6 prinsip komunikasi islam
TRANSCRIPT
7/26/2019 6 Prinsip Komunikasi Islam
http://slidepdf.com/reader/full/6-prinsip-komunikasi-islam 1/4
6 prinsip komunikasi islam
1. Qawlan Karima
Qawlan karima dapat diartikan sebagai perkataan yang mulia. Dalam komunikasi dakwah sendiri qawlan
karima digunakan untuk mad’u yang tingkatan umurnya lebih tua. Dengan itu pendekatan yang digunakan
lebih pada pendekatan yang sifatnya santun, lembut, dengan tingkatan dan sopan santun diutamakan.
Dalam artian memberi penghormatan yang tidak menggurui dan retorika yang berapi-api. Prinsip yang
komunikasi ini menghendaki jika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua daripada kita atau kepada
siapa saja, maka komunikator haruslah memiliki dan memperhatikan sopan santun yang berlaku. Salah
satunya dengan tidak melakukan kekerasan dan memilih bahasa yang terbaik dan sopan penuh
penghormatan. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu. Maka sekali-kali kamu mengatakan kepada
keduannya kata “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia.”
(Q.S Al-Isra’:23)
Ayat diatas menuntut agar apapun yang disampaikan kepada orangtua bukan hanya benar dan tepat,
bukan saja sesuai dengan adat dan kebiasaan baik di masyarakat, tetapi diiringi dengan yang terbaik dan
mulia. Dan kalaupun orang tua melakukan kesalahan terhadap anak maka kesalahan tersebut harus
dianggap tak ada atau dimaafkan bagaimana juga tidak ada orangtua yang bermaksud buruk pada
anaknya.
2. Qawlan Layyina
Secara terminologi kata layyin berarti lembut. Qawlan layyinan juga berarti perkataan yang lemah lembut.
Perkataan yang lemah lembut dalam komunikasi dakwah merupakan interkasi komunikasi da’i dalammempengaruhi mad’u untuk mencapai hikmah. Dalam Al-qur’an disebutkan:
“Maka disebabkan rahmat Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi, berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”. (Q.S Ali-Imran:159)
Dengan demikian dapat dimengerti, interaksi aktif dari qawlan layyinan adalah komunikasi yang ditujukan
pada dua karakter mad’u, yaitu:
1. Para mad’u tingakt penguasa dengan perkataan lemah lembut menghindarkan dan menimbulkan sikap
konfrontatif.
2. Mad’u dengan tataran budaya yang masih rendah. Sikap lemah lembut dapat menimbulkan sikap simpati.
7/26/2019 6 Prinsip Komunikasi Islam
http://slidepdf.com/reader/full/6-prinsip-komunikasi-islam 2/4
Contoh peristiwa pada zaman nabi
Ketika ada seorang badui yang kencing di masjid para sahabat bermaksud untuk mengusirnya, tetapi Nabi
Muhammad justru membiarkannya sampai selesai buang air. Sesudah itu, beliau menyuruh para sahabat
untuk mengambil air dan menyiramnya pada tempat yang dikencingi tadi. Lalu Nabi bersabda “kalian diutus
untuk mempermudah bukan mempersulit.”
Membiarkan masjid yang fungsinya tempat shalat memang sulit dipahami oleh para sahabat pada waktu itu.
Namun, begitulah Nabi dalam menghadapi orang yang tingkat budayanya masih rendah. Sementara
sebagian ulama menganalisis seandainaya Nabi Muhammad Saw tidak membiarkan orang badui tersebut
merampungkan kencingnya, ia akan lari karena diusir oleh para sahabat. Dan akan berakibat air kencingnya
terpencar kemana-mana sehingga lebih mnegotori masjid, atau ia akan segera menahan kencingnya dan ini
tentu membahayakan kesehatannya.
Akan tetapi bagaimanapun, seandainya pengusiran terjadi, secara psikologis, orang baduipedesaan yang
bernama Dzulkhuwaishiirah al-Yamani itu akan merasa terpukul dan antipati terhadap Rasulullah.
3. Qawlan Baligha
Dalam bahasa arab kata baligha berarti sampai, mengenai sasaran atau mencapai tujuan. Dalamkomunikasi dakwah sendiri baligh berarti fasih, jelas maknannya, tepat mengungkapkan apa yang
dikehendaki dan terang. Dan menurut Jalaluddin Rahmat qawlan baligha adalah prinsip komuikasi yang
efektif.
Komunikasi yang efektif hanya jika dan hanya jika (only if) ia menyerap sinar dan ke-Maha Muliaan dan ke-
Mahatauan Allah Swt dalam dirinya. Dalam teori komunikasi modern sifat mulia disebut trustworthiness dan
sifat tahu disebut expertness. Berbagai penelitian membuktikan bahwa orang cenderung mengikuti
pendapat atau keyakinan orang yang dianggapnya jujur. Orang yang memiliki akhlak rendah dan tidak
mempunyai integritas pribadi sulit untuk menjadi komunikator yang berpengaruh. Begitu pula orang jahil
yang pengetahuannya dibawah rata-rata orang yang banyak, sukar untuk mengubah atau mengarahkan
perilaku orang lain.
Prinsip komunikasi dalam bentuk qawlan baligha adalah hendaknya para dai harus seimbang dalam
melakukan sentuhan terhadap mad’u yaitu antara otaknya dan hatinya. Jika komponen tersebut dapat
terakomodasi dengan baik maka akan maka akan menghasilkan umat yang kuat, karena terjadinya
persatuan antara hati dan pikiran. Interaksi keduanya merupakan sebuah kekuatan yang kuat dan saling
berkaitan dalam membentuk komunikasi yang efektif. Apabila salah satunya ditinggalkan maka akan terjadi
ketimpangan dalam komunikasi.
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang didalam hati mereka. Karena itu
berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan ketakanlah kepada mereka perkataan
yang berbekas pada jiwa mereka.” (Q.S An-Nisa:63)
Ayat diatas mngibaratkan hatimereka sebagai wadah ucapan. Dan wadah tersebut harus diperhatikan,
sehingga apa yang dimaksudkan ke dalamnya sesuai, bukan saja dalam kuantitasnya tetapi juga dari sifat
wadah tersebut.
4. Qawlan Saddidaa
Qawlan saddidan merupakan pembicaraan yang benar, jujur, tidak berbohong, lurus dan tidak berbelit-belit.
7/26/2019 6 Prinsip Komunikasi Islam
http://slidepdf.com/reader/full/6-prinsip-komunikasi-islam 3/4
Berdasarkan bentuk kata saddidan terdiri dari huruf “sin” dan “dal” yang menurut pakar bahasa
menunjukkan pada makna istiqamah dan konsistensi. Kata ini juga digunakan untuk menunjuk sasarannya.
Sesorang menyampaikan suaru ucapan yang benar dan tepat pada sasarannya. Dengan demikian kata
“saddid” tidak hanya berarti benar saja, namun juga dapat pula berarti tepat sasaran.
“Dan hendaklah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka hendaklah mereka takut. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar lagi tepat.”(Q.S
Al-Nisa:9)
Dari ayat diatas dapat ditafsirkan bahwa keadaan sebagai anak-anak yatim padahakikatnya berbeda
dengan anak kandung, ini membuat mereka lebih peka, sehingga kita dituntut untuk lebih memberikan
kebutuhan perlakuan yang lebih hati-hati, kalimat yang tebih sopan dan terpilih. Bukan hanya dalam segi
kandungannya namun juga dalam ketepatan memilih kata. Jika kita memberikan teguran janganlah sampaimenimbulkan kekeruhan di hati mereka, akan tetapi teguran haruslah meluruskan mereka dan
membinannya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”.
(Q.S A-Azhab:70)
Ayat diatas menjelaskan bahwa kata saddidan mengandung makna “meruntuhkan kemudian memperbaiki”,
disini dapat diartikan jika menyampaikan kritik hendaknya merupakan “kritik yang membangun”, dengankata lain informasi yang disampaikan harus mendidik, baik, dan benar.
5. Qawlan Ma’rufa
Qawlan ma’rufa dapat diartikan sebagai ungkapan atau ucapan yang pantas dan baik. Pastas disini
diartikan sebagai kata-kata yang terhormat. Sedangkan baik diartikan sebagai kata-kata yang sopan.
Apabila ditelaah dengan ayat-ayat Al-qur’an qawlan ma’rufa mempunyai beberapa frasa mengenai
bagaimana secara etis berkomunikasi dan berlaku pada komunikan, diantaranya:
1. Orang-orang yang kuat kepada kaum yang lemah seperti orang miskin, anak yatim, dan lainnya.
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim, dan orang miskin, maka berilah mereka
sebagian harta itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik”. (Q.S An-Nisa:8)
2. Orang-orang yang masih belum sempurna akalnya, yang lebih mengedepankan emosi daripada
logikannya.
7/26/2019 6 Prinsip Komunikasi Islam
http://slidepdf.com/reader/full/6-prinsip-komunikasi-islam 4/4
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta yang dijadikan
Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian dan ucapkanlah kepada mereka kata-
kata yang baik”. (Q.S An-Nisa:5)
3. Para perempuan, ditujukan untuk menghindarkan dan mencegah perkataan yang lemah lembut dalam
konteks dapat menimbulkan fitnah. Akan tetapi, kata-kata tersebut boleh diucapkan kepada muhrimnya.
“Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita lain, jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu
tunduk ketika berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah
perkataan yang baik”. (Q.S Al-Ahzab:32)
Dari ayat diatas seorang wanita dituntut untuk berbicara dengan suara yang wajar, gerak-gerik yang sopan
dan kalimat-kalimat yang diucapkan dengan baik, benar dan sesuai dengan sasaran, tidak menyinggung
perasaan dan mengundang rangsangan.
6. Qawlan Maysura
Secara terminologi qawlan maisura berarti mudah. Dalam konteks komunikasi dakwah maka dapat diartikan
bahwa dalam penyampaian pesan dakwah, da’i hendaklah menggunakan bahasa yang ringan, sederhana,
pantas atau yang mudah diterima oleh mad’u secara spontan tanpa harus melalui pemikiran yang berat.
Dalam Al-quran disebutkan:
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka
katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas”. (Q.S Al-Isra:28)
Dari ayat diatas dapat diartikan apabila kamu tidak dapat melaksanakan perintah Allah SWT, maka
katakanlah kepada mereka perkataan yang baik agar mereka tidak kecewa lantaran mereka belum
mendapatkan bantuan dari kamu. Oleh karena itu, kamu berusaha untuk mendapatkan rezeki agar kamu
dapat memberikan hak-hak mereka.terkait dengan komunikasi dakwah hal yang harus diperhatikan oleh da’i
ketika menggunakan gawlan maysura ditinjau dari karakter dan kondisimad’u yang akan dihadapi adalah:
1. Orang tua atau kelompok yang merasa dituakan, yang sedang menjalani kesedihan lantaran kurang
bijaknya perlakuan anak terhadap orang tuanya atau kelompok yang lebih muda.
2. Orang yang didzalimi hak-haknya oleh orang-orang yang lebih kuat.
3. Masyarakat yang dilihat dari segi sosial mereka adalah orang miskin, lapisan masyarakat tersebut peka
dengan nasehat yang panjang, karena itu da’i harus memberikan solusi dengan membantu mereka dengan
dakwah bil hal.