4 limpasan-sumur resapan

13
Sumur Resapan Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur resapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air hujan ke dalam tanah. Sasaran lokasi adalah daerah peresapan air di kawasan budidaya, permukiman, perkantoran, pertokoan, industri, sarana dan prasarana olah raga serta fasilitas umum lainnya. Manfaat sumur resapan adalah: 1. Mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah / mengurangi terjadinya banjir dan genangan air. 2. Mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah. 3. Mengurangi erosi dan sedimentasi 4. Mengurangi / menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan kawasan pantai 5. Mencegah penurunan tanah (land subsidance) 6. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah. Bentuk dan jenis bangunan sumur resapan dapat berupa bangunan sumur resapan air yang dibuat segiempat atau silinderdengan kedalaman tertentu dan dasar sumur terletak di atas permukaan air tanah. Berbagai jenis konstruksi sumur resapan adalah: 1. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur tanpa diisi batu belah maupun ijuk (kosong) 2. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk. 3. Sumur dengan susunan batu bata, batu kali atau bataki di dinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk atau kosong. 4. Sumur menggunakan buis beton di dinding sumur 5. Sumur menggunakan blawong (batu cadas yang dibentuk khusus untuk dinding sumur).

Upload: stella-oktavia

Post on 09-Dec-2015

222 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

4 Limpasan-Sumur Resapan

TRANSCRIPT

Page 1: 4 Limpasan-Sumur Resapan

Sumur ResapanBangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang

dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang

berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air

dan meresapkannya ke dalam tanah.

Sumur resapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air

hujan ke dalam tanah. Sasaran  lokasi adalah daerah peresapan air  di kawasan budidaya,

permukiman, perkantoran, pertokoan, industri, sarana dan prasarana olah raga serta fasilitas umum

lainnya.

Manfaat sumur resapan adalah:

1. Mengurangi aliran permukaan  sehingga dapat mencegah / mengurangi terjadinya banjir dan

genangan air.

2. Mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah.

3. Mengurangi erosi dan sedimentasi

4. Mengurangi / menahan intrusi air laut  bagi daerah yang berdekatan dengan kawasan pantai

5. Mencegah penurunan  tanah (land subsidance)

6. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.

Bentuk dan jenis bangunan sumur resapan dapat berupa bangunan sumur resapan air yang dibuat

segiempat atau silinderdengan kedalaman tertentu dan dasar sumur terletak di atas permukaan air

tanah. Berbagai jenis konstruksi sumur resapan adalah:

1. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur tanpa diisi batu belah maupun ijuk

(kosong)

2. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk.

3. Sumur dengan susunan batu bata, batu kali atau bataki di dinding sumur, dasar sumur diisi

dengan batu belah dan ijuk atau kosong.

4. Sumur menggunakan buis beton di dinding sumur

5. Sumur menggunakan blawong (batu cadas yang dibentuk khusus untuk dinding sumur).

Konstruksi-konstruksi tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, pemilihannya

tergantung pada keadaaan batuan / tanah (formasi batuan dan struktur tanah).

Page 2: 4 Limpasan-Sumur Resapan

Pada tanah / batuan yang relatif stabil, konstruksi tanpa diperkuat dinding sumur dengan dasar sumur

diisi dengan batu belah dan ijuk  tidak akan membahayakan bahkan akan memperlancar meresapnya

air melalui celah-celah bahan isian tersebut.

Pada tanah / batuan yang relatif labil, konstruksi dengan susunan batu bata / batu kali / batako untuk

memperkuat dinding sumur dengan dasar sumur diisi  batu belah dan ijuk akan lebih baik dan dapat

direkomendasikan.

Pada tanah dengan / batuan yang sangat labil, konstruksi dengan menggunakan buis beton atau

blawong dianjurkan meskipun resapan air hanya berlangsung pada dasar sumur saja.

Bangunan pelengkap lainnya yang diperlukan adalah bak kontrol, tutup sumur resapan dan tutup bak

kontrol, saluran masuklan dan keluaran / pembuangan (terbuka atau tertutup) dan talang air (untuk

rumah yang bertalang air).

Sumur Resapan. Sumber: PU Cipta Karya

Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaaan Umum menetapkan data teknis sumur resapan air y

sebagai berikut : (1) Ukuran maksimum diameter 1,4 meter, (2) Ukuran pipa masuk diameter 110 mm,

(3) Ukuran pipa pelimpah diameter 110 mm, (4) Ukuran kedalaman 1,5 sampai dengan 3 meter, (5)

Dinding dibuat dari pasangan bata atau batako dari campuran 1 semen : 4 pasir tanpa plester, (6)

Rongga sumur resapan diisi dengan batu kosong 20/20 setebal 40 cm, (7) Penutup sumur resapan dari

plat beton tebal 10 cm dengan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil.

Berkaitan dengan sumur resapan ini terdapat SNI No: 03- 2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan

Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan.  Standar ini menetapkan cara perencanaan sumur

resapan air hujan untuk lahan pekarangan termasuk persyaratan umum dan teknis mengenai batas

muka air tanah (mat), nilai permeabilitas tanah, jarak terhadap bangunan, perhitungan dan penentuan

Page 3: 4 Limpasan-Sumur Resapan

sumur resapan air hujan. Air hujan sdslsh sir hujan yang ditampung dan diresapkan pada sumur

resapan dari bidang tadah.

Persyaratan umum yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut:

1. Sumur resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relatif datar;

2. Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan tidak tercemar;

3. Penetapan sumur resapan air hujan harus mempertimbangkan keamanan bangunan

sekitarnya;

4. Harus memperhatikan peraturan daerah setempat;

5. Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui Instansi yang berwenang.

Persyaratan teknis yang harus dipenuhi antara lain adalah sebagai berikut:

1. Ke dalam air tanah minimum 1,50 m pada musin hujan;

2. Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai permebilitas tanah ≥ 2,0 cm/jam.

3. Jarak penempatan sumur resapan air hujan terhadap bangunan adalah: (a) terhadap sumur air

bersih 3 meter, sumur resapan tangki septik 5 meter dan terhadap pondasi bangunan 1 meter.

Page 4: 4 Limpasan-Sumur Resapan

Low Impact Development

SISTEM PENGELOLAAN AIR HUJAN LOKAL YANG RAMAHLINGKUNGAN

Suseno Darsono,  Jurusan Teknik Sipil FT. UNDIP Jl. Prof. Soedarto SH, Tembalang

Semarang

Berkala Ilimiah Teknik Keairan Vol. 13, No.4– Desember 2007, ISSN 0854-4549 Akreditasi

No. 23a/DIKTI/KEP/2004

ABSTRACT

Low Impact Development (LID) is a technique for managing local strorm water that can  be utilized as

a regional flood control system. As a storm management technique, LID  technique is used to maintain

the existing hydrology condition of the development area  by maintaining infiltration rate, filtering,

detaining storm water and also increasing  surface roughness. Negatif impact of regional development

can be minimized by  utilizing natural drainage system, maximizing storm water detention and

maintaining or  increasing time of concentration. LID is a tool for managing negative impact of storm

water on a regional development, therfore the regional of economic growth can be increased.

Keywords: Storm water management, Urban Drainage, Low Impact Development .

PENDAHULUAN

Pengelolaan air hujan secara lokal yang  ramah lingkungan dikenal dengan teknik  “Low Impact

Development” (LID).  Konsep pengelolaan air hujan dengan  teknik ini adalah pengelolaan air hujan

dengan skala mikro yang dilakukan  dilokasi atau di sekitar daerah  tangkapan air hujan.

Pengembangan  prinsip LID dimulai dengan  pengembangan teknik bioretensi di  Prince Gorge’s

County, Maryland pada  pertengahan tahun 1980. LID dikembangkan untuk mempertahankan  kondisi

lingkungan dari dampak negatip  yang terjadi akibat perkembangan  ekonomi dan keterbatasan

praktek  pengelolaan air hujan konvensional.  Sistim drainasi konvensional direncanakan dengan

konsep  mengumpulkan, mengalirkan dan  membuang air limpasan permukaan  secepat dan efisien

mungkin. Sistim  drainasi konvensional yang efisien  kinerjanya akan menurunkan  penambahan air

tanah, meningkatkan  volume limpasan permukaan,  mempersingkat waktu pengaliran,  meningkatkan

frekuensi dan menambah  besarnya banjir. Hal ini akan menambah  tingkat kemungkinan terjadi

banjir/genangan di daerah hilir daerah  tangkapan air, penurunan kualitas  badan air, dan erosi. LID

dikembangkan  dengan memanfaatkan teknologi yang   telah ada dan murah tetapi dapat

mempertahankan kelestarian lingkungan.

Page 5: 4 Limpasan-Sumur Resapan

Teknologi LID diharapkan mampu untuk  mengurangi dampak negatip terhadap  lingkungan akibat

pengembangan suatu  daerah dengan mencapai keseimbangan antara konservasi,  perkembangan,

proteksi ekosistim dan kualitas hidup. Saat ini teknologi LID  dimanfaatkan untuk mengontrol polusi air

limpasan permukaan, mengurangi  volumenya, memperpanjang waktu pengaliran, dan menyelesaikan

masalah-masalah yang berkaitan dengan ekologi. Konservasi dan peran  serta masyarakat untuk

menenggulangi  daya rusak air (yang termasuk pilar-pilar  UU No.7 Tahun 2004) merupakan elemen

kunci dari LID seperti di ilustrasikan pada Gambar 1.

Page 6: 4 Limpasan-Sumur Resapan

Gambar 1. Elemen kunci pada teknologi “Low Impact Development”

Teknologi LID di dalam mengelola air  hujan ialah mempertahankan kondisi hidrologi suatu daerah

yang  dikembangkan sama dengan kondisi  hidrologi awal daerah tersebut pada  saat sebelum

dikembangkan. Usaha  yang perlu dilakukan adalah  mempertahankan dan meningkatkan  intensitas

infiltrasi, penyaringan,  penampungan, penguapan dan tahanan  limpasan permukaan. Saat ini

pengelolaan air hujan dengan teknologi  LID sudah banyak di aplikasikan di  negara-negara maju

seperti USA,  Australia dan Eropa, meskipun demikian  penelitian pengembangan tentang LID  masih

terus berlangsung. Di Indonesia  penelitian pemanfaatan teknologi LID  juga sedang dilakukan di Balai

Sungai  BALITBANG PU untuk mengkaji  efektifitas aplikasi LID di suatu  pembangunan komplek

perumahan.  Konsep hidrologi yang diterapkan dalam  teknologi LID adalah penggunaan  retensi dan

detensi air hujan,  mengurangi luas daerah kedap, dan  memperpanjang alur pengaliran dan waktu

pengaliran (Coffman, 2000).

PRINSIP SISTIM DRAINASI LOKAL ATAU LID

LID memanfaatkan praktek pengelolaan  air hujan yang terintegrasi antara sistim  drainasi lokal, skala

kecil, dan  pengendalian sumber daya air regional.   Praktek pengelolaan air hujan yang  terintegrasi

ini tidak hanya tergantung  pada jaringan saluran drainasi dan  bangunan pengontrolnya, tetapi juga

memanfaatkan gedung-gedung,  infrastructure drainasi dan penataan  lahannya dalam usaha

menahan aliran  air hujan ke daerah hilir. Untuk  mempertahankan kodisi hidrologi dari  wilayah yang

dikembangkan seperti  kondisi awal, teknologi pengelolaan air  hujan dengan LID memfokuskan pada

beberapa elemen utama hidrologi.

Elemen utama yang harus diperhatikan  adalah meminimumkan limpasan  permukaan dengan

mengurangi  perubahan lahan menjadi lahan kedap  air. Selain itu perlu pula memperbanyak  tumbuh-

tumbuhan penutup tanah  seperti lahan yang tertutup rumput dan  tanam-tanaman. Memperlama

waktu  konsentrasi (Tc) dengan  memperpanjang jalur aliran,  meningkatkan kekasaran dengan

mengurangi penggunaan saluran  pasangan atau pipa, melakukan  konservasi dari sistrim drainasi

alam  sehingga dapat menurunkan puncak  banjir. Tampungan air yang permanent  atau sementara

sangat diperlukan untuk  mengontrol volume dan puncak banjir, serta kualitas air limpasan.

Cara berikut adalah teknik tradisional  yang sering di pakai untuk menampung  air agar volume dan

puncak banjir menurun:

1. Menggunakan saluran dengan  bangunan check yang menahan   aliran.

2. Saluran lebar dengan kemiringan kecil (Long Storage).

3. Penampungan air hujan dengan tangki air penampung.

4. Penampungan air hujan di atap rumah.

5. Penampungan dangkal dilapangan parkir.

Page 7: 4 Limpasan-Sumur Resapan

6. Lahan basah dan kolam-kolam tampungan

Gambar 2. Perbedaan aliran banjir akibat pengembangan wilayah

MACAM DARI TEKNOLOGI LOW IMPACT DEVELOPMENT (LID)

Ada berbagai macam usaha  pengelolaan air hujan yang dapat  dikatagorikan kedalam teknik LID,

karena teknik tersebut meminimumkan  peningkatan aliran air limpasan,  meningkatkan infiltrasi,

filtrasi dan  evaporasi serta menampung sementara  air hujan. Untuk memanfaatkan teknik  LID pada

sistim drainasi kota,  peningkatan partisipasi masyarakat  pada peran serta untuk membangun  dan

memelihara sarana dan prasarana  sistim drainasi sangat diperlukan.  Peningkatan peranserta

masyarakat ini  diusahakan dengan sosialisasi atau  pendidikan pada masyarakat. Teknik  Bioretensi,

saluran rumput serta  perkerasan yang lulus air akan diuraikan  dibawah merupakan usaha untuk

melakukan penampungan air hujan,  menambah kekasaran agar aliran  melambat dan memperbesar

infiltrasi.  Teknik tersebut diatas merupakan  teknologi LID yang sangat sering  dimanfaatkan untuk

mengelola air hujan  wilayah yang dikembangkan untuk  mempertahankan daya dukung, daya

tampung lingkungan hidup dan  merupakan usaha untuk  mempertahankan ruang terbuka yang sesuai

dengan UU No. 26 Tahun 2007.

Bioretention (Rain Garden)

Page 8: 4 Limpasan-Sumur Resapan

Sistim “Bioretention” yang dibangun  dapat menjadi bagian ruang terbuka  hijau dan dirancang

berdasarkan jenis  tanahnya, kondisi lokasi dan tata ruang  rencana wilayah pengembangan.

Penggunaan Bioretention sebagai ruang  terbuka hijau di daerah real estate dapat  meningkatkan nilai

estitika daerah yang  dikembangkan (Cofman, 2000;  Winogradoff, 2001). Bioretention

mengintegrasikan fungsi pengurangan  polusi dan tampungan aliran permukaan  akibat dari

penyaringan/pembersihan  sampah dan sedimentasi. Pemberian  compost dan pemeliharaaan serta

penggantian tanaman merupakan usaha  pemeliharaan dan pengoperasian Bioretention yang perlu

dilaksanakan.  Untuk memelihara tanaman di  Bioretention sebaiknya tidak perlu atau  tidak boleh

menggunakan pupuk  buatan. Tumbuhan yang ditanam pada  Bioretention seyogyanya menggunakan

tanaman asli daerah, agar mudah  tumbuh karena cocok dengan kondisi  iklim daerahnya.

Pengurangan polutan  dari air limpasan permukaan yang  berupa sediment, metal serta  kandungan

lain merupakan efek  sedimentasi, proses penyaringan dari  media yang digunakan serta proses

microbiologi dari material organic (Cofman, 2000; Winogradoff, 2001).

Agar pengelolaan air hujan di  Bioretention dapat di optimalkan, maka proses yang terjadi perlu

dipahami.  Berikut ini adalah beberapa proses  utama yang ada pada Bioretension  untuk air hujan

local (Winogradoff, 2001);

Intersepsi merupakan proses  tertangkapnya air hujan oleh daun tanaman serta lapisan

penutup  (mulch), sehingga memperlambat  atau mengurangi terjadinya aliran permukaan.

Infiltrasi adalah proses utama yang  ada di Bioretention, baik yang mempunyai saluran

underdrain maupun yang tidak.

Pengendapan akan terjadi akibat  aliran lambat yang ada di Bioretention, akibatnya partikel

yang  ada di air akan tertinggal di permukaan Bioretention.

Absorsi adalah proses penahanan  air di ruang antara partikel tanah yang kemudian akan

diserap oleh akar tanaman.

Evapotranspirasi akan terjadi di  Bioretention akan berubah sebagian air limpasan menjadi uap

air.

Absorsi yang terjadi adalah proses  penyerapan kandungan kimia seperti metal dan nitrat yang

terlarut di air oleh humus dan tanah.

Page 9: 4 Limpasan-Sumur Resapan

Gambar 3. Potongan memanjang “Bioretention”

Potongan memanjang Bioretention pada   Gambar 3. menunjukan bahwa aliran   limpasan permukaan

dari jalan akan   masuk ke Bioretensi. Hujan awal yang turun di jalan akan mencuci jalan   sehingga

aliran permukaannya akan membawa partikel sedimen, kandungan   kimia dan oli yang tertetes di

muka jalan, dan mengalir masuk kedalam.   Bioretention. Aliran permukaan dari hujan awal ini akan

menjalani proses   permunian yang ada di Bioretention. Jika hujan masih turun terus sehingga  

kapasitas tampungan Bioretention sudah terlampaui air kan mengalir   langsung ke sistim saluran

drainasi melalui pelimpah yang telah disediakan.   Hujan awal sudah mencuci permukaan   jalan

sehingga kualitas air limpasan   permukaan dari hujan berikutnya   diharapkan sudah baik dan boleh

mengalir langsung ke badan air.

Saluran Rumput

Saluran rumput dapat dimanfaatkan   sebagai saluran pembawa air hujan pada berbagai lokasi dan

kondisi,   fleksibel dan relative murah (USDOT, 1996). Umumnya saluran terbuka   rumput sangat

cocok sebagai saluran pematusan daerah tangkapan air yang   kecil dengan kemiringan yang landai

(Center for Watershed Protection,   1998). Penggunaan saluran ini   biasanya sebagai saluran

sepanjang   jalan lingkungan dan “Highway”,   fungsinya untuk mengurangi kecepatan   aliran

permukaan dan sebagai filter dan   tempat infiltrasi. Selain fungsi tersebut   diatas pengendapan

sediment   merupakan mekanisme utama dari   upaya pengurangan polutan. Saluran   rumput sangat

Page 10: 4 Limpasan-Sumur Resapan

efektif kerjanya jika   kedalaman aliran minimum dan waktu   tinggalnya maksimum. Stabilitas  

saluran rumput dan kemampuan   pengurangan polutan sangat   dipengaruhi oleh erodibilitas

tanahnya,   kemiringan saluran dan kerapatan tanaman.

Gambar 4. Denah Saluran Rumput

Gambar 5. Potongan Melintang Saluran Rumput

Perkerasan yang Lulus Air

Perkerasan permukaan jalan adalah  penyebab meningkatnya volume  limpasan permukaan dari suatu

wilayah   yang dikembangkan. Selain volume air  hujan yang menjadi limpasan  permukaan, jalan dan

lapangan parker yang dibangun akan menyebabkan  peningkatan polusi. Penggunaan perkerasan

yang lulus air adalah salah  satu teknik LID yang efektif untuk mengurangi persentase daerah yang

kedap air. Berbagai studi menyimpulkan bahwa kualitas air  sungai, danau dan rawa menurun  drastis

akibat daerah kedap air dari  daerah tangkapan airnya lebih dari 10%.  Perkerasan yang lulus air

Page 11: 4 Limpasan-Sumur Resapan

sangat cocok  sebagai perkerasan jalan yang  lalulintasnya rendah seperti lapangan  parkir atau jalan

setapak. Penggunaan  perkerasan lulus air yang paling berhasil  adalah perkerasan lulus air di daerah

pesisir yang mempunyai tanah pasiran  dengan kemiringan yang landai (EPA, 2000).

Gambar 6. Perkerasan yang lulus air

SIMPULAN

Pengelolaan air hujan ditempatnya  dapat mempertahankan ukuran saluran pengendali banjir regional.

Sistim  pengelolaan air hujan lokal yang memanfaatkan teknologi LID  dikembangkan dengan

memanfaatkan teknologi yang telah ada merupakan  sistim pengelolaan air hujan yang murah  tetapi

dapat mempertahankan  kelestarian lingkungan. Teknologi LID  diharapkan mampu untuk mengurangi

dampak negatip terhadap lingkungan  akibat pengembangan suatu daerah  dengan mencapai

keseimbangan antara konservasi, perkembangan, proteksi ekosistim dan kualitas hidup.

Mempertahankan kondisi hidrologi dari  wilayah atau daerah yang dikembangkan dengan

mempertahankan dan meningkatkan  intensitas infiltrasi, penyaringan,  penampungan, penguapan

dan  peningkatan kekasaran permukaan  adalah usaha yang digunakan teknologi  LID dalam sistim

pengelolaan air hujan  lokal. Meskipun sudah banyak  penggunaan teknologi di berbagai  wilayah

dunia, tetapi teknologi tersebut  perlu dan harus dikaji efektifitasnya  serta disesuaikan teknologinya

dalam penggunaannya di Indonesia.  Pemanfaatan teknologi LID ini akan membantu meningkatkan

usaha  pengembangan wilayah dan perkembangan ekonomi.

Meminimumkan dampak  pengembangkan wilayah dengan  mengurangi daerah kedap air,

mengkonservasi sumber daya alam dan  ekosistim, mempertahankan sistim  drainasi alam, dan

meminimalkan  penggunaan saluran pasangan,  memaksimalkan usaha penampungan  air,

Page 12: 4 Limpasan-Sumur Resapan

mempertahankan atau memperlama  waktu konsentrasi, serta melaksanakan pendidikan pada

masyarakat  merupakan usaha teknologi LID untuk meminimumkan dampak negatif dari

pengembangan suatu wilayah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2004, Undang-undang  Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber

Daya air

2. Anonim, 2007, Undang-undang  Republik Indonesia Nomor 26  Tahun 2007 Tentang Penataan

Ruang.

3. Anonim, 1995, Stormwater  Management for Maine: Best  management practices, www.

State.me.us/dep/blwq/training/npspu bl.htm

4. Coffman, Larry. 2000. Low-Impact  Development Design Strategies, An  Integrated Design

Approach. EPA  841-B-00-003. Prince George’s County, Maryland. Department of

Environmental Resources, Programs and Planning Division.

5. EPA, 2000, Low Impact  Development (LID) A Literature  Review, EPA-841-B-00-005,

Washington, DC 20460 October 2000

6. Winogradoff, A. Derek, 2001, The  Bioretention ManuaL, Programs & Planning Division

Department of  Environmental Resources Prince George’s County, Maryland.