalistik.Kaum metanistik melihat gejala alam

(termasuk makhluk hidup) heya merupakan gejala meta – fisika semata. Sedangkan bagi kaum

vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansi dengan proses tertentu.

7.Asumsi

Merupakan suatu pendapat atau perkiraan yang dikeluarkan seseorang saat melihat sauatu

kejadian

8.Peluang

Adalah suatu kemungkinan yang pastinya dapat terjadi dalam suatu kejadian.Misalnya adanya

 peluang bola itu akan masuk kegawang atau tidak saat ditendang.

9.Beberapa Asumsi Dalam Ilmu

Dalam mengembangkan asumsi maka perlu diperhatikan beberapa hal:1. asumsi itu harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan .asumsi ini

harus oprasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis.Asumsi ini merupakan dasar dari

telaah ilmiah.

2. Asumsi itu harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana adanya” bukan “bagaimana

keadaan seharusnya”.Asumsi ini meruakan dasar dari telaah moral.

10.Batas-batas penjelajahan ilmu

Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada batas pengalaman manusia yang juga disebabkan

metode yang dipergunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenaranya secara empiris.Ilmu

hanya berwenang menentukan mana yang benar dan mana yang sakah ,tentang baik dan buruk

semua (termasul ilmu) berpaling kepada suber-sumber moral ;tentang indah dan jelek (termasuk

ilmu) berpaling kepada pengkajian estetik.

Cabang-cabang ilmu

Pada dasarnya cabang-cabang ilmu berkembang dari dua cabang utama yakni filsafat alam yang

kemudian menjadi rumputn ilmu-ilmu alam(the natural science) dan filsafat moral yeng

Page 5: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 5/24

kemudian berkembang kedalam cabang-cabang ilmu social(the social science).

Ilmu alam membagi diri kedalam dua kelompok lagi yakni ilmu alam(the physical science) dan

ilmu hayat (the biological science).ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam

semesta sedangkan alam kemudian berkembang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan

energa),Kimia (mempelajari substansi zat),astronomi(mempelajari bintang-bintang dlangit) dan

ilmu bumi yang tiap cabang ini nantinya membentuk ranting-ranting baru.

Ilmu-ilmu social berkembang agak lambat.Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu social

yakni antropologi(mempelajari manusia dalam prespektif waktu dan

tempat),Psikologi(mempelajari proses mental dan kelakuan menusia ,ekonomi,sosiologi dan ilmu

 politik.

BAB IV

EPISTIMOLOGI:CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

11.Jarum sejarah pengetahuanPohon pengetahuan mukai dibeda-bedakan paling tidak berdsarkan apa yang

diketahui,bagaimana cara mengetahui dan untuk apa pangetahuan itu digunakan.Menghadapi

kenyataan ini terdapat kembali orang yang ingin memutar kembali jarum sejarah dengan

mengaburkan batas-batas otonomi disiplin waktu.

Pendekatan interdisipliner memeng merupakan keharusan, namun tidak dengn mengaburkan

otonomi masing-asing disiplin waktu yang telah berkembang berdasarkan route-nya masing-

masing,namun dengan menciptakan paradigma baru.Paradigma ini adalah bukan ilmu melainkan

cara berfikir ilmiah seperti logika,metemetika,statistika dan bahasa.

12.PengetahuanPengetahuan pada hakikatnya adalah segenap apa yang kita ketahui tenteng suatu obyek

tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu,jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang

diketahui manusia disamping berbagai pengetahuan yang lain seperti seni dan agama.

Secara ontologi ilmu membahas diri pada pengkajian obyek yang berada pada lingkup

 pengalaman manusai sedangkan agama memasuki daerah penjelajahan yang bersifat

transendental yang berada diluar pangalaman kita.

Kalau ilmu mencoba mengembangkan model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan

mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variabel yang terikat dalam sebuah hubungan yang

 bersifat rasional,maka seni mencoba mengungkapkan obyek penelaahan itu sehingga menjadi

 bermakna bagi pencipta dan mereka yang meresapi lewat berbagai kemempuan manusia untuk

mengakap seperti pikiran,emosi dan panca indra.

Perkembangan yang berasal dari mitos disebut “seni terapan” yang mempunyai kegunaan

langsung dalam kehidupan sehari-haridi samping “seni lhalus”yang bertujuan untuk memperkaya

spiritual.Seni terapan ini pada hakikatnya mempunyai dua ciri pertama,bersifat deskriptif dan

fenomenologi dan kedua,ruang lingkup terbatas .Sifat deskriptif ini mencerminkan proses

Page 6: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 6/24

 pengkajian yang menitik beratkan kepada penyelidikan gejala-gejala yang bersifat empiris tanpa

kecenderungan untuk pengembangan postulan yang bersifat teoritis – atomistis Jadi dalam seni

terapan kita tidak mengenal konsep seperti grafitasi atau kemagnetan yang bersifat teoritis.Pada

 peradapan tertentu seni terapan ini bersifat kuantitatif artinya perkembang ditandai dengan lebih

 banyaknya pengetehuen-pengetehuan yang sejenis.sedangkan pada peradapan lain

 perkembangan bersifat kualitatif artinya dikembangkan konsep-konsep baru yang bersifat teotitis

dan mendasar.

Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya rasionalisme yang secara kritis

mempermasalahkan dasar-dasar pikiran yang bersifat mitos.Namun dalam perkembangan

rasionalisme memiliki banyaknya kelemahan seperti seperti banyaknya kesimpulan yang tidak

sesuai kenyataan.Kelemahan inilah yang menimbulkan berkembangyan empirisme yang

menyatakan bahwa penetahua yang benar itu didapat dalam kenyataan pengalaman.

13.Metode ilmiah

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapat pengetahian yang berupa ilmu.Metodemenurut Senn,merupakan suatu proses atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-

langkah yang sistimatis.Metodologi merupakan suatu pengkajian dari peraturan-peraturan dalam

metode ilmiah.Metode limiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran.dengan metode

ini diharapkan mempunyai karaktaristik-karaktaristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan

ilmiah. Dalam hal ini maka metode ilmiah menggabungkan cara berfikir deduktif dan induktif.

.

Dilihat dari perkembangan kebudayaan manusia dalam menghadapi masalah dapat dibedakan

dalam ciri-ciri tertentu maka Van Peursen membaginya menjadi tahap mitis,tahap ontologi dan

tahap fungsional.Yang dimaksud taha mitis adalah sikap manusia yang merasakan dirinya

terkepung kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya. Yang dimaksud tahap ontologi adalah sikapmanusia yang tidak lagi merasa dirinya terkepung dari kekuetan-kekuatan geib dan mengmbil

 jarak dari obyek disekitarny dan mulai melakikan penelaahan-penelaahan terhadap bbyek

tersebut.Sedabgkan tahap fungsional tidak hanya merasa telah bebas dari kekuatan-kekuatan gaib

dan mampunyai pengetahuan berdasarkan penelaahan obyek diekitar kehidupan.namun mampu

memfungsikannya pada kepentingan dirinya.

14.Stuktur Penetahuan Ilmiah

Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi

syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu.

Metode ilmiah mempunyai mekanisme umpan balik yang bersifat korektif yang memungkinkan

upaya keilmuan menemukan kesalahan yang mungkin diperbuatnya.

Pengetahuan ilmiah pada hakikatnya mempunyai tiga fungsi, yakni menjelaskan, meramalkan

dan mengontrol.

Secara garis besar terdapat empat jenis pola penjelasan yakni deduktif, probabilistik, fungsional

atau teleologis, dan genetik.

Page 7: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 7/24

Tujuan akhir dari tiap disiplin keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori keilmuan yang

 bersifat utuh dan konsisten.

Sistem yang terdiri dari pernyataan-pernyataan agar terpadu secara utuh dan konsisten jelas

memerlukan konsep yang mempersatukan dan konsep yang mempersatukan tersebut adalah

teori.

Makin tinggi tingkat keumuman sebuah konsep maka makin “teoritis” konsep tersebut. Artinya

makin teoritis sebuah konsep maka makin jauh pernyataan yang dikandungnya bila dikaitkan

dengan gejala fisik yang tampak nyata.

Disamping hukum maka teori keilmuan juga mengenal kategori pernyataan yang disebut prinsip.

Prinsip dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-

gejala tertentu, yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi, umpamanya saja hukum sebab

akibat sebuah gejala.

Beberapa disiplin keilmuan sering mengembangkan apa yang disebut postulat dalam menyusun

teorinya. Postulat merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut

 pembukatiannya.Asumsi harus merupakan pernyataan yang kebenarannya secara empiris dapat diuji. Itulah

sebabnya maka dalam pengkajian ilmiah seperti penelitian dituntut untuk menyatakan secara

tersurat postulat, asumsi, prinsip serta dasar-dasar pikiran lainnya yang dipergunakan dalam

mengembangkan argumentasi.

Dalam buku Nitisastra, Nitisastra, yang diperkirakan profesor Poerbacaraka ditulis pada akhir

zaman Majapahit, disebutkan, bahwa salah satu musuh bagi orang muda dalam menuntut ilmu

adalah “gila asmara”. 

BAB V

SARANA BERVIKIR ILMIAH

15.Sarana Berfikir ilmiah

Mempelajari sarana berpikir ilmiah ini seperti kita mempelajari berbagai cabang ilmu. 1.Sarana

ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan

 pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. 2. Tujuan mempelajari sarana ilmiah

adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelahaan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan

mempelajari ilmu dimaksudkan untuk memcahkan masalah kita sehari-hari. Sarana berpikir

ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik.

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang

 berupa bahasa, logika, matematika dan statistika.

16.Bahasa

Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak di mana obyek-obyek yang faktual

ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak.

Kedua aspek bahasa ini yakni aspek informatika dan emotif keduanya tercermin dalam bahasa

Page 8: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 8/24

yang kita pergunakan. Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan, dan

sikap. Atau seperti dinyatakan oleh Kneller bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi

simbolik. Emotif, dan afektif. Dalam komunikasi ilmiah sebenarnya proses komunikasi itu harus

terbebas dari unsur emotif ini, agar pesan yang disampaikan bisa diterima secara reproduktif,

artinya identik dengan pesan yang dikirimkan.

Perbendaharaan kata-kata, perbendaharaan ini pada hakikatnya merupakan akumulatif

 pengalaman dan pemikiran mereka. Artinya dengan perbendaharaan kata-kata mereka punyai

maka manusia dapat mengkomunikasikan segenap pengalaman dan pemikiran mereka.

Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman yang nyata

dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa.

Kebudayaan mempunyai landasan-landasan etika yang menyatakan mana tindakan yang baik

mana yang tidak.

Lewat bahasa manusia menyusun sendi-sendi yang membuka rahasia alam dalam berbagai teori

seperti elektonik, termodinamik, relativitas, dan quantum.

Proses komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan objektif yakni terbebas dari unsur- unsuremotif.

Berbahasa dengan jelas artinya :

1. Bahwa maka yang terkandung dalam kata- kata yang di gunakan di ungkapkan secara

tersurat ( eksplisit ) untuk mencegah pemberian makna yang lain.

2. Mengemukakan pendapat atau jalan pemikiran secara jelas. Kalau kita teliti lebih lanjut

maka kalimat-kalimat dalam sebuah karya ilmiah pada dasarnya merupakan suatu pernyataan.

Beberapa Kekurangan Bahasa

1. Bahasa itu sendiri yang bersifat multifungsi yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif,

dan simbolik.

2. Sifat majemuk (pluralistik) dari bahasa.3. Bahasa sering bersifat berputar-putar (sirkular) dalam mempergunakan kata-kata terutama

dalam memberikan definisi.

4. Konotasi yang bersifat emosional

17.Matemetika

“Matematika memang bahasa yang eksak, cermat dan terbebas dari emosi. 

Matematika Sebagai Bahasa

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin

kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti

setelah sebuah makna diberikan padanya.

Matematika adalah bahasa yang berusaha untuk menghilangkan sifat kubur, majemuk dan

emosional dari bahasa verbal. Lambang-lambang dari matematika dibikin secara artifisal dan

individual yang merupakan perjanjian yang berlaku.

Page 9: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 9/24

Sifat Kuantitatif Dari Matematika

matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika

mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara

kuantitatif.

Penjelasan dan ramalan yang diberikan oleh bahasa verbal tidak bersifat eksak, menyebabkan

daya prediktif dan kontrol ilmu kurang cermat dan tepat.

Untuk mengatasi masalah ini matematika mengembangkan konsep pengukuran. Lewat

 pengukuran, maka kita dapat mengetahui dengan tepat berapa panjang sebatang logam dan

 berapa pertambahan panjangnya kalau logam itu dipanaskan. “Sebatang logam kalau dipanaskan

akan memanjang” dapat diganti dengan pernyataan matematik yang lebih eksak umpamanya:  

t)P1 = Po (1 +

Dimana P1 merupakan panjang logam pada temperatur t, Po merupakan merupakan

koefisien panjang logam tersebut pada temperatur nol dan pemuai logam tersebut.

Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dan ilmu.

Perkembangan Matematika

Ditinjau dari perkembangannya maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap yakni tahap

sistematika, komparatif, dan kuantitatif.

Disamping sebagai bahasa maka matematika juga berfungsi sebagai alat berfikir. Matematika,

menurut Wittgenstein, tak lain adalah metode berfikir logis. Berdasarkan perkembangannya

maka masalah yang dihadapi logika makin lama makin rumit dan membuthkan struktur analisis

yang lebih sempurna.

Griffits dab Howson (1974) membagi sejarah perkembangan matematika menjadi empat tahap.

Tahap yang pertama dimulai dengan matematika yang berkembang pada peradaban mesir kuno

dan daerah sekitarnya seperti Babylonia dan Mesopotamia.

Peradaban Yunani inilah yang meletakkan dasar matematika sebagai cara berpikir rasional

dengan menetapkan berbagai langkah dan definisi tertentu.

Bagi dunia keilmuan matematika berperan sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan

terwujudnya komunikasi yang cermat dan tepat.

Kriteria kebenaran dari matematika adalah konsistensi dari berbagai postulat, definisi dan

 berbagai aturn permainan lainnya. Untuk itu maka matematika sendiri tidak bersifat

tunggal,seperti juga logika, melakukan bersifat jamak. Perubahan salah satu postulat Euclid

tersebut yang semula berbunyi dari satu titik di luar sebuah garis hanya dapat ditarik satu garis

sejajar dengan garis tersebut menjadi dari satu titik di luar sebuah garis dapat ditarik garis-garissejajar dengan garis tersebut yang jumlahnya tak terhingga.

Matematika bukanlah merupakan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan cara berfikir

untuk mendapatkan pengetahuan tersebut.

Tesis utama kaum logistik adalah bahwa matematika murni merupakan cabang ari logika.

Kaum formalis menekankan kepada aspek formal dari matematika sebagai bahasa perlambang

(sign-language) dan mengusahakan konsistensi dalam penggunaan matematika sebagai bahasa

Page 10: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 10/24

lambang. Usaha kaum formalis ini belum banyak membawa hasil.

Matematika dan Peradaban

Ilmu kualitatif adalah masa kecil dari ilmu kuantitatif, ilmu kuantitatif.

Kebenaran yang merupakan fundasi dasar dari tiap pengetahuan; apakah itu ilmu, filsafat atau

agama semuanya mempunyai karakteristik yang sama: sederhana dan jelas; transparan bagai

kristal kaca.

18.Statistika

Logika deduktif berpaling kepada matematika sebagai sebagai sarana penalaran penarikan

kesimpulan sedangkan logika induktif berpaling kepada statiska. Statistika merupakan

 pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama.

Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menghitung tingkat peluang

ini dengan eksak.

Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungankausalita antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam

suatu hubungan yang bersifat empiris.

Secara hakiki statistika mempunyai kedudukan yang sama dalam penarikan kesimpulan induktif

seperti matematika dalam penarikan kesimpulan secara deduktif. Demikian juga penarikan

kesimpulan deduktif dan induktif keduanya mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dalam

 penelahaan keilmuan.

Karakteristik Berpikir Induktif

Dasar dari teori statistika adalah teori peluang. Menurut bidang pengkajiannya statistika dapat

kita bedakan sebagai statistika teorietis dan statistika terapan.Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara

ilmiah

BAB VI

AKSIOLOGI:NILAI KEGUNAAN ILMU

19.Ilmu dan Moral

Bertrand Russell menyebut perkembangan ini sebagai peralihan ilmu dari tahap “kontemplasi ke

manipulasi.” 

Dalam tahap manipulasi inilah maka masalah moral muncul kembali namun dalam kaitan dengan

faktor lain. Kalau dalam tahap kontemplasi masalah moral berkaitan dengan metafisika keilmuan

maka dalam tahap manipulasi in masalah moral berkaitan berkaitan dengan cara penggunaan

 pengetahuan ilmiah. Atau secara filsafati dapat dikatakan, dalam tahap pengembangan konsep

terdapat masalah yang ditinjau dari segi ontologi keilmuan, sedangkan dalam tahap penerapan

Page 11: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 11/24

konsep terdapat masalah moral ditinjau dari segi aksiologi keilmuan. Ontologi diartikan sebagai

 pengkajian mengenai hakikat realitas dari obyek yang ditelaah dalam membuahkan pengetahuan,

aksiologi diartikan sebagai teori nilaia yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang

diperoleh.

Dihadapkan dengan masalah moral dalammenghadapi ekses ilmu dan teknologi yang bersifat

merusak ini para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama

menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis

maupun aksiologis.

Golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah

terbatas pada metafisik keilmuan.

20.Tanggung Jawab Sosial Ilmuan

Ilmu merupakan hasil karya perorangan yang dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh

masyarakat. Dengan perkataan lain, penciptaan ilmu bersifat individual namun komunikasi dan penggunaan ilmu adalah bersifat sosial.

Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan dalam hal ini adalah memberikan perspektif yang

 benar: untung dan ruginya, baik dan buruknya; sehingga penyelesaian yang obyektif dapat

dimungkinkan.

Kemampuan analisis seorang ilmuwan dapat dipergunakan untuk mengubah kegiatan

nonproduktif menjadi kegiatan produktif yang bermanfaat bagi masyarakat banyak.

Singkatnya dengan kemampuan pengetahuannya seorang ilmuwan harus dapat mempengaruhi

opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogyanya mereka sadari.

Karakteristik lain dari lmu terletak dalam cara berfikir untuk menemukan kebenaran.

Pikiran manusia bukan saja dapat dipergunakan untuk menemukan dan mempertahankankebenaran namun sekaligus juga dapat dipergunakan untuk menemukan dan mempertahankan

hal-hal yang tidak benar.

Proses menemukan kebenaran secara ilmiah mempunyai implikasi etnis bagi seorang ilmuwan.

Karakteristik proses tersebut merupakan kategori moral yang melandasi sikap etis seorang

ilmuwan. Kebenaran berfungsi bukan saja sebagai jalan pikirannya namun seluruh jalan

hidupnya.

Di bidang etika tanggung jawab sosial seorang ilmuwan bukan lagi memberikan informasi

namun memberi contoh. Dia harus tampil di depan bagaimana caranya bersifat obyejtif, terbuka,

menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggapnya

 benar, dan kalau perlu berani mengakui kesalahan.

Bila kaum ilmuwan konsekuen dengan pandangan hidupnya, baik secara intelektual maupun

secara moral, maka salah satu penyangga masyarakat modern itu akan berdiri dengan kukuh.

21.Nuklir Dan Pilihan Moral

Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuannya diperguanakn untuk

Page 12: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 12/24

menindas bangsa lain meskipun yang memperguanakn itu adalah bangsanya sendiri.

Einstein waktu itu memiliki sekutu karena menurut anggapannya sekutu mewakili aspirasi

kemanusiaan.

Kenetralan seorang ilmuwan dalam hal ini disebabkan anggapannya bahwa ilmu pengetahuan

merupakan rangkaian penemuan yang mengarah kepada penemuan selanjutnya. Kemajuan ilmu

 pengetahuan tidak melalui loncatan-loncatan yang tidak berkententuan melainkan melalui proses

kumulatif secara teratur.

Seorang ilmuwan tak boleh memutarbalikkan penemuannya bila hipotesisnya yang dijunjung

tinggi yang disusun di atas kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi moral ternyata

hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian.

Penemuan ilmiah tidaklah diperuntukkan bagi suatu golongan tertentu namun bagi kemanusiaan

secara keseluruhan.

Kenetralan dalam proses penemuan kebenaran inilah yang mengharuskan ilmuwan untuk

 bersikap dalam menghadapi bagaimana penemuan itu diguanakn.

Ternyata ilmu tidak saja memerlukan kemampuan intelektual namun juga keluhuran moral.Tanpa itu maka ilmu hanya akan menjadi Frankenstein yang akan mencekik penciptanya dan

menimbulkan malapetaka.

22.Revolusi Genetika

Kimia merupakan kegemilangan ilmu yang pertama dimulaia sebagai kegiatan pseudo ilmiah

yang bertujuan mencari obat mujarab untuk hidup abadi dan rumus campuran kimia untuk

mendapatkan emas.

Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuwan manusia sebab sebelum ini

ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai obyek penelaahan itu sendiri.

Ilmu berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.Tujuan hidup ini, yang berkaitan erat dengan hakikat kemanusiaan itu sendiri, bersifat otonom

dan terlepas dari kajian dan pengaruh ilmiah.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari seluruh pembahasan kita tersebut di atas menyatakan sikap

yang menolak terhadap dijadikannya manusia sebagai obyek penelitian genetika. Secara moral

kita lakukan evaluasi etis terhadap suatu obyek formal (ontologis) ilmu. Menghadapi nuklir yang

sudah merupakan kenyataan maka moral hanya mampu memberikan penilaian yang bersifat

aksiologis, bagaimana sebaiknya kita mempergunakan tenaga nuklir untuk keluhuran martabat

manusia.

BAB VII

ILMU DAN KEBUDAYAAN

23.Manusia dn Kebudayaan

Kebudayaan didefinisikan untuk pertama kali oleh E. B. Taylor kebudayaan diartikan sebagai

Page 13: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 13/24

keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta

kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Kuntjaraningrat (1974) secara lebih terperinci membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang

terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem

 pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian serta sistem teknologi dan peralatan.

Maslow mengidentifikasikan lima kelompok kebutuahan manusia yakni kebutuhan fisiologi, rasa

aman, afiliasi, harga diri dan pengembangan potensi.

 Nilai-nilai budaya ini adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud

kebudayaan. Disamping nilai-nilai budaya ini kebudayaan diwujudkan dalam bentuk tata hidup

yang merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang dikandungnya. Pada

dasarnya tata hidup merupakan pencerminan yang kongret dari nilai budaya yang bersifat

abstrak; kegiatan manusia dapat ditangkap oleh budi manusia.

Menurut Alfred Korzybski, kebudayaan mempunyai kemampuan mengikat waktu.

Masalah ini akan didekati dari segi nilai-nilai budaya sebab objek inilah yang merupakan dasar

ideal bagi terwujudnya kebudayaan lainnya.

Kebudayaan dan Pendidikan

Allport, Vernon dan Lindzey (1951) mengidentifikasikan enam nilai dasar dalam kebudayaan

yakni nilaai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik dan agama. Yang dimaksudkan dengan nilai

teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai metode seperti rasionalisme, empirisme

dan metode ilmiah. Nilai ekonomi mencakup kegunaan dari berbagai benda dalam memenuhi

kebutuhan manusia. Nilaai estetika berhubungan dengan keindahan dan segi-segi artistik yang

menyangkut antara lain bentuk, harmoni dan wujud kesenian lainnya yang memberikan

kenikmatan kepada manusia. Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antara manusia dan

 penekanan segi-segi kemanusiaan yang luhur. Nilai politik berpusat kepada kekuasaan dan pengaruh baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dunia politik. Sedangkan nilai agama

merengkuh pernyataan yang bersifat mistik dan transedental dalam usaha manusia untuk

mengerti dan memberi arti bagi kehadirannya di muka bumi.

Skenario masyarakat indonesia di masa yang akan datang tersebut, memperhatikan indikator dan

 perkembangan yang sekarang ada, cenderung untuk mempunyai karakteristik-karakteristik

sebagai berikut: (1) Memperhatikan tujuan dan strategi pembangunan nasional kita masyarakat

Indonesia akan beralih dari masyarakat tradisional yang rural agraris menjadi masyarakat

modern yang urban dan bersifat industri serta (2) Pengembangan kebudayaan kita ditujukkan ke

arah perwujudan peradaban yang bersifat khas berdasarkan filsafat dan pandangan hidup bangsa

indonesia yakni pancasila.

Dibandingkan dengan masyarakat tradisional maka masyarakat modern mempunyai indikator-

indikator sebagai berikut: (a) lebih bersifat analitik di mana sebagian besar aspek kehidupan

 bermasyarakat didasarkan kepada asas efisiensi baik bersifat teknis maupun ekonomis dan (b)

lebih bersifat individual daripada komunal terutama ditinjau dari segi pengembangan potnsi

manusiawi dan masalah survival.

Page 14: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 14/24

Pengembangan kebudayaan nasional kita ditujukan ke arah terwujudnya suatu peradban yang

mencerminkan aspirasi dan cita-cita bangsa Indonesia. Pancasila yang merupakan filsafat dan

 pandangan hidup bangsa Indonesia merupakan dasar bagi pengembangan peradaban tersebut.

Kreatifitas sering dihubungkan dengan kreasi di bidang seni. Horace B. English dan Ava C.

English (1958) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan modus baru

dalam ekspresi artistik.

24 Ilmu Dan Pengembangan Kebudayaan Nasional

Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan cita-ita suatu

 bangsa yang diwujudkan dengan kehidupan bernegara.

Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu mempunyai peranan ganda. Pertama,

ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan kebudayaan

nasional. Kedua, ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan waktu suatu bangsa.

Hakikat keilmuan itu sendiri yang merupakan sumber nilai yang konstruktif bagi pengembangan

kebudayaan nasional pengaruhnya dapat dikatakan minimal sekali.

Ilmu Sebagai Suatu Cara Berpikir

Ilmu merupakan suatu cara berpikir dalam menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa

 pengetahuan yang dapat diandalkan. Berpikir bukan satu-satunya produk dari kegiatan berpikir.

Karakteristik dari ilmu. Pertama ialah bahwa ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk

mendapatkan pengetahuan yang benar. Karakteristik yang kedua yakni alur jalan pikiran yang

logis yang konsisten dengan pengetahuan yang telah ada. Karakteristik yang ketiga yakni

 pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran obyektif. Karakteristik keempat yakni

mekanisme yang terbuka terhadap koreksi.

Dengan demikian maka manfaat nilai yang dapat ditarik dari karakteristik ilmu ialah sifatrasional, logis, obyektif dan terbuka. Di damping itu sifat kritis merupakan karakteristik yang

melandasi keempat sifat tersebut.

Ilmu Sebagai Asas Moral

Dua karakteritik yang merupakan asas moral bagi kaum ilmuwan yakni meninggikan kebenaran

dan pengabdian secara universal.

 Nilai-Nilai Ilmiah dan Pengembangan Kebudayaan Nasional

Tujuh nilai yang terpancar dari hakikat keilmuan yakni kritis, rasional, logis, obyektif, terbuka,

menjunjung kebenaran dan pengabdian universal.

Sifat menjunjung kebenaran dan pengabdian universal akan merupakan faktor yang penting

dalam pembinaan bangsa (nation building) di mana seseorang lebih menitikberatkan kebenaran

untuk kepentingan nasional dibandingkan kepentingan golongan.

Kearah Peningkatan Peranan Keilmuan

Langkah-langkah yang sistematik untuk meningkatkan peranan dan kegiatan keilmuan pada

Page 15: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 15/24

 pokoknya mengandung beberapa pemikiran sebagaimana tercakup di bawah ini.

Pertama, ilmu merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh sebab itu langkah-langkah ke arah

 peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus memperhatikan situasi kebudayaan

masyarakat kita.

Kedua, ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran. Agar usaha untuk

mempromosikan ilmu tidak menjurus kepada timbulnya gejala yang disebut scientisme; suatu

gejala, yang disebut Gerald Holton, sebagai “Kecanduan terhadap ilmu dengan kecenderungan

untuk membagi semua pemikiran kepada dua golongan yakni ilmu dan omong kosong”. 

Ketiga, asumsi dasar dari semua kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah rasa percaya

terhadap metode yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut.

Keempat, pendidikan keilmuan harus sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral.

Kelima, pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan dalam bidang

filsafat terutama yang menyangkut keilmuan.

Keenam, kegiatan ilmiah haruslah bersifat otonom yang terbebas dari kekangan struktur

kekuasaan.Pada hakikatnya semua unsur kebudayaan harus diberi otonomi dalam menciptakan paradigma

mereka sendiri.

25.Dua Pola Kebudayaan

C.P. Snow dalam bukunya yang sangat provokatif The Two Cultures mengingatkan negara-

negara barat akan adanya dua pola kebudayaan dalam tubuh mereka yakni masyarakat ilmuan

dan non-ilmuan.

Tujuan ilmu adalah mencari penjelasan dari gejala-gejala yang kita temukan yang

memungkinkan kita mengetahui sepenuhnya hakikat objek yang kita hadapi.

Dalam soal pengukuran yang menjadi dasar bagi suatu analisis kuantitatif maka ilmu-ilmu sosialmenghadapi dua masalah. Masalah yang pertama adalah sukarnya melakukan pengukuran karena

mengukur aspirasi atau emosi seorang manusia adalah tidak semudah mengukur panjang sebuah

logam. Masalah yang kedua adalah banyaknya variabel yang mempengaruhi tingkah laku

manusia.

Ilmu-ilmu perilaku manusia tidak lagi terpaku dalam adu argumentasi secara rasional mengenai

teori mana yang benar namun langsung mencari pembuktian empiris sebagai wasit yang bersifat

final.

Berdasarkan hal itu maka kita dapat membedakan dua tujuan pokok dalam pendidikan

matematika. Tujuan yang pertama mencakup penguasaan matematika secara teknis dan

mendalam dalam rangka penalaran deduktif untuk menemukan kebenaran. Tujuan yang kedua

adalah penguasaan matematika sebagai alat komunikasi simbolik.

Secara lebih kongret mungkin kita dapat berpaling kepada contoh dalam pendidikan statistika.

Bagi tujuan pendidikan yang pertama yakni pendidikan analitik maka yang penting adalah

 penguasaan berpikir matematik yang memungkinkan suatu analisis sampai terbentuknya rumus

statistika tersebut. Bagi tujuan pendidikan yang kedua yakni pendidikan simbolik maka yang

Page 16: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 16/24

 penting adalah pengetahuan mengenai kegunaan rumus tersebut serta penalaran deduktif dalam

 penyusunan meskipun tidak secara seluruhnya merupakan analisis matematik.

BAB VIII

ILMU DAN BAHASA

26.Tentang Terminologi: Ilmu,Ilmu Pengetahuan atau sains?

Dua Jenis Ketahuan

Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiannya seperti perasaan, pikiran, pengalaman,

 pancaindra dan intuisi mampu menangkap alam kehidupannya dan mengabstrasikan tangkapan

tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk “ketahuan” umpamanya kebiasaan, akal sehat,

seni, sejarah dan filsafat. Terminologi ketahuan ini adalah terminologi artifisial yang bersifat

sementara sebagai alat analisis yang pada pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari

 produk kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu. Dalam bahasa inggris sinonim

dari ketahuan ini adalah knowledge.

Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok ketahuan (knowledge) ini terdapattiga kriteria yakni:

1. Apakah obyek yang ditelaah yang membuahkan ketahuan (knowledge) tersebut?

2. Cara yang dipakai untuk mendapatkan ketahuan (knowledge) tersebut!

3. Untuk apa ketahuan (knowledge) ini dipergunakan atau nilai keguanaan apa yang dipakai

olehnya?

Salah satu dari bentuk ketahuan (knowledge) ditandai dengan:

1. Obyek ontologis: pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau lewat

 pancaindra atau alat yang membantu kemampuan pancaindra.

2. Landasan epistemologis: metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika

induktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut logico-hyphotetico-verifikasi.3. Landasan aksiologis: kemaslahatan manusia artinya segenap ujud ketahuan itu secara moral

ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.

Beberapa Alternatif

Alternatif pertama adalah menggunakan ilmu pengetahuan untuk science dan pengetahuan untuk

knowledge. Walaupun demikian penggunaannya mempunyai beberapa kelemahan yakni yang

 pertama adalah knowledge merupakan terminologi generik dan science adalah anggota (species)

dari kelompok (genus) tersebut. Kelemahan lain adalah kata sifat dari science yakni scientific.

Kelemahan ketiga adalah tidak konsekuensinya mempergunakan terminologi ilmu pengetahuan

untuk science di mana biologi disebut ilmu hayat sedangkan fisika adalah ilmu pengetahuan

alam.

Ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial ini termasuk humaniora (seni, filsafat, bahasa dan

sebagainya) termasuk ke dalam pengetahuan yang merupakan terminologi generik.

Sains: Adobsi yang Kurang Dapat Dipertanggung Jawabkan

Sains ini adalah terminologi yang dipinjam dari bahasa Inggris yakni science. Scientific ,

Page 17: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 17/24

sekiranya sains adalah sinonim dengan science, adalah ke-sains-an atau saintifik (?). scientist

adalah sainswan atau saintis (sic)!

Keberatan kedua adalah bahwa terminologi science dalam bahasa asalnya penggunaannya sering

dikaitkan dengan natural science seperti teknik.

27.Qou Vadis?

Dalam Konferensi Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) III LIPI yang berlangsung di Jakarta

 pada tanggal 15-19 September 1981 saya menyarankan agar dipergunakan terminologi ilmu

untuk scince dan pengetahuan untuk knowledge (ilmu dalam perspektif moral, sosial dan politik,

makalah intil dalam komisi politik yang disampaikan pada tanggal 16 September 1981). Adapun

alasan untuk perubahan tersebut adalah (1) Ilmu (species) adalah sebagian dari pengetahuan

(genus); (2) dengan demikain maka ilmu adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu

yakni ciri-ciri ilmiah, atau dengan perkataan lain, ilmu adalah sinonim dengan pengetahuan

ilmiah (scientific knowledge); (3) Menurut tata bahasa Indonesia berdasarkan hukum

D(iterangkan)/ M(enerangkan) maka ilmu pengetahuan adalah ilmu (D) yang bersifat pengetahuan (M) dan pernyataan ini pada hakikatnya adalah salah satu sebab ilmu pengetahuan

adalah pengetahuan yang bersifat ilmiah: (4) Kata ganda dari dua kata benda yang termasuk

kategori yang sama biasanya menunjukkan dua objek yang berbeda seperti laki bini (laki dan

 bini) dan emas perak (emas dan perak), dengan penafsiran yang sama, maka ilmu pengetahuan

dapat diartikan sebagai ilmu dan pengetahuan.

Dengan mengambil ilmu pengetahuan untuk scientific knowledge, ilmu untuk knowledge, dan

 pengetahuan untuk secince, maka harus diadakan beberapa perubahan antara lain (1) Metode

ilmiah harus diganti dengan metode pengetahuan; (2) Ilmu-ilmu sosial (the social sciences) harus

diganti dengan pengetahuan-pengetahuan sosial atau ilmu-ilmu pengetahuan sosial; dan (3)

ilmuwan harus diganti dengan ahli pengetahuan.

28.Politik Bahasa Nasional

Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yakni:

Pertama, sebagai sarana komunikasi antar manusia(fungsi komunikatif)

Kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan

 bahasa tersebut(fungsi kohesi atau integrative)

Salaku alat komunikasi pada pokoknya bahasa mencakup tiga unsur yakni, pertama, bahasa

selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif), kedua,

 berkonotasi sikap (afektif) dan, ketiga, berkonotasi pikiran (penalaran). Atau secara umum dapat

dikatakan bahwa fungsi komunikasi bahasa dapat diperinci lebih lanjut menjadi fungsi emotif,

afektif dan penalaran.

Skenario ini membawa kita kepada suatu simulasi mengenai kaitan antara fungsi komunikasi dan

fungsi kohesif dari bahasa. Agar dapat mencerminkan kemajuan zaman maka fungsi komunikasi

 bahasa harus secara terus menerus dikembangkan, namun walaupun demikian harus secara sadar

dan waspada kita jaga, agar fungsi kohesif dari bahasa indonesia yang merupakan milik yang

Page 18: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 18/24

sangat berharga dalam bangsa dan bernegara tetap terpelihara dan kalau mungkin bahkan lebih

ditingkatkan lagi.

Sekiranya bahasa berkembang terisolasikan dari perkembangan sektor-sektor lain maka bahasa

mungkin bersifat tidak berfungsi dan bahkan kontra produktif (counter-produktive).

BAB IX

PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

29.Struktur Penelitian Dan Penulisan Ilmiah

Pernyataan secara tersurat tentang asumsi yang dipergunakan adalah bersifat imperatif sebab

dengan asumsi yang berbeda maka kita akan mempergunakan teori yang berbeda pula.

Untuk itu maka di bawah ini akan di bahas struktur penulisan ilmiah yang secara logis dan

kronologis mencerminkan kerangka penalaran ilmiah. Pembahasan ini ditujukan bagi mereka

yang sedang menulis tesis, disertasi, laporan penelitian atau publikasi ilmiah lainnya. Dengan

harapan agar mereka lebih memahami logika dan arsitektur penulisan ilmiah. Dengan mengenalkerangka berfikir filsafati maka kita secara lebih mudah akan menguasai hal-hal yang bersifat

teknis.

Pengajuan Masalah

Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah. Selalu terdapat

konstelasi yang merupakan latar belakang dari suatu masalah tertentu: apakah itu latar belakang,

ekonomis, sosial, politis, kebudayaan atau faktor-faktor lainnya.

Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana suatu

objek dalam suatu jalinan tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah.

Untuk itu maka permasalahan harus dibatasi ruang lingkupnya. Pembatasan masalah merupakanupaya untuk menetapkan batas-batas permaslahan dengan jelas, yang memnugkinkan kita untuk

mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk ke dalam lingkup permaslahan dan faktor

mana yang tidak.

Perumusan masalah merupkaan upaya untuk menyatakan secara tersurta pertanyaan-pertanyaan

apa saja yang ingin kita carikan jawabannya. Peruusan masalah merupkaan peryataan yang

lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan

identifikasi dan pembatasan masalah.

Suatu masalah yang sudah dapat diidentifikasikan dan dibatasi yang tercermin dalam pernyataan

yang bersifat jelas dan spesifik, di mana untuk menemukan jawabannya kita dapat

mengembangkan kerangka pemikiran yang berupa kajian teoritis berdasarkan pengetahuan

ilmiah yang relevan, serta memnungkinkan kita untuk melakukan pengujian secara empiris

terhadap kesimpulan analisis teoritis, maka secara konseptual masalah tersebut sudah berhasil

dirumuskan.

Setelah masalah dirumusakan dengan baik maka seorang peneliti menyatakan tujuan

 penelitiannya. Tujuan penelitian ini adalah pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan

Page 19: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 19/24

yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.

Dengan demikian maka secara kronologis dapat kita simpulkan enam kegiatan dalam langkah

 pengajuan masalah sebagai mana tampak di bawah ini:

Penyusunan Kerangka Teoritis

Langkah kedua dalam metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan

atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan.

Dengan mempergunakan pengetahuan ilmiah yang relevan dengan permasalahan tersebut maka

kita mulai melakukan analisis yang berupa pengkajian teoritis.

Upaya yang kita lakukan adalah mencoba mengkaji berdasarkan pengetahuan ilmiah mengenai

karakteristik dari pendidikan formal dan pengetahuan ilmiah mengenai karakteristik dari

 pendidikan formal dan nonformal seperti: Apakah yang disebut pendidikan formal dan

 pendidikan nonformal itu?

Upaya kedua, disebabkan studi kita adalah membandingkan pendidikan formal dan non formal.

Semboyan ilmiah pada hakikatnya adalah sebuah kalimat yang berbunyi: yakinkan secara logisdengan kerangka teoritis ilmiah dan buktikan secara empiris dengan pengumpulan fakta yang

relevan. Dalam artian ilmiah yang paling murni seorang peneliti tidak diperkenankan untuk

mengumpulkan data yang empiris sekiranya belum berhasil menyusun kerangka teoritis yang

meyakinkan.

Agar sebuah kerangka teoritis dapat disebut meyakinkan maka argumentasi yang disusun

tersebut harus dapat memenuhi beberapa syarat. Pertama, teori-teori yang dipergunakan dalam

membangun kerangka berpikir harus merupkaan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara

lengkap dengan mencakup perkembangan-perkembangan terbaru.

Hal ini membawa kita bukan saja kepada pengetahuan teknis tentang teori tertentu melainkan

 juga pengetahuan filsafati yang melandasi teori itu.Pengetahuan filsafati tentang suatu teori adalah pengetahuan tentang pikiran-pikiran dasar yang

melandasi teori tersebut dalam bentuk postulat, asumsi atau prinsip yang sering kurang

mendapatkan perhatian dalam proses belajar mengajar.

Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi kita dalam

menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hiotesis. Kerangka pemikiran ini merupkaan

 penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan kita. Kerangka

 pemikiran yang berupa penjelasan sementara ini merupakan argumentasi kita dalam merumuskan

hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan.

Kriteria utama suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan adalah alur-alur

 pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan

yang berupa hipotesis.

Agar pengetahuan ilmiah ini bersifat konsisten dengan pengetahuan-pengetahuan ilmiah

sebelumnya maka hal ini harus tercermin dalam struktur logika berpikir dalam menarik

kesimpulan. Untuk itu harsu dipenuhi dua persyaratan, yakni, pertama, mempergunakan premis-

 premis yang benar dan kedua, mempergunakan cara penarikan kesimpulan yang sah. Pada

Page 20: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 20/24

hakikatnya kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis didasarkan kepada argumentasi berpikir

deduktif dengan mempergunakan pengetahuan ilmiah, sebagai premis-premis dasarnya.

Mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai premis dasar dalam rangka argumentasi akan

menjamin dua hal. Pertama, karena kebenaran pernyataan ilmiah telah teruji lewat proses

keilmuwan maka kita merasa yakin bahwa kesimpulan yang ditarik merupakan jawaban yang

terandalkan. Kedua, dengan mempergunakan pernyataan yang secara sah diakui sebagai

 pengetahuan ilmiah maka pengetahuan baru yang ditarik secara deduktif akan bersifat konsisten

dengan tubuh pengetahuan yang telah disusun.

PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

1. Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam analisis.

2. Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan.

3. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis dengan mempergunakan premis-

 premis sebagai tercantum dalam butir (1) dan butir (2) dengan menyatakan secara tersurat

 postulat, asumsi dan prinsip yang dipergunakan (sekiranya diperlukan.4. Perumusan hipotesis.

Metodologi Penelitian

Tahap berikutnya setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari

 pengetahuan ilmiah yang relevan maka langkah berikutnya adalah menguji hipotesis tersebut

secara empiris.

Tujuan proses verifikasi adalah menyimpulkan dari serangkaian data mengenai prestasi

individual murid SD yang terdaftar dalam kedua bentuk pendidikan tersebut dan menyimpulkan

 prestasi mereka secara umum. Penetapan prosedur dan cara ini disebut metodologi penelitian

yang pada hakikatnya merupakan persiapan sebelum verifikasi dilakukan.Metodologi adalah pengetahuan tentang metode-metode, jadi metodologi penelitian adalah

 pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian. Selah satu metode

yang harus ditentukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian. Kegiatan pertama dalam

 penyususnan metodologi penelitian adalah menyatakan secara lengkap dan operasioanl tujuan

 penelitan yang mencakup bukan saja variabel-variabel yang akan diteliti dan karakteristik

hubungan ayang akan diuji melainkan sekaligus juga tingkat keumuman (level of generality) dari

kesimpulan yang akan ditarik seperti ditempat, waktu, kelembagaan dan sebagainya.

Metode adalah prosedur atau cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang

ditemui dalam melaksanakan prosedur.

Pada hakikatnya proses verifikasi adalah mengumpulkan dan menganalisis data dimana

kesimpulan yang ditarik kemudian dibandingkan dengan hipotesis untuk menentukan apakah

hipotesis yang diajukan tersebut atau diterima.

Oleh sebab itu maka dalam teknik analisis data sering dinyatakan dalam pernyataan statisatik

dengan menuliskan bersama-sama baik hipotesis nol (H0) maupun hipotesis tandingan (H1)

 beserta rumus statistikanya (sekiranya mempergunakan statistika) yang dipergunakan.

Page 21: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 21/24

Dalam teknik pengumpulan data harus dinyatakan variabel yang akan dikumpulkan, sumber data

dari mana keterangan mengenai variabel tersebut akan didapatkan. Demikian juga halnya yang

menyangkut teknik pengukuran, instrumen pengukuran dan teknik mendapatkan data

(umpamanya dengan cara interview).

Secara ringkas maka langkah dalam penyususnan metodologi penelitian mencakup kegiatan-

kegiatan sebagai berikut:

METODOLOGI PENELITIAN

1. Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang

mengidentifikasikan variabel-variabel dan karakteristik hubungan yang akan diteliti.

2. Tempat dan waktu penelitian dimana akan dilakukan genaralisasi mengenai variabel-

variabel yang diteliti.

3. Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisasi

yang diharapkan.

4. Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tingkat keumuman danmetode penelitian.

5. Teknik pengupulan data yang mencakup identifikasi variabel yang akan dikumpulkan,

sumber data, teknik pengukuran, instrumen dan teknik mendapatkan data.

6. Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis yang dipergunakan

yang ditetapkan berdarkan pengajuan hipotesis (sekiranya mempergunakan statistika maka

tulisan hipotesis nol dan hipotesis tandingan: Ho/ H1).

Dalam membahas hasil penelitian maka harus selalu diingat bahwa tujuan kita adalah

membandingkan kesimpulan yang ditarik dari data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis

yang diajukan. Pada hakikatnya sebuah hasil hipotesis diterima atau ditolak melainkandiperlengkapi dengan evaluasi mengenai kesimpulan tersebut.

Langkah berikutnya adalah memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data.

Secara singkat maka hasil penelitian dapat dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut:

HASIL PENELITIAN

1. Menyatakan variabel-variabel yang diteliti.

2. Menyatakan teknik analisis data.

3. Mendeskripsikan hasil analisis data.

4. Memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data.

5. Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima.

Ringkasan dan Kesimpulan

Kesimpulan penelitian merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari

masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian. Sintesis ini

membuahkan kesimpulan yang ditopang oleh suatu kejadian yang bersifat terpadu dengan

meletakkan berbagai aspek penelitian dalam perspektif yang menyeluruh. Untuk itu maka

Page 22: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 22/24

diuraikabn kembali secara ringkas pernyataan-pernyataan pokok dari aspek-aspek tersebut diatas

dengan meletakkannya dalam kerangka yang mengarah pada kesimpulan. Itulah sebabnya maka

 bab ini disebut sebagai ringkasan dan kesimpulan yang pada dasarnya mencerminkan hakikat

yang disingkapkan oleh penelitian.

Dengan demikian maka bab mengenai ringkasan dan kesimpulan dapat diperinci ke dalam

langkah-langkah sebagai berikut:

RINGKASAN DAN KESIMPULAN

1. Deskrispsi singkat mengenai masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan

 penemuan penelitian.

2. Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis berdasarkan keseluruhan aspek tersebut

diatas.

3. Pembahasanm kesimpulan penelitian dengan melakukan perbandingan terhadap penelitian

lain dan pengetahuan ilmiah yang relevan.

4. Mengkaji implikasi penelitian.

5. Mengajukan saran.Abstrak

Abstrak merupakan ringkasan seluruh kegiatan penelitian yang paling banyak terdiri dari tiga

halaman.

Daftar Pustaka

Pada hakikatnya daftar pustaka merupakan inventaris dari seluruh publikasi ilmiah maupun

nonilmiah yang dipergunakan sebagai dasar bagi pengkajian yang dilakukan.

Riwayat Hidup

Riwayat hidup ini biasanya merupakan deskripsi dari latar belakang pendidikan dan pekerjaan

yang mempunyai hubungan dengan penulisan ilmiah yang disampaikan. Riwayat hidup

dicantumkan pada halaman terakhir sebuah laporan tanpa diberi nomor halaman.Usulan Penelitian

Sebuah usulan penelitian mengandung seluruh langkah-langkah penelitian tersebut di atas tanpa

hasil penelitian, sebab hal ini baru akan dilakukan. Dengan demikian maka usulan penelitian

hanya mencakup langkah pengajuan masalah, penyusunan kerangka teoritis dan pengajuan

hipotesis serta metodologi penelitian. Usulan penelitian serta aspek-aspek lainnya yang

 berhubungan dengan penelitian umpamanya pembiayaan.

Lain-lain

Sebelum memasuki tubuh utama laporan sebuah tulisan ilmiah biasanya didahului oleh beberapa

informasi yang bersifat pengantar. Pertama-tama tentu saja adalah halaman judul dari laporan

ilmiah tersebut. Setelah itu dikemukakakn secara umum lingkup laporan yang akan disampaikan

 beserta penghargaan terhadap berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah

tersebut. Kemudian menyusul daftar isis yang dilengkapi dengan daftar tabel dan daftar gambar

yang disusun secara tersendiri. Untuk karya ilmiah yang berupa tesis atau disertasi setelah

halaman judul biasanya disisipkan lembar persetujuan para pembimbing atau promotor serta

 pihak-pihak lainnya. Di halaman terdepan mendahului halaman judul ditempatkan abstrak.

Page 23: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 23/24

Penutup

Seperti juga yang berlaku dalam kehidupan ini, yang penting adalah bukan saja apanya

melainkan juga bagaimananya.

30.Tehnik Penulisan Ilmiah

Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni:

1. Gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta

2. Teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah yang dipergunakan

dalam penulisan.

Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berpikir: tata bahasa yang tidak cermat merupakan

 pencerminan dari logika berpikir yang tidak cermat pula.

Komunikasi ilmiah harus:

1. Bersifat reproduktif, artinya bahwa si penerima pesan mendapatkan kopi yang benar-benar

sama dengan prototipe yang disampaikan si pemberi pesan, seperti fotokopi atau sebuah afdruk

foto.2. Bersifat impersonal, di mana berbeda dengan tokoh dalam sebiuah novel yang bisa berupa

“aku” , “dia”, atau “Doktor Faust”, merupakan figur yang muncul secara dominan dalam seluruh

 pernyataan.

Pembahasan secara ilmiah mengharuskan kita berpaling kepada pengetahuan-pengetahuan ilmiah

sebagai premis dalam argumentasi kita.

Pernyataan ilmiah yang kita pergunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal. Pertama,

harus dapat kita identifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, harus dapat

kita identikasikan media komunikasi ilmiah di mana pernyataan itu disampaikan apakah itu

makalah, buku, seminar, lokakarya dan sebagainya. Ketiga harus dapat kita identifikasikan

lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat berdomisili dan waktu penerbitan itu dilakukan.

Cara kita mencantumkan ketiga hal tersebut dalam tulisan ilmiah kita disebut teknik notasi

ilmiah.

Dalam teknik notasi ilmiah dengan mempergunakan catatan kaki, umpamanya, terdapat dua

variasi. Variasi pertama ialah bahwa catatan kaki itu ditaruh dalam halaman yang sama,

sedangkan dalam variasi kedua catatan kaki itu seluruhnya dikelompokkan dan ditaruh pada

akhir sebuah bab.

Fungsi catatan kaki adalah:

1. Sebagai sumber informasi bagi pernyataan ilmiah yang dipakai dalam tulisan kita.

2. Sebagai tempat bagi catatan-catatan kecil, yang sekiranya diletakkan dalam tubuh utama

laporan, akan mengganggu keseluruhan penulisan.

31.Teknik Notasi Ilmiah

Pada bab ini akan menguraikan hal-hal yang bersifat pokok dari salah satu teknik notasi ilmiah

yang mempergunakan catatan kaki.

Page 24: 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

7/22/2019 61725444-Buku-Filsafat-Ilmu-Sebuah-Pengantar-Populer-Jujun-s.docx

http://slidepdf.com/reader/full/61725444-buku-filsafat-ilmu-sebuah-pengantar-populer-jujun-sdocx 24/24

Tanda catatan kaki diletakkan di ujung kalimat yang kita kutib dengan mempergunakan angka

arab yang diketik naik setengah spasi. Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor 1 kembali pada

 bab yang baru. Satu kalimat mungkin terdiri dari beberapa catatan kaki sekiranya kalimat itu

terdiri dari beberapa kutipan. Dalam keadaan seperti ini maka tanda catatan kaki diletakkan di

ujung kalimat yang dikutip sebelum tanda baca penutup. Sedangkan satu kalimat yang

seluruhnya terdiri dari satu kutipan tanda catatan kaki diletakkan sesudah tanda baca penutup

kalimat.

BAB X

PENUTUP

32.HAKIKAT DAN KEGUNAAN ILMU

Hakikat ilmu merupakan sekadar pengetahuan yang harus dihafal, agar bisa dikemukakan waktu

 berdebat: makin hafal lantas makin hebat! Pengetahuan yang dikuasai harus mencakup bidang-

 bidang yang amat luas, agar tiap masalah yang muncul bisa ikut menyambut, makin banyakmaka makin yahut.

Ilmu tidak berfungsi sebagai pengetahuan yang diterapkan dalam memcahkan masalah kita

sehari-hari, melainkan sekedar dikenal dan dikonsumsi, seperti lagu Ebiet atau sajak Sutardji.

Kepercayaan seseorang tergantung kepada pendidikan, kepercayaan masyarakat tergantung

kepada kebudayaan.

Jadi bagaimana tingkat profesional ilmuwan yang tidak bisa menjelaskan meramal dan

mengontrol maslaah kehidupan melainkan sekadar menghafal?