59516900-sawi

44
1 LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN KAJIAN JENIS PUPUK ORANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SAWI HIJAU Oleh : SOFYAN WIWIET SANTIKO 132060015/PA JURUSAN AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” YOGYAKARTA

Upload: annissa-ilmia-paramitha-siregar

Post on 23-Oct-2015

50 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

sawi

TRANSCRIPT

1

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

KAJIAN JENIS PUPUK ORANIK TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN HASIL SAWI HIJAU

Oleh :

SOFYAN WIWIET SANTIKO

132060015/PA

JURUSAN AGRONOMI FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

YOGYAKARTA

2010

2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagad Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran

yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia.

Sehingga ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan

untuk bisnis sayuran.

Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim.

Karena caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai

dan memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk komersial dan prospek

sangat baik..

Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial

yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak

mengandung serat. Serat bagi tubuh berfungsi membantu mempelancar pencernaan

dan dapat mencegah kanker (Haryanto, dkk 2006). Menurut Soeseno (1999) salah

satu jenis sayuran daun yang banyak digemari masyarakat adalah caisim (Brassica

juncea L.) atau disebut juga sawi bakso karena biasanya dikonsumsi sebagai sayuran

pelengkap bakso.

Di Indonesia,  caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan

kangkung  (Haryanto, dkk 2006).  Kandungan nutrisi yang terdapat dalam 100 g

bahan antara lain : 95 g air, 1.2 g protein, 0.2 g lemak, 1.2 g karbohidrat, 5800 IU

vitamin A, 0.04 mg vitamin B1, 0.07 mg vitamin B2, 0.5 mg niasin, 53 mg vitamin C,

3

102 mg kalsium, 2.0 mg zat besi, 27 mg magnesium, 37 mg fosfor, 180 mg kalium

dan 100 mg natrium (Opena dan Tay, 1994).

Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae (Kubis-kubisan). Tanaman ini

bukan asli tanaman Indonesia, melainkan berasal dari daerah Medeterania

(Soenaryono, 1989).  Seperti tanaman lainnya caisim juga memiliki beberapa

varietas, salah satunya adalah varietas Tosakan.  Caisim varietas Tosakan dapat

dipanen pada umur 22 hari setelah tanam,  tinggi tanaman 40 cm, warna tangkai putih

kehijauan, jumlah daun 12 helai,  bentuk daun eliptik, memiliki potensi hasil rata-rata

400 gram per tanaman, ciri yang paling khas caisim varietas Tosakan dibanding

dengan tanaman caisim varietas lain adalah memiliki warna daun hijau muda,

biasanya tanaman caisim yang banyak di budidayakan adalah tanaman casim warna

daunnya hijau tua.    Selain warna daun, ciri khas dari varietas Tosakan adalah

memiliki rasa daun yang tidak pahit, sehingga varietas Tosakan ini banyak digemari

oleh masyarakat (East West Seed Indonesia, 2006).

Caisim mempunyai sifat menyerbuk silang, bahkan sulit menyerbuk sendiri

(Soenaryono, 1989).  Sulitnya penyerbukan sendiri disebabkan caisim mempunyai

sifat self incompatible.  Menurut Opena dan Tay (1994) tanaman caisim bertangkai

daun panjang dan daunnya berbentuk lonjong.  Caisim dapat ditanam sepanjang tahun

di daerah subtropika dan tropika pada kisaran suhu optimum 25oC – 36oC. 

Pemberian cahaya dan drainase yang baik serta jenis tanah lempung berpasir atau

4

lempung berliat yang subur baik untuk pertumbuhan tanaman caisim, kemasaman

tanah yang baik untuk tanaman caisim berkisar antara pH 5.5 – 6.5.

         Kelembaban media pertumbuhan yang baik mendukung pertumbuhan dan

perkembangan tanaman caisim yang cepat.  Penyiraman air dua sampai tiga kali

sehari diperlukan untuk mendukung pertumbuhan tanaman muda (Opena dan Tay,

1994). 

Produksi tanaman caisim di kabupaten Karawang hanya mencapai 15,89 ton/tahun,

hasil ini tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar yang begitu besar.  Kecilnya produksi

ini dipengaruhi oleh luas tanam, dari 30 kecamatan di kabupaten Karawang  hanya 4

kecamatan penghasil tanaman caisim dengan luas tanam 299 Ha. Selain itu budidaya

tanaman casim di Karawang rata-rata masih menggunakan cara tradisional. Untuk

pemupukan kebanyakan mereka menggunakan pupuk anorganik tanpa dikombinasi

dengan pupuk organik dan aplikasinya pun tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman,

umumnya petani menanam caisim di lahan yang sangat dekat dengan sungai, supaya

mempermudah dalam penyiraman, karena caisim merupakan jenis tanaman yang

tidak tahan kekeringan (BPS Kabupaten Karawang, 2006).

Agar dapat tumbuh optimal tanaman caisim  harus ditanam di lahan yang memiliki

unsur  hara makro dan mikro yang cukup tinggi dan kondisi tanah yang gembur, salah

satu unsur hara makro yang sangat dibutuhkan oleh sayuran ini adalah unsur nitrogen,

karena nitrogen merupakan unsur pokok pembentuk protein, asam nukleat, dan

klorofil yang berguna dalam proses fotosintesis (Palungkun dan Budiarti, 1993).

5

Menurut Haryanto, dkk (2006), tanaman sayuran daun membutuhkan pupuk dengan

unsur nitrogen yang cukup tinggi agar sayuran dapat tumbuh dengan baik, lebih

renyah, segar dan enak dimakan.Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mahanani

(2003) pada sayuran daun pak-coy,  bahwa penggunaan unsur hara N pada tanaman

pak-coy dapat menambah zat hijau daun yang di gunakan untuk pembentukan asam

amino dan protein.  Sedangkan pada tanaman pak-coy yang tidak diberi unsur hara N

tanaman tetap kecil dan daun lebih cepat berubah menjadi kuning, karena N yang

tersedia tidak cukup untuk membentuk protein dan klorofil sehingga menyebabkan

kemampuan tanaman menjadi berkurang dan produksi karbohidratnya berkurang.

Kekurangan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan caisim di daerah

Karawang dapat ditanggulangi melalui pemberian pupuk, baik pupuk organik

maupun anorganik.  Penambahan unsur makro nitrogen dalam tanah dapat dilakukan

dengan penambahan pupuk an-organik yang mengandung unsur nitrogen, sedangkan

penambahan pupuk organik selain menambah unsur hara makro meskipun dalam

jumlah yang sangat sedikit juga menambah unsur mikro dan mikroorganisme yang

berguna untuk meningkatkan produktivitas tanah (Lingga dan Marsono, 2003).

Kandungan hara pupuk organik relatif kecil maka dalam penggunaannya masih tetap

perlu pupuk anorganik (Murbandono, 1990). Pupuk organik lebih ditujukan untuk

memperbaiki kondisi tanah seperti perbaikan aerasi tanah, yang mana kemampuan ini

6

tidak dimiliki oleh pupuk an-organik (Hardjowigeno, 2003). Selain itu, setengah dari

kapasitas tukar kation tanah berasal dari bahan organik, dan bahan organik

merupakan sumber energi bagi jasad mikro tanah (Soepardi, 1983).

Caisim membutuhkan pupuk organik granular rabog sebanyak 850 Kg/Ha.

750 Kg/Ha sebagai pupuk dasar yang diberikan 3 hari sebelum tanam dan 100 Kg/Ha

sebagai pupuk susulan yang diberikan 3 hari setelah tanam (Komposindo Granular

Arendi, 2005).

Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan

pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah,

memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan.

Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat,

Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.

Penyebab utama rendahnya produktivitas Sawi diantaranya disebabkan oleh

karena kesuburan tanah yang rendah dan Usaha untuk dapat meningkatkan

produktivitas sawi hijau dapat dilakukan melalui pemberian pupuk, baik pupuk

organik maupun pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki sifat

fisik, kimia dan biologi tanah serta memperbaiki kualitas sayuran. Penggunaan pupuk

organik mempeunyai kelemahan diantaranya adalah kandungan hara rendah dan

ketersediaan unsur haranya lambat (Sutanto, 2002), sehingga dengan demikian

pemilihan pupuk organik yang tepat seperti pupuk organik kascing diharapkan dapat

mengatasi kelemahan pupuk organik yang ada..

7

Pemupukan adalah usaha pemberian pupuk yang bertujuan menambah persediaan

unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk peningkatan produksi dan

mutu hasil tanaman (Sarief, 1989). Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan

unsur hara P yang tersedia di dalam tanah dikarenakan asam-asam organik hasil

dekomposisi mampu meningkatkan unsur Fe³+ juga P ke akar sehingga dalam hal ini

peranan pupuk organik sangat penting berkaitan dengan Mg²+ bebas di dalam tanah.

Peningkatan lengas sampai kapasitas lapangan, dapat meningkatkan laju difusi P ke

akar sehingga dalam hal ini peranan pupuk kandang sangat penting dalam pemberian

unsur hara. Telah diketahui bahwa pupuk dapat mengikat sejumlah air, maka sangat

mempengaruhi kandungan lengas di dalam tanah (Dewi dan kawan-kawan, 2005).

Usaha untuk dapat meningkatkan produktivitas Sawi Hijau (caisim)

diantaranya dapat dilakukan dengan pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun

pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki sifat-sifat tanah

seperti sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Penggunaan pupuk organik akhir-akhir ini

memegang peranan yang sangat penting seiring dengan meningkatnya kesadaran

masyarakat terhadap kesehatan produk pertanian, khususnya sayuran. Masyarakat

menuntut produk pertanian sayuran berkualitas tinggi, tersedia setiap saat dan tidak

tercemar oleh residu bahan kimia beracun.

Penulis mengambil judul penelitiannya: “Pengaruh Jenis Pupuk Organik

Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Hijau ”.

8

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pupuk organik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

Sawi Hijau ?

2. Manakah jenis pupuk organik yang paling baik terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman Sawi Hijau?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman sawi hijau

2. Untuk mengetahui jenis pupuk organik yang tepat untuk pertumbuhan dan

hasil tanaman Sawi Hijau

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan, khususnya pada pertanian dan diharapkan dapat menjadi

acuan serta tambahan literature untuk penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan topik dalam penelitian ini.

2. Bagi Petani dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

informasi tentang jenis pupuk organik yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil

tanaman sawi hijau.

9

E. Kerangka Pemikiran

Benih tanaman Sawi Hijau ( Caisim ) yang baik dan bermutu adalah sebagai

berikut: Penampilan bernas/kusam, daya kecambah tinggi di atas 75%, tidak

rusak/cacat, tidak mengandung wabah hama dan penyakit. Keperluan benih untuk

1 hektar antara 15-20 kg.Pemberian pupuk kandang sapi memberikan rata-rata

kadar C-organik tanah yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis pupuk

organik yang lainnya. Hal ini disebabkan karena pupuk kandang sapi merupakan

pupuk dingin yang artinya perombakan oleh mikroorganisme tanah terjadi secara

perlahan-lahan, kurang terbentuk panas sehingga hara yang terlepaskan secara

berangsur-angsur. Selain itu, pupuk kandang sapi kadar C-organik awalnya lebih

tinggi dari yang lain, banyak mengandung air, lendir dan bila kena udara menjadi

padat/kerak sehingga udara dan air selanjutnya sukar masuk ke dalamnya,

sehingga dengan demikian karena sulit termineralisasi menyebabkan kadar C-

organik tanah lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis pupuk organik yang

lainnya. Pemberian pupuk organik dalam tanah mempengaruhi sifat kimia dan

hayati (biologi) tanah. Fungsi kimia dan hayati yang penting diantaranya adalah

selaku penukar ion dan penyangga kimia, sebagai gudang hara N, P, dan S,

pelarutan fosfat dengan jalan kompleksasi ion Fe dan Al dalam tanah dan sebagai

sumber energi mikroorganisme tanah (Notohadiprawiro, 1998). Pemberian pupuk

organik dari kotoran sapi, ayam dan kascing ke dalam tanah dapat meningkatkan

kadar hara dalam tanah.Bahan organik merupakan perekat butiran lepas, sumber

10

hara tanaman dan sumber energi dari sebagian besar organisme tanah (Soepardi,

1979; Nurhayati Hakim et al., 1986). Pemberian pupuk organik dapat

meningkatkan daya larut unsur P, K, Ca dan Mg, meningkatkan C-organik,

kapasitas tukar kation, kapasitas tanah memegang air, menurunkan kejenuhan Al

dan bulk density (BD) tanah (Lund dan Doss, 1980; Aidi et al., 1996).

Selain pemberian pupuk organik, pemberian pupuk urea sebagai sumber hara N

merupakan usaha yang banyak dilakukan dalam meningkatkan produktivitas

sayuran khususnya Bay. Pupuk urea sebagai sumber hara N dapat memperbaiki

pertumbuhan vegetatif tanaman, dimana tanaman yang tumbuh pada tanah yang

cukup N, berwarna lebih hijau (Hardjowigeno, 1987).

Beberapa macam pupuk organik dengan keunggulan dan kelemahannya

masing-masing tersedia di lapangan misalnya kascing dan bokashi, disamping

pupuk organik yang dimiliki oleh petani misalnya pupuk kandang sapi maupun

pupuk kandang ayam.

Dosis pupuk organik 62,5 g/polybag merupakan dosis terbaik untuk hasil

produksi ekonomis tanaman Sawi Hijau (Caisim). Dengan perbandingan tanah :

pupuk organik adalah 1:1

11

F. Hipotesis

Diduga dengan memberikan pupuk organik yaitu pupuk kandang dosis

62,5gr/polybag akan berpengaruh sangat baik terhadap hasil tanaman Sawi Hijau.

12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani dan Morfologi Sawi Hijau (Caisim)

Klasifikasi tanaman sawi hijau menurut Rukmana (1994) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Lactuca

Spesies : Lactuca sativa L.

Tanaman selada (Lactuca stiva) termasuk jenis tanaman sayuran daun dan

tergolong ke dalam tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman tumbuh pendek

dengan tinggi berkisar antara 20 cm - 40 cm atau lebih, bergantung pada tipe dan

varietasnya. Tanaman selada ada yang membentuk krop (kumpulan daun - daun yang

saling merapat membentuk kepala) dan ada varietas yang tidak membentuk krop.

Tinggi tanaman selada daun berkisar antara 30 cm - 40 cm dan tinggi tanaman selada

kepala berkisar antara 20 cm - 30 cm.

Secara morfologi, organ - organ penting yang terdapat pada tanaman selada adalah

sebagai berikut.

13

Daun tanaman selada memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang beragam,

bergantung pada varietasnya. Misalnya, jenis selada yang membentuk krop memiliki

bentuk daun bulat atau atau lonjong degan ukuran daun lebar atau besar, daunnya ada

yang berwarna hijau tua, hijau terang, dan ada yang berwarna hijau agak gelap.

Sedangkan jenis selada yang tidak membentuk krop, daunnya berbentuk bulat

panjang, berukuran besar, bagian tepi daun bergerigi (keriting), dan daunnya ada yang

berwarna hijau tua, hijau terang, dan merah. Daun selada memiliki tangkai daun lebar

dan tulang - tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun

bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun

selada umumnya memiliki ukuran panjang 20 cm - 25 cm dan lebar 15 cm atau lebih.

Tanaman selada memiliki batang sejati. Pada tanaman selada yang membentuk

krop, batangnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat dan terletak pada bagian

dasar yang berada di dalam tanah. Sedangan selada yang tidak membentuk krop

(selada daun dan selada batang) memiliki batang yang lebih panjang dan terlihat.

Batang bersifat tegap, kokoh, dan kuat dengan ukuran diameter berkisar antara 5,6 cm

- 7 cm (selada batang), 2 cm - 3 cm (selada daun), serta 2 cm - 3 cm (selada kepala).

Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar

serabut menmpel pada baying, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman 20

cm - 50 cm atau lebih. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi.

14

Perakaran tanaman selada dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah

yang subur, genbur, mudah menyerap air, dan kedalaman tanah (solum tanah) cukup

dalam.

Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu,agak keras, berwarna

coklat, tua, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang 4 mm dan lebar 1mm.Biji

selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dapat digunakan untuk

perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).

Bunga tanaman selada berwarna kuning, tumbuh lebat dalam satu rangkaian.

Bunga memiliki tangkai bunga yang panjang sampai data mencapai 80 cm atau lebih.

Tanaman selada yang ditanam di daerah yang beriklim sedang (subtropik) mudah atau

cepat berbuah.

Varietas – varietas selada tersebut dibagi dalam empat kelompok,

1. capitata, selada kepala renyah (crisphead, iceberg) dan kepala mentega (butterhead)

2. longifolia, selada cos (romaine) 3. crispa, selada daun longgar 4. asparagina, selada batang

Selada (Lactuca sativa) memiliki penampilan yang menarik. Ada yang berwama hijau

segar dan ada juga yang berwama merah. Selain sebagai sayuran, daun selada yang

agak keriting ini sering dijadikan penghias hidangan.

15

KANDUNGAN GIZI SAWI HIJAU

Tabel I : Kandungan gizi (flap 100 g bahan) Sawi Hijau ( caisim ) adalah sebagai

berikut:

Zat gizi Kandungan

Kalori 25 kal

Protein 1,2 g

Lemak 0,20 g

Karbohidrat 2,90 g

Vitamin B1 0,04 mg

Zat Besi 0,50 mg

Vitamin A 162 mg

Vitamin C 8,00 mg

Kalsium (Ca) 22,00 mg

Fosfor (P) 25 mg

Air 94,80 g

Sumber : (Rusli Hukum dan Sri Kuntarsih, 1990)

Syarat Tumbuh

16

Selada yang ditanam di dataran rendah cenderung lebih cepat berbunga dan

berbiji. Suhu optimal bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25°C. Jenis tanah yang

disukai selada ialah lempung berdebu, lempung berpasir, dan tanah yang masih

mengandung humus. Meskipun demikian, selada masih toleran terhadap tanah-tanah

yang miskin hara asalkan diberi pengairan dan pupuk organik yang memadai.

Sebaiknya tanah tersebut bereaksi netral.

B. Pupuk Organik dan Peranannya Bagi Tanaman

Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami

daripada bahan pembenah buatan/sintetis. Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk

organik mencegah terjadinya erosi, crusting (pengerakan permukaan tanah) dan

retakan tanah, mempertahankan kelengasannya dan internal drainage (memperbaiki

pengatusan dakhil). Pupuk organik banyak macamnya diantaranya pupuk kandang,

pupuk hijau, kompos, blotong, limbah tahu, limbah tapioka. Pupuk kandang

mempunyai pengaruh positif terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah, mendorong

kehidupan jasad renik.

Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang,

ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses

fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik

tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida,

seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu

nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik

17

karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses

perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi

dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan

tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk

hidup.

Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus

menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula

bahan organik. Bahan organik tanah selain dapat berasal dari jaringan asli juga dapat

berasal dari batuan.

Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan

pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan

komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam

setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi

yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah

hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan

jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih

cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun

dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar

25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau

dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh

oksigen (40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri

18

terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan

O.

Pertanian organik diartikan sebagai suatu sistem produksi pertanaman yang

berasaskan daur ulang hara secara hayati. Kegunaan budidaya organik pada dasarnya

adalah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan

oleh budidaya kimiawi. Pupuk organik dan pupuk hayati mempunyai berbagai

keunggulan nyata dibandingkan pupuk kimia. Pupuk organik dengan sendirinya

merupakan keluaran setiap budidaya pertanian, sehingga merupakan sumber unsur

hara makro dan mikro yang dapat dikatakan cuma-cuma. Pupuk organik dan pupuk

hayati berdaya ameliorasi ganda dengan bermacam-macam proses yang saling

mendukung bekerja menyuburkan tanah dan sekaligus mengkonservasikan dan

menyehatkan ekosistem tanah, serta menghindarkan kemungkinan terjadinya

pencemaran lingkungan (Sutanto, 2006).

Sumber pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan

limbah, misalnya : pupuk kandang (ternak besar dan kecil), hijauan tanaman,

rerumputan, semak, perdu dan pohon, limbah pertanaman (jerami padi batang jagung,

sekam padi dan lain-lain.) serta limbah agroindustri. Pupuk kandang adalah pupuk

yang didapat dari kotoran ternak dalam bentuk padat maupun cair. Dilihat dari hewan

yang mengeluarkan kotoran tersebut dapat dibedakan juga macam pupuk kandang,

yaitu ayam, sapi, kuda, kambing dan sebagainya. Pupuk kandang disamping

mengandung unsur makro seperti nitrogen, phosphor dan kalium, juga mengandung

19

unsur mikro seperti kalsium, magnesium, tembaga, dan sejumlah kecil mangan, coper

dan boron (Sarief, 1989).

Melalui penelitian ditemukan bahwa beberapa zat tumbuh dan vitamin dapat

diserap langsung dari bahan organik dan dapat merangsang pertumbuhan tanaman.

Dulu dianggap orang bahwa hanya asam amino, alanin, dan glisin yang diserap

tanaman. Serapan senyawa N tersebut ternyata relatif rendah daripada bentuk N

lainnya. Tidak dapat disangkal lagi bahwa bahan organik mengandung sejumlah zat

tumbuh dan vitamin serta pada waktu-waktu tertentu dapat merangsang pertumbuhan

tanaman.

Bahan organik ini merupakan sumber nutrien inorganik bagi tanaman. Jadi

tingkat pertumbuhan tanaman untuk periode yang lama sebanding dengan suplai

nutrien organik dan inorganik. Hal ini mengindikasikan bahwa peranan langsung

utama bahan organik adalah untuk menyuplai nutrien bagi tanaman. Penambahan

bahan organik kedalam tanah akan menambahkan unsur hara baik makro maupun

mikro yang dibutuhkan oleh tumbuhan, sehingga pemupukan dengan pupuk

anorganik yang biasa dilakukan oleh para petani dapat dikurangi kuantitasnya karena

tumbuhan sudah mendapatkan unsur-unsur hara dari bahan organik yang

ditambahkan kedalam tanah tersebut. Efisiensi nutrisi tanaman meningkat apabila

permukaan tanah bahan organik.Pupuk organik seperti namanya pupuk yang dibuat

dari bahan-bahan organik atau alami. Bahan-bahan yang termasuk pupuk organik

antara lain adalah pupuk kandang, kompos, kascing, gambut, rumput laut dan guano.

20

Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat dikelompokkan menjadi pupuk organik

padat dan pupuk organik cair. Beberapa orang juga mengkelompokkan pupuk-pupuk

yang ditambang seperti dolomit, fosfat alam, kiserit, dan juga abu (yang kaya K) ke

dalam golongan pupuk organik. Beberapa pupuk organik yang diolah dipabrik

misalnya adalah tepung darah, tepung tulang, dan tepung ikan. Pupuk organik cair

antara lain adalah compost tea, ekstrak tumbuh-tumbuhan, cairan fermentasi limbah

cair peternakan, fermentasi tumbuhan-tumbuhan, dan lain-lain.

Pupuk organik memiliki kandungan hara yang lengkap. Bahkan di dalam

pupuk organik juga terdapat senyawa-senyawa organik lain yang bermanfaat bagi

tanaman, seperti asam humik, asam fulvat, dan senyawa-senyawa organik lain.

Namun, kandungan hara tersebut rendah. Berdasarkan pengalaman saya, tidak ada

pupuk organik yang memiliki kandungan hara tinggi atau menyamai pupuk kimia.

Orang sering kali menghitung kebutuhan pupuk organik berdasarkan

kandungan haranya saja. Kandungan hara pupuk organik disetarakan dengan

kandungan hara dari pupuk kimia yang biasa digunakan. Akibatnya kebutuhan pupuk

organik jadi berlipat-lipat dibandingkan dengan dosis pupuk kimia.

Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa pupuk organik/kompos tidak bisa

dihitung berdasarkan unsur haranya saja. Kalau Anda tidak percaya Anda bisa

melakukan percobaan sederhana untuk membandingkan kedua pupuk ini. Ambil

tanah, sebaiknya gunakan tanah-tanah marjinal. Masukkan ke dalam dua polybag

21

yang ukuran dan isinya sama. Satu polybag diberi kompos dengan dosis 0.5 – 1 kg.

Polybag yang lain diberi pupuk kima beberapa sendok. Beri perlakuan penyiraman,

penyiangan, dan perlakuan lainnya yang sama.

Kompos

Kompos merupakan sisa-sisa organik yang telah mengalami perubahan

sehingga dapat dipakai sebagai pupuk. Kompos dibuat dari bahan organik yang

berasal dari bermacam-macam sumber. Dengan demikian, kompos merupakan

sumber bahan organik dan nutrisi tanaman. Kompos mengandung selulose 15% -

60%, hemiselulose 10% - 30%, lignin 5% - 30%, protein 5% - 40%, bahan mineral

(abu) 3% - 5%, serta terdapat bahan larut dalam air panas dan dingin (gula, pati, asam

amino, urea garam amonium) sebanyak 2% - 30% dan 1% - 5% lemak larut eter

alkohol, minyak dan lilin (Sutanto, 2002).

Nakada (1981, cit Sutanto, 2002) melaporkan terjadinya kenaikan N, P, K dan

Si tanah karena pemberian kompos dalam jangka panjang. Pemberian kompos jangka

panjang juga mampu meningkatkan aktivitas mikrobia penyemat nitrogen melalui

peningkatan kandungan bahan organik tanah yang mudah terdekomposisi,

meningkatkan pembentukan agregat yang stabil dan kapasitas pertukaran kation

(Wada et al., 1981, cit Sutanto, 2002).

22

Pupuk kandang

Pupuk kandang merupakan pupuk yang diperoleh dari kotoran padat dan cair

dari hewan ternak (kotoran sapi, ayam, kuda, dan kambing). Sifat dan ciri pupuk

kandang adalah;Lambat bereaksi ,Mempunyai efek residu,Dapat memperbaiki

struktur tanah dan menambah bahan organik tanah.

Hubungan langsung antara pupuk kandang dengan tanah terutama dapat

menstabilkan suhu tanah dan ketersediaan air. Faktor stabilisasi suhu dan ketersediaan

air oleh peran pupuk kandang tersebut akan tampak berpengaruh bagi tanaman

apabila tanah kekurangan air dan cuaca buruk (Sarjiman, 1999).

Pupuk kandang mempunyai sifat yang lebih baik dibanding dengan pupuk alam

lainnya maupun pupuk buatan (Sutedjo, 1999). Pupuk kandang dapat dikatakan

selain mengandung unsur-unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium) juga mengandung

unsur-unsur mikro (kalsium, magnesium, tembaga serta sejumlah kecil mangan,

barium dan lain-lain) yang kesemuanya membentuk pupuk, menyediakan unsur-

unsur atau zat-zat makanan bagi kepentingan pertumbuhan dan perkembangan

tanaman.

Kandungan hara beberapa jenis pupuk kandang tercantum pada Tabel 1 adalah

sebagai berikut :

23

Tabel 1. Komposisi unsur hara pupuk sapi, kambing dan ayam

No Jenis Pupuk H2O (%) N (%) P2O5 (%) K2O (%)

1 Sapi (padat) 85 0,40 0,20 0,10

2 Kambing (padat) 60 0,60 0,30 0,17

3 Ayam (padat-cair) 55 1,00 0,80 0,40

Sumber : Marsono dan Sigit (2002).

Pupuk kascing

Pupuk kascing merupakan pupuk yang berasal dari kotoran cacing. Kascing

banyak mengandung hormon pertumbuhan tanaman, kaya unsur hara makro dan

mikro, tidak mengandung racun serta mampu menggemburkan tanah marjinal atau

tanah kering dan miskin hara. Pemakaian pupuk kascing dapat memberikan manfaat

antara lain menigkatkan produktivitas, mempercepat panen, merangsang

pertumbuhan akar, batang dan daun, merangsang pertumbuhan bunga,

menggemburkan dan menyuburkan tanah serta cocok sebagai media tanam (Lingga,

2001).

Penambahan pupuk kascing ke dalam tanah dapat memperbaiki stuktur tanah,

tata air dan udara, kehidupan jasad-jasad renik di dalam tanah serta dapat

meningkatkan pengaruh pemupukan dengan pupuk buatan (Sosrosoedirdjo et al.,

1992).

24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan lokasi Lahan Praktek UPN”Veteran”

Yogyakarta, Condong Catur, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April 2010 terletak

pada Ketinggian tempat ± 115 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah

regosol

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan adalah biji Selada Varietas New York Pupuk kandang

sapi, Pupuk kandang ayam, Pupuk kandang kambing, Tanah dan Air Tanah.

Alat yang digunakan adalah Plastik, Bambu, Cetok, Polybag dengan ukuran

30 x 30 cm, alat ukur atau penggaris. pisau steril, gembor, oven, label, gelas ukur,

timbangan,

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu percobaan satu faktorial dengan menggunakan

polybag dengan tanaman secara homogen yang disusun dengan Rancangan Acak

Lengkap (RAL). Dengan 4 perlakuan dan masing – masing perlakuan terdiri atas 3

ulangan, yaitu : Tanpa pupuk organik (o0); pupuk kandang sapi (o1); pupuk kandang

25

ayam (o2) dan pupuk kandag kambing (o3).tiap ulangan terdiri atas 10 Tanaman jadi

tanaman yang dibutuhkan 4 x 3 x 10 = 120 Tanaman

Tanaman Sawi Hijau varietas lokal ditanam dengan menggunakan polibag,

dengan jarak tanam antar polibag 25 cm x 25 cm dengan jumlah biji dua biji/lubang.

Pemberian pupuk organik dilakukan dengan cara disebar satu hari sebelum tanam

kemudian diaduk rata dengan tanah.

Perlakuan dengan menggunakan pupuk organik yang terdiri dari 4 aras yaitu;

O0 : tanpa pupuk 0 gr

O1 : pupuk kandang sapi 62,5 gr

O2 : pupuk kandang ayam 62,5 gr

O3 : pupuk kandang kambing 62,5 gr

D. Pelaksanaan Percobaan

1. Pemupukan

Pemupukan awal menggunakan pupuk kandang yang telah masak. Waktu

pemupukan dilakukan satu minggu atau dua minggu sebelum tanam. Cara

pemupukan adalah dengan disebarkan merata diatas bedengan kemudian

diaduk dengan tanah lapisan atas. Untuk pemupukan yang diberikan per l

lubang tanam, cara pemberiannya dilakukan dengan memasukkan pupuk ke

dalam lubang tanam. Dosis pemberian pupuk dasar disesuaikan dengan jenis

tanaman dan keadaan lahan. Akan tetapi dosis untuk pupuk kandang sekitar 10

26

ton per hektar. Pemupukan per lubang tanam biasanya diperlukan sekitar 62,5

gr per lubang tanam.

2. Pemeliharaan Tanaman/Penyemaian

Menyediakan tempat persemaian dengan menggunakan nampan plastik dan

diberikan campuran pupuk kandang dan tanah 1:1. Kemudian menentukan

biji selada yang paling baik untuk dijadikan bibit atau dikecambahkan dengan

jalan dimasukkan ke dalam air dan biji selada yang utuh dan tenggelam

merupakn biji yang paling baik dikecambahkan. Benih selada mulai menjadi

bibit umur 7 hingga 10 hari atau bila bibit sudah mempunyai minimal 3 helai

daun. Setelah bibit tumbuh dan ada benih yang terserang hama/penyakit

maka perlu disemprot dengan pestisida dengan dosis rendah.

3. Persiapan pindah tanam dan perlakuan

Mempersiapkan Polibag (30 x30 cm) kemudian diberi tanah dan pupuk

kandang 1:1, diber perlakuan P0, P1, P2, P3. Polibag diletakkan pada lahan

dengan jarak tanam antar polybag 25 x 25 cm.

4. Pindah tanam bibit selada

27

Setelah umur 10 hari bibit selada sudah siap dipindah tanamkan, untuk

menghindari kerusakan bibit saat pindah tanam dilakukan dengan jalan

menyiram media dengan air, sehingga bibit mudah dicabut dan bibit idak

mudah rusak. Bibit selada tersebut ditanam pada polybag dengan kedalaman

2 hingga 4 cm.

E. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati meliputi; Tinggi tanaman, Jumlah daun, Luas daun,

Bobot segar daun, Bobot kering tanaman.

a. Tinggi tanaman (cm).

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai bagian tanaman yang

tertinggi. Pengukuran dilakukan setiap 10 hari sekali sampai dengan tanaman

selada berumur 35 hari dengan menggunakan penggaris.

b. Jumlah daun (helai).

Daun yang diukur adalah daun yang telah membuka penuh. Jumlah daun

diamati setiap 10 hari sekali sampai tanaman selada berumur 35 hari.

c. Luas daun (cm2).

Pengamatan dilakukan dengan mengambil semua daun yang sudah membuka

penuh pada setiap pengukuran tanaman Selada. Pengukuran dilakukan dengan

mengunakan alat ukur Leafaremeter.

28

d. Bobot segar daun (g).

Pengamatan dilakukan pada tanaman brumur 10, 20 hari hingga tanaman

berumur 35 hari atau pada saat tanaman mulai dipanen atau siap dijual. dengan

cara memisahkan semua daun dari batangnya kemudian menimbang semua

daun pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam.

e. Bobot kering tanaman (g).

Pengamatan dilakukan dengan cara menjumlahkan bobot kering daun, batang

dan akar. Bobot kering batang dan akar didapat dengan cara batang dan akar

dipotong - potong kemudian dioven dengan suhu 60˚C sampai beratnya konstan

pada saat tanaman berumur 35 hari atau pada saat tanaman mulai di panen atau

siap dijual

F. Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis keragamannya dengan sidik ragam pada

jenjang nyata 5% dan diuji lebih lanjut dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada

jenjang nyata 5%.

29

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., dan R. Hudaya. 2001. Deskripsi Profil Tanah Kebun Percobaan Fakultas

Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor. Bandung

Suyono D.Aisyah, Tien Kurniatin, Siti Mariam, Benny Joy, Maya Damayani, Tamyid

Syammusa, Neny Nurlaeni, Anny Yuniarti, Emma Trinurani, Yuliati machfud.

2006. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Bandung

Rahmansyah, M. 2004. Aktivitas Enzim Fosfomonoestrase Asam dan Basa pada Tanah yang Diperkaya Kompos. LIPI. Bogor.

Puslitbangtanak. 2003. Klasifikasi Tanah-Tanah Di Indonesia. www.Soil-climate.org.

Diakses pada tanggal 8 Mei 2005.

C.V. Sarana Petani Bali. 2000. Pupuk Organik Kascing (POK). Alami, Ramah

Lingkungan, Bebas Bahan Kimia. Denpasar.

Gomez, A.K. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian.

UI Press. Jakarta. 698 hlm.

Hardjowigeno, S. 2002. Ilmu Tanah. Cetakan 5. Akademika Pressindo, Jakarta

Marsono dan P. Sigit. 2002. Pupuk akar Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya.

Jakarta. 28 hal.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian.

www.pustaka-deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 Desember 2006.

30

Hadisoeganda, A. Widjaja W. 1996. Sawi Hijau Sayuran Penyangga Petani di

Indonesia. Monograf No. 4. BPPP. Lembang, Bandung.

Rahardi, F., CS. 1993. Agribisnis Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rukmana, Rahmat. 1994. Bayam Bertanam & Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.

Setiawan, Ade Iwan. 1995. Sayuran Dataran Tinggi Budidaya dan Pengaturan Panen.

Penebar Swadaya. Jakarta