5. ptk mtk kelas iv _fpb-kpk-snowball throwing

56
1 MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA KELAS IV SD 2 BESITO GEBOG KUDUS DALAM MENENTUKAN FPB DAN KPK MELALUI COOPERATIVE LEARNING SNOWBALL THROWING TAHUN PELAJARAN 2010/2011 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Disusun oleh : Nama : Sutiyono, S.Pd.SD NIP : 19640513 198608 1 001 Pangkat/Gol : Pembina/ IV A Unit Kerja : SD 2 Besito UPT Pendidikan Kecamatan Gebog DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH 2011

Upload: suti-yono

Post on 30-Jul-2015

1.282 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

1

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA KELAS IV SD 2 BESITO

GEBOG KUDUS DALAM MENENTUKAN FPB DAN KPK MELALUI

COOPERATIVE LEARNING SNOWBALL THROWING

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Disusun oleh :

Nama : Sutiyono, S.Pd.SDNIP : 19640513 198608 1 001Pangkat/Gol : Pembina/ IV AUnit Kerja : SD 2 Besito

UPT Pendidikan Kecamatan Gebog

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGAKABUPATEN KUDUS

PROVINSI JAWA TENGAH2011

Page 2: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

2

PENGESAHAN

1. Judul Penelitian :

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA KELAS IV SD 2 BESITO

GEBOG KUDUS DALAM MENENTUKAN FPB DAN KPK MELALUI

COOPERATIVE LEARNING SNOWBALL THROWING TAHUN PELAJARAN

2010/2011

2. Identitas Peneliti :

Nama Peneliti : Sutiyono, S.Pd.SD

NIP : 19640513 198608 1 001

Pangkat / Gol. Ruang : Pembina / IV A

Institusi : SD 2 Besito UPT Pendidikan Kecamatan Gebog

Kabupaten : Kudus

Provinsi : Jawa Tengah

Alamat Kantor : Jln.Rahtawu No.17 Besito RT 04/05 Gebog Kudus

3. Lama Penelitian : 3 bulan

Dari : bulan Februari sampai April 2011

4. Sumber Dana : Swadana

Mengetahui Kudus, 4 April 2011Kepala SD 2 Besito Peneliti,

Muzayanah, S.Pd. Sutiyono, S.Pd. SDNIP 19631015 198304 2 005 NIP 19640513 198608 1 001

Page 3: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

3

ABSTRAK

Sutiyono, S.Pd.SD

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengatahui: (1) peningkatan

keterampilan siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam menentukan FPB dan

KPK melalui Cooperative Learning Snowball Throwing tahun pelajaran 2010/2011,

(2) meningkatkan profesional guru dalam melaksanakan pembelajaran dan perbaikan

pembelajaran serta keterampilan melakukan penelitian dan menulis karya tulis

ilmiah.

Metode Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan strategi

tindakan yang berupa perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian

dilakukan di SD 2 Besito UPT Pendidikan Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD 2 Besito tahun pelajaran

2010/2011 berjumlah 22 siswa. Penelitian dilakukan dengan tiga siklus berkelanjutan

yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan

refleksi. Analisis data menggunakan deskriptif komparatif dengan cara

membandingkan hasil penilaian tes formatif siswa dalam pembelajaran konvensional

dengan pembelajaran Cooperative Learning Snowball Throwing.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa

melalui Cooperative Learning Snowball Throwing pada pembelajaran matematika

tentang menentukan FPB dan KPK, keterampilan siswa meningkat. Hal ini terbukti

sebelum dilakukan pembelajaran Cooperative Learning Snowball Throwing

kemampuan awal siswa rata-rata nilai siswa 59.5 pada siklus I, naik menjadi 69.1

pada siklus II, dan pada siklus III menjadi 80.9. Persentasi kenaikan dari kemampuan

awal atau siklus I sebelum dilakukan perbaikan sampai siklus II mengalami kenaikan

sebesar 6.90%, sedangkan kenaikan dari siklus II ke siklus III sebesar 8.09%. Ini

berarti Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM) melalui

penerapan Cooperative Learning Snowball Throwing berhasil memuaskan.

Page 4: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

4

KATA PENGANTAR

Alhamdzulillah, puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan ke hadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya kepada

kita, sehingga penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul

“Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam

Menentukan FPB dan KPK melalui Cooperative Learning Snowball Throwing

Tahun Pelajaran 2010/2011, ini dapat terselesaikan.

Penelitian ini dapat berjalan baik dan lancar, juga berkat bantuan, bimbingan,

dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala hormat dan penghargaan

yang setinggi-tingginya, peneliti sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Drs. H. Sudjatmiko, M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Kudus, yang telah memberikan motivasi dalam penelitian ini;

2. Drs. H. Didik Hartoko, MM, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus, yang telah memberikan motivasi

dalam penelitian ini;

3. Drs. Bambang Gunadi, MM, Kasie Kurikulum Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Kudus, yang telah memberikan arahan dalam penelitian ini;

4. H.M. Suharto, S.Pd.,M.Pd., Kepala UPT Pendidikan Kecamatan Gebog

Kabupaten Kudus yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam penelitian

ini;

5. Suwartono, S.Pd., Pengawas TK/SD/SDLB UPT Pendidikan Kecamatan Gebog

Kabupaten Kudus, yang telah memberikan petunjuk dan bimbingannya dalam

penelitian ini;

6. Muzayanah, S.Pd., Kepala SD 2 Besito yang telah memberikan ijin penelitian

ini;

7. Sulipah, S.Pd., teman sejawat yang telah membantu dalam penelitian ini;

8. Hj. Inayah, S.Pd.SD, teman sejawat yang telah membantu dalam penelitian ini;

9. Bapak dan Ibu Guru SD 2 Besito, yang telah membantu dalam memperlancar

penelitian ini;

10. Siswa-siswi kelas IV SD 2 Besito, yang telah membantu kelancaran penelitian

ini;

Page 5: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

5

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan

memberikan motivasi sehingga dapat terselesaikannya Penelitian Tindakan

Kelas ini.

Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan balasan dan imbalan

yang setimpal dari Allah SWT. Akhirnya peneliti berharap, semoga laporan

penelitian tindakan kelas ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dan kemajuan

pendidikan.

Kudus, 4 April 2011

Peneliti,

Sutiyono, S.Pd.SDNIP 19640513 198608 1 001

Page 6: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

6

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….. ii

ABSTRAK …………………………………………………………………... iii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. iv

DAFTAR ISI ...………………………………………………………………. vi

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1

B. Identifikasi Masalah ………………………………………….. 6

C. Analisis Masalah ……………………………………………… 6

D. Rumusan Masalah ……..……………………………………… 8

E. Tujuan Penelitian………………………………………………. 8

F. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 10

A. Pembelajaran Matematika .......................................................... 10

1. Hakikat Belajar .................................................................... 10

2. Pengertian prestasi Belajar Matematika ............................... 11

3. Pengertian Matematika ........................................................ 12

4. Fungsi Mata Pelajaran Matematika ..................................... 14

5. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar ........ 15

6. Ciri-ciri Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar ......... 17

7. Ruang Lingkup Materi Matematika di Sekolah Dasar ......... 18

B. Metode Pembelajaran ................................................................. 19

1. Pengertian Metode Pembelajaran ......................................... 19

2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran ........................................ 20

3. Model Cooperative Learning Snowball Throwing .............. 21

Page 7: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

7

C. Kerangka Pikir .......…………………………............................. 24

D. Hipotesis .................................................... ................................ 24

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ................................................... 25

A. Tempat dan waktu Pelaksanaan .................................................. 25

B. Prosedur Penelitian ..............………………………….….......... 25

C. Deskripsi Per Siklus .............………………………….…........... 26

1. Siklus I ................................................................................. 26

2. Siklus II ............................................................................... 32

3. Siklus III .............................................................................. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………….. 40

A. Hasil Penelitian .......................................................................... 40

B. Pembahasan................................................................................. 61

BAB V PENUTUP .......................…..............................…………………… 65

A. Simpulan ……………………………………………………... 65

B. Saran …….…………………………………………………… 67

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 67

LAMPIRAN ...................……………………………………………………. 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 69

1) Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................... 70

2) Lampiran 2 : Lembar Observasi Siklus I ................................................... 79

3) Lampiran 3 : Rencana Perbaikan Pembelajaran 1 ..................................... 82

4) Lampiran 4 : Lembar Observasi Siklus II .................................................. 90

5) Lampiran 5 : Rencana Perbaikan Pembelajaran 2 ...................................... 93

6) Lampiran 6 : Lembar Observasi Siklus III ................................................ 101

7) Lampiran 7 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran ................................... 104

Page 8: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era abad ke-21 yang serba global, menuntut kita untuk memiliki

kompetensi yang tinggi di berbagai segi kehidupan. Oleh karena itu dunia

pendidikan dihadapkan pada tantangan berat, terutama dalam penyiapan sumber

daya manusia (SDM) yang berkualitas. Di sisi lain pendidikan nasional

dihadapkan pada permasalahan mendasar yakni : (1) masih rendahnya

pemerataan memperoleh pendidikan, (2) masih rendahnya kualitas dan relevansi

pendidikan, dan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan (Depdiknas,

2005:2).

Realitas pendidikan hasil paradigma lama adalah pendidikan sebagai

instrumen politik, alat penyeragaman, peserta didik sebagai objek,

mengutamakan aspek kognitif, dan pendidik sangat dominan sehingga

pembelajaran berpusat pada guru. Pendidikan yang mengutamakan aspek

kecerdasan intelektual (kognitif), mengakibatkan krisis kehidupan masyarakat

yang multi dimensional sebagai refleksi krisis pendidikan. Perubahan dunia di

era globalisasi yang serba cepat di segala bidang kehidupan sangat

mempengaruhi paradigma pendidikan.

Paradigma baru pendidikan diharapkan dapat memecahkan permasalahan

pendidikan. Pendidikan sebagai subjek pembangunan, schooling menjadi

learning (sekolah menjadi belajar) dengan paradigma pembelajaran learning to

know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk bekerja),

learning to be (belajar untuk hidup), learning to live together (belajar untuk

hidup bersama), cara belajar siswa aktif menjadi belajar reflektif, pendidikan

berbasis pada kehidupan masyarakat, keragaman dalam keseragaman, anak didik

sebagai subjek, linking (link and math atau life skill) dan delinking (pemusatan

lingkungan negatif), diversifikasi kurikulum, Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), dan otonomi pendidikan pada tingkat sekolah dengan

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Tujuan utamanya adalah mengupayakan

fondasi dan mengembangkan Pendidikan Anak Seutuhnya (Agus Triarso,

2005).

Visi dan misi pendidikan nasional yang tertera dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan nasional

Page 9: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

9

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggungjawab (Dirjen Dikdasmen, 2003:3).

Bertitik tolak dari konsepsi visi dan misi tersebut di atas, dapat ditarik

suatu pengertian bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan peran

serta dari berbagai komponen yang terkait dalam sistem pendidikan dan

pengajaran. Untuk merealisasikan paradigma tersebut di atas, perlu berbagai

upaya yang harus dilakukan oleh lembaga atau instansi yang memiliki tugas dan

tanggung jawab terhadap penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. Guru

sebagai ujung tombak dalam peningkatan kualitas atau yang melaksanakan tugas

di lapangan sangat terkait dengan masalah-masalah dan bertanggungjawab atas

masalah tersebut. Bagi seorang guru selain sebagai perencana pembelajaran,

juga harus melaksanakan pembelajaran, serta melakukan evaluasi untuk

mengetahui berhasil tidaknya pendidikan bagi generasi bangsa.

Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan

oleh seluruh penyelenggara dan penanggungjawab pendidikan, baik pihak

pemerintah, swasta, maupun masyarakat, namun belum menunjukkan hasil yang

memuaskan. Upaya tersebut di antaranya dengan memberlakukan Undang-

Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Rencana Strategis Pendidikan.

Pembelajaran matematika di sekolah dasar meliputi tiga tingkatan atau

tahapan, yaitu, (1) penanaman konsep, (2) pemahaman konsep, dan (3)

pembinaan keterampilan. Matematika merupakan suatu bahan kajian yang

memiliki objek abstrak. Matematika dibentuk melalui proses penalaran deduktif.

Pembelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan, (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan

antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada

pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3)

memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,

Page 10: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

10

atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap

menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin

tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan

percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006).

Keberhasilan seorang siswa ditandai dengan perubahan tingkah laku,

kemajuan prestasi, dan bertambah keterampilannya. Prestasi belajar siswa

khususnya mata pelajaran matematika sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,

salah satunya adalah kelengkapan fasilitas belajar serta pemanfaatannya bagi

kepentingan belajar siswa. Selain itu keberhasilan dalam proses belajar mengajar

dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

(dalam diri siswa) terdiri dari faktor jasmaniah (kesehatan jasmani) dan faktor

rohani (psikologis) sedangkan faktor eksternal (dari luar siswa) dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Sedangkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar selain dipengaruhi oleh

guru juga dipengaruhi oleh cara belajar. Untuk mendukung cara belajar yang

efektif dan efisien maka perlu didukung oleh metode dan media pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, guru selalu dihadapkan pada suatu

kenyataan tentang keanekaragaman kemampuan siswa. Keanekaragaman

kemampuan ini akan membuat tingkat penguasaan belajar yang berbeda antara

siswa yang satu dengan yang lain, sehingga ada siswa yang mencapai prestasi

belajar yang amat baik, dalam arti menguasai seluruh bahan pelajaran. Tetapi

ada pula siswa yang tidak mampu mencapai prestasi belajar secara tuntas.

Begitu pula ada siswa yang memang tergolong memiliki kemampuan akademik

yang kurang. Jika siswa yang tidak mampu menguasai bahan pembelajaran

secara tuntas ini dibiarkan terus menerus, akan berdampak negatif terhadap

penguasaan bahan pelajaran pada pembelajaran berikutnya, sehingga bahan

belajar yang belum mampu dikuasai menjadikan siswa mengalami kesulitan

untuk mengejarnya.

Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran pada mata pelajaran

matematika Kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus pada

semester 2 dengan kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK menunjukkan

bahwa pembelajaran yang dilaksanakan selama ini belum mencapai hasil yang

maksimal. Hasil prestasi siswa masih di bawah tingkat ketuntasan belajar. Hal

itu terjadi disebabkan oleh banyak faktor, antara lain, (1) metode yang

digunakan dalam materi pembelajaran tersebut belum sesuai, (2) motivasi guru

Page 11: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

11

terhadap siswa belum maksimal, (3) masih terbatasnya buku-buku matematika,

(4) pemanfaatan media atau alat peraga yang seadanya, sehingga membuat

rendahnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, (5) perhatian orangtua

terhadap belajar anak di rumah masih kurang, (6) dan ditambah lagi masih

adanya suatu paradigma tentang matematika sebagai mata pelajaran yang sulit

dan menakutkan.

Dalam pembelajaran matematika di kelas IV ini, siswa telah mampu

menentukan FPB dan KPK dari suatu bilangan, namun kemampuan tersebut

belum didukung dengan keterampilan atau kecepatan dalam menyelesaikan

suatu permasalahan yang berhubungan dengan FPB dan KPK.

Sebagai ilustrasi bahwa keterampilan siswa dalam pembelajaran

matematika dianggap kurang, bila siswa tersebut belum mampu menyelesaikan

satu soal dalam waktu maksimal 3 menit. Asumsi ini didasarkan pada suatu

kenyataan di lapangan bahwa setiap kegiatan UTS, UUS, UKK, ataupun ujian

mata pelajaran matematika, siswa dituntut mampu menyelesaikan 40 soal dalam

waktu 120 menit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang

terampil, mampu menentukan FPB atau KPK kurang dari 3 menit per soal.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi terhadap proses pembelajaran

matematika, siswa telah mampu menentukan FPB dan KPK. Namun

kemampuan tersebut belum ditunjang dengan keterampilannya. Kemampuan

siswa dalam menentukan FPB dan KPK tersebut masih lambat dan memerlukan

waktu lebih dari 3 menit per soal. Dalam hal ini penulis berhasil

mengidentifikasi beberapa permasalahan pembelajaran, antara lain, (1) siswa

kurang terampil dalam menentukan faktor prima, (2) siswa kurang terampil

dalam menentukan faktorisasi prima, (3) siswa kurang terampil dalam

menentukan FPB, (4) siswa kurang terampil dalam menentukan kelipatan

bilangan, (5) siswa kurang terampil menentukan KPK dari suatu bilangan.

C. Analisis Masalah

Melalui diskusi bersama teman sejawat dan pembimbing tentang

permasalahan yang telah teridentifikasi seperti tersebut di atas, penulis

berkesimpulan bahwa permasalahan tersebut disebabkan oleh

kekurangmampuan siswa dalam menentukan FPB dan KPK. Kemampuan dan

Page 12: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

12

keterampilan siswa dalam menentukan FPB dan KPK tersebut dapat

ditingkatkan melalui penerapan model Cooperative Learning Snowball

Throwing.

Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan

perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar teorinya

bertumpu pada Piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada siswa-siswa,

sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi siswa

yang mempelajarinya. Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting

sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara

kongkret dan lebih membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada

anak didik. Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti

pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini

mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang

lainnya. Anak yang telah memahami aturan-aturan tadi.

Berdasarkan teori belajar Zoltan P. Dienes tentang teori permainan

matematika dan teori belajar William H Burton (Muhammad Ali;2000;13),

dengan memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan

kepada siswa agar terjadi proses belajar, maka hal tersebut memberikan inspirasi

kepada peneliti bahwa kekurangmampuan siswa tersebut dapat dikurangi dengan

memberi perangsang dan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui bentuk

permainan dengan menerapkan model Cooperative Learning Snowball

Throwing dalam pembelajaran matematika.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan analisis masalah tersebut di atas, dapat

dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah cara meningkatkan keterampilan siswa kelas IV SD 2 Besito

Gebog Kudus dalam menentukan FPB dan KPK melalui penerapan model

Cooperative Learning Snowball Throwing?

2. Seberapa besar pengaruh dari penerapan model Cooperative Learning

Snowball Throwing pada pembelajaran matematika terhadap peningkatan

keterampilan siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam menentukan

FPB dan KPK?

Page 13: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

13

E. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan penerapan model Cooperative Learning Snowball

Throwing dalam pembelajaran matematika untuk menentukan FPB dan

KPK.

2. Meningkatkan keterampilan siswa dalam menentukan FPB dan KPK,

3. Meningkatkan prestasi hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Siswa

a. Meningkatkan minat belajar, khususnya mata pelajaran Matematika.

b. Meningkatkan kemampuan memahami konsep matematika.

c. Mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

d. Meningkatkan keterampilan dan hasil belajar siswa.

2. Guru

a. Untuk mengetahui kelemahan / kelebihan guru dalam menyampaikan

materi pelajaran dan mengelola kelas,

b. Memberikan alternatif pemecahan masalah dalam suatu pembelajaran.

c. Membantu guru dalam melakukan perbaikan pembelajaran.

3. Sekolah

a. Memperoleh hasil belajar siswa yang lebih baik dan memuaskan,

b. Mendapatkan alternatif model pembelajaran di sekolah melalui PTK,

c. Meningkatkan prestasi sekolah,

d. Menambah referensi tentang PTK di perpustakaan sekolah.

Page 14: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika

1. Hakikat Belajar

Jika ditelaah dari berbagai sumber, maka akan dijumpai berbagai

pengertian tentang belajar yang perumusannya satu dengan yang lainnya berbeda.

Untuk memahami, mengalami, dan mempunyai gambaran yang jelas. Ini

diberikan beberapa pengertian menurut beberapa ahli sebagai berikut :

a. Winkel (1984:162) mengutarakan pengertian belajar suatu proses mental

yang mengarah kepada penguasaan, kecakapan / skill, kebiasaan atau sikap

yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan

tingkah laku yang progresif dan adaptif.

b. Slameto (1991:22) “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

c. Gagne (dalam Dadang Garnida, 2001:56) mengartikan belajar terjadi jika

rangsangan bersama dengan isi rangsang mempengaruhi siswa, sehingga

perilaku siswa berubah sebelum dipengaruhi dan setelah dipengaruhi.

d. Nana Sujana (dalam T Nur Djannah, 2002:8) mengartikan belajar adalah

suatu proses yang ditandai dengan perubahan dengan diri seseorang.

e. Sardiman AM (2002 : 20) mengemukakan belajar dimaksudkan sebagai

usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian

menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

f. Herman Hudaya (2003 : 3) mengemukakan belajar adalah suatu proses

aktif dalam memperoleh pengalaman/pengajaran baru sehingga

menyebabkan perubahan tingkah laku.

g. Bruner (dalam Noehi Nasution, 2004 : 3.24) menganggap bahwa belajar

dan persepsi merupakan suatu kegiatan pengolahan informasi yang

menemukan kebutuhan-kebutuhan untuk mengenal dan menjelaskan

gejala yang ada dilingkungan kita.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses kegiatan yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan

tingkah laku. Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan

belajar dapat berupa pengertian atau pengetahuan, keterampilan atau sikap.

14

Page 15: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

15

2. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Menurut Tirtonegoro (1989:43), “Prestasi belajar matematika adalah

penilaian hasil usaha kegiatan belajar–mengajar dari ilmu yang menyangkut

seluk beluk bilangan beserta hubungannya dan dinyatakan dalam bentuk

simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang

dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.”

Menurut Pasaribu dan Simanjuntak (1980:115), menyatakan yang

dimaksud dengan “Prestasi belajar matematika adalah achievement, isi /

kapasitas seorang yakni hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti

kegiatan dan latihan yang ada hubungannya dengan bilangan, dan prosedur

operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan

yang ditentukan melalui pemberian tes akhir pada pendidikan itu”.

Dari rumusan–rumusan di atas dapat penulis simpulkan bahwa

prestasi belajar matematika adalah hasil penilaian belajar atau hasil belajar

yang dilakukan oleh seseorang yang ada hubungannya dengan bilangan, dan

prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan diukur dengan tes dan hasilnya berupa angka-angka atau huruf–

huruf yang mempunyai arti penting dalam pendidikan. Angka–angka atau

huruf–huruf tersebut bisa memberikan gambaran tentang keadaan atau

pencapaian tujuan pembelajaran.

3. Pengertian Matematika

Para pakar pendidikan dalam mendefinisikan pengertian matematika

belum ada kesepahaman. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang

tentang hakikat pembelajaran matematika itu sendiri. Pengertian atau makna

dari istilah matematika sangat beragam, antara lain : (a) Matematika adalah

ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya; (b) Matematika

adalah ilmu membahas fakta-fakta dan hubungan-hubungannya; (c)

Matematika adalah ilmu membahas masalah ruang dan bentuk; (d)

Matematika adalah ilmu membahas logika dan membahas numerik; (e)

Matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan

struktur; (f) Matematika adalah sarana berfikir Ismail ( 2003: 13).

Sementara itu, James dan James dalam bukunya Karso (1994 : 2)

mengatakan matematika adalah “ilmu tentang logika mengenai bentuk,

Page 16: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

16

susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan lainnya dengan

jumlah yang banyak”.

Menurut Soedjadi (1999 : 11) bahwa matematika memiliki beragam

definisi, antara lain :

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir

secara sistimatik.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

c. Matematika adalah tentang penalaran logik dan berhubungan dengan

bilangan.

d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kualitatif dan

masalah tentang ruang dan bentuk.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logika.

f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Menurut Sunardi (1997:1), Matematika adalah ilmu yang mempelajari

seluk beluk bilangan beserta hubungannya. Sedangkan Hudoyo (1988: 1),

mengatakan bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari

sifat khas kalau dibandingkan dengan disiplin ilmu lain. Karena kegiatan

belajar dan mengajar matematika seyogyanya juga tidak disamakan begitu

saja dengan ilmu lain. Karena peserta didik yang belajar matematika itu pun

berbeda-beda pula kemampuannya, maka kaitan belajar mengajar harus tetap

memperhatikan adanya perbedaan individu dan karakteristik siswa.

4. Fungsi Mata Pelajaran Matematika

Matematika di Sekolah Dasar kedudukannya memiliki fungsi yang

sangat penting karena menyajikan materi dan pola pikir yang penerapannya

sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan

perkembangan Iptek. Selain itu, materi matematika di SD bersifat elementer

yang esensial sebagai prasyarat konsep-konsep matematika lanjut.

Menurut Ismail (2003:115) fungsi matematika di Sekolah Dasar

adalah, (1) meningkatkan ketajaman siswa yang dapat membantu

memperjelas dan menyelesaiakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari;

(2) meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan

dan simbol-simbol. Senada dengan hal itu (Suyitno, 2000:10) berpendapat

bahwa “Matematika sekolah mempuyai fungsi sebagai instrumental input,

yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran konsisten,

Page 17: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

17

dalam sistem pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan”. Mata

pelajaran matematika berfungsi “untuk mengembangkan kemampuan

berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta

ketajaman penalaran yang dapat membantu, memperjelas, dan menyelesaikan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari” (Depdikbud, 1994: 96).

Mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-

simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan

menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di sekolah dasar

diutamakan agar siswa mengenal,

memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan

praktek kehidupan sehari-hari (Depdikbud,1996:95)

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi

matematika sekolah dasar adalah sebagai instrumen input yang memiliki

objek dasar abstrak dan berlandasakan kebenaran konsisten untuk

mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan

dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu,

memperjelas, dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Mata pelajaran matematika di sekolah dasar diberikan dengan

maksud menata dan meningkatkan ketajaman penalaran siswa yang dapat

membantu memperjelas cara menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari dan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan,

simbol-simbol, serta lebih mengembangkan sikap logis, kritis, cermat,

disiplin dan menghargai kegunaan matematika. Tujuan pembelajaran

matematika pada dasarnya mencakup dua hal yaitu pembelajaran umum dan

pembelajaran khusus.

Menurut Karso (2004 : 14 ) pembelajaran mata pelajaran

matematika di sekolah dasar memiliki tujuan umum maupun khusus. Tujuan

umum mempelajari matematika di SD adalah :

a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di

dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan

bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,

dan efektif.

Page 18: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

18

b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola

pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari berbagai

ilmu pengetahuan.

c. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung

(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari;

d. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui

kegiatan matematika;

e. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal lebih

lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan;

f. Membentuk sikap logis, kritis, cermat dan kreatif dan disiplin.

Menurut Wahyudin (2003 : 3) tujuan pengajaran matematika secara

keseluruhan “agar siswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan

untuk menambah perbendaharaan pengetahuan khususnya di bidang

matematika”.

Tujuan khusus pembelajaran Matematika di sekolah dasar adalah :

a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai alat

dalam kehidupan sehari-hari.

b. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui

kegiatan Matematika.

c. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika untuk mempersiapkan

bekal belajar lebih lanjut di sekolah lanjutan tingkat pertama ( SLTP ).

d. Membentuk sikap logis, kritis, kreatif disiplin (Soedjadi, 2000 : 15).

Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika umum di atas

menunjukkan bahwa belajar matematika di tingkat Sekolah Dasar sangat

penting karena mampu membentuk sikap, pola pikir yang kritis, logis, cermat

dan kreatif sehingga dapat menjadi dasar dalam menjalani kehidupan sehari-

hari di masyarakat. Selain itu, tujuan umum pendidikan matematika pada

jenjang pendidikan dasar tersebut memberi tekanan pada penataan nalar an

pembentukan sikap siswa serta juga memberi tekanan pada keterampilan

dalam penerapan matematika.

6. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar memiliki ciri-ciri

tersendiri dibandingkan dengan matematika di tingkat Menengah. Pada

tingkat Sekolah Dasar matematika berorientasi pada belajar konsep dari

Page 19: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

19

abstrak ke konkrit. Oleh karena itu pembelajaran matematika di sekolah dasar

memiliki karakteristik tersendiri dan menjadi perhatian dari para ahli

matematika.

Menurut Karso (2004: 15), pembelajaran matematika memiliki ciri

tersendiri dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, yakni: memiliki objek

kejadian yang abstrak, berpola pikir deduktif, dan konsisten”.

Berdasarkan Kurikulum Sekolah Dasar 1994, matematika sekolah

adalah “Matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar” (Depdikbud,

1994: 1). Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang

dipilih guna: (a) menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan; (b)

membentuk pribadi siswa; (c) berpadu pada perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

7. Ruang Lingkup Materi Matematika di Sekolah Dasar

Matematika sekolah memiliki ruang lingkup yang berbeda-beda

sesuai dengan tingkat dan jenjangnya masing-masing. Ruang lingkup bahan

kajian materi pembelajaran matematika yang memiliki objek dasar berupa

fakta dan konsep. Bahan kajian yang ditetapkan dapat menjadi dasar yang

kuat agar peserta didik mampu mengikuti pendidikan sesuai dengan tingkat

jenjangnya masing-masing. Ruang lingkup pembelajaran matematika telah

dirumuskan dalam GBPP yang disesuaikan dengan kurikulum.

Menurut Karso (2004: 16) “Ruang lingkup materi / bahan kajian

matematika di SD mencakup : aritmatika (berhitung), pengantar aljabar,

geometri, pengukuran dan kajian data (pengantar statistika). Penekanan

diberikan pada “penguasaan bilangan” termasuk berhitung”.

Soedjadi (2000: 17) berpendapat bahwa “ruang lingkup

pembelajaran di SD terdiri dari bahan kajian aritmatika, aljabar, geometri,

peluang, trigonometri, logika, dan pengkajian pengayaan.

Dengan demikian ruang lingkup matematika pendidikan dasar

mencakup aritmatik (berhitung), pengantar aljabar, geometri, pengukuran dan

kajian data.

Page 20: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

20

B. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus

ada dalam kegiatan belajar mengajar. Pada dasarnya metode mengajar

merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi

dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Metode pembelajaran ialah cara yang digunakan oleh guru untuk

menyampaikan pelajaran kepada pelajar. Karena penyampaian itu

berlangsung dalam interaksi edukatif, metode mengajar dapat diartikan

sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan

dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian,

metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar

(Rahim, 2001 : 88).

Metode pembelajaran yang ditetapkan guru banyak memungkinkan

siswa belajar proses (learning by process), bukan hanya belajar produk

(learning by product). Belajar produk pada umumnya hanya menekankan

pada segi kognitif, sedangkan belajar proses dapat memungkinkan

tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif (sikap) maupun

psikomotor (keterampilan). Oleh karena itu metode pembelajaran diarahkan

untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu lebih banyak menekankan

pembelajaran melalui proses (Sumiati, 2008 : 91).

Metode pembelajaran di samping disesuaikan dengan tujuan dan

materi pembelajaran, juga ditetapkan dengan melihat kegiatan yang akan

dilakukan. Metode pembelajaran sangat beraneka ragam, dengan

pertimbangan apakah suatu metode pembelajaran cocok untuk mengajar

materi pembelajaran tertentu, tidak adakah metode pembelajaran lain yang

lebih sesuai, guru dapat memilih metode pembelajaran yang efektif untuk

mengantarkan siswa mencapai tujuan. Pertimbangan pokok dalam

menentukan metode pembelajaran terletak pada ke efektifan proses

pembelajaran. Tentu saja orientasinya kepada siswa belajar. Jadi, metode

pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai

bimbingan agar siswa belajar (Hakiim, 2008 : 155).

Penggunaan metode pembelajaran perlu menentukan tempat di

mana kegiatan itu dilakukan, apakah di ruang kelas, di ruang demonstrasi, di

laboratorium atau di luar kelas dalam kegiatan studi lapangan. Metode

Page 21: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

21

pembelajaran memberi warna pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di

suatu sekolah (Sumiati, 2008 : 96).

2. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara

aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Metode

pembelajaran yang dipilih tentunya menghidari upaya penuangan ide kepada

siswa sebagaimana terjadi dalam pembelajaran dengan pendekatan imposisi

(Sumiati, 2008 : 96)

Berbagai metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran

matematika antara lain : metode penugasan, diskusi, tanya jawab, latihan,

ceramah, simulasi, proyek, studi lapangan/widyawisata, demonstrasi dan

ekperimen (Noehi, 2004 : 5.15).

Dari beberapa metode yang dapat diterapkan untuk proses

pembelajaran Matematika di SD kelas IV materi/kompetensi dasar

menentukan FPB dan KPK, maka peneliti memilih dan menggunakan metode

ceramah, tugas, diskusi, dan latihan melalui penerapan model Cooperative

Learning Snowball Throwing.

3. Model Cooperative Learning Snowball Throwing

Cooperative Learning Snowball Throwing merupakan suatu model

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan, memperdalam pemahaman

tentang suatu materi pembelajaran, melalui suatu bentuk permainan melalui

metode tugas, diskusi, dan kerjasama dengan saling melempar bola dari

kertas yang berisi soal kepada teman lain kelompok. Kemudian siswa yang

terlempar dan mendapat bola soal berkewajiban menjawabnya.

Cooperative berarti bekerja bersama-sama, Learning berarti

pengetahuan atau pembelajaran, Snowball berarti bola salju, dan Throwing

berarti melempar. Jadi Cooperative Learning Snowball Throwing adalah

suatu model pembelajaran secara kerjasama kelompok dengan cara saling

melempar bola salju (bola kertas yang bertuliskan soal).

Model pembelajaran ini mengimplementasikan pendapat Zoltan P.

Dienes, seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada cara-

cara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar teorinya bertumpu pada Piaget,

Page 22: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

22

dan pengembangannya diorientasikan pada siswa-siswa, sedemikian rupa

sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi siswa yang

mempelajarinya. Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting

sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan

secara kongkret dan lebih membimbing dan menajamkan pengertian

matematika pada anak didik. Dalam permainan yang disertai aturan siswa

sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep

tertentu. Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak

terdapat dalam konsep yang lainnya. Anak yang telah memahami aturan-

aturan tadi.

Berdasarkan teori belajar Zoltan P. Dienes tentang teori permainan

matematika dan teori belajar William H Burton (Muhammad Ali;2000;13),

dengan memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan, dan

dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar, maka hal tersebut

memberikan inspirasi kepada peneliti bahwa kekurangmampuan siswa

tersebut dapat dikurangi dengan memberi perangsang dan dorongan kepada

siswa untuk belajar melalui bentuk permainan dengan menerapkan model

Cooperative Learning Snowball Throwing dalam pembelajaran matematika.

Cooperative Learning Snowball Throwing dilakukan melalui

langkah-langkah :

a. Siswa ditugaskan membentuk kelompok, menjadi empat kelompok.

Masing-masing ketua kelompok dipanggil untuk menerima penjelasan

materi tentang FPB dan KPK,

b. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian

menjelaskan materi kepada teman-temannya.

c. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja

kosong, setiap kelompok menuliskan satu soal/pertanyaan yang

berhubungan dengan FPB dan KPK,

d. Kertas yang berisi soal/pertanyaan tersebut diremas-remas dibuat seperti

bola salju dan dilempar dari kelompok satu ke siswa kelompok lain.

e. Setelah semua siswa dapat satu bola salju atau satu bolan soal/pertanyaan,

maka diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan

yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

f. Pembenaran dan pelurusan jawaban soal/pertanyaan.

Page 23: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

23

Keuntungan penerapan model Cooperative Learning Snowball Throwing adalah :

1. Siswa bebas mengemukakan pendapat.

2. Efektif untuk mengajukan permasalahan.

3. Mempertinggi peran serta siswa secara perorangan.

4. Mendorong rasa persatuan dan sosial.

5. Mengembangkan kepemimpinan dan menghayati kepemimpinan.

Belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan individu untuk

memperoleh perubahan tingkah laku yang berupa pengertian / pengetahuan,

keterampilan, dan sikap. Menurut Sardiman A.M. (2002: 20), belajar

dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang

merupakan sebagian menuju terbantuknya kepribadian seutuhnya. Sedangkan

Herman Hudaya (2003: 3) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses aktif

dalam memperoleh pengalaman/pengajaran baru sehingga menyebabkan

perubahan tingkah laku. Kegiatan belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu pengetahuan atau keterampilan yang mampu

mengubah pandangan dan perilakunya di kemudian hari.

C. Kerangka Pikir

a.

b. Masalah

o Daya serap siswa dalam pembe-lajaran matematika rendah

o Hasil belajar matematika rendaho Penggunaan metode kurang sesuai

dengan materio Penggunaan alat peraga kurang

efektif, efisien, menyenangkan.

Tindakan

o Menggunakan buku – buku sumberyang relefan

o Memberikan tugas individu dankelompok.

o Penerapan model CooperativeLearning Snowball Throwing

o Daya serap siswa dalampembelajaran matematikameningkat mencapai batas minimal85 %

Hasil

Page 24: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

24

D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas “Melalui penerapan model

Cooperative Learning Snowball Throwing, keterampilan siswa kelas IV SD 2

Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus dalam menentukan FPB dan KPK

dapat meningkat".

Page 25: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

25

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam rangka perbaikan

pembelajaran ini bertempat di SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus,

pada mata pelajaran matematika kelas IV Tahun Pelajaran 2010/2011.

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Matematika

No. Hari Tanggal Kelas Kompetensi Dasar Siklus Pukul

1.Senin

21 Februari 2011IV

Menentukan

FPB dan KPKI 07.00-08.10

2.Senin

7 Maret 2011IV

Menentukan

FPB dan KPKII 07.00-08.10

3.Senin

21 Maret 2011IV

Menentukan

FPB dan KPKIII 07.00-08.10

B. Prosedur Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian pembelajaran matematika di kelas IV Semester 2

tahun pelajaran 2010/2011, dilaksanakan dalam tiga siklus yang masing-masing

siklus melalui empat tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)

pengumpulan data, (4) refleksi.

Dengan skema sebagai berikut:

25

Page 26: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

26

Skema Siklus

C. Deskripsi Per Siklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan Siklus I

Kegiatan perencanaan pembelajaran siklus I diawali dengan

menyusun Rencana Pembelajaran dan berkonsultasi dengan pembimbing.

Konsultasi dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2011 dengan maksud

menentukan materi pembelajaran yang akan disajikan pada siklus I.

Berdasarkan hasil konsultasi dengan pembimbing dan diskusi

dengan teman sejawat, maka ditentukan kompetensi dasar yang akan

diajarkan yakni menentukan FPB dan KPK.

b. Tahap Pelaksanaan Siklus I

Kegiatan pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Senin

tanggal 21 Februari 2011 dengan diamati oleh teman sejawat sebagai kolabolator

yaitu saudari Sulipah, S.Pd. dan Hj. Inayah, S.Pd. SD

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran siklus I, instrumen yang digunakan

adalah Rencana Pembelajaran (RP), alat peraga, lembar pengamatan, lembar kerja

siswa, tes formatif, lembar analisis, dan hasil tes formatif.

Langkah-langkah pembelajaran pada siklus I yang dilaksanakan oleh guru

mencakup Pra-KBM, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada

pembelajaran Pra-KBM guru menyiapkan buku sumber, dan alat peraga.

Kegiatan awal dilaksanakan selama ± 10 menit dengan berdoa bersama sebelum

pelajaran dimulai, mengecek kehadiran siswa, dan apersepsi. Apersepsi berisi

REFLEKSI

RENCANA

TINDAKAN

ANALISISDATA

TINDAKAN

RENCANA

REFLEKSI

ANALISISDATA

TINDAKAN

ANALISISDATA

RENCANA

Siklus I Siklus II Siklus III

REFLEKSI

Page 27: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

27

tentang pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk menjajagi seberapa jauh

pengetahuan siswa tentang FPB dan KPK.

Pada saat guru memberikan apersepsi dengan melontarkan beberapa

pertanyaan tentang FPB dan KPK, beberapa siswa menjawab namun jawabannya

kurang tepat. Guru berusaha memberikan motivasi kepada siswa dengan

menciptakan situasi kelas untuk mendorong siswa tertarik pada pelajaran yang

akan diajarkan.

Kegiatan inti yang dilaksanakan guru selama ± 35 menit. Adapun langkah-

langkah pembelajaran kegiatan inti sebagai berikut, (1) guru menjelaskan materi

pembelajaran tentang menentukan FPB dan KPK dengan diawali faktor bilangan

dan kelipatan, (2) menyampaikan materi pembelajaran, dan guru meminta siswa

secara berurutan untuk menentukan faktorisasi prima di papan tulis, siswa belum

mampu menunjukkan jawaban benar dan siswa masih mengalami kesulitan, (3)

guru melanjutkan pembelajaran dengan menjelaskan factor, kelipatan, FPB, dan

KPK, (4) siswa dibagi menjadi empat kelompok masing-masing anggotanya

terdiri dari 4-6 siswa, (5) guru membagi lembar kerja dan menjelaskan cara

penyelesaiannya, (6) siswa berdiskusi menjelaskan lembar kerja, (7) guru

memfasilitasi siswa untuk berdiskusi, (8) siswa melaporkan hasil diskusi dengan

mempresentasikannya di depan kelas, (9) siswa menanggapi hasil kerja diskusi

kelompok lainnya, (10) siswa menyimpulkan hasil kerja dengan bimbingan guru.

Kegiatan akhir dilaksanakan guru selama ± 20 menit. Pada kegiatan akhir

ini mencakup, (1) guru membagi soal tes formatif siklus I, (2) siswa mengerjakan

soal tes formatif siklus I, (3) guru menilai dan menganalisis hasil tes siklus I.

Tindak lanjut dilaksanakan guru selama ± 5 menit, meliputi kegiatan, (1)

remedial bagi siswa yang nilainya kurang dari 70, (2) pengayaan bagi siswa yang

nilainya di atas 70, (3) pemberian tugas untuk mengerjakan soal tentang FPB dan

KPK.

c. Tahap pengumpulan data siklus I

Tahap pengumpulan data siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal

21 Februari 2011. Peneliti dibantu teman sejawat dalam mengumpulkan data

pelaksanaan pembelajaran matematika, melalui lembar pengamatan, peneliti

bersama-sama teman sejawat berdiskusi tentang kekurangan guru dan siswa

dalam pembelajaran.

Page 28: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

28

Pada pembelajaran siklus I ditemui beberapa kelemahan / kekurangan baik

guru maupun siswa. Kelemahan yang dialami guru yakni, (1) guru kurang

memperhatikan siswa sehingga siswa banyak yang ramai sendiri dan kurang

memperhatikan, (2) guru kurang memberi motivasi sehingga pada saat

penyampaian materi pembelajaran siswa pasif bahkan banyak yang ramai

sendiri, (3) guru dalam menyampaikan konsep materi pelajaran terlalu cepat,

(4) guru dalam menyampaikan pembelajaran matematika masih kurang efektif

karena terlalu banyak menggunakan metode ceramah sehingga siswa banyak

yang pasif, (5) pada saat siswa diskusi guru kurang memberi pengarahan dan

bimbingan sehingga suasana diskusi berjalan kurang kreatif.

Pada siklus I kekurangan yang dialami siswa yakni, (1) siswa banyak yang

belum memperhatikan guru sehingga masih mengalami kesulitan, (2) pada saat

diskusi kelompok siswa banyak yang pasif, (3) keberanian siswa dalam bertanya,

mengajukan pendapat saat diskusi kelompok masih kurang, (4) siswa dalam

berdiskusi masih bingung sehingga diskusi terlihat kurang kreatif, (5) siswa

pada saat diberikan tugas mengerjakan soal-soal tentang menentukan FPB dan

KPK masih belum antusias hal ini terbukti data yang disebutkan baru sedikit.

Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I belum dapat menampakkan hasil

yang maksimal karena masih banyak kelemahan/kekurangan baik guru maupun

siswa maka perlu diperbaiki pada siklus II sehingga pembelajaran dapat berhasil

sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil tes formatif, analisis hasil tes formatif, analisis perbutir

soal ditemukan bahwa pada siklus I siswa nilainya kurang. Hal ini disebabkan

penjelasan guru dalam materi kurang dipahami siswa.

Guru dalam menjelaskan masih dangkal dan belum dimengerti siswa. Guru

terlalu banyak menggunakan metode ceramah yang membosankan siswa.

Demikian pula guru belum banyak memberikan latihan soal, dan kurang dalam

memberikan tugas kepada siswa sehingga siswa belum mampu menguasai

konsep tentang FPB dan KPK.

Dari hasil nilai proses pembelajaran siklus I, belum dikatakan berhasil

karena siswa masih banyak yang pasif dan nilai rata-rata masih di bawah KKM,

sehingga perlu perbaikan pada pembelajaran siklus II.

Page 29: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

29

d. Tahap Refleksi Siklus I

Pada tahap refleksi ini, pengumpulan data dimulai sejak proses

pembelajaran siklus I, dibantu oleh teman sejawat. Dari permasalahan yang

dicatat, kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing. Adapun instrumen yang

dievaluasi berupa hasil tes formatif, analisis hasil formatif, analisis perbutir soal,

lembar pengamatan. Hasilnya berupa masalah yang harus diperbaiki dalam

pembelajaran baik guru maupun siswa sehingga pada siklus II pembelajaran dapat

meningkat.

Permasalahan yang harus diperbaiki guru dalam pembelajaran yakni, (1)

perhatian guru terhadap siswa hendaknya menyeluruh tidak membeda-bedakan

dengan pilih kasih sehingga suasana pembelajaran dapat berjalan dengan baik,

(2) guru hendaknya memberi motivasi kepada anak sehingga siswa aktif dalam

mengikuti KBM dengan mengefektifkan pembelajaran melalui metode dan model

pembelajaran yang menarik siswa, (3) guru dalam menyampaikan konsep materi

pelajaran hendaknya jangan terlalu cepat sehingga siswa dapat mengikuti KBM

dengan baik, (4) guru pada waktu mengajar seyogyanya menggunakan bahasa

yang mudah dipahami dan dimengerti serta diselingi dengan humor agar siswa

senang, (5) guru sebagai fasilitator yang dapat mengarahkan peserta diskusi

dengan baik sehingga suasana diskusi menjadi lebih kreatif dan bermakna.

Pada siklus I kekurangan yang dialami siswa perlu diperbaiki dengan

cara, (1) siswa diharapkan memperhatikan guru pada saat menerima materi

pelajaran sehingga dapat menentukan FPB dan KPK, (2) siswa hendaknya

mengikuti diskusi kelompok dengan penuh semangat dan antusias sehingga

suasana dapat menjadi hidup, (3) siswa hendaknya memiliki keberanian bertanya,

mengajukan opini dan argumentasi pada saat diskusi kelompok berlangsung

untuk melatih keterampilan berbicara di depan umum, (4) siswa hendaknya

berdiskusi dengan penuh kreativitas.

Catatan pelaksanaan yang dibuat penulis dan lembar observasi

dikonsultasikan dengan pembimbing pada tanggal 4 Maret 2011 untuk merefleksi

atau mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran. Dari konsultasi dengan

pembimbing diketahui bahwa tingkat ketuntasannya masih rendah. Hasil

konsultasi ini penulis gunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana perbaikan

pembelajaran. Hasil revisi pembelajaran berupa Rencana Perbaikan Pembelajaran

1 yang akan ditampilkan pada pembelajaran siklus II.

Page 30: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

30

2. Siklus II

Pembelajaran siklus II kegiatan yang akan dilaksanakan langkah-langkahnya

sama seperti pada siklus I, melalui empat tahap yaitu, (1) tahap perencanaan, (2)

tahap pelaksanaan, (3) tahap pengumpulan data dan tahap refleksi. Adapun kegiatan

pada siklus II diuraikan sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi Siklus I diketahui bahwa masalah yang

dihadapi siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam pembelajaran

matematika adalah kurang menguasai konsep FPB dan KPK. Tahap perencanaan

siklus II dilaksanakan bersamaan dengan tahap refleksi pembelajaran siklus I,

yaitu pada tanggal 4 Maret 2011. Dari hasil konsultasi dengan pembimbing,

peneliti akan memperbaiki proses pembelajaran pada pembelajaran siklus II

dengan kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK.

b. Tahap Pelaksanaan Siklus II

Setelah mengkonsultasikan Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II

dengan Pembimbing dan Kepala SD 2 Besito Gebog Kudus dan mendapatkan

persetujuan maka segera dilaksanakan pembelajaran siklus II. Pembelajaran

dilaksanakan pada hari Senin tanggal 7 Maret 2011 dengan diamati oleh teman

pengamat sebagai kolaborator yakni Saudari Sulipah, S.Pd. dan Hj. Inayah,

S.Pd.SD.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran siklus II, instrumen yang digunakan

adalah Rencana Perbaikan Pembelajaran 1, alat peraga, lembar pengamatan,

lembar kerja siswa, tes formatif, lembar analisis, dan hasil tes formatif.

Pembelajaran pada siklus II langkah-langkah yang dilaksanakan oleh guru

mencakup Pra-KBM, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada

pembelajaran Pra-KBM guru menyiapkan buku sumber, dan alat peraga. Kegiatan

awal dilaksanakan selama ± 10 menit dengan mengabsen siswa dan apersepsi.

Apersepsi dilakukan untuk mengingatkan kembali materi pembelajaran yang

diberikan pada siklus I tentang menentukan FPB dan KPK melalui tanya jawab

dengan memberikan sejumlah pertanyaan-pertanyaan.

Pada saat guru memberikan apersepsi dengan melontarkan beberapa

pertanyaan tentang FPB dan KPK, sebagian siswa sudah aktif menjawab

pertanyaan guru. Hal ini terlihat 4 siswa mengacungkan tangan dan siap untuk

Page 31: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

31

menjawab pertanyaan guru. Dari 4 siswa yang mengacungkan tangan 2 siswa

yang ditanya, 1 siswa dapat menjawab dengan benar dan 1 siswa menjawab

kurang tepat. Guru terus berusaha memberikan motivasi kepada siswa dengan

menciptakan situasi kelas untuk mendorong siswa tertarik pada pelajaran yang

akan diajarkan.

Kegiatan inti pembelajaran siklus II yang dilaksanakan guru selama ± 35

menit. Langkah-langkah pembelajaran kegiatan inti meliputi, (1) guru mengajak

siswa untuk mengamati charta tentang cara menentukan FPB dan KPK, (2) setelah

itu, guru meminta 4 siswa secara berurutan untuk menentukan FPB dan KPK

dengan cara seperti pada charta. Dari 4 siswa yang maju ke depan kelas, 2 siswa

mampu menjawab dengan benar, 2 siswa masih kurang tepat dalam menjawabnya,

(3) guru melanjutkan pembelajaran dengan menjelaskan cara menentukan FPB

dan KPK, (4) siswa dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing kelompok

anggotanya terdiri dari 4-6 siswa, (5) guru memanggil ketua kelompok dan

memberikan tugas untuk seluruh anggota kelompok, (6) siswa berdiskusi dan

membuat soal tentang FPB dan KPK pada selembar kertas kosong, (7) guru

memfasilitasi siswa untuk berdiskusi, (8) siswa meremas-remas lembar soal

tersebut dan melemparkannya kepada teman lain kelompok, (9) setelah waktu

yang ditentukan selesai, siswa secara bergantian maju ke depan kelas dan

menjawab soal pada bola kertas yang diterimanya, (10) siswa menyimpulkan hasil

kerja dengan bimbingan guru.

Kegiatan akhir dilaksanakan guru selama ± 20 menit. Pada kegiatan akhir

ini mencakup, (1) guru membagi soal tes formatif siklus II, (2) siswa

mengerjakan soal tes formatif siklus II, (3) guru menilai dan menganalisis hasil

tes siklus II.

Tindak lanjut dilaksanakan guru selama ± 5 menit, meliputi kegiatan, (1)

remedial bagi siswa yang nilainya kurang 70. (2) pengayaan bagi siswa yang

nilainya di atas 70, (3) pemberian tugas PR tentang FPB dan KPK.

c. Tahap pengumpulan data siklus II

Pengumpulan data siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 7 Maret

2011. Peneliti dibantu teman sejawat mengumpulkan data pelaksanaan

pembelajaran matematika, melalui lembar pengamatan, peneliti bersama-sama

teman sejawat berdiskusi tentang kekurangan guru dan siswa dalam pembelajaran

siklus II.

Page 32: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

32

Pada pembelajaran siklus II, sudah baik namun masih ada sebagian siswa

yang belum tuntas belajarnya karena guru masih belum mengoptimalkan

penerapan model Cooperative Learning Snowball Throwing, kelemahan guru dan

siswa sangat berkurang dibandingkan pada saat pembelajaran siklus I. Namun

demikian pada pembelajaran siklus II ini masih ada kelemahan sedikit yang

dialami oleh guru yakni, (1) guru dalam menyampaikan materi FPB dan KPK

kurang banyak memberikan latihan kepada siswa sebagai pendalaman materi, (3)

pada saat siswa berdiskusi guru belum memfasilitasi dan mengarahkan peserta

diskusi dengan baik namun pada saat persentasi dilaksanakan pertanyaan dan

jawaban siswa yang melenceng dari konteks yang dipelajari guru tidak langsung

mengarahkannya hanya pada saat diskusi usai baru diberikan evaluasi dan

pengarahan.

Pada siklus II kekurangan yang dialami siswa yakni, (1) pemahaman

siswa tentang menentukan FPB dan KPK, (2) pada saat diskusi kelompok

siswa sudah baik kreativitas, antusiasme mengikuti diskusi meningkat namun

masih ada 2 siswa yang ramai sendiri, (3) keberanian siswa dalam bertanya

sangat tinggi. Hal ini terlihat 6 siswa mengajukan opini dan argumentasi

pendapat saat diskusi kelompok berlangsung walaupun masih ada 3 siswa yang

terdiam dan tidak menjawab, (4) pada pelaksanaan pembelajaran siklus II sudah

dapat mengalami kenaikan walaupun belum maksimal kelemahan guru maupun

siswa sangat berkurang dibandingkan pada saat siklus I.

Berdasarkan hasil tes formatif, analisis hasil tes formatif, analisis perbutir

soal ditemukan bahwa pada siklus II siswa nilainya sudah baik namun masih ada

beberapa siswa yang nilainya masih kurang. Hal ini disebabkan penjelasan guru

dalam materi pembelajaran tentang pembagian bilangan pecahan belum

memaksimalkan penerapan model Cooperative Learning Snowball Throwing.

Dari hasil nilai proses pembelajaran siklus II, dapat dikatakan belum

berhasil karena siswa belum tuntas secara keseluruhan karena masih ada siswa

yang nilainya kurang dari KKM yang dipatok yakni 70 sehingga perlu diadakan

perbaikan pembelajaran pada siklus III.

d. Tahap Refleksi Siklus II

Selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung peneliti merefleksi dan

mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dari hasil konsultasi dengan

Pembimbing dan Kepala SD 2 Besito pada tanggal 18 Maret 2011 dinyatakan

Page 33: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

33

pembelajaran pada siklus II belum berhasil baik karena masih ada kelemahan

maka perlu diperbaiki pada siklus III dengan mengefektifkan dalam menerapkan

model Cooperative Learning Snowball Throwing.

3. Siklus III

Kegiatan pada siklus III, merupakan kelanjutan dari siklus II. Kegiatan

pembelajaran dilaksanakan melalui empat tahap yaitu : (1) tahap perencanaan, (2)

tahap pelaksanaan, (3) tahap pengumpulan data, dan (4) tahap refleksi. Adapun

kegiatan pada siklus III diuraikan sebagai berikut.

a. Tahap Perencanaan Siklus III

Berdasarkan hasil analisis tes formatif selama pembelajaran siklus II,

tingkat ketuntasan siswa telah meningkat, namun masih perlu adanya perbaikan

pembelajaran siklus III ketuntasan belajar siswa masih di bawah ketentuan yang

telah disepakati antara peneliti, pembimbing, dan Kepala SD 2 Besito. Peneliti

berkonsultasi lagi pada 18 Maret 2011. Walaupun ketuntatasan sudah baik,

namun perlu ditingkatkan keterampilan siswa dalam menentukan FPB dan KPK.

b. Tahap Pelaksanaan Siklus III

Hasil konsultasi dengan Pembimbing dan Kepala SD 2 Besito pada

tanggal 18 Maret 20110 menyarankan agar melaksanakan perbaikan

pembelajaran Siklus III. Peneliti kemudian menindaklanjuti dengan menyusun

Rencana Perbaikan Pembelajaran 2. Setelah RPP 2 tersusun peneliti

melaksanakan pembelajaran pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011 dengan

diamati oleh teman pengamat Saudari Sulipah, S.Pd. dan Hj. Inayah, S.Pd. SD

Peneliti dibantu teman sejawat sebagai kolaborator dalam melaksanakan

pembelajaran dengan materi menentukan FPB dan KPK. Adapun instrumen yang

digunakan adalah Rencana Perbaikan Pembelajaran, alat peraga, lembar

pengamatan, lembar kerja siswa, tes formatif, lembar analisis, dan hasil tes

formatif.

Langkah-langkah pembelajaran pada siklus III yang dilaksanakan oleh

guru mencakup Pra-KBM, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir

sebagaimana pada siklus I dan II. Setelah pembelajaran inti selesai kegiatan

selanjutnya adalah melaksanakan evaluasi, (1) guru membagi soal tes formatif

Page 34: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

34

siklus III, (2) siswa mengerjakan soal tes formatif siklus III, (3) guru menilai dan

menganalisis hasil tes siklus III.

Setelah melaksanakan evaluasi guru mengadakan tindak lanjut dengan

kegiatan berikut, (1) remedial bagi siswa yang nilainya kurang dari 70, (2)

pengayaan bagi siswa yang nilainya 70 ke atas, (3) pemberian tugas PR tentang

FPB dan KPK

Dari hasil penilaian proses pembelajaran siklus III, dikatakan berhasil

karena siswa telah aktif mengemukakan pendapatnya sehingga dalam kategori

baik dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Hasil penilaian proses siklus III, dikatakan berhasil karena siswa sudah

tuntas belajarnya, maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

c. Tahap Pengumpulan Data Siklus III

Hasil pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dua teman sejawat

sebagai pengamat. Peneliti mengumpulkan data sejak awal siklus III, yaitu

berupa catatan-catatan kesulitan yang diterima peneliti selama mengajar dan

kelemahan-kelemahan siswa dalam pembelajaran matematika. Dari catatan

pengamatan yang ditulis di lembar observasi pada umumnya siswa masih kurang

teliti dalam mengerjakan soal, sehingga pada pembelajaran berikutnya guru harus

mengingatkan dan membimbing siswa agar dapat mengerjakan soal-soal

matematika dengan teliti dan benar.

d. Tahap Refleksi Siklus III

Setelah selesainya pelaksanaan perbaikan pembelajaran berlangsung

peneliti merefleksi dan mengevaluasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran serta

berkonsultasi dengan Pembimbing dan Kepala SD 2 Besito. Dari hasil konsultasi

dengan pembimbing tanggal 25 Maret 2011 dinyatakan pembelajaran pada siklus

III telah berhasil baik, karena kelemahan pembelajaran pada siklus I, dan II

diperbaiki pada siklus III tentang materi pembelajaran menentukan FPB dan

KPK.

Dengan demikian, melalui penerapan model Cooperative Learning

Snowball Throwing dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa

kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran

2010/2011.

Page 35: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari hasil pengumpulan data dan analisis penilaian tes formatif dari

pembelajaran siklus I s.d. III disajikan dalam bab IV. Adapun secara keseluruhan

hasil penelitian dari masing-masing siklus dapat dilihat pada tabel dan grafik

sebagai berikut :

1. Siklus I

Tabel : 4.1

Nilai Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito

Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus I

No. Nama Siswa NilaiKetuntasan

KeteranganTuntas Belum

1 ANTON KRISYANTO 70 √

2 FIKRIYATUS SHOLIKHAH 30 √

3 IRFAN VERI MANSYAH 40 √

4 AMALIA AFIDAH 50 √

5 NUR AYU INDRIYANI 60 √

6 NOFI AYU NUR 50 √

7 RYANA RIZKI ILHAMI 80 √

8 ARYA ANDRIYANSAH 70 √

9 AMELIA AGUSTINA ZULVA 80 √

10 DEDI TRI ARIYANTO 70 √

11 FAHMI ZAKARIA 30 √

12 MUH. ADITIA NUR 70 √

13 MUH. ATTA NOOR 60 √

14 MUH. IQBAL KUNCORO 70 √

15 NOVVAL ADIB LUTHFI 50 √

16 NIKMATUL SAADAH 60 √

17 PUTRO DWI YULIANTO 80 √

18 RIVANNE ABELIANA W. 50 √

19 TIRTA ADYAKSA 40 √

20 SYAH REZA ADIKUSUMA 60 √

21 M. NAJMIR RIFKI 70 √

22 ROYYAN QADDAFI 70 √

Jumlah 1310 10 12Rata-rata / Persentase 59,5 45,5% 54,5%

35

Page 36: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

36

Dari hasil penilaian tes formatif di atas, diperoleh nilai tertinggi 80, nilai

terendah 30, dan nilai rata-rata 59,5. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan

materi pembelajaran matematika siswa kelas IV pada kompetensi dasar menentukan

FPB dan KPK, belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Secara lengkap hasil analisis tes formatif pelaksanaan siklus I dapat dilihat

pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito

Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus I

Jumlah

Siswa

Banyaknya Siswa yang Memperoleh Nilai

JmlRata-

rata

Banyaknya

SiswaTingkat

Ketun

tasan0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 TuntasBlm

Tuntas

22 0 0 0 2 2 4 4 7 3 0 0 22 59,5 10 12 45,5%

0 0 0 60 120 200 240 490 240 0 0 1310 59,5

Berdasarkan tabel hasil tes formatif mata pelajaran Matematika siklus I dapat

dideskripsikan perolehan hasil nilai siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus adalah

2 siswa memperoleh nilai 30, 2 siswa mendapatkan nilai 40, 4 siswa mendapatkan

nilai 50, 4 siswa mendapatkan nilai 60, 7 siswa mendapatkan nilai 70, 3 siswa

mendapatkan nilai 80. Rata-rata nilai siswa 59,5 dengan tingkat ketuntasan 45,5%.

Dari 22 siswa kelas IV yang tuntas belajarnya baru 10 siswa dengan persentase

45,5%, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 12 siswa dengan persentase 54,5%.

Rekapitulasi hasil tes formatif siklus I secara keseluruhan dapat dilihat pada

tabel 4.3 distribusi frekuensi di bawah ini.

Tabel 4.3.

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD 2 Besito

Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus I

No. Nilai Frekuensi Persen Valid Persen Cumulative Persen

1. 30 2 9.1 9.1 9.1

2. 40 2 9.1 9.1 18.2

3. 50 4 18.2 18.2 36.4

Page 37: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

37

No. Nilai Frekuensi Persen Valid Persen Cumulative Persen

4. 60 4 18.2 18.2 54.6

5. 70 7 31.8 31.8 86.4

6. 80 3 13.6 13.6 100,0

Total 22 100,0 100,0

Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dideskripsikan hasil nilai tes

formatif siklus I dari masing-masing nilai. Nilai 30 frekuensinya 2 dengan

persentase 9.1% tingkat kevalidan 9.1% dan tingkat cumulative persen 9.1%. Nilai

40 frekuensinya 2 dengan persentase 9.1% tingkat kevalidan 9.1% dan tingkat

cumulative persen 18.2%. Nilai 50 frekuensinya 4 dengan persentase 18.2% tingkat

kevalidan 18.2% dan tingkat cumulative persen 36.4%. Nilai 60 frekuensinya 4

dengan persentase 18.2%, valid persen 18.2% cumulative persen 54.6%. Nilai 70

frekuensinya 7 dengan persentase 31.8% tingkat kevalidan 31.8% dan tingkat

cumulative persen 86.4%. Nilai 80 frekuensinya 3 dengan persentase 13.6% tingkat

kevalidan 13.6% dan tingkat cumulative persen 100%.

Berdasarkan hasil dari distribusi frekuensi menunjukkan bahwa pada siklus

I siswa nilainya masih banyak di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus II agar hasil belajar siswa

dalam pembelajaran matematika meningkat.

Berdasarkan tingkat pencapaian nilai hasil rekapitulasi nilai formatif

matematika siklus I dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 4.1

Grafik Pencapaian Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Siklus I

0

2

4

6

8

FREKUENSI 0 0 0 2 2 4 4 7 3 0 0

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Page 38: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

38

Berdasarkan grafik siklus I di atas dapat dideskripsikan hasil tes formatif

yang dicapai siswa dalam pembelajaran matematika pada kompetensi dasar

menentukan FPB dan KPK dengan menerapkan model Cooperative Learning

Snowball Throwing siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus tahun pelajaran

2010/2011.

Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih sangat rendah dalam menguasai

materi pembelajaran matematika khususnya dalam kompetensi dasar menentukan

FPB dan KPK. Sedangkan distribusi frekuensi penilaian hasil prestasi dapat dilihat

pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Prestasi Matematika Siswa Kelas IV

No. Interval F % Kategori

1. 100-90 0 0 Baik Sekali

2. 89-70 10 33.3 Baik

3. 69-55 4 18.2 Cukup

4. 54-40 6 27.4 Kurang

5. 39-25 2 9.1 Kurang sekali

6. 24-0 0 0 Buruk

Jumlah 24 100

Dari data interval nilai prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2

Besito Gebog Kudus diperoleh kualitas nilai baik sekali tidak ada atau 0%, kualitas

nilai baik sebanyak 10 orang atau 33.3%, kualitas cukup 4 siswa atau 18.2%, kurang

6 siswa atau 27.3% dan kurang sekali 2 siswa atau 9.1%. Ini berarti prestasi belajar

matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam katagori kurang.

Menurut Depdiknas (2006: 39) penilaian dilakukan untuk menentukan

apakah peserta didik telah berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu ke

indikator. Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau setelah pembelajaran

berlangsung. Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Kriteria

ketuntasan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan

antara 0% – 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator nilai lebih besar

dari 70 per individu dengan tingkat ketuntasan secara klasikal 85%. Namun sekolah

dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau

70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat kemampuan

akademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru serta

Page 39: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

39

ketersediaan sarana dan prasarana. Untuk meningkatkan kualitasnya, dalam hal ini

meningkatkan kriteria pencapaian indikator semakin mendekati 100%.

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa suatu penelitian akan

berhasil apabila memenuhi skor ideal yakni 70 untuk individual dan klasikal

menunjukkan 85%. Jadi kesimpulannya hasil penelitian siklus II belum dapat

dikatakan berhasil sebab jumlah siswa per individu yang mendapatkan nilai

sekurang-kurangnya 70 belum mencapai 85% secara klasikal nilai rata-rata siswa

dikatagorikan cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus II adalah

sebagai berikut :

r % =N

nX 100 %

=22

10X 100 %

= 45.5%

Keterangan :

n = jumlah siswa yang mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 70.

N = Jumlah siswa.

Berdasarkan uraian di atas ketuntasan belajar matematika siswa kelas IV SD

2 Besito Gebog Kudus masih belum tuntas karena ketuntasan baru mencapai 45.5%

siswa yang mendapatkan nilai ketuntasan yaitu 85%.

Dari hasil penilaian prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito

Gebog Kudus diperoleh mean sebagai berikut :

X = N

fx

=22

1310= 59,5

Keterangan :

X = jumlah skor seluruh siswa

N = jumlah siswa .

Jadi, mean yang didapatkan dari hasil penilaian siklus I adalah 59,5. Ini

berarti belum mencapai ketuntasan yang diharapkan yakni 70. Oleh karena itu

diadakan pembelajaran dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball

Throwing untuk memenuhi standar ketuntasan siswa yakni minimal 70. Melalui

Page 40: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

40

penerapan Cooperative Learning Snowball Throwing diharapkan hasil belajar

matematika siswa dapat meningkat.

Dari hasil analisis tersebut di atas, maka peneliti memutuskan mengadakan

pembelajaran pada siklus II dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball

Throwing dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas

IV SD 2 Besito Gebog Kudus.

2. Siklus II

Pembelajaran siklus II dilaksanakan karena pada siklus I siswa belum

mencapai ketuntasan yang diharapkan. Berdasarkan pencapaian hasil

pembelajaran pada siklus II dapat diwujudkan dalam bentuk nilai hasil tes

formatif pembelajaran matematika pada tabel 4.5 di bawah ini:

Tabel : 4.5

Nilai Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito

Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus II

No. Nama Siswa NilaiKetuntasan

KeteranganTuntas Belum

1 ANTON KRISYANTO 70 √2 FIKRIYATUS SHOLIKHAH 60 √3 IRFAN VERI MANSYAH 70 √4 AMALIA AFIDAH 70 √5 NUR AYU INDRIYANI 60 √6 NOFI AYU NUR 50 √7 RYANA RIZKI ILHAMI 80 √8 ARYA ANDRIYANSAH 70 √9 AMELIA AGUSTINA ZULVA 90 √

10 DEDI TRI ARIYANTO 70 √11 FAHMI ZAKARIA 40 √12 MUH. ADITIA NUR 70 √13 MUH. ATTA NOOR 60 √14 MUH. IQBAL KUNCORO 70 √15 NOUVAL ADIB LUTHFI 90 √16 NIKMATUL SAADAH 70 √17 PUTRO DWI YULIANTO 80 √18 RIVANNE ABELIANA W. 80 √19 TIRTA ADYAKSA 70 √20 SYAH REZA ADIKUSUMA 60 √21 M. NAJMIR RIFKI 70 √22 ROYYAN QADDAFI 70 √

Jumlah 1520 16 6Rata-rata / Persentase 69.1 72.7% 27.3%

Page 41: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

41

Dari hasil penilaian tes formatif di atas, diperoleh nilai tertinggi 90, nilai

terendah 40, dan nilai rata-rata 69.1. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan

materi pembelajaran matematika siswa kelas IV pada kompetensi dasar menentukan

FPB dan KPK, belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Secara lengkap hasil analisis tes formatif pelaksanaan siklus II dapat dilihat

pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6

Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito

Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus II

Jumlah

Siswa

Banyaknya Siswa yang Memperoleh Nilai

Jml Rata-rata

Banyaknya

SiswaTingkat

Ketun

tasan0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 TuntasBlm

Tuntas

22 0 0 0 0 1 1 4 11 3 2 0 22 69.1 16 8 72.7%

0 0 0 0 40 50 240 770 240 180 0 1520 69.1

Berdasarkan tabel hasil tes formatif mata pelajaran matematika siklus I dapat

dideskripsikan perolehan hasil nilai siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus adalah

1 siswa memperoleh nilai 40, 1 siswa mendapatkan nilai 50, 4 siswa mendapatkan

nilai 60, 11 siswa mendapatkan nilai 70, 3 siswa mendapatkan nilai 80, dan 2 siswa

mendapat nilai 90. Rata-rata nilai siswa 69.1 dengan tingkat ketuntasan 72.7%. Dari

22 siswa kelas IV yang tuntas belajarnya adalah 16 siswa dengan persentase 72.7%,

sedangkan yang belum tuntas berjumlah 6 siswa dengan persentase 27.3%.

Rekapitulasi hasil tes formatif siklus II secara keseluruhan dapat dilihat pada

tabel 4.7 distribusi frekuensi di bawah ini.

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV

SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus II

No. Nilai Frekuensi Persen Valid Persen Cumulative Persen

1. 40 1 4.5 4.5 4.5

2. 50 1 4.5 4.5 9.0

3. 60 4 18.2 18.2 27.2

Page 42: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

42

No. Nilai Frekuensi Persen Valid Persen Cumulative Persen

4. 70 11 50.0 50.0 77.2

5. 80 3 12.7 12.7 89.9

6. 90 2 9.1 9.1 100.0

Total 22 100,0 100,0

Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dideskripsikan hasil nilai tes

formatif siklus II dari masing-masing nilai. Nilai 40 frekuensinya 1 dengan

persentase 4,5% tingkat kevalidan 4,5% dan tingkat cumulative persen 4,5%. Nilai

50 frekuensinya 1 dengan persentase 4.5% tingkat kevalidan 4.5% dan tingkat

cumulative persen 9.0%. Nilai 60 frekuensinya 4 dengan persentase 18.2% tingkat

kevalidan 18.2% dan tingkat cumulative persen 27.2%. Nilai 70 frekuensinya 11

dengan persentase 50,0%, valid persen 50,0% cumulative persen 77.2%. Nilai 80

frekuensinya 3 dengan persentase 12,7% tingkat kevalidan 12,7% dan tingkat

cumulative persen 89.9%, dan nilai 90 frekuensi 2 dengan persentase 9.1% tingkat

kevalidan 9.1% dan tingkat cumulative persen 100%.

Berdasarkan hasil dari distribusi frekuensi menunjukkan bahwa pada siklus

II siswa nilainya belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan secara

klasikal ketuntasan belum mencapai 85%, sehingga perlu diadakan perbaikan

pembelajaran siklus III agar hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika

lebih meningkat.

Berdasarkan tingkat pencapaian nilai hasil rekapitulasi nilai formatif

matematika siklus II dapat dilihat pada grafik 4.2 di bawah ini.

Grafik 4.2

Grafik Pencapaian Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV

SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus II

0

2

4

6

8

10

12

FREKUENSI 0 0 0 0 1 1 4 11 3 2 0

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Page 43: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

43

Berdasarkan grafik siklus II di atas dapat dideskripsikan hasil tes formatif

yang dicapai siswa dalam pembelajaran matematika pada kompetensi dasar

menentukan FPB dan KPK dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball

Throwing siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus tahun pelajaran 2010/2011

diperoleh hasil nilai 40 dengan frekuensi 1 tingkat ketuntasan 4,5%, nilai 50 dengan

frekuensi 1 tingkat ketuntasan 4.5%, nilai 60 dengan frekuensi 4 tingkat ketuntasan

18.2%, nilai 70 dengan frekuensi 11 tingkat ketuntasan 50,0%, nilai 80 frekuensi 3

tingkat ketuntasan 12,7%, dan nilai 90 frekuensi 2 tingkat ketuntasan 9.1%.

Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih kurang dalam menguasai materi

pembelajaran matematika khususnya dalam kompetensi dasar menentukan FPB dan

KPK, maka peneliti perlu segera mengambil langkah untuk memperbaiki

pembelajaran tersebut, agar siswa dapat memahami materi pembelajaran. Sedangkan

distribusi frekuensi penilaian hasil prestasi dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Prestasi Matematika Siswa Kelas IV

SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus II

No. Interval F % Kategori

1. 100-90 2 9.1 Baik Sekali

2. 89-70 14 62.6 Baik

3. 69-55 4 18.2 Cukup

4. 54-40 2 9.1 Kurang

5. 39-25 0 0 Kurang sekali

6. 24-0 0 0 Buruk

Jumlah 22 100 %

Dari data interval nilai prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2

Besito Gebog Kudus diperoleh kualitas nilai baik sekali 2 siswa atau 9.1%, kualitas

nilai baik sebanyak 14 orang atau 62.6%, kualitas cukup 4 siswa atau 18.2%, dan

kurang 2 siswa atau 9.1%. Ini berarti prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD

2 Besito Gebog Kudus dalam katagori baik.

Menurut Depdiknas (2006: 39) penilaian dilakukan untuk menentukan

apakah peserta didik telah berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu ke

indikator. Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau setelah pembelajaran

berlangsung. Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Kriteria

ketuntasan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan

Page 44: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

44

antara 0% – 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator nilai lebih besar

dari 70 per individu dengan tingkat ketuntasan secara klasikal 85%. Namun sekolah

dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau

70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat kemampuan

akademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru serta

ketersediaan sarana dan prasarana. Untuk meningkatkan kualitasnya, dalam hal ini

meningkatkan kriteria pencapaian indikator semakin mendekati 100%.

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa suatu penelitian akan

berhasil apabila memenuhi skor ideal yakni 70 untuk individual dan klasikal

menunjukkan 85%. Jadi kesimpulannya hasil penelitian siklus II belum dapat

dikatakan berhasil sebab jumlah siswa per individu yang mendapatkan nilai

sekurang-kurangnya 70 belum mencapai 85% secara klasikal nilai rata-rata siswa

dikatagorikan baik. Penghitungan ketuntasan belajar pada siklus II adalah:

r % =N

nX 100 %

=22

16X 100 % = 72.7%

Keterangan :

n = jumlah siswa yang mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 70.

N = Jumlah siswa.

Berdasarkan uraian di atas ketuntasan belajar matematika siswa kelas IV SD

2 Besito Gebog Kudus masih belum tuntas karena ketuntasan baru mencapai 72.7%

siswa yang mendapatkan nilai ketuntasan 70.

Dari hasil penilaian prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito

Gebog Kudus Kudus diperoleh mean sebagai berikut :

X = N

fx

=22

1520= 69.1

Keterangan :

X = jumlah skor seluruh siswa

N = jumlah siswa .

Jadi, mean yang didapatkan dari hasil penilaian siklus II adalah 69.1. Ini

berarti belum mencapai ketuntasan yang diharapkan yakni : 70, dan secara klasikal

ketuntasan baru mencapai 72.7% sedangkan harapannya 85%. Oleh karena itu

Page 45: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

45

diadakan pembelajaran dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball

Throwing untuk memenuhi standar ketuntasan siswa yakni minimal 85%. Melalui

penerapan Cooperative Learning Snowball Throwing, diharapkan hasil belajar

matematika siswa lebih meningkat.

Dari hasil analisis tersebut di atas, maka peneliti memutuskan mengadakan

pembelajaran siklus III dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball

Throwing dengan harapan dapat lebih meningkatkan hasil belajar matematika siswa

kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus.

3. Siklus III

Pembelajaran siklus III dilaksanakan karena pada siklus II hasil belajar siswa

belum mencapai KKM dan secara klasikal siswa belum mencapai ketuntasan yang

diharapkan yaitu 85%. Berdasarkan pencapaian hasil pembelajaran pada siklus III

dapat diwujudkan dalam bentuk nilai hasil tes formatif pembelajaran matematika

pada tabel 4.9 di bawah ini:

Tabel 4.9

Nilai Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito

Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus III

No. Nama Siswa NilaiKetuntasan

KeteranganTuntas Belum

1 ANTON KRISYANTO 80 √2 FIKRIYATUS SHOLIKHAH 70 √3 IRFAN VERI MANSYAH 80 √4 AMALIA AFIDAH 80 √5 NUR AYU INDRIYANI 60 √6 NOFI AYU NUR 50 √7 RYANA RIZKI ILHAMI 100 √8 ARYA ANDRIYANSAH 70 √9 AMELIA AGUSTINA ZULVA 100 √

10 DEDI TRI ARIYANTO 80 √11 FAHMI ZAKARIA 70 √12 MUH. ADITIA NUR 90 √13 MUH. ATTA NOOR 70 √14 MUH. IQBAL KUNCORO 90 √15 NAUVAL ADIB LUTHFI 100 √16 NIKMATUL SAADAH 80 √17 PUTRO DWI YULIANTO 80 √18 RIVANNE ABELIANA W. 90 √19 TIRTA ADYAKSA 80 √20 SYAH REZA ADIKUSUMA 70 √21 M. NAJMIR RIFKI 90 √22 ROYYAN QADDAFI 100 √

Page 46: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

46

No. Nama Siswa NilaiKetuntasan

KeteranganTuntas Belum

Jumlah 1780 20 2Rata-rata / Persentase 80.9 90.9% 9.1%

Dari hasil penilaian tes formatif di atas, diperoleh nilai tertinggi 100, nilai

terendah 50, dan nilai rata-rata 80.9. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan

materi pembelajaran matematika siswa kelas IV pada kompetensi dasar menentukan

FPB dan KPK, telah mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Secara lengkap hasil analisis tes formatif pelaksanaan siklus I dapat dilihat

pada tabel 4.10 berikut ini.

Tabel 4.10

Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito

Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus III

Jumlah

Siswa

Banyaknya Siswa yang Memperoleh Nilai

Jml Rata-rata

Banyaknya

SiswaTingkat

Ketun

tasan0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 TuntasBlm

Tuntas

22 0 0 0 0 0 1 1 5 7 4 4 22 80.9 20 2 90.9%

0 0 0 0 0 5 60 350 560 360 400 1780 80.9

Berdasarkan tabel hasil tes formatif mata pelajaran matematika siklus III

dapat dideskripsikan perolehan hasil nilai siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus

adalah 1 siswa memperoleh nilai 50, 1 siswa mendapatkan nilai 60, 5 siswa

mendapatkan nilai 70, 7 siswa mendapatkan nilai 80, 4 siswa mendapatkan nilai 90,

dan 4 siswa mendapat nilai 100. Rata-rata nilai siswa 80.9 dengan tingkat ketuntasan

90.9%. Dari 22 siswa kelas IV yang tuntas belajarnya adalah 20 siswa dengan

persentase 90.9%, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 2 siswa dengan

persentase 9.1%. Siswa yang belum tuntas adalah siswa yang memerlukan

bimbingan dan perhatian khusus.

Rekapitulasi hasil tes formatif siklus III secara keseluruhan dapat dilihat pada

tabel 4.11 distribusi frekuensi di bawah ini.

Page 47: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

47

Tabel 4.11

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV

SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus III

No. Nilai Frekuensi Persen Valid Persen Cumulative Persen

1. 50 1 4.5 4.5 4.5

2. 60 1 4.5 4.5 9.0

3. 70 5 22.8 22.8 31.8

4. 80 7 31.8 31.8 63.6

5. 90 4 18.2 18.2 81.8

6. 100 4 18.2 18.2 100.0

Total 22 100,0 100,0

Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dideskripsikan hasil nilai tes

formatif siklus III dari masing-masing nilai. Nilai 50 frekuensinya 1 dengan

persentase 4.5% tingkat kevalidan 4.5% dan tingkat cumulative persen 4.5%. Nilai

60 frekuensinya 1 dengan persentase 4.5% tingkat kevalidan 4.5% dan tingkat

cumulative persen 9.0%. Nilai 70 frekuensinya 5 dengan persentase 22.8% tingkat

kevalidan 22.8% dan tingkat cumulative persen 31.8%. Nilai 80 frekuensinya 7

dengan persentase 31.8%, valid persen 31.8% cumulative persen 63.6%. Nilai 90

frekuensinya 4 dengan persentase 19.2% tingkat kevalidan 18.2% dan tingkat

cumulative persen 81.8%. Nilai 100 frekuensinya 4 dengan persentase 18.2% tingkat

kevalidan 18.2% dan tingkat cumulative persen 100%.

Berdasarkan hasil dari distribusi frekuensi menunjukkan bahwa pada siklus

III siswa nilainya telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan secara

klasikal ketuntasan telah mencapai 90.9% dan melebihi ketentuan yaitu 85%, oleh

karena itu perbaikan pembelajaran siklus III tidak dilanjutkan lagi karena hasil

belajar siswa dalam pembelajaran matematika telah berhasil, sedangkan 2 siswa yang

belum tuntas perlu mendapat bimbingan dan perlakukan khusus.

Berdasarkan tingkat pencapaian nilai hasil rekapitulasi nilai formatif

matematika siklus III dapat dilihat pada grafik 4.3 di bawah ini.

Page 48: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

48

Grafik 4.3

Grafik Pencapaian Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV

SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus III

0

2

4

6

8

FREKUENSI 0 0 0 0 0 1 1 5 7 4 4

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Berdasarkan grafik siklus III di atas dapat dideskripsikan hasil tes formatif

yang dicapai siswa dalam pembelajaran matematika pada kompetensi dasar

menentukan FPB dan KPK dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball

Throwing siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus tahun pelajaran 2010/2011

diperoleh hasil nilai 50 dengan frekuensi 1 tingkat ketuntasan 4.5%, nilai 60 dengan

frekuensi 1 tingkat ketuntasan 4.5%, nilai 70 dengan frekuensi 5 tingkat ketuntasan

27.8%, nilai 80 dengan frekuensi 7 tingkat ketuntasan 31.8%, nilai 90 frekuensi 4

tingkat ketuntasan 18.2%, dan nilai 100 frekuensi 4 tingkat ketuntasan 18.2%.

Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah berhasil dan tuntas dalam menguasai

materi pembelajaran matematika khususnya dalam kompetensi dasar menentukan

FPB dan KPK, maka peneliti perlu segera mengambil langkah untuk menghentikan

pembelajaran tersebut, karena siswa telah mampu memahami materi pembelajaran.

Tabel 4.12

Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Prestasi Matematika Siswa Kelas IV

SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus III

No. Interval F % Kategori

1. 100-90 8 36.4 Baik Sekali

2. 89-70 12 54.6 Baik

3. 69-55 1 4.5 Cukup

4. 54-40 1 4.5 Kurang

5. 39-25 0 0 Kurang sekali

6. 24-0 0 0 Buruk

Jumlah 22 100

Page 49: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

49

Dari data interval nilai prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2

Besito Gebog Kudus diperoleh kualitas nilai baik sekali 8 siswa atau 36.4%, kualitas

nilai baik sebanyak 12 siswa atau 54.6%, kualitas cukup 1 siswa atau 4.5%, dan

kualitas nilai kurang 1 siswa atau 4.5%. Ini berarti prestasi belajar matematika siswa

kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam katagori baik.

Menurut Depdiknas (2006: 39) penilaian dilakukan untuk menentukan

apakah peserta didik telah berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu ke

indikator. Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau setelah pembelajaran

berlangsung. Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Kriteria

ketuntasan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan

antara 0% – 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator nilai lebih besar

dari 70 per individu dengan tingkat ketuntasan secara klasikal 85%. Namun sekolah

dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau

70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat kemampuan

akademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru serta

ketersediaan sarana dan prasarana. Untuk meningkatkan kualitasnya, dalam hal ini

meningkatkan kriteria pencapaian indikator semakin mendekati 100%.

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa suatu penelitian akan

berhasil apabila memenuhi skor ideal yakni 70 untuk individual dan klasikal

menunjukkan 85%. Jadi kesimpulannya hasil penelitian siklus II belum dapat

dikatakan berhasil sebab jumlah siswa per individu yang mendapatkan nilai

sekurang-kurangnya 70 belum mencapai 85% secara klasikal nilai rata-rata siswa

dikatagorikan cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus II adalah

sebagai berikut :

r % =N

nX 100 %

=22

20X 100 % = 90.9%

Keterangan :

n = jumlah siswa yang mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 70.

N = Jumlah siswa.

Page 50: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

50

Berdasarkan uraian di atas ketuntasan belajar matematika siswa kelas IV

telah mencapai 90.9% sehingga melebihi batas minimal ketuntasan yakni 85%.

Dari hasil penilaian prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito

Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus diperoleh mean sebagai berikut :

X = N

fx

=22

1780= 80,9

Keterangan :

X = jumlah skor seluruh siswa

N = jumlah siswa .

Jadi, mean yang didapatkan dari hasil penilaian siklus I adalah 80.9. Ini

berarti melampaui batas ketuntasan yang diharapkan yakni 70. Melalui penerapan

Cooperative Learning Snowball Throwing hasil belajar matematika siswa lebih

meningkat.

Dari hasil analisis tersebut di atas, maka peneliti memutuskan untuk

menghentikan pembelajaran pada siklus III dan tidak dilanjutkan ke siklus

berikutnya karena telah dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV

SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus.

Page 51: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

51

B. Pembahasan

Menurut Slameto (1991 : 22) “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Siswa di Sekolah Dasar sebagai bagian dari masyarakat perlu dibekali

berbagai ilmu pengetahuan untuk dapat memahami kondisi masyarakat dan turut

memecahkan berbagai masalah. Melalui ide-ide yang disampaikan oleh guru

matematika siswa memiliki kemampuan intelektual dan kreativitas salah satunya

menguasai kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK. Berdasarkan fungsi dan

tujuan dari pembelajaran matematika tersebut di atas maka diadakan Penelitian

Tindakan Kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar

siswa dalam pembelajaran matematika khususnya dalam kompetensi dasar

menentukan FPB dan KPK. Dari temuan Penelitian Tindakan Kelas mulai dari siklus

I sampai dengan III menunjukkan adanya peningkatan yang berarti di masing-masing

siklus.

Dari hasil temuan pada penelitian tindakan kelas ini pada siklus I terlihat

aktivitas belajar siswa masih belum maksimal. Kelemahan dalam pembelajaran

disebabkan oleh guru maupun siswa. Adapun yang disebabkan oleh guru :

1. Penjelasan guru masih dangkal dan belum dimengerti siswa.

2. Guru kurang memberikan contoh-contoh tentang menentukan FPB dan KPK.

3. Cooperative Learning Snowball Throwing sebelum diterapkan secara

maksimal, sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa dalam

pembelajaran matematika.

Kelemahan dari siswa

1. Perhatian siswa terhadap mata pelajaran matematika yang diajarkan oleh guru

khususnya dalam kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK masih kurang

sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang

diberikan oleh guru.

2. Keantusiasan siswa dalam berdiskusi, kurang berani bertanya, mengajukan

opini dan argumentasi pada saat diskusi kelompok.

3. Kreativitas siswa belum maksimal karena kesadaran siswa dalam memahami

pembelajaran observasi masih kurang sehingga berpengaruh terhadap hasil

belajar matematika siswa.

Meskipun ditemukan ada beberapa hal yang kurang pada siklus I, namun

ditemukan hal-hal yang positif dalam kaitannya dengan peningkatan aktivitas

Page 52: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

52

belajar siswa dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball Throwing.

Hal-hal positif yang dimaksud adalah :

1. Guru tidak bersifat verbalisme dan mendominasi dalam pembelajaran karena

hakekat dari Cooperative Learning Snowball Throwing adalah siswa dapat

belajar dengan aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).

2. Model Cooperative Learning Snowball Throwing dapat mendorong siswa

giat belajar dan lebih aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan.

Karena dalam pembelajaran ini siswa dibuat aktif seperti pembelajaran

dengan diskusi, tanya jawab.

Dalam proses penelitian tindakan kelas ini ditemukan berbagai kendala di

antaranya :

a. Model Cooperative Learning Snowball Throwing membutuhkan keaktifan,

kreativitas, inovasi dari guru dan siswa. Untuk membangun pembelajaran ini

membutuhkan kesadaran, kesabaran dan kerjasama antara guru dan siswa

namun guru masih mengalami kesulitan dalam membangun kesadaran sehingga

pembelajaran siklus I dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball

Throwing ini belum dapat efektif.

b. Keberhasailan pembelajaran dalam penelitian ini ditentukan pula oleh teman

sejawat, karena yang membantu kelancaran dalam penelitian.

c. Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning

Snowball Throwing hendaknya dikelola secara efektif dan efisien, jika tidak

hasil yang dicapai kurang memuaskan.

Berdasarkan pelaksanaan penelitian pada siklus I sampai dengan III maka

hasil penelitian yang baik adalah pada pembelajaran siklus III. Hal ini dapat dilihat

dari peningkatan hasil belajar siswa. Hasil observasi pada pembelajaran siklus I

sampai dengan III menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran

dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning Snowball

Throwing sangat memuaskan. Pada tahap opini/hipotesa masih dimunculkan oleh

guru sendiri. Guru telah berusaha memberikan pembelajaran yang terbaik untuk

membangunkan kesadaran dan semangat dalam belajar melalui berbagai kegiatan

seperti diskusi, tugas agar pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.

Pada siklus III menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning

Snowball Throwing, siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa

Page 53: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

53

lebih terfokus dalam proses pembelajaran sehingga dapat berjalan lebih efektif dan

efisien.

Hasil penilaian tes formatif pada siklus I sampai dengan III mata pelajaran

matematika dapat disajikan sebagai berikut ini :

1. Pada siklus I nilai rata-rata 59,5. Nilai tertinggi dicapai siswa 80 terendah

adalah 30, ketuntasan yang dicapai 45.5% dengan kategori kualitas nilai kurang.

Interval kualitas nilai baik sekali tidak ada, kategori kualitas nilai baik 10 siswa

atau 33.3%, kualitas cukup 4 siswa atau 18.2%, dan kurang 6 siswa atau 27.4%,

kurang sekali 2 siswa atau 9.1%. Ini berarti prestasi belajar matematika siswa

kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam katagori kurang.

2. Pada siklus II nilai rata-rata 69.1. Nilai tertinggi dicapai siswa 90 terendah

adalah 40, ketuntasan yang dicapai 72.7% dengan kategori nilai baik. Interval

kualitas nilai baik sekali 2 atau 9.1%, kualitas nilai baik sebanyak 14 orang atau

62.6%, kualitas cukup 4 orang atau 18.2%, dan nilai kurang 2 siswa atau 9.1%.

3. Pada siklus III nilai rata-rata 80.9. Nilai tertinggi dicapai siswa 100 terendah

adalah 50, ketuntasan yang dicapai 90.9% dengan kategori nilai baik. Interval

kualitas nilai baik sekali 8 atau 36.3%, kualitas nilai baik sebanyak 12 orang

atau 54.6%, kualitas cukup 2 orang atau 9.1%.

Page 54: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

54

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil analisis tes formatif yang dilaksanakan pada bab empat dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Learning

Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika pada

siswa kelas IV semester 2 SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran

2010/2011. Hal ini dapat ditunjukkan dari masing-masing siklus mengalami

kenaikan yang signifikan.

1. Pada siklus I nilai rata-rata 59,5. Nilai tertinggi dicapai siswa 80 terendah

adalah 30, ketuntasan yang dicapai 45.5% dengan kategori kualitas nilai

kurang. Interval kualitas nilai baik sekali tidak ada, kategori kualitas nilai

baik 10 siswa atau 33.3%, kualitas cukup 4 siswa atau 18.2%, dan kurang 6

siswa atau 27.4%, kurang sekali 2 siswa atau 9.1%. Ini berarti prestasi belajar

matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam katagori

kurang.

2. Pada siklus II nilai rata-rata 69.1. Nilai tertinggi dicapai siswa 90 terendah

adalah 40, ketuntasan yang dicapai 72.7% dengan kategori nilai baik. Interval

kualitas nilai baik sekali 2 atau 9.1%, kualitas nilai baik sebanyak 14 orang

atau 62.6%, kualitas cukup 4 orang atau 18.2%, dan nilai kurang 2 siswa atau

9.1%.

3. Pada siklus III nilai rata-rata 80.9. Nilai tertinggi dicapai siswa 100 terendah

adalah 50, ketuntasan yang dicapai 90.9% dengan kategori nilai baik. Interval

kualitas nilai baik sekali 8 atau 36.3%, kualitas nilai baik sebanyak 12 orang

atau 54.6%, kualitas cukup 2 orang atau 9.1%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka ada beberapa saran yang dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan uraian

penutup PTK ini, antara lain :

Hendaknya meningkatkan, mendayagunakan, dan mengembangkan

penerapan model-model pembelajaran yang menarik, seperti Cooperative

Learning Snowball Throwing sebagai salah strategi dan metode belajar yang

perlu diberdayakan di sekolah karena dari hasil penelitian dapat meningkatkan

hasil belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus.

54

Page 55: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

55

Guru hendaknya berani mencoba menerapkan berbagai model

pembelajaran cooperative learning, di antaranya: Cooperative Learning

Snowball Throwing dalam pembelajaran karena akan dapat meningkatkan mutu

pembelajaran dan prestasi hasil belajar siswa.

Siswa hendaknya proaktif dalam mengikuti pembelajaran dengan

berbagai model pembelajaran cooperative learning yang diberikan oleh guru

sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Page 56: 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing

56

DAFTAR PUSTAKA

Toha Anggoro, dkk. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dedy Gunarto.2007. Matematika SD/MI Kelas IV. Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani.

Depdiknas 2006. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.

Dinas Pendidikan Nasional. 2003. Kapita Selekta Matematika. Jakarta : Universitas

Terbuka.

Endang Retno.W. 2002. Metode Penelitian Kelas. Semarang : Universitas Semarang.

Ismail. 2003. Kapita Selekta Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka.

Karso. 2005. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Kasbolah. 1999. Methodik Dedaktik. Jakarta : Rineka Cipta.

_____. 2004. Pembelajaran Alat Peraga Matematika. Jakarta : Rineka Cipta.

Mulyani Sumantri. 2002. Matematika Dasar I. Jakarta : Universitas Terbuka.

Ruseffendie. 1993. Matematika 3. Jakarta : Universitas Terbuka.

______. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka.

Soetjipto Wiriwidjoyo. 1991. Dedaktik Metodik. Jakarta : Depdikbud.

Sukirman. 2004. Matematika. Jakarta: Universitas terbuka.

Supardjo. 2004. Matematika Gemar Berhitung 4 untuk Kelas IV SD/MI. Solo: Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri.

Tirto Negoro. 1989. Matematika di SD. Jakarta : Depdikbud.

Wahyudin. 2003. Kapita Selekta Matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Wardhani. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

56