5 kasus pelanggaran etika profesi

Upload: githa-niez

Post on 13-Oct-2015

201 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

SPI

TRANSCRIPT

  • 5/22/2018 5 Kasus Pelanggaran Etika Profesi

    1/13

    5 Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi

    1. Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI

    Transparansi serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga yang merupakan salah satu derivasi

    amanah reformasi ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh salah satu badan usaha miliknegara, yakni PT Kereta Api Indonesia. Dalam laporan kinerja keuangan tahunan yangditerbitkannya pada tahun 2005, ia mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyartelah diraihnya. Padahal, apabila dicermati, sebenarnya ia harus dinyatakan menderita kerugiansebesar Rp. 63 milyar.

    Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih pajakpihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagaipendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan, ia tidak dapat dikelompokkandalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan demikian, kekeliruan dalam pencatatan transaksiatau perubahan keuangan telah terjadi di sini.

    Di lain pihak, PT Kereta Api Indonesia memandang bahwa kekeliruan pencatatan tersebut hanyaterjadi karena perbedaan persepsi mengenai pencatatan piutang yang tidak tertagih. Terdapatpihak yang menilai bahwa piutang pada pihak ketiga yang tidak tertagih itu bukan pendapatan.Sehingga, sebagai konsekuensinya PT Kereta Api Indonesia seharusnya mengakui menderitakerugian sebesar Rp. 63 milyar. Sebaliknya, ada pula pihak lain yang berpendapat bahwa piutangyang tidak tertagih tetap dapat dimasukkan sebagai pendapatan PT Kereta Api Indonesiasehingga keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar dapat diraih pada tahun tersebut. Diduga,manipulasi laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia telah terjadi pada tahun-tahunsebelumnya. Sehingga, akumulasi permasalahan terjadi disini.

    Sumber:http://www.antaranews.com/view/?i=1153914935&c=EKU&s=

    Komentar:

    PT KAI sebagai suatu lembaga memang memiliki kewenangan untuk menyusun laporankeuangannya dan memilih auditor eksternal untuk melakukan proses audit terhadap laporankeuangan tersebut. Tetapi, PT KAI tidak boleh mengabaikan dimensi organisasional penyusunan

    laporan keuangan dan proses audit. Ada hal mendasar yang harus diperhatikannya sebagai wujudpenerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Auditor eksternal yangdipercayai harus benar-benar memiliki integritas serta prosesnya harus terlaksana berdasarkankaidah-kaidah yang telah diakui validitasnya, dalam hal ini PSAK dan SPAP. Selain itu, auditoreksternal wajib melakukan komunikasi secara benar dengan komite audit yang ada pada PTKereta Api Indonesia guna membangun kesepahaman (understanding) diantara seluruh unsurlembaga. Selanjutnya, soliditas kelembagaan diharapkan tercipta sehingga mempermudahpenerapan sistem pengendalian manajemen di dalamnya. Secara tidak langsung, upaya ini

    http://www.antaranews.com/view/?i=1153914935&c=EKU&s=http://www.antaranews.com/view/?i=1153914935&c=EKU&s=http://www.antaranews.com/view/?i=1153914935&c=EKU&s=http://www.antaranews.com/view/?i=1153914935&c=EKU&s=
  • 5/22/2018 5 Kasus Pelanggaran Etika Profesi

    2/13

    menunjang perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat luas sebagai salahsatu pengampu kepentingan.

    2. Kasus Manipulasi KAP Andersen dan Enron

    Sejak tahun 1985 Enron Corporation menggunakan jasa Arthur Andersen. Andersen melakukanaudit internal dan audit external untuk Enron termasuk untuk kantor-kantor cabangnya. Enroncorporation adalah salah satu klien terbesar Andersen dengan kontribusi omset sebesar $10milyar per tahunnya.

    Dalam rangka memperbesar keuntungan yang selama ini telah diperoleh, dibukalah partnership-partneship yang diberi nama special purpose partnership. Partner dagang yang dimiliki oleh

    Enron hanya satu untuk setiap partnership dan partner tersebut hanya menyumbang modal yangsangat sedikit (hanya sekitar 3% dari jumlah modal keseluruhan). Orang awam pasti bertanya

    mengapa Enron berminat untuk berpartisipasi dalam partnership dimana Enron menyumbang97% dari modal.

    Muncul pertanyaan dari mana Enron membiayai partnership-partnership tersebut? Pembiayaantersebut ternyata diperoleh Enron dengan meminjamkan saham Enron (induk perusahaan)kepada Enron (anak perusahaan) sebagai modal dasar partnership-partnership tersebut. Secarasingkat, Enron sesungguhnya mengadakan transaksi dengan dirinya sendiri. Enron tidak pernahmengungkapkan operasi dari partnership-partnership tersebut dalam laporan keuangan yangditujukan kepada pemegang saham dan Security Exchange Commission (SEC).

    Lebih jauh lagi, Enron bahkan memindahkan utang-utang sebesar $US 690 juta yang

    ditimbulkan induk perusahaan ke partnership partnership tersebut. Total hutang yang berhasildisembunyikan adalah $US 1,2 miliar. Akibatnya, laporan keuangan dari induk perusahaanterlihat sangat atraktif, menyebabkan harga saham Enron melonjak menjadi $US90 pada bulanFebruari 2001. Perhitungan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tersebut, Enron telahmelebih-lebihkan laba mereka sebanyak $US650miliar.

    Manipulasi yang dilakukan Enron selama bertahun-tahun ini mulai terungkap ketika SherronWatskin, salah satu eksekutif Enron mulai melaporkan praktek tidak terpuji ini. Pada bulanSeptember 2001, pemerintah mulai mencium adanya ketidakberesan dalam laporan pembukuanEnron. Pada bulan Oktober 2001, Enron mengumumkan kerugian sebesar $US618 miliar dannilai aset Enron menyusut sebesar $US1,2 triliun dolar AS. Pada laporan keuangan yang sama

    diakui, bahwa selama tujuh tahun terakhir, Enron selalu melebih-lebihkan laba bersih mereka.Akibat laporan mengejutkan ini, nilai saham Enron mulai anjlok dan saat Enron mengumumkanbahwa perusahaan harus gulung tingkar, 2 Desember 2001, harga saham Enron hanya 26 sen.

    Sumber : http://www.wealthindonesia.com/kasus-penipuan-capital-market/bangkrutnya-

    enron-corp.html

    http://www.wealthindonesia.com/kasus-penipuan-capital-market/bangkrutnya-enron-corp.htmlhttp://www.wealthindonesia.com/kasus-penipuan-capital-market/bangkrutnya-enron-corp.htmlhttp://www.wealthindonesia.com/kasus-penipuan-capital-market/bangkrutnya-enron-corp.htmlhttp://www.wealthindonesia.com/kasus-penipuan-capital-market/bangkrutnya-enron-corp.htmlhttp://www.wealthindonesia.com/kasus-penipuan-capital-market/bangkrutnya-enron-corp.html
  • 5/22/2018 5 Kasus Pelanggaran Etika Profesi

    3/13

    Komentar:

    Dalam kasus ini terjadi penyimpangan atau pelanggalaran yang dilakukan pihak perusahaan

    (enron) dan pihak auditor. Besarnya jumlah consulting fees yang diterima Arthur Andersenmenyebabkan KAP tersebut bersedia kompromi terhadap temuan auditnya dengan pihak Enron.Keduanya telah bekerja sama dalam memanipulasi laporan keuangan sehingga merugikanberbagai pihak baik pihak eksternal seperti para pemegang saham dan pihak internal yangberasal dari dalam perusahaan enron. Kecurangan yang dilakukan oleh Arthur Andersen telahbanyak melanggar prinsip etika profesi akuntan diantaranya yaitu melanggar prinsip integritasdan perilaku profesional. KAP Arthur Andersen tidak dapat memelihara dan meningkatkankepercayaan publik sebagai KAP yang masuk kategori The Big Five dan tidak berperilakuprofesional serta konsisten dengan reputasi profesi dalam mengaudit laporan keuangan denganmelakukan penyamaran data. Kasus ini memberi gambaran bagaimana sebuah pelanggaran etikadalam bisnis dan profesi seseorang dapat berakibat besar bagi kelangsungan hidup perusahan

    serta berbagai pihak yang terkait

    3. Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono

    September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung malu. Kantorakuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu.Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayarkliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursaNew York. Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula

    US$ 3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-wasdengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar, Bakermelaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya.Badan pengawas pasar modalAS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan Foreign Corrupt Practices Act,undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar negeri. Akibatnya, hampir sajaBaker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas. Namun, karena Baker mohon ampun,kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan. KPMG pun terselamatan.

    Sumber:http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/font-size1-

    colorff0000bskandal-penyuapan-pajakbfontbr-kantor-akuntan-kpmg-indonesia-digugat-di-as

    Komentar:

    http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/font-size1-colorff0000bskandal-penyuapan-pajakbfontbr-kantor-akuntan-kpmg-indonesia-digugat-di-ashttp://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/font-size1-colorff0000bskandal-penyuapan-pajakbfontbr-kantor-akuntan-kpmg-indonesia-digugat-di-ashttp://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/font-size1-colorff0000bskandal-penyuapan-pajakbfontbr-kantor-akuntan-kpmg-indonesia-digugat-di-ashttp://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/font-size1-colorff0000bskandal-penyuapan-pajakbfontbr-kantor-akuntan-kpmg-indonesia-digugat-di-ashttp://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/font-size1-colorff0000bskandal-penyuapan-pajakbfontbr-kantor-akuntan-kpmg-indonesia-digugat-di-ashttp://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/font-size1-colorff0000bskandal-penyuapan-pajakbfontbr-kantor-akuntan-kpmg-indonesia-digugat-di-ashttp://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/font-size1-colorff0000bskandal-penyuapan-pajakbfontbr-kantor-akuntan-kpmg-indonesia-digugat-di-ashttp://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/font-size1-colorff0000bskandal-penyuapan-pajakbfontbr-kantor-akuntan-kpmg-indonesia-digugat-di-as
  • 5/22/2018 5 Kasus Pelanggaran Etika Profesi

    4/13

    Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono juga melibatkan kantor akuntan publik yangdinilai terlalu memihak kepada kliennya. Pada kasus ini KPMG melanggar prinsip intregitasdimana dia menyuap aparat pajak hanya untuk kepentingan kliennya, hal ini dapat dikatakantidak jujur dan tidak adil dalam melaksanakan tugasnya. Selain prinsip tersebut, akuntan jugatelah melanggar prinsip obyektivitashingga ia bersedia melaukan kecurangan. Di sini terihat

    bahwa ia telah berat sebelah dalam memenuhi kewajiban profesionalnya.

    Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional,integritas mengharuskan seorang anggota untuk antara lain bersikap jujur dan berterus terangtanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa

    Obyektivitas adalah suatu kualitas yag memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota,prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur, secaraintelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada dibawahpengaruh pihak lain.

    4. Kasus Mulyana W Kusuma

    Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU didugamenyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan denganpengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara, surat suara,amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPKmeminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPKsepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada sebelumnya, kecuali untuk teknologiinformasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan akan diperiksa kembali satu bulan

    setelahnya.

    Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati pemberian waktutambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana ditangkapkarena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK, yakni SalmanKhairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerja sama dengan auditorBPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap upaya penyuapanoleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekam gambar pada dua kali pertemuanmereka.

    Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor yang

    bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lainberpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal tersebuttelah melanggar kode etik akuntan.

    Sumber:http://www.suaramerdeka.com

    http://www.suaramerdeka.com/http://www.suaramerdeka.com/http://www.suaramerdeka.com/http://www.suaramerdeka.com/
  • 5/22/2018 5 Kasus Pelanggaran Etika Profesi

    5/13

    Komentar:

    Dalam konteks kasus Mulyana W Kusuma, dapat dinyatakan adalah bahwa tindakan kedua belah

    pihak, pihak ketiga (auditor), maupun pihak penerima kerja, yaitu KPU, sama-sama tidak etis.Tidak etis seorang auditor melakukan komunikasi kepada pihak yang diperiksa atau pihakpenerima kerja dengan mendasarkan pada imbalan sejumlah uang sebagaimana terjadi padakasus Mulyana W Kusuma, walaupun dengan tujuan mulia, yaitu untuk mengungkapkanindikasi terjadinya korupsi di tubuh KPU. Dari sudut pandang etika profesi, auditor tampak tidakbertanggungjawab, yaitu dengan menggunakan jebakan imbalan uang untuk menjalankanprofesinya. Auditor juga tidak punya integritas ketika dalam benaknya sudah ada pemihakanpada salah satu pihak, yaitu pemberi kerja dengan berkesimpulan bahwa telah terjadi korupsi.

    Dari sisi independensi dan objektivitas, auditor BPK sangat pantas diragukan. Berdasar padaprinsip hati-hati, auditor BPK telah secara serampangan menjalankan profesinya.

    Sebagai seorang auditor BPK seharusnya yang dilakukan adalah bahwa dengan standar teknikdan prosedur pemeriksaan, auditor BPK harus bisa secara cermat, objektif, dan benarmengungkapkan bagaimana aliran dana tersebut masuk ke KPU dan bagaimana dana tersebutdikeluarkan atau dibelanjakan. Dengan teknik dan prosedur yang juga telah diatur dalam profesiakuntan, pasti akan terungkap hal-hal negatif, termasuk dugaan korupsi kalau memang terjadi.

    Tampak sekali bahwa auditor BPK tidak percaya terhadap kemampuan profesionalnya, sehinggadia menganggap untuk mengungkap kebenaran bisa dilakukan segala macam cara, termasukcara-cara tidak etis, sekaligus tidak moralis sebagaimana telah terjadi, yaitu dengan jebakan.

    Dalam kasus ini kembali lagi kepada tanggung jawab moral seorang auditor di seluruh Indonesia,

    termasuk dari BPK harus sadar dan mempunyai kemampuan teknis bahwa betapa beratmemegang amanah dari rakyat untuk meyakinkan bahwa dana atau uang dari rakyat yangdikelola berbagai pihak telah digunakan sebagaimana mestinya secara benar, akuntabel, dantransparan, maka semakin lengkap usaha untuk memberantas korupsi di negeri ini.

    5. Kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya

    Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusutsembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan

    Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernahdiauditnya antara tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan diJakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yangmelakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaansesuai dengan standar audit.

    Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritasbank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan kegiatan

  • 5/22/2018 5 Kasus Pelanggaran Etika Profesi

    6/13

    usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT &M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. Dengan kata lain, kesembilanKAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publikdengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan palsu, inijelas suatu kejahatan, ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan

    kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yangdilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.

    ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar human error atau kesalahan dalampenulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagaipenyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi.Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan administratifmeskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW mengambilinisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan.Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga menghasilkanlaporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat

    ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan adatindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publikitu, tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAPtersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus memintasupaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.

    Sumber:http://www.kompas.com,20 April 2001

    Komentar:

    Pada kasus tersebut prinsip etika profesi yang dilanggar adalah tanggung jawab profesi, dimanaseharusnya melakukan pertanggung jawaban sebagai profesional yang senantiasa menggunakanpertimbangan moral dan profesional dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Prinsip inimengandung makna bahwa akuntan sebagai pemberi jasa profesional memiliki tanggung jawabkepada semua pemakai jasa mereka termasuk masyarakat dan juga pemegang saham. Denganmenerbitkan laporan palsu, maka akuntan telah menyalahi kepercayaan yang diberikanmasyarakat kepada mereka selaku orang yang dianggap dapat dipercaya dalam penyajian laporankeuangan.

    Selain itu seharusnya tidak melanggar prinsip etika profesi yang kedua,yaitu kepentingan publik,dan objektivitas. Para akuntan dianggap telah menyesatkan publik dengan penyajian laporankeuangan yang direkayasa dan mereka dianggap tidak objektif dalam menjalankan tugas. Dalamhal ini, mereka telah bertindak berat sebelah yaitu mengutamakan kepentingan klien dan merekatidak dapat memberikan penilaian yang adil, tidak memihak, serta bebas dari benturankepentingan pihak lain.

    http://www.kompas.com/http://www.kompas.com/http://www.kompas.com/http://www.kompas.com/
  • 5/22/2018 5 Kasus Pelanggaran Etika Profesi

    7/13

    Etika Profesi Akuntan

    Pembobolan Situs Milik KPU

    Pada hari Sabtu, 17 April 2004, Dani Firmansyah (25 th), konsultan Teknologi Informasi(TI) PT Danareksa di Jakarta berhasil membobol situs milik Komisi Pemilihan Umum (KPU)dihttp://tnp.kpu.go.iddan mengubah nama-nama partai di dalamnya menjadi nama-nama unikseperti Partai Kolor Ijo, Partai Mbah Jambon, Partai Jambu, dan lain sebagainya. Danimenggunakan teknik SQL Injection(pada dasarnya teknik tersebut adalah dengan caramengetikkan string atau perintah tertentu di address bar browser) untuk menjebol situs KPU.Kemudian Dani tertangkap pada hari Kamis, 22 April 2004. ( Sumber:http://kaaeka.wordpress.com)

    Analisis :

    1. Pelaku Kasus Pelanggaran :Dani Firmansyah, 25th, Konsultan Teknologi Informasi (TI) PT Danareksa Jakarta.

    2. Jenis Kasus Pelanggaran :Pembobolan Situs Milik KPU

    3. Akibat dari kasus pelanggaran :Kasus tersebut sudah sangat jelas termasuk pelanggaran etika, karena Dani Firmansyah selaku

    tersangka dalam pembobolan situs KPU telah terbukti bersalah. Dia membobol system keamanansitus KPU dan mengganti-ganti nama partai yang dapat menyebabkan kerugian danketidaknyaman bagi pihak lain. Dan telah jelas pula Dani Firmansyah menyalahgunakan

    keahliannya dalam bidang teknologi untuk merugikan pihak lain. Kalau dilihat dari sisi kode etikACM dan etika mana yang dilanggar ?Etika yang dilanggar dalam kode etik ACM adalah pada point Kewajiban moral umum sebagaianggota ACM, yaitu :- Menghindari perbuatan menyakiti orang lain.- Jujur dan dapat dipercaya.- Memberikan kontribusi kepada masyarakat dan kesejahteraan umat manusia.- Menghargai privasi orang lain.Karena dani firmansyah telah melakukan perbuatan yang melanggar tiga point dalam kode etikkewajiban moral dalam ACM.

    4. Aspek hukum yang bisa dikenakan :Pada kasus tersebut ada beberapa hukum yang bisa dikenakan untuk menuntut DaniFirmansyah, diantaranya :1. UU ITE No 11Pasal 27 ayat 3 Tahun 2008 , yang berbunyi : : Setiap Orang dengan sengajadan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnyaInformasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/ataupencemaran nama baik .

    http://tnp.kpu.go.id/http://tnp.kpu.go.id/http://tnp.kpu.go.id/http://kaaeka.wordpress.com/http://kaaeka.wordpress.com/http://kaaeka.wordpress.com/http://kaaeka.wordpress.com/http://tnp.kpu.go.id/
  • 5/22/2018 5 Kasus Pelanggaran Etika Profesi

    8/13

    2. UU ITE No 11 Pasal 30 Ayat 3 Tahun 2008, yang berbunyi : Setiap Orang dengan sengajadan tanpa hak atau melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengancara apa pun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.Karena Dani Firmansyah telah terbukti, dia melakukan penghinaan dan pencemaran nama baikpartai-partai yang ada dalam situs KPU dengan cara mengganti-ganti nama partai tersebut. Tidak

    hanya itu Dani Firmansyah juga telah terbukti jelas bahwa dia melakukan menjebolan systemkeamanan pada situs KPU.

    5. Bagaimana tindakan pemerintah terhadap yang melakukan tindakan tersebut ?Karena tidak ada aturan hukum tertulis yang dilanggar, pemerintah pusat merasa kesulitan

    untuk melarang tindakan yang tidak etis tersebut. Dari sini, pemerintah pusat merasa perlu untukmenyusun UU ini. Sekalipun niat awal pembentukan UU Etika baik, secara normatif, patutdipertanyakan urgensinya karena sistem hukum sesungguhnya telah mengantisipasipermasalahan tersebut. Sekiranya terjadi sesuatu yang debatable mengenai boleh tidaknya suatutindakan yang tidak diatur dalam peraturan tertulis, solusinya mencari hukum.

    Misalnya, menggunakan logika hukum serta menggali nilai-nilai hukum yang terdapat pada

    norma hukum dan asas hukum, perasaan hukum dan keadilan masyarakat, atau mencari nilaifilosofis yang terkandung dalam suatu peraturan hukum. Satjipto Rahardjo menjelaskan konsepini dengan contoh sederhana. Sekiranya ada orang waras yang buang air kecil di kelas, tindakanorang tersebut salah. Kesimpulan tersebut tidak harus berpatokan pada ada tidaknya aturantertulis yang menyatakan, "dilarang buang air kecil di kelas", namun dapat berpatokan pada asaskepantasan yang hidup dalam masyarakat, buang air kecil harus di toilet.

    Mekanisme serupa sesungguhnya juga dapat menjadi solusi pada kasus-kasus etika dalampemerintahan. Upaya untuk mencegah kepala daerah berdemonstrasi menentang kebijakanpemerintah pusat tidaklah harus diatur dengan peraturan tertulis, cukup merujuk pada asas-asasumum pemerintahan yang baik (AUPB). Salah satu poin dari AUPB tersebut menyatakan suatuwewenang yang sah tidak boleh untuk menarik wewenang yang sah dari penguasa lainnya

    (Laydersdoff dalam Erliyana, 2007). Kepala daerah memang berwenang menyerap aspirasiwarganya, namun wewenang tersebut tidak boleh untuk "mengganggu" wewenang pemerintahpusat.

    Terkait unjuk rasa kepala daerah yang menentang kenaikan harga BBM, itu erat denganwewenang pemerinta pusat sebab penentuan harga BBM merupakan masalah yang terkaitdengan fiskal dan moneter. Dua hal tersebut, menurut Pasal 10 Ayat (3) UU 32/2004, merupakankewenangan pemerintah pusat. Lebih dari itu, semangat konsep pemerintahan didesain menuntutagar pemerintah daerah senantiasa segaris dengan pusat. Konsep ini terefleksikan dari Pasal 1 (1)UUD 1945 yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara kesatuan. Dengan demikian, kasusdemonstrasi kepala daerah dapat dikatakan sebagai tindakan yang tidak etis. Pendekatan serupajuga dapat untuk membendung kasus kepala daerah yang sudah selesai menjabat selama dua

    periode namun masih ingin mencalonkan diri sebagai wakil kepala daerah dalam pilkadaselanjutnya. Pemerintah tidak perlu repot-repot membuat aturan tertulis untuk melarang niattersebut karena pemerintah dapat menolak berdasarkan doktrin hukum.

    Hipotesis Lord Acton menyatakan kekuasaan cenderung korup telah diakui dan menjadisebuah doktrin dalam ilmu hukum. Berdasarkan hipotesis tersebut, besaran serta durasikekuasaan senantiasa harus dibatasi.Bahaya. Khusus untuk pembatasan durasi kekuasaan, sistem pemerintahan telah menyepakatimasa dua periode adalah masa yang maksimal dalam memangku jabatan (Pasal 7 UUD 1945,

  • 5/22/2018 5 Kasus Pelanggaran Etika Profesi

    9/13

    Pasal 110 Ayat 3 UU 32/2004). Oleh karena itu, upaya akal-akalan untuk menjabat ketigakalinya patut dipandang sebagai tindakan yang tidak etis. Maka dari itu, elaborasi tersebutmemberi pesan bahwa etis atau tidak etisnya suatu tindakan sudah dapat terlihat jelas sekalipuntanpa mengatur etika dalam suatu peraturan tertulis. Untuk itu, wacana UU Etika Pemerintahantidak perlu. Lebih dari itu, mengatur etika dalam bentuk peraturan tertulis dapat mengunci

    fleksibilitas penemuan hukum tadi.Apabila UU ini lahir, pemerintah dan masyarakat baik secara sadar maupun tidak akanterdorong untuk menggunakan UU ini sebagai kiblat. Akibatnya, penggalian nilai hukum dariasas, norma, atau sumber lainnya terpinggirkan. Padahal, suatu peraturan tidak akan pernahsempurna mengatur secara lengkap seluruh hidup masyarakat sehingga selalu saja ditemukankekurangan dalam aturan tersebut. Perlu pula diwaspadai sifat dari peraturan tertulis yaitu cepatusang. Peraturan selalu berjalan tertatih-tatih di belakang kenyataan. Akibatnya, jika di masadepan terdapat kejadian yang dianggap tidak etis, namun tidak diatur dalam UU ini, pelanggarjuga dapat menghindar karena tidak diatur dalam UU.

    Dengan demikian, baik kiranya pemerintah mempertimbangkan kembali rencana penyusunanUU Etika Pemerintahan. Selain karena dipandang tidak perlu, pengaturan etika dalam peraturan

    tertulis justru akan mengurangi fleksibilitas para pemangku kepentingan dalam menilai etistidaknya suatu tindakan pemerintah. (Richo Andi Wibowo, Penulis adalah dosen FH UGM)

    Kasus pertama : Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya.

    Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusut sembilan

    Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP),

    diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya antara tahun 1995-1997.

    Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan

    temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalahternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit.

    Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas bank-

    bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh

    pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R,

    RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi.

    Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles

    laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan, ujarnya. Karena itu, ICW

    dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan

    mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.

    ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar human error atau kesalahan dalam penulisanlaporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai penyimpangan dan

    pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi.

    Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan administratif meskipun

    pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif untuk

    mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. Kami mencurigai,

    kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan yang menyesatkan

  • 5/22/2018 5 Kasus Pelanggaran Etika Profesi

    10/13

    masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat

    bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen

    Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu, tegasnya.

    Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada Majelis

    Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis

    terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.

    Analisis : Dalam kasus tersebut ditemukan KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank

    bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit. KAP tersebut telah

    melakukan penyimpangan terhadap tujuan profesi akuntansi, yaitu memenuhi tanggung-jawabnya

    dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada

    kepentingan publik. Selain itu KAP tersebut juga melanggar Prinsip pertama - Tanggung Jawab Profesi,

    Prinsip Kedua - Kepentingan Publik, Prinsip KetigaIntegritas, Prinsip KeempatObyektivitas, Prinsip

    Kedelapan - Standar Teknis. Seharusmya KAP tersebut harus bertanggung jawab kepada semua pemakai

    jasa profesional mereka, selain itu KAP juga harus bertanggung-jawab terhadap kepentingan publik.

    Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung

    jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. KAP harus menjaga obyektivitasnya dan bebas

    dari benturan kepentingan

    dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Setiap KAP harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai

    dengan standar teknis dan standar proesional yang relevan

    Kasus Kedua :

    JAKARTA, KOMPASDewan Perwakilan Rakyat sulit diharapkan mau membongkar praktik mafia

    anggaran yang terjadi di lembaga tersebut dan melibatkan pejabat pemerintah. Partai politik dan

    politikusnya di DPR diuntungkan dengan kondisi tetap tak terungkapnya praktik mafia anggaran karena

    mereka mengandalkan pembiayaan politik dari transaksi haram seperti dalam kasus suap di

    Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

    Setidaknya di dua kasus, Kemenpora dan Kemenkertrans menjadi contoh konkret bahwa praktik mafia

    anggaran terus berjalan. Sulitnya kita berharap pada politikus untuk memberantas korupsi karena

    mereka juga terjebak pada agenda dan kepentingan pragmatis, kata Koordinator Divis Korupsi Politik

    Indonesia Corruption Watch (ICW) Abdullah Dahlan di Jakarta, Senin (12/9).

    Abdullah mencontohkan praktik mafia anggaran yang coba diungkap anggota DPR Wa Ode Nurhayati.

    Namun yang terjadi, Badan Kehormatan DPR justru memproses yang bersangkutan meskipun dia

    sebagai penyingkap aib (whistle blower). BK DPR tak pernah memeriksa pihak-pihak yang disebutkan Wa

    Ode.Parpol dan politikusnya mengandalkan permodalan politik dari kongkalikong semacam ini, jadi sulit

    mereka mau mengungkap praktik mafia anggaran, kata Abdullah.

    Abdullah mengatakan, praktik mafia anggaran dimulai sejak perencanaan, misalnya dalam kasus dana

    percepatan infrastruktur daerah (DPID) di Kemnakertrans. Dalam perencanaan, orang di lingkaran

    menteri menawarkan beberapa daerah untuk mendapatkan program atau wilayah proyek DPID.

    Tentunya dengan imblana fee tertentu, katanya.

    Koordinator Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Uchok Sky

  • 5/22/2018 5 Kasus Pelanggaran Etika Profesi

    11/13

    Khadafi mengungkapkan, anggaran yang sudah disetujui DPR dalam kenyataannya tidak diberikan ke

    daerah secara gratis. Dalam kasus suap di Kemenpora dan Kemnakertrans, terlihat jelas DPR dan

    pemerintah saling mengambil uang dari anggaran yang seharusnya untuk daerah.

    Harus ada fee buat parlemen, sementara birokrat kita juga butuh duit . Keduanya saling membutuhkan.

    Pejabat di kementerian membutuhkan uang untuk biaya kenaikan pangkat dan upeti bagi atasan

    mereka. Menteri juga membutuhkan uang untuk membantu partai politiknya.

    analisis : Dalam artikel Penyelewengan Anggaran yang tertulis pada harian kompas, rabu, 14 September

    2011 terdapat beberapa pelanggaran prinsip etika profesi akuntansi yaitu Prinsip pertama : Tanggung

    Jawab Profesi, Prinsip Kedua : Kepentingan Publik, Prinsip Ketiga : Integritas, Prinsip Keempat :

    Obyektivitas, Prinsip Kelima : Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional, Prinsip Ketujuh : Perilaku

    Profesional, Prinsip kedelapan : Standar Teknis. Seharusnya seorang akuntan harus menaati prinsip-

    prinsip etika profensi akuntansi tersebut.

    Kasus Ketiga :

    Enron adalah perusahaan yang sangat bagus. Sebagai salah satu perusahaan yang menikmati booming

    industri energi di tahun 1990an, Enron sukses menyuplai energi ke pangsa pasar yang begitu besar dan

    memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan berhasil menyinergikan jalur transmisi energinya

    untuk jalur teknologi informasi. Kalau dilihat dari siklus bisnisnya, Enron memiliki profitabilitas yang

    cukup menggiurkan. Seiring booming industri energi, Enron memosisikan dirinya sebagai energy

    merchants: membeli natural gas dengan harga murah, kemudian dikonversi dalam energi listrik, lalu

    dijual dengan mengambil profit yang lumayan dari markup sale of power atau biasa disebut spark

    spread.

    Pada beberapa tahun yang lalu beberapa perusahaan seperti Enron dan Worldcom yang dinyatakan

    bangkrut oleh pengadilan dan Enron perusahaan energi terbesar di AS yang jatuh bangkrut itu

    meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar, karena salah strategi dan memanipulasi

    akuntansi yang melibatkan profesi Akuntan Publik yaitu Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen. Arthur

    Andersen, merupakan kantor akuntan public yang disebut sebagai The big five yaitu (pricewaterhouse

    coopers, deloitte & touch, KPMC, Ernest & Young dan Anderson) yang melakukan Audit terhadap

    laporan keuangan Enron Corp. Laporan keuangan maupun akunting perusahaan yang diaudit oleh

    perusahaan akunting ternama di dunia, Arthur Andersen, ternyata penuh dengan kecurangan

    (fraudulent) dan penyamaran data serta syarat dengan pelanggaran etika profesi.

    Akibat gagalnya Akuntan Publik Arthur Andersen menemukan kecurangan yang dilakukan oleh Enron

    maka memberikan reaksi keras dari masyarakat (investor) sehingga berpengaruh terhadap harga saham

    Enron di pasar modal. Kasus Enron ini menyebabkan indeks pasar modal Amerika jatuh sampai 25 %.

    Perusahaan akuntan yang mengaudit laporan keuangan Enron, Arthur andersen, tidak berhasilmelaporkan penyimpangan yang terjadi dalam tubuh Enron. Di samping sebagai eksternal auditor,

    Arthur andersen juga bertugas sebagai konsultan manajemen Enron. Besarnya jumlah consulting fees

    yang diterima Arthur Andersen menyebabkan KAP tersebut bersedia kompromi terhadap temuan

    auditnya dengan klien mereka.

    KAP Arthur Andersen memiliki kebijakan pemusnahan dokumen yang tidak menjadi bagian dari kertas

    kerja audit formal. Selain itu, jika Arthur Andersen sedang memenuhi panggilan pengadilan berkaitan

  • 5/22/2018 5 Kasus Pelanggaran Etika Profesi

    12/13

    dengan perjanjian audit tertentu, tidak boleh ada dokumen yang dimusnahkan. Namun Arthur Andersen

    memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan

    munculnya panggilan pengadilan.

    Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini

    dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Akibatnya, banyak

    klien Andersen yang memutuskan hubungan dan Arthur Andersen pun ditutup. Penyebab kecurangan

    tersebut diantaranya dilatarbelakangi oleh sikap tidak etis, tidak jujur, karakter moral yang rendah,

    dominasi kepercayaan, dan lemahnya pengendalian.

    Faktor tersebut adalah merupakan perilaku tidak etis yang sangat bertentangan dengan good corporate

    governance philosofy yang membahayakan terhadap business going cocern. Begitu pula praktik bisnis

    Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak.Pihak yang

    dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang

    menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di pasar modal pada

    umumnya (social impact).

    Milyaran dolar kekayaan investor terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai

    perusahaaan di bursa efek. Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah menciderai

    kepercayaan dari pihak stock holder atau principal untuk memberikan suatu fairrness information

    mengenai pertanggungjawaban dari pihak agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent

    dalam hal ini manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self interest

    oriented) dengan melupakan norma dan etika bisnis yang sehat.

    Pada tanggal 25 Juni 2002, datang berita yang mengejutkan bahwa perusahaan raksasa, WorldCom juga

    mengalami masalah keuangan. Kemajuan dari kagagalan membuat dua pembuat undang-undang AS,

    Michael Oxley dan Paul Sarbanes, menggabungkan usaha mereka dan mengemukakan perundang-

    undangan perubahan tata kelola yang lebih dikenal sebagai Sarbanes-Oxley Act of 2002 (SOX 2002).

    Skandal keuangan yang terjadi dalam Enron dan Worldcom yang melibatkan KAP yang termasuk dalam

    the big five mendapatkan respon dari Kongres Amerika Serikat, salah satunya dengan diterbitkannya

    undang-undang (Sarbanex-Oxley Act) yang diprakarsai oleh senator Paul Sarbanes (Maryland) dan wakil

    rakyat Michael Oxley (Ohio) yang telah ditandatangani oleh presiden George W. Bush.

    Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan jasa non-audit kepada

    perusahaan yang di-audit. Berikut ini adalah sejumlah jasa non-audit yang dilarang:

    Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.

    Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.

    Jasa appraisal dan valuation

    Opini fairness

    Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen

    Broker, dealer, dan penasihat investasi

    Salah satu hal yang ditekankan pasca Skandal Enron atau pasca Sarbanes Oxley Act ini adalah perlunya

    Etika Professi. Selama ini bukan berarti etika professi tidak penting bahkan sejak awal professi akuntan

    sudah memiliki dan terus menerus memperbaiki Kode Etik Professinya baik di USA maupun di Indonesia.

    Analisis : Dari kasus tersebut ditemui adanya kecurangan yang dilakukan oleh Enron yaitu adanya

  • 5/22/2018 5 Kasus Pelanggaran Etika Profesi

    13/13

    pemanipulasian laporan keuangan. KAP Andersen juga terlibat dalam kasus tersebut karena adanya

    campur tangan dalam penghancuran dokumen yang berkaitan dengan kebangkrutan Enron. Dalam

    kasus tersebut juga terdapat pelanggaran terhadap prinsip etika profesi akuntasi. Seharusnya sebagai

    seorang akuntan, harus menjalankan prinsip etika profesi akuntansi. Untuk mencegah terjadinya kasus

    seperti ini diperlukan pula penerapan etika dalam bermasyarakat. Walaupun semakin banyak aturan

    yang dikeluarkan oleh Standard Setting Body sepertiFASB (Financial Accounting Standard Board) atau

    Regulator pemerintah seperti SEC (Security Exhange Commission) namun kecurangan selalu dapat

    ditutupi dan dicari celah sehingga sampai pada puncaknya dimana kecurangan itu terungkap dan

    menyebabkan kerugian semua pihak terutama investor dan berakibat pada hilangnya kepercayaan

    masyarakat kepada professi akuntan dan sistem pasar modal.