5 bab ii tinjauan pustaka tinjauan umum bandar udara dan,...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Bandar Udara
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No.48 (dalam Samapaty, Sir
dan, Ramang : 2015) bandar udara adalah lapangan terbang yang
dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun
penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan
antar moda.
Sedangkan menurut ( Setiani : 2015) Bandar udara adalah kawasan di
daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai
tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang,
bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antar moda
transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
2.2 Pengertian Parkir
Jika melihat lalu lintas tidak lepas dari masalah kendaraan yang berjalan
dan kendaraan yang berhenti kita mengetahui bahwa kendaraan tidak mungkin
begerak terus menerus. Pada suatu saat kendaraan harus berhenti untuk
sementara atau cukup lama yang kita sebut parkir, tempat parkir ini harus ada
pada saat akhir atau tujuan perjalanan yang dicapai ( Warpani : 1990 ).
Fasilitas parkir merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem
transportasi apapun, tidak terkecuali transportasi dara. Lalu lintas tidak
biasanya timbul demi kepentingan pergerakan, lalu lintas berjalan menuju
suatu tempat tujuan dan setelah mencapai tempat tersebut kendaraan harus
diparkir, sementara pengendaranya melakukan beberapa urusan, misalnya
keperluan pribadi, keperluan umum, rekreasi atau pelayanan. Kekurangan
dalam hal menyediakan fasilitas parkir yang memadai sesuai dengan
permintaan yang diharapkan dan di izinkan dapat menyebabkan kemacetan
dan frustasi. ( Hobbs :1995 ).
6
Jika alternatif dan fasilitas perjalanan tidak disediakan, maka keadaan ini
akan menyebabkan penurunan kepentingan dan nilai daerah tersebut yang ada
pada waktu itu dianggap paling diinginkan untuk kegiatan bisnis dalam sebuah
kota oleh penduduknya. Pada umumnya kenaikan kepemilikan kendaraan akan
menimbulkan peningkatan permintaan parkir ( Hobbs : 1995 ).
Undang- undang Republik Indonesia No.22 Tahun 2009, tentang fasilitas
parkir pasal 43 menyebutkan :
1) Penyediaan fasilitas parkir untuk umum hanya dapat diselengarakan di
luar Ruang Milik Jalan sesuai ijin yang diberikan.
2) Penyelengaraan fasilitas parkir parkir di luar Ruang Milik Jalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh perseorangan
warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa :
a. Usaha khusus perparkiran ; atau
b. Penunjang usaha pokok.
3) Fasilitas parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselengarakan
di tempat tertentu pada jalan Kabupaten. Jalan desa, atau jalan kota yang
harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas dan Marka Jalan.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengguna Jasa fasilitas parkir.
Perizinan, persyaratan, dan tata cara penyelengaraan fasilitas dan parkir
untuk umum diatur Pemerintah.
Undang- undang Republik Indonesia No.22 Tahun 2009 pasal 44
menyebutkan, penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan memperhatikan :
a. Rencana umum tata ruang
b. Analisis dampak lalu lintas
c. Kemudahan bagi pengguna jasa
2.3 Cara Parkir
Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang
tidak bersifat sernentara. Kebutuhan tempat parkir untuk kendaraan, baik
kendaraan pribadi, angkutan penumpang umum, sepeda motor maupun
truk adalah hal yang sangat penting. Dimana kebutuhan tersebut
7
sangat berbeda dan bervariasi tergantung dari bentuk dan karakteristik
masing- masing kendaraan, desain dan lokasi parkir.
Cara parkir dapat dikelompokan sebagai berikut ( Hobbs : 1979)
2.3.1 Menurut Penempatannya
Menurut cara penempatannya terdapat dua cara penataan parkir,yaitu:
a. Parkir di tepi jalan ( On street parking )
Parkir di tepi jalan ini menggunakan badan jalan sebagai temp
at parkir, dengan atau tanpa melebarkan jalan untuk
pembatas parkir. parkir ini baik untuk pengunjung yang ingin
dekat dengan tujuan. Tetapi untuk lokasi dengan intensitas
penggunaan laban yang tinggi,cara ini kurang menguntungkan.
Keuntungan parkir di tepi jalan adalah :
1. Murah tanpa investasi tambahan
2. Bagi pengguna tempat parkir bisa lebih dekat dan mudah
Kerugian parkir di tepi jalan adalah :
1. Mengganggu lalu lintas
2. Mengurangi kapasitas jalan karena adanya pengurangan
lebar lajur lalu lintas
3. Meningkatnya kemungkinan terjadinya kecelakaan
Bila di tinjau posisi parkir dapat di lihat pada gambar-gambar 2.1 dibawah :
1. Parkir sejajar dengan sumbu jalan ( 180°)
8
2. Parkir sudut 30ᵒ, 45ᵒ, 60ᵒ derajat terhadap sumbu jalan.
a. parkir 30ᵒ
b. parkir 45ᵒ
c. Parkir 60ᵒ
3. Parkir tegak lurus terhadap sumbu jalan (bersudut 90°)
Gambar 2.1 Formasi kedudukan parkir pada parkir satu sisi
9
( Sumber : Dirjen Perhubungan Darat, 1996 )
Parkir dengan sudut tegak lurus mampu menampung
kendaraan lebih banyak, dari pada parkir seiaiar atau bersudut
90°, tetapi lebih banyak mengurangi lebar badan jalan.
b. Parkir tidak di jalan ( Off street parking)
Cara parkir ini menempati pelataran parkir tentu diluar
badan jalan, baik dihalaman terbuka maupun di dalam bangunan
khusus untuk parkir. Bila ditinjau dari posisi parkirnya, maka
dapat dilakukan seperti pada (on street parking). Hanya saja
pengaturan sudut parkir ini hanya dipengaruhi oleh luas dan
bentuk peralatan parkir.
Keuntungan parkir di luar badan jalan adalah :
1. Tidak menggangu lalu Lintas
2. Faktor keamanan lebih tinggi
Kerugian parkir di luar badan jalan adalah :
1. Periu biaya investasi awal yang besar
2. Bagi pengguna dirasakan kurang praktis, apalagi jika
kepentingannya hanya sebentar saja.
2.3.2 Menurut statusnya
Menurut statusnya, parkir dapat dikelompokan sebagai berikut :
a. Parkir umum
Parkir umum adalah parkir yang menggunakan tanah-tanah,
jalan- jalan, yang dimiliki/ dikuasai oleh pengelolanya diselengarakan
oleh pemerintah daerah.
b. Parkir khusus
Parkir khusus adalah parkir yang menggunakan tanah-tanah yang
dikuasai dan pengelolanya dikuasai pihak ketiga atau di kelola
oleh swasta.
c. Parkir Darurat
Parkir darurat adalah parkiran ditempat-tempat umum, baik yang
menggunakan tanah- tanah, jalan-jalan, lapangan milik/penguasaan
10
pemerintah daerah, atau swasta karena kegiatan sifatnya incidental.
d. Taman parkir
Taman parkir adalah suatu areal atau bangunan perparkiran yang
dilengkapi sarana peparkiran yang pengelolanya diselengarakan oleh
pemerintah.
e. Gedung Parkir
Gedung parkir adalah bangunan yang dimanfaatkan untuk tempat
parkir kendaraan yang penyelenggaranya oleh pemerintah daerah
atau pihak ketiga yang telah mendapat ijin dari pemerintah
daerah.
2.3.3 Menurut Jenis Kendaraan
Parkir menurut jenis kendaraan yang parkir terdapat beberapa
golongan yaitu :
a. Parkir untuk kendaraan beroda dua bermesin ( sepeda motor)
b. Parkir untuk kendaraan beroda tiga atau lebih bermesin (bemo,
bajaj, mobil).
c. Parkir untuk kendaraan beroda dua tidak bermesin ( dokar ).
d. Parkir untuk becak dan andong ( dokar )
e. Pemisah tempat parkir menurut jenisnya mernpunyai tujuan agar
pelayanan lebih mudah dan agar tidak terjadi keruwetan.
2.3.4 Menurut jenis pemilikan dan pengelolanya.
Menurut jenis pemilikan dan pengelolaanya, parkir dapat digolongkan
menjadi :
a. Parkir milik dan dikelola oleh pihak swasta.
b. Parkir milik pemerintah daerah dan dikelola oleh pihak swasta.
c. Parkir milik dan dikelola oleh pemerintah daerah.
2.3.5 Menurut jenis tujuan parkir
Menurut jenis tujuan parkir dapat digolongkan menjadi :
a. Parkir penumpang yaitu parkir untuk menaikan penumpang dan
rnenurunkan penumpang.
b. Parkir barang yaitu. Parkir untuk bongkar muat barang. Keduanya
11
sengaja dipisah agar kegiatan tidak saling mengangu.
2.3.6 Menurut pola sirkulasi parkir.
Menurut sirkulasinya, parkir dapat dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Pola sirkulasi parkir satu arah
1. Tidak terjadi persilangan
2. Pergerakan lalu lintas parkir lebih sederhana.
3. Jarak tempuh perjalanan lebih panjang
b. Pola sirkulasi parkir dua arah.
1. Terjadi persilangan ( crossing ).
2. Pergerakan lalu iintas rnenjadi Iebih rumit.
3. Jarak tempuh perjalanan lebih pendek.
2.3.7 Menurut pola pengoprasian parkir
Untuk parkir di dalam pelataran parkir dan di dalam gedung ada dua
macam yaitu :
a. ( Attendant parking/vallet parking)
Yaitu pola dimana pengemudi mobil tidak perlu memarkir mobilnya
sendiri melainkan ada pertugas parkir yang akan memarkir mobil
kita.
b. ( Self parking )
Yaitu pola yang banyak dipakai dimana seorang pengemudi harus
memarkir mobilnya sendiri.
1. Aman, mudah dicapai
2. Tidak mengganggu kegiatan lain
3. Dapat bersifat jangka pendek ( short term ) maupun jangka
panjang ( long term)
4. Perlu diketahui tipe kendaraan dan klasifikasi.
2.4 Parkir Menurut Posisi
2.4.1 Posisi Parkir Mobil
Posisi parkir kendaraan baik ( on street parking) maupun (off
street parking) sangat menentukan untuk penentuan besamya ruang parkir
yang dibutuhkan, Pada (on street parking), parkir menyudut menjadi
12
jalan tengah untuk mengurangi reduksi terhadap bahu jalan.
Sedangkan ( off street parking) cara ini untuk menentukan kombinasi
penggurusan ruang parkir. Direktorat Bina Sistem lalu lintas dan
Angkutan kota, 1998) .
Dalam penentuan sudut-sudut parkir pada suatu jalan berbeda
antara yang satu dengan yang lainnya. Dimana perbedaan terse
but dibedakan oleh fungsi jalan dan arah gerak lalu-lintas pada arah yang
bersangkutan. Menurut posisinya parkir dibedakan sebagai berikut.
(sumber : Merencanakan sistem Perangkutan, Warpani, Suwardjoko :
1990). Pengaturan Parkir menurut posisi dapat dilihat pada gambar di
dibawah, gambar 2.2, gambar 2.3, gambar 2.4, gambar 2.4, gambar 2.5 dan
gambar 2.6 :
a. Parkir dengan menggunakan sudut 180ᵒ ( parkir sejajar atau pararel )
Gambar 2.2 posisi parkir sejajar atau paralel
Kapasitas dari tempat parkir dapat di hitung dengan rumus :
N = L / 600 ……………………………………………………… ( 2.1 )
Dimana N = jumlah mobil yang dapat diparkir
L = panjang jalan dalam meter
b. Parkir dengan menggunakan sudut 30ᵒ
Gambar 2.3 sketsa posisi parkir bersudut 30ᵒ
600
250
500
470
500 125
13
Kapasitas dari tempat parkir dapat dihitung dengan rumus :
………………………………………………………..( 2.2 )
Dimana N = jumlah mobil yang dapat diparkir
L = panjang jalan dalam meter
c. Parkir dengan menggunakan sudut 45ᵒ
Gambar 2.4 sketsa posisi parkir bersudut 45ᵒ
Kapasitas dari tempat parkir dapat dihitung dengan rumus :
………………………………………………………..( 2.3 )
Dimana N = jumlah mobil yang dapat diparkir
L = panjang jalan dalam meter
d. Parkir dengan menggunakan sudut 60ᵒ
Gambar 2.5 sketsa posisi parkir besudut 60ᵒ
Kapasitas dari tempat parkir dapat dihitung dengan rumus :
………………………………………………………..( 2.4 )
Dimana N = jumlah mobil yang dapat diparkir
L = panjang jalan dalam meter
560
290 178
530
354 177
14
e. Parkir dengan menggunakan sudut 90ᵒ ( parkir tegak lurus )
Gambar 2.6 sketsa posisi parkir besudut 90ᵒ
Gambar 2.6 sketsa posisi parkir besudut 90ᵒ
Kapasitas dari tempat parkir dapat di hitung dengan rumus :
N = L / 2.50 ……………………………………………………… ( 2.5 )
Dimana N = jumlah mobil yang dapat diparkir
L = panjang jalan dalam meter
2.4.2 Posisi parkir sepeda motor
Sepeda motor merupakan salah satu moda angkutan yang utama di
Indonesia. Motor tersebut mudah untuk diparkir, mengambil ruang yang
kecil, berdiri sendiri dan dapat seearah mudah untuk dipindahkan
(didorong) oleh pengendaranya. Ruang parkir harus disediakan untuk
sepeda motor dengan eara melarang mobil-mobii untuk parkir pada
lokasi tersebut. Daerah parkir sepeda motor, harus diatur secara berbaris
menurut panjang dari sepeda motor, dengan gang parkir yang membujur
diantara jalan masuk dan jalan keluar. Pada umumnya posisi parkir sepeda
motor adalah 90° dari segi efektifitas ruang. Posisi ini paling
menguntungkan (Sumber : Direktur jendral Perhubungan Darat :
1996).Pola parkir Dapat dilihat pada gambar 2.7,gambar 2.8, dan gambar 2.9
berikut :
500
250
15
a. Pola parkir satu sisi
Pola ini Diterapkan apabila ketersediaan ruang parkir sempit.
Gambar 2.7 pola parkir satu sisi
b. Pola parkir dua sisi
Pola parkir ini diterapkan apabila ketersediaan ruang parkir yang
cukup memadai ( lebar ruas > 5,6 m)
Gambar 2.8 pola parkir dua sisi
c. Pola parkir pulau
Pola ini diterapkan apabila ketersediaan ruang parkir cukup luas.
Yang terdiri dari beberapa jalur gang parkir dan pola parkir biasanya
terdiri dari empat sisi atau lebih
Gambar 2.9 pola parkir pulau
keterangan : h : jarak terjauh antara tepi luar satuan ruang parkir (m)
w : lebar terjauh satuan ruang parkir pulau (m)
b : lebar gang (m)
2.5 Karakteristik Parkir
Karakteristik parkir merupakan sifat suatu parkir yang mendasar dan
nantinya akan dapat memberikan suatu penilaian terhadap permasalahan parkir
yang terjadi ( menurut : Hobbs, 1995). Berdasarkan karakteristik parkir, akan
16
dapat diketahui kondisi perparkiran yang terjadi pada daerah studi seperti
mencakup volume parkir, akumulasi parkir, waktu rata-rata lama parkir,
kapasitas parkir, tingkat pergantian parkir (parking turn over), penyediaan
parkir dan indeks parkir.
a. Akumulasi parkir.
Untuk menghitung akumulasi parkir dapat menggunakan persamaan :
Akumulasi=Ei - Ex ( 2.7)
Dimana: Ei = Entry ( kendaraan yang masuk lokasi )
Ex = Exit ( kendaraan yang keluar lokasi )
Jika sebelum diadakan pengamatan, sudah ada kendaraan
yang parkir dilokasi survey, maka jumlah kendaraan yang ada
tersebut dijumlahkan dalam harga akumulasi yang telah dibuat.
yaitu:
Akumulasi = Ei – Ex + X (2.8)
Dimana : X = jumiah kendaraan yang sudah ada
b. Durasi parkir
Durasi parkir adalah rentang waktu sebuah kendaraan parkir
dalam menit atau jam. Durasi parkir dihitung dengan persamaan :
Durasi = Extime - Entime (2.9)
Dimana : Extime = ( waktu kendaraan keluar dari lokasi parkir )
Entime = ( waktu kendaraan masuk dari lokasi parkir )
c. Jumlah ruang parkir yang dibutuhkan :
……………………………………………… ( 2.11)
Dimana : Z = Ruang parkir yang dibutuhkan ( kendaraan )
Y = J umlah kendaraan yang parkir dalam satu waktu
D = Rata-rata durasi (jam)
T = Lama survey (jam)
d. Turnover parkir
Turnover parkir adalah angka penggunaan ruang parkir
dan diperoleh dengan membagi volume parkir dengan jurnlah
ruang- ruang parkir untuk satu periode tertentu. Persamaan untuk
17
mencari turnover parkir :
………………………………. (2.12)
e. Indeks parkir
Indeks parkir adalah ukuran untuk rnenyatakan penggunaan
Iahan parkir dan di nyatakan prosentase ruang yang diternpati
oleh kendaraan parkir. Besarnya Indeks parkir dihitung dengan
persarmaan :
…………………………....( 2.13)
f. Pertumbuhan kendaraan parkir
Metode Aritmatik
Proyeksi pertumbuhan penduduk dengan metode aritmatik
mengasumsikan bahwa jumlah penduduk pada masa depan akan
bertambah dengan jumlah yang sama setiap tahun.
Pn = Po {1 +(r .n )}........................................................... (2.14)
Pn: jumlah penduduk setelah n tahun ke depan
Po : jumlah penduduk pada tahunn awal
r : angka pertumbuhan penduduk
n : jangka waktu dalam pertumbuhan
Metode Geometri
Proyeksi penduduk dengan menggunakan metode geometri
menggunakan asumsi bahwa jumlah penduduk akan bertambah
secara geometri menggunakan dasar perhitungan bunga majemuk
laju pertumbuhan dianggap sama untuk setiap tahun.
Pn=Po(1+r)n (2.15)
dimana :
Pn = j umlah yang akan datang
Po = jumlah saat ini
n = tahun yang akan datang
r = prosentase pertumbuhan
18
Metode Eksponensial
Metode eksponensial menggambarkan pertambahan penduduk
yang terjadi secara sedikit demi sedikit sepanjang tahun, berbeda
dengan metode geometri yang mengasumsikanbahwa pertambahan
penduduk hanya terjadi pada satu saat selama kurun waktu tertentu .
Pn=Poeʳⁿ............................................................................ (2.16)
r : Angka pertumbuhan penduduk
n : Jangka waktu dalam tahun
e : bilangan eksponensial = 2,7182818
Pn: Jumlah penduduk setelah n tahun ke depan
Po : Jumlah penduduk pada tahun awal
2.6 Sistem Perparkiran
2.6.1 Satuan Ruang Parkir (SRP)
Berdasarkan Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir
oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1998) Satuan ruang parkir
(SRP) digunakan untuk mengukur kebutuhan ruang parkir kendaraan
(mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk ruang bebas
dan lebar buka pintu. Untuk menentukan satuan ruang parkir (SRP)
didasarkan atas pertimbangan dan dapat dilihat pada gambar 2.10 dibawah
ini :
1. Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang
Gambar 2.10. Dimensi Kendaraan Standar untuk Mobil Penumpang
Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1998, Pedoman Perencanaan
dan Pengoperasian Fasilitas Parkir
19
Keterangan:
a = jarak ganda d = lebar L = panjang total
b = depan tergantung h = tinggi total
c = belakang tergantung B = lebar total
1. Ruang Bebas Kendaraan Parkir
Ruang bebas kendaraan parkir diberikan pada arah lateral dan
longitudinal kendaraan. Ruang bebas arah lateral ditetapkan pada
saat posisi pintu kendaraan dibuka, yang diukur dari ujung terluar
pintu ke badan kendaraan parkir yang ada di sampingnya. Ruang
bebas ini diberikan agar tidak terjadi benturan antara pintu
kendaraan dan kendaraan yang parkir di sampingnya pada saat
penumpang turun dari kendaraan. Ruang bebas arah memanjang
diberikan di depan kendaraan untuk menghindari benturan dengan
dinding atau kendaraan yang lewat jalur gang (aisle). Jarak bebas
arah lateral diambil sebesar 5 cm dan jarak bebas arah longitudinal
sebesar 30 cm.
2. Lebar Bukaan Pintu Kendaraan
Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik
pemakai kendaraan yang memanfaatkan fasilitas parkir. Dalam hal
ini, karakteristik pengguna kendaraan yang memanfaatkan fasilitas
parkir dipilih menjadi tiga, seperti Pada Tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1 Lebaran Bukaan Pintu Kendaraan
Gol Jenis Bukaan Pintu Pengguna dan Peruntukan Fasilitas Parkir
I Pintu depan/belakang
terbuka tahap awal
55cm.
Karyawan/pekerja kantor
Tamu/pengunjung pusat kegiatan
pekantoran, perdagangan, pemerintahan,
universitas.
II Pintu depan/belakang
terbuka penuh 75 cm Pengunjung tempat olahraga, pusat
hiburan/rekreasi, hotel, pusat perdagangan
eceran/swalayan, rumah sakit, bioskop
III Pintu depan terbuka
penuh dan ditambah
untuk pegerakan kursi
roda
Orang cacat
Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1998, Pedoman
Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir
20
3. Penenutuan Satuan Ruang Parkir
Berdasarkan tabel penentuan satuan ruang parkir (SRP) dibagi
menjadi tiga jenis kendaraan dan untuk mobil penumpang
diklasifikan menjadi tiga golongan dapat di lihat pada Tabel 2.2
berikut ini:
Tabel 2.2 Penentuan Satuan Ruang Parkir
Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir (m2)
1.Mobil penumpang untuk gol.I 2,30 x 5,00
2.Mobil penumpang untuk gol. II 2,50 x 5,00
3.Mobil penumpang untuk gol. III 3,00 x 5,00
4.Bus/truk 3,40 x 12,50
5.Sepeda motor 0,75 x 2,00
Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1998, Pedoman
Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir
Besar satuan ruang parkir untuk tiap jenis kendaraan adalah sebagai
berikut :
2.6.2 Satuan Ruang Parkir untuk Mobil Penumpang (SRP)
Analisis untuk mobil penumpang yang telah dilakukan secara
matematis terhadap masing-masing golongan dapat dilihat pada Tabel 2.3
berikut :
Tabel 2.3 Ukuran SRP Mobil Penumpang
Gol. B
(cm)
O
(cm)
R
(cm)
L
(cm)
A1
(cm)
A2
(cm)
Lp
(cm)
Bp
(cm)
I 170 55 5 470 10 20 500 230
II 170 75 7 470 10 20 500 250
III 170 80 50 470 10 20 500 300 Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1998, Pedoman
Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir
Tata letak dari setiap ukuran satuan ruang parkir pada tabel 2.3
diperhatikan secara visual pada Gambar 2.11 ,dan gambar 2.12 berikut :
21
Gambar 2.11 SRP untuk Mobil Penumpang
Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1998, Pedoman
Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir
Keterangan:
B = lebar total kendaraan L = panjang total kendaraan
O = lebar bukaan pintu R = jarak bebas arah lateral
a1, a2 = Jarak bebas arah longitudinal
2.6.3 Satuan Ruang Parkir untuk Bus/Truk
Gambar 2.12 SRP untuk Bus/Truck
Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1998, Pedoman
Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir
22
2.6.4 Satuan Ruang Parkir untuk Sepeda Motor
Satuan ruang parkir (SRP) sepeda motor digunakan ukuran satuan
ruang parkir motor sesuai dengan tata letak yang ditunjukkan pada gambar
2.13 berikut :
Gambar 2.13 SRP untuk Motor
Sumber : Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1998, Pedoman
Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir