615.1 petunjuk teknisevaluasi penggunaan obat...
TRANSCRIPT
PETUNJUK TEKNISEVALUASI PENGGUNAAN OBAT
DI FASILITAS KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2017
PETUNJUK TEKNISEVALUASI PENGGUNAAN OBAT
DI FASILITAS KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2017
i
PETUNJUK TEKNIS EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DI FASILITAS KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2017
615.1Indp
i
615.1Indp
ii
ii
KATA PENGANTAR
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) pada dasarnya
mengidentifikasi dan menganalisis dalam hal ini
membandingkan penggunaan obat antar satu daerah dengan
daerah lain. Pentingnya membandingkan penggunaan obat
telah dirasakan, sejak awal EPO dilakukan di Eropa pada
tahun 1966-1967.
Membandingkan pengukuran obat yang berbeda nilainya
adalah suatu hal yang sulit dilakukan, oleh karena itu
digunakanlah suatu pengukuran yang disebut Defined Daily
Dose (DDD).DDD adalah dosis rata-rata harian yang
digunakan sesuai indikasi utama pada orang dewasa.
Pelaksanaan EPO dilakukan menggunakan metode klasifikasi
obat melalui Anatomical Therapeutic Chemical (ATC).
Petunjuk Teknis (Juknis) ini disusun oleh akademisi maupun
praktisi farmasi yang memiliki wawasan luas dan pengalaman
dalam pelayanan kefarmasian. Juknis ini akan terus
diperbaharui secara periodik sesuai perkembangan
kefarmasian secara internasional.
iii
iii
Juknis EPO ini memuat tahapan pelakasanaan EPO yang
meliputi persiapan, pengumpulan data, analisa dan
interpretasi data serta monitoring dan evaluasi. Juknis ini
diharapkan dapat digunakan sebagai panduan praktis dalam
pelaksanaan EPO.
Jakarta,
Direktur Pelayanan Kefarmasian Dra. R. Dettie Yuliati, Apt., M.Si. NIP :19581215 198911 2 001
iv
ttd
KATA SAMBUTAN
iv
KATA SAMBUTAN
Era Jaminan Kesehatan Nasional sejak awal tahun 2014 telah
membawa perubahan pada sistem pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan kefarmasian. Pelayanan obat menjadi
bagian dari manfaat yang diterima pasien baik tingkat dasar
maupun tingkat lanjutan yang metode pembayarannya melalui
sistem kapitasi dan paket INA-CBGβs. Hasil Evaluasi
penggunaan obat (EPO)diperlukan dalam era Jaminan
Kesehatan Nasional sebagai salah satu bentuk monitoring dan
evaluasi pelayanan kefarmasian dalam kendali mutu
penggunaan obat di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).
EPO merupakan elemen dari pelayanan kefarmasian sesuai
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Hasil EPO
diharapkan dapat memberikan masukan bagi perbaikan
pelayanan kesehatan di fasyankes serta menjadi bahan
perumusan kebijakan obat. Dalam rangka pelaksanaan
EPO yang tepat sasaran dan efisien, Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alkesmenyusun Petunjuk Teknis
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO).
5
v
Jakarta,Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.DNIP.19580503 198303 2 001
v
Kami menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada tim penyusun dan semua pihak yang
telah berkontribusi dalam penyusunan juknis ini. Saran dan
kritik sangat kami harapkan dalam penyempurnaan dan
perbaikan juknis ini di masa yang akan datang.
Semoga Juknis ini bermanfaat bagi apoteker dalam
melaksanakan praktIk profesinya.
Jakarta,
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alkes,
Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D NIP. 19580503 198303 2 001
6vi
ttd
vi
TIM PENYUSUN
1. Dra. R.Dettie Yuliati, Apt., M.Si.
2. Dra. Dara Amelia, Apt., MM
3. Helsy Pahlemy, S.Si., Apt, M.Farm
4. Dr. Sudibyo Supardi, Apt., M.Farm
5. Dr. Retnosari Andrajati., MS., Apt.
6. Rizka Andalusia, Apt., M.Pharm.,MARS.
7. Dra. Raharni, Apt., M.Kes.
8. Venni Vernissa, S.Si., Apt, M.Farm
9. Candra Lesmana, S.Farm., Apt
10. Apriandi, S.Farm., Apt., MT
11. Hepy Tri Astuti, S.Si., Apt
12. Dwi Subarti, S.Farm., Apt., M.Sc
vii
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................i
KATA SAMBUTAN v .........................................................................
TIM PENYUSUN ii ............................................................................ v
DAFTAR ISI .................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................ x
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH i ............................................. x.
I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................... 5
C. Sasaran .............................................................................. 5
D. Definisi Operasional ........................................................... 5
1. Evaluasi Penggunaan Obat ...................................................... 5
2. ATC/DDD .................................................................................... 7
II.RUANG LINGKUP .................................................................... 10
A. Persiapan ......................................................................... 10
B. Pengumpulan Data ........................................................... 11
C. Pengolahan Data .............................................................. 12
D. Analisis dan Interpretasi Data ........................................... 16
III.MONITORING DAN EVALUASI ................................................ 21
IV.PENUTUP ............................................................................... 22
viii
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Format Formulir Evaluasi Penggunaan
Obat ....................................................
24
Lampiran 2 Format Formulir IFK............................. 26
Lampiran 3 Contoh Pengolahan Data Evaluasi
Penggunaan Obat.................................
29
ix
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kelompok utama pada sistem klasifikasi ATC 8 Tabel 2 Detai klasifikasi Metformin ........................... 9 Tabel 3 Contoh data penggunaan obat RS ABCD....... 29 Tabel 4 Data penggunaan obat setelah penambahan
kode ATC dan nilai DDD................................ 30
Tabel 5 Data penggunaan obat dengan kode ATC, nilai DDD dan jumlah penggunaan dalam DDD..............................................................
32
Tabel 6 Data penggunaan obat diurut berdasarkan kuantitas penggunaan dalam DDD................
33
Tabel 7 Data penggunaan obat digabungkan berdasarkan kode ATC..................................
35
Tabel 8 Data penggunaan obat dan persentase serta persentase kumulatif.....................................
37
x
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kelompok utama pada sistem klasifikasi ATC 8 Tabel 2 Detai klasifikasi Metformin ........................... 9 Tabel 3 Contoh data penggunaan obat RS ABCD....... 29 Tabel 4 Data penggunaan obat setelah penambahan
kode ATC dan nilai DDD................................ 30
Tabel 5 Data penggunaan obat dengan kode ATC, nilai DDD dan jumlah penggunaan dalam DDD..............................................................
32
Tabel 6 Data penggunaan obat diurut berdasarkan kuantitas penggunaan dalam DDD................
33
Tabel 7 Data penggunaan obat digabungkan berdasarkan kode ATC..................................
35
Tabel 8 Data penggunaan obat dan persentase serta persentase kumulatif.....................................
37
xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan secara Nasional
sesuai Undang- Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) No. 40 Tahun 2004 yang diterapkan sejak awal
2014 berdampak besar dalam penggunaan dan belanja
obat secara nasional. Sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, Pasal 25 yang
menyebutkan bahwa daftar dan harga obat ditetapkan oleh
Pemerintahdan Kementerian Kesehatan. Selanjutnya
diterbitkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
328/Menkes/SK/IX/2013 tentang Formularium Nasional
yang diperbarui dengan Surat Keputusan Menkes No.
159/Menkes/SK/V/2014 yang dijadikan sebagai acuan
bagi fasilitas kesehatan dalam merencanakan kebutuhan
dan menggunakan obat.
Sistem pembiayaan yang digunakan di rumah sakit
pada Jaminan Kesehatan Nasional adalah paket INA
1
CBGβs, sebagian besar obat menjadi bagian dari paket INA
CBGβs. Sistem pembiayaan yang digunakan di pusat
kesehatan masyarakat (Puskesmas)adalah sistem kapitasi,
seluruh obat menjadi bagian dari sistem
kapitasi.Perubahan sistem tersebut menuntut pengelolaan
dan penggunaan obat yang efektif dan efisien di faskes.
Sesuai dengan SK Menkes No.
189/Menkes/SK/III/2006 tentang Kebijakan Obat
Nasional (KONAS), disebutkan tujuan KONAS adalah
menjamin:
1. Ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat,
terutama obat essensial.
2. Keamanan, khasiat dan mutu semua obat yang
beredar serta melindungi masyarakat dari
penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat.
3. Penggunaan obat yang rasional.
Penerapan KONAS memerlukan evaluasi secara
berkala. Evaluasi kebijakan dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi tentang penyelenggaraan,
melaporkan luaran (ouput), mengukur dampak (outcome),
mengevaluasi pengaruh (impact) pada kelompok sasaran,
memberikan rekomendasi dan penyempurnaan kebijakan.
Sasaran akhir pelaksanaan EPOadalah mengevaluasi
apakah penggunaan obat rasional sudah terwujud di
2
fasilitas kesehatan. Hasil EPO diharapkan bermanfaaat
dalam mengevaluasi penerapan KONAS.
Salah satu strategi pemerintah dalam kebijakan
KONAS dalam hal pemerataan terjaminnya pembiayaan
obat bagi masyarakat adalah penerapan SJSN. Penerapan
SJSN di tahun 2014 memerlukan evaluasi agar sasaran
dapat terwujud.
Penyediaaan obat di Puskesmas diselenggarakan oleh
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) yang
melaksanakan pengadaan berdasarkan data penggunaan
obat di Puskesmas. Penyediaanobat di rumah sakit
dilakukan oleh Instalasi Farmasi sesuai dengan
Formularium Nasional, formularium rumah sakit yang
berlaku dan pola konsumsi obat. Peran apoteker baik di
rumah sakit, IFK, dan Puskesmas sangat strategis dalam
menjaga mutu pelayanankefarmasian dengan sumber daya
yang tersedia.
EPO secara nasional belum dilakukan secara optimal di
Indonesia walau di negara-negara maju telah memulainya
sejak pertengahan tahun 1960 dan di lingkungan ASEAN,
Malaysia telah memulainya sejak tahun 2006. Pelaksanaan
EPO merupakan bagian dari program monitoring dan
evaluasi penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan
3
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun
2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN pasal 33.
Sasaran akhir EPO adalah untuk menilai apakah
secara umum obat digunakan rasional. Hal tersebut
dilakukan dengan mengaudit penggunaan obat dalam hal
pola penggunaan obat, baik kuantitas maupun kualitas
dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat.
EPO yang berkesinambungan dapat menjadi alat untuk
menentukan intervensi yang tepat dan mengevaluasi
dampak suatu intervensi. Selain untuk deteksi awal
ketidakrasionalan penggunaan obat di populasi yang
dilihat dari kesesuaian terhadap fornas atau ketentuan
yang berlaku, EPO juga dapat menjadi alat untuk deteksi
awal masalah terkait penggunaan obat.
Satuan penggunaan obat yang direkomendasikan oleh
WHO sejak tahun 1996 dalam EPO adalah sistem Anatomy
Therapeutic Chemical(ATC)/Defined Dailiy Dose (DDD).
Klasifikasi ini memungkinkan untuk melakukan
perbandingan penggunaan obat antar negara secara
internasional. Selama ini penggunaan ATC/DDD di
Indonesia terbatas hanya pada penelitian di berbagai
rumah sakit besar di Indonesia. Sistem ATC/DDD ini juga
dapat digunakan untuk menilai kualitas umum
penggunaan obat dengan melihat pola Drug Use 90%
4
(DU90%) yaitu jumlah item obat yang terdapat dalam
segmen 90% dari total penggunaan obat.
B. Tujuan
Tujuan pelaksanaan EPO:
a. Memperoleh pola penggunaan obat
b. Memperoleh gambaran kuantitas dan kualitas
pengunaan obat
c. Identifikasi masalah terkait penggunaan obat
d. Penetapan intervensi untuk penyelesaian masalah
penggunaan obat
e. Penilaian dampak intervensi penggunaan obat
C. Sasaran
Sasaran dari kegiatan EPOadalah fasilitas pelayanan
kesehatan di berbagai tingkatan.
D. Definisi Operasional
1. Evaluasi Penggunaan Obat
EPO menurut WHO (1977) meliputi penggunaan,
peresepan, pendistribusian dan pemasaran obat oleh
5
masyarakat, dengan penekanan pada dampak medis,
sosial dan ekonomi. Sedangkan EPO menurut para ahli di
Amerika Utara meliputi peresepan, dispensing dan
penggunaan obat. Definisi praktis EPO adalah evaluasi
berkelanjutan penggunaan obat yang akan dapat
memastikan penggunaan obat yang sesuai.
EPO kualitatif adalah metode/studi untuk menilai
ketepatan penggunaan obat (kerasionalan
peresepan/penggunaan obat) berdasarkan kriteria
penggunaan obat yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
EPO kualitatif umumnya menghubungkan data peresepan
dengan indikasi peresepan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi dan bila mungkin memperbaiki
penggunaan obat. Studi ini dapat dilakukan pada periode
tertentu dan tanpa intervensi.
EPO kualitatif dapat dilakukan juga dengan
menggunakan Drug Use 90%. yang dikaitkan dengan
pengklasifikasian ATC dan penggunaan DDD untuk satuan
obat. Seluruh obat yang digunakan diurutkan
volumepenggunaannya berdasarkan nilai DDD yang
terbesar sampai yang terkecil. DU90% adalah jumlah item
obat yang terdapat dalam segmen 90% dari total
penggunaan obat. Obat yang terdapat dalam daftar
formularium/guideline seharusnya terdapat dalam segmen
DU90%, kecuali obat-obat kegawatan. Pengadaan suatu
6
obat juga dapat dilakukan dengan mengacu pada DU90%.
Obat yang terdapat di segmen 10% berarti digunakan
dalam volume kecil sehingga tidak menjadi prioritas untuk
diadakan kecuali bila obat tersebut adalah obat kegawatan
misalnya antidote.
EPO kuantitatif adalah studi untuk mengukur jumlah
dan pola penggunaan obat, seperti :
1) Menetapkan pemakaian obat lokal, regional, dan
nasional
2) Mengikuti trend penggunaan obat
3) Membuat perbandingan antar institusi regional,
internasional
4) Mengidentifikasi pemakaian obat berlebihan atau tidak
digunakan
5) Memperkirakan penggunaan obat sesuai demografinya
6) Memperkirakan prevalensi angka kesakitan
berdasarkan pemakaian obat-obat khusus
2. ATC/DDD
ATC adalah klasifikasi obat yang direkomendasi oleh WHO
untuk evaluasi penggunaan obat. Penilaian penggunaan obat
memerlukan sistem klasifikasi dan unit pengukuran. Sistem
ATC/DDD dikembangkan oleh peneliti Norwegia tahun 1976
dan diadopsi oleh WHO pada tahun 1996. Klasifikasi ini tidak
7
direkomendasikan untuk menilai efikasi atau efikasi relatif
obat/ sekelompok obat.
Obat dalam struktur ATC dikelompokkan berdasarkan zat
aktif dalam beberapa kelompok sesuai dengan organ/sistem
tempat obat tersebut bekerja, tujuan terapi, sifat farmakologi
dan kimia obat. Obat diklasifikasi dalam 5 kelompok
tingkatan.
Tingkat 1: pembagian obat dalam 14 kelompok utama
tempat kerja obat
Tingkat 2: Subkelompok Terapi
Tingkat 3: Subkelompok Farmakologi
Tingkat 4: Subkelompok Kimia
Tingkat 5: Senyawa Kimia
Kelompok utama pada sistem klasifikasi ATC adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Kelompok utama pada sistem klasifikasi ATC
A Alimentary tract and metabolism
B Blood and blood forming organs
C Cardiovascular system
D Dermatologicals
8
G Genito urinary system and sex hormones
H Systemic hormonal preparations, excl. Sexhormones and insulins
J Antiinfectives for systemic use
L Antineoplastic and immunomodulating agents
M Musculo-skeletal system
N Nervous system
P Antiparasitic products, insecticides and repellents
R Respiratory system S Sensory organs
V Various
Sebagai contoh, berikut adalah Klasifikasi ATC Metformin:
A10BA02
Tabel 2. Detail Klasifikasi Metformin
A Saluran Pencernaan dan Metabolisme (Tingkat ke-1, kelompok anatomi)
A10 Obat untuk diabetes (Tingkat ke-2, subkelompok terapi)
A10B Obat penurun glukosa darah, kecuali insulin (Tingkat ke-3, subkelompok farmakologi)
A10BA Biguanida (tingkat ke-4, subkelompok kimia)
A10BA02 Metformin (tingkat ke-5, substansi kimia)
9
II. RUANG LINGKUP
EPO diperoleh dari data penggunaan obat setiap bulan
selama kurun waktu tertentu(misalnya penggunaan obat
dalam satu tahun terakhir) di fasyankes primer, sekunder dan
tersier.
EPOyang dilaksanakan secara aktif oleh fasyankes dapat
dilaporkan ke Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian.
Pelaksanaan Evaluasi Penggunaan Obat dilakukan dengan
mengikuti tahapan sebagai berikut:
A. Persiapan
Berikut adalah langkah yang dilakukan :
1. Fasilitas pelayanan kesehatan menunjuk satu orang
Apoteker sebagai penanggung jawab EPO di masing-
masing unit layanan kesehatan.
2. Penanggung jawab EPO memastikan bahwa data yang
tersedia telah sesuai dengan format EPO (Lampiran 1).
10
B. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data umum rumah
sakit dan data item obat yang digunakan setiap bulan
selama satu tahun terakhir atau satu kurun waktu
tertentu.
Data umum untuk EPO di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) adalah
data dasar rumah sakit: nama rumah sakit, kelas RS,
tipe RS, BOR, Kab/kota, propinsi serta kepemilikan
RS, jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan, jumlah
hari rawat pasien (length of stay) rawat inap dan
daftar sepuluh penyakit terbanyak di RS.
Data umum untuk EPO di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) adalah nama,
alamat, jenis pelayanan puskesmas (rawat jalan
/rawat jalan dan rawat inap) dan daftar 10 penyakit
terbanyak di Puskesmas.
Data penggunaan obat di Puskesmas berasal dari
laporan pengiriman obat ke Puskesmas oleh Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota (Lampiran 2).
Data dikumpulkan pada lembar pengumpul data yang
meliputi nama obat, bentuk sediaan, kekuatan,
kemasan (botol, sachet, dll), jumlah penggunaan obat
baik rawat inap dan rawat jalan.
11
C. Pengolahan Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah ke
dalam tabel rekapitulasi sesuai dengan variabel yang telah
ditentukan sebelumnya.
Berikut adalah langkah-langkah dalam pengerjaan EPO
yang meliputi pengisian 4 kolom baru yaitu kolom nama
generik, ATC, DDD dan total DDD.
1. Kolom nama generik
Membuat kolom nama generik. Kolom ini ditujukan
bagi nama obat bermerk dagang. Nama generik ditulis
berdasarkan nama pada Farmakope Indonesia atau
acuan resmi lainnya.
2. Kolom ATC
Mengisi kelas terapi mengacu pada Anatomical
Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD).
Informasi mengenai ATC/DDD dapat melalui website
www.whocc.no/atc_ddd_indexhpx/ .
Misalnya Amoxicillin 500 mg tablet, kode ATC adalah
J01CA04.
12
3. Kolom DDD
Pada kolom DDD diisi jenis satuan yang sesuai dengan
informasi yang terdapat pada website tersebut. Kolom
DDD diisi dengan membagi kuantitas obat dengan
nilai DDD yang telah ditetapkan.
Perhitungan DDD dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus:
[ππππππππππππππππππππ ππππππππ π π πππ π πππ π π«π«π«π«π«π« = ππππππππππππππππππ ππππππππππππππππππππ Γ πππππππππππππππππ«π«π«π«π«π« ]
Keterangan:
Satuan kekuatan dan DDD berupa gram, milligram
atau unit internasional
Misalnya Amoxicillin, DDD = 1; U = g; Adm. R = O.
Contoh perhitungan pada kolom DDDAmoxicillin :
Misal Amoxicillin yang tersedia adalah Amoxicillin
tablet 500 mg dan sirup 125 mg/5 ml. Kuantitas
penggunaan Amoxicilin tablet 500 mg adalah 621 tablet
perbulan, kuantitas Amoxicillin Sirup 125 mg/5ml
dalam botol 60 ml, adalah 100 botol perbulan.
Maka DDD Amoxicilin tablet(J01CA04) :
13
[π±π±π±π±π±π±π±π±π±π±π±π±π±π± = πππππ±π± Γ π±π±, πππππ±π±ππ = πππ±π±π±π±, πππ«π«π«π«π«π«]
DDD untuk Amoxicillin sirup (J01CA04) :
[π±π±π±π±π±π±π±π±π±π±π±π±π±π± = π±π±ππππ ππππ Γ πππ±π±ππππππππππ Γ π±π±π±π±π±π± = π±π±πππ±π±ππ]
Konversi ke DDD:
[π±π±π±π±π±π±π±π±π±π±π±π±π±π± = π±π±πππ±π± ππ/π±π±ππ = π±π±πππ±π± π«π«π«π«π«π«]
4. Kolom total DDD
Total DDD didapatkan dengan menjumlahkan nilai
DDD dari beberapa jenis sediaan obat dan
memperhitungkan lamanya hari rawat (untuk obat
pada pasien rawat inap) dan jumlah pasien untuk obat
pada pasien rawat jalan.
[π»π»π»π»π»π»π»π»ππ π«π«π«π«π«π« = β π«π«π«π«π«π«(πππππππππ»π» πππππππππ»π»π»π»ππ)]
Contoh perhitungan total DDD :
Total DDD untuk Amoxicillin tablet dan sirup
(J01CA04) :
[πππ±π±π±π±, ππ + π±π±πππ±π± = π±π±πππ±π±, ππ π«π«π«π«π«π«]
14
5. DDD per 100 hari rawat
Untuk data penggunaan obat pada pasien rawat inap,
dilakukan perhitungan DDD per 100 hari rawat, yang
dapat dihitung dengan rumus berikut:
π«π«π«π«π«π« ππππππ ππππππ ππππππππ ππππππππππ = ππππππππππ π«π«π«π«π«π«ππππππππππ ππππππππ ππππππππππ Γ ππππππ
Misal, untuk rawat inap total hari rawat : 60 hari
Maka DDD per 100 hari rawat :
[ππππππ, ππππππ Γ ππππππ = ππππππ, ππ π«π«π«π«π«π« ππππππ ππππππ ππππππππ ππππππππππ]
6. DDD per 1000 pasien
Untuk data penggunaan obat pada pasien rawat jalan
atau komunitas, dilakukan perhitungan DDD per
1000 pasien, yang dapat dihitung dengan rumus
berikut:
π«π«π«π«π«π« ππππππ ππππππππ ππππππππππππ = ππππππππππ π«π«π«π«π«π«ππππππππππ ππππππππππππ Γ ππππππππ
15
Misal, untuk rawat jalan totalpasien :600pasien
Maka DDD per 1.000 pasien :
[ππππππ, ππππππππ Γ ππππππππ = ππππ, ππππ π«π«π«π«π«π« ππππππ ππ. ππππππ ππππππππππππ]
D. Analisis dan Interpretasi Data
Data hasil pengolahan kemudian dianalisis secara
statistik dengan analisis diskriptif dan analisis
perbandingan.Berikut analisis data yang dilakukan:
1. Analisis deskriptif
a. Gambaran umum item obat yang mempunyai kode
ATC+DDD, yang hanya memiliki ATC tanpa DDD
dan yang tidak memiliki kode ATC maupun DDD.
Hal ini menunjukkan jumlah item obat di fasyankes
yang belum memiliki kode ATC dan DDD sehingga
tidak disertakan dalam analisis, tetapi disertakan
berupa catatan dalam laporan. Obat yang belum
Misal, untuk rawat jalan totalpasien :600pasien
Maka DDD per 1.000 pasien :
[ππππππ, ππππππππ Γ ππππππππ = ππππ, ππππ π«π«π«π«π«π« ππππππ ππ. ππππππ ππππππππππππ]
D. Analisis dan Interpretasi Data
Data hasil pengolahan kemudian dianalisis secara
statistik dengan analisis diskriptif dan analisis
perbandingan.Berikut analisis data yang dilakukan:
1. Analisis deskriptif
a. Gambaran umum item obat yang mempunyai kode
ATC+DDD, yang hanya memiliki ATC tanpa DDD
dan yang tidak memiliki kode ATC maupun DDD.
Hal ini menunjukkan jumlah item obat di fasyankes
yang belum memiliki kode ATC dan DDD sehingga
tidak disertakan dalam analisis, tetapi disertakan
berupa catatan dalam laporan. Obat yang belum
memiliki ATC atau DDD dapat diusulkan kepada
WHO untuk diberi kode dan satuan DDD.
b. Kuantitas penggunaan obat (total DDD), DDD per
100 hari rawat inap, DDD per 1.000 pasien rawat
jalan.
Kuantitas penggunaan obat (total DDD) adalah
jumlah seluruh penggunaan obat di fasilitas
kesehatan dalam kurun waktu tertentu, dalam
satuan DDD. Hal ini dapat menunjukkan
pengaruh intervensi/ kebijakan baik dari
pemerintah (misalnya berlakunya JKN),
maupun kebijakan internal fasyankes terhadap
penggunaan obat.
DDD per 100 hari rawat menunjukkan
kuantitas obat yang diterima oleh 100 pasien
rawat inap.
Misalnya:
DDD gentamisin menurut acuan WHO adalah
240 mg. Hasil perhitungan: gentamisin
digunakan sebanyak 2 DDD per 100 hari rawat.
Artinya dari 100 tempat tidur di
fasyankes,setiap harinya terdapat 2 pasien
menerima gentamisin sejumlah 240 mg
16
memiliki ATC atau DDD dapat diusulkan kepada
WHO untuk diberi kode dan satuan DDD.
b. Kuantitas penggunaan obat (total DDD), DDD per
100 hari rawat inap, DDD per 1.000 pasien rawat
jalan.
Kuantitas penggunaan obat (total DDD) adalah
jumlah seluruh penggunaan obat di fasilitas
kesehatan dalam kurun waktu tertentu, dalam
satuan DDD. Hal ini dapat menunjukkan
pengaruh intervensi/ kebijakan baik dari
pemerintah (misalnya berlakunya JKN),
maupun kebijakan internal fasyankes terhadap
penggunaan obat.
DDD per 100 hari rawat menunjukkan
kuantitas obat yang diterima oleh 100 pasien
rawat inap.
Misalnya:
DDD gentamisin menurut acuan WHO adalah
240 mg. Hasil perhitungan: gentamisin
digunakan sebanyak 2 DDD per 100 hari rawat.
Artinya dari 100 tempat tidur di
fasyankes,setiap harinya terdapat 2 pasien
menerima gentamisin sejumlah 240 mg
17
DDD per 1.000 pasien rawat jalan
menunjukkan kuantitas obat yang digunakan
per 1.000 pasien.
Misalnya:
DDD metildopa menurut acuan WHO adalah 1
g. Hasil perhitungan: metildopa digunakan
sebanyak 4 DDD per 1.000 pasien, artinya
untuk setiap 1.000 pasien terdapat 4 orang
pasien yang menerima metildopa dengan
kekuatan 1 g
c. Gambaran pola penggunaan 20 obat terbanyak.Pola
penggunaan 20 obat terbanyak seharusnya
memiliki korelasi dengan pola penyakit di
fasyankes. Jika ada penyimpangan antara pola
penggunaan obat dengan pola penyakit, maka perlu
mendapat perhatian khusus.
d. Drug Uses 90% (DU 90%)
Untuk menilai kualitas umum penggunaan obat.
Menganalisis jumlah item obat yang digunakan
sebanyak 90% dari total penggunaan obat dan
dibandingkan dengan jumlah item obat yang
digunakan 10% sisanya. Bila jumlah item obat yang
digunakan di 10% jauh lebih banyak dibandingkan
90%, maka perlu dicermati efisiensi penggunaan obat.
18
e. Persentase kesesuaian penggunaan obat dengan
Formularium Nasional atau formularium RS. Obat yang
digunakan di fasyankes seharusnya mengacu pada
Fornas atau formularium RS. Nilai persentase ini dapat
dijadikan dasar bagi pemerintah untuk melaksanakan
tindak lanjut.
f. Gambaran pola penggunaan obat terbanyak
berdasarkan kelas terapi menurut ATC/DDD. Hal ini
menunjukkan kelas terapi obat yang paling banyak
digunakan dan seharusnya sesuai dengan pola
penyakit.
g. Pola penggunaan obat khusus: antibiotik, sitostatika
dan obat-obat program (HIV, malaria dan TBC).
Penggunaan antibiotik perlu dikaitkan dengan pola
penyakit dan pola kepekaan kuman di masing-masing
fasyankes atau kesesuaian dengan pedoman umum
penggunaan antibiotik yang diterbitkan oleh Kemenkes.
Pola penggunaan obat program dapat digunakan untuk
menilai keberhasilan program.
h. Pola penggunaan obatuntuk penyakit kronis tertentu
(contoh: asma, diabetes dan kardiovaskular). Pola
penggunaan obat penyakit kronis dapat menunjukkan
19
peningkatan atau penurunan prevalensi penyakit
terkait dan kesesuaian dengan pedoman pengobatan
penyakit terkait.
2. Analisis komparatif
a. Perbandingan pola penggunaan obat antar fasilitas
pelayanan kesehatan yang setara.Perbandingan ini
menunjukkan karakteristik pelayanan kesehatan dan
penggunaan obat di masing-masing fasyankes
b. Perbandingan pola penggunaan obat antar fasilitas
pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatannya. Data
yang didapat menunjukkan kelayakan penggunaan
obat.
c. Perbandingan pola penggunaan obat di fasyankes pada
periode waktu yang berbeda. Untuk mendapatkan
gambaran perubahan pola penggunaan obat dari waktu
ke waktu.
3. Perbandingan pola penggunaan obat pada tingkat
kabupaten/kota dan propinsi. Perbandingan ini dapat
digunakan sebagai masukan dalam penetapan kebijakan
di tingkat nasional.
20
III. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring pelaksanaan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
di fasyankes dilaksanakan secara periodik untuk menilai
keberhasilan aplikasi metode yang terdapat dalam petunjuk
teknis ini dalam pelaksanaan EPO di masing-masing
fasyankes. Selain itu, monitoring dilakukan untuk melihat
sejauh mana hasil EPO dapat digunakan untuk perbaikan
pelayanan kefarmasian.
Evaluasi dilakukan secara periodik berdasarkan hasil
monitoring untuk melakukan tindakan perbaikan dalam
pelaksanaan EPO. Keberhasilan program EPO dapat dinilai
dari tingkat partisipasifasyankes dalam mengirimkan data
secara tepat waktu dan kualitas data yang dikirimkan.
Monitoring dan evaluasi EPO dapat dilakukan secara
berjenjang dari kabupaten/kota sampai tingkat pusat.
21
IV. PENUTUP
Juknis ini diharapkan dapat digunakan untuk memfasilitasi
pelaksanaan EPO di fasyankes.
Pelaksanaan EPO di fasyankes seharusnya dilaksanakan secara
periodik dan berkelanjutan.Hasil EPO dapat dimanfaatkan baik
oleh fasyankes itu sendiri maupun tingkat regional dan nasional
sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan terkait obat dalam
mendukung keberhasilan JKN.
Juknis ini akan ditinjau kembali sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan situasi pelayanan kesehatan di Indonesia.
22
DAFTAR PUSTAKA
ATC, Structure and Principles. http://www.whocc.no/atc, diakses 23 Maret 2013
Holloway K., Green T. (editor). Drug and Therapeutics CommitteesA Practical Guide (2003). WHO France.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 328/MENKES/SK/VIII/2013 Tentang Formularium Nasional
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 189/MENKES/SK/III/2006 Tentang Kebijakan Obat Nasional
WHO, Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology Guidelines for ATC Classification and DDD Assignment 2014. Oslo, 2013
WHO, Introduction To Drug Utilization Research.France, 2003
WHO, Drug Utilization Research (2003). WHO Oslo, Norway.
WHO, Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology. Guidelines for ATC Classification and DDD Assignment 2014 (2014). Oslo, Norway.
WHOCC, The ATC/DDD System 2007β International Language For Drug Utilization Research. http://www.fhi.no/dav/a0fb3024e7.pdf, diakses 23 Maret 2013
23
Lampiran 1. Format Formulir Evaluasi Penggunaan Obat
FORM EVALUASI PENGGUNAAN OBATDI RUMAH SAKIT
Nama RS : Tipe RS : Kelas RS : Alamat RS : Kepemilikan RS : Nama Ka. IFRS : Nama Kab/Kota : *Periode : <diisi per bulan> Propinsi : Tahun : 20...... BOR : Jumlah pasien rawat inap per bulan: Jumlah pasien rawat jalan rata-rata perbulan : No Nama
Obat Bentuk Sediaan
dan Kekuatan
Satuan terkecil
Bulan β¦β¦β¦
RJ RI Total
0 1 2 3 4 5 6
Ket: Kolom 0 : Nomor urut Kolom 1 : Diisi dengan nama obat Kolom 2 : Diisi dengan bentuk sediaan (tablet,
kapsul, sirup, injeksi, suppo) dan kekuatan (500 mg)
Kolom 3 : Diisi dengan satuan terkecil obat (tablet,
24
Lampiran 1. Format Formulir Evaluasi Penggunaan Obat
FORM EVALUASI PENGGUNAAN OBATDI RUMAH SAKIT
Nama RS : Tipe RS : Kelas RS : Alamat RS : Kepemilikan RS : Nama Ka. IFRS : Nama Kab/Kota : *Periode : <diisi per bulan> Propinsi : Tahun : 20...... BOR : Jumlah pasien rawat inap per bulan: Jumlah pasien rawat jalan rata-rata perbulan : No Nama
Obat Bentuk Sediaan
dan Kekuatan
Satuan terkecil
Bulan β¦β¦β¦
RJ RI Total
0 1 2 3 4 5 6
Ket: Kolom 0 : Nomor urut Kolom 1 : Diisi dengan nama obat Kolom 2 : Diisi dengan bentuk sediaan (tablet,
kapsul, sirup, injeksi, suppo) dan kekuatan (500 mg)
Kolom 3 : Diisi dengan satuan terkecil obat (tablet,
ampul, vial, tablet, sachet) Kolom 4 : Jumlah penggunaan obat di rawat jalan Kolom 5 : Jumlah penggunaan obat di rawat inap Kolom 6 : Jumlah total penggunaan obat (jika
penggunaan obat rawat jalan dan rawat inap tidak dapat dipisahkan, masukkan data penggunaan obat total)
25
Lam
pira
n 2.
For
mat
For
mul
ir IF
K
FOR
M
DAF
TAR
OB
AT Y
ANG
TE
RSE
DIA
D
I IN
STAL
ASI F
ARM
ASI K
ABU
PATE
N/K
OTA
N
ama
Kab
/Kot
a :
*Per
iode
: <
diis
i per
tri
wul
an>
Prop
insi
:
Jum
lah
Pusk
esm
as P
eraw
atan
:
Tahu
n : 2
0....
.. Ju
mla
h Pu
skes
mas
Non
Per
awat
an :
NO
NAM
A O
BAT
KEL
AS
TER
API
BENT
UK
SED
IAAN
SE
SUAI
FO
RNAS
(Y
A/TI
DAK
)
**ST
OK
AW
AL
(PER
1
JAN
20...
.)
JUM
LAH
PE
NGAD
AAN
TAH
UN
20...
.
JUM
LAH
PEN
DIS
TRIB
USIA
N
(sat
uan
terk
ecil)
PKM
Pe
raw
atan
PK
M N
on
Pera
wat
an
TOTA
L
B
ETA
ME
TASO
N
krim
0,1
%
Anti
Infla
mas
i Tu
be 5
g
YA
PA
RAS
ETA
MO
L Sy
rup
120
mg/
ml
Anal
gesi
k N
on
Nar
kotik
B
otol
60
ml
YA
IS
OSO
RB
ID
DIN
ITR
AT
Anti
Angi
na
Tabl
et 5
m
g YA
26
NO
NAM
A O
BAT
KEL
AS
TER
API
BENT
UK
SED
IAAN
SE
SUAI
FO
RNAS
(Y
A/TI
DAK
)
**ST
OK
AW
AL
(PER
1
JAN
20...
.)
JUM
LAH
PE
NGAD
AAN
TAH
UN
20...
.
JUM
LAH
PEN
DIS
TRIB
USIA
N
(sat
uan
terk
ecil)
PKM
Pe
raw
atan
PK
M N
on
Pera
wat
an
TOTA
L
LI
DO
KAI
N In
jeks
i 2
%
Anes
tetik
Lo
kal
Ampu
l 2 m
l YA
D
st
Ket
eran
gan
N
ama
Oba
t: d
itulis
den
gan
nam
a ge
neri
k da
n na
ma
daga
ng (
jika
ters
edia
di
IFK
) de
ngan
hur
uf
KAP
ITAL
(lih
at c
onto
h)
K
elas
ter
api:
diis
i ses
uai d
enga
n Fo
rmul
ariu
m N
asio
nal (
lihat
con
toh)
B
entu
k Se
diaa
n: d
iisi d
enga
n be
ntuk
/kem
asan
sed
iaan
, mis
alny
a ta
blet
, kap
sul,
boto
l (lih
at c
onto
h)
K
eses
uaia
n de
ngan
For
nas:
bila
item
oba
t te
rcan
tum
dal
am F
orna
s (T
k 1)
, di
isi d
enga
n "Y
A"
Ju
mla
h Pe
ndis
trib
usia
n di
isi
tota
l jik
a be
lum
ad
a pe
mis
ahan
Pu
skes
mas
Pe
raw
atan
de
ngan
Pusk
esm
as N
on P
eraw
atan
Sa
tuan
ter
keci
l dap
at b
erup
a ta
blet
,kap
let,
kap
sul,
boto
l, am
pul,
tub
e
27
*Kol
om P
erio
de:
diis
i den
gan
pe
riod
e tr
iwu
lan
yan
g di
lapo
rkan
: J
anu
ari s
.d M
aret
, A
pril
s.d
Ju
ni,
Juli
s.d
Sep
tem
ber,
Okt
ober
s.d
Des
embe
r
**K
olom
Sto
k aw
al d
iisi p
er a
wal
per
iode
Cat
atan
:
Dat
a di
kiri
mka
n
ke
alam
at
emai
l :
ditb
inay
anfa
r@ya
hoo
.co.
id
atau
m
elal
ui
pos
(dal
am
ben
tuk
CD
)
ditu
juka
n k
epad
a :
Dir
ektu
r Pe
laya
nan
Kef
arm
asia
n
K
emen
teri
an K
eseh
atan
RI
G
edu
ng
Adh
yatm
a B
lok
C L
anta
i 8 R
uan
g 80
9 (J
l. H
R. R
asu
na
Sai
d B
lok
X5
Kav
4-9
ku
nin
gan
, Jak
arta
Sel
atan
, Tel
p/Fa
x : 0
21-5
2038
78)
28
Lam
pira
n 3.
C
onto
hPen
gola
han
Dat
aEva
luas
i Pen
ggun
aan
Oba
t D
ibaw
ah in
i ada
lah
tab
el c
onto
h d
atap
engg
un
aan
oba
t R
S A
BC
D:
Tabe
l 3. C
onto
h D
ata
Peng
guna
an o
bat R
S A
BC
D
No
Nam
a O
bat
Ben
tuk
Sedi
aan
dan
Kek
uata
n Ju
mla
h pe
nggu
naan
(s
atua
n te
rkec
il)
RJ
RI
0 1
2 3
4
1 A
MO
XS
AN
K
APS
UL
500
mg
211
35
2 A
MO
XIC
ILLI
N I
NJ
INJE
KS
I 0
56
3 A
B V
AS
K
TAB
LET
10 m
g 25
37
4 O
ND
AN
SE
NTR
ON
IN
JEK
SI
4mg/
2ml
0 25
1
5 A
DA
LAT
OR
OS
Ta
blet
30
mg
15
4
D
stβ¦
β¦
Pen
gola
han
dat
a E
PO d
ilaks
anak
an s
ebag
ai b
erik
ut:
Lam
pira
n 3.
C
onto
hPen
gola
han
Dat
aEva
luas
i Pen
ggun
aan
Oba
t D
ibaw
ah in
i ada
lah
tab
el c
onto
h d
atap
engg
un
aan
oba
t R
S A
BC
D:
Tabe
l 3. C
onto
h D
ata
Peng
guna
an o
bat R
S A
BC
D
No
Nam
a O
bat
Ben
tuk
Sedi
aan
dan
Kek
uata
n Ju
mla
h pe
nggu
naan
(s
atua
n te
rkec
il)
RJ
RI
0 1
2 3
4
1 A
MO
XS
AN
K
APS
UL
500
mg
211
35
2 A
MO
XIC
ILLI
N I
NJ
INJE
KS
I 0
56
3 A
B V
AS
K
TAB
LET
10 m
g 25
37
4 O
ND
AN
SE
NTR
ON
IN
JEK
SI
4mg/
2ml
0 25
1
5 A
DA
LAT
OR
OS
Ta
blet
30
mg
15
4
D
stβ¦
β¦
Pen
gola
han
dat
a E
PO d
ilaks
anak
an s
ebag
ai b
erik
ut:
Lam
pira
n 3.
C
onto
hPen
gola
han
Dat
aEva
luas
i Pen
ggun
aan
Oba
t D
ibaw
ah in
i ada
lah
tab
el c
onto
h d
atap
engg
un
aan
oba
t R
S A
BC
D:
Tabe
l 3. C
onto
h D
ata
Peng
guna
an o
bat R
S A
BC
D
No
Nam
a O
bat
Ben
tuk
Sedi
aan
dan
Kek
uata
n Ju
mla
h pe
nggu
naan
(s
atua
n te
rkec
il)
RJ
RI
0 1
2 3
4
1 A
MO
XS
AN
K
APS
UL
500
mg
211
35
2 A
MO
XIC
ILLI
N I
NJ
INJE
KS
I 0
56
3 A
B V
AS
K
TAB
LET
10 m
g 25
37
4 O
ND
AN
SE
NTR
ON
IN
JEK
SI
4mg/
2ml
0 25
1
5 A
DA
LAT
OR
OS
Ta
blet
30
mg
15
4
D
stβ¦
β¦
Pen
gola
han
dat
a E
PO d
ilaks
anak
an s
ebag
ai b
erik
ut:
Lam
pira
n 3.
C
onto
hPen
gola
han
Dat
aEva
luas
i Pen
ggun
aan
Oba
t D
ibaw
ah in
i ada
lah
tab
el c
onto
h d
atap
engg
un
aan
oba
t R
S A
BC
D:
Tabe
l 3. C
onto
h D
ata
Peng
guna
an o
bat R
S A
BC
D
No
Nam
a O
bat
Ben
tuk
Sedi
aan
dan
Kek
uata
n Ju
mla
h pe
nggu
naan
(s
atua
n te
rkec
il)
RJ
RI
0 1
2 3
4
1 A
MO
XS
AN
K
APS
UL
500
mg
211
35
2 A
MO
XIC
ILLI
N I
NJ
INJE
KS
I 0
56
3 A
B V
AS
K
TAB
LET
10 m
g 25
37
4 O
ND
AN
SE
NTR
ON
IN
JEK
SI
4mg/
2ml
0 25
1
5 A
DA
LAT
OR
OS
Ta
blet
30
mg
15
4
D
stβ¦
β¦
Pen
gola
han
dat
a E
PO d
ilaks
anak
an s
ebag
ai b
erik
ut:
*Kol
om P
erio
de:
diis
i den
gan
pe
riod
e tr
iwu
lan
yan
g di
lapo
rkan
: J
anu
ari s
.d M
aret
, A
pril
s.d
Ju
ni,
Juli
s.d
Sep
tem
ber,
Okt
ober
s.d
Des
embe
r
**K
olom
Sto
k aw
al d
iisi p
er a
wal
per
iode
Cat
atan
:
Dat
a di
kiri
mka
n
ke
alam
at
emai
l :
ditb
inay
anfa
r@ya
hoo
.co.
id
atau
m
elal
ui
pos
(dal
am
ben
tuk
CD
)
ditu
juka
n k
epad
a :
Dir
ektu
r Pe
laya
nan
Kef
arm
asia
n
K
emen
teri
an K
eseh
atan
RI
G
edu
ng
Adh
yatm
a B
lok
C L
anta
i 8 R
uan
g 80
9 (J
l. H
R. R
asu
na
Sai
d B
lok
X5
Kav
4-9
ku
nin
gan
, Jak
arta
Sel
atan
, Tel
p/Fa
x : 0
21-5
2038
78)
29
1.
Pen
gkod
ean
, men
amba
hka
nko
lom
nam
a ge
ner
ik,
kode
ATC
dan
nila
i DD
D p
ada
seti
ap it
em o
bat
Un
tuk
seti
ap i
tem
oba
t, d
ilaku
kan
pen
amba
han
kol
om y
ang
beri
si n
ama
gen
erik
oba
t, k
ode
ATC
dan
nila
i DD
D. K
ode
ATC
dan
nila
i DD
D d
apat
dili
hat
di l
aman
web
wh
occ.
no/
atc_
ddd_
inde
x/.
Tabe
l 4. D
ata
peng
guna
an o
bat s
etel
ah p
enam
baha
n ko
de A
TC d
an n
ilai D
DD
No
Nam
a O
bat
Nam
a G
ener
ik
Ben
tuk
Sedi
aan
dan
Kek
uata
n K
ode
ATC
N
ilai D
DD
Jum
lah
peng
guna
an
(sat
uan
terk
ecil)
R
J R
I 1
AM
OX
SA
N
Am
oksi
silli
n
KA
PSU
L 50
0 m
g J0
1CA
04
1 G
R, O
21
1 35
2 A
MO
XIC
ILLI
N I
NJ
Am
oksi
silli
n
INJE
KS
I J0
1CA
04
1 G
R, P
0
56
3 A
B V
AS
K
Am
lodi
pin
TA
BLE
T 10
mg
C08
CA
01
5MG
,0
25
37
4 O
ND
AN
SE
NTR
ON
O
nda
nse
ntr
on
INJE
KS
I 4m
g/2m
l A
04A
A01
16
MG
, P
0 25
1
5 A
DA
LAT
OR
OS
N
ifedi
pin
Ta
blet
30
mg
C08
CA
05
30M
G,O
15
4
2.
Laku
kan
an
alis
is d
eskr
ipti
f te
rhad
ap d
ata
yan
g su
dah
dile
ngk
api
A.
Kel
engk
apan
ATC
/D
DD
Lam
pira
n 3.
C
onto
hPen
gola
han
Dat
aEva
luas
i Pen
ggun
aan
Oba
t D
ibaw
ah in
i ada
lah
tab
el c
onto
h d
atap
engg
un
aan
oba
t R
S A
BC
D:
Tabe
l 3. C
onto
h D
ata
Peng
guna
an o
bat R
S A
BC
D
No
Nam
a O
bat
Ben
tuk
Sedi
aan
dan
Kek
uata
n Ju
mla
h pe
nggu
naan
(s
atua
n te
rkec
il)
RJ
RI
0 1
2 3
4
1 A
MO
XS
AN
K
APS
UL
500
mg
211
35
2 A
MO
XIC
ILLI
N I
NJ
INJE
KS
I 0
56
3 A
B V
AS
K
TAB
LET
10 m
g 25
37
4 O
ND
AN
SE
NTR
ON
IN
JEK
SI
4mg/
2ml
0 25
1
5 A
DA
LAT
OR
OS
Ta
blet
30
mg
15
4
D
stβ¦
β¦
Pen
gola
han
dat
a E
PO d
ilaks
anak
an s
ebag
ai b
erik
ut:
30
1.
Pen
gkod
ean
, men
amba
hka
nko
lom
nam
a ge
ner
ik,
kode
ATC
dan
nila
i DD
D p
ada
seti
ap it
em o
bat
Un
tuk
seti
ap i
tem
oba
t, d
ilaku
kan
pen
amba
han
kol
om y
ang
beri
si n
ama
gen
erik
oba
t, k
ode
ATC
dan
nila
i DD
D. K
ode
ATC
dan
nila
i DD
D d
apat
dili
hat
di l
aman
web
wh
occ.
no/
atc_
ddd_
inde
x/.
Tabe
l 4. D
ata
peng
guna
an o
bat s
etel
ah p
enam
baha
n ko
de A
TC d
an n
ilai D
DD
No
Nam
a O
bat
Nam
a G
ener
ik
Ben
tuk
Sedi
aan
dan
Kek
uata
n K
ode
ATC
N
ilai D
DD
Jum
lah
peng
guna
an
(sat
uan
terk
ecil)
R
J R
I 1
AM
OX
SA
N
Am
oksi
silli
n
KA
PSU
L 50
0 m
g J0
1CA
04
1 G
R, O
21
1 35
2 A
MO
XIC
ILLI
N I
NJ
Am
oksi
silli
n
INJE
KS
I J0
1CA
04
1 G
R, P
0
56
3 A
B V
AS
K
Am
lodi
pin
TA
BLE
T 10
mg
C08
CA
01
5MG
,0
25
37
4 O
ND
AN
SE
NTR
ON
O
nda
nse
ntr
on
INJE
KS
I 4m
g/2m
l A
04A
A01
16
MG
, P
0 25
1
5 A
DA
LAT
OR
OS
N
ifedi
pin
Ta
blet
30
mg
C08
CA
05
30M
G,O
15
4
2.
Laku
kan
an
alis
is d
eskr
ipti
f te
rhad
ap d
ata
yan
g su
dah
dile
ngk
api
A.
Kel
engk
apan
ATC
/D
DD
Jum
lah
jen
isit
em o
baty
ang
mem
iliki
kod
eatc
Le
ngk
apda
n n
ilaid
dd
665J
EN
IS
Jum
lah
jen
isit
em o
bat
yan
g m
emili
ki k
odea
tc le
ngk
ap(t
idak
ada
nila
i ddd
) 21
6JE
NIS
Jum
lah
jen
isit
em o
baty
ang
mem
iliki
kod
eatc
ti
dakl
engk
ap
75JE
NIS
Jum
lah
jen
isit
em o
baty
ang
tida
k/be
lum
mem
iliki
Kod
eatc
8J
EN
IS
Jum
lah
jen
isse
luru
h it
em
964J
EN
IS
B.
Ku
anti
tas
Pen
ggu
naa
n O
bat
Pen
gisi
an k
olom
ju
mla
h p
engg
un
aan
dal
am D
DD
dila
kuka
n s
esu
ai d
enga
n r
um
us
yan
g te
rter
a
pada
hal
aman
11.
Sel
anju
tnya
, di
laku
kan
pen
jum
lah
an t
otal
DD
D u
ntu
k se
tiap
kod
e A
TC.
Tabe
l 5. D
ata
peng
guna
an o
bat d
enga
n ko
de A
TC, n
ilai D
DD
dan
jum
lah
peng
guna
an d
alam
DD
D
No
Nam
a O
bat
Nam
a G
ener
ik
Ben
tuk
Sedi
aan
dan
Kek
uata
n K
ode
ATC
N
ilai D
DD
Jum
lah
peng
guna
an
(sat
uan
terk
ecil)
Jum
lah
Peng
guna
an
(dal
am D
DD
)
RJ
RI
RJ
RI
Tota
31
Jum
lah
jen
isit
em o
baty
ang
mem
iliki
kod
eatc
Le
ngk
apda
n n
ilaid
dd
665J
EN
IS
Jum
lah
jen
isit
em o
bat
yan
g m
emili
ki k
odea
tc le
ngk
ap(t
idak
ada
nila
i ddd
) 21
6JE
NIS
Jum
lah
jen
isit
em o
baty
ang
mem
iliki
kod
eatc
ti
dakl
engk
ap
75JE
NIS
Jum
lah
jen
isit
em o
baty
ang
tida
k/be
lum
mem
iliki
Kod
eatc
8J
EN
IS
Jum
lah
jen
isse
luru
h it
em
964J
EN
IS
B.
Ku
anti
tas
Pen
ggu
naa
n O
bat
Pen
gisi
an k
olom
ju
mla
h p
engg
un
aan
dal
am D
DD
dila
kuka
n s
esu
ai d
enga
n r
um
us
yan
g te
rter
a
pada
hal
aman
11.
Sel
anju
tnya
, di
laku
kan
pen
jum
lah
an t
otal
DD
D u
ntu
k se
tiap
kod
e A
TC.
Tabe
l 5. D
ata
peng
guna
an o
bat d
enga
n ko
de A
TC, n
ilai D
DD
dan
jum
lah
peng
guna
an d
alam
DD
D
No
Nam
a O
bat
Nam
a G
ener
ik
Ben
tuk
Sedi
aan
dan
Kek
uata
n K
ode
ATC
N
ilai D
DD
Jum
lah
peng
guna
an
(sat
uan
terk
ecil)
Jum
lah
Peng
guna
an
(dal
am D
DD
)
RJ
RI
RJ
RI
Tota
Jum
lah
jen
isit
em o
baty
ang
mem
iliki
kod
eatc
Le
ngk
apda
n n
ilaid
dd
665J
EN
IS
Jum
lah
jen
isit
em o
bat
yan
g m
emili
ki k
odea
tc le
ngk
ap(t
idak
ada
nila
i ddd
) 21
6JE
NIS
Jum
lah
jen
isit
em o
baty
ang
mem
iliki
kod
eatc
ti
dakl
engk
ap
75JE
NIS
Jum
lah
jen
isit
em o
baty
ang
tida
k/be
lum
mem
iliki
Kod
eatc
8J
EN
IS
Jum
lah
jen
isse
luru
h it
em
964J
EN
IS
B.
Ku
anti
tas
Pen
ggu
naa
n O
bat
Pen
gisi
an k
olom
ju
mla
h p
engg
un
aan
dal
am D
DD
dila
kuka
n s
esu
ai d
enga
n r
um
us
yan
g te
rter
a
pada
hal
aman
11.
Sel
anju
tnya
, di
laku
kan
pen
jum
lah
an t
otal
DD
D u
ntu
k se
tiap
kod
e A
TC.
Tabe
l 5. D
ata
peng
guna
an o
bat d
enga
n ko
de A
TC, n
ilai D
DD
dan
jum
lah
peng
guna
an d
alam
DD
D
No
Nam
a O
bat
Nam
a G
ener
ik
Ben
tuk
Sedi
aan
dan
Kek
uata
n K
ode
ATC
N
ilai D
DD
Jum
lah
peng
guna
an
(sat
uan
terk
ecil)
Jum
lah
Peng
guna
an
(dal
am D
DD
)
RJ
RI
RJ
RI
Tota
l
1 A
mox
san
Am
oksi
silli
n
KA
PSU
L 50
0 m
g J0
1CA
04
1 G
R, O
21
1 35
10
5.50
17
.50
12
3
2 A
mox
icill
in
inj
Am
oksi
silli
n
INJE
KS
I J0
1CA
04
1 G
R, P
0
56
0.00
56
.00
56
3 A
B v
ask
Am
lodi
pin
TA
BLE
T 10
m
g C
08C
A01
5M
G,0
25
37
50
.00
74.
00
124
4 O
nda
nse
ntr
on
On
dan
sen
tron
IN
JEK
SI
4mg/
2ml
A04
AA
01
16 M
G, P
0
251
0.00
62
.75
62
.75
5 A
dala
t or
os
Nife
dipi
n
Tabl
et 3
0 m
g C
08C
A05
30
MG
,O
15
4 15
.00
4.0
0 19
C.
Pen
entu
an I
tem
ter
ban
yak
digu
nak
an
Un
tuk
men
entu
kan
item
ter
ban
yak
yan
g di
gun
akan
di R
um
ah S
akit
, dap
at d
ilaku
kan
den
gan
men
guru
tkan
oba
t de
nga
n t
otal
pen
ggu
naa
n d
alam
DD
D t
erbe
sar
sam
pai t
erke
cil.
Ber
iku
t co
nto
h 2
0
item
ter
besa
r ya
ng
digu
nak
an d
i ru
mah
sak
it:
32
l
1 A
mox
san
Am
oksi
silli
n
KA
PSU
L 50
0 m
g J0
1CA
04
1 G
R, O
21
1 35
10
5.50
17
.50
12
3
2 A
mox
icill
in
inj
Am
oksi
silli
n
INJE
KS
I J0
1CA
04
1 G
R, P
0
56
0.00
56
.00
56
3 A
B v
ask
Am
lodi
pin
TA
BLE
T 10
m
g C
08C
A01
5M
G,0
25
37
50
.00
74.
00
124
4 O
nda
nse
ntr
on
On
dan
sen
tron
IN
JEK
SI
4mg/
2ml
A04
AA
01
16 M
G, P
0
251
0.00
62
.75
62
.75
5 A
dala
t or
os
Nife
dipi
n
Tabl
et 3
0 m
g C
08C
A05
30
MG
,O
15
4 15
.00
4.0
0 19
C.
Pen
entu
an I
tem
ter
ban
yak
digu
nak
an
Un
tuk
men
entu
kan
item
ter
ban
yak
yan
g di
gun
akan
di R
um
ah S
akit
, dap
at d
ilaku
kan
den
gan
men
guru
tkan
oba
t de
nga
n t
otal
pen
ggu
naa
n d
alam
DD
D t
erbe
sar
sam
pai t
erke
cil.
Ber
iku
t co
nto
h 2
0
item
ter
besa
r ya
ng
digu
nak
an d
i ru
mah
sak
it:
Tabe
l 6. D
ata
peng
guna
an o
bat d
iuru
t ber
dasa
rkan
kua
ntita
s pe
nggu
naan
dal
am D
DD
No.
N
ama
Gen
erik
K
ode
ATC
K
uant
itas
(DD
D)
1 A
sam
Mef
enam
at
M01
AG
01
1309
3.80
2 A
mlo
dipi
ne
C08
CA
01
1149
4.00
3 D
exam
eth
ason
e H
02A
B02
10
698.
67
4 R
anit
idin
e A
02B
A02
10
613.
83
5 M
etilp
redn
isol
on
H02
AB
04
9827
.03
6 A
sam
Ase
tils
alis
ilat
B01
AC
06
7179
.00
7 O
mep
razo
l A
02B
C01
67
42.0
0
8 S
ipro
floks
asin
J0
1MA
02
6348
.40
9 La
nso
praz
ol
A02
BC
03
5894
.00
10
Sia
nok
obal
amin
B
03B
A01
46
65.0
0
11
Am
oksi
silin
J0
1CA
04
4579
.75
12
Mel
oksi
kam
M
01A
C06
42
28.0
0
13
Nat
riu
m D
iklo
fen
ak
M01
AB
05
4006
.00
14
Rifa
mpi
sin
J0
4AB
02
3857
.75
15
Dia
zepa
m
N05
BA
01
3827
.30
33
16
Glim
epir
id
A10
BB
12
3596
.00
17
Ket
orol
ak
M01
AB
15
3475
.33
18
Met
form
in
A10
BA
02
3377
.75
19
Para
seta
mol
N
02B
E01
33
02.7
9
20
Su
cral
fate
A
02B
X02
30
68.8
8
D.
Tota
l DD
D p
er 1
00 h
ari r
awat
inap
dan
DD
D p
er 1
.000
pas
ien
raw
at ja
lan
Con
toh
per
hit
un
gan
DD
D p
er 1
00 h
ari r
awat
Mis
alka
n d
iket
ahu
i:
tota
l har
i raw
at in
ap:
55 h
ari
pen
ggu
naa
n A
mox
icill
in in
jeks
i: 65
DD
D
Mak
a D
DD
per
100
har
i raw
at u
ntu
k A
mok
sisi
lin in
jeks
i ada
lah
[ππππππ
ππππΓ
ππππππ
=ππππ
ππ,ππππ
π«π«π«π«π«π«
ππππππ
ππππππ
ππππππ
ππ ππππππ
ππππ]
Con
toh
per
hit
un
gan
DD
D p
er 1
000
kun
jun
gan
raw
at ja
lan
16
Glim
epir
id
A10
BB
12
3596
.00
17
Ket
orol
ak
M01
AB
15
3475
.33
18
Met
form
in
A10
BA
02
3377
.75
19
Para
seta
mol
N
02B
E01
33
02.7
9
20
Su
cral
fate
A
02B
X02
30
68.8
8
D.
Tota
l DD
D p
er 1
00 h
ari r
awat
inap
dan
DD
D p
er 1
.000
pas
ien
raw
at ja
lan
Con
toh
per
hit
un
gan
DD
D p
er 1
00 h
ari r
awat
Mis
alka
n d
iket
ahu
i:
tota
l har
i raw
at in
ap:
55 h
ari
pen
ggu
naa
n A
mox
icill
in in
jeks
i: 65
DD
D
Mak
a D
DD
per
100
har
i raw
at u
ntu
k A
mok
sisi
lin in
jeks
i ada
lah
[ππππππ
ππππΓ
ππππππ
=ππππ
ππ,ππππ
π«π«π«π«π«π«
ππππππ
ππππππ
ππππππ
ππ ππππππ
ππππ]
Con
toh
per
hit
un
gan
DD
D p
er 1
000
kun
jun
gan
raw
at ja
lan
Tabe
l 6. D
ata
peng
guna
an o
bat d
iuru
t ber
dasa
rkan
kua
ntita
s pe
nggu
naan
dal
am D
DD
No.
N
ama
Gen
erik
K
ode
ATC
K
uant
itas
(DD
D)
1 A
sam
Mef
enam
at
M01
AG
01
1309
3.80
2 A
mlo
dipi
ne
C08
CA
01
1149
4.00
3 D
exam
eth
ason
e H
02A
B02
10
698.
67
4 R
anit
idin
e A
02B
A02
10
613.
83
5 M
etilp
redn
isol
on
H02
AB
04
9827
.03
6 A
sam
Ase
tils
alis
ilat
B01
AC
06
7179
.00
7 O
mep
razo
l A
02B
C01
67
42.0
0
8 S
ipro
floks
asin
J0
1MA
02
6348
.40
9 La
nso
praz
ol
A02
BC
03
5894
.00
10
Sia
nok
obal
amin
B
03B
A01
46
65.0
0
11
Am
oksi
silin
J0
1CA
04
4579
.75
12
Mel
oksi
kam
M
01A
C06
42
28.0
0
13
Nat
riu
m D
iklo
fen
ak
M01
AB
05
4006
.00
14
Rifa
mpi
sin
J0
4AB
02
3857
.75
15
Dia
zepa
m
N05
BA
01
3827
.30
34
Mis
al, u
ntu
k ra
wat
jala
n t
otal
pas
ien
: 500
pas
ien
Mak
a, D
DD
per
1.0
00 p
asie
n u
ntu
k od
anse
ntr
on:
[ππππππ,
ππππππ
ππΓ
ππππππππ
=ππππ
,ππππ
π«π«π«π«π«π«
ππππππ ππ
.ππππππ
ππππππ
ππππππ]
E.
Dru
gUti
lizat
ion
90%
(DU
90%
)
Un
tuk
men
geta
hu
i D
U90
%,
terl
ebih
dah
ulu
dat
a pe
ngg
un
aan
oba
t di
gabu
ngk
an b
erda
sark
an k
ode
ATC
. O
bat-
obat
den
gan
kod
e A
TC y
ang
sam
a di
hit
un
g se
baga
i sa
tu k
esat
uan
. S
ebag
aim
ana
terl
ihat
pada
Tabe
l 7,
Am
oxic
illin
kap
sul
den
gan
in
jeks
i m
emili
ki k
ode
ATC
yan
g sa
ma,
kar
ena
itu
dal
am
perh
itu
nga
n D
U90
% d
ihit
un
g se
baga
i 1 k
esat
uan
:
Tabe
l 7. D
ata
peng
guna
an o
bat d
igab
ungk
an b
erda
sark
an k
ode
ATC
N
o N
ama
Oba
t N
ama
Gen
erik
B
entu
k Se
diaa
n da
n K
ekua
tan
Kod
e A
TC
Jum
lah
Peng
guna
an
(dal
am D
DD
) R
J R
I To
tal
1 A
mox
san
Am
oksi
silli
n
KA
PSU
L 50
0 m
g J0
1CA
04
485.
5 44
52
9.50
2 A
mox
icill
in I
NJ
Am
oksi
silli
n
INJE
KS
I J0
1CA
04
0 18
8 18
8.00
16
Glim
epir
id
A10
BB
12
3596
.00
17
Ket
orol
ak
M01
AB
15
3475
.33
18
Met
form
in
A10
BA
02
3377
.75
19
Para
seta
mol
N
02B
E01
33
02.7
9
20
Su
cral
fate
A
02B
X02
30
68.8
8
D.
Tota
l DD
D p
er 1
00 h
ari r
awat
inap
dan
DD
D p
er 1
.000
pas
ien
raw
at ja
lan
Con
toh
per
hit
un
gan
DD
D p
er 1
00 h
ari r
awat
Mis
alka
n d
iket
ahu
i:
tota
l har
i raw
at in
ap:
55 h
ari
pen
ggu
naa
n A
mox
icill
in in
jeks
i: 65
DD
D
Mak
a D
DD
per
100
har
i raw
at u
ntu
k A
mok
sisi
lin in
jeks
i ada
lah
[ππππππ
ππππΓ
ππππππ
=ππππ
ππ,ππππ
π«π«π«π«π«π«
ππππππ
ππππππ
ππππππ
ππ ππππππ
ππππ]
Con
toh
per
hit
un
gan
DD
D p
er 1
000
kun
jun
gan
raw
at ja
lan
35
3 A
B V
AS
K
Am
lodi
pin
TA
BLE
T 10
mg
C08
CA
01
160
448
608.
00
No
Nam
a G
ener
ik
Kod
e A
TC
Jum
lah
Peng
guna
an (d
alam
DD
D)
RJ
RI
Tota
l
1 A
mok
sisi
llin
J0
1CA
04
485.
5 23
2 71
7,5
2 A
mlo
dipi
n
C08
CA
01
160
448
608.
00
Dat
a di
uru
t be
rdas
arka
n j
um
lah
tot
al p
engg
un
aan
DD
D t
erbe
sar
sam
pai
terk
ecil.
Ten
tuka
n j
um
lah
tota
l n
ilai
DD
D u
ntu
k se
mu
a ob
at i
tem
oba
t. S
elan
jutn
ya,
den
gan
men
ggu
nak
an t
otal
nila
i D
DD
ters
ebu
t, d
apat
dila
kuka
n p
engh
itu
nga
n p
erse
nta
se p
engg
un
aan
sat
u i
tem
oba
t. P
erse
nta
se k
um
ula
tif
kem
udi
an d
ihit
un
g se
suai
den
gan
uru
tan
yan
g te
lah
dit
entu
kan
seb
elu
mn
ya.
DU
90%
dit
entu
kan
den
gan
men
entu
kan
oba
t-ob
at y
ang
mem
iliki
per
sen
tase
ku
mu
lati
f sam
pai d
enga
n
90%
36
Tabe
l 8. T
abel
dat
a pe
nggu
naan
oba
t dan
per
sent
ase
sert
a pe
rsen
tase
kum
ulat
if N
o.
N
ama
Gen
erik
Oba
t K
ode
ATC
To
tal D
DD
Pe
rsen
tase
Pe
rsen
tase
K
umul
atif
1
Asa
m M
efen
amat
M
01A
G01
13
093.
80
6.00
%
6.00
261%
2 A
mlo
dipi
n
C08
CA
01
1149
4.00
5.
27%
11
.271
82%
3 D
exam
eth
ason
e H
02A
B02
10
698.
67
4.90
%
16.1
7642
%
4 R
anit
idin
A
02B
A02
10
613.
83
4.87
%
21.0
4213
%
5 M
etilp
redn
isol
on
H02
AB
04
9827
.03
4.51
%
25.5
4715
%
6 A
sam
Ase
tils
alis
ilat
B01
AC
06
7179
.00
3.29
%
28.8
3823
%
7 O
mep
razo
l A
02B
C01
67
42.0
0 3.
09%
31
.928
97%
8 S
ipro
floks
asin
J0
1MA
02
6348
.40
2.91
%
34.8
3927
%
9 La
nso
praz
ol
A02
BC
03
5894
.00
2.70
%
37.5
4127
%
10
Sia
nok
obal
amin
B
03B
A01
46
65.0
0 2.
14%
39
.679
85%
11
Am
oksi
silin
J0
1CA
04
4579
.75
2.10
%
41.7
7935
%
12
Mel
oksi
kam
M
01A
C06
42
28.0
0 1.
94%
43
.717
60%
13
Nat
riu
m D
iklo
fen
ak
M01
AB
05
4006
.00
1.84
%
45.5
5407
%
14
Rifa
mpi
sin
J0
4AB
02
3857
.75
1.77
%
47.3
2259
%
15
Dia
zepa
m
N05
BA
01
3827
.30
1.75
%
49.0
7714
%
16
Glim
epir
id
A10
BB
12
3596
.00
1.65
%
50.7
2566
%
17
Ket
orol
ak
M01
AB
15
3475
.33
1.59
%
52.3
1886
%
37
18
Met
form
in
A10
BA
02
3377
.75
1.55
%
53.8
6732
%
19
Para
seta
mol
N
02B
E01
33
02.7
9 1.
51%
55
.381
43%
20
Su
cral
fate
A
02B
X02
30
68.8
8 1.
41%
56
.788
30%
β¦
β¦β¦
β¦β¦
β¦β¦
. β¦
β¦β¦
β¦β¦
. β¦
β¦β¦
β¦β¦
.. β¦
β¦β¦
β¦β¦
. β¦
β¦β¦
β¦..
70
Oks
itos
in
H01
BB
02
630.
67
0.29
%
89.6
1441
%
71
Fen
itoi
n
N03
AB
02
625.
00
0.29
%
89.9
0093
%
72
PSE
UD
OE
FED
RIN
HC
L,
TRIP
RO
LID
IN H
CL
R01
BA
52
616.
31
0.28
%
90.1
8347
%
73
Flu
nar
izin
N
07C
A03
61
1.50
0.
28%
90
.463
80%
Ber
dasa
rkan
per
sen
tase
ku
mu
lati
f pe
ngg
un
aan
oba
t be
rdas
arka
n D
DD
, da
pat
dike
tah
ui
jum
lah
ite
m
obat
yan
g m
eru
paka
n 9
0% d
ari
obat
yan
g di
gun
akan
di
Ru
mah
Sak
it t
erse
but
berj
um
lah
72
item
.
Daf
tar
DU
90%
ter
sebu
t m
empe
rlih
atka
n i
tem
oba
t ya
ng
men
dom
inas
i pe
ngg
un
aan
oba
t di
Ru
mah
Sak
it,
seka
ligu
s m
enu
nju
kkan
item
oba
t ya
ng
jara
ng
digu
nak
an.
Seh
ingg
a da
ta D
U 9
0% d
apat
men
jadi
pert
imba
nga
n d
alam
pen
yusu
nan
form
ula
riu
m r
um
ah s
akit
mau
pun
dal
am p
enga
daan
oba
t.
38
3.
An
alis
a K
ompa
rati
f
An
alis
is k
ompa
rati
f di
laku
kan
un
tuk
mel
ihat
per
ban
din
gan
pen
ggu
naa
n o
bat
anta
r w
ilaya
h,
fasi
litas
kese
hat
an a
tau
an
tar
wak
tu y
ang
berb
eda
dala
m s
atu
fasi
litas
pel
ayan
an.
Ber
iku
t co
nto
h g
rafik
bat
ang
perb
andi
nga
n t
otal
pen
ggu
naa
n o
bat
perb
ula
n p
ada
bula
n y
ang
berb
eda:
Gam
bar
1. D
ata
graf
is p
erba
ndin
gan
tota
l pen
ggun
aan
obat
per
bula
n
JULI
AGUS
TUS
SEPT
EM
BER
OKT
OBE
RN
OVE
MBE
RDE
SEM
BER
KUAN
TITA
S (D
DD)
7433
4.54
6809
7.98
7235
8.10
7539
2.74
6995
5.86
7613
1.16
0.00
1000
0.00
2000
0.00
3000
0.00
4000
0.00
5000
0.00
6000
0.00
7000
0.00
8000
0.00
KUANTITAS (DDD)
KUAN
TITA
S PE
NGG
UN
AAN
OBA
T JU
LI-D
ESEM
BER
2013
39