47 balita di madiun gizi buruk

4
Kasus Gizi Buruk : Empat Provinsi Tak Pernah Absen Jakarta, 13/7 – gizinet. Jika kita membuka Koran harian atau koran online, seringkali muncul berita tentang kasus balita gizi buruk. Bahkan beberapa waktu yang lalu masih disebut (oleh media massa) sebagai busung lapar. Kini, kasus gizi buruk ternyata masih ada. Bahkan di Yogyakarta dan Bali, yang mempunyai angka prevalensi masalah gizi balita terendah (Riskesdas 2007). Prevalensi status gizi balita < -2 SD berdasarkan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) di Provinsi Bali sebesar 11.4%, sedangkan DIY sebesar 10.0%. Bandingkan dengan angka Nasional sebesar 18.4%, dan angka tertinggi di Provinsi NTT sebesar 33.6%. Tahun 2009, di Bali ditemukan 49 kasus dan di Yogyakarta 27 kasus. Menurut hasil pemantauan Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan, selama tahun 2005 sampai dengan 2009, jumlah temuan kasus balita gizi buruk amat berfluktuasi. Tahun 2005-2007 jumlah kasus cenderung menurun dari 76178, 50106, dan 39080. Akan tetapi tahun 2007 dan 2008 cenderung meningkat yaitu 41290 dan 56941. Yang menarik, terdapat empat provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Gorontalo yang selalu hadir berturut-turut dari 2005-2009. Provinsi NTT pada tahun 2005, 2007 dan 2008, menduduki posisi teratas sedangkan tahun 2006 dan 2009 masing-masing ditempati Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dokumen m.k Epidemiologi Gizi Program Studi S1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Upload: vampaneze-shuichi

Post on 01-Jul-2015

60 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 47 Balita di Madiun Gizi Buruk

Kasus Gizi Buruk : Empat Provinsi Tak Pernah Absen

Jakarta, 13/7 – gizinet. Jika kita membuka Koran harian atau koran online, seringkali muncul berita tentang kasus balita gizi buruk. Bahkan beberapa waktu yang lalu masih disebut (oleh media massa) sebagai busung lapar.

Kini, kasus gizi buruk ternyata masih ada. Bahkan di Yogyakarta dan Bali, yang mempunyai angka prevalensi masalah gizi balita terendah (Riskesdas 2007). Prevalensi status gizi balita < -2 SD berdasarkan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) di Provinsi Bali sebesar 11.4%, sedangkan DIY sebesar 10.0%. Bandingkan dengan angka Nasional sebesar 18.4%, dan angka tertinggi di Provinsi NTT sebesar 33.6%. Tahun 2009, di Bali ditemukan 49 kasus dan di Yogyakarta 27 kasus.

Menurut hasil pemantauan Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan, selama tahun 2005 sampai dengan 2009, jumlah temuan kasus balita gizi buruk amat berfluktuasi. Tahun 2005-2007 jumlah kasus cenderung menurun dari 76178, 50106, dan 39080. Akan tetapi tahun 2007 dan 2008 cenderung meningkat yaitu 41290 dan 56941.

Yang menarik, terdapat empat provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Gorontalo yang selalu hadir berturut-turut dari 2005-2009. Provinsi NTT pada tahun 2005, 2007 dan 2008, menduduki posisi teratas sedangkan tahun 2006 dan 2009 masing-masing ditempati Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Keempat provinsi tersebut selama 5 tahun berturut-turut (2005-2009) masuk ke dalam kategori 10 provinsi dengan kasus tertinggi. Kondisi ini sebaiknya menjadi bahan pertimbangan untuk menempatkan keempat provinsi tersebut sebagai prioritas utama upaya penanggulangan gizi buruk. Berikut gambaran perkembangan jumlah kasus di empat provinsi. (tim-teknis)

Dokumen m.k Epidemiologi Gizi Program Studi S1 Gizi Kesehatan Fakultas KedokteranUniversitas Gadjah Mada

Page 2: 47 Balita di Madiun Gizi Buruk

47 Balita di Madiun Gizi BurukJumat, 9 Juli 2010

Metrotvnews.com, Madiun: Sebanyak 47 bayi bawah lima tahun (balita) di Kota Madiun, Jawa Timur, tercatat menderita gizi buruk selama kurun waktu hingga Mei 2010. "47 Balita tersebut hingga kini dalam pengawasan ketat dinas kesehatan setempat dan masih melakukan rawat jalan di enam Puskesmas yang ada di Kota Madiun," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun, Agung Sulistya Wardani di Madiun, Jumat (9/7).Menurut dia, para balita di antaranya diawasi oleh Puskesmas Tawangrejo sebanyak 13 bayi, Puskesmas Patihan sebanyak 13 bayi, Puskesmas Oro-Oro Ombo sembilan balita, Puskesmas Manguharjo lima Balita, Puskesmas Banjarejo lima anak, dan Puskesmas Demangan sebanyak dua Balita.

Jumlah ini, meningkat dari temuan kasus gizi buruk tahun sebelumnya. Pada 2009, jumlah balita yang menderita gizi buruk di Kota Madiun hanya mencapai 43 bayi saja.Para balita ini, saat diperiksa di Puskesmas setempat kondisi kesehatannya telah memasuki garis merah, sehingga perlu segera diobati agar tidak semakin parah dan terserang penyakit penyerta.

Wardani menambahkan, gizi buruk disebabkan oleh banyak faktor. Namun, mayoritas dari temuan kasus di Kota Madiun ini disebabkan oleh tingkat ekonomi dari keluarga balita. Faktor ekonomi keluarga yang rendah sangat berpengaruh pada asupan gizi yang diberikan pada balita."Selain itu juga karena kesalahan pola asuh. Kasus gizi buruk di perkotaan lebih disebabkan karena kemajemukan warga sehingga keaktivan ke Posyandu rendah," tuturnya.

Untuk itu, saat ini pihaknya lebih gencar lagi dalam memaksimalkan fungsi Posyandu yang sangat berperan dalam memantau perkembangan kesehatan balita. Pihaknya juga akan menugaskan para petugas kesehatan di Puskesmas dan kader Posyandu untuk turun langsung ke lapangan guna mendata dan memantau kesehatan balita di Madiun.

Di samping itu, Dinas Kesehatan setempat juga tengah gencar menjalankan program makanan tambahan (PMT) bagi balita di Kota Madiun. Tahun ini, Kota Madiun mendapat jatah sebanyak Rp360 juta.

Dokumen m.k Epidemiologi Gizi Program Studi S1 Gizi Kesehatan Fakultas KedokteranUniversitas Gadjah Mada

Page 3: 47 Balita di Madiun Gizi Buruk

Jumlah tersebut diperuntukkan bagi 282 balita yang tersebar di 27 kelurahan dan tiga kecamatan di Kota Madiun.(Ant/BEY)

Dokumen m.k Epidemiologi Gizi Program Studi S1 Gizi Kesehatan Fakultas KedokteranUniversitas Gadjah Mada