48 lapsing matriks hasil rapat dengar pendapat pansus ptup

111
MATRIKS MASUKAN RDP/RDPU RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN NO. DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/ KOMNAS HAM BUMN 1. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … TAHUN … TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan adanya RUU Pengadaan Tanah, maka diharapkan adanya audit terhadap lahan yang ada di Indonesia. (Menteri Pertanian) Perlu diatur ketentuan mengenai mekanisme pengadaan tanah di atas kawasan hutan dan diatas tanah yang bersinggungan dengan tanah aset milik negara/daerah dan tanah aset BUMN/BUMD sehingga persoalan perizinan pengadaan tanah tidak menjadi penghambat pembangunan di sector industri (Menteri Perindustrian) Undang-Undang ini lebih baik mengatur mengenai kepentingan umum, hal ini dikarenakan kepentingan pembangunan terlalu luas. (Prof. Jimly Asshiddiqie, S.H., M.H.) 2. Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera, Pemerintah perlu melaksanakan pembangunan; 3. b. bahwa untuk menjamin

Upload: ahsanov-minanovic

Post on 05-Jul-2015

129 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

MATRIKS MASUKAN RDP/RDPU RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

1. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA NOMOR … TAHUN …

TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK

PEMBANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK

INDONESIA,

Dengan adanya RUU Pengadaan Tanah, maka diharapkan adanya audit terhadap lahan yang ada di Indonesia. (Menteri Pertanian)

Perlu diatur ketentuan mengenai

mekanisme pengadaan tanah di

atas kawasan hutan dan diatas

tanah yang bersinggungan dengan

tanah aset milik negara/daerah dan

tanah aset BUMN/BUMD sehingga

persoalan perizinan pengadaan

tanah tidak menjadi penghambat

pembangunan di sector industri

(Menteri Perindustrian)

Undang-Undang ini lebih baik mengatur mengenai kepentingan umum, hal ini dikarenakan kepentingan pembangunan terlalu luas. (Prof. Jimly Asshiddiqie, S.H., M.H.)

2. Menimbang : a. Bahwa dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera, Pemerintah perlu melaksanakan pembangunan;

3. b. bahwa untuk menjamin

Page 2: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

terselenggara nya pembangunan sebagaimana di maksud dalam huruf a. diperlukan tanah yang perolehannya harus dilaksanakan dengan cara yang lebih adil dan demokratis;

4. c. bahwa peraturan perundang-undangan dibidang pengadaan tanah belum dapat menjamin perolehan tanah untuk pelaksanaan pembangunan;

5. d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan;

6. Mengingat: l. Pasal 5 ayat (1),

Pasal 20, Pasal 28G ayat (1), Pasal 28H, Pasal 28I ayat (5), Pasal 28J ayat (2), dan

RUU Pengadaan Tanah ini diharapkan selaras dengan undang-undang yang berlaku saat ini, khususnya yang mengatur mengenai pertanian di Indonesia. (Menteri Pertanian)

Dasar hukum mengingat dalam RUU ini tidak merujuk pada Pasal-Pasal Penting dalam UUD NRI 1945 dan UU Terkait, contohnya Pasal 18B ayat (2), “Negara mengakui & menghormati

Dalam konsideran mengingat ditambahkan UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. (PLN)

Page 3: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI yang diatur dalam UU”, Pasal 28H ayat (4), “setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-sewang oleh siapapun”, Pasal 33 ayat (4), “perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan kesatuan ekonomi nasional.” Serta tidak merujuk UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi, serta tidak menjelaskan posisinya terhadap UU Nomor 21 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak atas Tanah Koalisi Rakyat Tolak Perampasan Tanah yang terdiri dari KPA, WALHI, IHCS, Bina Desa, KIARA, UPC, SPI, Sawit Watch, API, AMAN, SAINS, JKPP, HuMA, PERGERAKAN, PRP, ABM, SMI, Epistema

Page 4: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

Institue, RACA Institute, KAU, Solidaritas Perempuan, JATAM.

7. 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran. Negara Republik Indonesia Nomor 2034);

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum harus mengacu kepada UUPA (Kementerian Kehutanan)

8. Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

9. Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN.

10. BAB I KETENTUAN UMUM

Dalam ketentuan umum seyogyanya dijelaskan mengenai yang dimaksud dengan untuk kepentingan umum tidak hanya diprakarsai

Page 5: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

dan dibangun oleh Pemerintah tetapi juga kerjasama Pemerintah-swasta. (Kementerian Pekerjaan Umum)

11. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan;

12. 1. Instansi adalah Lembaga Negara, Kementerian/ Lembaga Pemerintah Nonkementerian, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Definisi instansi dalam Pasal 1 Bab I ketentuan Umum perlu ditambahkan Badan yang dibentuk oleh Negara untuk melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha hulu migas. (BP Migas) Diusulkan penambahan definisi sbb : Disamakan dengan Instansi adalah BUMN dan BUMDyang mendapat penugasan dari Pemerintah (PLN)

13. 2. Pengadaan tanah adalah kegiatan untuk memperoleh tanah baigi kepentingan pembangunan dengan cara membayar ganti kerugian yang layak kepada pihak yang berhak.

Ganti kerugian yang adil dalam pengadaan tanah diperlukan, karena masyarakat tidak boleh dirugikan dengan adanya pengadaan tanah (BPN PUSAT)

Perlu dipikirkan ketika pembangunan jalan itu dilakukan secara layang saja, sehingga tidak membuat petani kehilangan mata pencaharian dan juga tidak mengurangi lahan pertanian yang ada.

Perlu adanya penguraian yang jelas mengenai penggunaan kata “layak”. Bandingkan dengan pengertian “layak” dalam UU No. 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Dan Benda-Benda Yang Ada Di Atasnya. Dalam penjelasan UU No. 20 Tahun 1961 pengertian “layak” diuraikan sebagai berikut: “jumlah

Page 6: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

(Menteri Pertanian)

Perlu dibuat aturan hukum yang lebih berkapasitas dan lebih adil dalam memberikan ganti kerugian untuk berbagai macam status penggunaan tanah tersebut (Menteri Perindustrian)

ganti kerugian itu menurut Pasal 18 Undang-Undang Pokok Agraria haruslah layak. Ganti kerugian yang layak itu akan didasarkan atas nilai nyata/sebenarnya dari tanah atau benda yang bersangkutan. Harga yang didasarkan atas nilai yang nyata/sebenarnya itu tidak mesti sama dengan harga umum, karena harga umum bisa merupakan harga “catut”. Tetapi sebaliknya harga tersebut tidak pula berarti harga yang murah.” (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

Perlu adanya kejelasan yang lebih mendalam mengenai bentuk ganti kerugian yan layak. (Prof. Dr. Satya Arinanto, S.H., M.H.)

Harus ada batasan yang jelas mengenai pengadaan tanah dan istilah pembangunan. Hal ini untuk menghindari adanya multitafsir dari istilah tersebut. (Dr. Hendrik Hattu, S.H., M.H.)

Page 7: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

14. 3. Pihak yang berhak adalah pihak yang menguasai/memiliki obyek pengadaan tanah.

definisi pihak yang berhak lebih tepat diganti sebagai berikut : “Pihak yang mempunyai hak atas tanah dan pihak yang memanfaatkan tanah dan/atau pemilik segala sesuatu yang berkaitan dengan tanah” (Prof. Arie S. Hutagalung)

Pengertian Pihak yang berhak, sebagaimana dimuat dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (3), belum dirinci secara jelas, karena realitasnya, yang dimaksud Pihak yang berhak dapat dikelompokkan antara lain masyarakat (perorangan) atau Badan Hukum, milik Negara atau milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang masing–masing pihak memerlukan perlakuan yang berbeda bila tanahnya akan ditetapkan sebagai lahan Pembangunan. (APERSI)

Pasal 1 Ayat (3) diubah menjadi yang berhak adalah pemilik dan yang menguasai (keduanya mendapat ganti rugi) (PELINDO IV)

15. 4. Obyek pengadaan tanah adalah tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, atau lainnya yang dapat dinilai.

Dalam Pasal 1 angka 4 RUU Pengadaan Tanah telah diatur definisi tanah, yaitu “Tanah adalah tanah meliputi ruang atas tanah dan bwaha tanah, termasuk bangunan, tanaman benda yang berkaitan dengan tanah atau lainnya yang dapat dinilai di dalam proses pengadaan tanah. Oleh karena itu penggunaan lahan yang diatur dalam angka 2 sebaiknya termasuk penggunaan ruang diatas dan di bawah tanah. (Kementerian Perhubungan)

Pasal 1 Ayat (4) perlu adanya penjelasan mengenai ruang atas dan ruang bawah. (PELINDO IV)

16. 5. Hak atas tanah adalah hak sebagaimana dimaksud dalam

Page 8: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

Pasal 16 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

17. 6. Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.

18. 7. Pelepasan hak adalah kegiatan pemutusan hubungan hukum antara pihak yang berhak kepada negara melalui Lembaga Pertanahan.

Pelepasan hak adalah kegiatan pemutusan hubungan hukum antara pihak yang berhak atas tanahnya untuk diserahkan kepada Negara melalui Lembaga Pertanahan. (Kementerian Pekerjaan Umum)

19. 8. Ganti kerugian adalah penggantian yang layak kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah.

Konsepsi ganti kerugian yang layak, seyogyanya diganti dengan ganti kerugian yang adil, karena hal ini sesuai dengan jiwa RUU ini yakni pelaksanaan pengadaan tanah secara lebih adil dan demokratis (lihat konsi-derans huruf b: “bahwa untuk menjamin terselenggaranya pembangunan sebagaimana di maksud dalam huruf a, diperlukan tanah yang

Pasal 1 angka 8 Istilah Ganti rugi yang digunakan dalam pemahaman umum kurang dapat diterima masyarakat, karena ganti rugi seolah-olah sebab akibat secara sepihak tanpa kesukarelaan. Frasa …”penggantian yang layak’….; harus ada penjelasannya. Apakah layak dapat diidentikkan dengan lebih baik dari yang sebelumnya? Atau ukuran apa

Page 9: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

perolehannya harus dilaksanakan dengan cara yang lebih adil dan demokratis.”) Kata “adil” merujuk pada pemberian ganti kerugian kepada pihak yang berhak, dan kata “demokratis” merujuk pada tata cara pengadaan tanah. Ganti kerugian disebut adil apabila kepada pihak yang berhak diberikan ganti kerugian yang dapat memulihkan kondisi sosial ekonominya, minimal setara dengan keadaan sebelum dilaksanakannya pengadaan tanah, bahkan bila memungkinkan dapat meningkatkan kondisi sosial ekonominya. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

Kompensasi atau ganti rugi dapat didefinisikan sebagai sebagai penggantian atas faktor fisik yang terdiri dari penggantian atas tanah hak baik yang bersertipikat maupun yang belum, yaitu terhadap: a. Tanah ulayat b. Tanah wakaf c. Tanah yang dikuasai tanpa

yang digunakan dalam menentukan kelayakan ini? Sebaiknya istilah Ganti rugi dapat disesuaikan dengan terminologi yang lebih memperhatikan aspek sosial kemayarakatan. Seperti :

a. Penggantian b. Kompensasi

(MAPPI)

Page 10: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

alas hak, yang dengan atau tanpa ijin pemilik tanah d. Bangunan e. Tanaman f. Benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah (Prof. Arie S. Hutagalung)

Kompensasi adalah pemberian sejumlah uang kepada pihak yang berhak atas tanah berikut bangunan, tanaman dan/atau benda lain yang terdapat di atas tanah tersebut karena tanah tersebut digunakan secara tidak langsung untuk pembangunan kepentingan umum tanpa dilakukan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. (PLN)

20. 9. Penilai Pertanahan, selanjutnya disebut Penilai, adalah orang perseorangan yang melakukan penilaian secara independen dan profesional yang telah mendapat izin praktek penilaian dari Menteri Keuangan dan telah mendapat lisensi dari Lembaga Pertanahan, untuk menghitung nilai/harga

Melengkapi pasal 1 ayat 9 maka usulan definisi adalah : Penilaian Pertanahan, selanjutnya disebut Penilai, adalah orang perseorangan yang melakukan penilaian secara independen dan profesional yang telah mendapat izin praktek penilaian dari Menteri Keuangan dan telah terdaftar

Pasal 1 Ayat (9), penilai bukan hanya perorangan akan tetapi juga badan hukum Indonesia. Nilai/harga harus ada pedoman/plafond yang

diterbitkan tiap tahun oleh bupati/walikota (PELINDO IV)

Page 11: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

obyek pengadaan tanah.

pada Lembaga Pertanahan, untuk memberikan opini nilai ekonomi atas obyek pengadaan tanah (MAPPI)

21. 10.Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara

22. 11. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

23. 12. Lembaga Pertanahan adalah Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, yaitu

Diperlukan land banking dan dipertimbangkan pula adanya Otorita Tanah Negara atau pembentukan badan khusus mengenai

Page 12: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

lembaga pemerintah yang mempunyai tugas di bidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral.

tanah Negara baik tanah milik Negara atau keperluan eksekusi oleh negara, sehingga masyarakat punya kesempatan/akses memiliki tanah khususnya masyarakat berpenghasilan rendah. (APERSI)

24. 13.Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia adalah Pimpinan Lembaga Pertanahan.

25. BAB II AZAS DAN TUJUAN

26. Pasal 2 Pengadaan tanah dilaksanakan berdasarkan asas:

27. a. keadilan;

“Yang dimaksud dengan “Asas Keadilan” adalah memberikan jaminan penggantian yang layak….” Hal ini tidak sejalan dengan konsiderans huruf b. Diusulkan untuk dirumuskan kembali sebagai berikut: “Yang dimaksud dengan “Asas Keadilan” adalah memberikan jaminan penggantian yang adil kepada pihak-pihak yang berhak dalam proses PT sehingga mendapatkan

Page 13: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

kesempatan untuk melangsungkan kehidupan yang lebih baik. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

28. b. kemanfaatan;

29. c. kepastian;

“Yang dimaksud dengan “Asas Kepastian” adalah memberikan kepastian tersedianya tanah dalam proses pengadaan tanah untuk pembangunan dan memberikan jaminan kepada pihak yang berhak untuk mendapatkan ganti kerugian yang layak.” Bila rumusan tersebut dipertahankan, maka kata ganti kerugian “yang layak”, seyogyanya diganti dengan ganti kerugian yang adil. Namun demikian, karena dalam pengertian asas kepastian, lazimnya dikaitkan dengan kepastian hukum, maka diusulkan agar dirumuskan kembali sebagai berikut: “Yang dimaksud dengan Asas Kepastian Hukum adalah bahwa pengadaan tanah diselenggarakan dengan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

Page 14: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

undangan, dan melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum.” (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

30. d. keterbukaan;

31. e. kesepakatan;

32. f. keikutsertaan;

33. g, kesejahteraan;

“Yang dimaksud dengan “Asas Kesejahteraan” adalah bahwa pengadaan tanah untuk pembangunan dapat memberikan nilai tambah bagi kelangsungan kehidupan pihak yang berhak dan masyarakat secara luas.” Usul: Asas ini tidak perlu dimuat. Karena pada dasarnya asas ini sudah diadopsi dalam asas keadilan dan asas kemanfaatan. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

34. h. keberlanjutan; dan

“Yang dimaksud dengan “Asas Keberlanjutan” adalah kegiatan pembangunan dapat berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.” Catatan: Pengertian asas

Page 15: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

keberlanjutan lazimnya merujuk pada kelestarian lingkungan hidup. Usul: rumusan disusun kembali sebagai berikut: “Yang dimaksud dengan “Asas Keberlanjutan” adalah bahwa pengadaan tanah diselenggarakan dengan menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan.” (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

35. i. keselarasan.

“Yang dimaksud dengan “Asas Keselarasan” adalah bahwa pengadaan tanah untuk pembangunan dapat seimbang dan sejalan dengan kepentingan masyarakat dan negara.” Catatan: pengertian keselarasan dan keseimbangan itu berbeda. Usul: perlu dirumuskan kembali, atau dihapuskan saja karena sudah ditampung dalam asas kemanfaatan. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

36. Pasal 3

Pengadaan tanah bertujuan

untuk tersedianya tanah

Pembangunan infrastruktur yang ada di indonsesia harus mengacu kepada UU tata ruang (Kementerian Perhubungan)

“Pengadaan tanah bertujuan untuk tersedianya tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan

Page 16: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

bagi pelaksanaan

pembangunan guna

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat

serta kemakmuran bangsa

dan negara.

kesejahteraan masyarakat serta kemakmuran bangsa dan negara.” Usul: karena pengadaan tanah itu terkait dengan 2 pihak, yaitu pihak yang memerlukan tanah dan pihak yang berhak, maka dengan memerhatikan uraian dalam NA (halaman 55) seyogyanya rumusan ini disusun kembali sebagai berikut: “Undang-Undang Pengadaan Tanah bertujuan untuk memastikan tersedianya tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemakmuran bangsa dan Negara, dengan menjamin hak dan kepentingan pihak yang berhak.” (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

37. BAB III POKOK-POKOK

PENGADAAN TANAH

38. Bagian Kesatu Umum

39. Pasal 4 Pengadaan tanah untuk pembangunan meliputi:

Pembangunan itu ada yang dilaksanakan murni oleh swasta dan murni oleh pemerintah, juga ada kerja sama antara swasta dengan pemerintah yang mana

Page 17: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

bertujuan untuk kepentingan umum. Inti nya PT adalah untuk kepentingan umum namun dalam draft ada kepentingan pembangunan untuk swasta. Persoalan pesisir, pulau tidak pernah terselesaikan. (BPN PUSAT)

40. a. pengadaan tanah untuk kepentingan umum; dan

41. b. pengadaan tanah untuk kepentingan usaha swasta

Pokok-pokok Pengadaan Tanah, dalam Bab III pada Pasal 4 ditambah point C bagi pengadaan tanah untuk kepentingan PPP (Public Private Partnerships). Hal ini

mengingat saat ini pemerintah banyak mengundang investor dalam program-program yang bersifat Public Private Partnerships yang sering

terkendala masalah pengadaan tanahnya. (Inkindo)

42. Bagian Kedua Pengadaan Tanah Untuk

Kepentingan Umum

43. Pasal 5 Pasal 5, pasal ini kontradiktif, hal

Page 18: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum.

ini dikarenakan adanya kata “menjamin” akan tetapi ada kata lanjutannya mengenai “sesuai kemampuan negara” (PELINDO IV)

44. (2) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menjamin tersedianya pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum sesuai kemampuan negara.

Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menjamin tersedianya pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum sesuai kemampuan negara (BP Migas)

Pendanaan pengadaan tanah dalam kegiatan usaha hulu migas dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang Hulu Minyak dan Gas Bumi.

Pengadaan tanah dalam kegiatan usaha hulu migas, didanai oleh KKKS sehingga Pemerintah dan /atau Pemerintah Daerah tidak perlu menjamin pendanaannya. (BP Migas)

45. Pasal 6 Pihak yang berhak wajib melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

Hal tersebut tidak diuraikan lebih detail dalam Penjelasan, sehingga kesannya pihak yang berhak (pihak yang menguasai/ memiliki obyek pengadaan tanah) terasa lemah. Sehingga apapun yang terkait dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum

“Pihak yang berhak wajib melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum.” Usul: seyogyanya pasal ini dihapuskan saja, karena jika semua tahap pengadaan tanah sudah dilalui dan ganti kerugian sudah diterima pihak yang berhak atau telah

Draft RUU perlu dilengkapi dengan adanya aturan tambahan yaitu mengenai pencabutan Hak Atas Tanah untuk kepentingan umum (BPJT)

Pasal 6, harus ada syarat-syarat pelepasan (PELINDO IV)

Page 19: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

wajib diserahkan. Padahal pihak yang berhak perlu dilindungi dan didampingi karena banyak yang tidak mengerti masalah hukum. (Kementerian Pekerjaan Umum)

dititipkan di Pengadilan Negeri, pihak yang berhak wajib melepaskan tanahnya. Hal ini sudah diatur dalam Bab IV Bagian Keempat tentang Pelaksanaan Pengadaan Tanah, khususnya paragraf 5, Pasal 45 ayat (2). (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

Penambahan ayat Tentang Konsinyasi dan Pencabutan Hak (Pasal 6) : (2). Dalam hal pihak yang berhak atas tanah tidak bersedia melepaskan hak atas tanahnya dengan alasan ganti rugi yang diberikan tidak sesuai dengan yang diinginkannyaf semen tara tanah tersebut sangat diperlukan untuk pembangunan kepentingan umum, maka Pemerintah berhak menggunakan tanah tersebut dan melakukan konsinyasi di Pengadilan Negeri setempat. (3). Apabila pihak yang berhak atas tanah tetap tidak bersedia melepaskan hak atas tanahnya dan upaya penyelesaian yang ditempuh oleh pejabat yang berwenang tetap tidak diterima oleh pihak yang berhak atas tanah dan Iokasi pembangunan tersebut

Page 20: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

sangat diperlukan untuk pembangunan kepentingan umum dan tidak dapat dipindahkanf maka Pemerintah mencabut hak atas tanah yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (PLN)

46. Pasal 7 Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan oleh Lembaga Pertanahan.

Pasal 7 diusulkan untuk dihapus. Ketentuan Pasal 7 diatur juga dalam Pasal 14. (BP Migas)

Dalam draft RUU dapat ditambahkan usulan peran BPN sebagai land banking terutama untuk jalan tol dan kepentingan pembangunan lainnya dapat lebih dulu dilakukan oleh BPN dengan masukan dari instansi terkait. (BPJT)

Penambahan ketentuan dalam RUU mengenai pelaksanaan pengadaan tanah dapat menggunakan jasa pihak ketiga. (BPJT)

ATI sangat mendukung BPN sebagai “komandan” dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum di dalam draft RUU. (ATI)

Kebutuhan pembangunan menyebabkan kebutuhan pengadaan tanah dan proses pengadaan tanah, maka

Terdapat ketentuan yang kontradiksi mengenai pihak yang melaksanakan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yaitu Pasal 14 dengan Pasal 7 dan Pasal 31 ayat (1) RUU (PELINDO II)

Page 21: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

keberadaan lembaga pertanahan yang ada saat ini harus ditingkatkan tidak hanya menjadi panitia pengadaan tanah, tetapi menjadi data base dari pertanahan di seluruh nusantara. Hal ini perlu dimasukkan dalam RUU. (Inkindo)

Agar pasal 7 dapat dibuat menjadi konsisten dengan Pasal 14 yang mana antara “Lembaga Pertanahan” dengan “Pemerintah” dan pada Pasal 15 dapat bekerja sama dengan BUMN, BUMD dan BUS. (APKASI)

47. Pasal 8 (1) Pengadaan tanah untuk

kepentingan umum dilaksanakan sesuai dengan:

Penggunaan frase “atau” dalam rumusan pasal-pasal tersebut berimplikasi hukum bahwa pengacuan (sesuai dengan) yang dimaksud dalam pasal-pasal tersebut ini bersifat alternatif. Dengan demikian, rencana tata ruang wilayah tidak mutlak diacu dalam perencanaan pengadaan tanah untuk pembangunan. Berdasarkan sistem perundang-undangan

Page 22: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

penataan ruang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang beserta peraturan pelaksanaannya, rencana tata ruang wilayah adalah dokumen yang wajib diacu dalam pemanfaatan ruang, dalam hal ini termasuk pembangunan untuk kepentingan umum. Maka menurut kami, rencana tata ruang wilayah seyogyanya dijadikan dokumen yang wajib diacu, karena apabila tidak menjadi acuan hal ini berpotensi menimbulkan konflik dalam pembangunan, lebih lanjutnya pembangunan tersebut dapat dikualifikasikan sebagai pelanggaran penataan ruang yang dapat diancam sanksi (administratif maupun pidana). Penulisan rencana tata ruang wilayah dapat ditafsirkan sebagai Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional/Provinsi/Kabupaten/Kota. RTRWN atau RTRWP belum dapat dijadikan suatu acuan dalam pengadaan tanah untuk pembangunan, karena belum memberikan lokasi yang jelas untuk pembangunan, masih bersifat makro dan regional, ditambah lagi dari segi skala peta tidak

Page 23: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

dapat menunjukkan lokasi yang jelas bagi pengadaan tanah untuk pembangunan. Pengadaan tanah untuk pembangunan diperlukan batasan lokasi yang jelas karena menyangkut hak msyarakat dan kejelasan batasan tanah serta status tanah. Maka untuk kepentingan tersebut diperlukan rencana tata ruang tingkat mikro, dalam hal ini rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota. Sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut: Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan sesuai dengan: a. Rencana Strategis dan

Rencana Kerja Pemerintah masing-masing instansi yang memerlukan tanah;

b. rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota; dan

c. rencana pembangunan nasional dan daerah.

(Kementerian Pekerjaan Umum)

48. a. Rencana Strategis dan Rencana Kerja Pemerintah masing-

Page 24: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

masing Instansi yang memerlukan tanah; dan

49. b. rencana tata ruang wilayah atau rencana pembangunan nasional dan daerah.

Pokok pengadaan tanah sesuai Bab III Pasal 5 dan 6 dari RUU, maka tanah sebagai sumber daya dalam pengadaannya perlu memerhatikan kesesuaian database yang ada dengan data RTRW yang mencakup luasan, peruntukan, penggunaan dan penguasaan, sehingga tercipta sistem penggunaan tanah berencana. (Inkindo)

50. (2) Pengadaan tanah dilaksanakan melalui perencanaan dengan melibatkan semua pemangku dan pengampu kepentingan.

Pasal 8 Ayat (2), Perencanaan melibatkan semua pemangku dan pengampu, akan tetapi dalam pelaksanaannya akan sulit untuk mencari representasinya (PELINDO IV)

51. Pasal 9 Pihak yang berhak dan obyek pengadaan tanah untuk kepentingan umum tunduk dan terikat pada ketentuan dalam Undang-Undang ini.

“Pihak yang berhak dan obyek pengadaan tanah untuk kepentingan umum tunduk dan terikat pada ketentuan dalam Undang-Undang ini.” Usul: sebaiknya pasal ini dihapuskan saja, dengan alasan bahwa: ruang lingkup pengaturan UU ini sudah jelas, yakni bahwa dalam perbuatan hukum pengadaan tanah untuk

Page 25: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

kepentingan umum oleh Pemerintah/Pemda terkait 2 pihak, yakni pihak yang memerlukan tanah dan pihak yang berhak. Dengan demikian maka janggal bila yang harus tunduk dan terikat pada ketentuan dalam UU ini hanya pihak yang berhak (dan obyek PT). (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

52. Pasal 10 (1) Pelaksanaan

pengadaan tanah memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan dengan kepentingan masyarakat.

Pelaksanaan pengadaan tanah memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan/ masyarakat luas dengan kepentingan kelompok/ masyarakat dan/atau pribadi yang berhak. (Kementerian Pekerjaan Umum)

Pasal 10, seharusnya dalam penjelasan tidak ditulis sudah jelas khususnya terminologi keseimbangan antara kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat, ganti rugi yang layak dan pengendalian pertanahan. (Prof. Arie S. hutagalung)

Pasal 10, Kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat itu harus sejalan dan bukan saling berlawanan (PELINDO IV)

53. (2) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan dengan pembayaran ganti kerugian yang layak.

Tentang Ganti Rugi dan Kompensasi, Pasal 10 ayat (2), penambahan frase "....dan/ atau Kompensasi ...".sehingga berbunyi : "Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan dengan pembayaran ganti kerugian dan/atau kompensasi yang layak". (PLN)

54. (3) Pengendalian pertanahan dilakukan

Page 26: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

terhadap hasil pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

55. Bagian Ketiga Pengadaan Tanah Untuk

Kepentingan Usaha Swasta

Mestinya ada pembedaan yang tegas dan normatif tentang kebutuhan tanah untuk kepentingan pembangunan yang menggunakan APBN dengan kebutuhan tanah untuk kepentingan usaha/bisnis (karena bisnis juga sering dianggap sebagai usaha pembangunan). Pembedaan ini mencakup urgensi kebutuhan tanah tersebut, proses perundingan, penentuan harga, skema berbagi manfaat, penikmatan jangka pendek dan jangka panjang, posisi pemerintah sebagai apa dalam proses perundingan, nilai persetujuan masyarakat yang berhak atas tanah apakah penentu atau sekedar pemberi masukan. (KOMNAS HAM)

Pengaturan dalam RUU ini mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan swasta tidak berpeluang merugikan kepentingan ekonomi baik BUMN maupun swasta pemegang HPH dan HTI. Hal ini mengacu pada ketentuan dalam Pasal 55 ayat (1) mengenai pelepasan obyek pengadaan tanah atas dasar kesepakatan para pihak bukan sepihak. Pasal 55 ayat (2) mengenai pelepasan dihadapan lembaga pertanahan bukan oleh lembaga pertanahan. Kedua ketentuan diatas berbeda dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang sepihak oleh pemerintah dan dilakukan oleh lembaga pertanahan. (INHUTANI)

56. Pasal 11 Pengadaan tanah untuk kepentingan usaha swasta dilakukan dengan perencanaan sesuai dengan rencana

Pengadaan tanah untuk kepentingan usaha swasta dilakukan dengan perencanaan yang baik sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan rencana

Pasal 11 dan 12, untuk tanah swasta, tidak perlu diatur mekanismenya, hal ini dikarenakan pengadaan tanah untuk swasta mengikuti mekanisme pasar (PELINDO IV)

Page 27: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

tata ruang wilayah atau rencana pembangunan nasional dan daerah.

pembangunan nasional dan daerah (Kementerian Pekerjaan Umum)

57. Pasal 12 Pengadaan tanah untuk kepentingan usaha swasta dilakukan secara langsung dan sukarela oleh pihak swasta yang memerlukan tanah dengan pihak yang berhak.

Dalam Penjelasan, tidak dijelaskan kembali arti sukarela. Berhubung dilakukan oleh pihak swasta, maka perlu penjelasan yang tegas agar tidak terjadi penyalahgunaan dan kepentingan oleh pihak swasta. (Kementerian Pekerjaan Umum)

“Pengadaan tanah untuk kepentingan usaha swasta dilakukan secara langsung dan sukarela oleh pihak swasta yang memerlukan tanah dengan pihak yang berhak.” Catatan: Rumusan Pasal 12 ini agak janggal, karena kata “langsung” itu dikaitkan dengan pihak swasta, sedangkan kata “sukarela” lebih ditekankan pada pihak yang berhak. Usul: Rumusan disusun kembali menjadi sebagai berikut: “Pengadaan tanah untuk kepentingan usaha swasta dilakukan oleh pihak swasta yang memerlukan tanah dengan pihak yang berhak secara langsung dan sukarela.” Kata sukarela dapat diganti dengan “tanpa paksaan”. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

Pasal 11 dan 12, untuk tanah swasta, tidak perlu diatur mekanismenya, hal ini dikarenakan pengadaan tanah untuk swasta mengikuti mekanisme pasar (PELINDO IV)

58. BAB IV PENGADAAN TANAH

UNTUK KEPENTINGAN UMUM

Page 28: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

59. Bagian Kesatu Umum

60. Pasal 13 Tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) digunakan untuk pembangunan:

Mengingat UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa proporsi ruang terbuka hijau (RTH) public wilayah kota paling sedikit 20% dari luas wilayah kota, maka dalam rangka implementasi ketentuan ini seyogyanya penyediaan RTH publik didukung pula oleh kebijakan tanah untuk kepentingan umum. Dimuat “penyediaan RTH) sebagai salah satu jenis pembangunan untuk kepentingan umum yang diatur dalam RUU ini diharapkan dapat memberikan landasan hukum yang kuat bagi Pemerintah untuk mengimplementasikan kaidah UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang terutama terkait dengan penyediaan RTH public. Dengan pertimbangan tersebut kami mengusulkan “ruang terbuka hijau publik”

Pasal 13, definisi kepentingan umum lihat komentar umum. Pasal ini memilih list provision tetapi tidak ada general provision atau kriteria yang dipakai untuk menentukan proyek pembangunan sebagai kepentingan umum. Daftar kepentingan umum cukup banyak lebih-lebih ada lubang pembuka yang ditetapkan dengan keputusan Presiden seharusnya kita harus belajar dari sejarah dalam pelaksanaan Keppres 55/1993 dimana dapat kemungkinan Presiden menentukan kepentingan umum diluar kehendak masyarakat atau memperluas daftar kepentingan umum. Oleh karenanya harus ada kriteria-kriteria penentuan kepentingan umum sebagai alat kendali. (Prof. arie S. Hutagalung) Konsep kepentingan umum harus mengikuti peraturan perundang-undangan lainnya,

Definisi kepentingan umum tidak hanya dapat didefiniskan seperti Pasal 13 saja, akan tetapi juga dapat dikategorikan apabila menggunakan uang negara. (KKPPI)

Pengertian dan kriteria kepentingan umum tidak jelas yang berpotensi ditafsirkan secara monopolistik oleh pihak penguasa dan diterapkan sewenang-wenang oleh aparat penegak hukum sehingga dapat menjadi ruang penyalahgunaan yang dilakukan antara pengusaha dan penguasa. Serta dapat menjadi peluang bagi berlangsungnya korupsi perencanaan dan pengadaan tanah. Koalisi Rakyat Tolak Perampasan Tanah yang terdiri dari KPA, WALHI, IHCS, Bina Desa, KIARA, UPC, SPI, Sawit Watch, API, AMAN, SAINS, JKPP, HuMA, PERGERAKAN, PRP, ABM, SMI, Epistema Institue, RACA Institute, KAU, Solidaritas Perempuan, JATAM.

Adanya perbedaan definisi “pengadaan tanah untuk kepentingan umum” dalam

Perpres Nomor 36 Tahun 2005 jo Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum dengan definisi yang terdapat pada RUU ini (PELINDO I)

Pasal 13, perlu diatur mengenai prioritas dalam hal peruntukan tumpang tindih antara fasilitas kepentingan umum. (PELINDO IV)

Ada pembedaan mekanisme pengadaan tanah untuk kepentingan Umum dan Kepentingan Swasta. Untuk kepentingan korporasi BUMN, tidak diatur secara spesifik. (Pertamina)

Page 29: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

ditambahkan pada Pasal 13 huruf q sebagai salah satu jenis pembangunan untuk kepentingan umum. (Kementerian Pekerjaan Umum)

sehingga dapat menghindari tidak harmonisnya dengan peraturan yang sudah berlaku. (Prof. Dr. Satya Arinanto., S.H., M.H.)

Perlu diberikannya batasan secara normatif mengenai pembangunan (Dr. hendrik Hattu S.H., M.H.)

Definisi mengenai Kepentingan umum harus diperjelas dan diperketat, hal ini agar tidak disalah gunakan. (Dr. Denny Zulkaidi)

Perlu dimasukkan juga mengena ruang terbuka hijau, sempadan sungai, dan jalur hijau sebagai kepentingan umum. (Dr. Denny Zulkaidi)

61. a. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi

Page 30: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

kereta api;

62. b. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;

63. c. pelabuhan, bandar udara, dan Terminal;

64. d. infrastruktur minyak, gas dan panas bumi, meliputi transmisi dan/atau distribusi minyak, gas dan panas bumi;

Prosedur dan Pelaksanaan pengadaan tanah untuk industri hulu migas perlu diatur tersendiri dalam peraturan pelaksana UU ini karena :

Pengamanan penerimaan negara

Pengamanan kebutuhan energi nasional

Sebagai obyek vital nasional

Industri strategis penggerak ekonomi nasional.

(BP Migas)

Pasal 13 d. diubah sehingga menjadi sbb:

d. seluruh kegiatan usaha migas yang memerlukan pengadaan tanah.

Page 31: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

Pengadaan tanah untuk kegiatan hulu migas tidak hanya infrastruktur tetapi termasuk fasilitas (sumur-sumur pemboran) Kegiatan usaha hulu migas meliputi kegiatan eksplorasi dan produksi sebagaimana dimaksud dalam UU No. 22/2001. (BP Migas)

Menghapus kata “transmisi”, karena nomenklatur tersebut tidak tepat/tidak dikenal dalam kegiatan migas. (BP Migas)

65. e. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;

66. f. jaringan telekomunikasi dan informatika;

67. g. tempat pembuangan dan pengolahan sampah;

g. tempat pembuangan dan pengelolaan sampah dan limbah;

(Kementerian Pekerjaan Umum)

68. h. rumah sakit pemerintah/pemerintah daerah;

69. i. tempat pemakaman

Page 32: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

umum pemerintah/pemerintah daerah;

70. j. fasilitas keselamatan umum;

71. k. cagar alam dan cagar budaya;

Terhadap pengadaan tanah untuk pembangunan yang menyangkut kawasan/area hutan belum diatur dalam RUU ini, hal ini perlu diatur

karena cepat atau lambat pengadaan tanah untuk pembangunan akan bersingungan dengan kawasan hutan. (Inkindo)

Pengalaman sebagai konsultan dalam pengembangan usaha khususnya yang menyangkut wisata alam/budaya, maka pasal 13 huruf (k) RUU mengenai Cagar Alam dan Cagar Budaya harus diatur lebih khusus, apabila cagar

alam dan cagar budaya dilakukan oleh swasta dikhawatirkan akan terjadi alih fungsi dan konsultan cenderung menghindari hal ini karena khawatir terjadi conflict of interest di kemudian hari. (Inkindo)

Adanya Pasal tembahan mengenai tanah hutan; Di kawasan hutan produksi, hutan lindung, dan hutan konservasi dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk kegiatan eksplorasi sumber daya energi terbarukan, sepanjang kegiatan tersebut tidak merusak lingkungan dan ekosistem. (PLN)

72. l. pertahanan dan

Page 33: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

keamanan nasional;

73. m.kantor pemerintah/pemerintah daerah /desa;

74. n.penataan pemukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah;

Pada Bab IV, tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum Pasal 13, seyogianya “ pengadaan tanah untuk pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah” dapat dimasukkan ke dalam kategori Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum,

sebagaimana jika disebutkan pula pada huruf n yaitu pengadaan tanah untuk pembangunan penataan pemukiman kumuh perkotaan. (APERSI)

Dalam draft RUU belum dimasukkan pengadaan untuk rumah susun karena di

kota-kota besar saat ini kecendrungannya telah berubah dari landed house menjadi vertical housing dan juga karena mahalnya tanah yang tidak terjangkau. (REI)

75. o. prasarana pendidikan atau sekolah

Page 34: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

pemerintah/pemerintah daerah;

76. p. prasarana olah raga pemerintah/ pemerintah daerah; dan

77. q. pembangunan kepentingan umum lainnya yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

Tidak dalam bentik Keppres, akan tetapi dalam bentuk Peraturan Presiden (Dr. Hendrik Hattu S.H., M.H.)

REI juga mempertanyakan mengenai fasos dan fasum yang tidak diatur dalam draft RUU mengingat pada saat

penyerahan oleh pengembang juga banyak biaya-biaya yang ditimbulkan. Hal ini kiranya agar dapat dimasukkan dalam Pasal 13. (REI)

Dalam RUU ini ada klausul yang memungkinkan presiden untuk menentukan tanah sebagai kepentingan umum selain dari yang diatur dalam RUU ini sehingga berpotensi menambah pengertian kepentingan umum dan klasifikasi kepentingan umum. (KOMNAS HAM)

78. Pasal 14 Pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilaksanakan oleh Pemerintah, dan selanjutnya dimiliki Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

Pasal 14 diubah dan ditambah 3 ayat baru sebagai berikut:

(1) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilaksanakan oleh Lembaga Pertanahan, dan selanjutnya dimiliki Negara

(2) Pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d dilaksanakan oleh badan yang diberikan kewenangan oleh negara untuk melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha hulu migas. Tanah tersebut selanjutnya dimiliki oleh Negara.

“Pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilaksanakan oleh Pemerintah, dan selanjutnya dimiliki Pemerintah atau Pemerintah Daerah.” Catatan: Terkait konsepsi “kepentingan umum” tampaknya ada kegamangan RUU ini untuk menyebutkan batasannya, walaupun secara ilmu perundang-undangan, bila suatu konsep digunakan secara berulang kali dalam pasal-pasal suatu peraturan perundang-undangan, seyogyanya dirumuskan dalam

Agar pasal 7 dapat dibuat menjadi konsisten dengan Pasal 14 yang mana antara “Lembaga Pertanahan” dengan “Pemerintah” dan pada Pasal 15 dapat bekerja sama dengan BUMN, BUMD dan BUS. (APKASI)

Dalam RUU Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Pembangunan terdapat pertentangan kepentingan antara Pemda Kabupaten dan Pemda Provinsi yan membutuhkan lahan untuk pembangunan diwilayahnya juga pemda kabupaten yang membeli lahan melalui panitia pengadaan lahan yang dibentuk oleh pemda, oleh karenanya diusulkan dalam proses jual beli lahan oleh panitia pengadaan tanah tidak terafiliasi dengan pemda yang membeli lahan (PTPN VIII)

Page 35: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

(3) Pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksana.

(4) Dalam hal terjadi tumpang tindih antara pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum lainnya, maka yang diutamakan adalah pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d.

Tanah lebih tepat dimiliki oleh Negara karena pemerintah merupakan perangkat pelaksanaan penyelenggara kekuasaan negara (ref. UU Perbendaharaan Negara). Apabila diperlukan, dalam melaksanakan pengadaan tanah untuk kegiatan usaha hulu migas, badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 (2) dapat meminta bantuan Lembaga Pertanahan. Pengadaan tanah dalam Pasal 13 huruf d menyangkut: - pengamanan penerimaan negara; - pengamanan kebutuhan energi

nasional; - Obyek Vital Nasional;

Pasal 1 (Ketentuan Umum). Adapun untuk kriteria kepentingan umum disebutkan 2, yaitu dilaksanakan oleh Pemerintah, dan selanjutnya dimiliki Pemerintah atau Pemda. Rumusan ini tidak konsisten dengan uraian dalam NA (halaman 56-57 angka 5 huruf a) yang menyebutkan adanya 3 kriteria kepentingan umum sebagai berikut: “Kriteria kepentingan umum yang pertama dan utama adalah tidak untuk mencari keuntungan. Kriteria pertama ini adalah karakter dasar pelayanan publik yang harus dilakukan negara, dan ini sejalan dengan konsep kepentingan umum. Kriteria kedua, pengadaan tanah itu dilaksanakan oleh pemerintah atas nama negara, termasuk lembaga-lembaga publik yang dimungkinkan untuk melaksanakan pembangunan untuk kepentingan umum, dan/atau bersama swasta (KPS). Swasta dimungkinkan melaksanakan pembangunan kepentingan umum sepanjang dalam batas waktu tertentu asetnya menjadi dimiliki pemerintah. Kriteria ketiga,

Tentang Kepemilikan Tanah dan Proyek untuk Kepentingan Umum (Pasal 14), Penambahan Frase "...Pemerintah Daerah atau Instansi yang memerlukan,..." sehingga berbunyi sbb: "Pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilaksanakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah atau Instansi yang memerlukan, dan selanjutnya dimiliki Pemerintah atau Pemerintah Daerah atau Instansi yang memerlukan ". (PLN)

Terdapat ketentuan yang kontradiksi mengenai pihak yang melaksanakan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yaitu Pasal 14 dengan Pasal 7 dan Pasal 31 ayat (1) RUU (PELINDO II)

Pasal 14, pasal ini tumpang tindih dengan Pasal 7, yang menyatakan mengenai pengadaan tanah dilaksanakan oleh pemerintah, sedangkan di Pasal 7 dikatakan pengadaan

Page 36: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

- Industri Strategis;

- kepastian investasi subsektor migas. (BP Migas)

hasil pembangunan yang dipergunakan untuk kepentingan umum dalam tenggat waktu tertentu menjadi atau akan dimiliki oleh pemerintah.” Sayang sekali, bahwa NA tidak menguraikan dasar pemilihan dua kriteria saja, dan meniadakan kriteria yang pertama dan utama itu. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

tanah dilaksanakan oleh Lembaga Pertanahan. (PELINDO IV)

Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum untuk bidang infrastruktur minyak, gas dan panas bumi dilakukan Pemerintah, kemudian kepemilikannya diserahkan ke Pertamina sebagai penyertaan modal (Pasal 14, dimiliki oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah) Kegiatan perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum khususnya bidang infrastruktur minyak, gas dan panas bumi, melibatkan Pertamina, agar terjadi sinergi dengan infrastruktur yang sudah ada. (Pertamina)

79. Pasal 15 Pembangunan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam

Pembangunan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dapat dilaksanakan Pemerintah bekerja sama

Agar pasal 7 dapat dibuat menjadi konsisten dengan Pasal 14 yang mana antara “Lembaga

Tentang Kerjasama Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Pasal 15), penambahan frase "...atau Pemerintah Daerah atau Instansi

Page 37: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

Pasal 13 kecuali huruf 1, dapat dilaksanakan Pemerintah bekerjasama dengarj Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah atau Badan Usaha Swasta.

dengan Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan Badan Usaha Milik Swasta, sedangkan dalam Pasal 58 ayat (1) disebutkan bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum bersumber dari APBN dan/atau APBD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sehingga dari Pasal 15 tersebut terdapat kekurangserasian dengan Pasal 58 karena tidak menyebutkan bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum bersumber juga dari Badan Usaha. (Kementerian Pekerjaan Umum)

Pertanahan” dengan “Pemerintah” dan pada Pasal 15 dapat bekerja sama dengan BUMN, BUMD dan BUS. (APKASI)

yang memerlukan, dan Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat..." sehingga berbunyi sbb: "Pembangunan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 kecuali huruf I, dapat dilaksanakan Pemerintah atau Pemerintah Daerah atau Instansi yang memerlukan, dan Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah atau-Badan Usaha Swasta ". (PLN)

Pasal 15 RUU menyebutkan bahwa Pembangunan untuk kepentingan umum dilaksanakan Pemerintah bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah atau Badan Usaha Swasta. Perlu penjelasan lebih lanjut tentang peran BUMN didalam pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum khususnya sektor Pelabuhan (PELINDO I)

Page 38: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

Pasal 15, mengenai kerjasama tidak perlu diatur dalam RUU ini, karena sudah ada Undang-Undangnya sendiri (PELINDO IV)

80. Pasal 16 Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan melalui tahapan:

Dalam RUU Pengadaan Tanah untuk Pembangunan sebaiknya diatur batasan waktu untuk masing-masing tahapan pengadaan tanah dan bukan di akhir proses saja agar kepastian waktu dan biaya terjamin. (ATI)

Berkaitan dengan proses pengadaan sesuai Bab IV pasal 16 dari RUU ini mengenai tahap proses pengadaan tanah data meliputi; 1) Pemeriksaan ulang data

atau informasi dan macam isian data tanah untuk pembangunan.

2) Mengklasifikasikan data menjadi dua kelompok yakni kualitatif dan kuantitatif kepemilikan tanah/status.

jaminan validasi terhadap proses pemeriksaan ulang tersebut di atas sangat kurang dari instansi berwenang dan sangat sulit berkaitan dengan

Pasal 16, tahapan yang lebih baik, harusnya: penetapan lokasi; konsultasi public; identifikasi/inventarisasi; penilaian ganti rugi; musyawarah/negoisasi; pembayaran ganti rugi; pengosongan/eksekusi penyerahan; sertifikat. (PELINDO IV)

Page 39: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

kuatnya lembaga BPN. (Inkindo)

81. a. perencanaan pengadaan tanah;

82. b. persiapan pengadaan tanah;

83. c. pelaksanaan pengadaan tanah;

Tahapan pengadaan tanah pada huruf c tidak jelas dilakukan oleh institusi mana. Supaya pelaksanaan pengadaan tanah tersebut tetap dilakukan/difasilitasi oleh Panitia Pengadaan Tanah. (APKASI)

84. d. penyerahan hasil pengadaan tanah; dan

85. e. pengendalian pertanahan.

86. Bagian Kedua Perencanaan Pengadaan

Tanah

87. Pasal 17 (1) Instansi yang

memerlukan tanah membuat perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum menurut

Page 40: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

ketentuan peraturan perundang-undangan.

88. (2) Perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas prioritas pembangunan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Strategis, dan Rencana Kerja Pemerintah Instansi yang bersangkutan.

Pasal 17 ayat (2) ditambahkan Rencana Tata Ruang Wilayah sehingga menjadi: “Perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas prioritas pembangunan yang tercantum dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Strategis dan Rencana Kerja Pemerintah Instansi yang bersangkutan.” (Kementerian Pekerjaan Umum)

89. Pasal 18 (1) Perencanaan

pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 disusun dalam bentuk Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah, yang memuat antara lain:

Page 41: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

90. a.maksud dan tujuan rencana pembangunan;

91. b. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah atau rencana pembangunan nasional dan daerah;

Analisis untuk persiapan pengadaan tanah, harus mengandung : a. Data/informasi dengan

metode analisis keruangan (spatial analysis) yakni

menggunakan metode pertampalan dengan satuan unit analisis grid atau wilayah administrasi pada tingkat kelurahan atau rukun warga (RW). (Dalam analisisnya nanti harus juga terjamin sesuai administrasi dan tingkat kedalaman yang lebih detil, yang perlu diatur dalam RUU ini).

b. Perubahan penggunaan tanah.

c. Kesesuaian RTRW dan Peruntukan Penggunaan Tanah dengan pengadaan tanah untuk pembangunan melihat kondisi setiap penggunaan tanahnya dan kencederungan peruntukan penggunaan tanah kedepan.

d. Diskripsi mengenai pengkajian ada tidaknya

Page 42: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

hubungan kausatif antara kebijakan dengan perubahan tata ruang dan benturan hak atas tanah.

(Inkindo)

92. c. letak tanah;

93. d. luas tanah yang dibutuhkan;

94. e.perkiraan jangka waktu pelaksanaan pengadaan tanah;

95. f.perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;

96. g. perkiraan nilai tanah; dan

97 h. rencana penganggaran.

98. (2) Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan studi kelayakan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

Pada tahap perencanaan dan penelitian sudah harus masuk ke lapangan, pihak proyek masih belum siap atas data, peta, tanah dalam bentuk bidang/rincikan detil termasuk aspek pendukung bidang tanah tersebut. Dalam RUU hal ini sudah dimasukkan dalam Pasal 19, 20, 21, 22, 23, dan juga identifikasi di

Page 43: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

undangan.

dalam Pasal 32,33,dan 34. (Inkindo)

99. Bagian Ketiga Persiapan Pengadaan

Tanah

100. Pasal 19 Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 menjadi dasar bagi Instansi yang memerlukan tanah bersama Pemerintah. Provinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan:

Ditambah: b. “Sosialisasi rencana

pembangunan/ pengadaan tanah”

(Kementerian Pekerjaan Umum)

Apakah instansi menyampaikan dokumen perencanaan pengadaan tanah kepada Gubernur/Bupati/ Walikota. (Kementerian Pekerjaan Umum)

101 a. pemberitahuan rencana pembangunan;

102. b.pendataan awal lokasi rencana pembangunan; dan

103. c.konsultasi publik rencana pembangunan.

104. Pasal 20 Pemberitahuan rencana pembangunan sebagaimana dimaksud

Ditambah “dan sosialisasi” dan “dan huruf b”, sehingga Pasal 20 menjadi:

Pasal 20-23 mengenai pendataan awal dan konsultasi publik yang mana

Page 44: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

dalam Pasal 19 huruf a disampaikan kepada pihak yang berhak baik langsung maupun tidak langsung.

“Pemberitahuan dan sosialisasi rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a dan huruf b disampaikan kepada pihak yang berhak baik langsung maupun tidak langsung.” (Kementerian Pekerjaan Umum)

belum jelas, itu menjadi tugas siapa. Agar pendataan awal dan konsultasi publik menjadi tugas panitia pengadaan tanah. (APKASI)

105. Pasal 21 (1)Pendataan awal lokasi

rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b meliputi kegiatan pengumpulan data awal pihak yang berhak dan obyek pengadaan tanah.

Pendataan pihak yang berhak belum bisa detail (diperoleh dari aparat desa). (Kementerian Pekerjaan Umum)

Identifikasi pemilik lahan, advokasi dan sosialisasi yang baik dan benar ikut menentukan kelancaran proyek khususnya terhadap proses pengadaan tanah. (Inkindo)

Dalam pertanahan perlu tahapan identifikasi dan sosialisasi. Identifikasi mencakup identifikasi terhadap pemilik lahan. Selain itu perlu dilakukan pula 3 tipe advokasi selama proses pengadaan tanah yang meliputi advokasi terhadap kelompok kecil dan kelompok besar, serta advokasi individu khusus. Hal ini terkait dengan rekomendasi yang perlu dimasukkan dalam RUU sebagai bagian dari psikososial. (Inkindo)

Page 45: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

106. (2)Hasil pendataan awal lokasi rencana pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai data untuk pelaksanaan konsultasi publik rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c.

107. Pasal 22 (1)Konsultasi publik

rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari pihak yang berhak.

Catatan: uraian tentang konsultasi publik tidak ada di NA, sehingga tidak dapat ditelusuri alur pikir yang mendasari rumusan Pasal 22. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

Seharusnya apa yang dimaksud dengan konsultasi publik harus dijelaskan dan dimasukkan dalam pasal definisi. (Prof Arie S. Hutagalung)

Perlu ditambahkan bahwa tujuan dari konsultasi publik adalah untuk sosialisasi secara terperinci saja (BPJT)

108. (2)Konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan melibatkan pihak yang berhak dan dilaksanakan di tempat

Page 46: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

yang disepakati.

109. (3)Pelibatan Pihak yang berhak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat melalui perwakilan dari dan oleh pihak yang berhak atas lokasi rencana pembangunan

Maksud dari “perwakilan” dan persyaratan perlu dipertegas. Kata “atas” perlu ditambah kata “tanah” Selanjutnya disebutkan bahwa pelibatan pihak yang berhak dalam konsultasi publik dapat melalui perwakilan dari dan oleh pihak yang berhak atas lokasi rencana pembangunan. Kata “dan” dalam Pasal 22 ayat (3) ini mengandung makna bahwa konsultasi publik harus melibatkan pihak yang berhak dan perwakilannya juga. Oleh karena itu akan lebih tepat jika kata “dan” tersebut diubah dengan kata “atau” sehingga akan berarti bahwa konsultasi publik melibatkan pihak yang berhak atas lokasi rencana pembangunan atau melalui perwakilannya. (Kementerian Pekerjaan Umum)

110. (4)Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk berita acara kesepakatan.

Page 47: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

Tentang Perwakilan Pihak yang berhak dalam konsultasi publik (Pasal 22), penambahan 2 ayat baru, sehingga berbunyi sbb: (4) Perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan surat kuasa notariil atau dibawah tangan yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah dan Camat. (PLN)

(5) Perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan ketentuan 1 (satu) penerima kuasa hanya dapat menerima kuasa dari 1 (satu) pihak yang berhak. (PLN)

111. Pasal 23 (1)Konsultasi publik

rencana pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dilaksanakan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan.

Berkaitan dengan konsultasi publik. Pihak yang keberataan terhadap pengadaan tanah dapat melakukan konsultasi publik. Konsutlasi publik ini perlu juga dibentuk Tim kajian, dimana Tim kajian ini bertugas untuk mengkaji mengenai hasil konsultasi publik yang diadakan dan hasil dari kajian tersebut dilaporkan dalam jangka waktu 14 hari. (KKPPI)

112. (2)Apabila sampai dengan jangka waktu 2 (dua)

Page 48: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

bulan pelaksanaan konsultasi publik rencana pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat pihak yang keberatan mengenai rencana lokasi pembangunan, dilaksanakan konsultasi publik ulang dengan pihak yang keberatan paling lama 1 (satu) bulan.

113. Pasal 24 (1)Apabila dalam

konsultasi publik ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) masih terdapat pihak yang keberatan mengenai rencana lokasi pembangunan, instansi yang memerlukan tanah melaporkan keberatan dimaksud kepada Menteri yang mempunyai tugas di bidang perencanaan pembangunan nasional.

Terkait dengan penolakan rencana lokasi pembangunan, Pasal 24 yang terdiri dari 5 ayat seyogyanya ditambah dengan 1 (satu) ayat, dengan alasan sebagai berikut: keberatan pihak yang berhak terhadap rencana lokasi pembangunan, melalui proses yang diatur dalam ayat (1) sampai dengan (5) berujung pada penetapan Menteri yang menerima atau menolak keberatan pihak yang berhak. Belum jelas bagaimana tindak lanjut dari penetapan Menteri tersebut. Secara tidak langsung, bila keberatan diterima oleh Menteri, diisyaratkan dalam NA “Penetapan lokasi di wilayah

Pasal 24 Ayat (1), masih terdapat pihak yang keberatan. Hal ini akan menyulitkan. Lebih baik masyoritas (lebih dari 75%), maka akan dieksekusi pengadaan tanah. (PELINDO IV)

Page 49: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

yang tidak diperoleh kesepakatan warga, tidak perlu diperpanjang diberikan opsi untuk memindahkan lokasi pembangunan ke lokasi lain. Hal ini untuk lebih memastikan proyek dapat berjalan dan tidak terkendala dengan resistensi masyarakat.” (NA halaman 16) Namun disayangkan bahwa hal ini tidak dimuat dalam rumusan Pasal 24 (seharusnya ditambahkan satu ayat lagi). Sama tidak jelasnya bila keberatan ditolak oleh Menteri. Apa alasan penolakannya? Apa implikasi hukumnya? Apakah pihak yang berkeberatan “wajib” menerima penetapan Menteri, atau apakah masih terbuka upaya hukum lain bagi pemerintah untuk mengatasi keadaan ini, mengingat bahwa UU ini dititikberatkan pada asas kesepakatan yang dicapai berdasarkan musyawarah? Apakah jika memang masih ada keberatan, sedangkan lokasi tidak dapat dipindahkan tanpa membawa implikasi yang lebih luas, masih terbuka kemungkinan bagi pemerintah

Page 50: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

untuk, sesuai dengan Pasal 18 UUPA, menempuh upaya pencabutan hak atas tanah menurut UU No. 20 Tahun 1961? Pencabutan hak atas tanah merupakan upaya terakhir bila semua upaya telah ditempuh melalui musyawarah tidak membuahkan hasil sedangkan tanah yang diperlukan untuk kepentingan umum tidak dapat dipindah ke lokasi lain. Hal ini sudah diisyaratkan dalam NA (halaman 32). Jika peraturan terdahulu, yaitu Perpres No. 36 Tahun 2005 (lihat Pasal 19 ayat (4) huruf b Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007) saja berani memberikan jalan keluar berupa upaya pencabutan hak atas tanah, maka menjadi pertanyaan bila UU ini tidak memuat implikasi penolakan pihak yang keberatan terhadap penolakan Menteri. Bila hal ini tidak diatur lebih lanjut, maka ketentuan Pasal 24 yang memberikan hak bagi pihak yang berhak untuk mengajukan keberatan menjadi tidak bermakna, karena ada atau tidak ada keberatan pun akibatnya sama, yakni proses

Page 51: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

pengadaan tanah tetap berjalan! (NA halaman 49 angka 1: pihak yang terkena pengadaan tanah haruslah mempunyai kesempatan untuk mengajukan bantahan atau keberatan terhadap lokasi pembangunan, penetapan lokasi pembangunan, besar dan bentuk ganti kerugian. Tetapi NA tidak menguraikan implikasi selengkapnya) Dengan demikian patut dipertanyakan, bagaimana sikap RUU dalam memberikan jalan keluar terhadap keberatan pihak yang berhak, yang memang merupakan hak yang bersangkutan (bila ada hak dari satu pihak maka merupakan kewajiban bagi pihak lain untuk memenuhinya). Usul: seyogyanya ditambahkan 1 ayat lagi (ayat (6)) sebagai kelanjutan ketentuan dalam ayat (5). (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

114. (2) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membentuk Tim untuk melakukan kajian atas keberatan rencana lokasi

Page 52: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

115. (3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) beranggotakan dari kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang menangani urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional, di bidang hukum dan hak asasi manusia, di bidang urusan dalam negeri, dan Gubernur setempat atau pejabat yang ditunjuk.

Ditambah kata “urusan pertanahan” sehingga Pasal 24 ayat (3) menjadi: “Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) beranggotakan dari kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang menangani urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional, di bidang hukum dan hak asasi manusia, di bidang urusan dalam negeri, urusan pertanahan dan Gubernur setempat atau pejabat yang ditunjuk. “

(Kementerian Pekerjaan Umum)

Pasal 24 Ayat (3), Pembentukan tim cukup Pembkab atau Pemkot saja (PELINDO IV)

116. (4) Hasil kajian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa rekomendasi diterima tidaknya keberatan rencana lokasi pembangunan, dalam jangka waktu paling lima 14 (empat

Page 53: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

belas) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan oleh Menteri yang mempunyai tugas di bidang perencanaan pembangunan nasional.

117. (5)Menteri berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengeluarkan penetapan diterima atau tidaknya keberatan atas rencana pembangunan.

(Catatan: Pasal 24 ayat (5) “Menteri berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengeluarkan penetapan diterima atau tidaknya keberatan atas rencana lokasi (ditambahkan) pembangunan.”) (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

Pasal 24 Ayat (5), Pentetapan diterima atau ditolak rencana pembangunan:

Lebih kecil 50 HA, cukup Bupati/Walikota

50 HA – 100 HA Gubernur

Diatas 100 HA, Menteri Dalam Negeri

Perlu diatur jika lokasi pada 2 Kabupaten atau 2 propinsi yang saling berbatasan. (PELINDO IV)

118. Pasal 25 (1) Dalam hal Instansi

yang memerlukan tanah merupakan Pemerintah Daerah, keberatan rencana lokasi pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) disampaikan kepada Gubernur.

Ayat (1) – ayat (5) mengenai proses keberatan atas rencana lokasi pembangunan yang mana penanganan mengenai proses keberatan atas rencana lokasi pembangunan belum tuntas sehingga sulit untuk direalisisr di lapangan. Agar

Page 54: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

ditambahkan 2 (dua) ayat lagi yakni ayat (6) yang berbunyi: “apabila penetapan keberatan diterima oleh Gubernur maka rencana lokasi pembangunan harus dipindahkan ke lokasi lain. Apabila lokasinya tidak dapat dipindahkan maka dipergunakan pencabutan hak sesuai dengan UU Nomor 20/1961 Tentang Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-Benda yang ada di atasnya” Ayat (7) yang berbunyi: “apabila penetapan keberatan ditolak oleh Gubernur maka rencana lokasi pembangunan dapat dilanjutkan dengan memberikan ganti kerugian yang dititip di pengadilan atau konsinyasi. Apabila lokasinya tidak dapat dipindahkan maka dipergunakan pencabutan hak sesuai dengan UU Nomor

Page 55: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

20/1961 Tentang Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-Benda yang ada di atasnya”

(APKASI)

119. (2)Gubernur membentuk Tim untuk melaksanakan kajian atas keberatan rencana lokasi pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

120. (3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) beranggotakan dari instansi yang menangani urusan di bidang perencanaan pembangunan daerah, di bidang pemerintahan, di bidang hukum dan hak asasi manusia, dan Bupati/Walikota setempat atau pejabat yang ditunjuk.

Ditambah kata “di bidang pertanahan” sehingga Pasal 25 ayat (3) menjadi: “Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) beranggotakan dari instansi yang menangani urusan di bidang perencanaan pembangunan daerah, di bidang pemerintahan, di bidang pertanahan, di bidang hukum dan hak asasi manusia, dan Bupati/Walikota setempat atau pejabat yang ditunjuk. “ (Kementerian Pekerjaan Umum)

121. (4) Hasil kajian Tim

Page 56: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa rekomendasi diteima tidaknya keberatan rencana lokasi pembangunan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan.

122. (5)Gubernur berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengeluarkan penetapan diterima atau tidaknya keberatan atas rencana pembangunan.

123. Pasal 26 (1)Instansi yang

memerlukan tanah menyampaikan Rencana Pengadaan Tanah kepada Lembaga pertanahan guna memperoleh penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum.

Pasal 26 Dalam rangka koordinasi dan kebersamaan dengan Pemda diusulkan Penetapan Lokasi Pembangunan Kepentingan Umum ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur, bukan oleh Lembaga Pertanahan. (Kementerian Pekerjaan Umum)

Page 57: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

“Instansi yang memerlukan tanah menyampaikan usulan penetapan lokasi pembangunan kepada lembaga pertanahan”, Rencana Pengadaan Tanah dihapus karena sudah disampaikan kepada Pemda. (Kementerian Pekerjaan Umum)

124. (2) Rencana pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi :

125. a. dokumen rencana pengadaan tanah;

127. b. berita acara kesepakatan; dan/atau

128. c. Penetapan Menteri atau Gubernur.

129. (3) Lembaga Pertanahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menetapkan Lokasi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagai dasar

Dalam draft RUU dapat ditambahkan usulan peran BPN sebagai land banking terutama untuk jalan tol dan kepentingan pembangunan lainnya dapat lebih dulu dilakukan oleh BPN dengan masukan dari instansi terkait.

Pasal 26 Ayat (3), yang menetapkan lokasi seharusnya Kementerian Teknis, bukan lembaga pertanahan (PELINDO IV)

Page 58: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

proses pelaksanaan pengadaan tanah.

(BPJT)

Tidak sejalannya dengan UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Dalam rangka Otonomi Daerah diusulkan agar SK Penetapan Lokasi tersebut menjadi kewenangan Bupati dengan masukan teknisnya dari lembaga pertanahan.

(APKASI)

130. Pasal 27 (1) Penetapan Lokasi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 diberikan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun.

Pasal 27 Ayat (1), Masa penetapan 2 Tahun, Masterplan jangka waktunya bisa puluhan tahun (PELINDO IV)

131. (2) Penetapan Lokasi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling ama 2 (dua) tahun.

Page 59: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

132. Pasal 28 Dalam hal jangka waktu Penetapan Lokasi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 tidak terpenuhi, maka Penetapan Lokasi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dilaksanakan proses ulang terhadap sisa tanah yang belum selesai pengadaannya.

Kata “proses ulang” diganti menjadi “penetapan ulang”, karena sisa yang belum bebas adalah pihak yang tidak setuju, bila dibuat konsultasi public pasti tidak setuju, sehingga tidak ada Berita Acara Kesepakatan. Selanjutnya disebutkan bahwa jika jangka waktu penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum tidak terpenuhi, maka penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum dilaksanakan proses ulang terhadap sisa tanah yang belum selesai pengadaanya. Dalam rancangan penjelasan Pasal 28 tersebut, proses ulang yang dimaksud tidak dijabarkan akan dimulai dari tahapan mana. (Kementerian Pekerjaan Umum)

133. Pasal 29 (1) Lembaga Pertanahan

bersama Instansi yang memerlukan tanah dan Pemerintah Provinsi dan/atau Pemeintah Kabupaten/ Kota mengumumkan Penetapan Lokasi Pembangunan Untuk

Dalam draft RUU dapat ditambahkan usulan peran BPN sebagai land banking terutama untuk jalan tol dan kepentingan pembangunan lainnya dapat lebih dulu dilakukan oleh BPN dengan masukan dari instansi terkait. (BPJT)

Mengenai Panita pengadaan

Page 60: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

Kepentingan Umum.

tanah (P2T) yang beranggotakan pejabat-pejabat pemda, agar diatur dalam RUU untuk dapat bekerja secara penuh. (BPJT)

134. (2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan untuk pemberitahuan kepada masyarakat bahwa di lokasi tersebut akan dilaksanakan pembangunan untuk kepentingan umum.

Tentang Jangka Waktu Pengumuman Penetapan Lokasi, Pasal 29 ayat (2), sehingga berbunyi sbb: (2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender, dimaksudkan untuk pemberitahuan kepada masyarakat bahwa di Iokasi tersebut akan dilaksanakan pembangunan untuk kepentingan umum. (PLN)

135. Pasal 30 (1) Penetapan Lokasi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tidak menghalangi pihak yang berhak untuk melakukan peralihan dan pendaftaran tanahnya.

Isi dari ketentuan Pasal 30 kurang dapat mencegah terjadinya pencaloan tanah yang mengakibatkan pembangunan infrastruktur selama ini menjadi lambat. (Kementerian Pekerjaan Umum)

Pasal 30 Pasal ini akan dapat memberikan alasan terhadap adanya ketidakpastian terbentuknya harga tanah, dan berpotensi akan memberikan keuntungan pada pihak-pihak yang memanfatkannya Dengan kondisi tersebut, Penilai akan menghadapi suatu kondisi yang sulit dalam menentukan data pasar yang objektif sebagai dasar pertimbangan nilai yang akan dihasilkan. Usulan terhadap terhadap

Tentang Pengalihan Hak Atas Tanah setelah diterbitkan Penetapan Lokasi (Pasal 30), sehingga berbunyi sbb: "Penetapan lokasi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 mengakibatkan pihak yang berhak tidak diizinkan untuk melakukan peralihan dan pendaftaran tanahnya". (PLN)

Pasal 30 Ayat (1), untuk menjaga

Page 61: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

pasal ini, setidaknya ada suatu kondisi yang lebih pasti atas rencana pengadaan tanah dengan memperhatikan kepentingan pemilik maupun kepentingan pemerintah. (MAPPI)

spekulasi mafia tanah, harusnya tidak boleh ada transaksi setelah penetapan (PELINDO IV)

136. (2)Pengalihan penguasaan/pemilikan tanah yang berada pada lokasi yang telah ditetapkan sebagai lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, pemerintah melalui Lembaga Pertanahan memperoleh kesempatan pertama atas peralihan tersebut sebelum dialihkan kepada pihak lain.

Apakah Badan Pertanahan Nasional (BPN) memeiliki dana tersebut? (Kementerian Pekerjaan Umum)

Catatan: Ketentuan ayat (2) ini menunjukkan keinginan Pemerintah untuk merumuskan tentang kebijakan land freezing secara parsial. Dalam konsepsi land freezing, “pembekuan” hak atas tanah untuk mencegah spekulan tanah, dilakukan dengan cara bahwa Pemerintah akan “membeli” tanah-tanah di seluruh lokasi yang direncanakan untuk kegiatan pembangunan. Untuk melaksanakan land freezing yang menyeluruh itu diperlukan ketersediaan dana yang besar. Dalam UU ini, land feezing policy dimaknai sebagai pembekuan kegiatan administrasi pertanahan pada lokasi yang telah ditetapkan untuk pembangunan (NA halaman 26: “membekukan sertipikat tanah, sehingga oleh pemiliknya tidak diperjualbelikan.”) Situasi dan kondisi yang ada

Page 62: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

kemudian melahirkan rumusan Pasal 30 dalam nuansa yang berbeda. Karena Pemerintah tidak mempunyai cukup dana untuk melakukan land freezing sesuai konsepsi, maka tetap dibuka kesempatan bagi pihak yang berhak untuk mengalihkan tanahnya kepada pihak lain (Pasal 30 ayat (1)). Ayat (2) dimaksudkan untuk “memasukkan” land freezing policy dalam nuansa yang berbeda. Karena keterbatasan dana Pemerintah dan dengan demikian tidak mungkin membekukan sertipikat tanah di seluruh lokasi pembangunan, tanpa “membeli” tanah-tanah yang bersangkutan, maka dalam ayat (2) dirumuskan bahwa “Pemerintah memperoleh kesempatan pertama atas perolehan tanah sebelum dialihkan kepada pihak lain.” Ketentuan ini harus dimaknai bahwa pihak yang akan mengalihkan tanahnya memperoleh harga yang disepakati, siapa pun pembelinya, baik Pemerintah maupun pihak lain. Rumusan dalam ayat (3) seyogyanya dihapuskan karena hal itu sudah dengan

Page 63: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

sendirinya akan berlaku. Siapa pun yang dalam tahap inventarisasi dan identifikasi tercatat sebagai pemegang hak atas tanah sampai dengan saat pengumuma atau verifikasi, dialah yang berhak atas ganti kerugian dan wajib melepaskan hak atas tanahnya pada saat pengadaan tanah dilaksanakan. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

137. (3) Pihak lain yang telah memperoleh tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib melepaskan atau menyerahkan .penguasaan/pemilikannya kepada pemerintah melalui Lembaga Pertanahan pada saat pengadaan tanah dilaksanakan.

Draft RUU perlu dilengkapi dengan adanya aturan tambahan yaitu mengenai pencabutan Hak Atas Tanah untuk kepentingan umum. (BPJT)

138. Bagian Keempat Pelaksanaan Pengadaan

Tanah

139. Paragraf 1 Umum

Pasal 31 - Pasal 48, tidak mendapatkan angka yang pasti mengenai proses pengadaan tanah. Perlu

Page 64: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

dijelaskan kembali mengenai jangkat waktu proses dari tahap demi tahap, sehingga memberikan kejelasan dan kepastian mengenai jangka waktu pengadaan tanah. (KKPPI)

140. Pasal 31 (1)Berdasarkan

Penetapan Lokasi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Lembaga Pertanahan melaksanakan pengadaan tanah.

Dalam draft RUU

dapat ditambahkan

usulan peran BPN

sebagai land banking

terutama untuk jalan tol

dan kepentingan

pembangunan lainnya

dapat lebih dulu

dilakukan oleh BPN

dengan masukan dari

instansi terkait. (BPJT)

Pasal 31, semuanya kok ditangani oleh BPN. Usul, sebaiknya melibatkan pihak terkait. Jika kawasan hutan, melibatkan lembaga terkait yang mengerti mengenai hutan. (PERHUTANI )

Terdapat ketentuan yang kontradiksi mengenai pihak yang melaksanakan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yaitu Pasal 14 dengan Pasal 7 dan Pasal 31 ayat (1) RUU.

(PELINDO II)

Pasal 31 Ayat (1) yang melaksanakan pengadaan tanah, lebih efektif bila oleh pemkab/pemkot, bukan lembaga pertanahan (PELINDO IV)

141. (2) Pelaksanaan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

Page 65: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

142. a. inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan,penggunaan dan pemanfaatan tanah;

143. b. penilaian ganti kerugian;

144. c. musyawarah penetapan ganti kerugian; dan

musyawarah antara pihak yang memerlukan tanah dengan pihak berupa badan hukum yang terkena pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan dapat dilaksanakan setelah adanya kesepakatan para pihak melalui prosedur dan ketentuan yang berlaku (PTPN VIII)

145. d. pembayaran ganti kerugian.

146. Paragraf 2

Inventarisasi dan Identifikasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan

Tanah

147. Pasal 32 (1)Inventarisasi dan

identifikasi penguasaan,

Dalam hal terjadi keraguan, tentang hak kepemilikan tanah, dalam pelaksanaan

Page 66: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf a meliputi kegiatan:

inventarisasi dan identifikasi kepemilikan tanah, maka penyelesaiannya menjadi wewenang Lembaga Pertanahan. Penetapan yang dilakukan Lembaga Pertanahan ini, sifatnya mutlak dan mengikat para pihak (final). (Pertamina)

148. a. pengukuran dan pemetaan bidang tanah; dan

Permasalahan juga muncul dalam hal pengukuran bidang tanah yang harus dilakukan oleh staf BPN, dimana jumlah staf BPN terbatas dan mempunyai beban kerja yang simultan/paralel dengan pekerjaan lain, sehingga bisa menjadi suatu keterlambatan dalam penyelesaian pekerjaan. (Inkindo)

149. b. pengumpulan data pihak yang berhak dan obyek pengadaan tanah.

150. (2) Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Page 67: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

dilaksanakan dalam jangka waktu yang dapat ditentukan dengan mempertimbangkan pihak yang berhak dan obyek pengadaan tanah.

151. Pasal 33 (1) Hasil inventarisasi dan

identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 diumumkan di kantor desa/kelurahan dan kantor kecamatan setempat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja.

152. (2) Hasil inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dapat diumumkan secara bertahap/partial atau secara keseluruhan.

153. (3) Pengumuman hasil inventarisasi dan identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi subyek hak,

Bab III dan IV dalam RUU masih dapat dispesifikkan/disinergikan kembali khususnya mengenai pentingnya data

Page 68: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

luas, letak dan peta tanah obyek pengadaan tanah.

tanah yang diperlukan yang

didapat dari studi kepustakaan/sejarah/asal usul tanah dan dokumentasi/mapping. Hal ini penting karena sesuai Pasal 16 mengenai perencanaan pengadaan tanah (data base sangat penting) sehingga perlu jaminan kesediaan tanah dari lembaga yang kompeten seperti BPN. Seringkali ketiadaan data base mengenai tanah menyulitkan ketika konsultan akan memulai pekerjaan. (Inkindo)

154. (4) Dalam hal terdapat keberatan atas hasil pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan verifikasi dan perbaikan.

Tentang Jangka Waktu melakukan Verifikasi (Pasal 33), sehingga berbunyi sbb: (4). Da/am hal terdapat keberatan atas hasil pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan verifikasi dan perbaikan dengan jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja. (PLN)

155. Pasal 34 Hasil pengumuman atau verifikasi dan perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ditetapkan

Page 69: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

oleh Lembaga Pertanahan dan selanjutnya menjadi dasar penentuan pihak yang berhak dalam pembayaran ganti kerugian.

156. Paragraf 3 Penilaian Ganti Kerugian

157. Pasal 35 (1) Lembaga Pertanahan

menetapkan Penilai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam draft RUU dapat ditambahkan usulan peran BPN sebagai land banking terutama untuk jalan tol dan kepentingan pembangunan lainnya dapat lebih dulu dilakukan oleh BPN dengan masukan dari instansi terkait. (BPJT)

Mengenai mekanisme kontrol negara atas tanah maka intervensi negara atas harga tanah berdasarkan mekanisme harga pasar penting untuk diatur dalam draft RUU. (APERSI)

Bahwa tanah sebagai hajat hidup orang banyak harus disikapi mengingat nanti dalam tahun 2012 atau 2013 kewenangan PBB ada di Pemerintah kabupaten/ kota sehingga pemerintah harus antisipasi masalah harga

Page 70: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

karena dikhawatirkan pemerintah kabupaten/kota dapat menentukan harga untuk kepentingan PAD nya. (REI)

Tidak semua kabupaten terdapat tim penilai ganti kerugian. Agar ditambah 1 (satu) ayat lagi tentang pemberian peluang atau kesempatan kepada kabupaten yang tidak terdapat tim penilai ganti kerugian untuk membentuk tim penilai ganti kerugian yang terdiri dari LSM, Perguruan Tinggi Negeri dan Instansi Teknis terkait lainnya.

(APKASI)

158. (2) Lembaga Pertanahan mengumumkan Penilai yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk melaksanakan perhitungan nilai obyek pengadaan tanah.

Dalam Draft RUU perlu diatur bahwa harga tanah tidak hanya berdasar NJOP tetapi nilai lain yang dapat diterima oleh masyarakat. (BPJT)

Ecosoc harus menjadi dasar dan perhatian terhadap proses ganti rugi dalam RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan (Inkindo)

Page 71: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

159. Pasal 36 (1) Penilai yang ditetapkan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 bertanggung jawab secara formil dan materiil terhadap hasil penilaian yang telah dilaksanakan.

Catatan: Apakah artinya bertanggung jawab secara formil dan materil itu? Uraian tentang hal ini tidak tercantum dalam NA. Seyogyanya hal tersebut diberi penjelasan yang didasarkan pada uraian (tambahan) dalam NA. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

Dalam Pasal Pasal 36 menyebutkan “…bertanggung jawab secara formil dan materil…” hal tersebut memerlukan penjelasan lebih lanjut . Usul perubahan Pasal ini berbunyi: Penilai yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 bertanggung jawab secara formil dan materiil terhadap hasil penilaian yang telah dilaksanakan sesuai kode etik dan standar penilaian yang berlaku. (MAPPI)

160. (2) Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi administratif dan/atau pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

161. Pasal 37 Perhitungan besarnya nilai ganti kerugian oleh Penilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dilakukan bidang per bidang tanah termasuk tanah, ruang atas tanah, dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda-benda yang berkaitan dengan tanah,

Penggunaan acuan NJOP (ada di Perpres) seringkali menyulitkan dalam tahap implementasi, antara lain sebagai berikut : a. Terhadap angka yang

dikeluarkan (selalu mengacu kepada NJOP yang sebenarnya hanya untuk keperluan pajak sehingga sering membuat

Tentang Nilai Ganti Kerugian dan/atau Kompensasi yang dapat dinilai (Pasal 37), sehingga berbunyi sbb: "Perhitungan besarnya nilai ganti kerugian dan/atau kompensasi oleh Penilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dilakukan bidang per bidang tanah termasuk tanah, ruang atas tanah, dan bawah tanah,

Page 72: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

dan/atau kerugian lain yang dapat dinilai.

kebingungan). Di dalam Perpres seharusnya menggunakan Penilai Independen;

b. Dikhawatirkan oleh pelaksana akan menjadi temuan pemeriksa, manakala dijumpai harga ganti rugi di atas NJOP, padahal NJOP hanya untuk kepentingan pajak sedangkan nilai ganti rugi mengikuti acuan penilai independen. yang memunculkan masalah baru;

c. Kalau tetap menggunakan NJOP maka asas keadilan di dalam RUU tidak tercapai karena juga harus berdasarkan kesediaan/persetujuan dari masyarakat untuk melepaskan haknya.

(Inkindo)

perlu ada batasan yang lebih detail dengan penjelasan masing-masing kriteria tersebut. (MAPPI)

bangunan, tanaman, benda-benda yang berkaitan dengan tanah ". (PLN)

162. Pasal 38 (1) Nilai ganti kerugian yang

dinilai Penilai sebagaimana dimaksud

Diusulkan: Nilai pada saat pengumuman penetapan lokasi diubah menjadi nilai

Page 73: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

dalam Pasal 37, merupakan nilai pada saat pengumuman Penetapan Lokasi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29.

pada saat “penilaian”, ditujukan: -supaya transparan dengan yang berhak -penilaian secara bertahap sesuai dengan penyelesaian peta bidang, sedangkan penetapan lokasi sekaligus -ada jangka waktu antara penetapan lokasi dan penilaian harga. (Kementerian Pekerjaan Umum)

163. (2) Besarnya nilai ganti kerugian berdasarkan hasil penilaian Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Lembaga Pertanahan dengan berita acara.

164. (3) Nilai ganti kerugian berdasarkan hasil penilaian Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar musyawarah penetapan ganti kerugian.

Perlu diatur mengenai tata cara penghitungan ganti kerugian dan disosialisasikan kepada semua pihak sehingga diperloleh transparansi tentang nilai ganti kerugian yang diberikan (Menteri Perindustrian)

Diharapkan appraisal /penilai tanah harus mempertimbangkan berbagai hal sebelum menetapkan harga dan diupayakan agar harga diumumkan secara terbuka agar mengurangi pihak ketiga di antara pemilik tanah dan yang membebaskan tanah, selain juga kemudahan dalam pembayaran ganti rugi. (ATI)

Pasal 38 Ayat (3), hasil penilaian penilai hanya sebagai pedoman. Bisa lebih kecil atau lebih besar atau sama (PELINDO IV)

Page 74: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

165. Pasal 39 Dalam hal bidang tanah tertentu yang terkena pengadaan tanah terdapat sisa yang tidak lagi dapat difungsikan sesuai dengan peruntukan dan penggunaannya, pihak yang berhak dapat meminta untuk penggantian secara utuh atas bidang tanahnya.

Diusulkan: kalimat “pihak yang berhak dapat meminta untuk penggantian secara utuh atas bidang tanahnya” diubah menjadi “dapat diberikan penggantian terhadap sisa tanahnya” (Kementerian Pekerjaan Umum)

166. Pasal 40 Pembayaran ganti kerugian dapat diberikan dalam bentuk:

Perlu diatur bentuk-bentuk ganti kerugian selain berupa uang, misalnya ketentuan penggantian dalam bentuk relokasi atau bentuk ganti kerugian lainnya (Menteri Perindustrian)

Catatan: Rumusan pembayaran ganti kerugian tidak tepat, karena yang dapat dibayarkan hanya bentuk a. “uang”. Usul: Rumusan diubah menjadi “Ganti kerugian dapat diberikan dalam bentuk: (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

Perlu diberikan batasan atau criteria yang jelas dalam hal ganti rugi, karena dalam kenyataannya, secara empiris ganti kerugian masih ditafsirkan sekedar mengenai sejumlah kompensasi yang diterima oleh pemilik tanah yang berhak, tanpa mempertimbangkan apakah ganti kerugian yang layak tersebut mampu memberikan

Kerugian non materil belum tergantung pada pasal ini. Diusulkan agar kerugian non fisik seperti kehilangan pekerjaan, biaya alih profesi dan nilai atas properti sisa agar juga diberikan ganti kerugian. (APKASI)

Ganti rugi tidak hanya berupa uang tetapi juga dapat berupa penggantian permukiman (KKPPI)

Dalam pengadaan tanah harus bisa memberikan harga kompensasi yang layak bagi masyarakat yang tanahnya terkena pengadaan tanah. (KKPPI)

Bentuk Ganti rugi yang terdapat dalam Pasal 40 ayat sangat limitatif, seharusnya ada bentuk lain (KOMNAS HAM)

Sesuai dengan Pasal 13 Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 bentuk pelepasan tanah, dapat dengan ganti rugi berupa uang dan/atau tanah pengganti dan/atau pemukiman kembal dan/atau gabungan dua atau lebih bentuk ganti kerugian. (PTPN VIII)

Pasal 40, Bentuk ganti rugi kalau bukan dalam bentuk uang, harus ada tim penilai lagi agar equivalent/setara (PELINDO IV)

Page 75: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

kemungkinan bagi kehidupan mas depan dari pemegan hak-hak atas tanah yang dilepaskan. (Dr. Hendrik Hattu S.H., M.H.)

Istilah ganti rugi sebaiknya diganti dengan kompensasi. (Dr. Denny Zulkaidi)

Perlu dipikirkan juga mengenai bagaimana pemilik tanah dapat menikmati prospek tanahnya sesudah pembangunan terjadi. Harga ganti kerugian tidak hanya didasarkan pada present value, tetapi juga mempertimbangkan future value (Dr. Denny Zulkaidi)

167. a. uang;

168. b. tanah pengganti;

169. c. permukiman kembali;

170. d. bentuk lain yang disetujui oleh pihak yang berhak; atau

Huruf d dihapus karena menimbulkan ketidakpastian hukum. (Kementerian Pekerjaan Umum)

171. e. gabungan dari 2 (dua) atau lebih bentuk ganti kerugian

Page 76: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d.

Penambahan pasal baru yang mengatur tentang kebljakan dari pihak Lender terhadap warga yang terpaksa harus pindah (involuntary resettlement) yang belum diatur dalam peraturan perundang-undangan yaitu: - pemberian

kompensasi/bantuan terhadap warga terkena proyek (bantuan kepada kaum renta, bantuan kehilangan penghasilan selama masa transisi dll)

- pemberian bantuan terhadap penggarap/penghuni liar (squatters) dengan pertimbangan mereka memiliki asset di atas tanah / lahan yang ditempatinya.

- pemberian bantuan terhadap penyewa lahan/bangunan (mereka telah membayar uang sewa) dan terhadap petani bagi hasil/sharecropper) karena mereka kehilangan pekerjaan dan tempat tinggal.

- Perhitungan kompensasi

Page 77: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

terhadap bangunan diberikan tanpa depresiasi, dengan pertimbangan warga terkena proyek dapat membli atau membangun rumah baru yang layak di tempat lain

(PLN)

172. Paragraf 4 Musyawarah Penetapan

Ganti Kerugian

173. Pasal 41 (1) Lembaga Pertanahan

melakukan musyawarah dengan pihak yang berhak, untuk menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian berdasarkan hasil penilaian ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2).

Catatan: Apakah acara tentang penetapan ganti kerugian ini tidak memerlukan pengaturan lebih lanjut? (Uraian tentang hal ini tidak ada dalam NA. Bandingkan dengan pengaturan tentang lembaga banding dalam UU No. 21 Tahun 1960). (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

Pelaksanaan musyawarah di dalam draft RUU tidak ada batasan waktunya, diusulkan batasan waktunya dipercepat menjadi 60 hari. (BPJT)

Dalam musyawarah melibatkan masyarakat dalam jumlah besar cenderung sulit untuk mencapai kesepakatan. Hal ini seringkali menumbulkan masalah baru yang sering dialami pada saat pendampingan oleh konsultan. Perlu dipikirkan bagaimana solusi lebih lanjut jika tidak dijumpai kesepakatan tersebut. (Inkindo)

174. (2) Hasil kesepakatan

dalam musyawarah

sebagaimana dimaksud

Tentang Batas Atas (Maksimum) Nilai Ganti Kerugian dan/atau Kompensasi (Pasal 41), sehingga berbunyi sbb:

Page 78: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

pada ayat (1) menjadi

dasar pembayaran ganti

kerugian kepada pihak

yang berhak yang

dimuat dalam berita

acara kesepakatan.

(2) HasiI kesepakatan dalam musyawarah sebagaimana dimaksud pa da ayat (l) menjadi dasar pembayaran ganti kerugian dan/atau kompensasi kepada pihak yang berhak yang dimuat dalam berita acara kesepakatan dengan ketentuan tidak melebihi hasil penilaian Penilai. (PLN)

175. Pasal 42 (1) Pihak yang berhak yang

tidak menerima bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian, dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri setempat dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah musyawarah penetapan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41.

Pemilik tanah yang tidak setuju dapat mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri setempat dengan melampirkan penilaian pembanding dalam 30 hari, yang hal tersebut tidak diatur dalam RUU ini. Bagi pihak yang tetap tidak setuju patut pula dipikirkan biaya dari appraisal tandingan apakah ditanggung Pemerintah ataukah dipotong dari jumlah pembayaran yang akan diterima. (ATI)

Belum semua masyarakat yang siap untuk beracara di pengadilan. Karena lewat dari 14 hari hak masyarakat akan hilang untuk mengajukan

Page 79: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

keberatan di pengadilan. Jumlah 14 hari perlu ditinjau sehubungan dengan kesiapan masyarakat untuk beracara di pengadilan. (APKASI)

176. (2) Pengadilan Negeri memutus bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya pengajuan keberatan.

Pasal 42 Ayat (2), bagaimana dampaknya terhadap yang telah menerima, apabila penetapan pengadilan lebih besar atau lebih kecil dari hasil musyawarah (PELINDO IV)

177. (3) Putusan Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan putusan tingkat pertama dan terakhir yang bersifat final dan mengikat.

apakah sudah konsultasi Mahkamah Agung khususnya mengenai UU Pokok Kehakiman dan UU Mahkamah Agung RI mengenai putusan yang “In kracht van Gewijsde”

(Prof. Arie S. Hutagalung)

Di daLam draft RUU belum diatur secara tegas bagaimana melaksanakan eksekusi apabila seteleh putusan pengadilan, pemilik tanah masih melakukan penolakan. Hal ini perlu dicarikan solusinya dalam RUU. (ATI)

Terkait dengan draft RUU Pasal 42 ayat (3), Putusan Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2), merupakan putusan tingkat pertama dan terakhir yang bersifat final dan mengikat. Namun demi menghormati hak-hak

Pasal 42 Ayat (3), Apakah jika dilarang banding/kasasi tidak melanggar UU lain (PELINDO IV)?

Permasalahan pertanahan yang sifatnya sumir, diselesaikan di Lembaga Pertanahan. Sedang permasalahan yang sifatnya kompleks dan rumit, diselesaikan melalui lembaga peradilan (proses litigasi). (Pertamina)

Page 80: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

asasi Para Pihak yang dilindungi oleh undang-undang, seyogyanya ketentuan Pasal 42 ayat (3), tetap mendasarkan ketentuan hukum yang normatif, yaitu Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, dimana putusan Pengadilan Negeri bukan merupakan putusan final, karena para pihak yang belum menerima putusan itu masih memiliki hak banding dan hak kasasi. Sebagai jalan keluarnya untuk memperpendek proses eksekusi dalam hal pengambilalihan hak tanah untuk kepentingan umum, dengan membentuk Kelembagaan Badan Peradilan Khusus. (APERSI)

178. (4) Putusan Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar pembayaran ganti kerugian kepada pihak yang mengajukan keberatan.

179. Pasal 43 Dalam hal pihak yang berhak tidak menerima

Catatan: Pasal ini krusial karena dapat menghilangkan hak seseorang

Pasal 43, Sebaiknya diatur pengosongan/eksekusi (PELINDO IV)

Page 81: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian, dan tidak mengajukan keberatan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1), karena hukum pihak yang berhak dinyatakan menerima bentuk dan besarnya ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41.

untuk mengajukan keberatan. Jangka waktu mengajukan keberatan hanya 14 (empat belas) hari kerja setelah musyawarah penetapan ganti kerugian. Oleh karena itu disarankan agar hak-hak masyarakat untuk mengajukan keberatan dan batas waktunya disampaikan kepada masyarakat sejak tahap awal. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

Dalam hal tidak terjadi kesepakatan dalam penetapan ganti kerugian kepada pihak yang berhak dalam lokasi minyak, gas dan panas bumi, perlu dilakukan upaya pencabutan hak oleh Lembaga Pertanahan dan ganti rugi dilakukan melalui konsinyasi di Pengadilan, agar pembangunan tidak terganggu (Pertamina)

180. Paragraf 5 Pembayaran Ganti Kerugian

181. Pasal 44 Pembayaran ganti kerugian atas obyek pengadaan tanah diberikan langsung kepada pihak yang berhak.

Penjelasan Pasal 44 terkait pihak yang berhak atas ganti kerugian, uraiannya tidak dimuat dalam NA. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

Pasal 44, Perlu juga, bisa dikuasakan, tidak hanya langsung (PELINDO IV)

182. Pasal 45 (1) Ganti kerugian

dibayarkan kepada pihak yang berhak berdasarkan hasil penilaian yang ditetapkan dalam musyawarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 dan/atau

Kata “pembayaran” seyogyanya diganti dengan Pemberian/ Penyerahan ganti kerugian (lihat uraian No. 14 (Pasal 40)) (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

Hal lain yang belum diatur dalam RUU adalah batas waktu pembayaran kompensasi yang dilakukan

paling lambat 3 bulan sejak persetujuan pemilik tanah atau keputusan inkracht pengadilan atas nilai kompensasi. (ATI)

Pada saat kesepakatan sudah

Page 82: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

Putusan Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42,

terjadi, seharusnya pembayaran dana oleh investor harus betul-betul sudah tersedia agar tetap dipercaya masyarakat, sehingga tidak memunculkan masalah baru, antara lain terhambatnya proyek atau tidak dibayarnya jasa konsultan. (Inkindo)

183. (2) Pada saat pembayaran ganti kerugian pihak yang berhak menerima ganti kerugian wajib.

184. a. melakukan pelepasan hak; dan

Draft RUU perlu dilengkapi dengan adanya aturan tambahan yaitu mengenai pencabutan Hak Atas Tanah untuk kepentingan umum (BPJT)

Mengenai pencabutan hak atas tanah diupayakan agar hak atas tanah otomatis dicabut demi hukum pada saat ganti rugi sudah dibayar kepada pemilik tanah/dititipkan ke Pengadilan sehingga tidak mengganggu proses selanjutnya. Hal ini penting untuk diformulasikan secara lugas di dalam RUU. (ATI)

Page 83: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

185. b. menyerahkan alat bukti penguasaan/kepemilikan obyek pengadaan tanah, kepada negara melalui Lembaga Pertanahan.

mengenai alat bukti harus dibedakan alat bukti hak atas tanah termasuk surat keterangan tanah milik adat yang ada diluar pulau Jawa; alat bukti penguasaan tanah secara fisik serta alat bukti/petunjuk pemilikan segala sesuatu yang berkaitan dengan tanah. (Prof Arie S. Hutagalung)

186. (3) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, merupakan satu- satunya alat bukti yang sah menurut hukum dan tidak dapat diganggu gugat di kemudian hari.

Catatan: Rumusan “satu-satunya alat bukti yang sah” tidak sejalan dengan maksud Pasal 19 UUPA jo. PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Jika yang dimaksud adalah sertipikat, maka sertipikat adalah alat bukti yang kuat, bukan satu-satunya alat bukti. Artinya, sepanjang tidak dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam sertipikat harus diterima sebagai data yang benar. Usul: ayat (3) dihapus, demikian juga ayat (6), oleh karena hal itu sudah dengan sendirinya berlaku, tanpa harus dirumuskan dalam ayat (6). NB: Uraian mengenai alat bukti ini tidak dimuat dalam

Pasal 45 Ayat (3), kalau dinyatakan berhak adalah salah, masa pemilik sebenarnya tidak bisa menggugat? (PELINDO IV)

Page 84: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

NA. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

187. (4) Pihak yang berhak menerima ganti kerugian bertanggung jawab atas kebenaran dan keabsahan alat bukti penguasaan/kepemilikan yang diserahkan.

188. (5) Tuntutan pihak lain atas obyek pengadaan tanah yang telah diserahkan kepada negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), menjadi tanggung jawab pihak yang berhak menerima ganti kerugian.

189. (6) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikenakan sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan perundang undangan.

190. Pasal 46 (1) Dalam hal pihak yang

berhak meneima ganti kerugian tidak menerima bentuk dan/atau besarnya

Perlu penambahan ketentuan mengenai proses konsinyasi yaitu dalam hal pemilik tanah yang tidak menerima besaran ganti rugi, maka ganti rugi dititipkan di Pengadilan Negeri

Pengaturan RUU ini ada yang berpotensi melanggar HAM yaitu dibukanya kembali lembaga penitipan (konsinyasi) apabila ganti rugi belum disepakati tetapi pengadaan

Page 85: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

ganti kerugian berdasarkan hasil musyawarah atau Putusan Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Pasal 42 atau Pasal 43, ganti kerugian dititipkan di Pengadilan Negeri setempat.

dan konstruksi dapat langsung dimulai. (BPJT)

Di dalam draft RUU tidak ada batas minimal berapa persen yang menolak atau bersedia diganti tanahnya sehingga diusulkan untuk diatur. (BPJT)

tanah perlu untuk pembangunan, pembayaran tetap dilakukan melalui konsinyasi, hal ini melanggar HAM, karena pemerintah menentukan harga yang belum disepakati. Sebenarnya pengadaan lembaga konsinyasi ini diperlukan hanya memerlukan pengaturan dan persyaratan yang jelas agar tidak berpotensi melanggar HAM. (KOMNAS HAM)

191. (2) Selain karena ad any a pihak yang tidak menerima bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ganti kerugian dititipkan di Pengadilan Negeri setempat dalam hal:

Perlu pengaturan tentang pencairan terhadap ganti kerugian yang dikonsinyasikan kepada Pengadilan Negeri setempat agar terjadi keseragaman di setiap Pengadilan Negeri. (Kementerian Pekerjaan Umum)

192. a. pihak yang berhak menerima ganti kerugian tidak diketahaui keberadaannya; atau

193. b. obyek pengadaan tanah yang akan dibayar ganti kerugian:

Ditambah angka 4: “menjadi jaminan di Bank.” (Kementerian Pekerjaan Umum)

194. 1. sedang menjadi obyek perkara di

Page 86: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

Pengadilan;

195. 2. masih

dipersengketakan

kepemilikannya; atau

196. 3. diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang.

197. Pasal 47 Pada saat pelaksanaan pembayaran ganti kerugian dan pelepasan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 telah dilaksanakan, atau pembayaran ganti kerugian sudah dititipkan ke Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, kepemilikan atau hak atas tanah dari pihak yang berhak menjadi hapus dan alat bukti haknya dinyatakan tidak berlaku, dan tanahnya menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara.

Usul: kata pembayaran dalam kalimat pembuka diganti dengan penyerahan, menjadi: “Pada saat pelaksanaan penyerahan ganti kerugian dan pelepasan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 telah dilaksanakan,….”. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

Khususnya mengenai hapusnya atas tanah sehingga tanah menjadi tanah negara tidak sesuai Pasal UU No. 5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) yaitu Pasal 27, Pasal 34, Pasal 40 mengenai hapusnya hak atas tanah jadi tidak harmonis harus ada pertimbangan dalam Naskah Akademisnya. (Prof. Arie S. Hutagalung)

Draft RUU perlu dilengkapi dengan adanya aturan tambahan yaitu mengenai pencabutan Hak Atas Tanah untuk kepentingan umum (BPJT)

Perlu ada ketentuan dalam RUU Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan yang mengatur upaya paksa untuk melakukan pengosongan apabila pemilik tanah atau pihak manapun juga tanpa alasan yang sah tidak mau melakukan pengosongan atau sengaja menghalangi kegiatan pembangunan, selain juga perlu sanksi pidana (ATI)

perlu diatur bahwa pihak yang memerlukan tanah sudah dapat melakukan pengosongan atas tanah dan segala sesuatu yang ada di atasnya serta melaksanakan pembangunan di atasnya. (PELINDO II)

Page 87: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

198. Pasal 48 (1) Pihak yang berhak

menerima ganti kerugian atau instansi yang memperoleh tanah dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum dapat diberikan insentif perpajakan.

Pasal 48, Pembebasan segala macam pajak dalam transaksi ini ditegaskan langsung, jdangan diatur lebih lanjut (PELINDO IV)

199. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif perpajakan diatur lebih lanjut oleh Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai kewenangannya.

200. Bagian Kelima Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah

201. Pasal 49 (1) Lembaga Pertanahan

menyerahkan hasil pengadaan tanah kepada Instansi yang memerlukan tanah setelah:

202. a. pembayaran ganti kerugian kepada pihak yang berhak menerima ganti kerugian dan

Catatan: kata pembayaran diganti dengan penyerahan. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

Page 88: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

pelepasan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 telah dilaksanakan; dan/atau

203. b. pembayaran ganti kerugian telah dititipkan di Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46.

204. (2) Instansi yang memerlukan tanah dapat mulai melaksanakan kegiatan pembangunan setelah serah terima hasil pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

205. Pasal 50 (1) Pengadaan tanah untuk

kepentingan umum dalam rangka penyediaan fasilitas keselamatan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf j atau pembangunan untuk kondisi/keadaan mendesak, dapat langsung dilaksanakan

1. Sebelum dilaksanakan sebaiknya ada pernyataan oleh siapa yang berwenang menyatakan dalam keadaan mendesak atau bencana alam (Presiden, Gubernur, Bupati atau Walikota)

2. Proses pembangunan untuk kondisi mendesak harusnya dibedakan

Catatan: Landasan berpikir tentang hal ini tidak dimuat dalam NA. Bandingkan dengan ketentuan tentang “pencabutan hak atas tanah dalam keadaan mendesak” dalam UU No. 20 Tahun 1961. Usul: seyogyanya diberikan penjelasan yang alur pikirnya diuraikan (kembali) dalam NA. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

Tentang Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Dalam Kondisi Keadaan Mendesak dan Penugasan Pemerintah (Pasal 50), sehingga berbunyi sbb: Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dalam rangka penyediaan fasilitas keselamatan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf j atau pembangunan untuk

Page 89: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

pembangunannya setelah Penetapan Lokasi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

untuk tujuan penanggulangan bencana yang tidak bisa ditunda menunggu izin lokasi pembangunan untuk kepentingan umum.

3. Pengadaan tanah untuk kondisi mendesak ataupun penanggulangan bencana alam tidak harus melalui pencabutan hak permanen, tetapi juga Pemerintah/ Pemerintah Daerah dapat menyewa tanah milik pihak yang berhak.

4. Diusulkan agar Pasal 50 ayat (1) diarahkan lagi dalam beberapa ayat atau dalam Bab IX Ketentuan Lain-Lain.

ditambah (Kementerian Pekerjaan Umum)

kondisi/keadaan mendesak atau penugasan Pemerintah kepada BUMN/BUMD, dapat langsung dilaksanakan pembangunannya setelah Penetapan Lokasi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum tanpa melalui konsultasi publik. (PLN)

206. (2)Sebelum Penetapan Lokasi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terlebih dahulu disampaikan pemberitahuan kepada pihak yang berhak.

Sebelum penyerahan hasil pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terlebih dahulu ditampilkan pemberitahuan kepada pihak yang berhak. ditambah

(Kementerian Pekerjaan Umum)

207. Pasal 51 Dalam hal terdapat

Siapa yang melakukan eksekusi? Apakah instansi

Page 90: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

keberatan, gugatan, atau tuntutan atas pelaksanaan pengadaan tanah, Instansi yang memerlukan tanah tetap dapat melaksanakan kegiatan pembangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) dan Pasal 50.

yang memerlukan tanah, Pemda, BPN atau pengadilan negeri? ditambah

(Kementerian Pekerjaan Umum)

208. Pasal 52 Instansi yang memperoleh tanah wajib mendaftarkan tanah yang telah diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

209. Bagian Keenam Pengendalian Pertanahan

210. Pasal 53 (1)Lembaga pertanahan

melakukan pengendalian pertanahan terhadap tanah yang telah diperoleh Instansi,

Hal lain yang juga terkait pengadaan tanah untuk pembangunan adalah masalah Land Freezing yang sangat diperlukan untuk membatasi spekulan melakukan transaksi jual beli tanah pada saat proses pengadaan. (Inkindo)

Hasil monitoring dan evaluasi itu disampaikan atau dipertanggung jawabkan kepada

Page 91: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

institusi mana? Agar disampaikan kepada Bupati dengan tembusan kepada lembaga pertanahan. (APKASI)

211. (2) Pengendalian pertanahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi atas penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah.

212. BAB V PENGADAAN TANAH

UNTUK KEPENTINGAN USAHA SWASTA

BAB V, Untuk Swasta tidak perlu diatur, cukup melalui mekanisme pasar (PELINDO IV)

213. Pasal 54 (1) Pengadaan tanah untuk

kepentingan usaha swasta dilaksanakan oleh pihak swasta baik orang perorangan maupun badan hukum.

Pada bab V tentang PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN USAHA SWASTA, hendaknya dipertegas, yang dimaksud Usaha Swasta, apakah usaha swasta nasional atau multinasional dimana didalamnya termasuk usaha swasta asing, karena khawatir jika ada pihak asing yang berupaya mendapatkan tanah untuk pembangunan dengan berlindung pada ketentuan “

Page 92: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

usaha swasta”. (APERSI)

214. (2)Pelaksanaan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

215. Pasal 55 (1)Pengadaan tanah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 dilaksanakan melalui peralihan hak dengan cara jual beli, pelepasan, penyerahan, atau cara lain atas dasar kesepakatan.

Ditambah kata “tukar menukar” sehingga Pasal 55 ayat (1) menjadi: “Pengadaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 dilaksanakan melalui peralihan hak dengan cara jual beli, pelepasan, tukar menukar, penyerahan, atau cara lain atas dasar kesepakatan. (Kementerian Pekerjaan Umum)

Pasal 55: kepentingan swasta dalam

pembangunan jalan, untuk

transportasi yang dibangun oleh

swasta harus lebih spesifik.

(Kementerian Perhubungan)

216. (2) Peralihan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dihadapan pejabat

Ditambah “Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris”, karena swasta harus melibatkan PPAT/Notaris, sehingga

Tentang Peralihan Hak dilakukan dihadapan PPAT, dan bukan dihadapan Lembaga Pertanahan (Pasal 55), sehingga berbunyi

Page 93: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

Lembaga Pertanahan.

Pasal 55 ayat (2) menjadi: Peralihan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dihadapan pejabat Lembaga Pertanahan dan/atau Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris. (Kementerian Pekerjaan Umum)

sbb: "Peralihan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah." (PLN)

217. Pasal 56 Peralihan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ditindaklanjuti denganri pendataran tanah untuk mendapatkan tanda bukti hak atas tanah.

Pasal 56 Ayat (1), Keselamatan umum agar didefinisikan (PELINDO IV)

218. Pasal 57 (1) Pengadaan tanah untuk

kepentingan usaha swasta dilarang:

Pasal 57 ditambah huruf i yang berbunyi: “mengakibatkan alih fungsi hutan lindung” (Kementerian Pekerjaan Umum)

Pasal 57 dalam Pasal ini tidak disebutkan larangan pengadaan tanah yang menggangu fungsi hutan baik hutan produksi apalagi hutan konservasi dan mengakibatkan alih fungsi hutan menjadi area bukan hutan. Kendati dalam Pasal ini ayat (1) huruf f melarang pengadaan tanah yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan namun rumusan ketentuan ini sangat kualitatif, selain itu ketentuan ini tidak efektif mengingat tidak ditemukannya dalam RUU ini ketentuan yang mengatur bagaimana secara teknis mengukur “menurunnya kualitas lingkungan”. (KOMNAS

Page 94: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

HAM)

219. a. melanggar pinsip-prinsip kepentingan umum;

Catatan: Apakah rumusan ini tepat? Bila Pasal 6 UUPA dan Penjelasan Umum (II angka 4) dipahami dengan benar, lebih tepat merumuskan huruf a tersebut sebagai berikut: “melanggar prinsip-prinsip fungsi sosial hak atas tanah.” (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

220. b. mengganggu fungsi pertahanan dan keamanan negara;

221. c. menguasai pulau-pulau kecil dan pulau-pulau terluar secara keseluruhan untuk kepentingan usahanya;

222. d. mengakibatkan alih fungsi tanah pertanian produktif;

223. e. menelantarkan tanahnya;

224. f. mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan;

Page 95: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

225. g. mengakibatkan rusaknya atau hilangnya situs dan cagar budaya; dan

226. h. menutup akses masyarakat terhadap wilayah publik.

Mengacu dalam Pasal 1 angka 3 tentang pihak yang berhak dan angka 4 tentang obyek pengadaan tanah, maka hutan bisa menjadi obyek pengadaan tanah. Jika hutan menjadi obyek pengadaan tanah tanpa adanya batasan maka ada beberapa resiko yang akan muncul yaitu mengganggu ekologis hutan. Dengan demikian perlu ada perlindungan hukum agar pengadaan tanah tidak merugikan sektor kehutanan. Oleh karena itu dalam Pasal 57 ayat (1) perlu ditambahkan ketentuan, dalam huruf (i) menyebutkan mengakibatkan gangguan terhadap fungsi ekologis hutan. (KOMNAS HAM)

227. (2) Pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi administratif berupa pembatalan izin yang

Sanksi ini tidak memberikan efek jera kepada pihak swasta. Perlu dikualifikasi kembali menjadi tindak pidana kejahatan yang

Selain pengadaan tanah untuk kepentingan usaha swasta ada sanksi sebagaimana diatur pada Pasal 57, seyogianya jika ada pelanggaran dalam

Page 96: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

diberikan atau pembatalan hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

dapat diancam dengan pidana dalam KUHP atau sanksi pidana sebagaimana diatur dalam UU lainnya. (Dr. Hendrik Hattu S.H., M.H.)

pengadaan tanah untuk kepentingan umum juga harus diberikan sanksi. (APERSI)

228. Pasal 58 (1)Pemerintah mengatur

luasan penguasaan tanah yang diperoleh melalui pengadaan tanah untuk kepentingan usaha swasta.

Perlu dicermati pula bahwa saat ini terjadi monopoli tanah oleh mafia atau spekulan tanah, dimana tanah menjadi komoditi yang seharusnya tidak boleh terjadi. Hal ini juga menjadi kritisi bagi UU sebelumnya untuk direvisi dimana PT boleh menguasai (tanah) tidak terbatas, sehingga diusulkan dalam draft RUU ada pembatasan swasta atau badan usaha memiliki tanah. (APERSI)

229. (2)Pemerintah mengatur luasan penguasaan tanah untuk kepentingan usaha swasta yang berada di:

Meyangkut draft RUU Pasal 58 tentang pengaturan luasan pengadaan tanah untuk kepentingan usaha swasta yang berada di pulau pulau terluar, pulau-pulau kecil, wilayah perbatasan antar negara dan wilayah pesisir. Perlu dicermati tentang bagaimana status hokum terhadap penguasaan tanah di beberapa pulau seperti di Kepulauan Seribu, apakah dengan adanya undang-

Pasal 58 ayat (2) tidak mengatur kewajiban pemerintah untuk mengatur luasan hutan yang menjadi obyek pengadaan tanah, padahal luasan hutan yang menjadi obyek pengadaan tanah perlu diatur agar ada pembatasan luas hutan yang menjadi obyek pengadaan tanah. Jika tidak ada pembatasan ini maka akan memungkinkan sebuah areal hutan menjadi kota baru atau

Page 97: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

undang ini dapat membatalkan hak yang telah dimiliki oleh Usaha Swasta tersebut. (APERSI)

kawasan industri. Dengan demikian perlu ada tambahan ketentuan mengenai pemerintah mengatur luasan pengadaan tanah pada areal hutan. (KOMNAS HAM)

230. a. pulau-pulau terluar

231. b. pulau-pulau kecil;

232. c. wilayah perbatasan antar negara; dan

233. d. wilayah pesisir.

234. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai luasan penguasaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Mengenai hak masyarakat adat karena sulit untuk menunjukkan bukti kepemilikan tanahnya memerlukan riwayat tentang tanah mereka. Tanah yang dimiliki secara kolektif oleh masyarakat adat tersebut tidak ada aturan yang jelas. Serta Pengaturan pengadaan tanah ini juga harus mempertimbangkan nilai magis,

Page 98: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

budaya atau spiritual atas tanah yang ingin dibebaskan. (KOMNAS HAM)

235. BAB VI SUMBER DANA

PENGADAAN TANAH

236. Bagian Kesatu Sumber Pendanaan

237. Pasal 59 (1) Pendanaan pengadaan

tanah untuk kepentingan umum bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pendanaan awal pengadaan tanah dalam kegiatan usaha hulu migas tidak dibiayai oleh APBN/APBD namun dibiayai oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Pasal 5 ayat (3) dan 59 ayat (1). (BP Migas)

menambahkan kalimat baru dalam Pasal 59 ayat (1) sebagai berikut:

(1) Pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dan/atau sumber lainnya

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lainya.

Pendanaan awal pengadaan tanah dalam kegiatan usaha hulu migas tidak dibiayai oleh APBN/APBD, namun dibiayai terlebih dahulu oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama, tanah tersebut otomatis menjadi milik

Di dalam RUU tidak tercantum adanya sumber pendanaan di luar APBN/APBD, yang dalam pembangunan jalan tol dimungkinkan pendanaan dari investor, sehingga diusulkan hal tersebut diatur dalam RUU ini. (BPJT) Masalah sumber pendanaan juga perlu diatur dalam RUU mengenai sumber pendanaan lain di luar APBN/APBD. (ATI)

Dalam RUU Pasal 59 dalam hal sumber pendanaan berasal dari APBN/APBD dan harus mengikuti Perpres 54 Tahun 2010. Konsultan merasa kesulitan atas adanya zonasi wilayah kerja konsultan per provinsi karena adakalanya satu provinsi hanya ada 1 konsultan atau tidak ada sama sekali, sehingga

Tentang Sumber Pendanaan termasuk Anggaran BUMN/ BUMD, (Pasal 59), sehingga berbunyi sbb: "Pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dan/atau anggaran Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/ Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. (PLN)

Pasal 59 Ayat (1), Selain APBN, APBD, Juga BUMN (PELINDO IV)

Page 99: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

negara (BP Migas)

sering terjadi keterlambatan/terhambat. (Inkindo)

238. (2) Dana Pengadaan Tanah dapat meliputi dana perencanaan pengadaan tanah, persiapan pengadaan tanah, pelaksanaan pengadaan tanah, penyerahan hasil pengadaan tanah, pengendalian pertanahan, administrasi dan pengelolaan pengadaan tanah, dan sosialisasi pengadaan tanah.

239. (3) Pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan oleh instansi dan dituangkan dalam dokumen penganggaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 59 Ayat (3), Hindari peraturan bersama Menteri, hal ini karena akan jauh lebih sulit untuk merevisi SKB daripada Peraturan Pemerintah (PELINDO IV)

240. (4) Mekanisme pelaksanaan pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum diatur dengan Peraturan Bersama Menteri yang mempunyai tugas di bidang keuangan, Menteri yang

Page 100: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

mempunyai tugas di bidang perencanaan pembangunan nasional, dan Pimpinan Lembaga Pertanahan.

241. Pasal 60 Pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan usaha swasta bersumber dari pendanaan swasta.

242. Bagian Kedua Penyediaan dan

Penggunaan Pendanaan

243. Pasal 61 Jaminan ketersediaan pendanaan bagi pengadaan tanah untuk kepentingan umum dialokasikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tentang Jaminan Ketersediaan Dana baik dari Pemerintah, Pemerintah Daerah dan BUMN / BUMD, Pasal 61, sehingga berbunyi sbb: : "Jaminan ketersediaan pendanaan bagi pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/ Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan." (PLN)

244. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Page 101: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

245. Pasal 62 (1) Pembinaan dan

pengawasan pengadaan tanah dilaksanakan oleh Lembaga Pertanahan.

Sumber pendanaan disamping bersumber dari APBN dan APBD juga dapat bersumber dari BUMN/BUMD dan Badan Usaha Swasta. (Kementerian Pekerjaan Umum)

Pasal 62 karena monitoring, sebagai satu lembaga, maka lebih baik melibatkan pihak2 terkait. (PERHUTANI)

246. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui monitoring dan evaluasi pengadaan tanah.

247. BAB VIII HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT

Partisipasi maysarakat juga perlu di

masukkan kedalam RUU.

(BPN PUSAT)

248. Pasal 63 Dalam pelaksanaan pengadaan tanah, setiap orang berhak:

Catatan: uraian terkait hal ini tidak ditemukan dalam NA. Usul: Perlu penyempurnaan rumusan sesuai dengan konsepsi yang dibangun dan diuraikan dalam NA, untuk merumuskan kembali Pasal 63. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

249. a. mengetahui rencana pelaksanaan pengadaan tanah; dan

Page 102: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

250. b. memperoleh informasi mengenai pengadaan tanah.

251. Pasal 64 Dalam pelaksanaan pengadaan tanah, setiap orang wajib mematuhi ketentuan dalam pengadaan tanah.

Catatan: uraian terkait hal ini tidak ditemukan dalam NA. Usul: Pasal 64 dihapuskan saja karena UU itu mengikat setiap orang secara tidak langsung, dan secara langsung mengikat pihak-pihak yang termasuk dalam ruang lingkup pengaturannya. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

252. Pasal 65 Dalam pengadaan tanah, masyarakat dapat berperan serta, antara lain:

Catatan: uraian terkait hal ini tidak ditemukan dalam NA. Usul: Perlu penyempurnaan rumusan sesuai dengan konsepsi yang dibangun dan diuraikan dalam NA, untuk merumuskan kembali Pasal 65. (Prof. Maria SW. Soedjono SH., MCL., MPA)

253. a. memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam pengadaan tanah; dan

254. b.memberikan dukungan dalam pelaksanaan pengadaan tanah.

Page 103: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

255. BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN

256. Pasal 66 (1) Pelepasan obyek

pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang dimiliki oleh Instansi dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur pengelolaan barang milik negara/daerah.

257. (2) Pelepasan obyek pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang dikuasai oleh instansi atau dikuasai/dimiliki Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah dilakukan berdasarkan Undang-Undang ini.

258. (3) Pelepasan obyek pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh pejabat yang berwenang atau pejabat yang

Page 104: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

diberikan pelimpahan kewenangan untuk itu.

259. Pasal 67 (1) Pelepasan obyek

pengadaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 tidak diberikan ganti kerugian, kecuali:

Pada intinya ketentuan diatas menyatakan bahwa pelepasan obyek pengadaan tanah yang dimiliki BUMN harus diberi ganti rugi. Sebaiknya kata “dapat” dalam Pasal 67 ayat (3) diganti dengan kata “harus” sehingga konsisten dengan Pasal 67 ayat (1). (INHUTANI)

260. a. Obyek pengadaan tanah yang telah berdiri bangunan yang dipergunakan secara aktif untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan;

261. b. Obyek pengadaan tanah yang dimiliki/dikuasai oleh Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau

262. c. Obyek pengadaan tanah kas Desa.

263. (2) Ganti kerugian atas Tentang Bentuk Ganti Kerugian

Page 105: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

obyek pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c diberikan dalam bentuk tanah dan/atau bangunan atau relokasi.

dan/atau Kompensasi berlaku juga untuk BUMN/BUMD, Pasal 67, sehingga berbunyi sbb: (2) Ganti kerugian dan/atau kompensasi atas obyek pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (l) huruf a, b dan huruf c diberikan dalam bentuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40. (PLN)

264. (3) Ganti kerugian atas obyek pengadaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat diberikan dalam bentuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40.

265. (4) Nilai ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) didasarkan atas hasil penilaian ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38.

266. Pasal 68 (1) Pelepasan

sebagaimana

Pasal 68 diusulkan agar dicantumkan mekanisme peran serta masyarakat

Page 106: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

dimaksud dalam Pasal 66 dan Pasal 67 dilaksanakan paling lama 60 (enam puluh) hari kalender sejak Penetapan Lokasi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

dalam memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam pengadaan tanah. (Kementerian Pekerjaan Umum)

267. (2) Apabila pelepasan belum selesai dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tanahnya dinyatakan telah dilepaskan dan menjadi tanah negara, dan dapat langsung digunakan untuk pembangunan bagi kepentingan umum.

Penambahan ayat baru tentang Pengurusan Tindak Lanjut untuk BUMN/ BUMD yang Tanahnya dinyatakan telah Dilepaskan, Pasal 68, sehingga berbunyi sbb: (3) Dalam haI telah terjadi

pelepasan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka untuk Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik

Page 107: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

Daerah harus ditindaklanjuti dengan mengajukan permohonan hak atas tanah kepada Lembaga Pertanahan. (PLN)

268. (3) Pejabat yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

269. BABX KETENTUAN PERALIHAN

270. Pasal 69 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:

271. a. proses pengadaan tanah yang sedang dilaksanakan sebelum berlakunya Undang-Undang ini dapat diselesaikan berdasarkan ketentuan sebelum berlakunya Undang-Undang ini;

272. b. dalam hal proses pengadaan tanah

Page 108: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

sebagaimana dimaksud dalam huruf a terdapat sisa tanah yang belum selesai pengadaannya, maka dapat diselesaikan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini;

273. c. Peraturan pelaksanaan mengenai tata cara pengadaan tanah dinyatakah tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini.

Pasal 69 ditambahkan satu ayat baru huruf d, sebagai berikut: d. dalam hal peraturan pelaksana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) belum diatur, maka peraturan terkait pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum

Page 109: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 13. (BP Migas)

274. BAB XI KETENTUAN PENUTUP

275. Pasal 70 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengadaan tanah diatur dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.

276. Pasal 71 Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

277. Pasal 72 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pengadaan tanah untuk kepentingan umum dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Terjadi pengertian yang berlawanan antara huruf a dan huruf b, khususnya membedakan antara “proses pengadaan tanah sedang dilaksanakan” dengan “sisa tanah yang belum selesai pengadaannya”. Proses musyawarah sedang berjalan pada suatu ruas jalan tol,

Untuk menghindari adanya dualisme, maka UU N0. 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-Benda yang Ada di Atasnya (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 288, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2324) harus dinyatakan tidak berlaku atau dicabut

Page 110: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

apakah masuk dalam kategori huruf a dan huruf b. (Kementerian Pekerjaan Umum)

dalam RUU. (ATI)

Dalam draft RUU juga perlu adanya pasal yang mengamanatkan untuk merevisi UU Pokok Agraria, supaya tidak terdapat celah, tumpang tindih, atau pasal karet bahkan pertentangan. (APERSI)

278. Pasal 73 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang- Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Bertentangan dengan Pasal 70 huruf c. (Kementerian Pekerjaan Umum)

279. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDH0Y0NO

Diundangkan di Jakarta,

Page 111: 48 Lapsing Matriks Hasil Rapat Dengar Pendapat Pansus Ptup

NO.

DRAFT RUU DARI PEMERINTAH PEMERINTAH PAKAR ASOSIASI LSM/TOKOH MASYARAKAT/

KOMNAS HAM BUMN

Pada Tanggal

PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ………. NOMOR …………..