5. fungsi kemoresptor pada udang.docx

16
FUNGSI KEMORESEPTOR PADA LOBSTER (Cherax sp.) Oleh : Nama : Annisa Dwinda Fatimah NIM : B1J011082 Rombongan : I Kelompok : 4 Asisten : Diyanto LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Upload: annisa-dwinda-f

Post on 25-Oct-2015

286 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan II

TRANSCRIPT

Page 1: 5. Fungsi Kemoresptor pada Udang.docx

FUNGSI KEMORESEPTOR PADA LOBSTER (Cherax sp.)

Oleh :

Nama : Annisa Dwinda FatimahNIM : B1J011082Rombongan : IKelompok : 4Asisten : Diyanto

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO

2013

Page 2: 5. Fungsi Kemoresptor pada Udang.docx

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sebagai organisme hidup, hewan harus mempunyai kemampuan untuk

tanggap terhadap ragsangan. Sesungguhnya rangsangan merupakan informasi

yang dapat diterima hewan. Informasi tersebut dapat datang dari lingkungan di

luar mau pun di dalam tubuhnya. Untuk dapat menerima rangsang dan

menghasilkan tanggapan dengan baik, hewan harus memiliki alat menerima

rangsang dan untuk menghasilkan tanggapan terhadap rangsang yang datang.

Alat penerima rangsangan pada hewan disebut reseptor, sedangkan alat

penghasil tanggapan dinamakan efektor. Umumnya reseptor hanya akan

menerima jenis rangsangan tertentu. Jadi, di dalam satu individu hewan

ditemukan berbagai macam reseptor (Isnaeni, 2006).

Berdasarkan jenis rangsang yang dapat diterimanya, reseptor dapat dibedakan

menjadi enam, yaitu kemoreseptor, termoreseptor, mekanoreseptor, fotoreseptor,

magnetoreseptor, dan elektroreseptor. Kemoreseptor adalah sensor yang

distimulasi dengan adanya zat kimia. Kemoreseptor pada insecta terdapat pada

bagian mulut, antenna, dan kaki. Pada umumnya, kemoreseptor ini berupa

rambut atau duri sensoris yang kaku, ukuran panjang dapat mencapai beberapa

millimeter, dan ujungnya terbuka ke lingkungan luar. Rambut sensoris insekta

memiliki susunan yang khas dengan lima buah neuron pada bagian dasar, yang

berfungsi sebagai kemoreseptor, yakni satu untuk reseptor gula, satu untuk air,

serta satu atau dua reseptor untuk garam dan senyawa lainnya (Isnaeni, 2006).

Sensor kimia sangat penting dalam membentuk tingkah laku pada hewan.

Peran dari sensor kimia dalam Crustacea telah didemontrasikan dalam pencarian

pakan, lokasi tempat perlindungan, dan interaksi seksual serta sosial. Lobster

dan Crustacea lainnya memiliki berbagai macam tipe dari setae, termasuk

sensilla yang diinervasi oleh neuron kemosensori. Neuron kemosensori antenula

dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama terdiri

dari neuron kemosensori yang menginervasi sensilla aesthetasc pada flagella

lateral. Setiap aesthetasc diinervasi oleh banyak neuron kemoreseptor (pada

lobster kira-kira 300 neuron per sensillum). Kelompok kedua terdiri dari neuron

Page 3: 5. Fungsi Kemoresptor pada Udang.docx

kemosensori yang menginervasi sensilla antenula yang lainnya (disebut sebagai

non-aesthetasc sensilla) (Steullet et al., 2001).

I.2 Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui fungsi-fungsi

kemoreseptor pada lobster (Cherax sp.).

Page 4: 5. Fungsi Kemoresptor pada Udang.docx

II. MATERI DAN CARA KERJA

II.1 Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah lobster (Cherax sp.)

dan pakan berupa pellet.

Alat yang digunakan adalah akuarium, stopwatch, senter, dan gunting.

II.2 Cara Kerja

1. Akuarium diisi dengan air tawar bersih, lalu lobster dimasukkan sebanyak

dua ekor.

2. Dilakukan ablasi antennula, ablasi mata, ablasi total, dan normal.

3. Pakan disajikan di tengah akuarium dan bersamaan dengan lobster tersebut

menyentuh pakan, tombol pada stopwatch yang telah disiapkan ditekan.

4. Gerakan-gerakan lobster dalam akuarium diamati dan dicatat waktu yang

diperlukan bagi lobster sejak pakan disajikan sampai pakan tersebut dimakan.

5. Pengamatan dilakukan selama 2x 10 menit.

Page 5: 5. Fungsi Kemoresptor pada Udang.docx

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil

Tabel 3.1. Pengamatan Gerakan Antenula Lobster sebagai Respon

Terhadap Pakan

KelompokPerlakua

nWaktu Flicking Withdraw Rotasi Wipping

Mendekati

Pakan

3

Ablasi

mata

10’

pertama

03. 28

09. 05

04. 45

10. 00

10’

kedua

00. 40

01. 46

10. 00

08. 50 01.17

Ablasi

antenulla

10’

pertama

02. 06

06. 45

09. 30

10’

kedua

03. 52

04. 08

07. 00

07. 22

08. 18

4 Nornal

10’

pertama

03. 28

07. 38

08. 21

09.04

00.22

01. 14

01.21

02.06

03.54

04.40

07.22

02.54

09.56

00.47

06.09

06.50

00.35

02.35

04.10

07.58

10’

kedua

03.00

04.18

04.24

04.59

02.43

05.38

06.29

06.45

08.18

08.27

08.40

08.53

00.32

00.59

01.18

01.45

Page 6: 5. Fungsi Kemoresptor pada Udang.docx

07.47

07.49

08.25

09.05

09.35

09.51

08.01 05.17

Ablasi

total

10’

pertama

03.48

05.00

08.40

10,

kedua

05.22

06.11

06.59

08.40

Page 7: 5. Fungsi Kemoresptor pada Udang.docx

III.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa pada

lobster yang normal dapat melakukan flicking, wipping, withdraw, rotation, dan

mendekati pakan. Lobster hanya melakukan dua kali gerakan rotation dalam

sepuluh menit pertama. Rotation adalah gerakan pemutaran antenula. Menurut

Roger (1978), gerak ini terjadi jika ada pakan di atas lobster. Pakan berada di

sudut akuarium ketika dilakukan pengamatan. Sehingga, gerak rotation jarang

sekali terjadi. Lobster yang normal dapat melakukan wipping beberapa kali.

Wipping adalah gerakan membersihkan antenula. Pembersihan antenula biasanya

terjadi bila ada rangsangan mekanik dari aesthetic (sensor olfaktori) (Roger,

1978).

Lobster yang telah diablasi matanya dapat melakukan flicking dan withdraw,

serta satu kali mendekati pakan. Flicking adalah gerakan pelecutan antenulla ke

depan, gerak ini terjadi jika ada pakan di depan udang. Respon ini dilakukan

untuk menangkap ion-ion. Sedangkan withdraw yaitu gerakan pelecutan antenula

ke belakang. Gerak ini terjadi jika terdapat pakan di belakang lobster dan untuk

menghindari musuh (Roger, 1978).

Lobster yang diablasi antenulanya hanya dapat melakukan gerakan mendekati

pakan. Hal ini disebabkan karena terdapat segmen dictylus propandur dari kaki

jalan yang secara fisiologis sama dengan antenulla. Hal yang sama juga terjadi

pada lobster yang diablasi total. Lobster yang diablasi total hanya dapat

melakukan gerakan mendekati pakan karena mata dan antenullanya sudah tidak

berfungsi kembali. Menurut Kanna (2006) diacu dalam Kusuma dkk. (2012),

lobster mencari makan pada malam hari di sekitar karang yang lebih dangkal.

Makanan yang paling digemari lobster adalah jenis moluska (kerang – kerangan,

keong), echinodermata serta daging ikan segar. Menurut Kholifah (1998) diacu

dalam Kusuma dkk. (2012), umpan yang mempunyai kandungan komposisi

protein, lemak dan chitine (zat tanduk) yang tinggi sangat disukai oleh udang

karang. Rangsangan bau dari umpan yang dipasang pada badan jaring menarik

udang karang untuk bergerak mendekati umpan.

Page 8: 5. Fungsi Kemoresptor pada Udang.docx

Sensor kimia sangat penting dalam membentuk tingkah laku pada hewan.

Peran dari sensor kimia dalam Crustacea telah didemontrasikan dalam pencarian

pakan, lokasi tempat perlindungan, dan interaksi seksual serta sosial. Lobster dan

Crustacea lainnya memiliki berbagai macam tipe dari setae, termasuk sensilla

yang diinervasi oleh neuron kemosensori. Neuron kemosensori antenula dapat

diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama terdiri dari

neuron kemosensori yang menginervasi sensilla aesthetasc pada flagella lateral.

Setiap aesthetasc diinervasi oleh banyak neuron kemoreseptor (pada lobster kira-

kira 300 neuron per sensillum). Kelompok kedua terdiri dari neuron kemosensori

yang menginervasi sensilla antenula yang lainnya (disebut sebagai non-aesthetasc

sensilla). Non-aesthetasc chemosensilla antara lain sensilla yang memiliki

penutup dan sensilla sederhana yang berbeda dari aesthetascs dalam distribusi

baik flagella medial maupun flagella lateral, serta diinervasi oleh neuron yang

jauh lebih sedikit (<20 per-sensillum) termasuk neuron kemoreseptor dan neuron

mekanoreseptor (Steullet et al., 2001).

Contoh rangsangan kimia terhadap lingkungan Crustacea adalah dengan cepat

menjentikkan (flicking) flagella antenulanya. Dalam menjentikkan antenula,

flagella lateral yang menyapu ke bawah menuju flagella medial, mengurangi

sudut antara dua flagella. Hal ini diikuti oleh gerakan ke atas yang lambat dengan

mengembalikan flagella lateral ke posisi semula. Selama gerakan ke bawah, batas

lapisan sekitar aestheatascs (sensor olfaktori) berkurang, sehingga memfasilitasi

akses stimulus (Daniel et al., 2008).

Lobster memiliki beberapa indera yang digunakan untuk mencari makan,

mendeteksi keadaaan lingkungan sekitar dan sebagainya. Mata lobster

merupakan superposition type, yang secara khusus ditemukan pada arthropoda

dewasa yang aktif pada malam hari, atau hidup di dasar laut. Mata lobster ini

teradaptasi dengan baik untuk menangkap adanya gerakan. Menurut Cobb and

Phillips (1980), Lobster dapat membedakan bau, dan bau yang paling meransang

lobster adalah kombinasi dari beberapa zat kimia. Kemoreseptor ini berupa bulu-

bulu organ yang terletak di permukaaan antenna pertama, antennules, bagian

mulut, dan kaki jalannya.

Page 9: 5. Fungsi Kemoresptor pada Udang.docx

Beragam jenis reseptor ditemukan pada permukaan tubuh lobster, termasuk

mechanoreceptor, chemoreceptor, dan bimodal sensillae (Elwood, 2009).

Chemosensilla terdapat pada hampir di seluruh permukaan eksoskeleton dan

memungkinkan pendeteksian terhadap perubahan-perubahan kimia pada

lingkungan (Elwood, 2009). Chemosensilla akan mendistribusikan pesan berupa

stimulan kimia ke seluruh permukaan tubuh lobster, termasuk antenna, antenulla,

mulut, lengan (capit dan kaki), chepalothorax, abdomen dan telson (Steullet et

al., 2001). Penerimaan rangsang (stimulan) berupa bau pada kelas crustacea

dilakukan secara cepat oleh pelipatan dua flagela pada tiap pasang antenanya

(antenna dan antennula). Dua flagella merupakan penyusun setiap ruas antenna.

Setiap segmen flagella (flagellum) disebut anulli (Daniel et al., 2008). Antennula

berfungsi sebagai mediator penerima rangsang yang bersifat kimia. Fungsi lain

dari antenulla ialah sebagai media komunikasi antar hewan, yaitu menengkap

stimulus kimia berupa pheromon dari hewan lawan jenis dan untuk mengetahui

posisi tubuh (Roger, 1978). Sedangkan, antena berfungsi sebagai pendukung

beberapa perilaku pada kelas crustacea, termasuk mencari pasangan, pertahanan

diri, pelipatan antennula, antennula grooming, penciuman terhadap makanan,

dan kegiatan memanjat.

Page 10: 5. Fungsi Kemoresptor pada Udang.docx

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Antenulla pada udang sebagai organ kemoreseptor berfungsi untuk mendeteksi

adanya pakan, pertahanan diri, komunikasi antar sesamanya dan untuk mencari

pasangannya.

2. Gerakan antenulla meliputi flicking, wipping, withdraw dan rotation. Udang yang diablasi total maupun antennulanya saja hanya bergerak mendekati pakan. Respon udang terhadap pakan dimulai ketika pakan dimasukkan ke air yang kemudian berdifusi dalam bentuk ion dan diterima antenulla. Rangsangan kemudian diteruskan ke otak, di otak rangsangan diubah menjadi tanggapan dan dikirim ke efektor yang berupa antenulla.

Page 11: 5. Fungsi Kemoresptor pada Udang.docx
Page 12: 5. Fungsi Kemoresptor pada Udang.docx

DAFTAR REFFERENSI

Cobb, J.S and B.F Phillips. 1980. The Biology and Management of Lobsters. USA : Academic Press.p25-279.

Daniel CP, Fox M, Metha S. 2008. Identification of Chemosensory Sensilla Mediating Antennular Flicking Behavior in Panulirus argus, the Caribbean Spiny Lobster. Biol. Bull. 215:24-33

Elwood RW, Barr S, Patterson L. 2009. Pain and Stress in Crustacean. Journal of Applied Animal Behaviour Science. 118:128-136.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta, Kanisius.

Kusuma RD, Asriyanto, dan Sardiyatmo. 2012. Pengaruh Kedalaman dan Umpan Berbeda Terhadap Hasil Tangkapan Lobster (Panulius sp.) dengan Jaring Lobster (Bottom Gill Net Monofilament) Di Perairan Argopeni Kabupaten Kebumen. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Hlm 11-21.

Roger. 1978. Physiological of Animal. Prentice Hall inc., New Jersey.

Steullet P, Dudar O, Flavus T, Min Z, Derby CD. 2001. Selective Ablation of Antennular Sensilla on The Caribbean Spiny Lobster Panulirus argus Suggest That Dual Antennular Chemosensory Pathways Mediate Odorant Activation of Searching and Localization of Food. Jounal of Experimental Biology. 204:4259-4269.