53128639-bahan-hipertiroid
DESCRIPTION
radiologyTRANSCRIPT
HIPERTIROID
Definisi Hipertiroid
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif
menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang beredar
dalam darah. Thyrotoxicosis adalah suatu kondisi keracunan yang disebabkan oleh suatu
kelebihan hormon-hormon tiroid dari penyebab mana saja. Thyrotoxicosis dapat
disebabkan oleh suatu pemasukan yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid atau oleh
produksi hormon-hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid. Karena kedua-
duanya dokter dan pasien seringkali menggunakan kata-kata ini yang dapat
dipertukarkan, kami akan mengambil beberapa kebebasan dengan menggunakan istilah
"hipertiroid" diseluruh artikel ini.
Hormon-Hormon Tiroid
Hormon-hormon tiroid menstimulasi metabolisme dari sel-sel. Mereka
diproduksi oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid bertempat pada bagian bawah leher,
dibawah Adam's apple. Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara (trachea) dan
mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang dibentuk oleh dua sayap
(lobes) dan dilekatkan oleh suatu bagian tengah (isthmus).
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang kebanyakan datang dari
makanan-makanan seperti seafood, roti, dan garam) dan menggunakannya untuk
memproduksi hormon-hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid yang paling penting
adalah thyroxine (T4) dan triiodothyronine (T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari
masing-masing hormon-hormon tiroid. Hormon yang paling aktif secara biologi
(contohnya, efek yang paling besar pada tubuh) sebenarnya adalah T3. Sekali dilepas dari
kelenjar tiroid kedalam darah, suatu jumlah yang besar dari T4 dirubah ke T3 - hormon
yang lebih aktif yang mempengaruhi metabolisme sel-sel.
Pengaturan Hormon Tiroid - Rantai Komando
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari.
Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah
(suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh
kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing
hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid
stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid
untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja
dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan
dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada hipertiroid.
Angka atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar pituitari.
Jika tidak ada cukup jumlah hormon tiroid yang beredar dalam tubuh untuk mengizinkan
fungsi yang normal, pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari dalam suatu usahanya
untuk menstimulasi tiroid untuk memproduksi lebih banyak hormon tiroid. Sebaliknya,
ketika ada suatu jumlah berlebihan dari hormon tiroid yang beredar, pelepasan TSH
dikurangi ketika pituitari mencoba untuk mengurangi produksi hormon tiroid.
Penyebab-Penyebab Hipertiroid
Beberapa penyebab-penyebab umum dari hipertiroid termasuk:
Penyakit Graves
Functioning adenoma ("hot nodule") dan Toxic Multinodular Goiter (TMNG)
Pemasukkan yang berlebihan dari hormon-hormo tiroid
Pengeluaran yang abnormal dari TSH
Tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid)
Pemasukkan yodium yang berlebihan
Penyakit Graves
Penyakit Graves, yang disebabkan oleh suatu aktivitas yang berlebihan dari kelenjar
tiroid yang disama ratakan, adalah penyebab yang paling umum dari hipertiroid. Pada
kondisi ini, kelenjar tiroid biasanya adalah pengkhianat, yang berarti ia telah kehilangan
kemampuannya untuk merespon pada kontrol yang normal oleh kelenjar pituitari via
TSH. Penyakit Graves adalah diturunkan/diwariskan dan adalah sampai lima kali lebih
umum diantara wanita-wanita daripada pria-pria. Penyakit Graves diperkirakan adalah
suatu penyakit autoimun, dan antibodi-antibodi yang adalah karakteristik-karakteristik
dari penyakit ini mungkin ditemukan dalam darah. Antibodi-antibodi ini termasuk
thyroid stimulating immunoglobulin (TSI antibodies), thyroid peroxidase antibodies
(TPO), dan antibodi-antibodi reseptor TSH. Pencetus-pencetus untuk penyakit Grave
termasuk:
stres
merokok
radiasi pada leher
obat-obatan dan
organisme-organisme yang menyebabkan infeksi seperti virus-virus.
Penyakit Graves dapat didiagnosis dengan suatu scan tiroid dengan obat nuklir yang
standar yang menunjukkan secara panjang lebar pengambilan yang meningkat dari suatu
yodium yang dilabel dengan radioaktif. Sebagai tambahan, sebuah tes darah mungkin
mengungkap tingkat-tingkat TSI yang meningkat.
Penyakit Grave' mungkin berhubungan dengan penyakit mata (Graves'
ophthalmopathy) dan luka-luka kulit (dermopathy). Ophthalmopathy dapat terjadi
sebelum, sesudah, atau pada saat yang sama dengan hipertiroid. Pada awalnya, ia
mungkin menyebabkan kepekaan terhadap cahaya dan suatu perasaan dari "ada pasir
didalam mata-mata". Mata-mata mungkin menonjol keluar dan penglihatan ganda (dobel)
dapat terjadi. Derajat dari ophthalmopathy diperburuk pada mereka yang merokok.
Jalannya penyakit mata seringkali tidak tergantung dari penyakit tiroid, dan terapi steroid
mungkin perlu untuk mengontrol peradangan yang menyebabkan ophthalmopathy.
Sebagai tambahan, intervensi secara operasi mungkin diperlukan. Kondisi kulit
(dermopathy) adalah jarang dan menyebabkan suatu ruam kulit yang tanpa sakit, merah,
tidak halus yang tampak pada muka dari kaki-kaki.
Functioning Adenoma dan Toxic Multinodular Goiter
Kelenjar tiroid (seperti banyak area-area lain dari tubuh) menjadi lebih bergumpal-
gumpal ketika kita menua. Pada kebanyakan kasus-kasus, gumpal-gumpal ini tidak
memproduksi hormon-hormon tiroid dan tidak memerlukan perawatan. Adakalanya,
suatu benjolan mungkin menjadi "otonomi", yang berarti bahwa ia tidak merespon pada
pengaturan pituitari via TSH dan memproduksi hormon-hormon tiroid dengan bebas. Ini
menjadi lebih mungkin jika benjolan lebih besar dari 3 cm. Ketika ada suatu benjolan
(nodule) tunggal yang memproduksi secara bebas hormon-hormon tiroid, itu disebut
suatu functioning nodule. Jika ada lebih dari satu functioning nodule, istilah toxic
multinodular goiter (gondokan) digunakan. Functioning nodules mungkin siap
dideteksi dengan suatu thyroid scan.
Pemasukkan hormon-hormon tiroid yang berlebihan
Mengambil terlalu banyak obat hormon tiroid sebenarnya adalah sungguh umum. Dosis-
dosis hormon-hormon tiroid yang berlebihan seringkali tidak terdeteksi disebabkan
kurangnya follow-up dari pasien-pasien yang meminum obat tiroid mereka. Orang-orang
lain mungkin menyalahgunakan obat dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan-tujuan
lain seperti menurunkan berat badan. Pasien-pasien ini dapat diidentifikasikan dengan
mendapatkan suatu pengambilan yodium berlabel radioaktif yang rendah (radioiodine)
pada suatu thyroid scan.
Pengeluaran abnormal dari TSH
Sebuah tmor didalam kelenjar pituitari mungkin menghasilkan suatu pengeluaran dari
TSH (thyroid stimulating hormone) yang tingginya abnormal. Ini menjurus pada tanda
yang berlebihan pada kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon-hormon tiroid. Kondisi
ini adalah sangat jarang dan dapat dikaitkan dengan kelainan-kelainan lain dari kelenjar
pituitari. Untuk mengidentifikasi kekacauan ini, seorang endocrinologist melakukan tes-
tes terperinci untuk menilai pelepasan dari TSH.
Tiroiditis (peradangan dari tiroid)
Peradangan dari kelenjar tiroid mungkin terjadi setelah suatu penyakit virus (subacute
thyroiditis). Kondisi ini berhubungan dengan suatu demam dan suatu sakit leher yang
seringkali sakit pada waktu menelan. Kelenjar tiroid juga lunak jika disentuh. Mungkin
ada sakit-sakit leher dan nyeri-nyeri yang disama ratakan. Peradangan kelenjar dengan
suatu akumulasi sel-sel darah putih dikenal sebagai lymphocytes (lymphocytic
thyroiditis) mungkin juga terjadi. Pada kedua kondisi-kondisi ini, peradangan
meninggalkan kelenjar tiroid "bocor", sehingga jumlah hormon tiroid yang masuk ke
darah meningkat. Lymphocytic thyroiditis adalah paling umum setelah suatu kehamilan
dan dapat sebenarnya terjadi pada sampai dengan 8 % dari wanita-wanita setelah
melahirkan. Pada kasus-kasus ini,fase hipertiroid dapat berlangsung dari 4 sampai 12
minggu dan seringkali diikuti oleh suatu fase hipotiroid (hasil tiroid yang rendah) yang
dapat berlangsung sampai 6 bulan. Mayoritas dari wanita-wanita yang terpengaruh
kembali ke suatu keadaan fungsi tiroid yang normal. Tiroiditis dapat didiagnosis dengan
suatu thyroid scan.
Pemasukkan Yodium yang berlebihan
Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk membuat hormon-hormon tiroid. Suatu
kelebihan yodium dapat menyebabkan hipertiroid. Hipertiroid yang dipengaruhi/diinduksi
oleh yodium biasanya terlihat pada pasien-pasien yang telah mempunyai kelenjar tiroid
abnormal yang mendasarinya. Obat-obat tertentu, seperti amiodarone (Cordarone),
yang digunakan dalam perawatan persoalan-persoalan jantung, mengandung suatu jumlah
yodium yang besar dan mungkin berkaitan dengan kelainan-kelainan fungsi tiroid.
Gejala-Gejala Hipertiroid
Hipertiroid direkomendasikan oleh beberapa tanda-tanda dan gejala-gejala;
bagaimanapun, pasien-pasien dengan penyakit yang ringan biasanya tidak mengalami
gejala-gejala. Pada pasien-pasien yang lebih tua dari 70 tahun, tanda-tanda dan gejala-
gejala yang khas mungkin juga tidak hadir. Pada umumnya, gejala-gejala menjadi lebih
jelas ketika derajat hipertiroid meningkat. Gejala-gejala biasanya berkaitan dengan suatu
peningkatan kecepatan metabolisme tubuh.
Gejala-gejala umum termasuk:
Keringat berlebihan (bisa pada kaki, tangan,dll)
Ketidaktoleranan panas
Pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat
Gemetaran
Kegelisahan; agitasi
Denyut jantung yang cepat
Kehilangan berat badan
Kelelahan
Konsentrasi yang berkurang
Aliran menstrual yang tidak teratur dan sedikit
Pada pasien-pasien yang lebih tua, irama-irama jantung yang tidak teratur dan gagal
jantung dapat terjadi. Pada bentuk yang paling parahnya, hipertiroid yang tidak dirawat
mungkin berakibat pada "thyroid storm," suatu kondisi yang melibatkan tekanan darah
tinggi, demam, dan gagal jantung. Perubahan-perubahan mental, seperti kebingungan dan
kegila-gilaan, juga mungkin terjadi.
Mendiagnosis Hipertiroid
Hipertiroid dapat dicurigai pada pasien-pasien dengan:
gemetaran-gemetaran,
keringat berlebihan,
kulit yang seperti beludru halus,
rambut halus,
suatu denyut jantung yang cepat dan
suatu pembesaran kelenjar tiroid.
Mungkin ada keadaan bengkak sekeliling mata-mata dan suatu tatapan yang karekteristik
disebabkan oleh peninggian dari kelopak-kelopak mata bagian atas. Gejala-gejala yang
lebih lanjut biasanya lebih mudah dideteksi, namun gejala-gejala awal, terutama pada
orang-orang yang lebih tua, mungkin tidak cukup menyolok mata. Pada semua kasus-
kasus, suatu tes darah diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosisnya.
Tingkat-tingkat darah dari hormon-hormon tiroid dapat diukur secara langsung dan
biasanya meningkat dengan hipertiroid. Bagaimanapun, alat utama untuk mendeteksi
hipertiroid adalah pengukuran tingkat darah TSH. Seperti disebutkan lebih awal, TSH
dikeluakan oleh kelenjar pituitari. Jika suatu jumlah hormon tiroid yang berlebihan hadir,
TSH diatur untuk turun dan tingkat TSH turun dalam suatu usaha untuk mengurangi
produksi hormon tiroid. Jadi, pengukuran TSH harus berakibat pada tingkat-tingkat yang
rendah atau tidak terdeteksi pada kasus-kasus hipertiroid. Bagaimanapun, ada satu
pengecualian. Jika jumlah hormon tiorid yang berlebihan disebabkan oleh suatu tumor
pituitari yang mengeluarkan TSH, maka tingkat-tingkat TSH akan menjadi tingginya
tidak normal. Penyakit tidak umum ini dikenal sebagai "hipertiroid sekunder".
Meskipun tes-tes darah yang disebutkan sebelumnya dapat mengkonfirmasi kehadiran
dari hormon tiroid yang berlebihan, mereka tidak menunjuk pada suatu penyebab
spesifik. Jika ada kelibatan yang jelas dari mata-mata, suatu diagnosis dari penyakit
Graves adalah hampir pasti. Suatu kombinasi dari screening antibodi (untuk penyakit
Graves) dan suatu thyroid scan menggunakan yodium yang dilabel radioaktif (yang
berkonsentrasi pada kelenjar tiroid) dapat membantu mendiagnosis penyakit tiroid yang
mendasarinya. Investigasi-investigasi ini dipilih atas dasar kasus per kasus.
Merawat Hipertiroid
Pilihan-pilihan untuk merawat hipertiroid termasuk:
Merawat gejala-gejala
Obat-obat anti-tiroid
Yodium ber-radioaktif
Merawat gejala-gejala secara operasi
Merawat gejala-gejala
Ada tersedia obat-obat untuk merawat segera gejala-gejala yang disebabkan oleh
kelebihan hormon-hormon tiroid, seperti suatu denyut jantung yang cepat. Satu dari
golongan-golongan utama obat-obat yang digunakan untuk merawat gejala-gejala ini
adalah beta-blockers [contohnya, propranolol (Inderal), atenolol (Tenormin),
metoprolol (Lopressor)]. Obat-obat ini menetralkan/meniadakan efek-efek dari hormon
tiroid untuk meningkatkan metabolisme, namun mereka tidak merubah tingkat-tingkat
hormon-hormon tiroid dalam darah. Seorang dokter menentukan pasien-pasien mana
yang dirawat berdasarkan pada sejumlah faktor-faktor tak tetap (variables) termasuk
penyebab yang mendasari hipertiroid, umur pasien, ukuran kelenjar tiroid, dan kehadiran
dari penyakit-penyakit medis yang ada bersamaan.
Obat-obat Anti-Tiroid
Ada dua obat-obat antitiroid utama tersedia untuk penggunaan di Amerika, methimazole
(Tapazole) dan propylthiouracil ( PTU). Obat-obat ini berakumulasi di jaringan tiroid
dan menghalangi produksi hormon-hormon tiroid. PTU juga menghalangi konversi dari
hormon T4 ke hormon T3 yang secara metabolisme lebih aktif. Risiko utama dari obat-
obat ini adalah penekanan sekali-kali dari produksi sel-sel darah putih oleh sumsum
tulang (agranulocytosis). Sel-sel putih diperlukan untuk melawan infeksi. Adalah tidak
mungkin untuk memberitahukan jika dan kapan efek sampingan ini akan terjadi, jadi
penentuan sel-sel darah putih dalam darah secara teratur adalah tidak bermanfaat.
Adalah penting untuk pasien-pasien mengetahui bahwa jika mereka mengembangkan
suatu demam, suatu sakit tenggorokan, atau tanda-tanda apa saja dari infeksi ketika
meminum methimazole atau propylthiouracil, mereka harus segera mengunjungi seorang
dokter. Ketika ada suatu kekhwatiran, risiko sebenarnya dari mengembangkan
agranulocytosis adalah lebih kecil dari 1%. Pada umumnya, pasien-pasien harus ditemui
oleh dokter pada interval-interval bulanan selama meminum obat-obat antitiroid. Dosis
disesuaikan untuk mempertahankan pasien sedekat mungkin pada suatu keadaan tiroid
yang normal (euthyroid). Sekali dosis stabil, pasien-pasien dapat ditemui pada interval-
interval tiga bulan jika terapi jangka panjang direncanakan.
Biasanya, terapi antitiroid jangka panjang hanya digunakan untuk pasien-pasien dengan
penyakit Graves, karena penyakit ini mungkin sebenarnya sembuh dibawah perawatan
tanpa memerlukan radiasi tiroid atau operasi. Jika dirawat dari satu sampai dua tahun,
data menunjukkan angka-angka kesembuhan dari 40%-70%. Ketika penyakitnya sembuh,
kelenjarnya tidak lagi aktif berlebihan, dan obat antitiroid tidak diperlukan.
Studi-studi akhir-akhir ini telah menunjukkan bahwa menambah suatu pil hormon tiroid
pada obat antitiroid sebenarnya berakibat pada angka-angka kesembuhan yang lebih
tinggi. Dasar pemikiran untuk ini mungkin adalah bahwa dengan menyediakan suatu
sumber luar untuk hormon tiroid, dosis-dosis obat-obat antitiroid yang lebih tinggi dapat
diberikan, yang mungkin menekan sistim imun yang aktif berlebihan pada orang-orang
dengan penyakit Graves. Tipe terapi ini tetap kontroversiil (tetap diperdebatkan),
bagaimanapun. Ketika terapi jangka panjang ditarik, pasien-pasien harus terus menerus
ditemui oleh dokter setiap tiga bulan untuk tahun pertama, karena suatu kekambuhan dari
penyakit Graves adalah mungkin dalam waktu periode ini. Jika seorang pasien kambuh,
terapi obat antitiroid dapat dimulai kembali, atau yodium ber-radioaktif atau operasi
mungkin dipertimbangkan.
Yodium ber-radioaktif
Yodium ber-radioaktif diberikan secara oral (melalui mulut, dengan pil atau cairan) pada
suatu dasar satu kali untuk mengablasi (ablate) suatu kelenjar yang hiperaktif. Yodium
yang diberikan untuk perawatan ablasi (ablative treatment) adalah berbeda dengan
yodium yang digunakan pada suatu scan. Untuk perawatan, isotope yodium 131
digunakan, dimana untuk suatu scan rutin, yodium 123 digunakan. Yodium ber-radioaktif
diberikan setelah suatu scan yodium rutin, dan pengambilan yodium ditentukan untuk
mengkonfirmasi hipertiroid. Yodium ber-radioaktif diambil oleh sel-sel aktif dalam tiroid
dan menghancurkan mereka. Karena yodium diambil hanya oleh sel-sel tiroid,
penghancuran hanya lokal, dan tidak ada efek-efek sampingan yang menyebar luas
dengan terapi ini.
Ablasi (ablation) yodium ber-radioaktif telah digunakan dengan aman untuk lebih dari 50
tahun, dan penyebab-penyebab utama untuk tidak menggunakannya hanya adalah
kehamilan dan menyusui. Bentuk dari terapi ini adalah pilihan perawatan untuk
kekambuhan penyakit Graves, pasien-pasien dengan kelibatan penyakit jantung yang
parah, mereka yang dengan multinodular goiter atau toxic adenomas, dan pasien-pasien
yang tidak dapat mentoleransi obat-obat antitiroid. Yodium ber-radioaktif harus
digunakan dengan hati-hati pada pasien-pasien dengan penyakit Graves yang berkaitan
dengan mata karena studi-studi akhir-akhir ini telah menunjukkan bahwa penyakit mata
mungkin memburuk setelah terapi. Jika seorang wanita memilih untuk hamil setelah
ablation, adalah direkomendasikan ia menunggu 8-12 bulan setelah perawatan sebelum
hamil.
Pada umumnya, lebih dari 80% dari pasien-pasien disembuhkan dengan suatu dosis
tunggal yodium ber-radioaktif. Itu memakan waktu antara 8 sampai 12 minggu untuk
tiroid menjadi normal setelah terapi. Hipotiroid adalah komplikasi utama dari bentuk
perawatan ini. Ketika suatu keadaan hipotiroid yang sementara mungkin terlihat sampai
dengan enam bulan setelah perawatan dengan yodium ber-radioaktif, jika ia menetap
dengan gigi lebih lama dari enam bulan, terapi penggantian tiroid (dengan T4 atau T3)
biasanya dimulai.
Operasi
Operasi untuk mengangkat sebagian dari kelenjar tiroid (partial thyroidectomy) pernah
sekali waktu dahulu adalah suatu bentuk yang umum perawatan hipertiroid. Tujuannya
adalah untuk mengangkat jaringan tiroid yang memproduksi hormon tiroid yang
berlebihan. Bagaimanapun, jika terlalu banyak jaringan yang diangkat, suatu produksi
hormon tiroid yang tidak memadai (hipotiroid) mungkin berakibat. Pada kasus ini, terapi
penggantian tiroid dimulai. Komplikasi utama dari operasi adalah gangguan/kekacauan
dari jaringan sekitarnya, termasuk syaraf-syaraf yang menyediakan pita-pita suara (vocal
cords) dan empat kelenjar-kelenjar kecil pada leher yang mengatur tingkat-tingkat
kalsium dalm tubuh (kelenjar-kelenjar paratiroid). Pengangkatan kelenjar-kelenjar ini
yang secara kebetulan mungkin berakibat pada tingkat-tingkat kalsium yang rendah dan
memerlukan terapi penggantian kalsium.
Dengan perkenalan dari terapi yodium radioaktif dan obat-obat antitiroid, operasi untuk
hipertiroid adalah tidak seumum seperti sebelumnya. Operasi adalah memadai untuk:
pasien-pasien hamil dan anak-anak yang mempunyai reaksi-reaksi utama yang
kurang baik terhadap obat-obat antitiroid.
pasien-pasien dengan kelenjar-kelenjar tiroid yang sangat besar dan pada mereka
yang mempunyai gejala-gejala yang bersumber dari penekanan dari jaringan-
jaringan yang berdekatan pada tiroid, seperti kesulitan menelan, keparauan suara,
dan sesak napas.
Yang Terbaik Untuk Anda
Jika anda khwatir bahwa anda mungkin mempunyai suatu jumlah hormon tiroid yang
berlebihan, anda harus menyebutkan/mengutarakan gejala-gejala anda pada dokter anda.
Suatu tes darah sederhana adalah langkah pertama pada diagnosis. Dari sana, kedua-
duanya anda dan dokter anda dapat memutuskan langkah apa seharusnya berikutnya. Jika
perawatan dijamin, adalah penting untuk anda untuk membiarkan dokter anda mengetahui
kekhwatiran-kekhwatiran dan pertanyaan-pertanyaan apa saja yang anda punya tentang
pilihan-pilihan yang tersedia. Ingat bahwa penyakit tiroid adalah sangat umum, dan
ditangan-tangan yang baik, penyakit yang menyebabkan suatu kelebihan hormon-hormon
tiroid dapat dengan mudah didiagnosis dan dirawat.
HIPERTIROIDISME
Istilah hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan . tirotoksikosis
berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila
suatu jaringan memberikan hormone tiroid yang berlebihan ,sedangkan hipertiroidisme
adalah tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid itu sendiri.
Tirotoksikosis dapat dibagi dalam dua kategori , yaitu Kelainan yang berhubungan
dengan hipertiroidisme dan kelainan yang tidak berhubungan dengan hipertiroidisme
EPIDEMIOLOGI
Di Inggris prevalensi hipertiroidisme pada praktek umum adalah 25 – 30 kasus dalam
10.000 wanita , sedangkan di rumah sakit didapatkan 3 kasus dalam 10.000 pasien.
Di Amerika Serikat 3 kasus dalam 10.000 wanita. Prevelensi hipertiroidisme 10
kali lebih sering pada wanita disbanding pria.
ETIOLOGI
Lebih dari 90 % hipertiroidisme adalah akibat penyakit graves dan nodul tiroid
toksik. Adapun klasifikasi penyebab hipertirodisme berdasarkan data di bawah ini :
@ Biasa penyakit graves nodul tiroid toksik Tiroiditis.
Tidak biasa hipertiroidisme neonatal hipertiroidisme faktisius sekresi TSH yang
tidak tepat oleh pituitaria yodium eksogen
Jarang metastasis kanker tiroid koriokarsinoma dan mola hidatidosa
struma ovaril karsinoma testicular embrional polyostotic fibrous dysplasia
PATOGENESIS dan PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves , goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme , kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normalnya , disertai dengan banya hyperplasia dan lipatan – lipatan sel - sel
folikel ke dalam folikel , sehingga jumlah sel – sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat; dan penelitian ambilan iodium radioaktif menunjukkan
bahwa kelenjar - kelenjar hiperplastik ini mensekresi hormone tiroid dengan kecepatan 5-
15 kali lebih besar daripada normal.
Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH.
Akan tetapi,, dari penelitian dengan pengukuran radioimunologik dapat ditunjukkan
bahwa pada sebagian besar penderita besarnya konsentrasi TSH dalam plasma adalah
lebih kecil dari normal, dan seringkali nol. Sebaliknya, pada sebagian besar penderita
dijumpai adanya beberapa bahan yang mempunyai kerja mirip dengan kerja TSH yang
ada dalam darah. Biasanya bahan – bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang
berikatan dengan reseptor membrane yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH.
Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya
adalah hipertiroidisme. Antibody ini disebut immunoglobulin perangsang tiroid dan
disingkat TSI. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar
tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung astu jam.
Tingginya sekresi hormone tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
MANIFESTASI KLINIS
Terjadinya hipertiroidisme biasanya perlahan – lahan dalam beberapa bulan
sampai beberapa tahun , namun juga bisa timbul secara dramatic. Hampi semua system
dalam tubuh mengalami gangguan akibat kelebihan hormone tiroid ini sehingga pasien
memberikan keluhan banyak macam. Oleh karena itu, sering kali diagnosis
hipertiroidisme di buat oleh ahli jantung , ahli saraf, ahli kulit, atau ahli gastroentrologi,
tergantung terhadap manifestasi klinis yang menonjol. Pengaruh peningkatan hormone
tiroid harus dibedakan dengan kerja hormone tiroid secara fisiologis. Dalam batas
fisiologis, hormone tiroid merangsang pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta
meningkatkan sintesis banyak enzim.
Manifestasi klinis yang paling sering adalah penurunan berat badan , kelelahan,
tremor, gugup, tidak tahan panas, berkeringat berlebihan, palpitasi, pembesaran tiroid
( goiter/struma), takikardia, eksfotalmus. Takikardia tanpa kelainan pada jantung
memberikan kesan kuat adanya tirotoksikosis . penurunan berat badan meskipun nafsu
makan bertambah dan tidak tahan panas adalah sangat spesifik , sehingga segera
dipikirkan adanya hipertiroidisme. Dibawah ini adalah data gambaran klinis
hipertiroidisme pada beberapa system :
Umum :Berat badan menurun Keletihan, apatis, Berkeringat, tidak tahan panas
Kardiovaskular :Palpitasi, sesak napas, angina Gagal jantung Sinus takikardia
Fibrilasi atrium Nadi koloaps Neuromuscular : gugup, agitasi Tremor, Psikosis
Kelemahan otot Paralysis periodic Miastenia gravis, Gastrointestinal :Berat badan turun
meskipun nafsu makan meningkat Diare, Muntah
Reproduksi
oligomenorea
Infertilitas
Kulit :
pruritus
eritema palmaris
miksidema
rambut tipis
Struma :
difus dengan/tanpa bising
nodosa
Mata :
lid retraction
lakriminasi meningkat
kemosis
proptosis
optamoplegia, edfema papil
UJI DIAGNOSTIK
Untuk kasus hipertiroidisme yang biasa, diagnosis yang tepat adalah dengan melakukan
pengukuran langsung konsentrasi tiroksin bebas di dalam plasma dengan menggunakan
cara pemeriksaan radioimunologik yang tepat.
Uji lain yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
@ kecepatan metabolisme basal biasanya meningkat sampai + 30 hingga + 60 pada
hipertiroidisme yang berat.
@ Konsentrasi TSH di dalam plasma diukur dengan radioimunologik. Pada tipe tirotoksis
yang biasa , sekresi TSH oleh hipofisis anterior sangat ditekan secara menyeluruh oleh
sejumlah besar tiroksin dan triiodotironin yang sedang bersirkulasi sehingga hamper tidak
ditemukan TSH dalam plasma.
@ Konsentrasi TSI diukur dengan radioimunologik. TSI normalnya tinggi pada tipe
tirotoksikosis yang biasa tetapi rendah pada adenoma tiroid..
PENGOBATAN
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produk hormone tiroid yang
berlebihan dengan cara menekan produksi atau merusak jaringan tiroid.
@ Obat Anti Tiroid
indikasi pemberian OAT adalah :
1.Sebagai terapi yang bertujuan memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang
menetap, pada pasien – pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan
tirotoksikosis
2.sebagai obat untuk control tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah
pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif.
3.sebagi persiapan untuk tiroidektomi
4.untuk pengobatan pada pasien hami9l
5.pasien dengan krisis tiroid
Obat Anti Tiroid yang sering digunakan adalah karbimazol, metimazol, dan
propitiourasil.
@ pengobatan dengan yodium radioaktif
indikasi pengobatan dengan iodium radioaktif adalah :
1.Pasien umur 35 tahun ke atas
2.Hipertiroidisme yang kambuh setelah operasi
3.gagal mencapai remisi sesudah pemberian OAT
4.tidak mampu atau tidak mau dengan pengobatan OAT
5.Adenoma toksik, goiter multinudular toksik
@ Operasi
indikasi operasi adalah :
1.pasien umur muda dengan struma yang besar
2.pada wanita hamil yang membutuhkan OAT dalam dosis besar
3.alergi terhadap OAT
4.adenoma toksik atatu struma multinodular toksik
5.pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul.
@ Pengobatan tambahan
1.sekat beta adrenergic
2.yodium
3.ipodate
4.litium
• Fungsi Tiroid
- Memacu metabolisme
Berkaitan dengan suhu lingkungan
- Kalorigenesis
Stres ACTH sumber Kalorigenesis
Metabolisme Lemak & karbohidrat
-Hipertiroidisme
- suhu tubuh tinggi, banyak berkeringat, penurunan bobot tubuh,
iritabilitas, dan tekanan darah tinggi
- Hipotiroidisme
- bobot tubuh meningkat, lamban dan tidak ada toleransi terhadap
udara dingin pada waktu dewasa.
-Perkembangan
Secara kasar kasus tiroid yang paling sering ialah tirotoksikosis dan nodul tiroid. Pada
prakteknya, tirotoksikosis ditangani oleh ahli penyakit dalam, sedangkan nodul tiroid
akan masuk ke ruang praktek bedah onkologi. Idealnya, penanganan kasus endokrinologi
sepatutnya dilakukan secara terpadu oleh ahli onkologi bedah, radiasi, dan medik.
Dengan demikian langkah diagnosis tirotoksikosis yang paling utama ialah kenampakan
klinis yang mencerminkan kelebihan hormon tiroid dalam darah, baru kemudian
dipikirkan penyebab paling mungkin yang mendasari tirotoksikosis tersebut. Mengingat
manifestasi tirotoksikosis terjadi karena kelebihan hormon tiroid, maka evaluasinya
melibatkan kadar hormon tiroid di dalam darah dan tata laksananya pun melibatkan
pengembalian fungsi kelenjar tiroid ke dalam kadar yang normal di dalam darah.
Satu dari sepuluh manusia di dunia ini memiliki pembesaran kelenjar tiroid, namun tidak
semua akan menimbulkan keluhan. Umumnya pasien akan datang ke dokter jika benjolan
ini sudah sangat besar atau telah menimbulkan gejala kompresi trakea. Benjolan ini
dikenal dalam istilah kedokteran sebagai 'struma' atau 'goiter', orang awam menyebutnya
gondok. Belakangan untuk mempermudah segala macam jenis pembesaran kelenjar tiroid
dikenal sebagai 'nodul tiroid'.
Kebalikan dari tirotoksikosis, nodul tiroid atau struma dapat terjadi meskipun tanpa
gangguan kadar hormon tiroid dalam darah. Jadi struma tiroid dapat terjadi pada keadaan
eutiroid, hipotiroid, dan hipertiroid. Cara termudah (bukan yang paling akurat) untuk
menegakkan diagnosis bila kita melihat adanya benjolan di leher ialah memastikan bahwa
benjolan tersebut berasal dari kelenjar tiroid dengan melihat pergerakannya waktu
menelan. Jika sudah yakin bahwa benjolan tersebut merupakan nodul tiroid (struma),
maka tentukan bentuknya, apakah difus (batas tidak jelas) atau nodul (batas tegas).
Barulah didapatkan penamaan struma ini termasuk struma nodosa atau struma difusa.
Bentuk nodul dan difus penting dibedakan karena umumnya bentuk yang difus
mengarahkan pada keganasan, meskipun tidak sepenuhnya benar.
Setelah menentukan struma difus atau struma nodosa, pastikan gejala klinisnya apakah
terdapat tanda-tanda tirotoksikosis atau tidak. Jika tirotoksikosis terlihat jelas, maka
struma tersebut diklasifikasikan sebagai struma toksik, sebaliknya nontoksik. Hasilnya,
penamaan digabung semua menjadi [struma + nodosa/difus + toksik/nontoksik]. Setelah
urusan penamaan selesai maka hal penting berikutnya adalah menentukan apakah kasus
ini mengarah pada keganasan atau tidak.
Cara praktis menarik kecurigaan keganasan ialah dari anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Dari anamnesis, struma yang mengarah pada keganasan umumnya tumbuh besar dalam
waktu cepat (kurang dari sebulan), ada riwayat tanda-tanda kompresi trakea (batuk,
dispnea, disfagia, disfonia, dan suara serak), terdapat kecurigaan metastasis (nyeri tulang
atau batuk yang tidak sembuh dengan obat warung), riwayat radiasi daerah kepala, umur
sangat tua atau sangat muda, serta riwayat karsinoma medular tiroid atau neoplasia
endokrin multipel pada keluarga. Dari pemeriksaan fisis kecurigaan keganasan didapat
dari adanya nodul yang sangat keras, unilateral, batasnya tidak tegas, limfadenopati
regional, paralisis pita suara pada laringoskopi, serta diameter nodul yang lebih dari
empat cm.
Semua studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa jenis struma yang paling sering
ialah struma nodosa nontoksik, lazim disingkat SNNT. Angkanya mencapai satu hingga
sepuluh persen dari total populasi. Sedangkan angka keganasan masih di bawah 1%
namun membutuhkan evaluasi dan tata laksana yang jauh lebih akurat.
TSH Level tinggi, FT 3 & FT 4 normal, artinya apa yah?
@rekans,
nanya donk, kalo ada yang tau/udah pernah ngalamin. 3 bulan lalu saya didiagnosa
hipertiroid , level TSH rendah, FT3 & FT 4 tinggi. Saya dikasih resep tyrosol 20 mg
sehari. gejala2 hipertiroid saya akhirnya hilang dan hasil tes darah terbaru saya
menunjukkan TSH saya tinggi (15 µU per mL) FT 3 dan FT 4 normal. Jadi was2 lagi nih,
apa ini artinya saya kelebihan dosis obat dan hipertiroidnya skrg berubah jadi hipotiroid??
TSH = Thyroid Stimulating Hormone ; nilai kadar TSH adalah ukuran untuk mengukur
keadaan dari fungsi kelenjar thyroid. pengukuran dengan metoda imuno radiometris,
hasilnya sangat akurat .Nilai normal antara 0,3 -4 mU/l .
Nilai yang tinggi menunjukkan adanya hipothyroidi sedang nilai rendah menunjukkan
adanya hiperthyroidi.
Thyrozol itu obat buatan Merck isinya thiamazole ini adalah obat antihiperthyroid.
dosisnya untuk yang ringan 10 mg , yang berat 20 mg diberikan lazimnya 2 kali sehari.
dan untuk mempertahankan (maintenance) 5 s/d 10 mg sehari.
Kemungkinan ada harus disesuaikan dengan keadaan dan kondisi fungsi kelenjar thyroid
anda .
Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di leher manusia. Fungsinya ialah
mengeluarkan hormon tiroid. Antara hormon yang terpenting ialah Thyroxine (T4) dan
Triiodothyronine (T3). Hormon-hormon ini mengawal metabolisma (pengeluaran tenaga)
manusia.
1. Anatomi dan struktur
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus, satu di sebelah kanan dan satu lagi disebelah kiri.
Keduanya dihubungkan oleh suatu struktur ( yang dinamakan isthmus atau ismus. Setiap
lobus berbentuk seperti buah pir. Kelenjar tiroid mempunyai satu lapisan kapsul yang
tipis dan pretracheal fascia. Pada keadaan tertentu kelenjar tiroid aksesoria dapat ditemui
di sepanjang jalur perkembangan embriologi tiroid.
2. Ismus dan lobus piramidal
Struktur ismus atau isthmus yang dalam bahasa latin artinya penyempitan merupakan
struktur yang menghubungkan lobus kiri dan kanan. Posisinya kira-kira setinggi cincin
trakea 2-3 dan berukuran sekitar 1,25 cm. Anastomosis di antara kedua arteri thyroidea
superior terjadi di sisi atas ismus, sedangkan cabang-cabang vena thyroidea inferior ber-
anastomosis di bawahnya. Pada sebagian orang dapat ditemui lobus tambahan berupa
lobus piramidal yang menjulur dari ismus kebawah
Kelenjar tiroid
3. Salur darah
Darah ke kelenjar tiroid dibekalkan oleh arteri superior thyroid yang merupakan cabang
pertama arteri external carotid(ECA). Arteri ini menembusi pretracheal fascia sebelum
sampai ke bahagian superior pole lobe kelenjar tiroid. Saraf laryngeal terletak
berhampiran(di belakang) arteri ini, jadi jika dalam pembedahan tiroidektomi,
kemungkinan besar saraf ini terpotong jika tidak berhati-hati.
Kelenjar tiroid juga dibekalkan oleh arteri inferior thyroid yang merupakan cabang
daripada thyrocervical trunk(cabang daripada arteri subclavian). Dalam 3% populasi
manusia, terdapat satu lagi arteri ke kelenjar tiroid, iaitu arteri thyroid ima.
4. Fisiologi
Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang dapat menyerap iodin atau
yodium yang diambil melalui pencernaan makanan. Iodin ini akan bergabung dengan
asam amino tirosin yang kemudian akan diubah menjadi T3 (triiodotironin) dan T4
(triiodotiroksin). Dalam keadaan normal pengeluaran T4 sekitar 80% dan T3 15%.
Sedangkan yang 5% adalah hormon-hormon lain seperti T2.
T3 dan T4 membantu sel mengubah oksigen dan kalori menjadi tenaga (ATP = adenosin
tri fosfat). T3 bersifat lebih aktif daripada T4. T4 yang tidak aktif itu diubah menjadi T3
oleh enzim 5-deiodinase yang ada di dalam hati dan ginjal. Proses ini juga berlaku di
organ-organ lain seperti hipotalamus yang berada di otak tengah.
Hormon-hormon lain yang berkaitan dengan fungsi tiroid ialah TRH (tiroid releasing
hormon)dan TSH (tiroid stimulating hormon). Hormon-hormon ini membentuk satu
sistem aksis otak (hipotalamus dan pituitari)- kelenjar tiroid. TRH dikeluarkan oleh
hipotalamus yang kemudian merangsang kelenjar pituitari mengeluarkan TSH. TSH yang
dihasilkan akan merangasang tiroid untuk mengeluarkan T3 dan T4. Oleh karena itu hal
yang mengganggu jalur diats akan mentyebabkan produksi T3 dan T4
5. Penyakit kelenjar tiroid
Antara orang-orang yang berisiko menghadapi masalah penyakit kelenjar tiroid ialah:
Perempuan
Genetik
Mengidapi sakit pituitari atau endokrin yang lain
Usia lebih 60 tahun
Merokok
Ada dua jenis penyakit tiroid yang utama:
Hipertiroidisme / Tirotoksikosis
Hipotiroidisme
Dalam kes hyperthyroidism / thyrotoxicosis, hormon tiroid T3 dan T4 didapati lebih
tinggi daripada orang biasa. Antara penyebab penyakit ini ialah :
Grave's disease. Antibodi di dalam badan menyebabkan tiroid membesar dan
mengeluarkan lebih hormon. Selalunya semua (atau sebahagian besar) sel tiroid
orang yang menghidapi penyakit ini mengeluarkan hormon berlebihan
Thyroiditis (tiroid bengkak). Selalunya keadaan ini boleh elok sendiri
Toxic nodule goitre. Terlalu banyak iodin di dalam makanan
Tanda-tanda orang yang menghidapi hipertiroidisme:
Bengkak di leher
Cirit birit
Degupan jantung bertambah, sentiasa berdebar-debar
Gementar dan gelisah, terketar-ketar
Haid tidak teratur, kurang atau tidak datang
Kesuburan turun
Penumpuan kurang
Mata menjadi besar (bulging)
Angin yang tidak menentu
Kejang otot
Oesteoporosis (kereputan tulang)
Pengeluaran peluh banyak, bertambah. Kulit lembap
Suhu badan naik, tak tahan panas
Rambut tidak kuat
Sukar bernafas
Sukar tidur
Tekanan darah naik
Turun berat badan walaupun selera naik
Lemah
Orang yang menghidap hypothyroidism pula tidak mempunyai hormon tiroid yang cukup.
Kelenjar Tiroid DEFINISI
Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher, tepat
dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus, sehingga bentuknya
menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu.
Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila
membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak
dibawah atau di samping jakun.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan metabolisme
tubuh.
Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara:
1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein
2. Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.
Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat.
Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu
eleman yang terdapat di dalam makanan dan air.
Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormon tiroid.
Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di dalam hormon kembali ke kelenjar
tiroid dan didaur-ulang untuk kembali menghasilkan hormon tiroid.
Tubuh memiliki mekanisme yang runit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid.
Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan thyrotropin-
releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-
stimulating hormone (TSH).
Sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon
tiroid.
Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa
menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika kadar hormon tiroid dalam
darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini disebut
mekanisme umpan balik.
Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk:
1. Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya
memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
2. Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-
iodo-tironin (T3).
Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan 20%
sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.
Perubahan dari T4 menjadi T3 di dalam hati dan organ lainnya, dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu.
Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein tertentu di dalam darah dan hanya
aktif jika tidak terikat pada protein ini. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah
hormon tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolisme tetap stabil.
Agar kelenjar tiroid berfungsi secara normal, maka berbagai faktor harus bekerjasama
secara benar:
- hipotalamus
- kelenjar hipofisa
- hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan T4 menjadi T3 di
dalam hati serta organ lainnya).
GEJALA
Gejala-gejala penyakit tiroid
Hipertiroidisme Hipotiroidisme
Denyut jantung yg cepat Denyut nadi yg lambat
Tekanan darah tinggi Suara serak
Kulit lembat & berkeringat banyak Berbicara menjadi lambat
Gemetaran Alis mata rontok
Gelisah Kelopak mata turun
Nafsu makan bertambah disertai
penambahan berat badanTidak tahan cuaca dingin
Sulit tidur Sembelit
Sering buang air besar & diare Penambahan berat badan
Lemah Rambut kering, tipis, kasar
Kulit diatas tulang kering menonjol &
menebal
Kulit kering, bersisik, tebal, kasar
Kulit diatas tulang kering menebal
& menonjol
Mata membengkak, memerah &
menonjolSindroma terowongan karpal
Mata peka terhadap cahaya Kebingungan
Mata seakan menatap Depresi
Kebingungan Demensia
DIAGNOSA
Untuk mengetahui fungsi kelenjar tiroid, bisa dilakukan beberapa pemeriksaan
laboratorium.
Salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pengukuran kadar TSH di
dalam darah. Hormon ini merangsang kelenjar tiroid, karena itu jika kelenjar tiroid
kurang aktif maka kadar hormon ini tinggi; sedangkan jika kelenjar tiroid terlalu aktif ,
maka kadar hormon ini rendah.
Biasanya pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pengukuran kadar TSH dan kadar T4
yang bebas dalam darah.
Tetapi bisa juga dilakukan pengukuran kadar protein globulin pengikat tiroksin, karena
kadar protein yang abnormal bisa menimbulkan kesalahpahaman dalam menilai kadar
hormon tiroid total.
Penderita penyakit ginjal, beberapa penyakit keturunan atau pemakaian steroid anabolik
memiliki kadar globulin pengikat tiroksin yang rendah. Sebaliknya, wanita hamil,
pemakai pil KB atau estrogen lainnya, penderita hepatitis stadium awal dan beberapa
penyakit lainnya, memiliki kadar globulin pengikat tiroksin yang tinggi.
Beberapa pemeriksaan bisa dilakukan pada kelenjar tiroid.
Jika diduga terdapat pertumbuhan di dalam kelenjar tiroid, dilakukan pemeriksaan USG,
untuk menentukan apakah pertumbuhan ini berupa cairan atau padat.
Skening kelenjar tiroid dengan yodium radioaktif atau teknetium, bisa menunjukkan
kelainan fisik pada kelenjar tiroid. Skening tiroid juga bisa membantu menentukan
apakah fungsi dari suatu daerah tiroid bersifat normal, terlalu aktif atau kurang aktif.
Jika masih belum yakin apakah kelainannya terletak pada kelenjar tiroid atau kelenjar
hipofisa, maka dilakukan pemeriksaan perangsangan fungsional.
Pada salah satu dari pemeriksaan ini dilakukan penyuntikan thyrotropin-releasing
hormone intravena dan pemeriksaan darah untuk mengukur respon dari kelenjar hipofisa.
Sinus takikardia artinya ioram jantung yang cepat, lebih dari 100 kali per menit.
Normalnya 60-100/menit. Ini dapat terjadi pada orang normal juga, contohnya habis
melakukan aktivitas, otomatis denyut jantung naik, atau saat demam, flu dlll. Belum tentu
ini penyakit pak.
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua buah lobus,
dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di leher pada cincin trakea ke
dua dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan mempercepat
metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yang penting yaitu tiroksin (T4)
dan triiodotironin (T3). Karakteristik triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam
serum karena reseptornya lebih sedikit dalam protein pengikat plasma di serum tetapi ia
lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada jaringan. Tiroksin memiliki banyak
reseptor pada protein pengikat plasma di serum yang mengakibatkan banyaknya jumlah
hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat berikatan pada jaringan karena jumlah
reseptornya sedikit. (Guyton. 1997)
Proses pembentukan hormon tiroid adalah:
(1) Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat
memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah;
(2) Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang
nantinya akan mensekresi hormon tiroid;
(3) Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim
peroksidase dan hidrogen peroksidase.
(4) Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan
hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas iodium
terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hidrogen. Proses ini
dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
(5) Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I menjadi
diiodotirosin)
(6) Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika monoiodotirosin
bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua diiodotirosin
bergabung akan menjadi tetraiodotironin atau yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon
tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh
senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut protein
pengikat plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan hormon tiroid terutama tiroksin
sangat kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih
mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah. (Guyton. 1997)
EFEK HORMON TIROID
Efek hormon tiroid dalam meningkatkan sintesis protein adalah :
(1) Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria;
(2) Meningkatkan kecepatan pembentukan ATP.
Efek tiroid dalam transpor aktif :
meningkatkan aktifitas enzim NaK-ATPase yang akan menaikkan kecepatan transpor
aktif dan tiroid dapat mempermudah ion kalium masuk membran sel.
Efek pada metabolisme karbohidrat :
menaikkan aktivitas seluruh enzim,
Efek pada metabolisme lemak:
mempercepat proses oksidasi dari asam lemak.
Pada plasma dan lemak hati hormon tiroid menurunkan kolesterol, fosfolipid, dan
trigliserid dan menaikkan asam lemak bebas.
Efek tiroid pada metabolisme vitamin:
menaikkan kebutuhan tubuh akan vitamin karena vitamin bekerja sebagai koenzim dari
metabolisme (Guyton 1997).
Oleh karena metabolisme sebagian besar sel meningkat akibat efek dari tiroid, maka laju
metabolisme basal akan meningkat. Dan peningkatan laju basal setinggi 60 sampai 100
persen diatas normal.
Efek Pada berat badan.
Bila hormone tiroid meningkat, maka hampir selalu menurunkan berat badan, dan bila
produksinya sangat berkurang, maka hampir selalu menaikkan berat badan. Efek ini
terjadi karena hormone tiroid meningkatkan nafu makan.
Efek terhadap Cardiovascular.
Aliran darah, Curah jantung, Frekuensi deny jantung, dan Volume darah meningkat
karena meningkatnya metabolism dalam jaringan mempercepat pemakaian oksigen dan
memperbanyak produk akhir yang dilepas dari jaringan. Efek ini menyebabkan
vasodilatasi pada sebagian besar jaringan tubuh, sehingga meningkatkan aliran darah.
Efek pada Respirasi.
Meningkatnya kecepatan metabolism akan meningkatkan pemakaian oksigen dan
pembentukan karbondioksida.
Efek pada saluran cerna.
Meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan. Tiroid dapat meningkatkan kecepatan
sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran cerna.
PENGATURAN SEKRESI HORMON TIROID
Regulasi hormon tiroid diprakarsai oleh hormon TSH (Tiroid Stimulating Hormone) yang
dilepas hipotalamus.
TSH berfungsi untuk :
(1) Meningkatkan proteolisis tiroglobulin
(2) Meningkatkan aktivitas pompa iodium
(3) Meningkatkan iodinasi tirosin dan meningkatkan kecepatan proses coupling
(4) Meningkatkan ukuran dan meningkatkan aktivitas sekretorik sel tiroid
(5) Meningkatkan jumlah sel-sel tiroid, disertai perubahan sel kuboid jadi kolumner.
Hormon TSH dirangsang oleh TRH (Tirotropin Releasing Hormone). (Guyton. 1997).
MANIFESTASI HIPERTIROID PADA JANTUNG
PENDAHULUAN
Hormon tiroid memiliki efek pada otot jantung, sirkulasi perifer dan sistem saraf
simpatis yang berpengaruh terhadap hemodinamik kardiovaskuler pada penderita
hipertiroid. Perubahan yang utama meliputi: peningkatan denyut jantung, kontraktilitas
otot jantung, curah jantung, relaksasi diastolik dan penggunaan oksigen oleh otot jantung
serta penurunan resistensi vaskuler sistemik dan tekanan diastolik. Gangguan fungsi
kelenjar tiroid dapat menimbulkan efek yang dramatik terhadap sistem kardiovaskuler,
seringkali menyerupai penyakit jantung primer.1
Dari berbagai penelitian dan percobaan pada hewan, terbukti bahwa hormon
tiroid mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung pada jantung yang
selanjutnya akan menghasilkan efek inotropik dan kronotropik positif pada jantung.
Selain gejala-gejala klinis hipertiroid, pemeriksaan kadar hormon tiroid plasma dan tes
fungsi kelenjar tiroid perlu diperiksa pada tiap-tiap penderita dengan keluhan atau
kelainan jantung yang belum jelas penyebabnya sehingga dapat ditegakkan diagnosis
penyakit jantung hipertiroid. 2
Berikut ini akan dibahas manifestasi hipertiroid pada sistem kardiovaskuler.
PATOFISIOLOGI
Sintesis T4 (tiroksin) dan T3 (triiodotironin) terjadi didalam kelenjar tiroid, hasil
sekresi primer jarang sekali yang bersifat inaktif. 85% T3 terbentuk dari konversi perifer
T4 oleh enzim 5-monodeiodinase. Potensi hormon tiroid terjadi sebagian besar melalui
ikatan T3 dengan reseptor-reseptor inti yang meregulasi ekspresi gen-gen yang responsif
terhadap hormon tiroid. T3 berikatan dengan reseptor tersebut dengan afinitas yang lebih
tinggi daripada T4 sehingga aktivitas biologis T3 lebih tinggi. Ada 2 gen resptor yaitu α
dan ß, dengan 2 mRNA dari masing-masing gen yaitu α1 dan α2 serta ß1 dan ß2. T3
tidak terikat dengan α2.1,3
Pengaruh hormon tiroid pada sistem seluler diperantarai oleh triiodotironin (T3)
yang terikat pada reseptor-reseptor inti sel. Sebagian dari kompleks reseptor T3 yang
terikat pada DNA meregulasi ekspresi gen, terutama yang mengatur perputaran kalsium
pada otot jantung. T3 juga memiliki potensi diluar nukleus yang sifatnya tidak tergantung
ikatan reseptor T3 inti atau peningkatan sintesis protein. Efek-efek diluar inti ini
menyebabkan stimulasi asam amino, gula dan transport kalsium secara cepat. Perubahan
fungsi jantung diperantarai oleh regulasi T3 oleh gen-gen yang spesifik pada otot jantung. 1,3
Pengaruh hormon tiroid terhadap efek adrenergik. Beberapa peran T3 pada
jantung menunjukkan manifestasi klinis yang menyerupai dengan stimulasi terhadap ß
adrenergik. Interaksi antara T3 dengan sistem saraf adrenergik dapat dibuktikan melalui
kemampuan ß bloker untuk meringankan beberapa gejala hipertiroid. Hal ini melibatkan
densitas reseptor ß adrenergik yang meningkat, peningkatan ekspresi protein G
(nukleotida guanin yang terikat protein) atau peran T3 yang menyerupai katekolamin.
Walaupun mekanisme penderita hipertiroid menunjukkan sensitivitas yang meningkat
terhadap katekolamin masih belum dimengerti, namun sudah jelas bahwa efek T3 pada
jantung tidak tergantung stimulasi reseptor ß adrenergik. 1,3
Stimulasi kronotropik dan inotropik. Hipertiroid diduga meningkatkan denyut
jantung dan kontraktilitas otot jantung. Pengukuran fungsi jantung, meliputi: fraksi ejeksi
ventrikel kiri, irama ventrikel, relaksasi diastolik dan curah jantung menunjukkan
peningkatan. Hasilnya, curah jantung meningkat sebesar 250% dan terjadi pelebaran
tekanan nadi. Perubahan fungsional ini terjadi akibat peningkatan ekspresi “myocardial
sarcoplasmic reticulum calcium dependent adenosine triphophate”, penurunan ekspresi
penyekat kalsium, fosfolamban serta penurunan resistensi vaskuler sistemik.1,3,4
MANIFESTASI KLINIS
KELUHAN / GEJALA KLINIS
Palpitasi merupakan keluhan yang hampir 100% ditemukan pada penderita
hipertiroid. Mekanisme sebenarnya yang dapat menerangkan hal ini belum jelas, namun
hal ini dihubungkan dengan pengaruh langsung hormon tiroid pada SA node dan adanya
kerentanan yang berlebihan penderita hipertiroid terhadap rangsangan sistem simpatis.
Palpitasi ini dirasakan baik pada saat istirahat maupun saat tidur dan akan bertambah
cepat bila penderita bekerja, setelah makan atau dalam keadaan emosi. 1,5
Penderita hipertiroid sering mengalami keluhan sesak napas. Hal ini dapat
dijelaskan karena pada penderita hipertiroid terdapat kenaikan curah jantung dan
konsumsi oksigen pada saat maupun setelah melakukan aktivitas. Selain itu kapasitas
vital pada penderita hipertiroid akan menurun disertai dengan gangguan sirkulasi dan
ventilasi paru. Jika tidak dijumpai adanya tanda-tanda gagal jantung, mungkin sesak
napas ini diakibatkan kelemahan otot-otot pernapasan. 1,5
Nyeri prekordial (angina) yang menyerupai nyeri pada angina pektoris sering
dijumpai pada penderita hipertiroid. Hal ini diduga akibat adanya peningkatan konsumsi
oksigen oleh otot jantung (oleh karena efek langsung T3 pada otot jantung maupun
peningkatan kebutuhan oksigen perifer). Beberapa penderita mengalami angina yang
pertama pada saat hipertiroid. Gejala angina dan kelainan gambaran elektrokardiografi
yang terkait angina bisa terjadi tanpa disertai adanya penyakit arteri koroner,
kemungkinan akibat iskemia relatif (ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan)
atau vasospasme arteri koroner.1,5
PEMERIKSAAN FISIK
Frekuensi nadi biasanya meningkat (90-125 kali/menit) dan akan bertambah
cepat jika beraktivitas serta ada perubahan emosi. Akibat adanya curah jantung yang
tinggi dan resistensi perifer yang rendah maka tidak jarang pada penderita hipertiroid
dijumpai gambaran nadi yang mirip dengan insufisiensi aorta berupa pulsus seller dan
magnus. Nadi yang lebih dari 80 kali/menit pada saat istirahat perlu dicurigai adanya
suatu hipertiroid. 1,6
Tekanan darah sistolik biasanya meningkat sedangkan tekanan darah diastolik
menurun sehingga menimbulkan tekanan nadi yang besar (wide pulse pressure)
menyerupai gambaran insufisiensi aorta. Pada penderita hipertensi sistolik yang tidak
jelas penyebabnya (terutama jika berusia 65 tahun) perlu dicurigai kemungkinan adanya
tirotoksikosis. Hipertensi ini terjadi akibat ketidakmampuan jaringan vaskuler untuk
mencukupi peningkatan curah jantung dan volume sekuncup. Mekanisme ini juga yang
menjelaskan kenapa hipertensi diastolik jarang terjadi.1,6
Pada penderita hipertiroid bisa terdapat hipertensi pulmonal dan regurgitasi katub
fungsional. Beberapa kasus penderita hipertiroid menunjukkan kelainan hipertensi
pumonal yang reversibel, regurgitasi trikuspid sedang hingga berat dan gagal jantung
kanan. Pada penyakit hipertiroid “acropachy”, dapat dijumpai clubbing ujung-ujung jari
pada pemeriksaan klinis. Hal ini diakibatkan gangguan hemodinamik pulmonal. 1
Pemeriksaan ekokardiografi prospektif dengan doppler pada 39 penderita
hipertiroid dan 39 kelompok kontrol menunjukkan bahwa abnormalitas dijumpai lebih
banyak daripada yang diduga sebelumnya. Rata-rata tekanan arteri pulmonal lebih tinggi
daripada kelompok kontrol (38 berbanding 27 mmHg) dan tekanan 35 mmHg dijumpai
pada 16 penderita (41%) dibandingkan hanya 1 pada kelompok kontrol. Regurgitasi
trikuspid fungsional sedang hingga berat dijumpai pada 7 penderita berbanding 1
penderita (kelompok kontrol). Regurgitasi mitral fungsional sedang dijumpai pada 5
penderita berbanding 1 penderita (kelompok kontrol). Hal ini bisa diakibatkan baik oleh
hipertensi pulmonal maupun fibrilasi atrial. Setelah diikuti selama 14 bulan (pada kondisi
eutiroid), kelainan ini membaik pada kebanyakan kasus namun bukan pada semua
penderita.1
Hanya sedikit penderita hipertiroid yang menunjukkan gagal jantung, biasanya
dijumpai pada penderita usia tua dan yang sudah memiliki kelainan atau penyakit dasar
jantung sebelumnya. Pada kasus-kasus lain, hal ini merupakan komplikasi dari fibrilasi
atrial atau sinus takikardi yang berkepanjangan dan membaik saat irama ventrikel
menurun dan tercapainya irama sinus normal. Gagal jantung yang tidak disertai kelainan
dasar jantung atau aritmia sebelumnya, diduga akibat kardiomiopati yang terkait irama
jantung, dimana gejala ini berkurang dengan pemberian terapi hipertiroid. Hipertensi
pulmonal dapat juga menunjukkan gejala gagal jantung kanan. 1,6
Pada hipertiroid sering terjadi fibrilasi atrial. Gangguan irama pada penderita
hipertiroid berupa sinus takikardi. Manifestasi klinisnya sering tersamar dengan adanya
fibrilasi atrial akibat tirotoksikosis. Prevalensi fibrilasi atrial dan takikardi supra ventrikel
pada hipertiroid berkisar 2-20%. Angka kejadian fibrilasi atrial pada penderita eutiroid
sebesar 2,3%, sedangkan pada penderita hipertiroid sebesar 13,8%. Pada sebuah
penelitian yang dilakukan pada lebih dari 13.000 penderita hipertiroid, prevalensi fibrilasi
atrial kurang dari 2% karena diagnosis dini dan penatalaksaan yang tepat pada penderita
hipertiroid. Pada sebuah analisis distribusi usia penderita hipertiroid tampak adanya
peningkatan yang bertahap terjadinya fibrilasi atrial pada penderita hipertiroid dengan
puncak usia lebih dari 70 tahun (15%). Kurang dari 1% penderita yang mengalami
fibrilasi atrial, terjadi akibat hipertiroid. Fungsi tiroid yang abnormal dimana kadar TSH
serum yang rendah, jarang dijumpai pada penderita dengan onset fibrilasi atrial yang
baru. Tes TSH dapat digunakan pada penderita fibrilasi atrial atau aritmia supra ventrikel
lainnya yang belum diketahui penyebabnya.1,6,7
Hipertiroid berpengaruh terhadap fungsi ventrikel. Penderita hipertiroid
menunjukkan hipertrofi jantung. Pada hewan coba yang mengalami hipertiroid dalam 1
minggu pemberian T4 pada jantung terjadi peningkatan ukuran ventrikel kiri sebesar
135% dibandingkan dengan kelompok kontrol. Karena hormon tiroid meningkatkan
sintesis protein jantung maka hal ini yang diduga sebagai penyebab hipertrofi jantung
pada penderita hipertiroid. Untuk membuktikan hipotesis ini, Klein memberikan
propanolol dan T4 pada hewan coba. Pemberian tambahan terapi propanolol dapat
mencegah baik peningkatan denyut jantung maupun respon hipertrofi. Klein dan Hong
mengamati bahwa pada tikus yang ditransplantasi jantung tidak terjadi hipertrofi jantung
jika tidak diberi beban hemodinamik. Hormon tiroid ternyata tidak memiliki efek
langsung terhadap sintesis protein kontraktil otot jantung. Mereka menyimpulkan bahwa
peningkatan kerja jantung yang mengakibatkan terjadinya hipertrofi jantung.3,8,9
Fosfar menyatakan bahwa hipertiroid disertai dengan kardiomiopati yang bersifat
reversibel. Juga dinyatakan efek latihan dan pemberian ß bloker pada fungsi ventrikel kiri
baik pada hipertiroid maupun eutiroid. Penderita hipertiroid menunjukkan peningkatan
fraksi ejeksi ventrikel kiri pada saat istirahat namun menurun pada saat latihan.
Sebaliknya penderita eutiroid menunjukkan peningkatan fraksi ejeksi ventrikel kiri pada
saat latihan. Pemberian terapi propanolol sebelumnya menyebabkan penurunan fraksi
ejeksi ventrikel kiri baik pada hipertiroid maupun eutiroid saat istirahat. Propanolol tidak
memiliki efek menurunkan fraksi ejeksi ventrikel kiri pada penderita hipertiroid saat
latihan namun dapat menurunkan secara bermakna pada penderita eutiroid.
Kesimpulannya fungsi ventrikel kiri yang abnormal saat latihan terjadi akibat
kardiomiopati fungsional yang reversible. Kardiomiopati ini terjadi akibat efek langsung
hormon tiroid yang berlebihan, aktivasi ß adrenoseptor yang tidak terikat. Namun
penderita tirotoksikosis juga dapat menunjukkan gejala gagal jantung “high output”
akibat penyakit lain selain kardiomiopati dilatatif.3
KELAINAN RADIOLOGIS
Pada penderita hipertiroid tidak terdapat kelainan radiologis yang khas. Ventrikel
kiri, aorta dan arteri pulmonalis biasanya tidak ada perubahan. Bisa tampak adanya
pembesaran jantung dan gambaran gagal jantung kongestif yang menyebabkan
pembesaran jantung ke kanan dan ke kiri. Pada paru bisa dijumpai adanya bendungan
paru. 2
KELAINAN ELEKTROKARDIOGRAFI
Tidak terdapat kelainan EKG yang khas pada hipertroid maupun penyakit jantung
hipertiroid namun takikardi merupakan kelainan yang hampir selalu dijumpai. Fibrilasi
atrial dijumpai pada 10-20% penderita tirotoksikosis atau 90% dari seluruh jenis aritmia
pada penyakit jantung hipertiroid. Dapat pula terdapat gambaran kontraksi atirum yang
prematur, takikardi atrium paroksismal, flutter, sindroma WPW, pemanjangan interval
PR, elevasi segmen ST dan pemendekan interval QT. 3
PENATALAKSANAAN
Golongan ß bloker telah digunakan secara luas untuk fibrilasi atrial pada keadaan
hipertiroid untuk mengontrol respon ventrikel. Propanolol dosis 120-160 mg/hari atau
atenolol dosis 50 mg/hari dapat meringankan gejala palpitasi dan menurunkan denyut
jantung pada penderita yang mengalami sinus takikardi. Propanolol mempunyai
kelebihan yaitu dapat mengurangi konversi T4 menjadi T3 di jeringan perifer. ß bloker
intra vena sangat penting untuk terapi penderita yang mengalami krisis tiroid.9,10
Digitalis juga dapat digunakan untuk mengontrol respon ventrikel tetapi karena
peningkatan klirens digitalis, penurunan sensitivitas obat karena tingginya kadar NaK
ATPase sel serta penurunan tonus saraf parasimpatis sehingga perlu dosis yang tinggi
pada penderita hipertiroid. 9,10
Calsium Channel Blocker non dihydropiridine (CCB) oral seperti diltiazem atau
verapamil dapat digunakan untuk mengontrol respon ventrikel. CCB intravena harus
dihindari karena menyebabkan penurunan SVR dan hipotensi. Jika keadaan eutiroid telah
terapai, penderita dapat kembali ke irama sinus tergantung pada umur penderita, durasi
fibrilasi atrial, ukuran atrium kiri dan adanya penyakit jantung lainnya. Pada 2/3 penderita
yang mengalami fibrilasi atrial akan kembali ke irama sinus setelah keadaan eutiroid telah
tercapai. 9,10
Penggunaan antikoagulan pada penderita hipertiroid disertai dengan fibrilasi atrial
masih kontroversial. Pada tahun 2004, konferensi ACCP VII (7 th American College of
Chest Physicians) yang membahas mengenai terapi anti trombotik dan trombolitik.
Beberapa studi menyatakan bahwa risiko terjadinya tromboemboli dan stroke pada
penderita fibrilasi atrial yang diakibatkan oleh hipertiroid sama dengan yang diakibatkan
oleh penyebab yang lain. Tetapi adanya penyakit jantung lain dan faktor usia dapat
meningkatkan risiko tromboemboli. Oleh karena itu antikoagulan dapat ditunda
pemberiannya bila durasi fibrilasi atrial kurang dari 2-3 bulan dan tidak disertai adanya
penyakit jantung lainnya. Sehingga dicapai kesepakatan untuk memberikan terapi anti
trombotik berdasarkan adanya faktor risiko terjadinya stroke pada penderita fibrilasi
atrial. Dianjurkan terapi anti koagulan jika fibrilasi atrial tidak segera membaik atau jika
ada faktor risiko tambahan terjadinya tromboemboli seperti gagal jantung, hipertensi dan
diabetes mellitus. Dibutuhkan warfarin dengan dosis yang lebih rendah karena hipertiroid
berhubungan dengan peningkatan klirens faktor-faktor pembekuan yang terkait dengan
vitamin K. Diharapkan akan terjadi konversi ke irama sinus bila keadaan eutiroid
tercapai. Pada penderita hipertiroid lama yang berusia tua, fibrilasi atrial terutama yang
disertai dengan penyakit jantung organik, mempunyai risiko tinggi terjadinya
tromboemboli, sehingga diindikasikan pemberian antikoagulan. Aspirin menyebabkan
ikatan T3 dan T4 dengan Thyroid Binding Globulin (TBG) terganggu sehingga kadar
hormon bebas meningkat. Efektivitas aspirin masih bersifat kontroversial.9
Propylthiouracil (6-propyl-2-thiourasil) dan Methimazole (1-methyl-
mercaptoimidazole) adalah obat antitiroid yang telah dikenal luas dan telah banyak
digunakan. Methimazol bekerja dengan menghambat sintesis hormon tiroid yaitu dengan
mempengaruhi proses yodinasi sehingga T3 dan T4 menurun. Sedang propylthiouracil
(PTU) bekerja dengan menghambat konversi T4 menjadi T3 didalam kelenjar tiroid dan
jaringan perifer. Methimazol digunakan mulai dengan dosis 15-30 mg sehari, sedang
PTU dimulai dengan dosis 300mg sehari terbagi menjadi 3 dosis. 10
Jika terapi antitiroid dimulai maka dilakukan evaluasi terhadap fungsi tiroid setiap
4-6 minggu sampai fungsi tiroid stabil atau mencapai keadaan eutiroid. Biasanya setelah
4-12 minggu fungsi tiroid mencapai harga normal dan dosis obat dapat diturunkan untuk
mempertahankan fungsi tiroid dalam batas normal. 1,10
Efek samping obat anti tiroid adalah lekopeni, netropeni, trombositopeni, reaksi
kutaneus, atralgia dan keluhan gastrointestinal. Efek samping yang paling menakutkan
adalah agranulositosis. Aganulositosis dengan granulosit kurang dari 500 mm3 didapat
pada 0,37% penderita dengan terapi PTU dan 0,35% penderita dengan methimazol.
Kejadian agranulositosis sering terjadi 3 bulan pertama pemakaian obat antitiroid. 10
PROGNOSIS
Diagnosis dan pengobatan sedini mungkin adalah penting untuk mencegah
terjadinya penyulit pada jantung pada penderita hipertiroid. Osman (2007) melaporkan
angka kematian sebesar 6,6% dalam jangka waktu 5-6 tahun setelah pengobatan
hipertiroid. Penyebab kematian utama adalah gagal jantung dan iskemia jantung. 12
RINGKASAN
Hipertiroid merupakan keadaan klinis akibat produksi T4, T3 atau keduanya.
Hipertiroid relatif lebh sering mengenai 4-8 kali pada wanita dibanding pria, dengan
insiden terbanyak pada dekade ke tiga atau ke empat. Manifestasi klinis kardiovaskuler
hipertiroid adalah palpitasi, biasanya merupakan salah satu keluhan awal penderita untuk
pergi berobat ke dokter. Di samping itu dapat berupa hipertensi sistolik, kelelahan atau
dengan dasar penyakit jantung yang sudah ada, angina atau gagal jantung. Sinus takikardi
dijumpai pada 40% penderita dan 15% penderita dengan fibrilasi atrial pada penderita
hipertiroid. Dapat dijumpai gambaran hiperdinamik pada prekordial, peningkatan tekanan
nadi, intensitas suara jantung pertama, suara jantung ke dua komponen pulmonal, suara
jantung ke tiga meningkat. Gambaran radiologis foto dada dan elektrokardiografi dapat
terjadi perubahan walaupun tidak spesifik pada penderita hipertiroid. Penderita hipertiroid
dengan penyakit kardiovaskuler biasanya resisten terhadap terapi. Terapi dasar efek
hipertiroid berupa takikardi adalah obat golongan penyekat β adrenergik. Diberikan
bersama-sama dengan obat-obat anti tiroid atau radioiodin sebelum operasi. Dapat pula
diberikan digitalis atau calsium channel blocker untuk mengontrol respon ventrikel.
Antikoagulan dapat diberikan untuk mencegah terjadinya tromboemboli terutama bila
disertai adanya gagal jantung. 1,11
1. NORMAL SINUS RHTM
Gelombang yang berasal dari SA node akan mengeluarkan impuls berkisar antara 60
sampai 100 x/menit, bagaimana cara menghitungnya? Penghitungannya sama dengan
cara menghitung frekfensi jantung umumnya. Tapi untuk menghitung impuls atau
frekfensi dari SA node atau atrial adalah dengan menghitung PP intervalnya.
2. SINUS BRADIKARDIA
Yang membedakan antara sinus bradikardi dengan normal sinus rhytm adalah Frekfensi
jantungnya.
Pada sinus bradikardia frekfensi jantungya kurang dari 60 x/menit, sedangkan ciri yang
lainya persis sama dengan normal sinus rhytm.
Seringkali kita menemukan pasien dengan frekfensi jantung yang kurang dari 60 x/menit
dan bahkan kurang dari 50 x/menit tanpa ada keluhan yang berarti, ini biasanya kita
temukan pada jantung olah ragawan atau orang yang melakukan kegiatan olah raga yang
teratur seperti para atlit. Jadi siapapun orangnya yang melakukan olah raga secara teratur
dan benar, akan didapatkan frekfensi jantung yang kurang dari 60 atau bahkan kurang
dari 50 x/menit tanpa adanya keluhan.
Frekfensi jantung yang kurang dari 60 x/menit juga bisa disebabkan oleh beberapa
penyebab seperti obat-obatan (digoxin, beta blockers, calcium channel blockers) dan
biasanya terjadi setelah pasca serangan jantung dan stroke.
3. SINUS TAKIKARDIA
Seperti halnya dengan sinus bradikardia, hanya satu yang membedakan antara sinus
takikardia dengan normal sinus rhytm yaitu frekfensi jantungnya.
Pada sinus takikardia, frekfensi jantungnya lebih dari 100 x/menit.
Peningkatan frekfensi jantung pada pasien dengan sinus takikardia biasanya terjadi oleh
adanya respon fisiologi dari tubuh terhadap suatu keadaan yang menggangu hemostasis
tubuh. Dari sekian banyak penyebab frekfensi jantung melebihi 100 x/menit pada kasus
sinus takikardia, kita mengenal beberapa keadaan yang harus kita tahu seperti :
- Keadaan normal respon : sehabis melakukan aktivitas, kesakitan, demam, stress dan
cemas.
4. SINUS ARITMIA
Untuk membedakan sinus aritmia dengan normal sinus rhytm dan sinus bradikardia
adalah pada sinus aritmia iramanya tidak teratur yang disebabkan oleh pengaruh
pernapasan, baik inspirasi maupun ekspirasi.
Biasanya kita akan menemukan pada anak ABG atau anak-anak yang masih muda.
Fisiologi Kelenjar Tiroid
Kontrol Terhadap Kelenjar Tiroid
Hipotalamus
TRH
Pituitari anterior
TSH
Tiroid
T3 T4
_
_
Gondok berkembang
Tiroid
Tdk memenuhi penyedianan tiroksin
TSH
Hiperplasi & hipertrofi