4.1 gambaran smpn 1 bawen -...

53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen SMP Negeri 1 Bawen merupakan salah satu sekolah menengah negeri yang berdiri pada 15 Desember 1983 dan terletak di Jalan Soekarno – Hatta no. 54, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi sekolah ini sangat strategis karena terletak di pinggir jalan raya dimana semua angkutan melewati akses jalan tersebut, bahkan di sub-rayon 02 SMPN 1 Bawen adalah sekolah yang paling strategis dibandingkan sekolah menengah lainnya. Bukan hanya lokasinya yang di pinggir jalan raya tetapi juga keberadaan luas sekolah yang memadahi, yaitu sekitar 2 ha. SMPN 1 Bawen memiliki visi dan misi yang tertuang dalam dokumen sekolah yaitu: 1. Visi Visi dari SMP Negeri 1 Bawen adalah unggul dalam prestasi, berwawasan IPTEK berdasarkan IMTAQ. 2. Misi a. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan secara efektif untuk mewujudkan pengembangan visi.

Upload: tranbao

Post on 01-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen

SMP Negeri 1 Bawen merupakan salah satu

sekolah menengah negeri yang berdiri pada 15

Desember 1983 dan terletak di Jalan Soekarno –

Hatta no. 54, Kecamatan Bawen, Kabupaten

Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi sekolah

ini sangat strategis karena terletak di pinggir jalan

raya dimana semua angkutan melewati akses jalan

tersebut, bahkan di sub-rayon 02 SMPN 1 Bawen

adalah sekolah yang paling strategis dibandingkan

sekolah menengah lainnya. Bukan hanya lokasinya

yang di pinggir jalan raya tetapi juga keberadaan

luas sekolah yang memadahi, yaitu sekitar 2 ha.

SMPN 1 Bawen memiliki visi dan misi yang

tertuang dalam dokumen sekolah yaitu:

1. Visi

Visi dari SMP Negeri 1 Bawen adalah unggul

dalam prestasi, berwawasan IPTEK berdasarkan

IMTAQ.

2. Misi

a. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan secara

efektif untuk mewujudkan pengembangan

visi.

Page 2: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk

menunjang peningkatan kinerja guru dan

karyawan.

c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk

menciptakan dinamika dan kualitas proses

pembelajaran pelatihan dan bimbingan.

d. Mengupayakan pengadaan, pemanfaatan

dan memelihara fasilitas pendidikan secara

optimal.

e. Melaksanakan kegiatan pencapaian

ketuntasan kompetensi kelulusan baik

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan

perilaku.

f. Melaksanakan manajemen berbasis sekolah

secara mantap.

g. Mengupayakan pengembangan pembiayaan

untuk mendukung kegiatan sekolah secara

menyeluruh.

h. Melaksanakan penilaian secara menyeluruh

dan berkesinambungan.

4.1.1 Data Peserta didik

SMPN 1 Bawen hampir tidak pernah

kekurangan peserta didik, bahkan

kecenderungannya menolak peserta didik ketika

penerimaan peserta didik baru. Jumlah nilai UN

peserta didik yang diterima berkisar antara 22 s.d.

Page 3: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

23, atau jika dirata-rata 7,3 s.d. 7,6.

Sesungguhnya input atau kemampuan dasar

peserta didik di SMPN 1 Bawen bisa dikatakan

cukup bagus jika dibandingkan dengan sekolah

menengah di sub rayon 02. Jumlah peserta didik

dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan

yang dikarenakan adanya penambahan rombongan

belajar (rombel). Yang biasanya hanya 21 robel

menjadi 27 rombel. Berikut ini tabel jumlah peserta

didik 4 tahun terakhir:

Tabel 4.1

Jumlah Peserta didik 4 Tahun Terakhir

No Th Kelas

VII VIII IX

1 2010/2011

L 116 119 126

P 158 122 126

Jumlah 274 241 252

Total 767

2 2011/2012

L 164 121 90

P 129 138 159

Jumlah 293 259 249

Total 801

3 2012 2013

L 157 121 89

P 130 139 158

Jumlah 287 260 247

Total 749

4 2013/2014

L 154 162 113

P 138 129 138

Jumlah 298 291 251

Total 840

Sumber: Tata Usaha SMPN 1 Bawen, diolah

Page 4: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

4.1.2 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tabel 4.2

Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMPN 1 Bawen

No Jabatan PNS WB

Jml Keterangan L P L P

1 Kepsek 1 - - - 1

Guru :

1 Agama 3 2 - - 5 3 guru berasal dari sekolah

lain.

2 Pkn - 3 - - 3 1 guru dari

sekolah lain

3 B. Indonesia - 5 - - 5 1 guru dari sekolah lain

4 IPA 2 5 - - 7

5 Matematika - 4 - - 4

6 IPS - 5 - - 5

7 B. Inggris 3 1 1 5

8 B. Jawa 2 - - - 2

9 BK - 2 1 3 1 guru dari sekolah lain.

10 Penjasorkes 2 - 1 - 3 1 guru dari

sekolah lain

11 Tatabusana - 2 - - 2

12 TIK - 2 - - 2

13 Kesenian 2 - - - 2 1 guru dari

sekolah lain

14 Satpam - - 2 - 2

15 Penjaga 1 - 2 - 3

16 Tatausaha 2 1 1 1 5

17 Tenaga

Perpustakaan - - - 1 1

18 Teknisi komputer - - 1 - 1

Jumlah 18 32 8 2 60

Sumber: Tata Usaha SMPN 1 Bawen, diolah

Page 5: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa

jumlah guru yang mengajar di SMPN 1 Bawen

adalah sebanyak 48 guru. Ditambah dengan 1

kepala sekolah, 2 petugas keamanan, 3 penjaga dan

petugas kebersihan, 5 petugas tatausaha, 1 tenaga

perpustakaan dan 1 teknisi komputer. SMPN 1

Bawen terdiri dari 27 rombel dengan 27 wali kelas.

Sementara itu ada beberapa guru yang berasal dari

sekolah lain (penambahan beban mengajar 24 jam),

seperti: 1 guru agama islam, 1 guru agama kristen,

1 guru agama katholik, 1 guru kesenian, 1 guru

bahasa indonesia, 2 guru olah raga, dan 1 guru

BK. Dari 48 guru ada sebanyak 45 PNS dan 3 guru

wiyata bhakti (WB).

Tabel 4.3 Kualifikasi Akademik Guru SMPN 1 Bawen

No Jabatan PNS WB

Jml S2 S1 D3 D2 SMA S2 S1 SMA

1 Kepala

Sekolah 1 - - - - - - - 1

2 Tenaga Pendidik

1 44 - 1 - - 2 - 48

3

Tenaga Kependidikan

- - 1 - 2 - 2 6 11

Sumber: Tata Usaha SMPN 1 Bawen, diolah

Tenaga pendidik (guru) SMPN 1 Bawen

hampir semua berkualifikasi S1, hanya tinggal 1

guru yang berijasah D2. Dari guru PNS maupun

Page 6: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

wiyata bhakti semuanya ada 98 % yang sudah

memenuhi kualifikasi pendidikan S1.

4.1.3 Sarana Prasarana

1. Sarana

Berdasarkan hasil pengamatan dan studi

dokumen dapat dijelaskan bahwa SMPN 1

Bawen memiliki sarana pembelajaran yang yang

sudah cukup lengkap. Adapun sarana yang

dimaksud adalah: buku teks pelajaran, alat

peraga (globe, atlas, alat peraga matematika, alat

peraga IPA, alat peraga kesenian, alat peraga

olah raga, dan lain-lain), media yang berkaitan

dengan TIK ( 8 LCD proyektor, 6 Laptop,

Komputer, TV, pengeras suara, VCD, dan lain

sebagainya), sarana kegiatan ektrakurikuler (1

set alat musik band, matras dan perlengkapan

pencak silat, 1 set alat musik perskusi rebana,

peralatan olah raga: bola voli, basket, sepak bola,

bulu tangkis, tolak peluru, atletik. Selain itu

sekolah juga memiliki fasilitas keterampilan

menjahit yang cukup memadahi, yaitu sejumlah

35 mesin jahit dan beberapa alat obras kain.

2. Prasarana

Prasarana SMPN 1 Bawen sudah cukup

lengkap meskipun masih ada yang kurang

atupun rusak, diantaranya: 6 jamban peserta

Page 7: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

didik rusak berat, ruang UKS yang masih

kurang luas. Untuk melihat lebih jelas dari

kondisi prasarana SMPN 1 Bawen dapat diamati

melalui Tabel dibawah ini:

Tabel 4.4 Keadaan Prasarana Pendidikan SMPN 1 Bawen

Sumber: Data sekolah, diolah

No Jenis Ruang Kedaan

Ukuran Jml. Ket. Baik Rsk

1 Kelas 26 7 x 9 26 Proses penambahan.

2 Laboratorium IPA 1 8 x 12 1

3 Ruang keterampilan

1

10 x 12 1

4 Lab. Komputer 1 8 x 12 1

5 Perpustakaan 1 7 x 9 1

6 Kantor Guru 1 7 x 17 1

7 Kantor Kepsek 1 6 x 7 1

8 kantor Pimpinan 1 6 x 7 1

9 Aula 0 0 0 Proses pembgn.

10 Mushola 1 10 x 10 1

11 UKS 1 5 x 4 1

12 Koperasi 1 5 x 6 1

13 Kantin 2 4 x 5 2

14 Jamban Guru 3 2 x 2 3

15 Jamban Peserta

didik 15 6 2 x 2 21

16 Gudang 1 4 x 5 1

17 Ruang BK 1

4 x 6 1

18 Ruang OSIS 1

6 x 7 1

19 Ruang Band 1

3 x 7 1

20 Ruang TU 1

7 x 9 1

21 Lapangan sepak bola

1 60 x 40 1

22 Lapangan Basket 1 24 x 14 1

23 Lapangan Bola Voli

1 9 x 8 1

24 Pos Keamanan 1 3 x 3 1

25 Tempat parkir 2 5 x 7 2

Page 8: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan pada langkah-langkah

pengembangan, maka hasil penelitian adalah sebagai

berikut:

4.2.1 Potensi dan Masalah

Hasil Wawancara, Observasi, dan Studi Dokumen

Pada bagian ini akan disajikan hasil

wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah

dan guru SMPN 1 Bawen tentang yang sudah

dilakukan terhadap rencana strategis (renstra) untuk

meningkatkan mutu sekolah. Berikut ini hasil

wawancara dengan kepala SMPN 1 Bawen:

Berdasarkan wawancara dengan kepala

sekolah SMPN 1 Bawen didapatkan bahwa renstra

yang selama ini dibuat belum sepenuhnya dibuat oleh

stakeholder sekolah.

Renstra disusun dengan mengadopsi dari

sekolah lain dengan beberapa perubahan-

perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi

sekolah. Proses-proses yang seharusnya dilewati

dalam penyusunan renstra belum dijalankan

sebagaimana mestinya, hal tersebut terbukti

dengan tidak adanya dokumen-dokumen yang

menunjukkan proses penyusunan renstra

seperti rapat – rapat pleno, notulen proses

penyusunan renstra, daftar hadir, dan lain-lain.

Selanjutnya kepala sekolah menyatakan:

Page 9: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

sesungguhnya isi dari renstra yang dimiliki oleh

sekolah saat ini sudah cukup baik namun

masih belum mampu menjawab persoalan-

persoalan yang semakin kompleks dan dinamis

begitu yang dihadapi oleh sekolah. Hal tersebut

dikarenakan dalam proses penyusunan renstra

tidak menyentuh akar rumput masalah yang

ada di sekolah. Selain itu juga adanya beberapa

kata atau kalimat dalam renstra yang masih

belum operasional sehingga sedikit ada masalah

dalam implementasinya.

Wakil kepala SMPN 1 Bawen selanjutnya

menyatakan:

sekolah masih menggunakan acauan renstra

dari sekolah lain yang kemudian diadaptasi

dengan situasi dan kondisi sekolah, sehingga

alurnya atau prosesnya tidak dimulai dari hulu

sampai hilir. Meski demikian sekolah sudah

mencoba untuk melibatkan stakeholder sekolah

untuk proses penyusunan tersebut dan

melakukan sosialisasi kepada guru. Menyusun

renstra yang ideal sangat sulit karena harus

melalui tahapan-tahapan dan harus

meluangkan waktu untuk mewujudkannya,

sementara itu kesibukan kepala sekolah, unsur

pimpinan, guru dan komite cukup padat

sehingga rasanya sulit untuk

merealisasikannya.

Sementara itu menurut mantan waka bidang

kurikulum menyatakan bahwa:

Page 10: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

sekolah sudah mencoba untuk melibatkan

semua stakeholder sekolah untuk merumuskan

rencana strategis sekolah meskipun dalam

proses penyusunan tersebut sekolah masih

menggunakan acaun dengan renstra sekolah

lain untuk diadopsi dan sesuaikan.

Melihat hasil wawancara dengan di atas maka

dapat disimpulkan bahwa selama ini sekolah belum

melakukan proses yang semestinya dalam menyusun

renstra sekolah. Hal tersebut dapat menjadi faktor

yang menghalangi perkembangan mutu sekolah dari

waktu ke waktu.

4.2.2 Draft Awal Strategi (SWOT)

1. Analisis SWOT

Analisa SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi

faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman

untuk peningkatan mutu sekolah di SMP Negeri 1

Bawen yang berdasarkan pada hasil FGD dalam 3

aspek yaitu input, proses dan output yang diuraikan

sebagai berikut ini.

a. Aspek Input

Menurut Lewis dan Smith (dalam Tjiptono & Diana,

2003) yang termasuk dalam aspek input adalah:

kemampuan peserta didik, sumber daya finansial,

fasilitas, program dan jasa pendukung.

Page 11: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Hasil analisis faktor kekuatan dan kelemahan aspek

input, serta pemberian skor sampai diperoleh IFAS

dapat dilhat pada tabel 4. 5 berikut ini:

Tabel 4.5 Matrik IFAS (Internal Factors Analysis

Summary)

No Faktor-faktor Internal

Bobot Skor

Tota

l

Skor Kekuatan

1 Lokasi sekolah sangat trategis 0,30 5 1,50

2 98 % guru berpendidikan S1 0,20 4 0,80

3 Kemampuan dasar peserta didik baik 0,15 4 0,60

4 Jumlah buku ajar untuk guru dan peserta didik mencukupi

0,15 3 0,45

5 Kemampun manajemen kepala sekolah sudah baik

0,10 3 0,30

6 Dana untuk operasi sekolah mencukupi 0,06 4 0,24

7 Fasilitas cukup lengkap 0,04 3 0,12

Total Skor 1

4,01

Kelemahan

1 Supervisi dan evaluasi yang dilakukan oleh tim dan kepala sekolah masih belum optimal.

0,30

4 1,20

2 Guru belum memahami visi, misi sekolah 0,15 3 0,45

3 Kurang optimalnya pembimbingan/ pembinaan kegiatan ekstrakurikuler dalam mencapai target yang diharapkan.

0,15 3 0,45

4 Kompetensi staf sekolah (Tata Usaha dan Keuangan) belum optimal.

0,15 2 0,30

5 Belum memadai ruang untuk kegiatan ekstrakurikuler.

0,10 2 0,20

6 Pemanfaatan laboratorium (Bahasa, IPA dan Komputer) masih kurang optimal.

0,10 3 0,30

7 Lingkungan sekolah kurang hijau, bersih dan nyaman.

0,05 2 0,10

Total Skor 1 3,00

Total Skor Akhir (kekuatan-kelemahan) 1,01

Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014

Berdasarkan tabel diatas, kekuatan yang paling

berpengaruh atau menonjol adalah lokasi sekolah yang

Page 12: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

sangat strategis dibandingkan dengan sekolah-sekolah

lain di sub rayon 02 kabupaten semarang menurut para

guru, staf dan komite sekolah dengan bobot 0,30 dan skor

5. Namun bagi kepala sekolah sesungguhnya yang paling

penting dalam pencapain mutu sekolah adalah sumber

daya manusianya (SDM) terlebih dahulu selanjutkan akan

diikuti dengan hal yang lainnya. Hanya 1 guru yang

masih berpendidikan D-2, sementara guru yang lain

sudah S1 bahkan ada yang sudah S2. Pendidikan guru

memiliki bobot 0,20 dengan skor 4, artinya tertinggi

nomor 2. Kemampuan dasar peserta didik SMPN 1 Bawen

cukup baik dengan syarat minimal nilai rata-rata 7,30

pada saat masuk. Kemampuan dasar peserta didik ini

diberi bobot 0,15 dengan bobot 0,60. Sementara itu

untuk ketersediaan buku ajar untuk guru dan peserta

didik sudah mencukupi, hal ini tercermin dari buku paket

untuk peserta didik sudah hampir mencukupi serta

banyaknya koleksi buku materi di perpustakaan. Bobot

dari ketersediaan buku ajar ini adalah 0,15 dengan skor

3.

Kemampuan manajemen kepala sekolah yang baik

dan program-programnya menjadi kekuatan bagi sekolah.

Dengan manajemen yang baik maka sekolah mulai

dikelola dengan baik dan terarah untuk mewujudkan visi,

misi sekolah. Disamping itu dana untuk operasi

penyelenggaraan kegiatan sekolah sudah mencukupi,

Page 13: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

meskipun dana untuk kegiatan non akademis

(ekstrakurikuler) masih belum optimal dikarenakan begitu

banyaknya kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Hal ini

menjadi pertimbangan sekolah untuk menggali sumber-

sumber dana baik dari orang tua melalui komite ataupun

dengan instansi atau lembaga lain. Fasilitas SMPN 1

Bawen sudah cukup lengkap dibandingkan dengan

sekolah-sekolah lain di sub rayon 02 Kabupaten

Semarang. Meskipun sudah cukup lengkap namun dalam

hal pemanfaatan masih belum optimal. Hal ini disebabnya

karena kurangnya kesadaran guru pentingya penggunaan

fasilitas sekolah untuk mencapai pembalajaran yang lebih

efektif. Jika para guru mampu mengoptimalkan fasilitas

yang telah disediakan sekolah maka output yang

dihasilkan akan lebih baik dari pada saat ini.

Kekuatan tersebut diatas menjadi dasar untuk

memulai meningkatkan mutu sekolah khususnya pada

mutu aspek input. Total bobot masing-masing kekuatan

dikalikan dengan skor masing-masing kekuatan untuk

faktor kekuatan aspek input adalah 4,01.

Meskipun memiliki beberapa kekuatan yang cukup

potensial untuk dikembangkan, sekolah juga memiliki

beberapa kelemahan yang perlu diatasi seperti supervisi

dan evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan tim

yang masih belum optimal, yang diberi bobot 0,30 dengan

skor 4. Disamping itu banyak guru yang belum

Page 14: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

memahami visi, misi sekolah sehingga mempengaruhi

kinerjanya yang diberi bobot 0,15 dan skor 3. Masih

kurang optimalnya pengajar atau pelatih ekstrakurikuler

dalam memberikan pembimbingan, yang diberi bobot 0,15

dan skor 3. Kompetensi staf sekolah (Tata Usaha dan

Keuangan) masih belum optimal, yang diberi bobot 0,15

dan skor 2. Sementara itu untuk tempat atau ruang

untuk kegiatan ekstrakurikuler masih belum memadahi,

yang diberi bobot 0,10 dan skor 2.

Pemanfaatan laboratorium IPA, Bahasa dan

komputer masih belum optimal. Hal ini dikarenakan

masih banyak guru menggunakan metode konvensional

dalam mengajar peserta didik. Pada bagian ini diberi

bobot 0,10 dan skor 3. Sementara itu lingkungan sekolah

yang kurang hijau, bersih dan aman masih menjadi

perhatian sekolah, yang diberi bobot 0,05 dan skor 2.

Dari kelemahan-kelemahan aspek input di atas

dapat dijadikan dasar untuk memperbaikinya. Total bobot

dikalikan skor untuk faktor kelemahan adalah 3,00. Totol

skor akhir kekuatan dikurangi kelemahan untuk aspek

input adalah 1,01, yang artinya faktor kekuatan masih

lebih tinggi dari pada faktor kelemahan. Hal ini berarti

sekolah dapat memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan yang ada.

Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek

input dapat dilihat pada Tabel 4.6 yang selanjutnya diberi

Page 15: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

bobot dan skor serta dilakukan perhitungan skor akhir,

dan diperoleh Matrik External Factors Analysis Summary

(EFAS) sebagai berikut:

Tabel 4.6 Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)

No Faktor-Faktor Eksternal

Bobot Skor Total Skor Peluang

1. Minat tinggi orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SMPN 1 Bawen.

0,30 4 1,20

2. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat dan semakin mudah untuk didapatkan/ diakses.

0,20 3 0,60

3. Hubungan yang sangat baik dengan dinas pendidikan kabupaten.

0,20 3 0,60

4. Semakin meningkatnya peran komite 0,20 4 0,80

5. Banyak fihak/ instansi luar yang tertarik untuk bekerjasama dengan sekolah.

0,10 3 0,30

Total Skor 1

3,50

No Ancaman Bobot Skor Total Skor

1. Beberapa guru kurang siap dengan perubahan baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh kepala sekolah.

0,30 3 0,90

2.

Beberapa guru masih berorientasi pada uang dalam menjalankan tugas pokok fungsingya

(money oriented).

0,20 3 0,60

3. Persaingan antar sekolah menengah pertama semakin tinggi.

0,20 3 0,60

4. Banyak sekolah menengah pertama memiliki fasilitas yang lebih baik dan lengkap.

0,20 2 0,40

5. Maraknya pengaruh negatif dari penggunaan peralatan TIK (handpone, game online, dan internet)

0,10 2 0,20

Total Skor 1 2,70

Total Skor Akhir (Peluang-Ancaman)

0,80

Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014

SMPN 1 Bawen memiliki beberapa peluang untuk

meningkatkan mutu sekolah. Peluang-peluang tersebut

sangat strategis bagi peningkatan mutu dan menjadi

Page 16: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

modal yang sangat besar bagi sekolah. Menurut pihak

sekolah peluang yang memiliki bobot paling tinggi adalah

minat tinggi orang tua peserta didik menyekolahkan

anaknya di SMPN 1 Bawen yang diberi bobot 0,30 dan

skor 4. Perkembangan TIK yang sangat pesat dan mudah

untuk diakses merupakan peluang yang sangat stategis

untuk meningkatkan mutu sekolah dari aspek input, yang

diberi bobot 0,30 dan skor 3. Sementara itu untuk

hubungan baik dengan Dinas Pendidikan Kabupaten

Semarang diberi skor oleh pihak sekolah 0.20 dan skor 3.

Peran komite semakin meningkat adalah peluang

yang sangat penting dan strategis bagi sekolah untuk

merealisasikan program sekolah, yang diberi bobot 0,20

dan skor 4. Sementara itu fihak/ instansi yang semakin

tertarik bekerjasama dengan sekolah adalah sebuah

peluang yang tidak dimiliki oleh sekolah-sekolah di sub

rayon 02. Untuk aspek ini diberikan bobot oleh pihak

sekolah 0,10 dan skor 3.

Selain peluang sekolah juga memiliki

ancaman dimana beberapa guru kurang siap bahkan

menolak perubahan baik yang dilakukan oleh pemerintah

ataupun oleh kepala sekolah adalah ancaman yang paling

tingginya, diberi bobot oleh sekolah 0,30 dan skor.

Instansi seperti sekolah akan mengalami peningkatan

mutu jika setiap orang yang terlibat di dalamnya mau dan

selalu siap yang perubahan. Memang diakui bahwa

Page 17: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

sekolah negeri cukup dikenal dengan budaya aman dan

nyaman dalam bekerja sehingga jika perubahan dimana

peruhan tersebut tidak membuat nyaman dan aman

maka penolakan adalah jawaban. Bahkan tidak jarang

menjadi konflik yang bersifat frontal. Maka dari itu kepala

sekolah perlu memikirkan bagaimana untuk

menanamkan sikap terbuka terhadap perubahan dan

selalu siap sedia dengan perubahan. Tentunya untuk

kegiatan ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh sekolah

untuk mencapai tujuan tersebut, misalnya dengan

program outbond, retret, seminar, dan lain sebagainya.

Ancaman yang kedua adalah ada beberapa guru yang

masih berorientasi pada uang atau materi dalam

menjalankan tugas pokok fungsinya oleh sekolah diberi

bobot 0,20 dan skor 3. Persaingan antar sekolah

menengah yang semakin ketat menempati urutan ketiga

yang diberi bobot oleh sekolah 0,20 dan skor 2.

Sementara itu untuk fasilitas sekolah lain yang semakin

lengkap dan baik menjadi acaman urutan keempat

dimana sekolah memberikan bobot 0,20 dan skor 2.

Untuk pengaruh negatif perkembangan teknologi dan

informasi menempati urutan yang terakhir yang diberi

bobot oleh sekolah sebasar 0,10 dan skor 2.

a. Aspek Proses

Komponen proses meliputi kemampuan guru,

metode pembelajaran, fasilitas pembelajaran, kurikulum,

Page 18: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

media dan evaluasi. Hasil analisis faktor kekuatan dan

kelemahan untuk aspek proses dapat dilihat pada Tabel

4. 7 berikut ini

Tabel 4.7

Matrik IFAS (Internal Factors Analysis Summary)

No Faktor-faktor Internal Bob

ot Sko

r Total Skor Kekuatan

1. Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan pelajaran yang diampu

0,30 4 1,20

2. KKM sekolah minimal 75 0,20 5 1,00

3.

Adanya banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah (band, pramuka, silat, karate, rebana, bola voli, renang, basket, PMR, paduan suara, seni lukis, baca tulis alquran).

0,15 4 0,60

4. Kemampuan manajemen kepala sekolah cukup baik.

0,15 4 0,60

5. Adanya jam pelajaran tambahan untuk kelas IX.

0,10 2 0,20

6. Guru mengikuti kegiatan pengembangan profesi (MGMP, Workshop, Seminar, Pelatihan).

0,10 3 0,20

Total Skor

3,80

Kelemahan

1

Kedisiplinan guru yang masih kurang,

khususnya dalam menjalankan tugas pokok fungsinya.

0,30 3 0,90

2

Masih banyak guru menggunakan metode konvensional dalam proses pembelajaran, serta belum mengoptimalkan media pembelajaran.

0,20 3 0,60

3 Guru kurang memberikan motivasi kepada peserta didik.

0,15 3 0,45

4 Kerjasama (team work) antar guru dan lembaga dalam internal sekolah masih belum optimal.

0,15 2 0,30

5 Pelaksanaan supervisi belum tuntas dan optimal.

0,10 3 0,30

6. Fasilitas pembelajaran yang masih belum optimal

0,10 2 0,20

Total Skor 1 2,75

Total Skor Akhir (kekuatan-kelemahan) 1,05

Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014

Page 19: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Faktor kekuatan yang paling berpengaruh pada

aspek proses adalah kualifikasi pendidikan guru sesuai

dengan pelajaran yang diampunya yang selanjutnya diberi

bobot 0,30 dan skor 4. Tidak semua sekolah di sub rayon

02 yang kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan

pelajaran yang diampunya, bahkan hampir sebagian

besar terdapat guru yang mengajar belum sesuai dengan

kualifikasi pendidikannya. Sementara itu KKM sekolah

yang minimal 75 yang diberi bobot 0,20 dan skor 5. KKM

akan menjadi pemicu para guru agar peserta didik dapat

mencapainya bahkan melampauinya.

Adanya kegiatan ekstrakurikuler yang beragam

diberikan bobot oleh fihak sekolah sebesar 0,15 dan

skornya 4. Jika sekolah dapat lebih mengembangkan

kegiatan ekstrakurikuler (non akademis) tidak hanya dari

sisi kuantitas tetapi juga kualitasnya maka tidak mustahil

kualitas sekolah akan semakin meningkat dan semakin

dipercaya oleh masyarakat dan instansi lainnya.

Kemampuan manajemen kepala sekolah yang

sudah baik diberikan bobot 0,15 dan skornya 4. Sekolah

memiliki kepala sekolah dengan kemampuan manajemen

baik sejak 2 tahun terahir ini. Kemampuan

manajemennya kepala sekolah sebelumnya belum bisa

mengikuti perkembangan pendidikan yang terus

berkembang atau dinamis. Ke depan sekolah berpeluang

Page 20: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

untuk dapat memperbaiki mutu dengan manajemen yang

lebih efektif dan efisien.

Pelajaran tambahan untuk kelas IX diberi bobot

0,10 dan skor 2. Sekolah sebenarnya tidak hanya

memberikan pelajaran kepada semua peserta didik, tetapi

juga bagi peserta didik yang 25 terbaik dari masing-

masing mata pelajaran UN dengan target 10 peserta didik

tesebut mendapatkan nilai 100 pada masing-masing nilai

mapel UN tersebut.

Guru besedia mengikuti kegiatan pengembangan

profesi baik yang diselenggarakan oleh intenal sekolah

(MGMP, IHT, Seminar dan pengembangan lainnya)

ataupun oleh fihak lain (workshop, seminar, pelatihan).

Dari kekuatan ini diberikan bobot 0,10 dan skor 3. Total

bobot dikalikan dengan skor untuk faktor kelemahan

yaitu 3,80.

Sementara itu untuk beberapa kelemahan yang

dimiliki oleh sekolah dalam aspek proses adalah

kedisiplinan guru yang masih kurang diberi bobot 0,30

dan skor 3. Hal itu tercermin dari seringnya para guru

terlambat datang sekolah dan masuk ruang kelas. Selain

itu dari sisi kedisplinan administatatif guru yang sering

kurang, khususnya hal menyusun perangkat

pembelajaran, analisa, evaluasi dan tidak lanjut. Selain

itu masih ada beberapa guru mengajar dengan

menggunakan metode konvensional (ceramah) dan kurang

Page 21: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran dalam

proses pembelajaran, yang selanjutnya oleh sekolah diberi

bobot 0,20 dan skor 3. Untuk kurangnya guru

memberikan motivasi kepada peserta didik diberi bobot

0,15 dan skor 3.

Kerjasama antar guru dan lembaga dalam internal

sekolah yang masih kurang diberikan bobot 0,15 dan skor

2. Selain itu pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh

kepala sekolah dan tim belum optimal diberikan bobot

0,10 dan skor 3. Sebenarnya supervisi sudah ada jadwal

dan pembagian tim namun dalam implementasinya masih

belum dijalankan sesuai jadwal. Sementara itu untuk

fasilitas yang masih belum optimal, yang diberi bobot 0,10

dan skor 2.

Totol bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan

adalah 2,75. Sementara itu untuk total skor akhir faktor

kekuatan dikurangi faktor kelemahan adalah 1,05. Dari

faktor proses ini didapatkan bahwa faktor kekuatan

menjadi faktor yang lebih dominan dibandingakan dengan

faktor kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang ada dapat

diatasi dengan mengoptimalkan kekuatan yang dominan.

Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek

proses dapat dilihat pada Matrix External Factors Analysis

Summary (EFAS) pada Tabel 4.8

Page 22: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Tabel 4.8 Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)

No Faktor-Faktor Eksternal

Bobot Skor Total Skor Peluang

1. Semakin meningkatnya kesadaran orang tua pentingnya kualitas pendidikan.

0,30 3 0,90

2.

Sekolah berada di wilayah industri, pasar, perkantoran sehingga memungkinkan

untuk menjalin kerjasama (pembelajaran kontektual, beapeserta didik, penggalian dana).

0,20 5 1,00

3. Semakin banyaknya kegiatan pengembangan kompetensi guru, baik itu

workshop, MGMP, Seminar, ToT, dll.).

0,20 4 0,80

4. Semakin melimpahnya media pembelajaran. 0,10 4 0,40

5. Adanya perhatian khusus dari pemerintah kabupaten terhadap sekolah.

0,10 3 0,30

6. Adanya beasiswa bagi guru untuk studi lanjut baik ke universitas dalam negeri maupun luar negeri

0,10 2 0,20

Total Skor 1

3,60

No Ancaman Bobot Skor Total Skor

1. Semakin kritisnya masyarakat terhadap kualitas guru

0,30 3 0,90

2. Proses Belajar Mengajar (PBM) sekolah favorit lain yang sudah ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lebih lengkap.

0,20 3 0,60

3. Daya dukung masyarakat terhadap sekolah masih belum optimal.

0,20 3 0,60

4.

Beberapa guru mengajar di sekolah lain

untuk menambah jam mengajar (minimal 24 jam).

0,10 2 0,20

5. Masih lemahnya pengawasan dan evaluasi pemerintah terhadap guru.

0,10 3 0,30

6. Intervensi pemerintah pusat dalam penentuan nilai sekolah (NS) sebagai syarat kelulusan.

0,10 3 0,30

Total Skor 1 2,90

Total Skor Akhir (Peluang-Ancaman)

0,70

Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014

Dari aspek peluang semakin meningkatnya

kesadaran orang tua pentingnya kualitas suatu

pendidikan menempati posisi teratas dengan bobot 0,30

Page 23: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

dan skor 3. Hal ini sangat penting untuk menanamkan

pemahaman kepada peserta didik dari keluarga. Jika hal

itu terjadi maka sekolah tidak mengalami kesulitan untuk

meningkatkan mutu sekolah dari sisi akademis ataupun

non akademis. Keberadaan sekolah yang berada di

wilayah industri, pasar, dan perkantoran diberi bobot

0,20 dan bobot 5. Peluang ini sangat memungkinkan

peserta didik untuk mengembangankan model

pembelajaran kontekstual dan juga pastinya sangat

mendukung pembelajaran berbasis kurikulum 2013.

Semakin banyaknya kegiatan pengembangan yang

dilakukan oleh fihak internal dan eksternal diberi bobot

oleh sekolah sebesar 0,20 dan skor 4. Hal tersebut sangat

berpeluang untuk meningkatkan mutu sekolah. Perhatian

pemerintah Kabupaten Semarang terhadap sekolah

mendapat bobot 0,10 dan skor 0,30. Sementara itu

kesempatan guru untuk melanjutkan studi diberi bobot

0,10 dan skor 2. Total bobot dikalikan skor untuk faktor

peluang adalah 3,60.

Untuk faktor ancaman yang memiliki bobot tinggi

adalah semakin kritisnya masyarakat terhadap kualitas

guru yaitu dengan bobot 0,30 dan skornya 3. Tersebut

ditandai dengan adanya keluhan orang tua peserta didik

dengan model pembelajaran yang guru lakukan.

Sementara itu proses pembelajaran (PBM) sekolah lain

sudah ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lebih

Page 24: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

lengkap diberi bobot 0,20 dan skor 3. Untuk daya dukung

masyarakat terhadap sekolah belum optimal diberi bobot

0,20 dan skor 3. Beberapa guru mengajar di sekolah lain

untuk pemenuhan jam mengajar (24 jam) diberikan

bobot 0,10 dan skor 2. Selanjutnya untuk pengawasan

yang masih lemah dari dinas pendidikan terhadap guru

dan penyelenggaraan pembelajaran diberikan bobot

sebesar 0,10 dengan skor 3. Untuk intervensi pemerintah

pusat dalam penentuan nilai sekolah (NS) sebagai syarat

kelulusan diberikan bobot 0,10 dan skor 3. Total bobot

dikalikan skor untuk faktor ancaman adalah 2,90

sehingga total skor akhir faktor peluang dikurangi faktor

ancaman adalah 0,70.

Dari hasil analisis faktor eksternal tersebut diatas

diketahui bahwa SMPN 1 Bawen memiliki peluang yang

dapat dimanfaatkan.

b. Aspek Output

Komponen output meliputi prestasi peserta didik

dan pasca kelulusan peserta didik. Hasil analisis faktor

kekuatan dan faktor kelemahan dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Page 25: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Tabel 4.9 Matrik IFAS (Internal Factors Analysis

Summary)

No Faktor-faktor Internal

Bobot Skor Total

Skor Kekuatan

1.

Pencapaian prestasi beberapa kegiatan

non-akademis (ekstrakurikler) semakin

baik. Seperti; pencak silat, band, sepak

bola, keagamaan.

0,4 5 2,00

2. Peringkat sekolah dari tahun ke tahun

mulai mengalami peningkatan. 0,25 3 0,75

3. Prosentase jumlah kelulusan meningkat dari tahun ketahun.

0,25 3 0,75

4. Banyak peserta didik yang diterima di

sekolah favorit. 0,10 2 0,20

Total Skor 1

3,70

Kelemahan

1 Prestasi akademis dan non-akademis

belum optimal 0,30 3 0,90

2

Sekolah belum mengupdate secara rutin

data output peserta didik yang

melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi

atau tidak melanjutkan.

0,25 3 0,75

3 Belum memiliki jaringan alumni yang

kuat. 0,25 2 0,50

4

Bebarapa lulusan kurang memiliki

karakter yang kuat seperi: menghormati orang lain, tanggung jawab, disiplin, dan

mandiri.

0,20 3 0,45

Total Skor 1 2,60

Total Skor Akhir (kekuatan-

kelemahan)

1,10

Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014

Kekuatan yang paling menonjol dari aspek output

adalah pencapaian prestasi beberapa kegiatan non-

akademis (ekstrakurikler) semakin baik. Seperti; pencak

silat, band, sepak bola, keagamaan yang diberi bobot

0,40 dan skor 5. Hal ini dapat mengangkat prestasi

akademis yang sampai saat ini belum mampu optimal.

Page 26: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Peringkat sekolah dari tahun ke tahun mulai mengalami

peningkatan diberi bobot oleh sekolah 0,25 dengan skor

3. Selanjutnya Prosentase jumlah kelulusan meningkat

dari tahun ketahun diberi bobot 0,25 dengan skor 3.

Banyak peserta didik yang diterima di sekolah favorit

diberi bobot 0,10 dan skor 2.

Sementara itu sekolah juga memiliki kelemahan-

kelemahan dari aspek output. Faktor kelemahan yang

memiliki bobot yang tertinggi adalah belum optimalnya

prestasi akademis dan non akademis, yang diberi bobot

0,30 dan skor 3. Hal tersebut tercermin dari prestasi

lulusan yang belum pernah menjadi yang terbaik di

wilayah sub rayon 02 Kabupaten Semarang. Selain itu

prestasi non akademis juga baru sebagian yang mencapai

target yang diharapkan oleh sekolah.

Data output peserta didik tidak diupdate secara

rutin diberi bobot 0,25 dan skor 3 oleh sekolah. Hal ini

menyebabkan kesulitan sekolah untuk mengetahui

kondisi lulusan melanjutkan atau tidak. Sementara itu

untuk sekolah belum memiliki jaringan alumni yang kuat

diberi bobot 0,25 dan skor 2. Pemberdayaan peran alumni

sangat mungkin dilakukan oleh sekolah melihat output

banyak yang berhasil baik di instansi pemerintah

ataupun swasta.

Belum kuatnya karakter lulusan yang diberi bobot

0,15 dan skor 3. Hal tersebut disebabkan karena keluarga

Page 27: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

yang sibuk dengan pekerjaannya. Sebagian besar orang

tua peserta didik bekerja sebagai buruh pabrik. Selain itu

kehidupan lingkungan sekolah begitu keras dan kurang

berpihak kepada anak menyebabkan anak cenderung

untuk kurang bertanggung jawab, kurang disiplin, dan

kurang mandiri.

Total bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan

pada aspek output adalah 3,20 sehingga total skor akhir

IFAS pada aspek output adalah 0,40. Dari kedua faktor

yang mempengaruhi output SMPN 1 Bawen tersebut

ditemukan bahwa faktor kekuatan menjadi faktor yang

lebih dominan daripada faktor kelemahan. Kelemahan-

kelemahan yang ada dapat diatasi dengan

mengoptimalkan kekuatan yang lebih dominan.

Analisis faktor peluang dan ancaman aspek output

dapat dilihat pada Tabel 4.10. Selanjutnya faktor-faktor

tersebut diberi bobot dan skor, serta dilakukan

perhitungan skor akhir, dan diperoleh Matrik Eksternal

Factors Summary (EFAS), berikut ini:

Page 28: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Tabel 4.10 Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)

No Faktor-Faktor Eksternal

Bobot Skor Total Skor Peluang

1. Kepercayaan masyarakat terhadap sekolah tinggi.

0,40 4 1,60

2.

Harapan orang tua agar lulusan

bukan hanya berprestasi dalam

bidang akademis saja tetapi juga

bidang non akademis

(ekstrakurikuler)

0,30 4 1,20

3.

Lulusan memiliki karakter kuat,

dalam aspek kemandirian, tanggung

jawab, kedisiplinan, kerohanian, dan menghormati orang lain.

0,20 3 0,60

4. Peluang menjalin hubungan kerjasama yang lebih erat dengan

masyarakat dan alumni.

0,20 4 0,80

Total Skor 1

4,20

No Ancaman Bobot Skor Total

Skor

1. Semakin meningkatnya syarat kualifikasi lulusan dari stakeholder.

0,40 4 1,60

2. Semakin kompleknya tuntutan

masyarakat terhadap mutu sekolah.

0,25 3 0,75

3.

Masyarakat yang menilai

keberhasilan peserta didik dari sisi

hasil/ nilainya, bukan dilihat dari

sisi proses.

0,25 3 0,75

4. Kekhawatiran masyarakat terhadap

sulitnya mencari sekolah favorit.

0,10 2 0,20

Total Skor 1 3.30

Total Skor Akhir (Peluang-

Ancaman)

0,90

Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014

Semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat

terhadap sekolah menjadi faktor peluang yang terkuat

dari aspek output yang diberikan bobot 0,40 dan skor 4.

Page 29: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Hal tersebut jika sekolah dengan sungguh-sungguh

menggarap mutu sekolah maka tidak mustahil

masyarakat akan semakin yakin dengan sekolah.

Selanjutnya harapan orang tua peserta didik bukan

hanya berprestasi dalam bidang akademis tetapi juga

bidang non akademis diberikan bobot 0,30 dan skor 4.

Kemudian harapan orang tua peserta didik agar lulusan

memiliki karakter yang kuat diberikan bobot 0,20 dan

skor 3. Yang terakhir untuk peluang menjalin

hububungan kerjasama yang lebih erat dengan alumni

dan masyarakat diberi bobot 0,20 dan skor 4. Total akhir

bobot dikalikan skor untuk faktor peluang aspek output

sebesar 4,20.

Untuk faktor ancaman yang paling menonjol adalah

semakin meningkatnya syarat kualifikasi lulusan dari

stakeholder diberi bobot oleh fihak sekolah sebesar 0,40

dan bobot 4. Hal tersebut menyebabkan guru menjadi

kurang objektif dalam memberikan penilaian kepada

peserta didiknya. Semakin kompleknya tuntutan

masyarakat terhadap sekolah menjadikan ancaman yang

serius jika sekolah tidak dapat memfasilitasi tuntutan

masyarakat tersebut. Hal tersebut diberi bobot oleh fihak

sekolah 0,25 dan skor 3. Sementara itu untuk penilaian

keberhasilan peserta didik yang dilihat hanya dari sisi

hasil, bukan dilihat dari sisi proses diberi bobot 0,25 dan

skor 3. Ancaman berikutnya adalah kekhawatiran

Page 30: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

masyarakat terhadap sulitnya mencari sekolah favorit

diberi bobot 0,10 dan skor 2. Total akhir bobot dikalikan

skor untuk faktor ancaman adalah 3,30. Selanjutnya total

akhir faktor peluang dikurangi faktor ancaman adalah

0,90.

Dari hasil analisis faktor eksternal tersebut dapat

diketahui SMPN 1 Bawen memiliki beberapa peluang yang

dapat dimanfaatkan. Meskipun masih ada beberapa hal

yang menjadi ancaman dalam aspek output yang harus

diperhatikan, namun sekolah dapat memanfaatkan

peluang yang ada untuk mengatasi ancaman-ancaman

yang ada.

2. Rencana Strategis

a. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek

Input

Tabel 4.11

Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Input

IFAS EFAS

Kategori Total Skor Kategori Total Skor

Kekuatan (S) 4,01 Peluang (O) 3,50

Kelemahan

(W)

3,00 Ancaman (T) 2,70

Total (S-W) 1,01 Total (S-T) 0,80

Page 31: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor

akhir IFAS adalah 1,01 dan total skor akhir EFAS adalah

0,80. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan melalui

matrik SWOT di bawah ini:

Gambar 4.1

Matriks SWOT

- 4

- 3

- 2

- 1

- -1

- -2

- -3

- -4

I I I I I I I I

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

Ancaman

Kekuatan Kelemahan

Peluang

Kuadran 1 ( S – O)

Strategi Agresif

Memanfaatkan kekuatan

untuk menangkap

peluang yang ada

(1,01; 0,08)

Page 32: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Tabel 4.12

Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT

Faktor Eksternal

Peluang

Faktor Internal Min

at

tin

ggi ora

ng t

ua

men

yekola

hkan

an

ak k

e

SM

PN

1 B

aw

en

.

Pere

kem

ban

gan

TIK

sem

akin

mu

dah

un

tuk

dia

kses

Hu

bu

ngan

yan

g s

an

gat

baik

den

gan

din

as p

en

did

ikan

kabu

pate

n

Sem

akin

men

ingkatn

ya

pera

n k

om

ite

Ban

yak fih

ak lu

ar

yan

g

tert

ari

k u

ntu

k bekerj

asam

a

1 2 3 4 5

Kekuatan Strategi S - O (Strength -

Opportunity)

Lokasi sekolah sangat strategis

1. Mengembangkan lingkungan sekolah

menuju komunitas belajar yang ideal, yaitu melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan, dan Kekeluargaan).

2. Membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi peserta didik, baik dari sisi akademis ataupun non akademis.

3. Memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan melalui pelatihan-pelatihan intensif sehingga akan meningkatkan kinerja.

4. Pengembangan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar peserta didik.

5. Dibentuk Tim Evaluasi program dan kegiatan sekolah secara efektif dan efisien.

98 % guru berpendidikan S1

Kamampuan dasar peserta didik baik

Jumlah buku ajar untuk guru dan peserta didik mencukupi

Kemampuan manajemen kepala sekolah cukup baik

Dana untuk operasi sekolah mencukupi

Fasilitas cukup lengkap

Page 33: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka

rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya

peningkatan mutu sekolah untuk aspek input di SMPN 1

Bawen adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan

lingkungan sekolah menuju komunitas belajar yang ideal,

yaitu melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban,

Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan, dan

Kekeluargaan); (2) Membentuk klub-klub prestasi untuk

mengembangkan potensi peserta didik, baik dari sisi

akademis ataupun non akademis; (3) Mengoptimalkan

peran kepala sekolah dalam memberdayakan dan melatih

kepemimpinan dan manajerial tenaga pendidik dan dan

tenaga kependidikan; (4) Pengembangan fasilitas sekolah

berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar peserta didik;

(5) Dibentuk Tim Evaluasi program dan kegiatan sekolah

secara efektif dan efisien.

b. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek

Proses

Setelah mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman untuk aspek proses

kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan

untuk total skor akhir adalah sebagai berikut ini:

Page 34: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Tabel 4.13

Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Proses

IFAS EFAS

Kategori Total Skor Kategori Total Skor

Kekuaran (S) 3,80 Peluang (O) 3,60

Kelemahan (W)

2,75 Ancaman (T) 2,90

Total (S-W) 1,05 Total (S-T) 0,70

Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor

akhir IFAS adalah 1, 05 dan total skor akhir EFAS

adalah 0,70. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan

melalui matrik SWOT di bawah ini:

Gambar 4.2

Matriks SWOT

- 4

- 3

- 2

- 1

- -1

- -2

- -3

- -4

I I I I I I I I

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

Ancaman

Kekuatan Kelemahan

Peluang

Sel 1 ( S – O)

Strategi Agresif

Memanfaatkan kekuatan

untuk menangkap

peluang yang ada

(1,05; 0,70)

Page 35: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Tabel 4.14

Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT

Faktor Eksternal

Peluang

Faktor Internal Sem

akin

men

ingkatn

ya k

esadara

n

ora

ng t

ua p

en

tin

gn

ya k

ualita

s

pen

did

ikan

Lokasi sekola

h d

iwilayah

in

du

str

i,

pasar,

dan

perk

an

tora

n s

eh

ingga

ideal u

ntu

k p

em

bela

jara

n

kon

tekstu

al.

Sem

akin

ban

yakn

ya k

egia

tan

pen

gem

ban

gan

pro

fesi gu

ru

Sem

akin

melim

pah

nya m

edia

pem

bela

jara

n

Adan

ya p

erh

ati

an

kh

usu

s d

ari

pem

eri

nta

h k

abu

pate

n t

erh

adap

sekola

h.

Adan

ya beapesert

a d

idik

bagi

gu

ru u

ntu

k m

ela

nju

tkan

pen

did

ikan

ke u

niv

ers

itas d

ala

m

negeri

mau

pu

n lu

ar

negeri

.

1 2 3 4 5 6

Kekuatan

Strategi S - O (Strength - Opportunity)

Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan pelajaran yang diampu.

1. Mengoptimalkan kegiatan-kegiatan pengembangan profesi guru baik di tingkat

lokal sekolah ataupun diluar sekolah

dengan menitik beratkan kualitas bukan

sekedar mengikuti kegiatan sebagai

formalitas. 2. Mengembangkan pembelajaran yang aktif,

Inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan,

sesuai dengan K.13

3. Dibentuk Tim Evaluasi yang efektif dan

efisien untuk memantau dan memastikan

kemampuan profesi guru berkembang dari sisi kualitas.

4. Mengoptimalkan program dan kegiatan

ekstrakurikuler mulai dari perencanaan,

pelaksanaan sampai evaluasi untuk

mencapai target-target yang diharapkan.

5. Lebih meningkatkan kerjasama dengan pengajar atau pelatih dari luar sekolah

untuk mengoptimalkan mutu prestasi non

akademis (ekstrakurikuler). 6. Mengembangkan program character

building untuk peserta didik.

KKM sekolah minimal 75

Terdapat banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah

Kemampun manajemen kepala sekolah cukup baik

Adanya jam tambahan untuk kelas IX

Guru mau mengikuti kegiatan pengembangan profesi.

Page 36: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka

rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya

peningkatan mutu sekolah untuk aspek proses di SMPN 1

Bawen adalah sebagai berikut: (1) Mengoptimalkan

kegiatan-kegiatan pengembangan profesi guru baik di

tingkat lokal sekolah ataupun di luar sekolah dengan

menitikberatkan kualitas bukan sekedar mengikuti

kegiatan sebagai formalitas; (2) Mengembangkan

pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan

menyenangkan, sesuai dengan K.13; (3) Dibentuk Tim

Evaluasi yang efektif dan efisien untuk memantau dan

memastikan kemampuan profesi guru berkembang dari

sisi kualitas; (4) Mengoptimalkan program dan kegiatan

ekstrakurikuler mulai dari perencanaan, pelaksanaan

sampai evaluasi untuk mencapai target-target yang

diharapkan; (5) Lebih meningkatkan kerjasama dengan

pengajar atau pelatih dari luar sekolah untuk

mengoptimalkan mutu prestasi non akademis

(ekstrakurikuler); (6) Supervisi dan monitoring efektif dan

efisien yang dilakukan oleh kepala sekolah.

c. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Aspek

Output

Setelah mengidentifikasi berbagai faktor kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman untuk aspek output

Page 37: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan

untuk total skor akhir adalah sebagi berikut ini:

Tabel 4.15 Skor Akhir IFAS dan EFAS Aspek Output

IFAS EFAS

Kategori Total Skor Kategori Total

Skor

Kekuatan (S) 3,70 Peluang (O) 4,20

Kelemahan (W) 3,20 Ancaman (T) 3,30

Total (S-W) 0,50 Total (O-T) 0,90

Dari hasil matrik IFAS dan EFAS diketahui skor

akhir IFAS adalah 0,50 dan total skor akhir EFAS adalah

0,90. Hasil tersebut kemudian ditunjukkan melalui

matrik SWOT di bawah ini:

Gambar 4.3 : Matriks SWOT

- 4

- 3

- 2

- 1

- -1

- -2

- -3

- -4

I I I I I I I I

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

Ancaman

Kekuatan Kelemahan

Peluang

Kuadran 1 ( S – O)

Strategi Agresif

Memanfaatkan kekuatan

untuk menangkap

peluang yang ada

(0,50; 0,90)

Page 38: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Tabel 4.16

Rencana Strategis Berdasarkan Hasil Analisis SWOT

Faktor Eksternal

Peluang

Faktor Internal Keperc

ayaan

masyara

kat

terh

adap s

ekola

h t

inggi

Hara

pan

ora

ng t

ua a

gar

tua a

ga lu

lusan

tid

ak

hn

ya b

erp

resta

si dala

m

bid

an

g a

kadem

is t

eta

pi

juga n

on

akadem

is

Lu

lusan

mem

ilik

i

kara

kte

r ku

at.

Pela

un

g m

en

jalin

hu

bu

ngan

kerj

a s

am

a y

an

g lebih

era

t

den

gan

masyara

kat

dan

alu

mn

i.

1 2 3 4

Kekuatan Strategi S - O (Strength -

Opportunity) Pencapaian prestasi non

akademis kegiatan non akademis

(ekstrakurikuler) semakin

lebih baik.

a. Meningkatkan prestasi non-

akademis sekolah dengan seoptimal mungkin.

b. Meningkatkan pembelajaran

yang menitikkan pada

pembangunan karakter peserta didik untuk membangun image

positif.

c. Membangun jaringan alumni

yang lebih efektif dan

terorganisir.

d. Melakukan terobosan-

terobosan untuk percepatan

pencapaian prestasi akademis.

Peringkat sekolah dari

tahun ke tahun mulai

meningkat

Prosentase jumlah

kelulusan dari tahun ke

tahun meningkat.

Banyak peserta didik diterima di sekolah

favorit.

Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut maka

rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya

peningkatan mutu sekolah untuk aspek proses di

SMPN 1 Bawen adalah sebagai berikut: (1)

Meningkatkan prestasi non-akademis sekolah dengan

Page 39: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

seoptimal mungkin; (2) Meningkatkan pembelajaran

yang menitikkan pada pembangunan karakter peserta

didik un tuk membangun image positif; (3)

Membangun jaringan alumni yang lebih efektif dan

terorganisir; (4) Melakukan terobosan-terobosan

untuk percepatan pencapaian prestasi akademis.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Analisis SWOT Aspek Input, Proses, dan Output

a. Analisis SWOT Aspek Input

Berdasarkan hasil perhitungan analisis

terhadap faktor lingkungan internal dan faktor

lingkungan eksternal aspek input SMPN 1 Bawen

maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal

dan aspek input (kekuatan – kelemahan) adalah 1,01.

Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih

dominan daripada faktor kelemahan sehingga dengan

kekuatan lokasi sekolah yang sangat strategis, 98 %

guru berkualifikasi pendidikan S1, kemampuan dasar

yang baik, jumlah buku ajar untuk guru dan peserta

didik mencukupi, dana untuk operasi sekolah

mencukupi, kemampuan manajemen kepala sekolah

sudah baik, dan fasilitas yang sudah cukup lengkap

dapat mampu mengatasi kelemahan untuk menangani

belum optimalnya supervisi yang dilakukan oleh

kepala sekolah ataupun tim, kurangnya pemahaman

Page 40: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

guru terhadap visi misi sekolah, kurang optimalnya

pembimbingan kegiatan ekstrakurikuler, belum

optimalnya kinerja staff TU (TU dan bendahara),

belum memadahinya ruang atau tempat untuk

kegiatan ekstrakurikuler, belum optimalnya

pemanfaatan laboratorium dalam proses belajar

mengajar, masih rendahnya motivasi belajar peserta

didik dan lingkungan sekolah masih kurang bersih,

hijau dan aman.

Skor akhir lingkungan eksternal aspek input

(peluang-ancaman) adalah 0,80. Hal tersebut

menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol

atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah

bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk

mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil

perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa

posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,01; 0,80),

posisi tersebut berada pada kuadran SO (strength -

Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup

menguntungakan karena sekolah memiliki kekuatan

dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu

diterapkan strategi agresif yang mendukung

kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan

memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk

menangkap peluang dari luar.

Page 41: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

b. Analisis SWOT Aspek Proses

Berdasarkan hasil perhitungan analisis

terhadap faktor lingkungan internal dan faktor

lingkungan eksternal aspek proses SMPN 1 Bawen

maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal

dan aspek proses (Kekuatan – Kelemahan) adalah

1,05. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan

lebih dominan daripada faktor kelemahan sehingga

dengan kekuatan kualifikasi pendidikan guru sudah

sesuai dengan pelajaran yang diampu, KKM sekolah

75, beragamnya kegiatan ekstrakurikuler,

kemampuan menjemen kepala sekolah seudah baik,

adanya jam pelajaran tambahan untuk kelas IX,

keterlibatan guru dalam kegiatan pengembangan

profesi.

Skor akhir lingkungan eksternal aspek proses

(peluang-ancaman) adalah 0,70. Hal tersebut

menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol

atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah

bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk

mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil

perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa

posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,05; 0,70),

posisi tersebut berada pada kuadran SO (Strength -

Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup

menguntungkan karena sekolah memiliki kekuatan

Page 42: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu

diterapkan strategi agresif yang mendukung

kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan

memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk

menangkap peluang dari luar.

c. Analisis SWOT Aspek Output

Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap

faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan

eksternal aspek output SMPN 1 Bawen maka diperoleh

hasil skor akhir lingkungan internal dan aspek output

(Kekuatan – Kelemahan) adalah 1,10. Angka ini

menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan

daripada faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan

pencapaian prestasi kegiatan non akademis semakin

membaik, peringkat sekolah mengalami peningkatan,

prosesntase lulusan meningkat dan banyaknya

peserta didik yang diterima disekolah favorit.

Skor akhir lingkungan eksternal aspek ouptut

(peluang-ancaman) adalah 0,90. Hal tersebut

menunjukkan bahwa faktor peluang lebih menonjol

atau dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah

bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk

mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil

perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa

posisi SMPN 1 Bawen berada pada titik (1,10; 0,90),

posisi tersebut berada pada kuadran SO (Strength -

Page 43: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Opportunities) dan merupakan situasi yang cukup

menguntungkan karena sekolah memiliki kekuatan

dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu

diterapkan strategi agresif yang mendukung

kebijakkan pertumbuhan yang agresif dengan

memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sekolah untuk

menangkap peluang dari luar.

4.3.2 Rencana Strategis

a. Rencana Strategis Aspek Input

Berdasarkan hasil analisis SWOT aspek input

maka strategi yang perlu dibuat SMPN 1 Bawen untuk

meningkatkan mutu pada aspek input adalah sebagai

berikut ini:

Renstra pertama Mengembangkan lingkungan

sekolah menuju komunitas belajar yang ideal, yaitu

melalui program 7 K (Kebersihan, Ketertiban,

Keindahan, Kerindangan, Keamanan, Kenyamanan,

dan Kekeluargaan). Meskipun posisi sekolah sangat

strategis namun pengelolaan pengembangan

lingkungan sekolah belum optimal terutama dalam hal

kebersihan, kepedulian dan ketertiban. Kepedulian

warga sekolah terhadap kebersihan, ketertiban dan

keindahan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari

sampah yang berserakan di mana-mana. Sekolah

Page 44: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

sudah mengambil kebijakan untuk menambah

petugas kebersihan namun belum berdampak

terhadap kebersihan, ketertiban, keindahan dan

kenyamanan sekolah. Hal yang sangat penting adalah

membangun kesadaran rasa memiliki seluruh warga

sekolah yang selama ini belum terbangun dengan

baik. Seringkali warga sekolah masih membuang

sampah sembarangan tanpa rasa malu dan kurang

perduli terhadap lingkungan sekolah yang tidak tertib

dan nyaman. Hal tersebut dapat diselesaikan dengan

kesepakatan bersama antar warga sekolah dan

membuat regulasi yang mendukung terhadap

kebersihan, ketertiban, keindahan dan kenyamanan

sekolah. Selain itu perlu dibangun memiliki rasa

memiliki terhadap sekolah dengan cara outbond,

menciptakan lagu-lagu yang membangkitkan

semangat terhadap sekolah (Marsh, Hymne), gerakan

cinta sekolah, gerakan anti sampah, dan lain-lain.

Sekolah juga perlu memperindah diri dengan gerakan

green school dengan cara memperindah taman sekolah

diseluruh area sekolah serta merencanakan

perawatan yang berkelanjutan. Selain itu juga perlu

ditambah tanaman-tanaman peneduh agar sekolah

lebih nyaman dan layak untuk kegiatan bagi setiap

warga sekolah. Sekolah juga perlu memikirkan

keamanan warga sekolah pada saat menyeberang

Page 45: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

jalan raya. Warga sekolah sangat rentan terhadap

kecelakaan dikarenakan jalan yang sangat ramai.

Sekolah sudah memiliki 2 petugas dan seorang polisi

yang menyeberangkan warga sekolah namun perlu

dipikirkan untuk membangun jembatan layang agar

keselamatan terjamin. Sekolah dapat bekerjasama

dengan instansi-instansi atau alumni untuk

membangun jembatan tersebut.

Renstra kedua Membentuk klub-klub prestasi

untuk mengembangkan potensi peserta didik, baik

dari sisi akademis ataupun non akademis. Sekolah

sudah memiliki fasilitas yang cukup lengkap sehingga

memungkinkan untuk diadakannya kegiatan klub

prestasi untuk memfasilitasi peserta didik yang

berprestasi untuk lebih menggali potensinya sehingga

nantinya akan menyumbangkan prestasi-prestasi

yang mampu meningkatkan mutu sekolah. Klub yang

sangat mungkin untuk dilaksanakan disekolah antara

lain; klub bahasa, klub sains, klub olahraga, klub

seni, dan klub jurnalistik.

Renstra ketiga Memberdayakan tenaga pendidik

dan tenaga kependidikan melalui pelatihan-pelatihan

intensif sehingga akan meningkatkan kinerja. Alokasi

anggaran peningkatan SDM sekolah semestinya

Page 46: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

ditambah untuk pengembangan-pengembangan yang

selama ini masih minim.

Renstra keempat Pengembangan fasilitas

sekolah berbasis TIK sebagai sarana untuk belajar

peserta didik. Masih minimnya penggunaan TIK dalam

proses pembelajaran baik oleh guru ataupun peserta

didik menjadi hambatan sekolah untuk meningkatkan

mutu sekolah. Sekolah perlu memperkuat jaringan

internet, baik jaringan wifi ataupun jaringan kabel,

dimana saat ini masih belum optimal dan terbatas.

Renstra kelima Dibentuk Tim Evaluasi program

dan kegiatan sekolah secara efektif dan efisien.

Sekolah belum memiliki tim evaluasi program, dimana

peran tim ini sangat penting untuk mengevaluasi yang

selanjutnya untuk menyusun program sekolah yang

lebih baik. Sebaiknya sekolah segera untuk

membentuk tim evaluasi program sekolah agar

kekurangan atau kelemahan yang ada dapat segera

dideteksi yang selanjutnya akan diperbaiki. Melihat

jumlah dan potensi guru yang cukup banyak maka

tidak sulit untuk membentuk tim tersebut.

Page 47: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

b. Rencana Strategis Aspek Proses

Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk IFAS

dan EFAS menunjukkan strategi di kuadran SO

(Strengths – Opportunities), yaitu strategi agresif yang

mendukung pertumbuhan. Strategi ini menggunakan

kekuatan internal sekolah untuk meraih peluang-

peluang yang ada diluar sekolah. Berikut ini adalah

rencana strategis yang dapat dibuat untuk

meningkatkan mutu dari aspek proses SMPN 1

Bawen.

Renstra peratama, mengoptimalkan kegiatan-

kegiatan pengembangan profesi guru baik di tingkat

lokal sekolah ataupun diluar sekolah dengan

menitikberatkan kualitas. Melihat kualifikasi guru

yang sudah sesuai dengan pelajaran yang diampunya

serta didukung oleh kemampuan kepala sekolah yang

sudah baik sangat memungkinkan bagi guru untuk

mengembangkan profesi guru.

Renstra kedua, mengembangkan pembelajaran

yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan,

salah satunya adalah berjeraring dengan instansi atau

lingkungan yang mendukung pembelajaran

kontekstual seperti pasar, instansi pemerintah lainnya

(bank, kecamatan, kepolisian, TNI, rumah sakit, dll.)

Page 48: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

serta instansi swasta (pabrik, poliklinik, dll.). Selain

itu sekolah harus aktif untuk mencarikan beasiswa

bagi guru agar mau melanjutkan pendidikan untuk

meningkatkan kualitas profesinya. Salah satunya

adalah dengan menjalin hubungan komunikasi yang

baik dengan dinas pendidikan kabupaten agar

diberikan akses terhadap hal tersebut. Hal lain yang

perlu ditangkap adalah mengaktifkan guru dalam

kegiatan-kegiatan pengembangan yang

diselenggarakan oleh intenal sekolah ataupun

eksternal tentunya dengan evaluasi yang lebih

optimal.

Renstra ketiga, mengoptimalkan program dan

kegiatan ekstrakurikuler mulai dari perencanaan,

pelaksanaan sampai evaluasi untuk mencapai target-

target yang diharapkan. Prestasi kegiatan

ekstrakurikuler masih sangat perlu ditingkatkan terus

karena baru beberapa cabang kegiatan

ekstrakurikuler saja yang berprestasi seperti pencak

silat, sepak bola, baca tulis alquran, dai cilik, band,

bulu tangkis. Jika sekolah mampu mengelolanya

secara optimal kegiatan ekstrakurikuler maka

kepercayaan masyarakat pasti akan semakin tinggi

terhadap sekolah.

Page 49: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

Renstra keempat, lebih meningkatkan

kerjasama dengan pengajar atau pelatih baik dari luar

ataupun dari dalam sekolah untuk mengoptimalkan

mutu prestasi non akademis (ekstrakurikuler).

Penyebab beberapa cabang kegiatan esktrakurikuler

kurang produktif adalah kerjasama yang kurang

efektif dengan pelatih atau pengajar. Koordinasi

sekolah yang hampir tidak pernah dengan beberapa

pelatih atau pengajar menyebabkan kurang terarah

dan terpantaunya kegiatan ekstrakurikuler.

c. Rencana Strategis Aspek Output

Renstra pertama Meningkatkan prestasi non-

akademis sekolah dengan seoptimal mungkin.

Peningkatan prestasi tersebut dapat dilakukan dengan

meningkatkan anggaran untuk kegiatan

ekstrakurikuler baik untuk pengadaan fasilitas

ataupun untuk meningkatkan honor pengajar atau

pelatih. Harapan orang tua peserta didik agar lulusan

tidak hanya berprestasi dibidang akademis dan non

akademis menjadi keuntungan sekolah untuk

melibatkan mereka dalam hal penggalian anggaran

melalui komite. Setelah melengkapi fasilitas dan

meningkatkan honor pengajar, sekolah perlu

mengevaluasi total kinerja dan prestasi dari masing-

masing pengajar. Jika tidak produktif dan motivasinya

Page 50: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

rendah dalam proses pembimbingan maka sekolah

harus berani mengganti dengan pengajar yang lebih

produktif dan memiliki motivasi tinggi.

Renstra kedua Meningkatkan pembelajaran

yang menitikberatkan pada pembangunan karakter

peserta didik untuk membangun image positif. Visi

misi sekolah sangat jelas mengarahkan pembelajaran

untuk meningkatkan karakter peserta didik. Maka

dari itu sekolah harus terus meningkatkan kualitas

lulusan dari sisi karakternya dengan cara lebih

mengoperasionalkan visi sekolah menjadi misi-misi

yang mudah difahami dan laksanakan untuk

mengembangkan karakter peserta didik.

Renstra ketiga Membangun jaringan alumni

yang lebih efektif dan terorganisir. Sesungguhnya ada

beberapa alumni yang sudah berperan aktif untuk

ikut meningkatkan mutu sekolah, namun belum ada

jaringan atau wadah yang jelas sehingga tidak semua

alumni dapat terlibat aktif dalam mengembangkan

sekolah. Sekolah perlu menangkap peluang ini dengan

memfasilitasi alumni menjadi jaringan yang kuat

untuk mendorong perkembangan mutu sekolah. Perlu

ada pertemuan-pertemuan yang intens antara pihak

Page 51: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

sekolah dengan alumni untuk merumuskan beberapa

strategi menignkatkan mutu sekolah.

Renstra keempat Melakukan terobosan-

terobosan untuk percepatan pencapaian prestasi

akademis. Dengan semakin meningkatnya tingkat

kerjasama dengan instansi pengembangan dibidang

akademis seperti lembaga pendidikan Ganesa

Operation, Primagama, dapat dijadikan strategi untuk

mempercepat peningkatan prestasi akademis peserta

didik. Sekolah perlu memikirkan agar kegiatan

pengembangan ini dapat diakses dengan mudah oleh

peserta didik, salah satunya mengupayakan agar

kegiatan dilakukan di lingkungan sekolah pada waktu

siang atau sore hari. Selain itu perlu adanya

kesepakatan-kesepatan yang jelas untuk mencapai

percepatan peningkatan prestasi akademis antara

sekolah dengan lembaga-lembaga tersebut. Sekolah

harus berani mengevaluasi setiap tahap dalam proses

pengembangan tersebut. Jika dievaluasi tidak sesuai

dengan yang diharapkan maka sekolah hendaknya

menghentikan kerjasama tersebut dan mencari

lembaga yang lebih baik.

Page 52: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

4.3.3 Pendapat Pakar

Draft rencana strategis yang telah disusun oleh

penulis diuji oleh dua orang pakar. Adapun evaluasi

dan masukan dari pakar yang pertama adalah sebagai

berikut:

1. Latar belakang

Latar belakang harus lebih tajam dan

konkrit yaitu dengan mamasukkan unsur

penting (urgent) dan mendesak mengapa

muncul draft alternatif rencana strategis.

2. Penambahan Data Profil Sekolah

Perlu ditambahkan unsur data eksisting

sekolah yang berbasis analisis

lingkungan. Hal tersebut diperlukan

karena untuk mempertajam dan

melengkapai sebuah rencana strategis.

Selanjutnya masukkan dan evaluasi dari pakar ke

dua adalah sebagai berikut:

1. Latar belakang

Latar belakang draft alternatif rencana

strategis SMPN 1 Bawen masih kurang

kongkrit dan tajam. Jika ingin usulan

draft ini dapat menjadi rujukan bagi

sekolah maka perlu diperbaiki dan

ditambahkan pada bagian pendahuluan

agar nantinya draft menjadi lebih layak.

2. Rancangan Program

Rancangan program yang dibuat penulis

terlalu banyak sehingga perlu

Page 53: 4.1 Gambaran SMPN 1 Bawen - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6030/4/T2... · Kelas VII VIII IX 1 2010/2011 ... 9 BK - 2 1 3 1 guru dari ... sekolah lain

diperhatikan mana yang memang

menjadi prioritas sekolah. Selain itu

draft perlu mempertegas mana program

yang sudah ada namun masih belum

optimal dan mana program yang

memang belum ada di sekolah.

4.3.4 Hasil Revisi berdasarkan Pendapat Pakar

Revisi draft rencana strategis SMPN 1

Bawen berdasarkan uji pakar dapat dilihat di

lampiran 6 halaman 119 s/d 157.