4 metode penelitian - repository.ipb.ac.idrepository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68206/bab...
TRANSCRIPT
15
4 METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
(time series) dari tahun 1989 – 2011 meliputi berbagai sumber yang berasal
antara lain dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS RI) dengan kode
HS rumput laut yang terdiri dari 1212211000, 1212212000, 1212219000,
1212291100, 1212291900, 1212292000, 1212293000, 1302391000, 1302310000,
World Bank, IFS, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP
RI), Perikanan dan Kelautan dalam angka, Buletin Infofish, Bank Indonesia, dan
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Selain itu, data juga dilengkapi
dengan data-data pendukung lainnya seperti buku, artikel dan jurnal diperoleh dari
Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB, perpustakaan BPS, dan situs-situs
yang berkaitan dengan penelitian. Sumber data dan Jenis data dapat dilihat dari
Tabel 2.
Tabel 2 Jenis dan sumber data penelitian
No Jenis Data Sumber Data
1. Produksi rumput laut Indonesia KKP RI
2. Permintaan rumput laut domestik BPS RI
3. Pendapaatn nasional dan populasi Indonesia, Cina,
Filipina dan Hongkong
World Bank
4. Kurs Indonesia, Cina, Filipina, Hongkong dan Cili BPS dan OANDA
5. Tarif impor rumput laut Cina, Filipina, dan
Hongkong dari Indonesia
Kemendag RI
6. Anggaran KKP RI KKP RI dan BI
7. Harga rumput laut dunia BPS RI
8. Harga rumput laut di Cina, Filipina, Hongkong dan
Cili
BPS RI
9. Luas areal budidaya KKP RI
10. Jumlah pembudidaya KKP RI
11. Harga karageenan dan harga rumput laut domestik BPS RI
12. Jumlah ekspor rumput laut ke Cina, Filipina dan
Hongkong
BPS RI
Alat Analisis Data
Penelitian ini mengunakan metode deskriftif dan kuantitatif. Metode
kuantitatif yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan Two-Stage
Least Square (2SLS). Menurut Sitepu dan Sinaga 2006, ketika mengestimasi
satu atau lebih persamaan dari sistem persamaan, biasanya digunakan strategi
untuk menghindarkan simultaneos estimation bias yang dapat dilakukan
dengan mengestimasi seluruh persamaan secara simultan dengan metode
sistem yang salah satu diantara dengan 2SLS. Program yang digunakan adalah
program Statistical Analysis System (SAS) dan Microsoft Excel 2007.
16
Spesifikasi Model
Model merupakan abstraksi/penyederhanaan/representasi dari dunia nyata.
Suatu model digunakan untuk mendekati fenomena yang pada umumnya
bersifat kompleks sehingga replika dari dunia nyata perlu dibuat agar fenomena
dapat menjadi sederhana dan memudahkan orang mempelajarinya (Setiawan
dan Kusrini 2010).
Model ekonometrika dibedakan atas persamaan tunggal dan persamaan
simultan, persamaan tunggal adalah persamaan dimana peubah terikat dinyatakan
sebagai sebuah fungsi dari satu atau lebih peubah bebas, sehingga hubungan sebab
akibat antara peubah terikat dan peubah bebas merupakan hubungan satu arah.
Sedangkan persamaan simultan adalah suatu persamaan yang membentuk
suatusistem persamaan yang menggambarkan ketergantungan diantara berbagai
peubah dalam persamaan tersebut.
Model ekonometrika yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah
model persamaan simultan. Model persamaan simultan adalah suatu model
ekonometrika terdiri dari beberapa persamaan yang perilaku variabel-variabelnya
saling berkaitan dan ditentukan secara bersamaan. Persamaan simultan biasa
digunakan untuk pemodelan ekonomi dan bisnis, karena proses dan perilaku
ekonomi dan bisnis tersebut dapat direpresentasikan dengan baik melalui beberapa
persamaan simultan yang saling memiliki ketergantungan. Dalam model
persamaan simultan, masing-masing persamaan menjelaskan satu variabel yang
ditentukan dalam model tersebut. Persamaan simultan terdiri atas dua jenis
persamaan yaitu 1) persamaan struktural, merupakan persamaan yang berupa
suatu fungsi, terdiri dari variabel-variabel yang diambil berdasarkan teori ekonomi
yang ada, dan 2) persamaan identitas, yaitu persamaan yang bukan merupakan
fungsi, namun hanya persamaan yang terdiri dari penjumlahan beberapa variabel.
Variabel-variabel dalam persamaan identitas dapat berasal dari variabel dependen
pada persamaan struktural, maupun variabel yang berasal dari luar persamaan
struktural.
Menurut Setiawan dan Kusrini 2010, variabel yang digunakan dalam
persamaan simultan dibedakan menjadi beberapa jenis. Variabel-variabel tersebut
adalah 1) variabel endogen, yaitu variabel yang nilainya ditentukan dalam
persamaan struktural dan 2) Variabel predetermined yaitu variabel yang nilainya
ditentukan terlebih dahulu. Variabel predetermined sendiri terbagi menjadi dua,
yaitu a) variabel eksogen, yaitu variabel yang nilainya sepenuhnya ditentukan dari
luar model persamaan dan b) variabel lagged endogen yaitu variabel yang nilainya
ditentukan di dalam sistem persamaan struktural, namun berdasarkan nilai yang
telah lalu.
Model yang digunakan dalam penelitian ini mengambil model yang terbaik
dari beberapa model permintaan ekspor yang dicoba. Dalam konteks perdagangan
internasional, maka faktor nilai tukar (exchange rate) sangat berpengaruh, dengan
variabel-variabel pendukung lain. Model yang digunakan mengacu pada model
yang digunakan pada penelitian Apsari 2011 yaitu fungsi permintaan ekspor ikan
tuna segar Indonesia di pasar internasional melalui penyesuaian model dengan
melihat variabel-variabel yang ada karena terdapat adanya keterbatasan data yang
menjadi keterbatasan penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan
17
suatu model ekonometrika yang diharapkan dapat menangkap permasalahan dan
tujuan penelitian.
Produksi Rumput Laut Indonesia Produksi rumput laut Indonesia yang merupakan persamaan struktural
diduga juga dipengaruhi oleh jumlah pembudidaya yang terlibat pada proses
budidaya rumput laut Indonesia, dan produksi rumput laut tahun lalu yang diduga
memengaruhi keputusan pihak yang melakukan budidaya. Harga rumput laut
dalam negeri juga diduga berpengaruh pada produksi budidaya rumput laut,
dimana semakin besar harga rumput laut maka pembudidaya akan merespon
positif untuk lebih meningkatkan produksi budidayanya. Kebijakan pemerintah
diduga memengaruhi produksi rumput laut Indonesia, kebijakan pemerintah
tersebut berupa pengalokasian anggaran program pengembangan rumput laut.
Oleh karena itu persamaan produksi rumput laut dapat dirumuskan sebagai
berikut.
QRt=a0 +a1 TKt-1 +a2 PRLDt +a3 APPt +a4 QRt-1 +a5Tren+a6PX +U1......(1)
dimana:
QRt = Produksi rumput laut Indonesia (kg)
a0 = Intersept
a1- a7 = Koefisien parameter
TKt-1 = Jumlah pembudidaya tahun sebelumnya (orang)
QRt-1 = Produksi rumput laut tahun sebelumnya (kg)
PRLDt = Harga rumput laut domestik (USD/kg)
APPt = Anggaran program pengembangan rumput laut (Rp)
Tren = Tren waktu
PX = Harga rumput laut dunia (USD)
U1 = Error term persamaan pertama
Tanda dan besaran parameter dugaan yang diharapkan adalah a1,a2,a3,a4,a5,a6 >0.
Jadi hipotesa sementara untuk persamaan produksi rumput laut Indonesia
adalah bahwa variabel jumlah pembudidaya tahun sebelumnya, produksi rumput
laut tahun sebelumnya, harga rumput laut domestik, anggaran program
pengembangan rumput laut, tren waktu dan harga rumput laut dunia diduga
berpengaruh positif terhadap produksi rumput laut Indonesia
Permintaan Rumput Laut Domestik Permintaan domestik merupakan persamaan struktural yang diduga
dipengaruhi oleh: (1) harga rumput laut domestik diduga berpengaruh negatif
terhadap permintaan domestik rumput laut, naiknya harga rumput laut akan
menyebabkan turunnya permintaan domestik dan sebaliknya turunnya harga
rumput laut akan meningkatkan permintaan domestik; (2) GDP riil Indonesia
diduga berpengaruh positif terhadap permintaan rumput laut domestik, kenaikan
GDP ini diasumsikan akan meningkatkan daya beli masyarakat yang akan
meningkatkan permintaan rumput laut domestik; (3) Populasi nasional diduga
meningkatnya populasi akan meningkatkan permintaan rumput laut domestik.
Persamaan permintaan rumput laut domestik dirumuskan sebagai berikut:
QD=b0+b1PRLDt-1+ b2GDPIDt+b3POPIDt+b4QDt-1+b5PATCt+U2.......................(2)
18
dimana:
QDt = Permintaan rumput laut domestik (kg)
b0 = Intersept
b1- b4 = Koefisien parameter
PRLDt -1 = Harga rumput laut domestik tahun sebelumnya (USD/kg)
GDPIDt = Pendapatan domestik riil Indonesia (trilyun USD)
POPIDt = Jumlah penduduk Indonesia (jiwa)
QDt-1 = Permintaan rumput laut domestik tahun sebelumnya (kg)
PATCt = Harga karageenan (USD/kg)
U2 = Error term persamaan kedua
Tanda dan besaran parameter yang diharapkan adalah: b1 <0 , b2, b3, b4, b5>0
Jadi hipotesa sementara untuk persamaan permintaan rumput laut domestik
adalah bahwa variabel harga rumput laut domestik tahun sebelumnya berpengaruh
negatif terhadap permintaan rumput laut domestik sedangkan variabel pendapatan
nasional Indonesia, jumlah penduduk Indonesia, permintaan rumput laut domestik
tahun sebelumnya dan harga karageenan berpengaruh positif terhadap permintaan
rumput laut domestik.
Fungsi Ekspor Maka untuk fungsi permintaan rumput laut Indonesia dalam penelitian ini
merupakan residu antara produksi dengan permintaan domestik; secara matematis
persamaan ekspor rumput laut Indonesia dapat diturunkan sebagai persamaan
identitas sebagai berikut:
XRt = QRt-QDt................................................................................................(3)
dimana:
XRt = Ekspor rumput laut Indonesia (kg)
QRt = Produksi rumput laut (kg)
QDRt = Permintaan rumput laut domestik (kg)
Ekspor rumput laut Indonesia merupakan total ekspor rumput laut Indonesia
ketiga negara tujuan ekspor dengan ekspor terbesar yaitu Cina, Filipina, dan
Hongkong serta sisanya yang dirangkum menjadi ekspor negara-negara lain (rest
of the world). Persamaan ekspor total merupakan persamaan identitas yang
dirumuskan sebagai berikut:
XRt = XRFilt+XRHKt+XRCt+XROWt........................................................(4)
dimana:
XRt = Ekspor rumput laut total (kg)
XRFilt = Ekspor rumput laut Filipina (kg)
XRHKt = Ekspor rumput laut Hongkong (kg)
XRCt = Ekspor rumput laut Cina (kg)
XROWt = Ekspor rumput laut di rest of the world (kg)
Ekspor masing-masing negara Hongkong, Filipina, dan Cina akan saling
bersubstitusi satu sama lain, sehingga dirumuskan dalam tiga persamaan struktural
yang saling memengaruhi, yaitu ekspor dari Hongkong, ekspor dari Filipina, dan
ekspor rumput laut dari Cina. Ekspor rumput laut Indonesia dipengaruhi oleh
harga rumput laut di negara tersebut. Harga dari negara eksportir kompetitor yang
diwakili oleh Cili, nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara importir, GDP
negara importir, populasi, tarif impor yang diberlakukan negara importir tersebut,
serta ekspor ke negara-negara tersebut tahun sebelumnya.
19
Persamaan ekspor merupakan persamaan struktural yang dirumuskan
sebagai berikut:
XRFilt =c0+c1PRFilt+c2PCilt+c3ErriilFilt+c4GDPFilt+c5POPFilt+c6TRFFilt
+c7XRFilt-1+c8PXt+c9PRLDt-1+U3.....................(5)
XRCt =d0+d1PRCt+d2PCilt+d3ErriilCt+d4GDPCt+d5POPCt+d6TRFCt+d7XRCt-1
+d8POPCt-1+d9PXt+d10PRLDt+U4...............................(6)
XHKt =e0+e1PRHKt+e2PCilt+e3ErriilHkt+e4GDPHKt+e5POPHKt+e6TRFHKt
+e7XHKt-1 + e8GDPHKt-1+e9PXt+e10PRLDt+U5.....(7)
dimana,
c0, d0, e0 = Intersept
c1-c9, d1-d10, e1-e10 = Koefisien parameter
XRFilt = Ekspor rumput laut Filipina (kg)
XRCt = Ekspor rumput laut Cina (kg)
XRHKt = Ekspor rumput laut Hongkong (kg)
PRFilt = Harga rumput laut Filipina(USD/kg)
PRCt = Harga rumput laut Cina(USD kg)
PRHKt = Harga rumput laut Hongkong(USD kg)
PCilt = Harga eksportir kompetitor yaitu harga Cili(USD /kg)
PRLDt = Harga rumput laut domestik (Rp/kg)
PXt = Harga rumput laut dunia (USD kg)
ErriilFilt = Nilai tukar riil rupiah terhadap peso Filipina (Rp/PHP)
ErriilCt = Nilai tukar riil rupiah terhadap yuan Cina (Rp/CNY)
ErriilHKt =Nilai tukar riil rupiah terhadap dolar Hongkong
(Rp/HKD)
GDPFilt = Pendapatan domestik riil Filipina (trilyun USD)
GDPCt = Pendapatan domestik riil Cina (trilyun USD)
GDPHKt = Pendapatan domestik riil Filipina(trilyun USD)
POPFilt = Jumlah penduduk Filipina (jiwa)
POPCt = Jumlah penduduk Cina (jiwa)
POPHKt = Jumlah penduduk Hongkong (jiwa)
TRFFilt = Tarif yang berlaku di negara Filipina(%)
TRFCt = Tarif yang berlaku di negara Cina(%)
TRFHKt = Tarif yang berlaku di negara Hongkong(%)
XRPFilt-1 = Ekspor tahun sebelumnya ke Filipina(kg)
XRCt-1 = Ekspor tahun sebelumnya ke Cina (kg)
XRHKt-1 = Ekspor tahun sebelumnya ke Hongkong (kg)
U5,6,7 = Error term persamaan 5, 6 dan 7
Tanda dan besaran yang diharapkan adalah: c3, c6, c9, d3, d6, d10, e3, e6, e10<0; c1,
c2, c4, d4, e4, c5, d1, d2, d5, e1, e2, e5, c7, d7, e7, c8, d8, e8 , d9, e9>0
Jadi hipotesa sementara untuk persamaan ekspor rumput laut ke Filipina,
Cina dan Hongkong adalah bahwa variabel kurs rupiah terhadap peso Filipina,
tarif impor rumput laut Indonesia yang diberlakukan Filipina dan harga rumput
laut domestik tahun sebelumnya diduga berpengaruh negatif terhadap ekspor
rumput laut ke Filipina, begitu pula variabel variabel kurs rupiah terhadap yuan
Cina, tarif impor rumput laut Indonesia yang diberlakukan Cina, dan harga rumput
laut domestik tahun sebelumnya diduga berpengaruh negatif terhadap ekspor
rumput laut ke Cina, dan juga variabel kurs rupiah terhadap dolar Hongkong, tarif
impor rumput laut Indonesia yang diberlakukan Hongkong, dan harga rumput laut
20
domestik tahun sebelumnya diduga berpengaruh negatif terhadap ekspor rumput
laut ke Hongkong.
Sedangkan variabel harga rumput laut Filipina, harga rumput laut Cili,
pendapatan nasional Filipina, jumlah penduduk Filipina, ekspor rumput laut ke
Filipina tahun sebelumnya, dan harga rumput laut dunia diduga berpengaruh
positif terhadap ekspor rumput laut Ke Filipina. Begitu pula variabel harga rumput
laut Cina, harga rumput laut Cili, pendapatan nasional Cina, jumlah penduduk
Cina, ekspor rumput laut ke Cina tahun sebelumnya, jumlah penduduk Cina tahun
sebelumnya dan harga rumput laut dunia diduga berpengaruh positif terhadap
ekspor rumput laut Ke Cina. Serta variabel harga rumput laut Hingkong, harga
rumput laut Cili, pendapatan nasional Hingkong, jumlah penduduk Hongkong,
ekspor rumput laut ke Hongkong tahun sebelumnya, pendapatan nasional
Hongkong tahun sebelumnya dan harga rumput laut dunia diduga berpengaruh
positif terhadap ekspor rumput laut Ke Hongkong.
Harga Rumput Laut Domestik
Harga rumput laut Indonesia dipengaruhi oleh penawaran rumput laut
domestik dan permintaan rumput laut domestik dari sisi dalam negeri. Variabel
lain yang memengaruhi harga domestik adalah produksi rumput laut, harga
rumput laut adalah ATC (Alkali Treated Cotonii) chips. Persamaan harga
domestik dapat dirumuskan sebagai berikut:
PRLD=f0+f1QRt+f2PX(weightd)t+f3ErriilIDt+f4QDt+f5PCt+f6PRLDt-1+f7Tren+U6..(8)
dimana:
f0 = Intersept
f1, f2, f3,f4,f5,f6,f7 = Koefisien parameter
PRLDt = Harga rumput laut domestik
QRt = Produksi rumput laut Indonesia (ton)
PX(weightd)t = Harga rumput laut dunia (merupakan harga ekspor
weighted by volume impor)
QDRt = Permintaan rumput laut domestik
ErriilIDt = Nilai tukar riil rupiah terhadap dolar Amerika
(Rp/USD)
PCt = Harga karageenan (USD)
PRLDt-1 = Harga rumput laut domestik tahun sebelumnya
U6 = Error term persamaan ke-8
Tanda dugaan parameter yang diharapkan : f2 , f5, f6, f7>0 f3, f4 <0
Identifikasi Model
Menurut Sitepu dan Sinaga 2006, sistem persamaan simultan tidak dapat
diselesaikan dengan menggunakan metode OLS (ordinary least square) yang
biasa digunakan dalam persamaan tunggal, akan tetapi harus menggunakan
metode ILS, 2SLS, maupun 3SLS berdasarkan hasil identifikasi persamaan. Hal
tersebut berarti bahwa sebelum dilakukan pendugaan parameter model, maka
harus dilakukan identifikasi terlebih dahulu pada persamaan struktural dalam
model. Dengan demikian dapat diketahui apakah persamaan tersebut dapat
teridentifikasi (identified) atau tidak. Jika teridentifikasi, apakah bersifat exactly
identified atau over identified. Suatu model dikatakan teridentifikasi, jika dapat
21
dinyatakan dalam bentuk statistik unik, yang menghasilkan estimasi parameter
yang unik pula.
Suatu persamaan dapat dikatakan teridentifikasi apabila memenuhi order
condition. Kondisi order didasarkan atas kaidah penghitungan variabel-variabel
yang dimasukkan dan dikeluarkan dari suatu persamaan tertentu. Cara yang
dilakukan menguji persamaan-persamaan struktural ini adalah dengan
mengelompokkan terlebih dahulu persamaan-persamaan tersebut ke dalam jumlah
total persamaan struktural (total variabel endogen), jumlah variabel dalam model
(variabel endogen dan predetermined) dan jumlah variabel dalam persamaan yang
diidentifikasi. Menurut Sitepu dan Sinaga 2006, rumusan identifikasi model
persamaan struktural berdasarkan order condition ditentukan oleh:
(K-M) > (G-1)
dimana:
K = Total peubah dalam model, yaitu peubah endogen dan peubah predetermined
M = Total peubah endogen dan eksogen yang termasuk dalam satu persamaan
tertentu dalam model
G = Total persamaan dalam model, yaitu jumlah peubah endogen dalam model.
Jika dalam suatu persamaan dalam model menunjukkan kondisi:
(K-M) > (G-1) maka persamaan dinyatakan over identified
(K-M) = (G-1) maka persamaan dinyatakan exactly identified
(K-M) < (G-1) maka persamaan dinyatakan unidentified
Hasil identifikasi untuk setiap persamaan struktural haruslah exactly
identified atau over identified untuk dapat menduga parameter-parameternya.
Kendati suatu persamaan memenuhi order condition, mungkin saja persamaan ini
tidak teridentifikasi. Karena itu dalam proses identikfikasi diperlukan suatu syarat
perlu sekaligus cukup. Hal itu dituangkan dalam rank condition untuk identifikasi
yang menyatakan bahwa dalam suatu persamaandisebut teridentifikasi jika dan
hanya jika dimungkinkan membentuk minimal satudeterminan bukan nol pada
order (G-1) dari parameter struktural peubah yang tidak termasuk dalam
persamaan tersebut, atau dengan kata lain kondisi rank ditentukan oleh determinan
turunan persamaan struktural yang nilainya tidak sama dengan nol.
Dengan mengikuti prosedur identifikasi yang telah diuraikan di atas maka
dari model perdagangan rumput laut di Indonesia ini dapat diketahui bahwa
jumlah predetermined variables adalah 33, sedangkan jumlah persamaan (G)
adalah 8 yang terdiri dari 6 persamaan struktural dan 2 persamaan identitas
sehingga K=37,M=10 dan G=8, maka K-M=37-10=27 dan G-1=8-1=7, maka (K-
M)>(G-1). Oleh karena itu berdasarkan kriteria order condition maka persamaan
dinyatakan teridentifikasi secara berlebih (over identified) sehingga dapat diduga
parameter - parameternya. Pendugaan terhadap model yang over identified
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode 2SLS atau 3SLS. Model
dalam penelitian ini menggunakan program SAS metode 2SLS karena lebih
efisien. Hal tersebut disebabkan metode 2SLS dapat menghindarkan
simultaneous estimation bias.
22
Validasi Model
Simulasi alternatif kebijakan dapat dilakukan jika model valid dan
memenuhi kriteria secara statistik, sehingga perlu dilakukan validasi model
sebelum dilakukan simulasi. Validasi model bertujuan untuk menganalisis sejauh
mana model tersebut representatif terhadap kenyataannya.
Dalam penelitian ini, menurut Sitepu dan Sinaga 2006, kriteria statistik
untuk validasi pendugaan yang digunakan adalah: (1) Koefisien determinasi, (2)
U-Theil’s Inequality Coefficient, dan (3) Root Mean Squares Percent
Error(RMSPE).Statistik Root Mean Squares Percent Error (RMSPE) dirumuskan
sebagai berikut:
RMSPE =
∑
Statistik RMSE digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai-nilai peubah
endogen hasil pendugaan menyimpang dari alur-alur nilai aktualnya, atau
seberapa dekat nilai dugaan itu mengikuti perkembangan nilai aktualnya. Model
dinyatakan valid apabila nilai RMSPE berada di bawah 100. Sedangkan statistik
Koefisien Determinasi (R2) dinyatakan valid apabila bernilai mendekati 1.
Statistik U-Theil’s dirumuskan sebagai berikut:
Dimana :
= Nilai hasil simulasi dasar dari variabel observasi
= Nilai aktual variabel observasi
N = Jumlah periode observasi
Nilai U-Theil’s berkisar antara 0 dan 1 dengan kriteria bahwa semakin kecil
nilaiU-Theil’s yang dihasilkan, maka semakin baik model tersebut.
Nilai statistik U bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk
analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil (U) berkisar antara 1 dan 0. Jika
U=0maka pendugaan model sempurna, jika U=1 maka pendugaan model naif.
Untukmelihat keeratan arah (slope) antara nilai aktual dengan yang disimulasi
dilihat dari koefisien determinasinya (R2). Pada dasarnya makin kecil nilai RMSE
dan U-Theil’s dan makin besar nilai R2 maka pendugaan model makin baik.
Kriteria untuk menentukan model terbaik adalah:
1. Tingkat signifikansi baik koefisien persamaan maupun persamaan secara
keseluruhan;
2. Adanya autokorelasi
Pengujian adanya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji
Durbin-Watson (Uji D) terhadap model. Adanya autokorelasi membuat
model tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen
dengan menggunakan variabel independen. Masalah autokorelasi dalam
suatu model ekonometrik timbul apabila nilai dari statistik Durbin-Watson
berada dibawah 1,25 dan diatas 2,75.
3. Konsistensi dari tanda koefisien regresi dengan koefisien harapan teoritis
dan logika.
23
Simulasi Model
Setelah model divalidasi dan memenuhi kriteria secara statistik, maka
model tersebut dapat dijadikan sebagai model dasar simulasi. Model yang
didapatkan digunakan untuk mensimulasikan nilai-nilai dan keadaan di masa yang
akan datang dari variabel tak bebas (dependent variable) atas dasar nilai-nilai
variabel yang menjelaskan (independent variables) yang telah diketahui atau
diharapkan di masa yang akan datang.
Menurut Sitepu dan Sinaga 2006, simulasi adalah bagian integral dari
pengembangan keakuratan model-model yang bertujuan untuk menangkap
perilaku suatu data historis.
Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Skenario peningkatan anggaran program pengembangan rumput laut dari
Kementerian Kelautan Perikanan. Pemerintah Indonesia melalui
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia telah
menargetkan Indonesia sebagai penghasil produk perikanan terbesar di
Asia pada tahun 2015. Menurut Kepmen KP No 7 tahun 2013 tentang Peta
Jalan (Road Map) Industrialisasi Kelautan dan Perikanan yaitu dalam
pengembangan komoditas dan produk unggulan bErrorientasi pasar yang
dalam hal ini adalah rumput laut maka diperlukan peningkatan produksi,
produktivitas dan kualitas komoditas serta bahan baku. Oleh sebab itu
target volume produksi rumput laut pada tahun selanjutnya adalah 1 182
160 ton. Jadi untuk dapat memenuhi target tersebut maka diharapkan
KKP kedepannya dapat meningkatkan 50 persen anggaran program
pengembangan rumput laut nasional.
2. Skenario penurunan jumlah ekspor rumput laut terkait kuota perdagangan
ekspor rumput laut. Melalui kuota perdagangan ekspor, pemerintah
melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan berencana untuk mematok
50 persen produski rumput laut yang dapat diekspor ke luar negeri pada
saat industri pengolahan dalam negeri telah berkembang.
5 AGRIBISNIS RUMPUT LAUT
Dalam pengembangan agribisnis rumput laut, perlu dibentuk suatu sistem
penyerasian antara penyediaan bahan baku, sumber daya manusia, permodalan,
hukum, kelembagaan dan sistem pemasaran. Potensi produksi dan potensi
pengembangan rumput laut dari subsistem hilir sampai dengan subsistem hulu
perlu untuk diberdayakan. Pelaku-pelaku dibidang agribisnis rumput laut sangat
beragam, dimulai dari pembudidaya rumput laut, pedagang, pengumpul, pengolah
serta pemerintah. Pada sistem agribisnis rumput laut yang dibudidayakan di
Indonesia ini ada beberapa subsistem yang saling terkait satu sama lain antara lain
yaitu subsistem budidaya, subsistem pengolahan serta subsistem pemasaran.
Indonesia memiliki 5 provinsi penghasil rumput laut, yaitu provinsi Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, NTT, NTB dan Bali (Tabel 3).
24
Tabel 3 Produksi rumput laut 5 provinsi utama Indonesia (ton) Tahun Sulsel Sulteng NTT NTB Bali Lainnya Jumlah
2007 630 741 190 073 504 699 75 509 152 226 210 942 1 766 197
2008 648 528 287 268 696 273 86 000 129 095 295 888 2 145 060
2009 774 026 713 562 498 422 147 251 135 811 692 475 2 963 556
2010 1 245 771 728 279 347 726 162 411 99 481 1 329 339 3 915 017
2011 1 506 264 758 910 377 200 290 700 106 398 2 128 718 5 170 201
Rata-rata per tahun
2007-2011 (ton)
961 066 535 618 484 864 152 374 124 602 931 472 3 192 006
Rata-rata
peningkatan 2007-
2011(%)
26 51 -3 43.6 -7.4 81.6 31
Sumber : Statistik Kelautan dan Perikanan 2011 (data diolah)
Dalam periode 5 tahun (2007-2011), produksi rata-rata tahunan tertinggi
dicapai oleh provinsi Sulawesi Selatan dengan produksi 2 260 534 ton, kemudian
Sulawesi Tengah dengan produksi 535 618.4 ton dan NTT dengan produksi 484
864 ton. Selama kurun waktu tersebut, produksi rumput laut di kelima provinsi
utama cenderung meningkat yaitu 26-51 persen kecuali NTT dan Bali yang
mengalami penurunan dikarenakan kondisi cuaca yang kurang baik menyebabkan
gelombang yang merusak proses budidaya. Kelima provinsi utama budidaya
rumput laut tersebut rata-rata mengalami fluktuasi produksi yang disebabkan oleh
dominannya faktor alam pada budidaya yang bersifat water-based aquaculture
sehingga memerlukan campur tangan pemerintah yang relatif tinggi.
Budidaya Rumput Laut
Secara umum, budidaya rumput laut di perairan pantai (laut) diawali dengan
pemilihan lokasi lahan budidaya. Lokasi yang diharapkan untuk budidaya rumput
laut merupakan syarat utama yang harus diperhatikan. Secara umum persyaratn
pemilihan lokasi budidaya tersebut yaitu:
1. Perairan harus cukup tenang, terlindung dari pengaruh angin dan ombak yang
kuat. Ombak dan angin yang kuat akan menghalangi penanganan tanaman.
Arus air yang baik akan membawa nutrisi bagi tumbuhan. Tumbuhan akan
bersih, karena kotoran maupun endapan yang menempel akan hanyut oleh arus.
Dengan demikian tanaman dapat tumbuh dengan baik karena ada kesempatan
menyerap nutrisi (makanan) dari air dan proses fotosintesis tidak terganggu.
2. Kedalaman perairan sekitar 60 cm pada saat surut terendah dan sekitar 210 cm
saat pasang tertinggi. Hal tersebut untuk memberikan cahaya matahari yang
cukup selama proses fotosintesis.
3. Memiliki kualitas air peairan yang ideal yaitu dengan suhu berkisar 27-30º C,
salinitas antara 15-38 permil dengan kondisi optimum pada 30 - 37 permil dan
pH yang cenderung basa.
4. Tipe dasar perairan dengan substrat daerah terumbu karang yang dasarnya
terdiri dari pasir kasar yang bercampur dengan potongan-potongan karang. Hal
ini dimaksudkan agar rumput laut dapat terhindar dari hempasan ombak besar.
5. Tersedianya sediaan rumput laut alami di sekitar lokasi budidaya. Adanya
sediaan tersebut dapat mengindikasikan bahwa perairan tersebut cocok untuk
membudidayakan rumput laut secara massal selain itu sediaan rumput laut
25
tersebut juga dapat digunakan sebagai cadangan sediaan bibit, sehingga dapat
mengurangi biaya produksi (Aslan 1995).
Menurut Indriyani dan Suminarsih 2005, setelah pemilihan lokasi dilakukan
dan ditetapkan, maka tahapan selanjutnya adalah pemilihan bibit rumput laut yang
baik. Bibit yang baik harus muda, bersih dan segar agar memberikan pertumbuhan
yang optimum. Cara pemetikannya yaitu dengan mengambil ujung-ujungnya dan
dipotong kira-kira sepanjang 10-20 cm. Dipilih bagian ujung tanaman karena
bagian ini dari sel jaringan muda sehingga akan memberikan pertumbuhan yang
optimal. Penanaman dilakukan pada saat bibit masih segar, yaitu setelah
pengikatan bibit pada tali ris selesai. Setelah pengambilan bibit selanjutnya
dilakukan penanaman yaitu dengan memasukan bibit rumput laut ke dalam air di
lokasi budidaya. Penanaman rumput laut Eucheuma sp ini dapat dilakukan dengan
berbagai metode yaitu seperti metode lepas dasar, rakit apung maupun tali
gantung serta metode tebar untuk rumput laut Gracilaria sp.
1. Metode lepas dasar. Metode ini cocok untuk lokasi dengan kedalaman perairan
saat surut antara 30-60 cm. Luas penggunaan metode lepas dasar ialah 10 x 10
m² untuk satu unit. Sebelum dilakukan penanaman, lebih dahulu disiapkan
bahan-bahannya seperti bibit, bambu atau kayu sepanjang satu meter, tali ris
bergaris tengah 4 mm, tali ris utama bergaris tengah 8 mm, tali rafia serta alat
bantu lain seperti pisau, palu dan gergaji. Tali ris merupakan seutas tali yang
terbuat dari bahan polietilen. Setelah persiapan tersebut selesai maka dimulai
penanaman dengan memotong batang-batang muda rumput laut seberat kira-
kira 100 gr lalu diikatkan pada tali ris sepanjang 3 m dengan tali rafia. Jarak
masing-masing ikatan 20 cm, hingga mengisi tali ris pada tali ris utama.
Pengikatan atau penanaman batang-batang rumput laut muda ini dilakukan di
darat pada saat air sedang surut. Sementara itu di lokasi budidaya,
ditancapakan barisan patok yang terbuat dari kayu atau bambu sedalam kira-
kira 0.5 m. Jarak tiap patok dalam barisan antara 0.5-1 m dan jarak setiap baris
adalah 2.5 m. Patok-patok yang terdapat dalam satu barisan dihubungkan
dengan tali ris utama. Sedangkan tali ris yang berisi tanaman, masing-masing
direntangkan di lokasi budidaya kemudian diikatkan pada tali ris utama.
Keuntungan menggunakan metode ini adalah mendapat kandungan karaginan
yang lebih baik serta tingkat pertumbuhan 3-6 persen/ hari.
2. Metode rakit apung. Metode ini cocok dengan kedalaman perairan saat surut
lebih dari 60 cm. Satu unit rakit apung ditentukan sebanyak sepuluh rakit yang
disusun dengan formasi 2 x 5 rakit. Penanaman dilakukan segera setelah
pengikatan bibit selesai dan pada saat laut tidak berombak besar serta
dilakukan di darat. Bahan-bahan yang perlu disiapkan adalah bibit rumput laut,
potongan bambu berdiameter 10 cm, potongan kayu penyiku berdiameter 5 cm,
tali rafia, tali pengikat, tali ris berdiamter 4 mm dan 12 mm serta jangkar dari
besi, bongkah batu atau adukan semen pasir. Proses penanamannya dimulai
dengan memotong kayu dan bambu serta dirangkai dan diikatkan persegi
panjang. Setiap sudut dan tengahnya diikatkan bambu yang memalang untuk
meperkokoh bentuk rakit serta di setiap tengah persegi panjang tersebut, lalu
rakit tersebut diberi pemberat. Sementara itu bibit rumput laut masing-masing
dengan berat sekitar 100 gr. Diikatkan pada tali ris dengan jarak 20 cm.
3. Metode tali gantung. Metode ini diterapkan pada kedalaman perairan 5 m.
Bahan-bahan yang diperlukan berupa bibit rumput laut, bambu berdiameter 5
26
cm, tali ris, tali pengikat dan bongkahan batu sebagai pemberat. Tali ris yang
panjangnya kurang dari tinggi konstruksi untuk budidaya direntangkan pada
dua potong bambu. Selanjutnya bambu pertama diletakan di atas konstruksi
yang telah di buat sebelumnya. Sedangkan bambu kedua menggantung di
dalam air hampir menyentuh dasar perairan. Dalam kerangka potongan bambu
yang menggantung terdapat bentangan tali ris sebanyak 15 utas tali. Sebelum
kerangka ini digantungkan pada konstruksi utama, tali ris dipenuhi beberapa
batang rumput laut muda yang masing-masing seberat kira-kira 100 gr.
Potongan tersebut diikat dengan tali rafia berjarak 30 cm. Kerangka yang telah
berisi bibit digantungkan pada konstruksi yang telah dibuat.
4. Metode tebar. Penanaman rumput laut jenis Gracilaria di tambak dilakukan
dengan metode tebar. Tambak yang telah dilengkapi pintu masuk dan
keluarnya air dikeringkan. Setelah tambak kering, ditaburkan kapur pertanian
agar pH menjadi antara 6.5-8. Tujuh hari setelah pengapuran, tambak
digenangi air sedalam 70 cm dan dibiarkan selama tiga hari. Kemudian bibit
rumput laut ditebarkan secara merata di permukaan air tambak dengan padat
penebaran antara 80-100 gr /m2 atau 800-1000 kg/ha. Bila dasar tambak cukup
keras, bibit dapat ditancapkan seperti seperti penanaman padi. Penebaran bibit
rumput laut sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dan pada cuaca yang
teduh.
Selanjutnya setelah dilakukan penanaman maka rumput laut tersebut perlu
diawasi dan dipelihara sebaik mungkin agar pertumbuhannya terkendali.
Kerusakan patok, jangkar, tali ris dan tali ris utama yang disebabkan oleh ombak
yang besar atau daya tahannya menurus maka harus segera diperbaiki. Begitu pula
dengan kotoran atau debu air yang sering melekat pada rumput laut yaitu pada
saat musim laut tenang. Pada saat seperti itu tanaman harus sering digoyang-
goyangkan di dalam air agar rumput laut selalu bersih dari kotoran yang
menempel seperti Ulva, Hypnea, Chaetomorpha dan Enteromorpha. Hama yang
sering memangsa rumput lau seperti bulu babi dan penyu perlu dihindari dengan
cara mengusirnya dari lokasi budidaya. Begitu pula dengan penyakit yang biasa
menyerang rumput laut yaitu penyakit ice-ice ditandai dengan timbulnya
bintik/bercak-bercak merah pada sebagian thallus yang lama kelamaan menjadi
kuning pucat dan akhirnya berangsur-angsur menjadi putih dan akhirnya menjadi
hancur atau rontok. Ice-ice dapat menyebabkan thallus menjadi rapuh dan mudah
putus. Gejala yang diperlihatkan adalah pertumbuhan yang lambat, terjadinya
perubahan warna menjadi pucat dan pada beberapa cabang thallus menjadi putih
dan membusuk. Stres yang diakibatkan perubahan kondisi lingkungan yang
mendadak seperti: perubahan salinitas, suhu air dan intensitas cahaya, merupakan
faktor utama yang memacu timbulnya penyakit ice-ice. Ketika rumput laut
mengalami stress karena rendahnya salinitas, suhu, pergerakan air dan instensitas
cahaya, akan memudahkan infeksi patogen. Dalam keadaan stress, rumput laut
akan membebaskan substansi organik yang menyebabkan thallus berlendir dan
diduga merangsang banyak bakteri tumbuh di sekitarnya. Kejadian penyakit ice-
ice bersifat musiman dan menular. Bakteri yang dapat diisolasi dari rumput laut
dengan gejala ice-ice antara lain adalah Pseudomonas spp., Pseudoalteromonas
gracilis, dan Vibrio spp. Agarase (arginase) dari bakteri merupakan salah satu
faktor virulen yang berperan terhadap infeksi ice-ice (Santoso dan Nugraha 2008).
27
Rumput laut dapat dipanen setelah mencapai umur 6-8 minggu dengan bobot
rata-rata 600 gr. Cara pemananan rumput laut adalah dengan mengangkat seluruh
rumput laut ke darat, kemudian tali rafia pengikat rumput laut dipotong. Panen
tersebut dilakukan saat air laut pasang.
Pengolahan Rumput Laut
Rumput Laut Kering
Langkah-langkah pengolahan rumput laut menjadi bahan baku atau rumput
laut kering adalah sebagai berikut.
1. Rumput laut dibersihkan dari kotoran, seperti pasir, batu-batuan yang
kemudian dipisahkan.
2. Setelah bersih, rumput dijemur sampai kering. Bila cuaca cukup baik
penjemuran hanya membutuhkan 3 hari. Agar hasilnya berkualitas tinggi,
rumput laut dijemur di atas para-para dan tidak boleh ditumpuk. Rumput laut
yang telah kering ditandai dengan keluarnya garam.
3. Pencucian dilakukan, setelah rumput laut kering. Sebagaian bahan baku agar-
agar rumput laut dicuci dengan air tawar, sedangkan untuk diambil
karaginannya dicuci dengan dengan air laut. Setelah bersih rumput dikeringkan
lagi kira-kira 1 hari. Kadar air yang diharapkan setelah pengeringan sekitar 28
persen. Bila dalam proses pengeringan hujan turun maka rumput laut dapat
disimpan pada rak-rak tetapi diusahakan diatur sedemikian rupa sehingga tidak
saling tindih. Untuk rumput laut yang diambil karaginannya tidak boleh
terkena air tawar karena dapat melarutkan karaginan.
4. Rumput laut kering setelah pengeringan kedua, kemudian diayak untuk
menghilangkan kotoran yang masih tertinggal.
Rumput laut yang bersih dan kering dimasukan dalam karung goni. Caranya
dengan dipadatkan atau tidak dipadatkan. Bila dipadatkan dalam satu karung
dapat berisi 100 kg, sedangkan tidak dipadatkan hanya berisi 60 kg. Rumput laut
yang akan diekspor di bagian luar karungnya dituliskan nama barang (jenis), nama
kode perusahaan, nomor karung, berat bersih dan hasil Indonesia dengan jelas.
Pemberian keterangan ini hanya untuk memudahkan proses pengecekan dalam
pengiriman.
Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapat penanganan lebih
lanjut. Pada umumnya penanganan pascapanen rumput laut oleh petani hanya
sampai pada pengeringan saja. Hal ini terjadi karena di dalam negeri industri
pengolahan rumput laut menjadi karaginan atau karaginan semi murni belum
banyak berkembang. Sehingga harga jual rumput laut dari petani rumput laut
dipasaran rendah karena belum adanya diversifikasi produk. Rumput laut kering
masih merupakan bahan baku dan harus diolah lagi. Pengolahan ini kebanyakan
dilakukan oleh pabrik walaupun sebenarnya dapat juga oleh petani. Pengolahan
rumput laut menjadi bahan baku telah banyak dilakukan oleh petani. Hasil yang
diperoleh sesuai standar perdagangan ekspor. Untuk itu, akan lebih baik bila
diawasi oleh suatu perusahaan (Indriyani dan Suminarsih 2005).
Alkali Treated Cottonii Chip (ATC)
Proses pengolahan rumput laut menjadi ATC pada prinsipnya sangat
sederhana, yaitu dengan merebusnya dalam larutan KOH pada suhu 85oC selama
28
2-3 jam. Perbandingan jumlah air : larutan alkali : rumput laut yaitu 300 liter : 60
kg : 60 kg. Setelah pemasakan dilakukan lagi pencucian lanjutan. Pada proses
pencucian kedua dilakukan dengan menggunakan larutan kaporit untuk
memutihkan dan membunuh bakteri. Selanjutnya dilakukan pemotongan dengan
menggunakan alat yang disebut copper machine dengan ukuran 2-3 cm. Rumput
laut yang sudah dipotong langsung diangkut ke tempat penjemuran/pengeringan.
Pada cuaca cerah, pengeringan dapat berlangsung 1-2 hari. Pengeringan
dilakukan dengan membolak-balikkan produk sesering mungkin agar seluruh
bagian rumput laut kering secara merata. Pengeringan dilakukan samapai kadar air
10 - 12 persen.
Semi Refined Carrageenan (SRC)
Proses SRC merupakan kelanjutan produk ATC chips. Caranya dengan
menghancurkan/ menepung produk chips menjadi tepung dengan ukuran 40-60
mesh, sesuai dengan permintan pasar. Produk SRC dapat digunakan dalam
industri makanan, minuman (food grade) maupun industri lainnya (non food
grade). Khusus untuk SRC flour food grade proses pengeringan diharuskan
menggunakan mesin pengering untuk mencegah kontaminasi dengan udara
terbuka.
Refine Carrageenan (RC) Selain semi refine, hasil olahan rumput laut karaginofit yaitu refine
carrageenan atau karaginan murni. Proses produksi untuk mendapatkan karaginan
murni melalui proses ekstraksi karaginan dari rumput laut. Ada dua metode proses
produksi karaginan, yaitu metode alkohol (alcohol method) dan metode tekan
(pressing method).
Biaya produksi pada proses pengolahan karaginan dengan metode alkohol
tinggi sehingga saat ini jarang digunakan dalam industri, kecuali untuk produksi
iota-karaginan. Pada saat ini, metode proses yang digunakan untuk produksi
kappa-karaginan yaitu metode tekan (pressing method), baik dengan atau tanpa
penambahan KCl. Metode ini hanya digunakan untuk produksi kappa-karaginan
dengan bahan baku Eucheuma cottonii.
Pemasaran Rumput Laut
Mulai tahun 2007, Indonesia merupakan negara pengekspor rumput laut
kering terbesar di dunia (37 persen), disusul oleh Cili (21 persen), Cina (13
persen), Peru (8 persen), Irlandia (6 persen), Filipina (5 persen), dan Islandia (2
persen) . Dari 2005-2008, ekspor rumput laut Indonesia terus meningkat, dengan
rata-rata pertumbuhan 14 persen per tahun (BPPT et al 2011). Hal tersebut dapat
dilihat pada Gambar 6.
29
Perkembangan impor rumput laut kering dunia yang meningkat
menunjukkan permintaan dunia meningkat. Namun negara pengimpor rumput laut
Indonesia cenderung memperketat persyaratan mutu produk yang diimpor ke
negaranya, sehubungan dengan isu food safety, khususnya pasar AS dan Uni
Eropa karena rumput laut Indonesia tidak memenuhi persyaratan ambang batas
mutu yang ditetapkan di Uni Eropa dan AS. Dengan demikian Indonesia dituntut
untuk lebih meningkatkan kualitas perikanannya. Tingginya kebutuhan negara-
negara lain akan rumput laut membuat Indonesia yang mempunyai produksi
rumput laut yang tinggi mempunyai peluang untuk meraih pangsa pasar luar
negeri. Namun ekspor DES Indonesia belum mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya jika melihat data yang ada.
Besarnya jumlah ekspor serta pangsa pasar rumput laut kering Indonesia di
dunia diduga dapat mempengaruhi harga rumput laut kering dunia. Negara utama
yang mengimpor DES adalah Cina. Dengan jumlah impor rumput laut sebesar 23
318 ton pada tahun 2007 dan meningkat 101 230 ton pada tahun 2011.
Selanjutnya negara lain yang mengimpor DES adalah Hongkong, Filipina, USA,
Spanyol, Republik Korea, Denmark serta Malaysia. Negara utama pengimpor
rumput laut seperti pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Jumlah ekspor rumput laut menurut negara tujuan pada tahun 2007 –
2011 (satuan Ton)
Negara Tujuan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
Cina 23 318 43 620 51 086 72 213 101 230
Filipina 10 878 12 414 6 701 12 512 10 404
Hongkong 20 890 2 835 2 323 5 252 6 402
USA 2 454 414 1 764 1 584 2 257
Spanyol 4 493 1 076 2 039 670 1 139
Korea 5 421 - 5 019 3 056 8 085
Denmark 2 098 1 849 577 1 661 667
Prancis 2 192 2 927 3 058 2 211 2 803
Negara lainnya 22 329 34 814 16 242 24 916 26 088
Total 94 073 99 949 94 003 123 075 159 075
Sumber : Statistik Kelautan dan Perikanan 2012 (diolah)
Gambar 6 Negara pengekspor rumput laut kering dunia
Sumber: Kemperin 2011
INDONESIA
37%
Chili; 21%
China; 13%
Peru , 8%
Lainnya, 8%
Irlandia, 6% Filipina,
5% Islandia,
2%
30
Dari Tabel 4 dapat terlihat bahwa ada tiga negara utama pengimpor DES
dengan permintaan terbesar selain negara lainnya yaitu Cina dengan jumlah impor
terbesar yaitu 101 230 ton pada tahun 2011 serta Hongkong dan Filipina dengan
masing-masing jumlah impor pada tahun 2011 yaitu 6 402 ton dan 10 404 ton,
sedangkan sisanya yaitu 26 088 ton adalah negara-negara lainnya.
Kebijakan Pemerintah Mengenai Rumput Laut
Salah satu keberhasilan budidaya rumput laut di suatu perairan baik yang
diusahakan oleh masyarakat ataupun pengusaha adalah sejauh mana kebijakan
pemerintah dapat mendorong dan mengembangkan budidaya rumput laut tersebut.
Pentingnya kebijakan pemerintah ini, karena menyangkut hal-hal yang berkaitan
dengan faktor-faktor teknis, ekonomis, sosial, dan lingkungan. Faktor teknis
misalnya, tentang perairan laut yang diizinkan untuk budidaya rumput laut,
ketersediaan bibit unggul, dan teknologi yang digunakan. Faktor ekonomi
mencakup aspek yang lebih luas, seperti penyediaan modal dan pemasaran hasil.
Sementara mengenai faktor lingkungan adalah terjaganya lingkungan perairan
laut, dari berbagai gangguan baik oleh kegiatan manusia maupun karena faktor
alam, di mana rumput laut dibudidayakan.
Kebijakan pemerintah pada umumnya bertujuan untuk mengefisiensikan
perekonomian, meningkatkan pemerataan kesejahteraan petani serta keberlanjutan
usaha. Instrumen-instrumen kebijakan dapat dikategorikan dalam berbagai
kebijakan seperti kebijakan harga, produk, produksi, teknologi, kelembagaan,
fiskal, moneter, pemasaran serta keuangan. Dalam merealisasikan tujuan-tujuan
tersebut maka pemerintah telah membentuk banyak peraturan yang terkait dengan
pangan, perikanan bahkan rumput laut secara langsung. Ada beberapa peraturan
pemerintah dengan instrumen kebijakan kelembagaan seperti pada UU No 20
tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah, PP No 25 tahun 2000
tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah
otonom, UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Keppres No 165
tahun 2000 tentang tugas, fungsi dan wewenang Departemen Perikanan Dan
Kelautan, Keppres No 21 tahun 2007 tentang Dewan Kelautan Indonesia, Permen
KP No 39 tahun 2011 tentang organisasi dan tata kerja loka penelitian dan
pengembangan budidaya rumput laut, serta PP No 9 tahun 2013 tentang perusahan
umum (Perum) perikanan Indonesia. Sebagian besar tujuan dari instrumen
kebijakan kelembagaan tersebut adalah dalam upaya untuk efisiensi kerja dalam
tugas dan wewenang lembaga tersebut masing-masing.
Instrumen kebijakan dalam kategori kebijakan produksi yaitu seperti UU
No 31 tahun 2004 tentang perikanan, UU No 45 tahun 2009 tentang perubahan
UU No 31 tahun 2004, UU no 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup, UU No 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil, PP No 54 tahun 2002 tentang usaha perikanan, serta PP No 60 tahun
2007 tentang konservasi sumber daya ikan. Instrumen kebijakan produksi ini
bertujuan agar keadaan lingkungan usaha perikanan dapat terjaga secara lestari
sehingga dalam pengusahaan perikanan dapat menjadi berkelanjutan secara terus
menerus.
Kebijakan keuangan merupakan modal dasar untuk menstimulus usaha
produksi maupun pemasaran perikanan menjadi lebih meningkat. Kebijakan ini