5.bab ii pkl

17
BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Sistem Sulselrabar Di Indonesia cahaya listrik mulai bersinar pada akhir abad 19, yakni pada zaman pemerintahan Hindia Belanda. Pada mulanya, kelistrikan dibangun di Palembang dalam kaitannya dengan usaha pertambangan minyak, sementara di Ambon dan Makasar untuk kepentingan militer. Pada tahun 1914 dibangun pembangkit listrik yang pertama di Makassar dengan menggunakan mesin uap yang dikelola oleh suatu lembaga yang disebut Electriciteit Weizen berlokasi di Pelabuhan Makassar. Pada tahun 1925 dibangun Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 2 MW di tepi sungai Jeneberang daerah Pandang-Pandang, Sungguminasa dan hanya mampu beroperasi hingga tahun 1957. 7

Upload: daus-energy

Post on 15-Jan-2016

407 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: 5.BAB II PKL

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Sistem Sulselrabar

Di Indonesia cahaya listrik mulai bersinar pada akhir abad 19, yakni pada

zaman pemerintahan Hindia Belanda. Pada mulanya, kelistrikan dibangun di

Palembang dalam kaitannya dengan usaha pertambangan minyak, sementara di

Ambon dan Makasar untuk kepentingan militer.

Pada tahun 1914 dibangun pembangkit listrik yang pertama di Makassar

dengan menggunakan mesin uap yang dikelola oleh suatu lembaga yang disebut

Electriciteit Weizen berlokasi di Pelabuhan Makassar. Pada tahun 1925 dibangun

Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 2 MW di tepi sungai

Jeneberang daerah Pandang-Pandang, Sungguminasa dan hanya mampu

beroperasi hingga tahun 1957.

Untuk mencukupi kebutuhan listrik masyarakat pada masa itu, maka

dibangun Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) pada tahun 1946 , yang berlokasi di

bekas lapangan sepak bola Bontoala yang dikelola oleh N. V. Nederlands Gas

Electriciteit Maatschappy (N.V. NEGEM). Hingga pada tahun 1949 seluruh

pengelolaan kelistrikan dialihkan ke N.V. Ovesseese Gas dan Electriciteit Gas dan

Electriciteit Maatschappy (N.V. OGEM).

Pengusahaan ketenagalistrikan di kota Makassar pada akhirnya dinasionalisasi

oleh Pemerintah RI pada tahun 1957 dan dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara

7

Page 2: 5.BAB II PKL

(PLN) Makassar, namun wilayah operasi terbatas hanya di kota Makassar dan

daerah luar kota Makassar antara lain Majene, Bantaeng, Bulukumba, Watampone

dan Palopo untuk pusat pembangkitnya ditangani oleh PLN Cabang luar kota dan

pendistribusiannya oleh PT. MPS (Maskapai untuk Perusahaan-perusahaan

Setempat). PLN Makassar inilah yang kelak menjadi cikal bakal PT. PLN

(Persero) Wilayah Sulselrabar sebagaimana yang kita kenal dewasa ini.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Nomor:

Ment.16/I/20 tanggal 20 Mei 1961 diantaranya disebutkan di daerah-daerah,

dibentuk daerah EKSPLOITASI yang terdiri dari 10 Daerah Eksploitasi Listrik

Umum (Pembangkit dan Distribusi) dimana untuk daerah Sulawei Selatan dan

Sulawesi Tenggara yang berkedudukan di Makassar adalah PLN Eksploitasi VI

yang kemudian berubah menjadi PLN Exploitasi VIII pada tahun 1973

berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No.

01/PRT/1973 tentang Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Perusahaan

Umum.

Pada tahun 1975, Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik

mengeluarkan Peraturan Menteri No. 013/PRT/1975 sebagai pengganti Peraturan

Menteri No. 01/PRT/1973 yang didalamnya disebutkan bahwa perusahaan

mempunyai unsur pelaksana yaitu Proyek PLN Wilayah. Oleh karena itu, Direksi

Perum Listrik Negara menetapkan SK No. 010/DIR/1976 yang mengubah sebutan

PLN Exploitasi VIII menjadi PLN Wilayah VIII.

Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada

sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun

8

Page 3: 5.BAB II PKL

1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan

(Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan

umum hingga sekarang. Berdasarkan PP No. 23 tahun 1994 maka status PLN

Wilayah VIII berubah menjadi PT PLN (Persero) Wilayah VIII. PT. PLN

(Persero) Wilayah VIII selanjutnya membagi dua bagian usaha yang kesemuanya

berada dalam satu atap yaitu PT. PLN (Persero) Bagian Administrasi dan PT.

PLN (Persero) Unit Bisnis Sulawesi Selatan dan Tenggara.

PT PLN (Persero) Unit Pengatur Beban Sistem Sulselrabar sendiri bermula

dengan pembentukan organisasi Unit Pengatur Beban (UPB) berdasarkan

SK.DIR. PLN No.007.K/023/DIR/1990 pada tanggal 10 Februari 1990. Kemudian

pada tanggal 31 Mei 2000 berdasarkan keputusan pimpinan PLN wilayah

Sulselrabar No.642.K/021/PW.VIII/2000, PT PLN (Persero) Unit Pengaturan

Beban Sistem Sulawesi Selatan berubah menjadi PT PLN (Persero) Unit

Penyaluran dan Pengatur Beban (UP2B). Pada tahun 2003 dilakukan perubahan

organisasi UP2B menjadi Area Penyaluran dan Pengatur Beban (AP2B)

berdasarkan SK.DIR. PLN No.332.K/010/DIR/2003.

Pada tahun 2014, berdasarkan SK.DIR. PLN No.763.K & 729.K/DIR/2013 ,

Area Penyaluran dan Pengatur Beban (AP2B) berubah menjadi menjadi Unit

Pengatur Beban (UPB) dan Unit Pelayanan Transmisi (UPT). Sesuai dengan

keputusan tersebut menjelaskan secara umum tugas pokok PT. PLN (Persero)

UPB adalah melaksanakan kegiatan operatif yang menyangkut pelaksanaan

operasional sarana pembangkit secara terpadu, rasional, dan ekonomis dengan

9

Page 4: 5.BAB II PKL

memperhatikan mutu dan keandalan, sehingga pengusahaan tenaga listrik dapat

mencapai daya guna dan hasil guna semaksimal mungkin.

UPB Sistem Sulselrabar dibagi menjadi tiga bagian utama dan dua bagian

administrasi serta Sumber Daya Manusia, yaitu:

1. Bagian Fasilitas Operasi, bertanggung jawab terhadap pengelolaan fasilitas

SCADA dan Telekomunikasi.

2. Bagian Operasi Sistem Sulselbar, bertanggung jawab terhadap

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi operasi sistem tenaga listrik yang

dikelola oleh UPB Sistem Sulawesi Selatan dan Barat.

3. Bagian Operasi Sistem Sultra, bertanggung jawab terhadap perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi operasi sistem tenaga listrik yang dikelola oleh

UPB Sistem Sulawesi Tenggara.

4. Bagian SDM dan sekertariat.

5. Bagian Administrasi, bertanggung jawab terhadap pengelolaan anggaran

keuangan, inventarisasi aset, serta pengembangan SDM di lingkungan

UPB Sistem Sulawesi Selatan.

B. Visi, Misi, dan Motto PT PLN (Persero)

1. Visi

Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang bertumbuh-kembang

Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi insan.

10

Page 5: 5.BAB II PKL

2. Misi

a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,

berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan

pemegang saham.

b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan

kualitas kehidupan masyarakat.

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan

ekonomi.

d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

3. Motto

Motto dari PT PLN (Persero) adalah “Listrik untuk kehidupan yang lebih

baik”

C. Kegiatan Umum Perusahaan

PT PLN (Persero) UPB Sistem Sulselbar merupakan salah satu unit bisnis PT

PLN (Persero). Sesuai dengan Surat Keputusan Pimpinan PLN (Persero) Wilayah

VIII No. 642.K/021/PW.VIII/2000 tanggal 31 Mei 2000 tentang Tugas Pokok dan

Susunan Organisasi PT PLN (Persero) Unit Penyaluran dan Pengatur Beban

Sistem Sulawesi Selatan di Lingkungan PT PLN (Persero) Wilayah VIII, Tugas

Pokok PT PLN (Persero) Unit Penyaluran dan dan Pengatur Beban Sistem

Sulawesi Selatan adalah melaksanakan kegiatan Penyaluran tenaga listrik dan

menyelenggarakan tugas operatif yang menyangkut pelaksanaan operasional

11

Page 6: 5.BAB II PKL

sarana pembangkit secara terpadu, rasional, dan ekonomis dengan memperhatikan

mutu dan keandalan, sehingga pengusahaan tenaga listrik dapat mencapai daya

guna dan hasil guna semaksimal mungkin.

Tugas Unit Pengatur Beban adalah:

1. Memenuhi kebutuhan tenaga listrik para pelanggan setiap saat;

2. Mengatur pembagian beban masing-masing pembangkit setiap saat

sehingga dicapai biaya produksi yang ekonomis;

3. Mengatur tersedianya cadangan pembangkit yang cukup setiap saat

sehingga keandalan dapat dipertahankan.

D. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan salah satu aspek penting dalam organisasi atau

perusahaan. Perusahaan dapat mencapai prestasi kerja yang baik apabila terdapat

suatu sistem kerja yang baik, di mana fungsi-fungsi dalam organisasi tersebut

mempunyai pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang telah

diuraikan dalam struktur organisasi.

Adapun struktur organisasi PT PLN (Persero) UPB Sistem Sulselbar dapat

dilihat pada gambar 1.

12

Page 7: 5.BAB II PKL

Gambar 1. Struktur Organisasi UPB

13

Page 8: 5.BAB II PKL

Berdasarkan skema struktur organisasi tersebut, dapat dijabarkan tugas-tugas

pokok Unit Pengatur Beban (UPB) PT. PLN (Persero) secara lebih terperinci

sebagai berikut (PT. PLN 2013):

1. Merencanakan kegiatan bidang Operasi Sistem Unit Pengatur Beban

(UPB) untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

2. Menyetujui dan memperbaiki rencana operasi Tahunan, Bulanan,

Mingguan, Harian baik untuk rencana pembangkitan, penyaluran dan

fasilitas operasi serta rencana transaksi tenaga listrik untuk digunakan

acuan dalam pengendalian operasi sistem.

3. Memonitor pelaksanaan pengendalian operasi sistem sesuai dengan

rencana operasi yang telah dibuat untuk mendaatkan kondisi sistem yang

handal, berkualitas dan ekonomis.

4. Menyetujui dan memperbaiki hasil analisa dan evaluasi pengendalian

operasi sistem Tahunan, Bulanan, Mingguan dan Harian untuk digunakan

acuan perencanaan periode berikutnya.

5. Menyetujui dan memperbaiki hasil pengelolaan transaksi tenaga listrik

meliputi Power Sales Agreement (PSA) dan Transmission Service

Agreement (TSA) serta MVA Available untuk dibuatkan berita acara yang

akan ditanda tangani bersama antara UPB dan Wilayah.

6. Melaporkan setiap bulan hasil pengelolaan transaksi tenaga listrik yang

sudah ditandatangani bersama Wilayah sebagai acuan transakai.

14

Page 9: 5.BAB II PKL

7. Mengesahkan hasil resume rapat, rapat transaksi tenaga listrik UPB untuk

dikirimkan ke seluruh peserta rapat sehingga dapat dilakukan tindak lanjut

dari hasil kesepakatan tersebut.

8. Merencanakan Analisa Sistem tenaga (AST) untuk menentukan strategi

operasi yang akan diterapkan.

9. Mengelola dan memastikan implementasi defence scheme antara lain UFR,

OLS, UVR, OVR dan OGS.

10. Mengelola sistem database operasi sistem di area kerja UPB.

11. Menyelenggarakan rapat koordinasi operasi UPB serta mengesahkan hasil

resume rapat, untuk dikirimkan ke seluruh peserta rapat sehingga dapat

dilakukan tindak lanjut dari hasil kesepakatan tersebut.

12. Memastikan kesiapan fasilitas operasi yaitu SCADATEL, genset, UPS,

AC/DC Supply Telkom, DFR untuk menjaga kesiapan pengendalian

operasi sistem.

13. Memastikan operasi instalasi penyaluran baru agar dapat beroperasi sesuai

grid code dan ketentuan lainnya yang berlaku.

14. Mengevaluasi rekaman DFR untuk analisa gangguan.

15. Mengevaluasi dan menyetujui laporan gangguan sistem tenaga listrik

untuk didistribusikan ke unit/ instansi terkait.

16. Mengevaluasi dan menentukan rencana perubahan konfigurasi, kondisi

beban serta instalasi baru untuk mendapatkan informasi termutakhir

tentang kondisi sistem.

15

Page 10: 5.BAB II PKL

17. Merencanakan dan mengendalikan operasi sistem tegangan tinggi di

daerah kerjanya serta membuat analisa dan evaluasi terhadap realisasi

operasi sistem.

18. Mengesahkan Standing Operation Procedure (SOP) operasi sistem untuk

mencapai kondisi sistem yang andal, berkualitas dan efisien.

19. Melakukan koordinasi dengan unit Pembangkit dalam rangka

pengendalian dan pengoperasian sistem penyaluran.

20. Melakukan koordinasi dengan unit Pembangkit dalam rangka

pengendalian dan pengoperasian sistem pembangkit.

21. Melakukan koordinasi dengan distribusi dalam rangka pengendalian dan

penyaluran energi sistem distribusi.

22. Mengkoordinir proses niaga TSA, PSA, dan MVA Available sesuai yang

telah ditetapkan Wilayah.

23. Memastikan kesiapan fasilitas operasi (Master Station) dan sarana

pendukung lainnya (genset, UPS, AC/DC Supply, PABX,Master DFR).

24. Melaksanakan kebijakan pada fungsi administrasi dan kepegawaian.

25. Mengelola anggaran dan keuangan sesuai dengan aturan yang berlaku

untuk mendukung kinerja Unit Pengatur Beban.

26. Memonitor pengelolaan sistem pengamanan instalasi, fungsi sekretariat

dan hubungan masyarakat untuk meningkatkan keamanan dan pelayanan.

16