4 keadaan umum daerah penelitian - repository.ipb.ac.id · fluktuasi suhu bulanan di laut jawa...
TRANSCRIPT
51
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis dan Administrasi Kabupaten Subang
Kabupaten Subang terletak antara 1070 31’ – 1070 54’ BT dan 60 11’ – 60 30’
LS. Kabupaten Subang terdiri dari 22 kecamatan dan 243 desa (Peraturan
Pemerintah Nomor 48 tahun 1999). Dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten
Subang, empat kecamatan terletak di wilayah pesisir yaitu Blanakan, Legonkulon,
Pusakanegara, dan Pamanukan. Secara administratif, Kabupaten Subang memiliki
batas-batas wilayah sebagai berikut :
• sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung
• sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
• sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Indramayu dan Sumedang
• sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Karawang dan Purwakarta
Luas wilayah Kabupaten Subang adalah 205.176,95 Ha atau 6,34% dari luas
Provinsi Jawa Barat dengan ketinggian tempat antara 0-1500 m dpl. Dilihat dari
topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam tiga zona daerah yaitu
(Dinas Kelautan dan Perikanan, 2003):
1) Daerah pegunungan dengan ketinggian 500-1500 m dpl di atas permukaan laut
dengan luas wilayah 41.035,09 Ha atau 20% dari seluruh luas wilayah
Kabupaten Subang,
2) Daerah bergelombang atau berbukit dengan ketinggian 50-500 m dpl dengan
luas wilayah 71.502,16 Ha atau 34,85% dari seluruh luas wilayah Kabupaten
Subang,
3) Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-50 m dpl dengan luas
wilayah 92.639,7 Ha atau 45,15% dari seluruh luas wilayah Kabupaten
Subang.
Apabila dilihat dari kemiringan lahan, maka tercatat bahwa 80,80% wilayah
Kabupaten Subang memiliki kemiringan 00-170, sedangkan sisanya memiliki
kemiringan di atas 180. Secara umum Kabupaten Subang beriklim tropis dengan
curah hujan rata-rata per tahun 2.117 mm dengan jumlah hari hujan 90 hari.
Kondisi iklim tersebut ditunjang oleh adanya lahan yang subur dan banyaknya
52
aliran sungai, sehingga menjadikan sebagian besar luas tanah Kabupaten Subang
digunakan untuk pertanian.
Wilayah Kabupaten Subang memiliki panjang garis pantai kurang lebih 68
km yang meliputi 4 (empat) wilayah kecamatan pesisir, yaitu Kecamatan
Blanakan, Kecamatan Pamanukan, Kecamatan Legonkulon dan Kecamatan
Pusakanagara.
Desa Mayangan berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Legonkulon.
Desa Mayangan merupakan salah satu dari sepuluh desa yang ada di Kecamatan
Legonkulon. Desa ini terletak di bagian paling utara dari Kecamatan Legonkulon.
Secara geografis Desa Mayangan terletak pada koordinat 60 11’ LS serta 1070 31’
dan 1070 54’BT. Secara administratif Desa Mayangan berbatasan dengan Desa
Tegal Urung di sebelah Barat, Desa Legon Wetan di sebelah Timur, Desa
Legonkulon di sebelah Selatan, dan Laut Jawa di sebelah Utara. Desa Mayangan
memiliki luas 678.37 Ha dan sebagian besar dari luas wilayahnya merupakan
areal hutan mangrove yaitu seluas 290 Ha yang dimiliki oleh Perum Perhutani.
Desa Mayangan memiliki dua buah sungai yaitu Sungai Citerusan di sebelah barat
dan Sungai Cigadung di sebelah timur yang menjadikan perairan pantai Desa
Mayangan cukup produktif.
4.2 Keadaan Perairan Kabupaten Subang
Suhu di perairan Subang rata-rata adalah 28,50C. Suhu air suatu perairan
dipengaruhi oleh suhu udara atasnya yang kisarannya relatif stabil untuk daerah
tropis. Kondisi umum pantai Utara Jawa Barat adalah berupa pantai yang landai
dengan kemiringan antara 0,06 % hingga 0,4 %. Diperkirakan ada jarak rata-rata 4
km dari garis pantai kedalaman mencapai 5 m, kemudian jarak rata-rata 13 km
dari garis pantai menjadi 10 m, dan jarak 21 km kedalaman mencapai 20 m.
Kontur kedalaman kurang dari 5 m memperlihatkan kondisi yang relatif sejajar
dengan garis pantai. Demikian juga pada kedalaman antara 5 – 10 m dan 10 - 20
m (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2003).
53
4.2.1 Faktor klimatologi perairan pantai Kabupaten Subang
Perairan pantai Subang yang merupakan bagian dari sistem Laut Jawa sangat
dipengaruhi oleh angin muson yang berkembang secara kuat di perairan ini. Di
wilayah Laut Jawa munculnya periode musim Barat terjadi pada bulan Desember
hingga Februari umumnya diikuti dengan adanya musim hujan. Adapun musim
Timur terjadi pada bulan Juni - Agustus dengan adanya kemarau. Dalam musim
Timur penguapan yang terjadi di laut lebih besar daripada curah hujannya.
Kecepatan angin yang tinggi dan kelembaban yang relatif rendah menyebabkan
penguapan lebih dari 100 mm/bulan.
Dari bulan Juni sampai Agustus energi yang diperlukan untuk penguapan
tersebut melebihi dari energi yang tersedia dari radiasi matahari, sehingga
menimbulkan defisit energi sekitar 5.700 cal/cm2, atau sebanding dengan
pendinginan wilayah perairan sedalam 40 m dengan penurunan suhu perairan
sekitar 1,4 0C. Pendinginan perairan dalam periode musim Barat bukan
disebabkan oleh keseimbangan energi tersebut, tetapi dalam musim ini muson
Barat berkembang sangat kuat dan dengan angin yang relatif kuat membawa
massa udara dingin dan hujan ke wilayah Laut Jawa ini. Fluktuasi angin muson
secara nyata berhubungan dengan fluktuasi suhu perairan.
Hasil pengamatan angin di wilayah pantai Mayangan dalam periode musim
Peralihan (Mei) menunjukkan pada siang hari (jam 06.00 – 18.00) kecepatan
angin berkisar antara 0 – 7 m/det, dan pada malam hari (jam 18.00 – 06.00) antara
0 – 3.5 m/det dengan arah angin dominan dari Timur, Timur Laut dan Barat Laut.
4.2.2 Karakteristik fisik perairan pantai Subang
1) Suhu dan salinitas perairan
Suhu dan salinitas di wilayah perairan pantai Subang berfluktuasi secara
musiman yang dipengaruhi oleh dinamika perairan Laut Jawa. Secara umum
fluktuasi suhu bulanan di Laut Jawa menunjukkan adanya dua suhu tertinggi
(sekitar 28,7 0C) dan dua suhu terendah (sekitar 27,5 0C). Suhu tertinggi terjadi
dalam periode musim peralihan yakni bulan Mei dan November. Adapun suhu
terendah terjadi bulan Agustus dan Februari (puncak musim Timur dan Barat).
Rata-rata suhu bulanan bervariasi antara 27,5 0C sampai 28,7 0C.
54
Rata-rata salinitas bulanan di perairan Laut Jawa berkisar antara 31,5 0/00 –
33,7 0/00. Salinitas maksimum pertama (33,7 0/00 ) dan kedua (33,3 0/00) terjadi
pada bulan September dan November. Adapun salinitas minimum pertama (31,8 0/00) dan kedua (31,3 0/00) terjadi masing-masing sekitar bulan Februari dan Mei.
Hasil pengukuran distribusi salinitas di beberapa muara sungai di wilayah pantai
Subang menunjukkan bahwa jangkauan pengaruh rambatan pasang surut yang
membawa massa air laut ke arah hulu sungai berkisar antara 1 km sampai 3,5 km.
Rambatan pasang surut sungai Mayangan dapat mencapai 1,5 – 2,5 km.
2) Bathimetri perairan
Perairan pantai Subang memiliki kedalaman yang relatif dangkal (kurang
dari 20 m) dengan gradien kedalaman yang relatif landai. Perairan dengan
kedalaman kurang dari 5 m (disekitar Blanakan) memiliki gradien kedalaman
sekitar 2,0027 dan 0,0054 yang berada di sekitar Pusakanagara. Adapun di
perairan dengan kedalaman 5 - 10 m memiliki gradient kedalaman berkisar
0,00006 terdapat di sekitar Blanakan. Morfologi daratan pantainya terdiri dari
pasir bercampur lumpur dan bahan organik, dengan jenis tanah gleisol hidrik.
Pada pantai terdapat rawa-rawa dan vegetasi mangrove.
Umumnya kawasan pantai dipergunakan oleh masyarakat sebagai kawasan
pemukiman, pertambakan, dan sebagainya. Pesisir pantai Kabupaten Subang
banyak yang mempunyai muara sungai kecil, sehingga terdapat kemungkinan
banyaknya jumlah pengendapan di muara sungai besar dan jenis substrat dasar
berupa pasir.
3) Pasang surut
Pasang surut merupakan gerakan naik-turun dari muka air laut secara
periodik yang disebabkan oleh gaya tarik-menarik benda angkasa seperti bulan
dan matahari. Jenis pasang surut yang terjadi di wilayah pantai Subang mengikuti
pola pasang surut di Laut Jawa. Tipe pasang surut (pasut) Pantai Utara Jawa Barat
sebagian besar termasuk dalam kategori campuran mengarah ke semidiurnal.
Kategori pasut campuran adalah daerah pantai yang mengalami dua kali pasang
dan dua kali surut dengan ketinggian yang berbeda. Adapun pasut kategori
semidiurnal adalah daerah pantai yang mengalami dua kali pasang dan dua kali
55
surut dengan ketinggian yang sama. Pasang dan surut terbesar adalah 1 m dan
kisaran tinggi pasang dan surut kedua adalah 0,5 – 0,7 m.
4) Arus perairan pantai
Pola arus perairan di pantai Subang yang secara umum mengikuti pola arus
Laut Jawa menunjukkan bahwa arus musiman sangat dominan di wilayah perairan
ini. Periode musim Timur terjadi antara bulan Mei dan September, arus musim
bergerak ke arah barat dengan kecepatan maksimum sekitar 25 cm/det. Dari bulan
November sampai Maret arus musim mengalir ke arah timur dengan kecepatan
maksimum sekitar 30 cm/det. Pada bulan April dan Oktober arah arus musim
berubah. Pengukuran arus di wilayah pantai Subang menunjukkan bahwa di
perairan pantai Mayangan arus pasang berkisar 1,4 – 31,5 cm/det mengalir
dominan ke arah barat, dan arus surut berkisar antara 0,7 – 28,1 cm/det yang
dominan mengalir ke arah barat.
5) Kualitas air perairan Subang
Berdasarkan topografinya, perairan kabupaten Subang terdiri dari: (1)
perairan pesisir dan laut, (2) perairan sungai dan situ. Kondisi perairan Kabupaten
Subang banyak dipengaruhi oleh kondisi alam di dataran tinggi, serta pengaruh
sifat oseanografi perairan dangkal Laut Jawa.
Kondisi umum perairan Kabupaten Subang relatif baik. Beberapa lokasi di
perairan payau dan laut mempunyai sifat kekeruhan yang cukup tinggi seperti di
Pondok Bali, Mayangan dan Blanakan. Kondisi ini merupakan karakteristik
perairan Laut Jawa yang banyak dipengaruhi oleh sedimen yang dibawa oleh
beberapa sungai yang bermuara ke Pantai Utara Jawa. Selain itu, sifat oseanografi
di daerah pasang surut (intertidal) Subang memungkinkan terjadi sedimentasi dan
penggerusan pantai (abrasi). Kondisi ini merupakan suatu hal yang
menguntungkan karena perairan pesisir Subang menjadi subur karena mendapat
suplai nutrient dari daratan.
4.2.3 Mangrove
Kabupaten Subang memiliki hutan mangrove sebesar 6.132,8 Ha dengan
tiga lokasi wisata bahari yaitu Wisata Buaya Blanakan, Pantai Pondok Bali, dan
Pantai Patimban. Hutan mangrove yang terdapat di kawasan pantai utara
56
Kabupaten Subang berada di bawah otoritas pengelola Perum Perhutani BPKH
Ciasem dan Pamanukan.
Formasi hutan mangrove di pesisir utara Kabupaten Subang dari arah laut ke
darat didominasi oleh api-api (Avicenia marina), kemudian bakau (Rhizopora
mucronata) dan prepat/pepada (Sonnateratia acida). Jenis fauna yang ditemukan
pada hutan mangrove adalah jenis reptile seperti ular dan kadal, katak, jenis ikan
seperti belut, gabus, mujair, sepat, mujair, belanak dan sebagainya.
Kondisi derajad keasaman (pH) perairan mangrove Desa Mayangan bersifat
homogen dan bersifat basa. Komposisi elemen di dalam sedimen hampir
menyerupai air laut pada umumnya, karena lingkungan mangrove pada umumnya
memiliki interaksi yang sangat intensif dengan perairan pantai. Kandungan
natrium yang terkandung pada daerah tengah petak mangrove berbeda dengan
daerah lainnya yaitu sekitar 5 kali lipatnya. Hal ini disebabkan karena pada bagian
tengah petak mangrove dikelilingi tambak yang tidak digunakan dan relatif
tertutup. Akibat dari penguapan yang terjadi terus-menerus tetapi interaksi dengan
perairan terbuka sangat minimal dan tidak ada proses pergantian massa air yang
menyebabkan jumlah garam dalam perairan menjadi tinggi.
Kandungan salinitas pada bagian tengah petak mangrove, sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan bagian tepi sungai dan area pertambakan. Pada bagian tepi
sungai dan area pertambakan lebih terbuka dengan perairan luar karena air dapat
masuk melalui parit-parit dan kegiatan pertambakan menyebabkan selalu adanya
pergantian air di sekitar perairan mangrove. Pada bagian tepi sungai memiliki
nilai salinitas lebih rendah karena memiliki interaksi yang intensif dengan
perairan terbuka dalam hal ini sungai.
Kandungan kalium pada mangrove Desa Mayangan relatif tinggi. Hal ini
menyebabkan komposisi elemen dalam sedimen substrat mangrove berbeda
dengan komposisi air laut pada umumnya, yaitu kandungan elemen natrium lebih
besar daripada kalium. Hal ini disebabkan karena adanya pengaruh dari luar
seperti aktivitas pertanian dan perikanan, dalam hal ini adalah kegiatan budidaya
tambak dimanan petani pada umumnya melakukan pemupukan pada lahan
garapannya. Kegiatan tersebut dapat merubah komposisi elemen di dalam perairan
57
sekitar mangrove yang kemudian akan mempengaruhi kandungan elemen dalam
sedimen.
4.3 Unit Penangkapan Ikan
Unit penangkapan ikan adalah satu kesatuan teknis dalam melakukan
operasi penangkapan ikan yang terdiri dari kapal/perahu, alat tangkap dan
nelayan.
4.3.1 Kapal
Kapal atau perahu penangkap ikan di Kabupaten Subang dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu perahu tanpa motor, perahu motor tempel
dan kapal motor. Perahu tanpa motor adalah perahu yang pengoperasiannya tidak
menggunakan mesin tetapi menggunakan layar atau dayung. Perahu motor tempel
adalah perahu atau kapal yang pengoperasiannya menggunakan mesin motor
tempel (outboard engine), sedangkan kapal motor adalah kapal yang
pengoperasiannya menggunakan mesin yang disimpan di dalam badan kapal
(inboard engine). Perkembangan jumlah perahu/kapal motor setiap tahunnya
cenderung konstan.
Tabel 3 Perkembangan jumlah kapal tahun 2006-2009
Tahun Perahu Tanpa Motor (unit)
Motor Tempel (unit)
Kapal Motor (unit) Jumlah
2006 50 649 16 665 2007 46 660 21 681 2008 40 665 21 686 2009 36 671 21 696
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2009
Secara keseluruhan jumlah kapal atau perahu di Kabupaten Subang
cenderung meningkat selama periode tahun 2006 sampai 2009. Dilihat dari
perkembangan tersebut, jenis kapal yang ada masih didominasi oleh perahu motor
tempel. Jumlahnya cenderung meningkat dengan jumlah tertinggi pada tahun
2009 sebanyak 671 unit kapal. Berbeda dengan perahu motor tempel, perahu
58
tanpa motor justru mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2009
jumlah perahu tanpa motor menurun hingga 36 unit kapal.
4.3.2 Alat tangkap
Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Subang terdiri dari
jenis payang, pukat pantai, jaring insang hanyut, jaring klitik, jaring insang tetap,
pancing, alat pengumpul kerang dan alat tangkap lainnya. Pada Tabel 6 disajikan
secara rinci tentang alat tangkap dan produksi dari tiap alat tangkap pada tahun
2008.
Tabel 4 Jenis alat tangkap di Kabupaten Subang
No Jenis Alat Tangkap Jumlah (unit)
1 Payang 52
2 Dogol 67
3 Jaring arad 79
4 Jaring Insang hanyut 122
5 Jaring insang klitik 142
6 Jaring insang tetap 165
7 Pacing lainnya 108
8 Lain-lain 135
Jumlah 870 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2008
Dari jenis alat tangkap yang dioperasikan oleh nelayan Kabupaten Subang,
hanya 7 jenis alat tangkap yang dioperasikan setiap tahunnya yaitu payang, pukat
pantai, jaring insang hanyut, jaring insang tetap, jaring klitik dan alat pengumpul
kerang, sedangkan alat tangkap dogol mulai dioperasikan pada tahun 2000.
Hingga saat ini alat tangkap yang dominan dioperasikan di Kabupaten Subang
adalah jaring insang tetap, jaring insang hanyut dan jaring insang klitik. Pada
tahun 2008 alat tangkap yang dominan di Kabupaten Subang yaitu jaring insang
tetap sebanyak 165 unit.
59
1. Payang
1) Deskripsi
Payang adalah alat penangkap ikan yang sudah lama dikenal dan digunakan
oleh nelayan Indonesia. Alat tangkap ini termasuk ke dalam kelompok pukat
kantong (seine net) atau lebih dikenal dengan nama Danish seine. Adapun alat
tangkap ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu sayap, badan dan kantong (Subani
dan Barus, 1989).
Payang merupakan alat tangkap yang dioperasikan di permukaan dengan
tujuan untuk menangkap ikan-ikan pelagis. Pada pengoperasiannya, alat tangkap
ini disetting melingkari kawanan ikan kemudian jaring ditarik ke atas geladak
kapal(Subani dan Barus,1989). Pengoperasian payang dapat dilakukan baik pada
siang hari maupun pada malam hari. Adapun alat tangkap payang di Kabupaten
Subang hanya dioperasikan di Perairan Ciasem.
2) Konstruksi
Bagian-bagian alat tangkap payang terdiri atas dua sayap, badan jaring,
kantong, pelampung, pemberat, dua tali ris, dan tali selambar. Payang termasuk ke
dalam alat tangkap pukat kantong yang mempunyai tiga bagian besar yaitu sayap,
badan, dan kantong. Konstruksi dari payang dapat dilihat pada Gambar 21.
• Sayap
Sayap pada payang digunakan untuk mengurung kawanan ikan yang hendak
ditangkap. Adapun material jaring yang digunakan pada bagian sayap yaitu PA
(Polyamide) dengan panjang sayap sekitar 200 m dan ukuran mesh size 30 cm.
Pada sayap bagian atas terdapat pelampung yang terbuat dari bambu dengan
diameter sekitar 10-15 cm berjumlah sebanyak 36 buah. Adapun pada sayap
bagian bawah terdapat pemberat sebanyak 38 buah. Pemberat ini terbuat dari
bahan semen cor dengan panjang 5 cm dan berat 2 kg.
• Badan
Ikan-ikan yang telah dikelilingi oleh jaring kemudian diarahkan oleh
nelayan agar masuk ke badan jaring. Adapun material jaring yang digunakan pada
bagian badan sama dengan material jaring pada bgian sayap yaitu PA (Polyamide)
dengan ukuran mesh size 19 cm dan panjang bagian badan yaitu 30 m. Adapun
panjang mulut jaring payang bagian bawah lebih panjang dibandingkan bagian
60
atas, hal ini untuk mencegah kemungkinan ikan lolos ke arah bawah, karena pada
umumnya payang digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang cenderung
bergerak ke bagian bawah bila terkurung jaring.
• Kantong
Kantong merupakan bagian paling akhir atau ujung alat tangkap payang.
Kantong merupakan tempat berkumpulnya hasil tangkapan. Material jaring yang
digunakan pada bagian kantong terbuat dari bahan PA (Polyamide) dengan ukuran
mesh size yang berangsur-angsur mengecil mulai dari 12 cm hingga 1,5 cm.
Ukuran mata jaring yang semakin mengecil ini bertujuan agar ikan-ikan
tertangkap dan tidak dapat meloloskan diri dari kantong.
• Tali ris
Tali ris pada payang terbagi menjadi dua jenis yaitu tali ris atas dan tali ris
bawah. Baik tali ris atas maupun tali ris bawah terbuat dari bahan PE
multifilament dengan diameter tali ris atas 4 mm, dan tali ris bawah 5 mm. Tali ris
atas lebih panjang dari tali ris bawah yaitu 250 m sedangkan panjang tali ris
bawah yaitu 200 m. Pada tali ris atas inilah pelampung dipasang, sedangkan pada
tali ris bawah dipasang pemberat.
• Tali Selambar
Tali selambar pada payang berfungsi untuk menarik jaring saat sedang
dioperasikan dan pada saat jaring ditarik ke atas kapal. Tali ini terbuat dari bahan
PE multifilament dengan diameter tali 16 mm. Panjang tali selambar di sayap
kanan dan kiri payang berbeda. Adapun panjang tali selambar di sayap kanan
payang sebesar 200 m sedangkan panjang tali selambar di sayap kiri sebesar 20 m,
hal ini disebabkan agar sayap kanan dapat melingkari kawanan ikan seluas-
luasnya sehingga kawanan ikan tidak dapat meloloskan diri.
61
Gambar 21 Konstruksi payang
3) Kapal
Kapal yang digunakan untuk pengoperasian payang terbuat dari bahan kayu
dengan dimensi L X B x D yaitu 9 x 2,4 x 0,6 meter. Kapal yang digunakan pada
pengoperasian payang biasanya berupa perahu motor tempel yang menggunakan
mesin tempel dengan merk Dongfeng. Mesin ini memiliki umur teknis ± 5 tahun
dengan kekuatan mesin sebesar 24 PK. Pengoperasian kapal dilakukan secara one
day fishing yaitu pergi pada pagi hari yaitu pada pukul 06.00 dan kembali pada
siang atau sore hari yaitu pada pukul 16.00.
4) Nelayan
Mayoritas nelayan yang ada di Kabupaten Subang adalah penduduk asli
setempat dan sebagian kecil merupakan nelayan pendatang yang berasal dari
Indramayu, Karawang dan Cirebon. Nelayan payang pada umumnya merupakan
penduduk asli yang menjadikan usaha penangkapan ikan sebagai pekerjaan utama
atau termasuk ke dalam klasifikasi nelayan penuh. Adapun nelayan yang
mengoperasikan payang di Kabupaten Subang berjumlah 22 orang nelayan
dimana satu orang bertugas sebagai nahkoda kapal, satu orang sebagai fishing
master dan sisanya bertugas mengoperasikan payang.
5) Metode pengoperasian
Operasi penangkapan jaring payang dilakukan secara one day fishing. Proses
pengoperasian payang dimulai pada pagi hari yaitu pada pukul 05.00 WIB.
Keterangan: 1. Kantong 2. Badan Jaring 3. Sayap 4. Tali Ris Atas 5. Tali Ris Bawah 6. Tali Selambar 7. Pelampung 8. Pemberat
62
Adapun pengoperasian payang dilakukan dalam beberapa tahap yaitu tahap
persiapan, tahap pemasangan jaring (setting), tahap penarikan jaring (hauling),
dan tahap pelepasan hasil tangkapan. Tahap persiapan meliputi persiapan
perbekalan seperti makanan, minuman, dan bahan bakar. Selain itu dilakukan juga
pemeriksaan terhadap kondisi mesin oleh juru mesin. Adapun untuk satu kali
operasi penangkapan jaring payang diperlukan bahan bakar sebanyak 20 liter.
Setelah semua tahap persiapan selesai dilakukan, perahu diberangkatkan
menuju fishing ground. Dalam menentukan fishing ground, fishing master
mencari kawanan ikan dengan melihat tanda-tanda keberadaan gerombolan ikan
seperti adanya riak-riak air di permukaan, atau dengan melihat adanya kawanan
burung di atas permukaan. Pada proses ini kecakapan seorang fishing master
sangatlah menentukan keberhasilan penangkapan.
Setelah gerombolan ikan ditemukan, tekong akan menginstruksikan kepada
juru mudi agar mendekati gerombolan ikan tersebut agar proses pemasangan
jaring (setting) dilakukan. Pemasangan jaring dilakukan dengan melingkari
gerombolan ikan. Proses melingkari yang memerlukan waktu 20 menit ini diawali
dengan penurunan pelampung tanda, tali selambar, badan jaring, dan tali selambar
namun ujung dari tali selambar terakhir tetap berada di perahu.
Setelah proses pemasangan selesai dilakukan, kemudian nelayan akan
melakukan proses penarikan jaring secepat mungkin. Hal ini dilakukan untuk
memperkecil kemungkinan lolosnya ikan yang akan ditangkap. Adapun tahap
penarikan jaring umumnya menghabiskan waktu selama 30 menit. Proses
penarikan jaring dilakukan oleh ABK kapal yang berjumlah 20 orang.
Tahap pelepasan hasil tangkapan dilakukan dengan membuka ikatan pada
kantong. Tahap pelepasan ini umumnya dilakukan selama 15 menit. Setelah
proses pelepasan selesai, kantong jaring diikat kembali dan dipersiapkan kembali
untuk setting selanjutnya. Jika hasil tangkapan yang didapatkan kurang
memuaskan, maka proses setting umumnya dilakukan sebanyak 3-5 kali dalam
satu kali operasi penangkapan jaring payang.
6) Hasil tangkapan
Jaring payang merupakan alat tangkap yang dioperasikan di permukaan
perairan. Dengan demikian jaring payang memiliki target tangkapan berupa ikan-
63
ikan pelagis. Adapun hasil tangkapan dari payang adalah tongkol (Auxis sp.),
cumi (Loligo sp.), kembung (Rastrelliger sp.), tembang (Sardinella sp.), japuh
(Dussumiera acuta) dan lain-lain.
2. Dogol
1) Deskripsi
Dogol termasuk ke dalam kelompok pukat kantong lingkar atau umumnya
disebut danish seine. Alat ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu kantong, sayap
dan badan jaring. Konstruksi mulut jaring bagian atas dogol agak lebih menonjol
kedepan sehingga menyerupai konstruksi pukat udang (trawl) tetapi ukurannya
lebih kecil dari pukat udang (Subani dan barus, 1989).
Menurut Subani dan Barus (1989), dogol merupakan alat tangkap yang
dioperasikan untuk menangkap sumberdaya perikanan demersal. Pada
pengoperasiannya alat ini dilingkarkan pada sasaran tertentu (umumnya dengan
cara menduga-duga), kemudian pada akhir penangkapan hasilnya dinaikkan ke
atas geladak perahu atau didaratkan ke pantai. Alat tangkap dogol yang ada di
Kabupaten Subang tidak berbeda jauh dengan alat tangkap dogol pada umumnya.
2) Konstruksi
Bagian-bagian alat tangkap dogol terdiri atas dua sayap, badan jaring,
kantong, pelampung, pemberat, dua tali ris, dan tali selambar. Dogol termasuk ke
dalam alat tangkap pukat kantong yang terbagi atas tiga bagian utama, yaitu
sayap, badan dan kantong. Konstruksi dogol dapat dilihat pada Gambar 22.
• Sayap
Sayap berfungsi untuk mengarahkan hasil tangkapan masuk ke dalam jaring.
Sayap pada alat tangkap ini terbuat dari bahan PE (Polyethilene) dengan panjang
25 m dan ukuran mesh size sebesar 12,7 cm. Pada bagian sayap terdapat dua jenis
pelampung yaitu pelampung plastik dan pelampung besar. Adapun pelampung
plastik berjumlah 12 buah dengan ukuran panjang 15 cm dan diameter 4 cm
sedangkan pelampung besar berjumlah 3 buah dengan ukuran panjan 17,5 cm dan
diameter 11 cm. Selain pelampung, terdapat juga pemberat yang terpasang pada
bagian bawah sayap. Pemberat pada sayap berjumlah 36 buah terbuat dari bahan
timah berbentuk elips dengan panjang 7 cm dan diameter sebesar 1,5 cm.
64
• Badan
Badan jaring berfungsi untuk mengurung ikan yang telah masuk melalui
sayap. Bahan yang digunakan pada bagian badan jaring adalah PE (Polyethylene)
dengan panjang 15 meter dan mesh size sebesar 6,5 inci. Pada bagian pangkal
badan jaring berhubungan dengan sayap sedangkan pada bagian ujung
berhubungan dengan kantong.
• Kantong
Bagian kantong merupakan bagian paling akhir dari alat tangkap dogol.
Material jaring yang digunakan pada bagian kantong terbuat dari bahan PE
(Polyethilene) dengan panjang kantong 6 meter dan mesh size sebesar satu inci.
Pada bagian ujung kantong diikat dengan seutas tali yang menggunakan simpul
cod-end knot. Adapun penggunaan simpul tersebut dimaksudkan agar kantong
mudah dilepaskan saat akhir penangkapan.
• Tali ris bagian sayap
Tali ris pada dogol terdiri dari dua jenis yaitu tali ris atas dan tali ris bawah.
Adapun tali ris pada alat tangkap ini terbuat dari bahan PE multifilamen. Tali ris
bawah lebih panjang dari tali ris atas. Panjang tali ris bawah yaitu 25 m, dan
panjang tali ris atasnya 20 m.
• Tali Selambar
Tali selambar pada dogol berfungsi untuk menarik jaring pada saat
dioperasikan dan untuk menarik jaring ke atas kapal. Tali selambar pada alat ini
terbuat dari bahan PE Multifilament dengan panjang sekitar 60-100 meter dan
memiliki diameter 2,5 cm.
Gambar 22 Konstruksi dogol
65
3) Kapal
Kapal yang digunakan untuk mengoperasikan dogol terbuat dari bahan kayu
dengan dimensi L x B x D yaitu 11 x 2,5 x 1,5 meter. Kapal ini memiliki dua buah
mesin yang berfungsi sebagai mesin utama dan mesin cadangan. Mesin utama
berfungsi untuk menjalankan kapal dengan merk Dongfeng dengan umur teknis ±
5 tahun dengan kekuatan mesin 20 PK. Adapun mesin cadangan bermerk
Dongfeng berkekuatan 16 PK berfungsi untuk mengaktifkan gardan.
4) Nelayan
Nelayan merupakan tenaga kerja yang berperan aktif dalam kegiatan operasi
penangkapan. Nelayan dogol pada umumnya merupakan penduduk asli yang
menjadikan usaha penangkapan ikan sebagai pekerjaan utama atau termasuk ke
dalam klasifikasi nelayan penuh. Nelayan yang mengoperasikan unit penangkapan
dogol di Kabupaten Subang berjumlah 6-8 orang nelayan, dimana satu orang
bertugas sebagai juru mudi dan sisanya adalah ABK kapal yang bertugas sebagai
juru mesin, juru masak, memperbaiki dan mengoperasikan jaring serta menyortir
hasil tangkapan.
5) Metode pengoperasian
Pengoperasian dogol umumnya dilakukan pada pagi hari. Pada
pengoperasiannya dibagi menjadi lima tahap yaitu : persiapan, penentuan daerah
penangkapan ikan, pemasangan jaring (setting), penarikan jaring (hauling), dan
penyortiran serta pemindahan hasil tangkapan ke dalam palka. Pada tahap
persiapan nelayan mempersiapkan perbekalan, mengecek kondisi mesin kapal,
dan menyusun jaring untuk mempermudah dalam proses setting di laut. Kapal
berangkat dari fishing base menuju fishing ground pada pukul 05.30 WIB. Waktu
yang ditempuh dari fishing base menuju fishing ground sekitar 1– 2 jam.
Umumnya nelayan menentukan fishing ground berdasarkan pengalaman dari hasil
tangkapan sebelumnya dan dengan melihat jumlah kapal yang berada di daerah
tersebut. Semakin banyak kapal yang beroperasi, nelayan akan berpikir bahwa
banyak ikan yang dapat ditangkap di perairan tersebut.
Setelah sampai di fishing ground, nelayan melakukan proses setting yang
berlangsung kira-kira 10-20 menit. Proses setting diawali dengan penurunan
pelampung tanda disisi kanan kapal. Tali terus diulur membentuk lingkaran searah
66
jarum jam. Setelah hampir membentuk lingkaran, seluruh jaring beserta
pelampungnya diturunkan secara serentak. Kemudian tali terus diulur sampai
kapal kembali mencapai pelampung tanda.
Setelah setting selesai dilakukan, kapal bergerak perlahan sekitar 5 menit,
kemudian penarikan jaring dimulai dengan menaikkan pelampung tanda ke atas
kapal. Setelah itu nelayan memuntal sebagian tali selambar di gardan untuk
penarikan jaring hingga ke atas kapal. Umumnya waktu yang diperlukan untuk
melakukan proses hauling sekitar 15-20 menit.
Setelah hasil tangkapan dikeluarkan dari bagian kantong maka dilakukan
penyortiran dan pemindahan ikan-ikan hasil hasil tangkapan ke dalam palka. Ikan-
ikan yang tertangkap disortir bedasarkan jenis dan ukurannya. Semua hasil
tangkapan dibawa kembali oleh nelayan dan tidak ada yang dibuang kembali ke
laut.
6) Hasil tangkapan
Hasil tangkapan utama dari dogol adalah udang jerbung, udang bago, dan
udang krosok. Adapun hasil tangkapan sampingannya terbagi menjadi dua
kelompok yaitu hasil tangkapan sampingan ekonomis tinggi dan ekonomis
rendah. Hasil tangkapan sampingan ekonomis tinggi antara lain kakap, kerapu,
rajungan, sotong dan cumi-cumi sedangkan hasil tangkapan sampingan ekonomis
rendah antara lain ikan sebelah, pari, cucut, gurita, belanak dan pepetek.
3. Jaring Arad
1) Deskripsi
Jaring arad diklasifikasikan ke dalam pukat udang. Alat tangkap ini banyak
dikenal dengan nama cungking trawl atau mini otter trawl. Jaring arad
dikelompokkan ke dalam jenis otter trawl karena pada alat ini dilengkapi dengan
alat pembuka mulut jaring (otter board) (Subani dan Barus, 1989). Alat tangkap
ini merupakan salah satu alat penangkap ikan yang dioperasikan secara aktif
dengan cara ditarik oleh perahu bermesin. Alat tangkap ini biasanya dioperasikan
di perairan dangkal dengan target tangkapan utama yaitu udang. Secara garis
besar konstruksi jaring arad terdiri dari bagian sayap, badan, dan kantong (Hakim,
67
2006). Jaring arad banyak digunakan oleh nelayan di daerah perairan pantai utara
Jawa dalam skala kecil.
2) Konstruksi
Bagian alat tangkap jaring arad terdiri atas sayap, badan jaring, kantong,
pelampung, pelampung besar, pemberat, palang kayu (danleno) dan papan rentang
(otter board). Jaring arad termasuk ke dalam alat tangkap pukat yang terbagi atas
tiga bagian utama, yaitu sayap, badan dan kantong. Konstruksi dari jaring arad
dapat dilihat pada Gambar 23.
• Sayap
Sayap disebut juga jaring pengarah yang merupakan perpanjangan badan
jaring ke otter board. Sayap berfungsi untuk mengarahkan hasil tangkapan masuk
ke dalam jaring. Sayap pada jaring arad memiliki panjang sebesar 10,5 m dengan
material jaring yang digunakan yaitu PE dengan ukuran mesh size sebesar 43.75
mm. Pada sayap terdapat 2 jenis pelampung yang dipasang yaitu pelampung jenis
I dan pelampung besar. Pelampung jenis I terbuat dari karet berwarna putih.
Pelampung jenis ini berbentuk elips dengan ukuran panjang 16 cm dan diameter 2
cm. Jumlah pelampung jenis I ini sebanyak 10 buah terpasang disepanjang sayap.
Adapun pelampung besar terbuat dari bahan plastik berbentuk silinder. Ukuran
panjang pelampung ini yaitu 30 cm dengan diameter 12.5 cm. Jumlah pelampung
besar yang digunakan hanya satu buah dipasang pada bagian tengah mulut.
• Badan
Badan jaring pada jaring arad berfungsi untuk mengurung obyek yang telah
digiring oleh sayap. Badan jaring terletak di bagian tengah jaring arad dimana
pada sudut depan kiri dan kanan badan jaring berhubungan dengan sayap kanan
dan kiri, sedangkan pada bagian belakang badan berhubungan langsung dengan
bagian kantong. Adapun material jaring yang digunakan pada bagian badan jaring
yaitu PE dengan dengan panjang sebesar 4,5 m dan ukuran mata jaring (mesh size)
sebesar 37.5 mm. Disepanjang badan jaring bagian atas terpasang pelampung
jenis II untuk menjaga agar mulut jaring arad tetap terbuka sempurna. Pelampung
jenis ini terbuat dari karet berbentuk kubus dengan dimensi p x l x t yaitu 4,5 x 2,5
x 2,5 cm. Jumlah pelampung jenis ini sebanyak 13 buah.
68
• Kantong
Kantong berfungsi sebagai tempat berkumpulnya hasil tangkapan. Kantong
pada jaring arad memiliki panjang sebesar satu meter dan mesh size sebesar 20
mm. Pada bagian ujung kantong diikat dengan tali pengikat menggunakan simpul
cod end knot. Adapun penggunaan simpul tersebut ialah untuk memudahkan
dalam mengeluarkan hasil tangkapan.
• Tali ris bagian sayap
Tali ris atas dipergunakan untuk menghubungjan kedua sayap jaring bagian
atas melalui mulut bagian atas. Tali ris atas terbuat dari bahan PE multifilament
dengan diameter 4 cm dan panjang 9 meter. Adapun tali ris bawah digunakan
untuk menghubungkan kedua sayap jaring bagian bawah melalui mulut bagian
bawah. Tali ris bawah pada alat tangkap jaring arad terbuat dari bahan rami
dengan panjang 11 meter dan diameter 1 cm. Adapun perbedaan panjang tali ris
atas dan bawah ini menyesuaikan dengan ukuran badan jaring.
• Otter board
Otter board berfungsi untuk menjaga agar sayap jaring terbuka ke kanan dan
ke kiri dengan baik. Otter board terbuat dari kayu dan semen yang dicor dengan
dimensi p x l x t yaitu 100 x 60 x 2 cm. Dengan adanya otterboard ini, jaring arad
diklasifikasikan sebagai pukat tarik (trawl), namun karena ukurannya yang jauh
lebih kecil dibandingkan dengan trawl, maka jaring arad disebut juga mini trawl.
Gambar 23 Konstruksi jaring arad
3) Kapal
69
Kapal yang digunakan pada pengoperasian jaring arad adalah kapal motor
tempel berbahan kayu jati dengan dimensi L x B x D yaitu 8 x 2,8 x 1,5 meter.
Kapal ini digerakkan dengan menggunakan mesin dengan merk Dongfeng. Mesin
ini memiliki umur teknis ±5 tahun dengan kekuatan sebesar 16 PK. Adapun bahan
bakar yang digunakan adalah solar dengan kebutuhan solar per trip sebanyak 15-
20 liter.
4) Nelayan
Mayoritas nelayan jaring arad yang ada di Kabupaten Subang adalah
penduduk asli setempat dan sebagian kecil merupakan nelayan pendatang yang
berasal dari Indramayu, Karawang dan Cirebon. Nelayan jaring arad di Kabupaten
Subang terbagi menjadi dua yaitu nelayan pemilik (juragan) dan nelayan buruh.
Adapun pengoperasian jaring arad di Kabupaten Subang dilakukan oleh 2-3 orang
nelayan, dimana satu orang bertugas sebagai nahkoda kapal dan sisanya bertugas
mengoperasikan jaring. Jumlah nelayan yang sedikit ini dikarenakan ukuran kapal
dan alat tangkap yang digunakan merupakan unit penangkapan yang masih
tradisional dan memiliki ukuran yang kecil.
5) Metode pengoperasian
Pengoperasian jaring arad dilakukan secara one day fishing dimana kapal
berangkat pada pagi hari yaitu pada pukul 04.00 dan kembali pada siang atau sore
hari pada pukul 14.00. Jaring arad dioperasikan di daerah pantai dengan tipe dasar
perairan lumpur berpasir. Kedalaman perairan berkisar antara 15-60 m dengan
topografi dasar perairan yang relatif datar. Jaring arad dapat dioperasikan
sepanjang tahun, namun intensitas pengoperasiannya dipengaruhi oleh musim
penangkapan. Wilayah pengoperasian jaring arad adalah di sekitar perairan
Subang seperti Pantai Blanakan, Pantai Mayangan, Perairan Legonkulon, dan
Perairan Ciasem.
Pada proses pengoperasian jaring arad terdapat beberapa tahap yaitu:
1) Penentuan daerah penangkapan ikan (Fishing ground)
Sebelum alat tangkap disetting, nelayan terlebih dahulu menentukan tempat
yang diperkirakan terdapat target tangkapan. Pada tahap penentuan daerah
penangkapan ini nelayan tidak menggunakan alat Bantu seperti fish finder dan
70
sejenisnya. Nelayan menentukan daerah penangkapan dengan menggunakan
pengalamannya selama melaut.
2) Setting alat tangkap
Setelah daerah penangkapan ikan ditentukan, nelayan akan menyiapkan jaring
arad untuk segera disetting. Sebelum jaring arad disetting, jaring arad ditata
terlebih dahulu agar tidak terbelit saat sedang dioperasikan. Jaring yang terbelit
akan mengganggu proses terbukanya mulut jaring arad sehingga mulut jaring
arad tidak terbuka dengan sempurna.
3) Penarikan jaring arad (towing)
Setelah jaring tertata dengan baik di dalam perairan, kemudian nelayan akan
mulai melakukan penarikan jaring arad. Penarikan jaring arad dilakukan dengan
tujuan untuk menyapu dasar perairan sehingga ikan dan udang yang ada di dasar
perairan dapat tertangkap. Adapun kecepatan kapal saat melakukan penarikan
jaring harus konstan agar bukaan mulut jaring arad tetap terbuka dengan
sempurna.
4) Pengangkatan jaring (hauling)
Setelah dilakukan penarikan jaring, maka dilakukan pengangkatan jaring arad ke
atas kapal untuk melihat hasil tangkapan. Proses penarikan jaring dimulai
dengan menarik tali ris terlebih dahulu sampai dengan bagian kantong jaring.
Setelah bagian kantong berhasil ditarik ke atas kapal, kemudian ikatan pada
ujung kantong dilepaskan dan hasil tangkapan dikeluarkan.
5) Penanganan hasil tangkapan.
Setelah hasil tangkapan dikeluarkan dari dalam kantong, kemudian hasil
tangkapan segera dibersihkan terlebih dahulu untuk menghilangkan lumpur
yang tercampur dengan hasil tangkapan. Hal ini terjadi karena jaring arad
dioperasikan di dasar perairan yang berlumpur. Adapun setelah hasil tangkapan
dibersihkan, nelayan melakukan melakukan penyortiran berdasarkan jenis dan
ukuran hasil tangkapan. Semua hasil tangkapan akan dibawa kembali oleh
nelayan dantidak ada yang dibuang kembali ke laut.
6) Hasil tangkapan
Hasil tangkapan jaring arad terbagi menjadi dua kategori yaitu hasil
tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Adapun hasil tangkapan utama
71
jaring arad adalah udang jerbung (Penaeus merguiensis), udang krosok
(Parapenaeopsis sculptilis) dan udang bago (Pebaeus marguensis). Adapun hasil
tangkapan sampingan jaring arad dibagi menjadi dua kelompok yaitu hasil
tangkapan sampingan bernilai ekonomis tinggi dan hasil tangkapan sampingan
bernilai ekonomis rendah. Adapun hasil tangkapan sampingan yang bernilai
ekonomis tinggi yaitu rajungan (Portunus sp), sotong (Sepia sp) dan cumi-cumi
(Loligo sp). Sedangkan untuk hasil tangkapan bernilai ekonomis rendah yaitu
beberapa jenis ikan seperti pepetek (Leioghnatus sp), gulamah (Pseuosorena sp),
beloso (Saurida tumbil), kerong-kerong (Therapon theraps), sebelah (Psettodes
erumei), pari (Trygan sephen), cucut (Squalus sp), dan gurita (Octopus sp).
4. Jaring Millenium
1) Dekripsi
Jaring millennium merupakan jenis alat tangkap gillnet yang telah
dimodifikasi dari gillnet pada umumnya, perbedaannya terdapat pada bahan
jaring yang memiliki serat pilinan monofilament serta warna jaringnya. Jaring
gillnet pada umumnya dibuat dari bahan nylon multifilament berwarna biru gelap,
sementara jaring millennium dibuat dari nylon multi monofilament yang
transparan. Jaring multi monofilament umumnya menggunakan bahan yang tipis,
sehingga jaring lebih halus dibandingkan dengan jaring monofilament atau jaring
multifilament. Hal itu membuat jaring multi monofilament lebih fleksibel di
bawah air.
2) Konstruksi
Bagian-bagian pada jaring millennium terdiri atas badan jaring, tali ris atas
dan bawah, pelampung, dan pemberat. Desain dan konstruksi dari jaring
millennium dapat dilihat pada Gambar 24.
• Badan jaring
Badan jaring merupakan bagian yang berfungsi untuk menghadang ikan
secara vertikal. Bahan yang digunakan adalah Polyamide monofilament berwarna
putih transparan dengan ukuran jaring satu piece yaitu yaitu 75 x 10 meter. Dalam
keadaan terentang, jaring millennium pada tiap piecenya memiliki jumlah mata
jaring sebanyak 1230 mata pada arah horizontal dan 90 mata pada arah vertikal.
72
Nelayan menggunakan bahan Polyamide monofilament karena bahan ini memiliki
beberapa kelebihan diantaranya memungkinkan ikan-ikan kecil dapat terjerat
dalam serat pilinan dan menjadi umpan untuk ikan yang berukuran besar. Bahan
ini relatif tahan lebih lama terhadap pembusukan atau pelapukan dan tidak
berpengaruh terhadap lamanya perendaman dalam perairan. Selain itu bahan ini
tidak menyerap air sehingga lebih ringan dalam proses penarikan jaring.
• Pelampung
Pelampung jaring yang digunakan terbuat dari bahan plastik. Pelampung ini
berbentuk elips dengan ukuran panjang 139 mm dan diameter 38 mm. Jumlah
pelampung dalam satu piece sebanyak 25 buah dengan jarak antar pelampung 300
cm. Jaring millennium memiliki pelampung tambahan yang disebut pelampung
umbul. Pelampung ini berbentuk elips yang terbuat dari plastik atau Styrofoam.
Pelampung umbul memiliki ukuran tinggi 25 cm dan diameter 10 cm. Pelampung
tanda diikatkan pada kayu dan dihubungkan ke bagian akhir jaring dengan
menggunakan tali. Pelampung tanda ini pada umumnya berupa bendera atau
lampu.
• Pemberat
Pemberat yang digunakan terbuat dari semen cor berbentuk lingkaran pipih
dengan diameter 15 cm tebal 2 cm dan berat 400 gram. Pemberat dipasang dengan
jarak 9 meter. Pemberat tidak diikatkan dengan menggunakan tali pemberat, tetapi
diikat pada badan jaring bagian bawah dengan menggunakan tali.
• Tali ris
Tali ris terdiri dari tali ris atas dan tali ris bawah. Tal iris atas terbuat dari PE
multifilament dengan diameter 6 mm. panjang tali ris atas adalah 80 m. Tal iris
atas terdiri dari dua tali. Satu utas tali digunakan sebagai tali pelampung dan satu
utas lainnya digunakan sebagai penggantung badan jaring. Tali pelampung
mempunyai karakteristik sama dengan tali penggantung yaitu terbuat dari bahan
PE multifilament dengan diameter 6 mm dan panjang 80 m. Jaring millennium
tidak dilengkapi dengan tali ris bawah, sehingga pemberat hanya diikatkan pada
bagian bawah badan jaring.
73
(a)
(b)
Gambar 24 Desain (a) dan konstruksi (b) gillnet millennium
74
3) Kapal
Kapal yang digunakan dalam pengoperasian jaring millennium memiliki
dimensi ukuran L x B x D : 12 x 2,5 x 1,5 meter. Kapal ini menggunakan satu
mesin yang berfungsi sebagai mesin utama. Mesin ini memiliki tonnase sebesar
15 GT dengan merk Mitsubishi 120 PS menggunakan bahan bakar solar. Kapal ini
membutuhkan 80 – 120 liter solar dalam setiap tripnya. Dalam satu trip operasi
penangkapan berlangsung antara satu sampai tiga hari, bergantung pada jumlah
tangkapan yang diperoleh dan banyaknya perbekalan yang dibawa.
4) Nelayan
Jumlah nelayan yang mengoperaiskan jaring millennium sebanyak 4 – 5
orang. Setiap nelayan mempunyai tugas masing-masing yaitu sebagai juru mudi,
juru mesin, dan anak buah kapal. Juru mudi bertugas dalam pencarian fishing
ground dan mengemudikan kapal dari fishing base ke fishing ground. Juru mesin
bertanggung jawab atas kondisi mesin. Adapun anak buah kapal (ABK) bertugas
dalam proses penurunan jaring (setting), penarikan jaring (hauling) dan
memperbaiki alat tangkpa yang rusak.
5) Metode pengoperasian
Jaring millennium biasanya dioperasikan pada malam hari.
Pengoperasiannya dibagi dalam empat tahap yaitu: penentuan fishing ground,
pemasangan jaring (setting), penarikan jaring (hauling), dan penyortiran serta
pemindahan hasil tangkapan ke dalam palka. Sebelum berangkat menangkap ikan
nelayan mengawali dengan mempersiapkan perbekalan, mengecek kondisi mesin
kapal, dan menyusun jaring untuk mempermudah dalam penebaran jaring di laut.
Kapal berangkat dari fishing base menuju fishing ground pada pukul 14.30 WIB.
Waktu yang ditempuh dari fishing base menuju fishing ground sekitar 2 – 3 jam.
Setelah sampai di fishing ground, nelayan melakukan proses setting yang
berlangsung kira-kira 30 menit. Dalam proses setting, jaring dipasang pada posisi
permukaan. Jaring dan kapal dibiarkan hanyut mengikuti arus perairan dan
didiamkan selama + 6 jam untuk menunggu proses hauling. Setting dapat
dilakukan sebanyak 1 -2 kali setiap malamnya tergantung hasil tangkapan yang
diperoleh. Pada penarikan jaring, kapal bergerak maju perlahan. Kemudian tiga
orang nelayan mulai menarik jaring di haluan kanan tanpa menggunakan alat
75
bantu penarik. Masing-masing menarik bagian atas, tengah dan bawah jaring.
Waktu yang dibutuhkan untuk sekali penarikan jaring (hauling) berkisar antara
1,5 – 2 jam, tergantung pada banyaknya hasil tangkapan yang tertangkap dan
sampah yang tersangkut pada jaring.
Tahap akhir yaitu penyortiran dan pemindahan ikan-ikan hasil hasil
tangkapan ke dalam palka. Ikan hasil tangkapan utama ditempatkan dalam palka
yang kedap udara dengan pemberian es yang cukup guna mempertahankan mutu.
Untuk hasil tangkapan sampingan, pemberian es sekedarnya saja dan
dikumpulkan untuk dijual dan sebagian lagi untuk dikonsumsi.
6) Hasil tangkapan
Hasil tangkapan utama dari jaring millennium yaitu ikan tenggiri. Adapun
hasil tangkapan sampingan yang ikut tertangkap antara lain golok-golok,
pepetek, kembung, tetengek, dan manyung.
5. Jaring Klitik
1) Deskripsi
Jaring insang klitik merupakan salah satu jenis gillnet atau jaring insang.
Jaring klitik dioperasikan di dasar perairan yang ditujukan untuk menangkap
udang dan lobster. Jumlah alat tangkap jaring klitik di Kabupaten Subang
menempati urutan kedua setelah jaring rampus. Jaring klitik yang terdapat
memiliki konstruksi yang hampir sama dengan jaring insang lainnya.
2) Konstruksi
Bagian-bagian pada jaring insang klitik terdiri atas badan jaring, tali ris atas
dan bawah, pelampung, dan pemberat. Desain dan konstruksi dari jaring
millennium dapat dilihat pada Gambar 25.
• Badan jaring
Badan jaring merupakan bagian yang berfungsi untuk menghadang ikan
secara vertikal. Bahan yang digunakan adalah nilon monofilament. dengan ukuran
mata jaring yaitu 3,5 inchi. Dalam keadaan terentang, jaring klitik pada tiap
piecenya memiliki jumlah mata jaring sebanyak 1125 mata pada arah horizontal
dan 18 mata pada arah vertikal. Nelayan menggunakan bahan Polyamide
monofilament karena relatif tahan lebih lama terhadap pembusukan atau
76
pelapukan dan tidak berpengaruh terhadap lamanya perendaman dalam perairan.
Selain itu bahan ini tidak menyerap air sehingga lebih ringan dalam proses
penarikan jaring.
• Pelampung
Pelampung jaring yang digunakan terbuat dari bahan PVC. Pelampung ini
berbentuk elips atau lonjong dengan ukuran panjang 50 mm dan diameter 10 mm.
Jumlah pelampung dalam satu piece sebanyak 125 buah dengan jarak antar
pelampung 80 cm.
• Pemberat
Pemberat yang digunakan terbuat dari bahan timah dengan berat satuan 1.5
gram. Jumlah pemberat dalam satu piece sebanyak 500 buah. Jaring insang klitik
juga dilengkapi dengan pemberat jangkar yang berfungsi supaya alat tangkap
tetap berada di dasar perairan dan tidak berpindah tempat.
• Tali ris
Tali ris terdiri dari tali ris atas dan tali ris bawah. Tal iris atas terbuat dari PE
multifilament dengan diameter 3 mm. panjang tali ris atas adalah 60 m. Tali ris
atas terdiri dari dua tali. Satu utas tali digunakan sebagai tali pelampung dan satu
utas lainnya digunakan sebagai penggantung badan jaring. Tali pelampung
mempunyai karakteristik sama dengan tali penggantung yaitu terbuat dari bahan
PE multifilament dengan diameter 3 mm dan panjang 60 m. Jaring klitik juga
dilengkapi tali ris bawah dengan diameter 2 mm. Tali ris bawah mempunyai
ukuran yang lebih panjang daripada tali ris atas yaitu 80 mm. Tali ris bawah
terdiri dari dua tali. Satu utas tali berfungsi sebagai tali pengikat jaring bagian
bawah dan satu utas lainnya sebagai tali pemberat. Tali pemberat memiliki
karakteristik yang sama dengan tali pengikat jaring yaitu terbuat dari PE
multifilament dengan diameter 2 mm dan panjang 80 m.
77
(a)
(b)
Gambar 25 Desain (a) dan konstruksi (b) jaring klitik
3) Kapal
Kapal yang digunakan dalam pengoperasikan jaring klitik memiliki dimensi
ukuran L x B x D : 6,5 x 0,8 x 0,5 meter. Kapal ini menggunakan satu mesin
yang berfungsi sebagai mesin utama. Mesin ini memiliki ukuran sebesar 8 PK
dengan merk Dongfeng menggunakan bahan bakar solar.
78
4) Nelayan
Jumlah nelayan yang mengoperasikan jaring klitik sebanyak 2 – 3 orang.
Setiap nelayan mempunyai tugas masing-masing yaitu sebagai juru mudi dan anak
buah kapal. Juru mudi bertugas dalam pencarian fishing ground dan
mengemudikan kapal dari fishing base ke fishing ground. Adapun anak buah
kapal (ABK) bertugas dalam proses penurunan jaring (setting), penarikan jaring
(hauling) dan memperbaiki alat tangkapan yang rusak.
5) Metode pengoperasian
Operasi penangkapan dengan jaring klitik menggunakan perahu motor
tempel. Kegiatan setting dimulai pada saat matahari terbenam sekitar pukul 17.00
WIB. Kemudian jaring dibiarkan terendam di dasar perairan selama satu mala dan
baru diangkat keesokan paginya. Kegiatan setting dilakukan dengan menurunkan
jaring di sebelah kanan lambung kapal. Hauling dilakukan setelah jaring direndam
selama 10 – 13 jam. Penarikan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 04.00 WIB.
Kegiatan hauling dimulai dengan pengangkatan pelampung tanda, kemudian
secara bertahap dilakukan pengangkatan badan jaring. Hasil tangkapan yang
tertangkap umumnya tertangkap dengan cara terpuntal.
6) Hasil tangkapan
Hasil tangkapan utama dari jaring klitik adalah udang dan lobster. Adapun
hasil tangkapan sampingan yang tertangkap antara lain ikan selar kuning, ikan
sembilang, ikan teri dan rajungan.
6. Jaring Rampus
1) Deskripsi
Jaring rampus termasuk dalam klasifikasi jaring insang tetap. Jaring insang
tetap adalah salah satu jenis jaring insang yang dioperasikan pada dasar perairan.
Hasil tangkapan utama dari jaring insang tetap adalah ikan bawal putih. Adapun
hasil tangkapan sampingannya antara lain manyung, gulamah, selar, kuniran, dan
kuro. Jaring rampus di Kabupaten Subang tidak berbeda jauh dengan jaring
rampus pada umumnya. Jaring rampus hampir ditemukan di semua kecamatan di
Kabupaten Subang yang berada di wilayah pesisir.
79
2) Konstruksi
Bagian-bagian dari jaring rampus terdiri atas tubuh jaring, tali ris atas tali ris
bawah, tali pemberat, pemberat, tali pelampung dan pelampung. Desain dan
konstruksi dari jaring rampus ditunjukkan pada Gambar 26.
• Badan jaring
Tubuh jaring terbuat dari bahan PA monofilament berdiameter 0,2 mm dan
ukuran mata jaring 4,5 inchi. Warna bahan jaring adalah putih transparan agar alat
tangkap yang dipasang di dasar perairan akan tersamar sehingga tidak menakuti
ikan dan ikan akan terjerat. Jumlah mata jaring vertikal sebanyak 35 mata,
sedangkan jumlah mata horizontal sebanyak 1798 mata.
• Pelampung
Pelampung terbuat dari bahan PVC berbentuk lonjong dengan ukuran panjang
14 cm. Jumlah pelampung sebanyak 50 buah dalam satu piece. Jarak antar
pelampung 1 m. Penggunaan pelampung sangat penting, agar mata jaring dapat
terbuka di dalam air.
• Pemberat
Pemberat terbuat dari bahan dengan berat satuan 13 gram. Pemberat tambahan
berfungsi sebagai jangkar, yaitu batu besar dengan berat sekitar 3 kg. Jumlah
pemberat dalam satu piece sebanyak 300 buah. Karena penempatan jaring berada
di dasar perairan maka pemberat memiliki peran penting untuk menjaga
kedudukan jaring agar tetap di tempat. Hal itu menjadi penting karena pengaruh
arus yang dapat menggeser kedudukan jaring dari tempat semula, dan bisa
mengubah kedudukan jaring dalam menghadang ikan.
• Tali ris
Tali ris atas terbuat dari bahan PE berdiameter 6 mm dengan panjang 70 m
berwarna hijau. Pada tali ris atas diikatkan tali pelampung yang berfungsi untuk
memasangkan pelampung pada jaring. Adapun tali pelampung terbuat dari bahan
PE berdiameter 8 mm dengan panjang 70 m berwarna hijau. Jaring rampus juga
dilengkapi tali ris bawah terbuat dari bahan PE berdiameter 3 mm dengan panjang
100 m berwarna hijau. Pada tali ris bawah diikatkan tali pemberat yang berfungsi
untuk memasangkan pemberat pada jaring. Adapun tali pemberat terbuat dari
bahan PE berdiameter 3 mm dengan panjang 100 m.
80
(a)
(b)
Gambar 26 Desain (a) dan konstruksi (b) jaring rampus
81
3) Kapal
Kapal yang digunakan dalam pengoperasian jaring insang tetap di
Kabupaten Subang yaitu jenis jukung yang terbuat dari fiber dan dilengkapai
dengan katir. Kapal ini menggunakan mesin berkekuatan 15 PK. Kapal yang
digunakan mempunyai ukuran panjang 8,5 m; lebar 1,2 m; dan dalam 0,8 m. katir
di sebelah kanan dan kiri kapal berfungsi sebagai penyeimbang atau mengurangi
efek gerakan oleng pada kapal, sehingga memudahkan nelayan dalam
mengoperasikan kapal dalam operasi penangkapan ikan.
4) Nelayan
Jumlah nelayan dalam pengoperasian jaring insang tetap di Kabupaten
Subang sebanyak 2 – 3 orang. Masing-masing nelayan mempunyai tugas yang
berbeda. Satu orang sebagai pengemudi kapal dan yang lainnya menurunkan alat
pada saat setting dan hauling. Pada saat musim paceklik, nelayan lebih cenderung
tidak melakukan operasi penangkapan ikan melainkan hanya memperbaiki jaring
yang rusak.
5) Metode Pengoperasian
Operasi penangkapan dimulai saat berangkat dari fishing base ke fishing
ground. Nelayan berangkat menuju fishing ground sekitar pukul 02.00 WIB dan
waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke fishing ground sekitar 2 jam. Setelah tiba
di fishing ground, pelampung tanda dan jangkar diturunkan, selanjutnya dilakukan
penurunan jaring (setting). Setelah semua jaring terentang sempurna nelayan
menunggu selama setengah jam sampai satu jam, kemudian dilakukan penarikan
jaring (hauling). Hasil tangkapan yang didapat dimasukkan ke dalam drum yang
sudah dipersiapkan sebelumnya. Hasil tangkapan disimpan menggunakan es
untuk proses pengawetan agar tetap segar.
7. Pancing Rawai
1) Deskripsi
Pancing rawai diklasifikasikan kedalam kelompok alat tangkap pancing.
Pancing rawai atau longline adalah suatu pancing yang terdiri dari tali utama
(main line), kemudian disepanjang tali utama tersebut digantungkan tali cabang
82
(branch line) yang di ujungnya diberi mata pancing secara berderet pada jarak
tertentu. Panjang tali utama pada rawai berkisar ratusan meter hingga mencapai
puluhan kilometer (Subani dan Barus, 1989).
2) Konstruksi
Komponen utama pancing rawai yang ada di Kabupaten Subang adalah : tali
selambar (main line), tali cabang (branch line), mata pancing (hook), pemberat,
dan pelampung. Konstruksi dari pancing rawai dapat dilihat pada Gambar 27.
• Tali utama (main line)
Tali utama pada pancing rawai ini terbuat dari bahan PA (Polyamide)
dengan nomor 1500. Panjang tali utama secara keseluruhan sekitar 250 m. Tali
utama pada rawai berfungsi sebagai tempat terikatnya tali cabang dimana mata
pancing dipasang.
• Tali cabang (branch line)
Tali cabang (branch line) merupakan tali yang dipasang disepanjang tali
utama pada rawai dan di bagian ujungnya terdapat mata pancing. Tali cabang
dipasang secara berderet dengan jarak 2,5 m untuk menghindari terbelitnya tali
cabang yang satu dengan tali cabang yang lainnya. Pemasangan tali cabang pada
tali utama menggunakan simpul. Pada alat tangkap ini dipasang sebuah
pelampung berbahan styrofoam pada salah satu ujungnya, sedangkan bagian
ujung lainnya diikatkan pada bagian perahu.
• Mata pancing
Mata pancing yang digunakan pada pancing rawai ini terbuat dari bahan
stainless steel. Jenis mata pancing yang berbahan stainless digunakan oleh nelayan
karena harganya yang relatif murah dan cukup tahan lama. Adapun ukuran mata
pancing yang digunakan disesuaikan dengan ikan yang ingin ditangkap. Biasanya
nelayan menggunakan mata pancing nomor 6 untuk menangkap kakap merah,
sedangkan untuk menangkap ikan kuro nelayan menggunakan mata pancing
nomor 4. Jumlah mata pancing yang dioperasikan sebanyak 100 buah mata
pancing.
83
Gambar 27 Konstruksi pancing rawai
3) Kapal
Kapal yang digunakan dalam pengoperasian pancing rawai merupakan jenis
perahu motor tempel. Perahu motor temple tersebut terbuat dari bahan kayu
dengan dimensi L x B x D yaitu 9 x 1,2 x 0,8 meter. Adapun mesin yang
digunakan adalah jenis mesin tempel dengan merk Giandong berkekuatan 6 PK.
4) Nelayan
Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap pancing rawai ini berjumlah 2 -
3 orang, dengan satu orang sebagai nahkoda, satu orang sebagai pemasang umpan,
dan satu orang lainnya bertugas memasang (setting) alat tangkap. Nelayan
pancing rawai di Kabupaten Subang merupakan penduduk setempat yang bekerja
sebagai nelayan penuh.
5) Metode pengoperasian
Pancing rawai yang ada di Kabupaten Subang merupakan jenis rawai dasar.
Alat tangkap ini ditujukan untuk menangkap jenis ikan-ikan demersal. Dalam
pengoperasiannya alat tangkap pancing rawai ini dibagi menjadi beberapa tahap
yaitu pemasangan umpan, pemasangan alat tangkap (setting), penarikan alat
tangkap (hauling) dan penyortiran hasil tangkapan.
Proses pemasangan umpan dilakukan sebelum alat tangkap pancing rawai
ini dioperasikan. Proses ini penting agar target yang ingin ditangkap tertarik
84
dengan bau umpan yang dipasang dan kemudian memakan umpan tersebut.
Adapun proses pemasangan umpan dilakukan oleh 1-2 orang ABK.
Setelah umpan dipasang pada tiap mata pancing, maka proses pemasangan
pancing rawai (setting) siap untuk dilakukan. Pemasangan alat tangkap ini
dilakukan dengan melepaskan pelampung tanda, tali utama dan tali cabang beserta
mata pancing yang telah dipasangi umpan. Setelah alat tangkap selesai dipasang,
berikutnya alat tangkap didiamkan selama beberapa jam dengan tujuan agar
terdapat jeda waktu bagi ikan untuk mendatangi dan memakan umpan.
Setelah alat tangkap dipasang dalam waktu yang cukup lama, nelayan akan
melakukan proses penarikan alat tangkap (hauling).Proses penarikan alat tangkap
dimulai dengan menarik pelampung tanda terlebih dahulu, diikuti dengan
penarikan tali utama (main line) dan tali cabang (branch line). Adapun pembagian
tugas pada proses penarikan jaring yaitu 1-2 nelayan orang menarik dan
merapihkan alat tangkap sedangkan 1 orang lainnya melepaskan hasil tangkapan
dari mata pancing.
Setelah hasil tangkapan dilepaskan dari mata pancing, nelayan akan
melakukan proses penyortiran. Penyortiran dilakukan dengan mengelompokkan
hasil tangkapan berdasarkan jenis dan ukurannya. Adapun semua hasil tangkapan
akan dibawa pulang oleh nelayan dan tidak ada hasil tangkapan yang dilepaskan
kembali ke laut.
6) Hasil tangkapan
Pancing rawai yang dioperasikan di Kabupaten Subang merupakan jenis
rawai dasar yang menangkap jenis ikan-ikan demersal. Adapun hasil tangkapan
utama alat tangkap ini adalah kakap merah (Lutjanus sp.) dan kerapu
(Epinephelus spp.), sedangkan hasil tangkapan sampingannya antara lain remang
(Muraema spp.), pari (rays), manyung dan lain-lain.
8. Bubu Lipat
1) Deskripsi
Bubu lipat adalah alat tangkap ikan yang dipasang secara menetap dalam air
untuk jangka waktu tertentu yang memudahkan ikan masuk dan sulit keluarnya
(Sudirman dan Mallawa 2004). Pemakaian bubu tersebar di seluruh daerah
85
perikanan Indonesia. Bentuk bubu bermacam – macam. Ada yang berbentuk
kotak, silinder dan kerucut, bergantung pada jenis ikan yang menjadi sasaran
tangkapan (Subani dan Barus, 1989). Bentuk bubu lipat yang ada di Kabupaten
Subang berbentuk kotak.
Bubu lipat termasuk ke dalam klasifikasi perangkap. Perangkap adalah
salah satu alat penangkap ikan menetap yang umumnya berbentuk kurungan, ikan
dapat masuk dengan mudah tanpa paksaan, sulit keluar atau lolos karena dihalangi
berbagai cara (Von Brant, 1984).
2) Konstruksi
Bubu lipat yang digunakan di Kabupaten Subang khususnya di Desa
Mayangan memiliki dimensi panjang 40 cm, lebar 25 cm dan tinggi 12 cm. Pada
bubu dipasang pelampung tanda yang terbuat dari bahan karet atau gabus yang
berukuran kecil. Gambar 28 berikut adalah konstruksi dari bubu lipat.
• Bahan
Bahan pembentuk bubu lipat terbuat dari bahan jaring PE multifilament
dengan mesh size 1,5 cm. Bentuk mesh size pada badan jaring berbentuk kotak.
Bahan jaring PE multifilament ini dapat dirobek oleh kepiting bakau betina yang
berukuran besar. Maka dari itu nelayan sering menambal badan jaring dengan
benang PE ataupun tali raffia.
• Mulut
Bentuk mulut bubu pada bubu lipat di Kabupaten Subang yaitu berbentuk
celah. Besarnya celah pada mulut ini mempunyai ukuran sekitar 0,5 – 1 cm. Mulut
bubu dapat merenggang saat kepiting masuk ke dalam bubu.
• Rangka
Rangka bubu terbuat dari besi dengan diameter sekitar 4 mm. Bentuk bubu
yang ada di Kabupaten Subang yaitu berbentuk kubus. Kekuatan dari rangka bubu
lipat ini sekitar satu tahun, jika sudah melebihi umur teknis maka rangka akan
berkarat dan mudah patah. Pada rangka bagian atas diletakkan engsel yang dapat
berfungsi untuk membuka bubu sehingga memudahkan dalam pengambilan hasil
tangkapan.
86
Sumber: Lastari (2007)
Gambar 28 Konstruksi bubu lipat
3) Kapal
Kapal yang digunakan dalam pengoperasian bubu lipat memiliki dimensi
L x B x D : 3 x 1 x 20 cm. Bahan dominan pembentuk kapal yaitu kayu. Kapal
ini menggunakan mesin dengan merk Honda berkekuatan 5 PK. Kapal ini
dilengkapi dengan dayung untuk mengatur posisi kapal saat pemasangan bubu.
4) Nelayan
Nelayan yang mengoperasikan bubu lipat di Kabupaten Subang termasuk ke
dalam nelayan kecil. Nelayan yang mengoperasikan bubu lipat sebanyak 2 orang.
Satu orang bertugas mengemudikan kapal menggunakan dayung dan satu orang
lainnya memasang dan mengangkat bubu saat operasi berlangsung.
5) Metode pengoperasian
Operasi penangkapan dimulai dengan keberangkatan dari fishing base
menuju perairan bakau sekitar pukul 16.00 WIB. Selama perjalanan, nelayan
memasang umpan pada bubu yang akan dipasang. Setelah sampai di fishing
ground, satu per satu bubu dipasang dengan cara melemparkan ke dalam sungai
bakau maupun tambak. Bubu dipasang dengan sistem tunggal sampai bubu
terakhir. Bubu akan direndam selama kurang setengah hari sampai pagi hari.
Proses pengangkatan bubu (hauling) dilakukan pada pukul 05.00 WIB. Bubu
87
diangkat satu per satu ke atas kapal, kemudian hasil tangkapan berupa kepiting
dan rajungan diikat (dibanda) sedemikian rupa agar capitnya tidak melukai
nelayan.
6) Hasil tangkapan
Biasanya bubu lipat digunakan untuk menangkap kepiting bakau dan
rajungan pada perairan bakau. Selain itu hasil tangkapan sampingan berupa udang
dan beberapa jenis ikan juga tertangkap ke dalam bubu, antara lain kepiting batu,
kepiting bolem, ikan lundu, ikan beloso, ikan belodok dan udang peci.
9. Jala Tebar
1) Deskripsi
Jala tebar merupakan alat tangkap yang umum dan hampir dapat dijumpai
dimana-mana. Bentuk jala seperti kerucut, terdiri dari bagian-bagian jaring yang
sekaligus merupakan kantong, cincin pemberat yang terbuat dari timah yang
dirangkai membentuk rantai dan yang diikat disekeliling mulut, dan tali yang
diikat pada bagian ujung jala agar tidak terlepas pada saat jala dioperasikan
(Subani dan Barus, 1989).
2) Konstruksi
Bagian-bagian dari jala tebar yaitu badan jaring, pemberat dan tali pengikat.
Jala tebar yang dioperasikan di Kabupaten Subang mempunyai keliling 4 meter,
tinggi 2,5 - 3 meter, dan dengan ukuran mata 1,5 meter. Konstruksi dari jala tebar
dapat dilihat pada Gambar 29.
88
Gambar 29 Konstruksi jala tebar
3) Metode pengoperasian
Alat tangkap ini dirancang sedemikian rupa sehingga seakan-akan
membentuk kantong di bagian dalam mulut jaring dan memerangkap ikan dan
udang. Penangkapan dilakukan di daerah yang relatif dangkal (pantai) yang
kedalamannya tidak melebihi tinggi dada si nelayan. Pada saat alat tangkap ini
dioperasikan, jaring dilemparkan ditempat-tempat yang mungkin terdapat
ikannya, kemudian pemberat akan menutup dan membuat mulut jaring seolah-
olah menjadi kantong yang memerangkap ikan atau udang yang ada di dalamnya.
Hasil tangkapan utama alat tangkap jala tebar ini adalah udang peci, udang PK.
Adapun hasil tangkapan sampingannya adalah ikan belanak, bandeng, dan lain-
lain.
4.3.3 Nelayan
Nelayan merupakan salah satu bagian penting dari unit penangkapan ikan.
Dalam aktivitas penangkapan ikan mereka terjun langsung untuk melakukan
penangkapan ikan. Usaha perikanan telah memberikan kontribusi nyata terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. Hal ini ditandai dengan jumlah
RTP dan RTPB yang selalu mengalami peningkatan di setiap tahunnya, yaitu
89
antara tahun 1998 – 2001, yang berarti bahwa minat masyarakat pada sektor
perikanan meningkat.
Berdasarkan kepemilikan unit penangkapan ikan, nelayan di Kabupaten
Subang terbagi atas nelayan pemilik dan nelayan buruh. Jumlah total warga Desa
Mayangan yang berprofesi sebagai sebagai nelayan tercatat sebanyak 184 orang.
Dari jumlah tersebut terbagi lagi menjadi nelayan pemilik sebanyak 42 orang dan
nelayan buruh sebanyak 142 orang. Jumlah tersebut merupakan jumlah tertinggi
untuk kawasan Kecamatan Legonkulon. Data mengenai jumlah nelayan di
Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah nelayan di Kabupaten Subang
No Kecamatan/Desa
Nelayan
Nelayan
Jumlah
Persentase
Pemilik Buruh (orang)
(%)
A Kecamatan Blanakan
Desa Cilamaya Girang 24 132 156 4,55 Desa Rawameneng 57 124 181 5,28 Desa Blanakan 219 1.024 1243 36,37 Desa Muara Ciasem 146 735 881 25,71 Desa Tanjung Tiga 65 256 3321 9,37 B Kecamatan Legonkulon
Desa Pangarengan 32 87 119 3,47 Desa Tegalurung 28 102 130 3,79 Desa Mayangan 42 142 184 5,37 Desa Legonwetan 16 78 94 2,74 Desa Anggasari 8 51 59 1,72 C Kecamatan Pusakanagara
Desa Patimban 8 51 59 1,72 Jumlah 649 2778 3427 100
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2003
4.4 Potensi dan Produksi Perikanan
Kabupaten Subang memiliki potensi perikanan yang cukup besar, baik untuk
perikanan darat maupun perikanan lautnya. Perairan laut Kabupaten Subang
90
mencapai 68 km terdapat di wilayah pantura (pantai utara Jawa) dengan laut yang
dapat dimanfaatkan seluas 4 mil dari garis pantai ke arah laut. Berdasarkan data
dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang tahun 2003, Kabupaten
Subang memiliki potensi areal penangkapan di perairan umum yang cukup luas,
yaitu sungai yang melewati 17 kecamatan dengan panjang 714 km dan jumlah situ
sebanyak 25 lokasi yang berada di 15 kecamatan dengan luas area 231,9 km2, dan
rawa yang terdapat di 3 kecamatan dengan luas area 12,6 km2. Untuk budidaya,
luas tambak 10.000 Ha dan yang baru dimanfaatkan 8.254,28 Ha, kolam air
tenang 900 Ha, kolam pembenihan 33,07 Ha, kolam air deras 372 unit dan sawah
untuk mina padi 13.000 Ha yang baru dimanfaatkan 7.050 Ha (Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Subang, 2003). Potensi perikanan di Kabupaten Subang
secara lebih rinci disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Potensi perikanan Kabupaten Subang Tahun 2003
Jenis Kegiatan Perikanan Potensi Pemanfaatan
Penangkapan Laut Sungai
Situ Rawa
Budidaya
Tambak Kolam Air Tenang (KAT) Kolam Pembenihan Kolam Air Deras (KAD) Sawah Minapadi Kolam Ikan Hias
Jalur I, II dan III
714 km
231,9 Ha 12,6 Ha
10.000 Ha 900 Ha
33,07 Ha 511 unit
13.000 Ha 5 Ha
Jalur I, II dan sebagian jalur III Belum dimanfaatkan secara optimal (dikelola sederhana)
8.254,28 Ha 689 Ha 20,2 Ha 372 Unit 7.050 Ha 1,2 Ha
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang tahun 2003
Kabupaten Subang memiliki nilai produksi perikanan yang cukup besar, hal
ini sebanding dengan potensi perikanan yang dimilikinya. Pada tahun 2006
sampai 2008 nilai produksi mengalami peningkatan secara signifikan.
Peningkatan ini disebabkan oleh adanya usaha intensifikasi dan ekstensifikasi di
sektor perikanan dan kelautan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
91
Subang. Setiap tahunnya produksi perikanan mengalami peningkatan yang
signifikan. Peningkatan rata-rata produksi perikanan tahun 2006-2008 sebesar
55,5 %. Peningkatan ini disebabkan oleh bertambahnya armada kapal dan alat
tangkap yang ada di Kabupaten Subang. Data perkembangan nilai produksi
perikanan di Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 7.
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang Tahun 2008
Produksi perikanan tiap daerah di Kabupaten Subang memiliki produktivitas
yang berbeda khususnya pada empat kecamatan yang terletak dekat pesisir.
Produksi perikanan terbesar pada tahun 2007 terdapat pada Desa Blanakan
Kecamatan Blanakan dengan nilai produksi sebesar 10.124,50 ton/tahun. Adapun
Desa Mayangan memiliki produksi terbesar pada Kecamatan Legonkulon dengan
nilai produksi sebesar 650,15 ton/tahun (Tabel 8).
Jenis Usaha Produksi
(Ton) Peningkatan Rata-rata (%)
2006 2007 2008 Penangkapan 1. Laut 2. Perairan Umum Budidaya 1. Tambak 2. Kolam air tenang 3. Sawah 4. Kolam air deras
18.308,017.753,5
554,518.273,99.940,74.406,33.407,8
519,1
18.451,917.914,1
537,818.658,59.947,64.827,52.895,3
998,1
19.647,5 19.097,4
550,0 19.698,9 10.089,9 5.591,6 3.311,7
705,7
3.63.7
-0.43.90.8
12.7-0.431.5
Total 36.581,9 37.110,4 39.346,3 55.5
Tabel 7 Perkembangan Produksi Ikan Kabupaten Subang
92
Tabel 8 Produksi Ikan Laut Kabupaten Subang Tahun 2007
No Kecamatan / Kabupaten (Terletak di Pesisir)
Hasil Ikan Laut (Ton)
I KECAMATAN BLANAKAN 1. Cilamaya Girang 2. Rawa Meneung 3. Blanakan 4. Muara 5. Tanjung Tiga 6. Langensari 7. Jayamukti
427,60 315,20
10.124,50 4.015,20
251,30 tidak ada data tidak ada data
II KECAMATAN LEGON KULON
1. Pangarengan 2. Tegalurung 3. Mayangan 4. Legon Wetan 5. Legon Kulon
372,50 129,25 650,15
tidak ada data tidak ada data
III KECAMATAN SUKASARI
1. Sukamaju 2. Batangsari 3. Anggasari
tidak ada data tidak ada data tidak ada data
IV KECAMATAN PUSAKANAGARA
1. Patimban
1.628,40 Jumlah 17.914,10
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang Tahun 2007
4.5 Musim dan Daerah Penangkapan
Kabupaten Subang dipengaruhi oleh angin muson yang mengakibatkan dua
musim, yaitu Musim Barat dan Musim Timur dengan kecepatan angin rata-rata
3 – 6 m/det. Pada saat Musim Barat, pergerakan arus umumnya menuju kea rah
timur atau arus timur dengan kecepatan berkisar antara 3 – 14 mil/hari. Adapun
Musim Timur bergerak sebaliknya, yaitu menuju arah barat dengan kecepatan
antara 1 – 13 mil/hari.
93
Nelayan di wilayah pesisir Kabupaten Subang menentukan daerah
penangkapan ikan umumnya berdasarkan kebiasaan atau pengalaman nelayan
yang melakukan trip sebelumnya. Apabila hasil tangkapan pada trip sebelumnya
banyak, maka nelayan akan melakukan kegiatan penangkapan pada fishing
ground yang sama. Sebaliknya, nelayan akan mencari daerah penangkapan yang
baru apabila hasil tangkapan pada trip sebelumnya sedikit. Daerah penangkapan
ikan nelayan pesisir Kabupaten Subang tersebar di sekitar Utara Laut Jawa.