5 cicip, bau, aroma, serta rasa makanan
DESCRIPTION
laporan sensoriTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PENILAIAN SENSORI PANGAN
CICIP, BAU, AROMA DAN RASA MAKANAN
KELOMPOK 3 B
Disusun oleh :
Indri Hadiansyah
240210100100
UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2013
Tanggal Praktikum : 28 Maret 2013 Tanggal Penyerahan : 04 April 2013 Asisten : Lusiana Devi
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah mengenal beberapa macam cicip, bau
dan rasa makanan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Indera pencicip berfungsi untuk menilai cicip (taste) dari suatu makanan.
Indera pencicip terdapat dalam rongga mulut, terutama pada permukaan lidah dan
sebagian langit-langit lunak (palatum mole). Di permukaan rongga mulut terdapat
lapisan yang selalu basah yang terdapat sel-sel peka. Pada ujung sel-sel peka
(puting pencicip) terdapat rambut-rambut halus, yang disebut silia. Cicip adalah
sifat inderawi yang dapat ditentukan dengan menggunakan indera pencicip yang
terdapat pada lidah, yang fungsinya untuk menilai cicip (taste) dari suatu
makanan.
Masing-masing putting pencicip biasanya hanya peka terhadap rasa (cicip)
tertentu, tetapi kadang-kadang juga responsif terhadap beberapa rangsang cicip.
Putting pencicip menerima rangsangan berupa cairan kimia.
Pembauan juga disebut pencicipan jarak jauh karena manusia dapat
mengenal enaknya makanan yang belum terlihat hanya dengan mencium baunya
dari jarak jauh. Kepekaan pembauan lebih tinggi terhadap pencicipan. Zat yang
diperlukan untuk merangsang indera pembau lebih rendah dari pada zat yang
diperlukan untuk merangsang indera pencicip. Bau dapat dirasakan melalui indera
penciuman yang terdapat pada rongga hidung. Rasa adalah kombinasi antara cicip
dan bau, sehingga dalam menilai rasa kita harus menggunakan sekaligus indera
pencicip dan penciuman
Pada manusia, sensasi sebuah pencitraan kimiawi berkaitan dengan tiga
sistem utama kemoreseptor, yakni cicipan dengan lidah, pembau (olfaction) oleh
hidung, dan trigeminal sebagai sistem iritabilita. Pada pengujian organoleptik ini,
kita dapat mengetahui cicip, bau, aroma dan rasa dengen menggunakan indera
pencicipan dan indera pembauan. Sampel yang diujikan adalah nenas, dodol, kopi,
kripik singkong, susu dan emping. Pada indera pencicipan, lidah digunakan untuk
mendeteksi zat kimia yang tidak mudah menguap dengan cara memasukkan ke
dalam mulut. Pada proses pencicipan terdapat empat macam rasa dasar, yaitu
manis, asam, asin dan pahit.
2.1 Cicip
Cicip dari makanan dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup
cecapan yang terletak pada papilla, yaitu bagian noda merah jinggga pada lidah.
diantaranya papila fungifumis, dan papila circum valata. Cecapan adalah indera
yang informasinya paling tidak jelas, karena pada seseorang yang sudah dewasa
biasanya kuncup-kuncup pencecap ini hanya terpusat pada lidah. Bila rangsangan
yang diberikan kurang jelas dan kurang lengkap, maka otak kerap kali
memerlukan rangsangan penunjang dari penciuman, penglihatan dan sentuhan
untuk mengetahui apa yang dicicip oleh mulut.
Mekanisme proses pencicipan menurut prosesnya yaitu pertama-tama
makanan akan menuju bagian reseptor pencicip, kemudian bahan makanan
tersebut akan mempengaruhi beberapa syaraf-syaraf sensorik, yang akan
melanjutkan rangsangan tersebut ke syaraf pusat, sehingga akan menimbulkan
sikap dan kesan. Cicip ini dapat dikenali karena adanya kelarutan dengan air liur
yang terletak dalam suatu celah (pore) bersama kuncup-kuncup cecapan.
Lokasi cicip dasar pada permukaan lidah dari tiap cicip berbeda-beda.
Rasa manis lebih peka dideteksi oleh ujung lidah. Sedangkan pahit berada pada
pangkal lidah. Pinggiran lidah sensitive terhadap asam dan asin.
2.2 Bau/ aroma
Bau adalah aroma yang tercium oleh indera penciuman. Bau-bauan baru
dapat dikenali bila berbentuk uap. Uap itu sendiri terdispersi dalam udara
sehingga bau bisa tercium ke mana-mana. Pada umumnya binatang mempunyai
hidung yang lebih peka dibanding manusia, karena binatang mempunyai lebih
banyak sel olfaktori dibanding dengan manusia.
Bau dari masing-masing sampel ada yang tajam, ada pula yang kurang
tajam dan sangat tajam (menyengat). Mekanisme Pembauan adalah pada waktu
orang bernapas udara yang dihirup akan mengalir secara turbulent karena
melewati celah-celah rongga hidung. Gas berbau yang terhirup pada waktu
menarik napas akan tercampur dengan udara pernapasan. Sebagian kecil gas
langsung mengenai ujung sel-sel olfaktori dan terjadilah rangsangan bau. Dalam
proses perangsangan bau, molekuk gas yang merangsang bau jumlahnya kecil.
Dalam proses ini yang lebih menentukan bukan jumlah seluruh gas yang masuk
hidung tetapi jumlah molekul gas per satuan waktu yang menyentuh sel-sel peka
bau dalam rongga hidung. Jadi, gas berbau hanya akan tercium jika sedang
bergerak melewati ujung-ujung sel olfaktori. Jika gas itu diam saja dalam rongga
hidung, maka orang tidak dapat membaunya meskipun gas berbau itu terkumpul
dalam rongga hidung.
Indera bau kita memiliki tingkat kepekaan yang lebih besar daripada
indera rasa, yaitu sekitar 25.000 kali. Dalam industri pangan pengujian terhadap
bau dianggap penting karena dengan cepat dapat memberikan hasil penilaian
terhadap produk tentang diterima atau tidaknya produk tersebut. Ada dua cara
mengenali bau, yaitu :
1. Melalui indera pembau, dimana rangsangan akan diterimaoleh ”regio
alfactoria” suatu bagian pada bagian atas rongga hidung.
2. Melalui mulut terutama bagi mereka yang sukar mengamati dengan hidung.
Bau-bauan dapat dikenali jika berbentuk uap dan molekul-molekul
komponen tersebut menyentuh silia sel olfaktori dan diteruskan ke otak dalam
bentuk impuls listrik. Indera bau merupakan indera kimia seperti halnya dengan
rasa. Hal ini dikarenakan syaraf-syaraf pembau letaknya tersembunyi didalam
saluran hidung. Senyawa-senyawa berbau ini harus kontak langsung dengan
ujung-ujung syaraf sebelum kita mengenali suatu bau.
Beberapa macam klasifikasi bau yang didasarkan pendapat beberapa ahli
diantaranya adalah :
1. Klasifikasi Linnaeus (1752), yaitu : bau aromatik (aromatic), harum
(fragrant), ambrosiek (ambrosiac), bawang-bawangan (alltiaceus), kambing
(hircine), busuk (foul), dan majemukan (nauseous).
2. Klasifikasi Henning (1913), yaitu : bau bumbu-bumbu (spicy), bunga-
bungaan (flowers), harum (fragrant), resin (resinous), busuk (putrid/foul),
buah-buahan (fruit), dan etheris (etheral).
3. Klasifikasi Zwaardemaker (1985), yaitu : bau aromatik (aromatic), harum
(balsamik), bawang-bawangan (alltiaceus), kambing (hircine), busuk (foul),
dan majemukan (nauseous), etheris dan bakar (burned).
4. Klasifikasi Crecher dan Henderson (1927), yaitu : Harum (fragrant), asam
(acid), bakar (burnt), dan kambing (caprylic).
2.3 Rasa/ Flavor
Rasa atau flavor adalah gabungan penilaian dari beberapa faktor seperti
cicip, aroma, perubahan rasa, cacad, lembek, suhu dan lainnya yang menimbulkan
kesan dengan bantuan kerja dari syaraf trigemineus yang menerima rangsangan
dari daerah mata, kepala, kelopak mata, hidung dan gigi yang bekerja bersamaan
dan kompleks. Komponen bau dalam makanan akan berinteraksi dengan
komponen rasa dalam organ perasa dan pembau dimana impuls yang dihasilkan
dibawa ke otak untuk memberikan kesan flavor
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi rasa adalah suhu. Suhu
mempengaruhi kemampuan kuncup cecapan untuk menangkap rangsangan rasa.
Sensitifitas terhadap rasa berkurang bila suhu tubuh di bawah 20o C atau di atas
30o C.
2.4 After taste
After taste adalah kesan yang masih dapat dirasakan atau ditimbulkan
kemudian setelah rangsangan diberikan, karena beberapa jenis makanan masih
menyisakan kesan walaupun makanan itu sudah ditelan. After taste ini
menggambarkan kesan yang lama dapat dirasakan, walaupun rangsangan sudah
tidak diberikan.
Pengenalan terhadap keseluruhan rasa dari suatu sampel merupakan suatu
gabungan dari rangsangan cicip, bau, suhu, dan pengalaman. Jadi kerja dari indera
pencicipan cenderung tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus dibantu oleh
indera lain seperti indera penciuman. Jika kerja indera penciuman terganggu maka
kerja indera pencicip pun menjadi terganggu. Hal ini disebabkan oleh adanya
syaraf yang yang berhubungan antara indera penciuman dengan indera pencicip.
Selain itu antara rongga hidung dengan rongga mulut pun terdapat saluran
penghubung.
Kepekaan indera dipengaruhi banyak faktor, misalnya waktu pencicipan,
suhu (lingkungan dan makanan), kondisi metabolisme dan selera makan. Pada
hasil pengamatan setiap sampel yang diujikan mempunyai karakteristik cicip, bau,
aroma dan rasa yang variatif. Hal ini dikarenakan setiap sampel mempunyai
komposisi bahan penyusun yang berbeda-beda. Sehingga membuat kesan khas
masing-masing sampel ketika dicicip.
III. ALAT DAN BAHAN
3.1. Alat
Sendok
Gelas
Mangkuk kecil
Piring
3.2. Bahan
Nenas
Dodol
Kopi
Keripik singkong
Susu
Emping
IV. PROSEDUR
1. Cicip dan hiruplah makanan yang disajikan, kemudian tulislah kesan yang
Saudara peroleh pada lembaran yang telah disediakan,baik mengenai cicip
after taste, bau, dan rasa.
2. After taste adalah cicip yang dapat Saudara rasakan setelah makanan itu
diteliti (rasa/cicip yang tertinggal).
3. Diskusikan hasil yang didapat dengan teman.
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui cicip, bau, aroma, serta
rasa pada makanan. Pengujian cicip dilakukan dengan indra perasa/pengecap yaitu
lidah, sedangkan untuk bau serta aroma pada sampel pengujian dilkaukan dengan
indra penciuman yaitu hidung, dan pengujian rasa dilakukan terhadap gabungan
antara indra perasa/pengecap dengan indra penciuman. Adapun sampel yang
digunakan yaitu adalah nenas, dodol, kopi, keripik singkong, susu dan emping.
Dalam hal kepekaan rasa, maka rasa manis dapat mudah dirasakan pada ujung
lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir lidah, rasa asam pada pinggir lidah, dan
rasa pahit pada bagian belakang lidah. Hasil pengamatan yang didapat dalam
pengujian kali ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Pengataman Cicip, Bau, Aroma, dan Rasa pada Makanan
Contoh Cicip After Taste Bau Rasa (flavor)
NenasAsam sedikit manis
Bergetah, manisSegar,
menyengatRasa asam khas
nenas
Dodol Manis Manis Tidak menyengat Manis gulaKopi Pahit Pahit Menyengat Pahit khas kopi
Keripik Singkong
Agak asin - Tidak menyengatAsin khas
singkong sedikit bawang putih
SusuSedikit manis
Sedikit pahit Tidak menyengatKhas susu
segar, sedikit manis
Emping Agak pahit
Pahit Tidak menyengatPahit khas
emping
Berdasarkan hasil pengujian diatas, setiap sampel memiliki karakteristik
yang berbeda baik pada cicip, aroma, bau, rasa, serta after taste yang dirasakan,
hal ini disebabkan karena berbedanya jenis sampel yang digunakan. Berdasarkan
pengujian pada pencicipan sampel dodol dan sampel susu memberikan hasil
manis, meskipun dengan kadar yang berbeda. Sampel dodol memiliki rasa manis
lebih besar dibandingkan dengan susu. Rasa manis pada kedua sampel ini
disebabkan karena adanya kandungan gula yang terdapat didalamnya. Dodol
banyak mengandung sukrosa sedangkan susu banyak mengandung laktosa.
Sukrosa cenderung memiliki intensitas kemanisan lebih tinggi dibandingkan
dengan laktosa. Rasa manis ini akan segera dirasakan pada saat makanan masuk
kedalam mulut, karena bagian ujung lidah yang berfungsi sebagai pengecap rasa
manis. Sampel kopi dan emping memiliki rasa cicip yang cenderung pahit. Rasa
pahit ini dapat timbul karena adanya kandungan senyawa-senyawa seperti
alkohol, strychnine, brucine, beberapa glucasida linamarin dan beberapa ikatan
polynitro seperti asam piktrat yang terdapat ada sampel. Kopi memiliki
kandungan zat non ionik berupa caffeine (zat quinine) yang menyebabkan rasa
pahit pada kopi. Nenas memiliki rasa asam karena adanya kandugan citric dan
malic acid yang memberi rasa asam dan manis pada buahnya, sehingga ketika
dimakan pinggiran lidah bagian pangkal lah yang berkerja. Keripik singkong
memiliki rasa asin karena adanya kandungan garam pada komposisi
pembuatannya. Rasa asin biasanya berasal dari zat-zat ionik yaitu anioik dan
kationik. Termasuk dalam zat-zat anionik adalah Cl-,F-,CO2-,SO4
- dan yang
termasuk dalam zat-zat kationik adalah Na+,Ca2+, Mg2+, dan NH4+.
Pengujian selanjutnya dilakukan untuk mengetahui bau/aroma pada
masing-masing sampel. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui menyengat
atau tidaknya bau yang dihasilkan. Terbentuknya bau ini disebabkan karena
adanya uap pada sampel yang terdispersi dalam udara sehingga bisa tercium oleh
sel-sel olfaktori pada hidung. Berdasarkan pengujian pada bau ini didapat dua
sampel dengan bau yang menyengat yakni nenas dan kopi, serta empat sampel
memiliki bau yang tidak menyengat, yakni dodol, keripik singkong, susu, dan
emping.
Pengujian ketiga dilakukan terhadap rasa dari masing-masing sampel.
Rasa merupakan gabungan penilaian dari beberapa indra. Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap rasa yang didapatkan sesuai dengan karakteristik dari
masing-masing sampel. Setiap sampel memiliki rasa yang khas sesuai dengan
jenis dan karakteristik dari tiap sampel tersebut, seperti nenas memiliki rasa asam
khas nenas, dodol memiliki rasa manis gula, kopi memiliki rasa pahit khas kopi,
keripik singkong memiliki rasa asin khas singkong dengan sedikit rasa bawang
putih karena adanya tambahan bahan tersebut, susu memiliki rasa khas susu
sedikit manis karena adanya kandungan laktosa serta adanya kandungan asam-
asma volatil dan lemak dalam susu, dan terakhir emping yang memiliki rasa pahit
khas emping.
Pengujian terakhir dilakukan untuk mengetahui after taste dari masing-
masing sampel. Berdasarkan hasil pengamatan diatas, hanya sampel keripik
singkong yang tidak memiliki after taste. Sedangkan untuk sampel lainnya
memiliki after taste yang berbeda-beda. Nenas memiliki after taste sedikit
bergetah dan manis, dodol memiliki after taste manis, dan tiga sampel lainnya
yakni kopi, susu, dan emping memiliki after taste yang sama yaitu pahit tetapi
karakteristik yang berbeda sesuai dengan khasnya.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Setiap sampel memiliki karakteristik yang berbeda baik pada cicip, aroma,
bau, rasa, serta after taste.
2. Pencicipan sampel dodol dan sampel susu memberikan hasil manis, meskipun
dengan kadar yang berbeda.
3. Sampel kopi dan emping memiliki rasa cicip yang cenderung pahit.
4. Kopi memiliki kandungan zat non ionik berupa caffeine (zat quinine) yang
menyebabkan rasa pahit pada kopi.
5. Nenas memiliki rasa asam karena adanya kandugan citric dan malic acid
yang memberi rasa asam dan manis pada buahnya.
6. Keripik singkong memiliki rasa asin karena adanya kandungan garam pada
komposisi pembuatannya.
7. Berdasarkan pengujian pada bau ini didapat dua sampel dengan bau yang
menyengat yakni nenas dan kopi, serta empat sampel memiliki bau yang tidak
menyengat, yakni dodol, keripik singkong, susu, dan emping.
8. Terhadap rasa yang didapatkan sesuai dengan karakteristik dari masing-
masing sampel.
9. Sampel keripik singkong yang tidak memiliki after taste.
10. Nenas memiliki after taste sedikit bergetah dan manis, dodol memiliki after
taste manis, dan tiga sampel lainnya yakni kopi, susu, dan emping memiliki
after taste yang sama yaitu pahit tetapi karakteristik yang berbeda sesuai
dengan khasnya.
6.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah sebaiknya suasana dalam ruang pengujian dibuat
lebih kondusif agar tidak mengganggu kosentrasi panelis dalam menilai suatu uji. Selian
itu, sampel yang digunakan seharusnya baru untuk setiap orang, sehingga hasil
yang didapat lebih akurat dan tidak adanya cacat pada sampel-sampel tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Guritno, Adi Djoko, 1992. Petunjuk Laboratorium Uji Sensorik dan Mutu Pangan. PAU. Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.
Kartika, Bambang, Pudji Hastuti, dan Wahyu Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi. UGM. Yogyakarta.
Soewarno, T. Soekarto. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Penerbit : Bharatara Karya Aksara. Jakarta.
Sofiah, B.D, dan T. S. Achyar. 2008. Penilaian Indera. Universitas Padjadjaran. Jatinangor.
LAMPIRAN
Jawaban-Pertanyaan
a. Obat memiliki rasa yang pahit, dapatkah dijelaskan bagaimana cara
menelan pada rasa obat dapat dikurangi ?
Jawab : Untuk mengurangi rasa pahit pada obat dapat dilakukan dengan
menelan langsung obat tersebut sehingga tidak bersentuhan langsung dengan
lidah bagian dalam yang merupakan reseptor rasa pahit. Oleh karena itu, saat
mengkonsumsi obat yang rasanya pahit, obat tersebut dapat ditaruh di pangkal
lidah.
b. Bila saudara kedinginan, setiap makanan tidak dapat dinikmati dengan
baik. Mengapa ?
Jawab : Pada saat kedinginan, maka kondisi lidah dalam keadaan tidak normal,
hal tersebut disebabkan karena papila lidah akan mengecil jika kedinginan,
sehingga lidah tidak dapat merasakan makanan dengan baik. Salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi rasa adalah suhu. Suhu mempengaruhi kemampuan
kuncup cecapan untuk menangkap rangsangan rasa. Sensitifitas terhadap rasa
berkurang bila suhu tubuh di bawah 20o C atau di atas 30o C.
c. Jika kita perhatikan gambar dari rongga hidung, kemana kira-kira sel
bau itu diteruskan/dialirkan ? Pada umumnya binatang mempunyai
hidung yang lebih peka dibandingkan dengan manusia, benarkah
demikian ? Jelaskan ?
Jawab : Sel bau pada hidung akan diteruskan kedalam otak sehingga kita
dapat merasakan adanya rangsangan bau Bau-bauan baru dapat dikenali bila
berbentuk uap, dan molekul-molekul komponen bau tersebut harus sempat
menyentuh silia sel olfaktori, dan diteruskan ke otak dalam bentuk impuls
listrik oleh ujung-ujung syaraf olfaktori. Pada umumnya binatang mempunyai
hidung yang lebih peka dibanding manusia, karena binatang mempunyai lebih
banyak sel olfaktori dibanding dengan manusia.
d. Apakah yang dimaksud dengan bau ? mengapa bau itu bisa tercium
kemana-mana ? Pernahkan Sdr. Melihat binatang sedang menghirup
angin?
Jawab : Bau adalah reaksi phsikologis akibat adanya gas-gas yang menguap
dan diterima oleh sel-sel saraf pada hidung,. Bau adalah aroma yang tercium
oleh indera penciuman. Bau-bauan baru dapat dikenali bila berbentuk uap,
sementara uap itu senditri terdispersi dalam udara. Dengan demikian dapat kita
katakan bahwa bau-bauan dapat dikenali saat kita menghirup udara. Karena
setiap saat menusia pasti menghirup udara, maka bau bisa tercium ke mana-
mana.
e. Mungkin anda pernah memakan permen, kemudian anda menggigitnya
sehingga menjadi potongan-potongan kecil agar rasa dan kemanisan
permen itu lebih terasa tajam. Dapatkah Sdr. Menjelaskan mengapa
demikian ?
Jawab : Dengan mengunyah permen,maka permen tersebut akan menjadi
potongan-potongan kecil sehingga permukaannya menjadi lebih luas.Dengan
bertambahnya luas permukaan permen maka luas daerah yang terkena
rangsangan menjadi lebih banyak,dan rasa manis pun menjadi lebih tajam.