40145707 makalah demokrasi dan hak asasi manusia dalam islam
DESCRIPTION
dTjnANX a,sajcxTRANSCRIPT
Makalah Kapita Selekta Ilmu Sosial
Demokrasi & Hak Asasi Manusia
dalam Islam
Penyusun:
Barry Ilham
44111010132
Universitas Mercu Buana
Fakultas Ilmu komunikasi
Jakarta
2011-2012
Kata Pengantar
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Demokrasi,
dan Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam Islam, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berba-
gai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang penjabaran mengenai Demokrasi, dan Hak Asasi
Manusia (HAM) di dalam Islam. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna
tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pem-
baca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon
untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
i
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………i
Daftar Isi………………………………………………………………….ii
Bab I
Pendahuluan………………………………………………………………
1
Bab II
Pembahasan………………………………………………………………7
Bab III
Kesimpulan dan Saran…………………………………………………..14
Daftar Pustaka………………………………………………………….. 15
iiBab I
Pendahuluan
I. Latar Belakang
Hukum adalah komponen yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat,
dan pada dasarnya hukum itu adalah masyarakat itu sendiri. Setiap tingkah laku
masyarakat selalu di monitor oleh hukum, baik hukum yang tertulis maupun hukum
yang tidak tertulis. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang memiliki penduduk
mayoritas beraga islam, secara sengaja maupun tidak sengaja hal tersebut mempen-
garuhi terbentuknya suatu aturan hukum yang berlandaskan atas agama Islam.
Berbagai masalah yang ada di dalam Negara Indonesia tidak semuanya dapat
diselesaikan berdasarkan hukum umum yang telah ada, namun tetap memerlukan
hukum yang secara filosofis dan sosiologis tertanam dalam hati dan kepercayaan
masyarakat Indonesia.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan di buatnya aturan Hukum Islam di
Indonesia adalah:
1. Masyarakat Indonesia yang berketuhanan. (sisi filosofis).
2. Mayoritas penduduk Indonesia beraga Islam. (sisi sosiologis).
3. Berdasarkan catatan sejarah yang telah dibukukan oleh Departemen Agama
yang berjudul “Seabad Peradilan Agama di Indonesia”, menjelaskan bahwa
Pengadilan Agama sudah ada di Indonesia sejak abad ke-16. (sisi historis).
4. Merupakan produk politik yang dibuat oleh pemerintah.
Membicarakan tentang masalah Hukum Islam di Indonesia pada dasarnya
adalah membicarakan salah satu aspek kehidupan masyarakat Indonesia itu sendiri,
kita akan memasuki sebuah perbincangan yang kompleks sekalipun Hukum Islam
menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
pada masa sekarang.
Selain itu, perbincangan tentang Hukum Islam di Indonesia sebagaimana hal-
nya juga dengan Hukum Islam di berbagai kawasan dunia akan selalu menampakkan
diri sebagai Hukum yang bersifat universal dengan daya jangkau untuk semua tempat
dan segala zaman tetapi pada lain pihak Hukum Islam juga dituntut untuk menam-
pakkan diri dengan wajahnya yang khas Hukum Islam Indonesia masa kini. Perbin-
cangan kita tentang Hukum Islam tentunya akan lebih banyak diarahkan pada aspek
yang kedua. Berkenaan dengan hal yang pertama Hukum Islam dengan sifat keuniver-
salannya sudah cukup banyak dikaji dan dibahas orang.
“Hukum Islam Indonesia masa kini” adalah merupakan sebuah label yang
diberikan pada ketentuan-ketentuan Hukum Islam yang berlaku di Indonesia dan
sekaligus menampilkan corak khas ke-Indonesiaannya. Sistem dan budaya Indonesia
akan lebih terefleksi di dalamnya sehingga Hukum Islam dimaksud untuk beberapa
bagian tertentu baik menyangkut kaidah hukumnya maupun pola pemikiran yang
mendasarinya akan menunjukkan beberapa perbedaan dengan Hukum Islam yang
berlaku dilain tempat seperti Saudi Arabia, Mesir, Iran, Pakistan dan lain-lain
sekalipun sifat dasar yang sama karena bersumberkan pada sumber yang sama yaitu
AI Quran dan Sunnah.
Berbeda dengan Demokrasi, Islam berasal dari Allah SWT, yang telah di-
wahyukan-Nya kepada rasul-Nya Muhammad SAW. Dalam hal ini Allah SWT berfir-
man :
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya, ucapannya itu
tiada lain hanya berupa wahyu yang diwahyukan.” (QS. An-Najm : 3-4)
Islam dibangun di atas landasan Aqidah Islam, yang mewajibkan pelaksanaan
perintah dan larangan Allah –yakni hukum-hukum syara’ yang lahir dari Aqidah Is-
lam– dalam seluruh urusan kehidupan pribadi, masyarakat dan kenegaraan. Aqidah ini
menerangkan bahwa manusia tidak berhak membuat peraturan hidupnya sendiri.
Manusia hanya berkewajiban menjalani kehidupan menurut peraturan yang ditetapkan
Allah SWT untuk manusia.
Islam menyatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan syara’, bukan di tangan
umat. Sebab, Allah SWT sajalah yang layak bertindak sebagai Musyarri’ (pembuat
hukum). Umat secara keseluruhan tidak berhak membuat hukum, walau pun hanya
satu hukum. Allah SWT berfirman :
“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.” (QS. Al An’aam: 57)
Dalam Islam seorang muslim wajib terikat dengan hukum syara’ dalam segala
perbuatannya. Tidak bisa bebas dan seenaknya. Terikat dengan hukum syara’ bagi se-
orang muslim adalah wajib dan sekaligus merupakan pertanda adanya iman padanya.
II. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah definisi dari demokrasi itu?
2. Bagaimana islam memandang demokrasi?
3. Apakah definisi dari HAM (Hak Asasi Manusia) itu?
4. Bagaimanakah HAM dalam pandangan islam?
5. Bagaimana hukum dalam pandangan islam?
III. Ruang Lingkup
Makalah ini membahas:
1. Mendefinisikan arti dari demokrasi
2. Pandangan Islam tentang demokrasi
3. Definisi HAM
4. Pandangan HAM dalam Islam
5. Pandangan Islam tentang hukum
Bab II
Pembahasan
Definisi Ham, dan Demokrasi
1. Pengertian HAM
1.1. Secara Umum:
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam
kandungan dan merupakan pemberian dari Tuhan.HAM Berlaku secara univer-
sal.
Tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1,
pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1
1.2. Dalam Islam:
Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum
dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang
tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, har-
tamu dan kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari dan Muslim). Maka negara
bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai ke-
wajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.
2. Pengertian Demokrasi
2.1. Secara Umum
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara
untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Pada intinya, yang banyaklah yang
menang dan yang banyak dianggap sebagai suatu kebenaran.
"Many forms of Government have been tried, and will be tried in this world of
sin and woe. No one pretends that democracy is perfect or all-wise. Indeed, it has
been said that democracy is the worst form of government except all those other
forms that have been tried from time to time."
—Winston Churchill (Hansard, November 11, 1947).
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam
tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat
yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara
ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling men-
gontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pe-
merintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenan-
gan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan
kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia)
yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini,
keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan
bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituante) dan yang memil-
ihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan.
Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting,
misalnya pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Pemil-
ihan umum tidak wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara, namun oleh
sebagian warga yang berhak dan secara sukarela mengikuti pemilihan umum. Sebagai
tambahan, tidak semua warga negara berhak untuk memilih (mempunyai hak pilih).
Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan
memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti
yang lebih luas. Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara lang-
sung tidak menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan
rakyat memilih sendiri secara langsung presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak
kedaulatan rakyat. Walapun perannya dalam sistem demokrasi tidak besar, suatu
pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat cara berpikir lama
dari sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola, bukan sis-
tem pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa pun
seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan jauh lebih pendek daripada masa
hidup suatu sistem yang sudah teruji mampu membangun negara. Banyak negara
demokrasi hanya memberikan hak pilih kepada warga yang telah melewati umur ter-
tentu, misalnya umur 18 tahun, dan yang tak memliki catatan kriminal (misal, narapi-
dana atau bekas narapidana). Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang
tepatnya diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut dianggap se-
bagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi
modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi
modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem
"demokrasi" di banyak negara.
Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerinta-
han rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam
bidang ilmu politik. Hal ini disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut seba-
gai indikator perkembangan politik suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan
dalam suatu negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica dengan
kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahter-
aan dan kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhi-
tungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang
begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan be-
radab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran
terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya
kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji
dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan
membawa kebaikan untuk rakyat.
Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable),
tetapi harus ada mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lem-
baga negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara teori)
membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.
Saat ini arti demokrasi sendiri sudah banyak tercemar oleh kosakata human-
isme yang mengarah pada konsep liberalis semata. Secara harafiah demokrasi
disamakan dengan kebebasan yang tanpa batas. Harus diingat bahwa konsep
demokrasi yang membebaskan mensyaratkan "kedewasaan" penggunanya. Demokrasi
bukanlah ideologi yang memberikan ruang tak terbatas terhadap setiap keinginan dan
kepentingan rakyat karena terlalu bebasnya unjuk kepentingan dengan alih-alih
demokrasi akan menyebabkan perbenturan kepentingan-kepentingan itu sendiri.
Di luar itu, demokrasi mensyaratkan suatu konstitusi yang benar-benar kokoh
dan sehat supaya dapat mengakomodasi kepentingan seluruh rakyat secara positif dan
tidak saling berbenturan. Negara-negara yang sukses dengan konsep demokrasi bukan
berarti negara yang memberikan kebebasan kepada warga negaranya sebebas-bebas-
nya secara harafiah. Negara demokrasi yang sukses adalah sebuah negara dengan kon-
stitusi yang kokoh, jelas, sehat, dan menjunjung nilai-nilai dasar yang mutlak tidak
terbantahkan kebenarannya.
Karena demokrasi memberi ruang kepada rakyatnya untuk memberikan
"suara" dan mengungkapkan kepentingannya masing-masing, diperlukanlah suatu
kedewasaan dimana setiap rakyat sadar bahwa mereka tidak mungkin memper-
juangkan kepentingan mereka jika itu melanggar hak dan kepentingan mendasar dari
orang lain. Kemungkinan terjadinya perbenturan kepentingan inilah yang harus dijaga
oleh konstitusi yang kokoh dan sehat sehingga demokrasi dapat dijalankan dengan se-
hat dan memberikan rasa aman bagi setiap warga negara. Saat konstitusi semacam itu
sudah terbentuk, maka setiap warga negara dapat memperjuangkan kepentingannya
dengan jelas dan dalam suatu bentuk yang pasti dan terjamin dalam konstitusi.
Demokrasi sendiri seringkali terjegal oleh prinsip dimana kepentingan manu-
sia dianggap tidak terbatas dan sangat sulit untuk dikonsolidasikan. Oleh karena itu,
suatu konstitusi harus dibuat sesuai dengan pilihan karakter kebangsaan yang dipilih
secara sadar dan mantab sebagai suatu identitas kebangsaan. Konstitusi tersebut dis-
usun dan dipilih oleh "suara" rakyat sebagai simbol karakter mereka sebagai suatu
bangsa yang berbeda satu sama lainnya selain juga mencerminkan cita-cita mereka se-
bagai suatu bangsa. Sebagai contoh, demokrasi Amerika dan demokrasi Indonesia
adalah suatu bentuk demokrasi yang berbeda secara konstitusional. Misal, demokrasi
Amerika berkomitmen pada hak-hak individu sebagai suatu bangsa, sedangkan
demokrasi Indonesia sejak terbentuknya berkomitmen pada persatuan dan kesatuan
berbagai suku, agama, dan ras sebagai satu bangsa. Namun keduanya sama-sama
meletakkan sistem pemerintahannya dalam kondisi parlementer dimana rakyat diang-
gap sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan penentu nasibnya sendiri yang diwak-
ilkan pada sekelompok wakil rakyat hanya saja dengan kepentingan, batasan, dan arah
pergerakan bangsanya yang berbeda. Secara mudahnya, demokrasi Amerika men-
jamin setiap warga Amerika "bergerak" bebas sebagai seorang Amerika, sedangkan
demokrasi Indonesia menjamin setiap warga Indonesia "bergerak" bebas sebagai seo-
rang Indonesia.
Dalam Islam ada yang dikenal dengan istilah Syura atau musyawarah. Yang
merupakan derivasi (kata turunan) dari kata kerja ‘syawara’. Dan kata ‘syawara’
mempunyai beberapa makna, antara lain memeras madu dari sarang lebah; memeli-
hara tubuh binatang ternak saat membelinya; menampilkan diri dalam perang. Dan
makna yang dominan adalah meminta pendapat dan mencari kebenaran.
Dan secara terminologis, syura bermakna “memunculkan pendapat-pendapat dari
orang-orang yang berkompeten untuk sampai pada kesimpulan yang paling tepat.”
(Nizhamul-Hukmi Fil-Islam, Dr. ‘Arif Khalil, hal. 236)
Meminta pendapat dan mencari kebenaran adalah salah satu prinsip dalam
demokrasi yang dianut sebagian besar bangsa di dunia. Didalam Islam
bermusyawarah untuk mencapai mufakat adalah hal yang disyariatkan.
“Dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan sha-
lat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-syura:
36).
Dengan ayat itu, kita memahami bahwa Islam telah memposisikan
musyawarah pada tempat yang agung. Syari’at Islam yang lapang ini telah mem-
berinya tempat yang besar dalam dasar-dasar tasyri’ (yurisprudensi). Ayat itu meman-
dang sikap komitmen kepada hukum-hukum syura dan menghiasi diri dengan adab
syura sebagai salah satu faktor pembentuk kepribadian Islam, dan termasuk sifat-sifat
mukmin sejati. Dan lebih menegaskan urgensi syura, ayat di atas menyebutkannya se-
cara berdampingan dengan satu ibadah fardhu ‘ain yang tidaklah Islam sempurna dan
tidak pula iman lengkap kecuali dengan ibadah itu, yakni shalat, infak, dan menjauhi
perbuatan keji.
Hal tersebut menunjukan bahwa, Islam secara langsung menerapkan prinsip
pengambilan keputusan;musyawarah yang menjadi sendi utama dalam demokrasi
modern (dari, oleh dan untuk kepentingan rakyat).
Yang menjadi poin penting dalam demokrasi bukan sistem trias politiknya,
yang membagi pemerintahan kedalam tiga lembaga (eksekutif, yudikatif dan legis-
latif), melainkan sisitem checks and balances yang berlangsung dalam pemerintahan
itu. Tentunya agar bisa berjalan maka, harus ada keterbukaan dari masing-masing ele-
men dalam pemerintahan itu. Dan keterbukaan itu dapat diwujudkan dalam sebuah
bentuk musyawarah yang efisien, efektif dan egaliter. Tentu saja tujuan adalah kese-
jahteraan rakyat.
2.2. Pengertian Demokrasi Indonesia
• Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai
upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk di-
jalankan oleh pemerintahnegara tersebut.
2.3. Pengertian Demokrasi dalam Islam
Konsep demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan dan tidak sepenuhnya se-
jalan dengan Islam :
1. Demokrasi tersebut harus berada di bawah payung agama.
2. Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya.
3. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan musyawarah.
4. Suara mayoritas tidaklah bersifat mutlak meskipun tetap menjadi pertimban-
gan utama dalam musyawarah.
5. Musyawarah atau voting hanya berlaku pada persoalan ijtihadi; bukan pada
persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Alquran dan Sunah.
6. Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari nilai-nilai
agama.
7. Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oleh semua warga.
Contoh Kasus
AAL di dakwa 5 tahun penjara atas kasus pencurian sandal
Majelis hakim Pengadilan Negeri Purwokerto, Jawa Tengah, men-
jatuhkan vonis satu bulan 15 hari kepada seorang, Aminah, 55, yang
didakwa mencuri tiga buah kakao.
"Menjatuhkan pidana kepada terdakwa selama satu bulan 15 hari dengan ke-
tentuan tidak usah terdakwa jalani kecuali jika terdakwa dijatuhi pidana lain
selama tiga bulan masa percobaan," kata Hakim Pengadilan Negeri Purwok-
erto Muslich Bambang Lukmanto saat membacakan vonis di pengadilan
setempat, Kamis (19/11).
Bab III
Kesimpulan dan Saran
3.1. Kesimpulan
• Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme pemerintahan negara yang menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat.
• Demokrasi menurut Islam dapat diartikan seperti musyawarah, mendengarkan pen-
dapat orang banyak untuk mencapai keputusan dengan mengedepankan nilai – nilai
keagamaan.
• HAM adalah hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia ada di dalam kandungan.
• HAM dalam Islam didefinisikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu dan kew
ajiban bagi negara dan individu tersebut untuk menjaganya
• Hukum menurut Islam dapat diartikan sebagai hukum yang terdapat dalam sumber-
sumber seperti Al-Quran dan Al-Hadist.
3.2. Saran
• Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara demokrasi di
Indonesia dan demokrasi Islam dan dapat melihat sisi baik dan buruknya.
• Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memahami pentingnya HAM dalam
kehidupan kita dan kewajiban kita untuk menjaganya.
• Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara hukum islam
dan hukum yang berlaku di Indonesia dan dapat melihat perbedaannya.
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
http://pastipanji.wordpress.com/2008/06/29/demokrasi-dalam-islam/
http://www.angelfire.com/id/sidikfound/ham.html
http://materitarbiyah.wordpress.com/2008/02/01/hukum-dalam-islam/
http://www.idrusramadius.co.cc/2009/10/makna-demokrasi-dalam-pandangan-
islam.html