4 hasil dan pembahasan 4.1 keragaman nyamuk … · adalah pulau lepar dan pulau pongok. pengamatan...

35
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk Anopheles spp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis nyamuk Anopheles di Desa Riau Kecamatan Riau Silip terdiri atas empat spesies, yaitu An. letifer (Gambar 4), An. barbirostris (Gambar 5), An. nigerrimus (Gambar 6), dan An. indefinitus (Gambar 7). Di antara empat spesies tersebut terdapat An. letifer yang telah dikonfirmasi sebagai vektor di pulau Bangka (Boesri 2007). Nyamuk An. letifer mempunyai ciri khas pada palpi tanpa gelang-gelang pucat (a), bagian sternit abdomen segmen ke tujuh tanpa sikat yang terdiri atas sisik gelap (b), dan tarsi kaki belakang dengan gelang pucat terutama pada pangkalnya (c) (Gambar 4). An. barbirostris mempunyai ciri khas palpi seluruhnya gelap (a), ruas abdomen ke tujuh terdapat sisik/sikat gelap (b), pada costa dan urat I dari sayap terdapat tiga atau kurang noda-noda pucat (c) (Gambar 5). An. nigerrimus mempunyai ciri khas gelang-gelang tarsi kaki belakang sedang, gelang pucat pada ruas 3-4 sama panjangnya dengan atau kurang dari ruas 5 (a), pada sayap terdapat tanda gelap preapical urat satu tanpa sisik-sisik pucat atau kalau ada sedikit (b) (Gambar 6). An. indefinitus mempunyai ciri khas pada probosis gelap seluruhnya (a), gelang pucat di ujung palpi panjangnya dua kali dari panjang gelang gelap dibawahnya (b), gelang pucat subapical palpus panjangnya ½ atau lebih dari panjang gelang subapical (b1) (Gambar 7). Nyamuk An. letifer merupakan jenis nyamuk Anopheles yang terbanyak jumlahnya dalam penelitian ini, dan ditemukan secara teratur pada setiap penangkapan, baik di dalam rumah maupun di luar rumah, sedangkan An. nigerrimus dan An. indefinitus hanya ditemukan satu kali pada penangkapan Maret dan April 2011. Nyamuk An. letifer lebih banyak menyebar di luar rumah, hal ini dapat dilihat dari kelimpahan nisbi dan frekuensi tertangkap dengan umpan orang dan istirahat.

Upload: vuongkhue

Post on 12-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

       

4  HASIL DAN PEMBAHASAN   

4.1  Keragaman Nyamuk Anopheles spp. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis-jenis nyamuk Anopheles di Desa 

Riau Kecamatan Riau Silip terdiri atas empat spesies, yaitu An. letifer (Gambar 4), 

An.  barbirostris  (Gambar  5),  An.  nigerrimus  (Gambar  6),  dan  An.  indefinitus 

(Gambar  7).  Di  antara  empat  spesies  tersebut  terdapat  An.  letifer  yang  telah 

dikonfirmasi sebagai vektor di pulau Bangka (Boesri 2007). 

Nyamuk An. letifer mempunyai ciri khas pada palpi tanpa gelang-gelang 

pucat (a), bagian sternit abdomen segmen ke tujuh tanpa sikat yang terdiri atas 

sisik  gelap  (b),  dan  tarsi  kaki  belakang  dengan  gelang  pucat  terutama  pada 

pangkalnya (c) (Gambar 4). 

An.  barbirostris  mempunyai  ciri  khas  palpi  seluruhnya  gelap  (a),  ruas 

abdomen ke tujuh terdapat sisik/sikat gelap (b), pada costa dan urat I dari sayap 

terdapat tiga atau kurang noda-noda pucat (c) (Gambar 5). 

An.  nigerrimus  mempunyai  ciri  khas  gelang-gelang  tarsi  kaki  belakang 

sedang, gelang pucat pada ruas 3-4 sama panjangnya dengan atau kurang dari ruas 

5 (a), pada sayap terdapat tanda gelap preapical urat satu tanpa sisik-sisik pucat 

atau kalau ada sedikit (b) (Gambar 6). 

An. indefinitus mempunyai ciri khas pada probosis gelap  seluruhnya (a), 

gelang  pucat  di  ujung  palpi  panjangnya  dua  kali  dari  panjang  gelang  gelap 

dibawahnya (b),  gelang  pucat  subapical palpus  panjangnya ½  atau  lebih   dari 

panjang gelang subapical (b1) (Gambar 7). 

Nyamuk  An.  letifer  merupakan  jenis  nyamuk  Anopheles  yang  terbanyak 

jumlahnya  dalam  penelitian  ini,  dan  ditemukan  secara  teratur  pada  setiap 

penangkapan,   baik   di   dalam   rumah   maupun   di   luar   rumah,   sedangkan 

An. nigerrimus dan  An. indefinitus hanya ditemukan satu kali pada penangkapan 

Maret dan April 2011.  Nyamuk An. letifer lebih banyak menyebar di luar rumah, 

hal ini dapat dilihat dari kelimpahan nisbi dan frekuensi tertangkap dengan umpan 

orang dan istirahat.

Page 2: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

2        

b  a 

   

 a    

c   

Gambar 4  An. letifer (a) palpi, (b) ujung abdomen, (c) tarsi belakang      

 

c  a 

  

b   

      

Gambar 5 An. barbirostris (a) palpi, (b) ujung abdomen, (c) sayap 

Page 3: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

3      

b       

a  

a    

b   

Gambar 6  An. nigerrimus (a) tarsi, (b) sayap   

  

        

a   

b  b1       

Gambar 7 An. indefinitus (a) probosis, (b) palpi   

Kelimpahan  nisbi  nyamuk  An.  letifer  di  luar  rumah  (42,65%)  dengan 

frekuensi  (0,88).  An.  barbirostris  merupakan  jumlah  nyamuk  terbanyak  kedua 

setelah An. letifer, dengan kelimpahan nisbi dan frekuensi tertangkap di dalam 

rumah dan di luar rumah tidak jauh berbeda. Kelimpahan nisbi di dalam rumah 

(8,82%)  dengan  frekuensi  (0,31),  dan  yang  di  luar  rumah  (7,35%)  dengan 

frekuensi (0,56). Nyamuk  Anopheles yang sedikit jumlahnya tertangkap adalah 

Page 4: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

4    

An. indefinitus dan An. nigerrimus, masing-masing ditemukan satu ekor dengan 

kelimpahan nisbi (1,47%) di dalam dan di luar rumah (Tabel 1). 

Berdasarkan nilai dominansi ternyata yang tertinggi adalah An. letifer di luar 

rumah (37,32%), kemudian An. barbirostris di luar rumah (4,14%), sedangkan 

An. nigerrimus dan An. indefinitus hanya di temukan satu kali  yaitu di dalam 

rumah dan di luar rumah dengan nilai dominansi masing-masing (0,09%). 

Hasil penelitian ini jika dikaitkan dengan beberapa pengamatan yang telah 

dilakukan di pulau Bangka dan pulau yang terdekat, ditemukan keragaman spesies 

Anopheles  yang  sama,  hal  ini dapat  disebabkan  faktor  lingkungan dan  habitat 

yang   tidak   jauh   berbeda.   Hasil  pengamatan   beberapa   tempat   di  Provinsi 

Kepulauan Bangka Belitung ditemukan nyamuk  An. letifer di Desa  Air  Duren 

Kecamatan Pemali,  Kecamatan Gunung  Muda,  Kecamatan Bakam,  Kecamatan 

Jebus, dan Kecamatan Mentok. Nyamuk  An. barbirostis ditemukan di Kecamatan 

Gunung Muda dan Kecamatan Bakam. Selanjutnya An. nigerrimus ditemukan di 

Kecamatan Jebus dan Kotamadya Pangkalpinang, sedangkan An. indefinitus baru 

ditemukan di Kecamatan Pemali. Pulau yang berdekatan dengan Pulau Bangka 

adalah  Pulau  Lepar  dan Pulau  Pongok.  Pengamatan nyamuk  di Pulau  Pongok 

belum pernah dilakukan, sedangkan hasil survei di Pulau Lepar ditemukan An. 

letifer dan An. nigerrimus. Di beberapa kecamatan  yang ada di Pulau  Bangka 

belum pernah dilakukan penelitian entomologi, termasuk Desa Riau Kecamatan 

Riau Silip (Dinkes Kab. Bangka 2010).  

Tabel  1  Keragaman jenis, kelimpahan nisbi, frekuensi, dan dominansi spesies Anopheles yang tertangkap dengan umpan orang dan istirahat di Desa Riau, Februari-Mei 2011.  

Spesies 

Anopheles 

 

Di dalam                                         Di luar 

KN (%)       Frek       Dom (%)       KN (%)        Frek      Dom (%) 

An. letifer  38,24  0,69  26,29  42,65  0,88  37,32 

An. barbirostris  8,82  0,31  2,76  7,35  0,56  4,14 

An. nigerrimus  1,47  0,06  0,09  0,00  0,00  0,00 

An. indefinitus  0,00  0,00  0,00  1,47  0,06  0,09 

Keterangan :  KN = Kelimpahan Nisbi, Frek= Frekwensi, Dom = Dominansi 

Page 5: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

5    

Hadi  et  al.  (2008)  melaporkan  bahwa  di  Kampung  Matras  Kecamatan 

Sungailiat   ditemukan An. letifer dan An. nigerrimus, begitu pula di Kelurahan 

Bacang  Kotamadya  Pangkalpinang,  ditemukan  satu  spesies  yang  sama  yaitu 

An. nigerrimus, dan satu spesies yang berbeda yaitu An. barbirostris (Qomariah 

2004). 

Nyamuk   Anopheles   spp.   yang   terdapat   di  Pulau   Sumatera   memiliki 

keragaman yang tidak jauh berbeda dengan nyamuk Anopheles yang ada di Desa 

Riau.  Sitorus  (2005)  melaporkan  di  Desa  Tegal  Rejo,  Kecamatan  Belitang, 

Kabupaten  Ogan  Komering  Ulu  (OKU),  Sumatera  Selatan  ditemukan  jumlah 

An. letifer (3,99%) lebih dominan daripada nyamuk An. barbirostris (0,64%), dan 

An.  nigerrimus  (1,80%).  Begitu  pula  di  Desa  Segara  Kembang  Kecamatan 

Lengkiti,  Kabupaten  Ogan  Komering  Ulu  Sumatera  Selatan  ditemukan  An. 

barbirostris dan An. nigerrimus (U’din 2005). Selanjutnya dilaporkan bahwa di 

Desa Pondok Meja, Muaro Duo, Jambi, selain ditemukan An. barbirostris dan An. 

nigerrimus  ditemukan  juga  An.  indefinitus.  Nyamuk  Anopheles  yang  paling 

dominan ditemukan adalah An. barbirostris dengan angka dominansi tertingi di 

luar rumah (10,18%), sedangkan yang terendah adalah An. tesselatus dengan nilai 

dominansi di luar rumah (0,01%) (Maloha 2005). 

Rahmawati (2010) melaporkan bahwa nyamuk Anopheles di Desa Lifuleo, 

Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur ditemukan 

An.   barbirostris   lebih   banyak  dengan  metode  umpan  orang  dalam  rumah 

(30,61%) daripada di luar rumah (27,52%), jumlah  An. nigerrimus lebih banyak 

ditemukan  di  luar  rumah  (23,49%)  daripada  di  dalam  rumah  (18,37%),  An. 

indefinitus  tidak  ada  yang  ditemukan  dengan  umpan  orang.  Sementara  An. 

barbirostris   yang   ada   di   Kecamatan   Padangcermin   Kabupaten   Pesawaran 

merupakan  spesies  yang  sama  ditemukan  Maloha  di  Muaro  Duo  Jambi,  dan 

ditemukan  lebih  banyak  di  luar  rumah  (70,42%)  daripada  di  dalam  rumah 

(29,58%), hal yang sama ditemukan di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung 

Selatan, An. barbirostris lebih banyak di luar rumah (61,73%) daripada di dalam 

rumah  (3,94%).  Nyamuk  Anopheles  spp.  yang  ditemukan  Safitri  (2009)  di 

Kecamatan Padang Cermin Lampung Selatan terdapat jenis nyamuk yang sama

Page 6: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

6    

ditemukan ditempat yang sama, yaitu An. barbirostris dan An. indefinitus (Suwito 

2010). 

Nyamuk  Anopheles  yang  paling  sedikit  ditemukan  ada  dua  jenis  yaitu 

An. nigerrimus dan An. indefinitus. Boesri (2005) melaporkan bahwa nyamuk An. 

nigerrimus  telah  dikonfirmasi  sebagai  vektor  di  Sumatera  Selatan,  dan  tidak 

mempunyai pilihan tertentu tentang sumber darah yang diperlukan, artinya dapat 

mengisap darah manusia atau hewan. 

Nyamuk  An.  indefinitus  selama  penelitian  ditemukan  hanya  satu  ekor 

dengan  umpan  orang  di  luar  rumah,  kemungkinan  besar  nyamuk  ini  memang 

jarang mengisap darah manusia. Rahmawati (2010) melaporkan di Desa Lifuleo, 

Kecamatan Kupang Barat, kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur ditemukan 

An.  indefinitus  lebih  banyak  ditemukan  dengan  perangkap  hewan  (62,5%) 

daripada dengan umpan orang dalam rumah (9,09%) dan luar rumah (22,73%). 

Maloha (2005) melaporkan bahwa An. indefinitus di Desa Pondok Meja, Muaro 

Duo, Jambi lebih banyak ditemukan pada perangkap cahaya dengan kelimpahan 

nisbi  1,47%  dan  umpan  hewan  dengan  kelimpahan  nisbi  2,50%,  sedangkan 

dengan umpan orang tidak  ada  nyamuk  yang  tertangkap. Garjito  et al. (2002) 

melaporkan hal sama bahwa An. indefinitus lebih banyak ditemukan pada umpan 

hewan dengan kelimpahan nisbi 22,70% dibandingkan umpan orang dalam rumah 

(19,77%) dan umpan orang di luar rumah (21,05%). 

Keragaman  dari  Anopheles  yang  diuraikan  di  atas  merupakan  ciri  dan 

kemampuan dari beberapa spesies Anopheles dapat berkembangbiak pada tempat 

yang berbeda tergantung pada karakteristik habitatnya. Hal ini menggambarkan 

adaptasi yang spesifik dari berbagai spesies Anopheles untuk berkembangbiak. 

Nyamuk Anopheles spp. yang paling sering tertangkap baik dengan umpan 

orang  maupun  istirahat  di  Desa  Riau  adalah  An.  letifer  dibandingkan  dengan 

spesies lainnya, hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kubangan di tempat 

teduh, agak gelap, dan air tawar merupakan habitat yang disenangi   An. letifer. 

Nyamuk An. letifer   di Pulau Bangka ditemukan di beberapa tempat, dan telah 

dikonfirmasi sebagai vektor malaria di Bangka (Boesri 2007).

Page 7: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

7    

4.2  Perilaku Mengisap Darah Nyamuk Anopheles spp. 

Nyamuk An. letifer ditemukan dengan kepadatan tertinggi dibandingkan 

dengan nyamuk Anopheles lainnya.  Rata-rata kepadatan nyamuk di dalam rumah 

dan  di  luar  rumah  tidak  berbeda  secara  signifikan,  di  dalam  rumah  0,12 

nyamuk/orang/jam, sedangkan di luar rumah 0,13 nyamuk/orang/jam (Tabel 3). 

An.  letifer  ditemukan  paling  padat  pada  bulan  April  di  luar  rumah  (0,31 

nyamuk/orang/jam). Kepadatan An. letifer pada bulan ini disebabkan indeks curah 

hujan yang tinggi pada minggu kedua (112,43 mm) sehingga banyak habitat yang 

tidak menyusut dan kering. Dari Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku 

nyamuk An. letifer mencari darah cenderung bersifat eksofagik. 

Nyamuk   Anopheles   yang   ditemukan   selain   An.   letifer   adalah   An. 

barbirostris. Rata-rata kepadatan nyamuk An. barbirostris di dalam dan di luar 

rumah menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan, kepadatan di dalam rumah 

0,03 nyamuk/orang/jam, sedangkan di luar rumah 0,02 nyamuk/orang/jam. Hal ini 

belum dapat  menyimpulkan  perilaku  mengisap  darah An.  barbirostris.  Namun 

demikian,   kepadatan   An.   barbirostris   pada   bulan  Februari   dan   Maret 

menunjukkan lebih tinggi di dalam rumah (0,06 nyamuk/orang/jam) daripada di 

luar rumah (0,04  nyamuk/orang/jam),  maka dapat  disimpulkan bahwa perilaku 

An. barbirostris mencari darah cenderung bersifat endofagik. 

Nyamuk Anopheles spp. yang ditemukan di Desa Riau, terdapat kesamaan 

dan  perbedaan  perilaku  mengisap  darah  di  beberapa  tempat.  Juliawaty  (2008) 

melaporkan  bahwa  An.  letifer  di  Palangka  Raya,  Kalimantan  Tengah  paling 

banyak  ditemukan  di  dalam  maupun  di  luar  rumah  pada  bulan  Februari,  dan 

perilaku mengisap darah cenderung bersifat eksofagik dan antropofilik.  

Tabel   2   Rataan kepadatan nyamuk Anopheles spp.  yang  mengisap darah per orang  per jam (Man Hour density) di Desa Riau, Februari-Mei 2011.  

Spesies 

Anopheles 

 

Februari             Maret            April              Mei             Rata-rata 

UD       UL       UD      UL    UD     UL    UD      UL       UD       UL 

An. letifer  0.04  0.02  0.19  0.13   0.23   0.31   0.04  0.06  0.12  0.13 

An.barbirostris  0.06  0.04  0.06  0.04  0  0  0  0  0.03  0.02 

An.nigerrimus  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

An.indefinitus  0  0  0  0.02  0  0  0  0  0  0.005 

Keterangan : UD= Umpan orang dalam rumah, UL= Umpan orang luar rumah 

Page 8: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

8    

Noor   (2002)   melaporkan   bahwa   An.   barbirostris   di   Desa   Sedayu, 

Kecamatan  Loano,   Kabupaten  Purworejo,   Jawa  Tengah  cenderung   bersifat 

endofagik   karena lebih  banyak  mengisap darah orang di dalam rumah (0,036 

nyamuk/orang/jam) daripada di luar rumah (0,015 nyamuk/orang/jam). Hal yang 

berbeda ditemukan di Kecamatan Lengkong, Sukabumi, bahwa An. barbirostris 

cenderung bersifat eksofagik karena lebih banyak ditemukan mengisap darah di 

luar   rumah   (21,67   nyamuk/orang/jam)   daripada   di   dalam   rumah   (6,50 

nyamuk/orang/jam) (Munif et al. 2007). Hal yang sama ditemukan di Desa Alat 

Hantakan   Kalimantan   Selatan,   bahwa   An.   barbirostris   cenderung   bersifat 

eksofagik  karena  lebih  banyak  mengisap  darah  di  luar  rumah  (0,34 

nyamuk/orang/jam)  daripada di dalam rumah (0,07  nyamuk/orang/jam)  (Salam 

2005). 

Perilaku  An.  nigerrimus  mengisap  darah  tidak  dapat  diketahui  karena 

selama  penangkapan  tidak  ada  yang  ditemukan,  baik  yang  di  dalam  rumah 

maupun di luar rumah.  Namun demikian,  informasi mengenai perilaku mengisap 

darah An. nigerrimus dari hasil penelitian yang  telah dilakukan di tempat  lain 

perlu diketahui. Jastal (2005) menyatakan bahwa An. nigerrimus  di Desa Tongoa, 

Donggala,  Sulawesi Tengah  cenderung  bersifat  eksofagik  karena  lebih  banyak 

ditemukan di luar rumah (8,6 nyamuk/orang/jam) daripada di dalam rumah (5,1 

nyamuk/orang/jam), dan An. nigerrimus cenderung menunjukkan perilaku zoofilik 

daripada  antropofilik,  karena  dari  hasil  penangkapan  nyamuk  dewasa  lebih 

banyak  ditemukan  mengisap  darah  hewan  (112  nyamuk/bulan)  daripada  darah 

manusia (6,85 nyamuk/bulan). 

Nyamuk  An.  indefinitus  di Desa  Riau  ditemukan  hanya  satu  kali  pada 

bulan  Maret  dan  menggigit  di  luar  rumah  (0,02  nyamuk/orang/jam).  Hasil 

penelitian ini belum dapat disimpulkan bahwa An. indefinitus lebih padat di luar 

rumah  dan  bersifat  eksofagik,  karena  nyamuk  ini  hanya  ditemukan  satu  ekor. 

Kemungkinan  nyamuk  An.  indefinitus  jarang  menggigit  orang,  seperti  yang 

ditemukan di Desa Lufileo Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, bahwa An. 

indefinitus   merupakan   spesies   yang  jarang  ditemukan   menggigit  orang 

(Rahmawati 2010). Hal yang sama ditemukan di di Desa Pondok Meja, Muaro 

Duo, Jambi bahwa  An. indefinitus tidak ditemukan dengan menggunakan umpan

Page 9: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

9    

orang,  dan  hanya  ditemukan  dengan  perangkap  cahaya  dan  umpan  hewan 

(Maloha  2005).  Namun,  kemungkinan  juga  An.  indefinitus  cenderung  bersifat 

eksofagik karena di Desa Cikarawang  Kecamatan Darmaga,  Kabupaten Bogor, 

Jawa Barat, ditemukan An. indefinitus cenderung bersifat eksofagik (Hasan 2006).   

4.3  Perilaku Istirahat Nyamuk Anopheles spp. 

Gambaran  nyamuk  Anopheles  spp.  yang  istirahat  per orang  per  jam di 

Desa  Riau,  Kecamatan  Riau  Silip  disajikan  pada  Tabel  3.  An.  letifer  yang 

tertangkap istirahat di dalam dan di luar rumah mulai ditemukan pada bulan Maret 

dengan kepadatan 0,16 dan 0,08 nyamuk/orang/jam, dengan kepadatan tertinggi 

terjadi  pada  bulan  April  di  luar  rumah  (0,24  nyamuk/orang/jam).  Rata-rata 

kepadatan An. letifer lebih padat di luar rumah (0,08 nyamuk/orang/jam) daripada 

di  dalam  rumah  (0,04  nyamuk/orang/jam).   Dari  hasil  penelitian  ini  dapat 

disimpulkan  bahwa  kebiasaan  nyamuk  An.  Letifer  mencari  tempat  istirahat 

cenderung bersifat eksofilik.  Hasil penelitian ini berbeda dengan yang ditemukan 

di   sekitar   Pusat   Reintroduksi   orangutan   Nyaru   Menteng,   Palangkaraya, 

Kalimantan  Tengah,  karena  perilaku  istirahat  An.  letifer  cenderung  bersifat 

endofilik (Juliawaty 2005). 

Jenis   nyamuk   lain   yang   ditemukan  pada   saat   istirahat   adalah   An. 

nigerrimus walaupun dalam jumlah yang sedikit, bahkan pada bulan Februari dan 

bulan Maret tidak ditemukan. Pada bulan April baru ditemukan di dalam rumah 

satu  kali  dengan  kepadatan  0,08  nyamuk/orang/jam,  pada  bulan  Mei  tidak 

ditemukan lagi, maka belum dapat disimpulkan perilaku istirahat nyamuk ini.  

Tabel  3  Rataan  kepadatan  nyamuk  Anopheles  spp.  istirahat  di  Desa  Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011  

Spesies 

Anopheles 

 

Februari           Maret             April            Mei           Rata-rata 

Dd       Dl       Dd        Dl       Dd      Dl      Dd      Dl       Dd       Dl 

An. letifer  0  0  0,16  0,08  0  0,24  0  0  0.04  0.08 

An. barbirostris  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

An. nigerrimus  0  0  0  0  0,08  0  0  0  0.02  0 

An. indefinitus  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

Keterangan : Dd=Dinding Dalam, Dl=Dinding Luar 

Page 10: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

10    

Walaupun demikian, dari hasil penelitian ditempat  lain dapat  diketahui 

bahwa An. nigerrimus mencari tempat istirahat cenderung eksofilik, seperti yang 

ditemukan di Desa Pondok Meja, Jambi Luar Kota, Muaro Jambi, Jambi, dapat 

diketahui bahwa nyamuk ini cenderung bersifat eksofilik (Maloha 2005). 

An. barbirostris dan An. indefinitus tidak diketahui perilaku istirahatnya 

karena dari penangkapan nyamuk istirahat tidak ditemukan selama empat bulan di 

dalam dan di luar rumah. Namun,   dari hasil penelitian Rianti (2002) di Desa 

Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, dapat diketahui 

bahwa  perilaku  An.  barbirostris  mencari  tempat  istirahat  cenderung  bersifat 

eksofilik. 

An. barbirostris, An. nigerrimus, dan An. indefinitus selama penangkapan 

nyamuk istirahat ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, bahkan ada yang 

tidak ditemukan, maka untuk dapat menyimpulkan nyamuk di Desa Riau bersifat 

endofagik atau eksofagik, endofilik atau eksofilik perlu dilakukan penelitian yang 

lebih lama.   

4.4  Hubungan MBR Anopheles spp. Dengan Kasus Malaria 

Data  angka  kesakitan  malaria  dari  Puskesmas  Riau  Silip,  Kabupaten 

Bangka  dari  Bulan  Februari  sampai  Mei  2011  di  ambil  berdasarkan  MoMI 

(monthly malaria incidence) dan MoPI (monthly parasite incidence). Pengertian 

MoMI  adalah  angka  kesakitan  malaria  berdasarkan  gejala  klinis  per  1000 

penduduk dalam satu bulan dan di satu lokasi yang sama yang dinyatakan dalam 

‰  (permil).  MoPI  adalah  berdasarkan angka  yang  diperoleh dari sediaan ulas 

darah yang positif mengandung Plasmodium dalam satu bulan di satu wilayah 

dibandingkan  terhadap  jumlah  penduduk  berisiko  pada  bulan  yang  sama,  dan 

dinyatakan dalam ‰ (permil) (Ditjen PP&PL 2009). Kasus penyakit malaria di 

Desa Riau Kecamatan Riau Silip berdasarkan MoMI dari bulan Februari hingga 

April 2011 berturut-turut adalah  4,26‰, 6,17‰, 6,75‰, dan 6,05‰. Berdasarkan 

MoPI  tidak  ada  kasus  penyakit  malaria  yang  ditemukan  hingga  bulan  April, 

kemudian pada bulan Mei baru ditemukan dua kasus (Tabel 4).

Page 11: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

0-11 1-4 5-9 10-14 > 15

 

 

11    

Tabel  4  Data kasus penyakit malaria di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011  

Positif  

Bulan  MK MoMI (‰) 

Jml 

bln              thn            Thn              Thn             Thn L    P     L    P     L     P     L     P     L    P     L     P 

 MoPI (‰) 

Februari  12  4,26  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

Maret  11  6,17  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

April  19  6,75  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0  0 

Mei  14  6,05  0  0  0  0  1  0  0  0  1  0  2  0  14,28 

Keterangan:  MK= Malaria klinis, MOMI  =Data kasus malaria dengan gejala klinis perbulan (‰) MOPI =Data kasus malaria dengan pemeriksaan mikroskopis perbulan (‰).  

Angka  kesakitan  malaria  klinis  berdasarkan  MoMI  mengalami 

peningkatan dari bulan Februari (4,26‰) menjadi (6,17‰) kemudian meningkat 

(6,75‰)  di  bulan  April,  dan  kembali  turun  pada  Bulan  Mei  (6,05‰).  Kasus 

penyakit positif malaria dengan pemeriksaan mikroskop (MoPI)  ditemukan bulan 

Mei pada anak-anak usia 6,3 tahun dan remaja usia 14,7 tahun disaat kepadatan 

An. letifer menurun (0,05 nyamuk/orang/malam). 

Malaria  terjadi  sebagai  interaksi  antara  penderita,  parasit  Plasmodium, 

lingkungan  dan  adanya  vektor  (nyamuk  Anopheles  spp.).  Hasil  pemeriksaan 

mikroskopis selama tiga bulan penelitian (Februari-Mei 2011) terhadap penderita 

demam  tidak  ditemukan  Plasmodium  positif.  Penderita  malaria  dengan  positif 

Plasmodium  baru  ditemukan  dua  orang  pada  bulan  Mei,  yaitu  Plasmodium 

falcifarum dan Plasmodium tertiana. Jenis nyamuk yang diduga sebagai vektor 

malaria di Desa Riau adalah An. letifer bila dilihat dari kepadatannya yang diukur 

dengan angka MBR (Tabel 5). 

Hubungan  antara  kasus  malaria  selama  empat  bulan  (MoPI)  dengan 

kepadatan  MBR  An.  letifer  selama  empat  bulan  di  sajikan  pada  Gambar  8. 

Hubungan  kepadatan  An.  letifer  dengan  angka  kesakitan  malaria  menunjukan 

grafik yang berbanding terbalik. Pada saat kepadatan An. letifer meningkat pada 

bulan  Februari-April,  maka  kasus  penyakit  berdasarkan  MoPI  tidak  ada  yang 

ditemukan. Tetapi ketika kepadatan nyamuk menurun (0,02 nyamuk/orang/jam) 

pada bulan Mei, maka kasus penyakit malaria dengan pemeriksaan laboratorium 

baru ditemukan (14,28‰). 

Page 12: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

Kep

adat

anny

amuk

An.

letife

r (n

yam

uk/o

rang

/mal

am) 

Ang

kaM

oPI 

 

MBR  0,06  0,07  0,01  0,005  0  0  0  0,01  0,15 

 

 

12    

Tabel  5   Rataan kepadatan nyamuk Anopheles spp. mengisap darah orang per malam (MBR) di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011 

 

An. nigerrimus   An. indefinitus  Rataan 

UOD  UOL  UOD  UOL  UOD  UOL  UOD  UOL  MBR 

Februari  0,02  0,01  0,03  0,02  0  0  0  0  0,02 

Maret  0,09  0,06  0,02  0  0  0  0  0,01  0,05 

April  0,11  0,16  0  0  0  0  0  0  0,07 

Mei  0,02  0,03  0  0  0  0  0  0  0,01 

Rataan  

Keterangan : UOD=Umpan Orang dalam, UOL=Umpan Orang Luar Rataan MBR (/orang/malam)    

0,12 

0,1 

0,08 

0,06 

0,04 

0,02 

16 

14 

12 

10 

0 Februari  Maret  April  Mei 

An.letifer  0,02  0,09  0,11  0,02 

MoPI  0  0  0  14,28   

Gambar  8  Hubungan   angka   kesakitan   malaria   bulanan   (MoPI)   dengan kepadatan   nyamuk  An. letifer (MBR) di Desa Riau,  Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Februari-Mei 2011  

Hasil perhitungan  korelasi pearson  antara  kepadatan  (MBR)  An.  letifer 

dengan kasus malaria berdasarkan MoPI pada bulan Februari-Mei  2011 diperoleh 

nilai r = -0,57, hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang tidak cukup 

erat antara kepadatan nyamuk An. letifer dengan kasus malaria. Oleh karenanya 

kasus  malaria di Desa Riau  belum tentu disebabkan oleh An. letifer walaupun 

telah dikonfirmasi sebagai  vektor penularan malaria di Bangka (Boesri 2007). 

Page 13: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

13    

Jarak  antara kepadatan  tertinggi An.  letifer  mengisap  darah pada  bulan 

April  dengan  munculnya  kasus  malaria  pada  bulan  Mei  menunjukkan  masa 

inkubasi  intrinsik  dari  penyakit  malaria.  Masa  inkubasi  intrinsik  adalah  mulai 

masuknya sporozoit kedalam tubuh manusia hingga timbul gejala demam, yaitu 

selama 8-37 hari (Muklis 2011).   

4.5  Hubungan MBR Nyamuk  Anopheles spp. Dengan ICH 

Curah  hujan  di Desa  Riau  Kecamatan  Riau  Silip  bulan  (Februari-Mei) 

berkisar antara 43,7-157,4 mm/bulan, dan pada bulan April curah hujan tertinggi 

mencapai 157,4  mm/bulan dan mengalami penurunan pada bulan Mei menjadi 

154,2 mm/bulan  hingga 39,4 mm/bulan. Jumlah hari hujan pada bulan Februari, 

Maret, April dan Mei masing-masing adalah 15 hari hujan, 23 hari hujan, 20 hari 

hujan dan 19 hari hujan. Jumlah indeks curah hujan dari bulan Februari-Mei 2011 

mengalami fluktuasi, pada bulan Februari (166 mm/bulan), kemudian naik (169,5 

mm/bulan) selanjutnya naik  lagi (249,3  mm/bulan), dan pada bulan Mei turun 

(210,8 mm/bulan) (BMKG Pangkalpinang, 2011). 

Selama penelitian berlangsung (Februari-Mei 2011) keadaan indeks curah 

hujan dari awal sampai akhir  penelitian sangat  fluktuatif .  Indeks curah  hujan 

tertinggi terjadi pada minggu ke sepuluh penangkapan (112,43  mm/bulan) dan 

terendah pada minggu ke limabelas (16,89 mm/bulan) (Lampiran 2). 

Indeks  curah  hujan  sangat  mempengaruhi  keberadaan  habitat 

perkembangbiakan larva nyamuk Anopheles. Indeks curah hujan mempengaruhi 

kepadatan nyamuk An. Letifer dan An. Barbirostris yang diduga dapat menularkan 

penyakit  malaria  di  Desa  Riau.  Selama  penelitian  berlangsung  (Februari-Mei 

2011)  keadaan  indeks  curah  hujan  sangat  fluktuatif,  demikian  juga  kepadatan 

nyamuk Anopheles spp. (Gambar 9). 

Indeks curah hujan pada bulan Februari menurun (166  mm/bulan) maka 

kepadatan nyamuk Anopheles spp. yang ditemukan mengisap darah orang juga 

menurun  (0,02  nyamuk/orang/jam).  Demikian  pula  pada  bulan  Maret,  indeks 

curah hujan (169,53 mm/bulan) tidak jauh berbeda dengan bulan Februari, maka 

kepadatan nyamuk Anopheles spp. ikut naik (0,05 nyamuk/orang/jam).

Page 14: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

Indekcurahhujan(m

m) 

 MB

R(/

oran

g/m

alam

 

 

14    

0,1 

0,09 

0,08 

0,07 

0,06 

0,05 

0,04 

0,03 

0,02 

0,01 

300  250  200  150  100  50 

0   Februari            Maret              April                Mei 

ICH  166,02  169,53  249,34  210,78 

MBR  0,02  0,05  0,07  0,01   

Gambar   9   Hubungan indeks curah hujan (mm/bulan) dengan kepadatan nyamuk Anopheles   spp.   (MBR)   di  Desa   Riau   Kecamatan   Riau   Silip, Kabupaten Bangka, Februari-Mei 2011.  

Kepadatan nyamuk Anopheles spp. ditemukan paling tinggi pada bulan 

Maret dan April (0,05 dan 0,07 /orang/malam), sedangkan pada bulan Mei indeks 

curah hujan menurun diiringi menurunnya kepadatan nyamuk Anopheles spp. 

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan hubungan yang tidak erat (r = 0,47)), 

dan didapatkan nilai koefisien determinasi (R² = 0,22), artinya pengaruh indeks 

curah hujan terhadap kepadatan nyamuk Anopheles yang ada di Desa Riau hanya 

sebesar 22%. 

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Rahmawati 

(2010) di Desa Lifuleo, hubungan antara curah hujan dengan kepadatan Anopheles 

berbanding  lurus,  artinya  curah  hujan  tinggi  diikuti  meningkatnya  kepadatan 

nyamuk  Anopheles  spp.  Sementara  di  Kabupaten  Rajabasa  dan  Pesawaran 

Lampung Selatan  dilaporkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara indeks 

curah hujan dengan jumlah An. sundaicus hinggap di badan per orang per malam 

(Suwito  2010).  Keadaan  yang  berbeda  terjadi  di  Desa  Tongoa,  Donggala, 

Sulawesi  Tengah,  curah  hujan  kurang  mempengaruhi  angka  kepadatan  An. 

barbirostris dan An. nigerrimus,tetapi kepadatan nyamuk Anopheles dipengaruhi 

oleh  pertumbuhan  padi,  dimana  pada  saat  padi  membutuhkan  air,  kepadatan 

Page 15: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

Kep

adat

anny

amuk

Ano

phel

es 

(nya

muk

/ora

ng/j

am) 

 

 

15    

nyamuk juga meningkat dan saat musim panen atau mengolah sawah, kepadatan 

nyamuk juga menurun (Jastal 2005).   

4.6  Aktivitas Mengisap Darah Pada Malam Hari 

Nyamuk Anopheles mempunyai aktivitas mengisap darah pada malam hari 

(nokturnal)  dan  mempunyai  fluktuasi  aktivitas  mengisap  darah  pada  jam-jam 

tertentu. Nyamuk   Anopheles spp. yang berhasil ditangkap dengan umpan orang 

setiap jam selama 12 jam menunjukan fluktuasi aktivitas mengisap darah nyamuk 

An. letifer dan An. barbirostris, karena kedua spesies nyamuk merupakan yang 

paling sering ditemukan selama penangkapan mulai bulan Februari hingga Mei 

2011 (Gambar  10 dan 11). 

Di  dalam  rumah,  aktivitas  mengisap  darah  An.  letifer  menunjukkan 

fluktuasi secara teratur, dan mengisap darah sepanjang malam, mulai mengisap 

darah  pukul 18.00  hingga  06.00  WIB.  Puncak  kepadatan  mengisap  darah  An. 

letifer terjadi pada  pukul 19.00-20.00  WIB  di saat  orang  berkumpul  di ruang 

keluarga. Aktivitas mengisap darah di dalam rumah terjadi lagi pada waktu orang 

sedang istirahat tidur (24.00-02.00 WIB).   

0,18 

0,16 

0,14 

0,12 

0,1 

0,08 

0,06 

0,04 

0,02 

0 18- 19 

19- 20 

20- 21 

21- 22 

22- 23 

23- 24 

24- 01 

01- 02 

02- 03 

03- 04 

04- 05 

05- 06 

An.letifer  0,02  0  0,06  0  0,17   0,06   0,06   0,02  0  0,04   0,06   0,02 

An.barbirostris  0  0  0  0,02   0,02   0,04   0,02  0  0  0  0  0 

An.indefinitus  0  0  0  0  0  0  0  0,02  0  0  0  0   

Gambar  10  Rata-rata  kepadatan  nyamuk  Anopheles   spp.   yang  tertangkap dengan  umpan orang dalam rumah per orang per jam di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011. 

Page 16: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

16    

Nyamuk  An.  barbirostris  mulai  aktif  mengisap  darah  di  dalam  rumah 

mulai pukul 19.00 WIB hingga pukul 01.00 WIB, dan puncak mengisap darah 

terjadi lagi pada pukul 21.00-22.00 WIB, pada waktu penduduk sudah istirahat 

tidur. Selama penelitian nyamuk An. indefinitus hanya ditemukan satu kali pada 

pukul  01.00-02.00  WIB,  sedangkan  nyamuk  An.  nigerrimus  tidak  ada  yang 

ditemukan. 

Aktivitas mengisap darah An. letifer di Desa Riau menunjukkan persamaan 

waktu   mengisap   darah   pada   beberapa   tempat.   Friaraiyatini   et   al.   (2006) 

melaporkan  bahwa  A.  letifer  di  Desa  Sedayu,  Kecamatan  Loano,  Kabupaten 

Purworejo, jawa Tengah, aktivitas mengisap darah mulai pukul 18.00 WIB, dan 

puncaknya pada pukul 22.00WIB. Keadaan yang tidak jauh berbeda di Kampung 

Bongor, Grik yang terletak di bagian timur barat Hulu Perak, Malaysia, bahwa 

aktivitas mengisap darah An. letifer sejam selepas senja dan meningkat setelah 

dua jam (Yee 2008). An. letifer di Desa Alat  Hantakan, Hulu Sungai Tengah, 

Kalimantan Selatan ditemukan di dalam rumah dengan aktivitas mengisap darah 

sepanjang malam dari pukul 18.00 hingga pukul 06.00 pagi (Salam 2005). 

Nyamuk Anopheles yang menunjukkan aktivitas mengisap darah di dalam 

rumah selain An. letifer adalah A. barbirostris, dan ditemukan mengisap darah 

sepanjang  malam.   Hal  ini  tidak  berbeda  dengan  aktivitas  mengisap  darah 

An.   barbirostris  di  Desa  Tongoa,   Donggala,   Sulawesi  Tengah,   ditemukan 

sepanjang malam dari pukul 18.00-06.00 baik di dalam maupun di luar rumah, 

dan puncak kepadatan mengisap darah di dalam rumah terjadi pada pukul 22.00- 

24.00 (Jastal 2005). 

Nyamuk An. indefinitus tidak menampakan fluktuasi aktivitas mengisap 

darah karena nyamuk yang tertangkap hanya satu ekor di dalam rumah selama 

empat bulan penangkapan (Tabel 2). Hasil penelitian di tempat lain merupakan 

informasi yang dapat menjelaskan perilaku aktivitas mengisap darah nyamuk An. 

nigerrimus.  Jastal  (2005)  menyatakan  bahwa  aktivitas  mengisap  darah  An. 

nigerrimus berfluktuasi dari pukul 18.00-06.00, dan puncak mengisap darah di 

dalam rumah pada pukul 22.00-24.00. Di Sulawesi Tengah nyamuk  ini belum 

dikonfirmasi sebagai vektor penyakit malaria.

Page 17: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

Kep

adat

anny

amuk

Ano

phel

es 

(nya

muk

/ora

ng/ja

m) 

 

 

17    

0,09 

0,08 

0,07 

0,06 

0,05 

0,04 

0,03 

0,02 

0,01 

0   18‐    19‐    20‐    21‐    22‐    23‐    24‐    01‐    02‐    03‐    04‐    05‐ 19  20  21  22  23  24  01  02  03  04  05  06 

An.letifer  0,0  0,0  0,0  0,0  0,0  0,0  0,0  0,0  0,0  0,0  0,0  0,0 

An.barbirostris   0  0  0,0  0,0  0  0,0  0  0  0  0  0,0  0   

Gambar 11  Rata-rata   kepadatan  nyamuk   Anopheles   spp.   yang   tertangkap dengan  umpan  orang  luar  rumah  pada  jam  18.00-06.00  WIB  di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011  

Di luar rumah, aktivitas mengisap darah nyamuk An. letifer di Desa Riau 

mulai menjelang senja (18.00-19.00 WIB), pada waktu orang berkumpul di teras 

rumah.  Kebiasaan  masyarakat  di desa  Riau  setelah  sholat  atau  setelah  makan 

malam duduk santai di teras rumah. Puncak mengisap darah di luar rumah pada 

waktu menjelang malam (22.00-23.00 WIB), dan aktivitas mengisap darah mulai 

menurun  menjelang  pagi.  Kemudian aktivitas  mengisap  darah An.  barbirostris 

mulai di  luar  rumah  menjelang  malam dan  berakhir  tengah  malam,  yaitu  dari 

pukul 21.00 sampai 01.00 WIB, dan puncak mengisap darah pada pukul 23.00- 

24.00 WIB (Gambar 6). 

Aktivitas nyamuk Anopheles spp. mengisap darah menunjukkan waktu dan 

puncak  mengisap  darah  yang  bervariasi  pada  beberapa  tempat.  Jastal  (2005) 

melaporkan  bahwa aktiviats  mengisap  darah An.  barbirostris di Desa Tongoa, 

Donggala,  Sulawesi  Tengah  dari  pukul  18.00-06.00  WITA  dengan  puncak 

kepadatan mengisap darah di luar rumah terjadi pada pukul 22.00-24.00 WITA. 

Sementara di Desa Segara kembang, Kecamatan Lengkiti, Ogan Komering Ulu, 

Sumatera Selatan, ditemukan An. barbirostris mulai mengisap darah di luar rumah 

mulai pukul 18.00-20.00 WIB, dan puncak  mengisap darah terjadi pada pukul 

24.00-02.00 WIB (U’din 2005). Selanjutnya di Kecamatan Lengkong, Sukabumi 

Page 18: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

18    

ditemukan An. Barbirostris mengisap darah sepanjang malam, dan terdapat dua 

kali puncak mengisap darah, yaitu pukul 19.00-20.00 dan pukul 02.00-03.00 WIB 

(Munif et al. 2007). 

Fluktuasi  aktivitas  mengisap  darah  nyamuk  Anopheles  di  Desa  Riau 

menunjukan perbedaan puncak mengisap darah, hal ini dapat di pengaruhi iklim, 

seperti angin dan curah hujan. Dari beberapa kali penangkapan yang dilakukan 

tidak ada terasa angin pada waktu menjelang malam, tetapi pada waktu menjelang 

tengah malam hingga menjelang fajar terasa angin semilir. Kemudian curah hujan 

selama empat bulan termasuk tinggi karena hampir setiap hari hujan. Munif et al. 

(2007) menyatakan bahwa puncak aktivitas mengisap darah nyamuk Anopheles 

pertama  kali  sebelum  tengah  malam  dan  menjelang  pagi,  keadaan  ini  dapat 

berubah karena adanya pengaruh suhu, kelembaban udara dan angin yang dapat 

menyebabkan bertambah dan berkurangnya kehadiran nyamuk di suatu tempat.   

4.7  Karakteristik Habitat Larva Anopheles spp. 

4.7.1   Jenis Habitat Potensial 

Jenis habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. yang di 

temukan di Desa Riau Kecamatan Riau Silip sebanyak 24 titik yang terdiri dari 7 

jenis habitat (Tabel 6), dan tersebar di empat dusun, yaitu sembilan titik di Dusun 

Riau, lima titik di Dusun Simpang Lumut, Empat titik di Dusun Sinar Gunung, 

dan enam titik di Dusun Tirus (Tabel 7). 

Selama pengamatan empat bulan, hanya satu habitat potensial yang positif 

ditemukan larva Anopheles dengan kepadatan 0,01 larva/cidukan, sedangkan 23 

habitat  tidak  ditemukan  larva  Anopheles  spp.  Keberadaan  predator  pada  suatu 

habitat  dapat  mengurangi  populasi  nyamuk.  Predator  yang  ditemukan  pada 

sebagian habitat terdiri atas berudu dan ikan, maka hal ini merupakan salah satu 

penyebab sulitnya menemukan larva Anopheles spp. Juliawati (2008) melaporkan 

di   sekitar   pusat  Reintroduksi   orangutan   nyaru   Menteng,   Palangkaraya, 

Kalimantan   Tengah   tidak   ditemukan   larva   Anopheles   spp.   dari   13   titik 

pengamatan habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp.

Page 19: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

19    

Tabel  6  Jenis habitat potensial perkembangbiakan larva Anopheles spp.  di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011  

Jenis Habitat  Jumlah  Habitat 

Positif 

Kepadatan                Persentase 

(larva/cidukan) 

Parit  7  0  0  29.17 

Kubangan  8  1  0,01  33.33 

Rawa-rawa  1  0  0  4.17 

Sumur  2  0  0  8.33 

Kolong  3  0  0  25 

Kubakan  2  0  0  8.33 

Kolam  1  0  0  4.17 

Jumlah  24  0  0,01  100   

Larva Anopheles yang ditemukan pada habitat kubangan di Dusun Tirus, 

kemudian  di  pelihara,   dan  setelah   menjadi  nyamuk   Anopheles  dewasa  di 

identifikasi dengan kunci identifikasi nyamuk dewasa Sumatera dan Kalimantan 

oleh  O’Connor  dan  Soepanto   (Ditjen  PP   &  PL  2000).   Hasil  identifikasi 

menunjukan bahwa larva yang ditemukan adalah nyamuk An. letifer. 

Jenis-jenis  habitat  yang  ditemukan  di  Desa  Riau  dari  bulan  Februari 

hingga Mei 2011 dapat dijelaskan sebagai berikut :   

4.7.1.1 Parit 

Parit  merupakan  lahan  basah  buatan  berupa  perairan  mengalir.  Selain 

istilah  parit,  istilah  selokan  juga  kadang  digunakan  untuk  menyebut  perairan 

mengalir buatan berukuran kecil (Puspita et al. 2005). 

Pengamatan larva selama empat bulan tidak ditemukan larva Anopheles. 

Pengukuran karakteristik  habitat  didapatkan kisaran suhu 27-28ºC, pH 6,9-7,1, 

salinitas  0‰,  kekeruhan  6-12  NTU,  dasar  parit  berupa  lumpur  dan  pasir, 

kedalaman parit mencapai 5-20 cm, tidak terdapat tanaman air, terdapat berudu 

dan  ikan  yang  berpotensi  sebagai  predator  larva  nyamuk  (Gambar  12).  Parit 

merupakan habitat potensial larva Anopheles spp. seperti di Desa Doro Kabupaten 

Maluku Selatan ditemukan An. farauti, An. punctulatus, dan An. vagus (Mulyadi 

2010). 

Page 20: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

20                

a)  Parit 1  b) Parit 2  c) Parit 3             d) Parit 4  e) Parit 5  f) Parit 6            

g) Parit 7  

Gambar 12   Parit merupakan habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau  Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011  

Di Kecamatan Padangcermin dan Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan, 

parit merupakan habitat nyamuk Anopheles spp. (Suwito 2010), demikian juga di 

lembah Artibonite Haiti (Caillouet et al. 2007).   

4.7.1.2 Kubangan 

Kubangan adalah lekukan pada daratan yang berisi air bercampur lumpur 

(Poerwadarminta 2006).

Page 21: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

21              

a)   Kubangan 1  b) Kubangan 2  c) Kubangan 3            d) Kubangan 4  e) Kubangan 5  f) Kubangan 6            

g) Kubangan 7  h) Kubangan 8   

Gambar  13   Kubangan merupakan habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011  

Kubangan yang ditemukan sebanyak 8 habitat, dan hanya satu habitat yang 

positif dengan kepadatan 0,01 larva/cidukan. Karakteristik habitat yang diamati 

pH  6,0-6,7,  suhu  24-27ºC,  salinitas  0‰,  kekeruhan  6-41  NTU,  dasar  habitat 

lumpur, kedalaman 5-27 cm, tidak terdapat tanaman air, dan terdapat ikan kepala 

timah  dan  berudu  (Gambar  13).  Sekitar  kubangan  terdapat  tanaman  peneduh, 

karena  tumbuhan  yang  ada  ditempat  perindukan  nyamuk  merupakan  tempat 

berlindung  bagi  larva,  dan  dapat  dijadikan  nyamuk  dewasa  sebagai  naungan 

Russel et al. (1963).

Page 22: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

22    

Habitat  yang disenangi larva Anopheles spp. bervariasi, seperti di Desa 

Doro  ditemukan  An.  farauti  dan  An.  vagus  pada  habitat  kubangan  (Mulyadi 

2010). Begitu pula An. vagus dan An. barbirostris ditemukan di Rajabasa dan 

Padangcermin, Lampung Selatan pada habitat kubangan (Suwito 2010).   

4.7.1.3 Rawa-rawa 

Rawa-rawa adalah tanah rendah yang selalu tergenang air karena tidak 

ada pelepasan air (drainase) (Click 2011). Rawa-rawa di Desa Riau merupakan 

genangan air yang luas dan terdapat vegetasi seperti rumput air, kerapatan rumput 

air yang tinggi, dan tidak mengalir (Gambar 14). 

Karakteristik  habitat  terdiri  atas  pH  6,3-6,4,  suhu  28ºC,  salinitas  0‰, 

kekeruhan 6-14 NTU, kedalaman air pada bagian pinggir 12-15 cm, dasar habitat 

tanah liat, terdapat tanaman rumput, dan ditemukan ikan. Larva Anopheles tidak 

ditemukan,   tetapi   habitat   rawa-rawa   merupakan   habitat   potensial   tempat 

perkembangbiakan   larva   Anopheles   spp.   (Gambar   14).   Mulyadi   (2010) 

melaporkan   bahwa   An.   farauti   di  desa   Doro   ditemukan  pada   rawa-rawa. 

Sementara  nyamuk  Anopheles  spp.  yang  ditemukan  di  Kecamatan  Rajabasa 

lampung selatan dan Kecamatan Padangcermin Pesawaran pada rawa-rawa lebih 

beragam.                

Gambar  14   Rawa-rawa merupakan habitat potensial perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011

Page 23: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

23    

Di Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan ditemukan An. sundaicus, An. 

barbirostris, An. subpictus, An. vagus, dan An. aconitus, sedangkan di Kecamatan 

Padangcermin Pesawaran ditemukan An. sundaicus, An. vagus, dan An. subpictus 

(Suwito  2010). Demikian juga  larva Anopheles spp. di Kenya ditemukan pada 

rawa-rawa (Mwangangi et al. 2007).   

4.7.1.4 Sumur  

Sumur adalah lubang yang sengaja dibuat menembus lapisan tanah untuk 

memperoleh air, minyak, atau gas (Poerwadarminta, 2006). 

Sumur yang ditemukan di Desa Riau tidak digunakan/dimanfaatkan lagi, 

sumur  pertama  terletak  di areal perkebunan  dan  dibawah  pohon  jambu,  maka 

banyak jambu dan ranting busuk di dalam sumur, sedangkan sumur kedua terletak 

di areal terbuka dan di kelilingi tanaman rumput (Gambar 15). 

Air sumur bersuhu 24-25ºC, salinitas 0‰, pH 5,4-6,1, kekeruhan 2 NTU, 

dasar sumur berupa tanah liat dan pasir, kedalaman 2-2,5 meter, tidak terdapat 

tanaman air, dan terdapat  ikan. Larva Anopheles spp. tidak ditemukan, namun 

merupakan  habitat  potensial  karena  sudah  tidak  digunakan/dimanfaatkan  lagi 

(Gambar 15).             

a) Sumur 1  b) Sumur 2   

Gambar  15  Sumur  merupakan  habitat  potensial  perkembangbiakan  nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011

Page 24: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

24    

Mulyadi  (2010)  menyatakan  bahwa  larva  An.  farauti  di  Desa  Doro 

Halmahera  Selatan  ditemukan  pada  sumur  yang  sudah  tidak  digunakan  lagi 

dengan kepadatan rata-rata 1,7 larva/cidukan, terdapat ganggang hijau, kedalaman 

80-120 cm, dasar pasir dan dinding terbuat dari semen. Sementara itu,  Suwito 

(2010) melaporkan bahwa An. sundaicus, An. annularis, An. vagus, dan An. kochi 

di Kecamatan Rajabasa dan Padangcermin dapat hidup dan berkembang di dalam 

sumur.   

4.7.1.5 Kolong  

Kolam/danau   bekas   penambangan  (dikenal  dengan   sebutan  kolong) 

adalah perairan/badan air yang terbentuk dari lahan bekas penambangan bahan 

galian (Wardoyo dan Ismail 1998 dalam Puspita et al. 2005). 

Gambar  pertama  dan  kedua  bekas  tambang  timah  yang  sudah  lama 

sehingga banyak di tumbuhi semak belukar di sekelilingnya, dan gambar kolong 

tiga merupakan kolong  yang  baru di tinggalkan sehingga  masih  meninggalkan 

warna air keruh berwarna putih (Gambar 16). 

Kolong  berisi  air  dengan  pH  6,4-7,3,  suhu  26-27ºC,  salinitas  0‰, 

kekeruhan  10-17  NTU,  dasar  kolong  berupa  lumpur  dan  pasir,  kedalaman  air 

dapat  mencapai  10  meter,  terdapat  tanaman  rumput,  juga  terdapat  ikan  dan 

berudu. Dari tiga kolong yang diamati tidak ditemukan larva Anopheles.              a)   Kolong 1  b) Kolong 2  c) Kolong 3  

Gambar 16  Kolong  merupakan  habitat  potensial  perkembangbiakan  nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011

Page 25: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

25    

Qomariah (2004) melaporkan bahwa An. philippinensis, An. peditaeniatus, 

An.  barbirostris  dan  An.  nigerrimus  ditemukan  dari  pencidukan  larva  pada 

Kolong Ijo, Kelurahan Bacang, Kotamadya Pangkalpinang.   

4.7.1.6 Kobakan  

Kobakan  adalah  lubang  kecil  di  tanah  yang  berisi  air  sehabis  hujan 

(Poerwadarminta, 2006). Kobakan di Desa Riau  merupakan lobang kecil/lekuk 

pada tanah berukuran sempit (kurang dari 1  m ²), hanya berisi air pada waktu 

hujan dan tidak permanen (Gambar 17). 

Selama  pengamatan  tidak  ada  ditemukan  larva  Anopheles  spp.  Hal  ini 

kemungkinan disebabkan air kobakan berwarna merah keruh, dan pada kobakan 

kedua terdapat predator berudu. 

Habitat kobakan di Desa Riau tidak ditemukan larva Anopheles. Kobakan 

terletak  pada  areal terbuka  dengan kedalaman   6-8  cm,  suhu  27°C,  pH 5-6,6, 

salinitas 0‰, dasar kobakan berupa pasir, kekeruhan 2-14 NTU, tidak terdapat 

tanaman  air,  dan  terdapat  berudu.  Larva  Anopheles  spp.  di  beberapa  tempat 

ditemukan di air jernih dan keruh (Gambar 17). 

Larva  An.  sundaicus,  An.  barbirostris  dan  An.vagus  di  Daerah  pantai 

Banyuwangi, Jawa Timur ditemukan pada air keruh dengan kedalaman air 50 cm, 

dan  larva  An.  barbirostris  dan  An.  sundaicus  terdapat  pada  habitat  kobakan 

(Shinta et al. 2003).            

a) Kobakan 1  b) Kobakan 2  

Gambar  17  Kobakan merupakan habitat potensial perkembangbiakann nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011

Page 26: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

26    

Adapun larva An. farauti, An. punctulatus, An. vagus   dan An. kochi di 

Desa Doro, Halmahera Selatan, Maluku Utara, ditemukan pada kobakan dengan 

kedalaman berkisar antara 5-10 Cm, air tidak mengalir, warna air jernih dan keruh 

(Mulyadi 2010).   

4.7.1.8 Kolam 

Kolam merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air dalam jumlah 

tertentu sehingga dapat dipergunakan pemeliharaan ikan dan hewan air lainnya 

(Susanto 1992 di dalam Puspita et al. 2005). 

Kolam terdapat di depan rumah penduduk dengan jarak sekitar 300 meter, 

jarang  dibersihkan  dan  di  dalamnya  terdapat  berudu.  Pada  kolam  seluas  1m² 

terdapat tanaman teratai, pH air berkisar antara 6,2-6,4, suhu 25-27ºC, salinitas 

0‰, kekeruhan 22-23 NTU, dasar kolam berupa tanah dan pasir, kedalaman 10- 

12 cm, terdapat berudu (Gambar 18). Larva Anopheles spp. tidak ditemukan larva 

Anopheles selama empat bulan (Februari-Mei 2011) (Gambar 18). 

Sitorus  (2005)  melaporkan  bahwa  larva  An.  barbirostris  yang  didapat 

selama penelitian (April 2004-Desember 2005) di Desa Tegal Rejo, Kecamatan 

Belitang,  Kabupaten  OKU,  ditemukan  pada  kolam  dengan  kepadatan  0,045 

larva/cidukan. Larva Anopheles spp. di Kenya juga ditemukan pada tipe habitat 

kolam  (Mwangangi  et  al.  2007).  Habitat  larva  Anopheles  yang  ditemukan  di 

Korea  Selatan  ada  51  buah  yang  dikelompokkan  dalam  12  tipe  habitat,  pada 

habitat  kolam  yang  berjumlah  lima  buah  ditemukan  larva  10%  di  Provinsi 

Chungcheongnam dan Jeju Korea Selatan (Rueda et al. 2006).            

Gambar  18  Kolam  merupakan  habitat  potensial  perkembangbiakan  nyamuk Anopheles spp. di Desa Riau  Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011

Page 27: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

27    

4.7.2  Pengukuran Karakteristik Fisik, Kimia dan Biologi Habitat Potensial 

Perkembangbiakan Larva Anopheles spp. 

Pengukuran karakteristik  habitat  potensial perkembangbiakan Anopheles 

dilakukan  satu   bulan  sekali,   sehingga   didapatkan  data   yang   jelas   tentang 

karakteristik   habitat   larva   dan   habitat   potensial   perkembangbiakan   larva 

Anopheles spp. (Lampiran 1). 

Selama pengamatan ditemukan larva Anopheles hanya pada satu habitat 

yaitu habitat kubangan. Sedangkan 23 titik habitat yang dilakukan pengamatan 

selama empat  bulan tidak  ditemukan  larva Anopheles spp.  Hal  ini disebabkan 

banyak faktor yang mempengaruhi, seperti adanya predator, tambang timah rakyat 

yang  masih  aktif,  dan  curah  hujan.  Hasil  pengukuran  karakteristik  habitat 

potensial perkembangbiakan larva Anopheles  yang potisif disajikan pada Tabel 7.   

4.7.2.1 Suhu Air 

Suhu air habitat perkembangbiakan An. letifer dari bulan Februari sampai 

Mei tidak mengalami perubahan (24⁰C), dan suhu ini masih dalam batas suhu 

optimum  untuk  perkembangbiakan  nyamuk  Anopheles  spp.,  yaitu  23⁰C-27⁰C 

(WHO  1982  di  dalam  Mulyadi  2010).  Beberapa  tempat  menunjukan  larva 

Anopheles  spp.  dapat  hidup  dan  berkembangbiak  pada  suhu  yang  bervariasi. 

Larva Anopheles spp. yang ditemukan di Dusun Mataram Lengkong Kabupaten 

Sukabumi menunjukan kisaran suhu optimal air di ketiga kolam antara 22,9⁰C 

sampai  dengan  31,2⁰C  (Saleh  2002).  Suhu  habitat  larva  Anopheles  spp.  yang 

ditemukan  di Desa  Way  Muli  Kecamatan  Rajabasa  lebih  tinggi,  yaitu  33,5°C 

(Setyaningrum 2007).  

Tabel  7  Karakteristik habitat potensial perkembangbiakan An. letifer di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Februari-Mei 2011   

Bulan  pH  Suhu (°C) 

  

Sal. (‰) 

  keruh (NTU) 

  Dasar 

Habitat 

  Kdl 

(Cm) 

  Tanaman 

Air 

  

Predator 

Februari  6,1  24  0  6  lumpur  20  Tidak ada  Berudu 

Maret  6,1  24  0  6  lumpur  25  Tidak ada  Berudu 

April  6,1  24  0  6  lumpur  22  Tidak ada  Berudu 

Mei  6,0  24  0  6  lumpur  13  Tidak ada  Berudu 

Keterangan : Sal=Salinitas, Keruh=Kekeruhan, Kdl=Kedalaman 

Page 28: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

28    

4.7.2.2 pH Air 

Air  alami  pada  umumnya  mempunyai  pH  yang  bersifat  netral,  tidak 

bersifat asam atau basa (pH netral antara 6-9).   Pengukuran karakteristik habitat 

larva An. letifer dari bulan Februari-Mei masih dalam batas normal, yaitu 6,0-6,1. 

Pada  bulan  Februari  pH  air  6,1  tetapi  tidak  ditemukan  larva  Anopheles  spp. 

Kemudian bulan Maret pH air 6,1 ditemukan An. letifer dengan kepadatan 0,01 

larva/cidukan. Selanjutnya   bulan April-Mei pH air 6,1 dan 6,0 tidak ditemukan 

larva Anopheles spp. pH air di beberapa tempat menunujukan kisaran pH air yang 

netral, seperti larva Anopheles di Desa Doro Halmahera Selatan Maluku Utara 

ditemukan pada pH air yang yang netral 6,8-7,1 (Mulyadi 2010). Demikian juga 

di Desa Hargotirto, Kabupaten Kulonprogo ditemukan larva Anopheles pada pH 

yang netral pada sungai  berkisar antara 6,78-7,12, sedangkan pada pada mata air 

berkisar antara 6,70-7,24 (Santoso 2005).   

4.7.2.3 Salinitas 

Larva An. letifer ditemukan pada habitat kubangan dengan salinitas 0‰. 

Secara geografis Desa Riau letaknya jauh dari laut, maka air di Desa Riau tidak 

mengandung kadar garam. Habitat potensial yang ditemukan semuanya dengan 

salinitas   0‰.   Larva   Anopheles   spp.   pada   suatu   tempat   dapat   hidup   dan 

berkembangbiak pada salinitas yang bervariasi. Hasil ini sama dengan penelitian 

Setyaningrum  (2007)  di  Desa  Way  Muli  Lampung  Selatan  ditemukan  larva 

Anopheles di selokan air mengalir dengan salinitas 0‰, begitu juga di rawa-rawa 

dan  selokan  air  tergenang.  Berbeda  dengan  yang  ditemukan  Suwito  (2010)  di 

Kecamatan Padangcermin,  larva  Anopheles  hidup  pada salinitas 0-34‰,  tetapi 

larva Anopheles di Rajabasa Lampung Selatan ditemukan dengan salinitas lebih 

rendah, yaitu salinitas 0-5‰.   

4.7.2.4 Kekeruhan 

Kekeruhan  biasanya  disebabkan  oleh  zat  pada  tersuspensi,  baik  yang 

bersifat  organik  maupun  anorganik.  Pada  dasarnya  zat  organik  merupakan 

makanan bagi bakteri atau mikroorganisme yang ada dalam air dan mendukung 

perkembangbiakannya.   Larva nyamuk   An.  letifer ditemukan pada  habitat  air

Page 29: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

29    

jernih dengan kekeruhan 6 NTU (natelson turbidity units). Larva Anopheles spp. 

bukan  hanya dapat  hidup  dan berkembangbiak  di air  yang  jernih,  di beberapa 

tempat larva Anopheles spp. dapat hidup dan berkembangbiak di air yang keruh 

bahkan  sangat  keruh,  seperti  larva  nyamuk  Anopheles  di  Dusun  Mataram 

Lengkong Kabupaten Sukabumi menunjukkan kisaran kekeruhan air yang disukai 

larva Anopheles 70-150 NTU (Saleh 2002).   

4.7.2.5 Dasar Habitat 

Dasar habitat larva An. letifer adalah lumpur. Pada habitat dengan dasar 

pasir dan tanah liat tidak ditemukan larva, seperti rawa-rawa, kolong, dan sumur. 

Dasar habitat larva Anopheles di beberapa tempat menunjukkan kesamaan. Larva 

Anopheles  spp.   di  Kecamatan  Rajabasa  dan  Padangcermin   sebagian  besar 

ditemukan pada perairan dengan dasar  lumpur  (Suwito,  2010),  hal yang  sama 

ditemukan di Desa Doro Halmahera Selatan (Mulyadi 2010) dan di Desa Way 

Muli Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan (Setyaningrum 2007).   

4.7.2.6 Kedalaman 

Larva  An.  letifer  yang  ditemukan  pada  habitat  tipe  dangkal  dan  tidak 

permanen karena air habitat akan kering bila tidak hujan satu minggu. Kedalaman 

air selama empat bulan berfluktuasi karena curah hujan dari bulan Februari hingga 

April 2011 berfluktuasi.   Larva An. letifer ditemukan pada bulan Maret dengan 

kedalaman air 25 cm. Walaupun An. letifer hanya ditemukan pada satu habitat 

dengan kedalaman 25  cm,  namun di beberapa tempat  nyamuk  Anopheles spp. 

dapat bertahan hidup dan berkembang dengan kedalaman air yang berbeda-beda. 

Grieco  et  al.  (2007)  menyatakan  bahwa  larva  Anopheles  ditemukan  pada  air 

dengan kedalaman 30-50 cm. Setyaningrum et al. (2007) melaporkan bahwa larva 

Anopheles spp. di Desa Way Muli, Lampung Selatan ditemukan pada kedalaman 

15 cm pada habitat selokan air mengalir, 100 cm pada rawa-rawa, dan 25 cm pada 

selokan air tergenang. Sementara itu, di Kecamatan Padangcermin, Pesawaran, 

Lampung Selatan ditemukan pada kedalaman air yang bervariasi, An. tesselatus 

(5 cm), An. maculatus (50-150 cm), An. indefinitus (20-150 cm), An. aconitus 

(10-15  cm)  dan  An.  subpictus  (20-200  cm),  adapun  di  Kecamatan  Rajabasa

Page 30: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

30    

ditemukan An. tesselatus (100-200 cm), An. indefinitus (10 cm), An. aconitus (10- 

200 cm) dan An. subpictus (10-200 cm) (Suwito 2010). Selanjutnya, di Pulau Pari, 

Kabupaten Kepulauan Seribu, ditemukan larva An. subpictus pada kedalaman 50- 

100  cm  pada  kolam  rendaman  rumput  laut,  30-70  cm  pada  sumur  dangkal, 

sedangkan di Pulau Tidung ditemukan pada sumur dengan kedalaman 50-150 cm 

(Ariati et al. 2007). Adapun di Daerah Pasang Surut Asahan, Sumatera Selatan 

ditemukan  larva  An.  sundaicus  pada  kedalaman  habitat  70-75  cm  (Sembiring 

2005).   

4.7.2.7 Tanaman Air 

Tanaman air dapat mempengaruhi keberadaan larva Anopheles spp. pada 

suatu  tempat.  Larva  An.  letifer  yang  ditemukan  pada  habitat  kubangan  tidak 

terdapat tanaman air pada permukaan air. Di sekitar habitat terdapat pohon yang 

dapat berguna sebagai naungan.   Walaupun di Desa Riau hanya ditemukan satu 

habitat yang positif selama penelitian, tetapi ada kemungkinan nyamuk Anopheles 

spp. dapat berkembangbiak pada habitat potensial, karena larva Anopheles spp. 

menyukai habitat dengan tanaman air atau tidak ada tanaman air. Lee et al. (1999) 

menyatakan bahwa beberapa spesies nyamuk Anopheles menyukai air yang teduh, 

tetapi ada juga yang menyenangi habitat air yang terkena matahari langsung, dan 

yang  lainnya  menyukai  habitat  air  yang  ada  tanaman  air.  Umumnya  larva 

Anopheles   lebih   menyukai   air   bersih   dan   tidak   terpolusi.   Sitorus   (2005) 

melaporkan bahwa jenis-jenis tanaman air yang ditemukan dari seluruh habitat 

nyamuk Anopheles spp. di Desa Tegal Rejo, kecamatan Belitang, Kabupaten OKI, 

yaitu eceng gondok, kangkung dan rumput, sedangkan di persawahan ditumbuhi 

tanaman padi. Adapun di Desa Doro, Halmahera Selatan, ditemukan tanaman air 

berupa  ganggang  hampir  pada  seluruh  habitat  larva  Anopheles  spp.  (Mulyadi 

2010)   

4.7.2.8 Predator 

Jenis predator yang  ditemukan pada  habitat  hanya anak katak (berudu) 

dan dalam jumlah yang cukup banyak. Hal yang sama di Desa Doro Halmahera 

Selatan  ditemukan  predator  berudu  pada  habitat  parit,  kobakan,  kubangan,

Page 31: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

31    

kolam,sumur, kali, dan rawa-rawa, selain itu ditemukan ikan dan larva capung 

(Mulyadi  2010).  Adapun  di  Pantai  Asahan  Sumatera  Utara terdapat  ikan-ikan 

kecil pada habitat larva An. sundaicus yang diduga sebagai predator  (Sembiring 

2005).  Sementara  predator  nyamuk  Anopheles   yang  ada  di  Desa  Tongoa, 

Kabupaten  Donggala,  Provinsi  Sulawesi  Tengah,  ditemukan  pada  tiga  habitat 

berbeda-beda.  Habitat  kolam  dengan  naungan  ditemukan  ikan  kepala  timah 

(Aplocheilus  panchax)  dan  larva  capung  (Libellula  sp.).  Habitat  kolam  tanpa 

naungan ditemukan berudu (Chadijah 2005).   

4.7.3   Pemetaan Habitat Potensial Perkembangbiakan Larva Anopheles spp. 

Pemetaan   habitat   potensial   perkembangbiakan   larva   Anopheles   spp. 

terletak di Desa Riau dengan luas wilayah desa 51.720 Km². Desa Riau terdiri atas 

empat  dusun,  dan  keadaan  tanahnya  merupakan  dataran  rendah  dan  beriklim 

tropis tipe A (BPS & BPPD Kab. Bangka 2010). 

Pengukuran   karakteristik   habitat   potensial   perkembangbiakan   larva 

Anopheles spp. dilakukan pada setiap dusun dengan titik koordinat secara UTM 

48  (universal  transfer mercarator)  terletak  antara 598144  BT-593063  BT  dan 

9802730 LS-9802853 LS dengan ketinggian antara 10-35 di atas permukaan laut 

(Gambar  19). 

Gambar   19   menunjukan   habitat   potensial   perkembangbiakan   nyamuk 

Anopheles tersebar dari Dusun Riau hingga Dusun Tirus. Habitat yang ditemukan 

sebanyak 24 habitat,   dan habitat negatif   yang ditemukan sebanyak 23 habitat 

(Titik hitam), sedangkan habitat positif hanya satu habitat (Titik Merah). Habitat 

terbanyak adalah kubangan (33,33%) dan menyebar pada empat dusun, sedangkan 

jumlah habitat yang sedikit adalah rawa-rawa (4,17%) terletak di Dusun Riau, dan 

kolam  (4,17%)  terletak  di  Dusun  Tirus.  Letak  habitat  potensial  dekat  dengan 

pemukiman penduduk  sekitar 300  meter, tambang timah yang  masih  aktif dan 

yang  sudah  tidak  aktif  lagi  sehingga  banyak  air  yang  tercemar  limbah  bahan 

bakar, kemudian di sekitar habitat masih banyak semak belukar, hutan, dan daerah 

ladang luas yang belum dimanfaatkan.

Page 32: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

ar 19   Titik habitat potensial perkembangbiakan larva Anopheles spp. di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Februari-Mei 2011

Page 33: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

33      

Tabel  8  Titik koordinat habitat potensial perkembangbiakan Anopheles  spp. di Desa Riau, Februari-Mei 2011   

NO  GPS  JH  Kpd  K  Dusun 

Bujur  Lintang  (L/C) 1  598144  9809207  Parit 1  0  35  Riau 

2  597942  9808824  Kubangan 1  0  21  Riau 

3  597961  9808753  Rawa-rawa 1  0  19  Riau 

4  597943  9808635  Sumur 1  0  21  Riau 

5  597523  9808453  Parit 2  0  16  Riau 

6  595397  9807532  Parit 3  0  10  Riau 

7  595081  9806803  kubangan 2  0  23  Riau 

8  594982  9806632  Kubangan 8  0  17  Riau 

9  594908  9806579  Kubakan 1  0  34  Riau 

10  594915  9806539  Parit 4  0  21  Simpang Lumut 

11  593063  9806579  Parit 5  0  22  Simpang Lumut 

12  594569  9804352  Kolong 1  0  21  Simpang Lumut 

13  594908  9803554  Kubangan 3  0  17  Simpang Lumut 

14  594943  9803554  Parit 6  0  22  Simpang Lumut 

15  594866  9802908  Kolong 2  0  31  Sinar Gunung 

16  594799  9802587  Kubangan 4  0  28  Sinar Gunung 

17  594758  9802492  Parit 7  0  10  Sinar Gunung 

18  594725  9802495  Kolong 3  0  28  Sinar Gunung 

19  594181  9803257  Kubangan 5  0  16  Tirus 

20  593921  9802968  Sumur2  0  10  Tirus 

21  593742  9802713  Kubangan 7  0  24  Tirus 

22  593611  9802736  Kolam  0  10  Tirus 

23  593096  9802853  Kubangan 6  0.01  21  Tirus 

24  593063  9802730  Kubakan 2  0  22  Tirus 

Keterangan : JH= Jenis Habitat, Kpd= kepadatan, LC = Larva/Cidukan, K=Ketinggian Sumber : Penandaan titik dengan GPS Garmin 6.0  

Habitat potensial larva An. Letifer yang ditemukan di dusun Tirus letaknya tidak 

jauh dari pemukiman penduduk sekitar 200 meter, disekitarnya terdapat daerah yang 

belum  di  manfaatkan,  masih  banyak  terdapat  semak  belukar  yang  dapat  digunakan 

nyamuk   sebagai   tempat   untuk   istirahat,   tambang   timah   masih   aktif   (tambang 

inkonvensional)  yang  biasa  di sebut  TI  oleh  masyarakat  Bangka dan  masih  banyak

Page 34: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

34      

terdapat di Desa Riau. Keadaan lingkungan yang mendukung dan adanya habitat yang 

sesuai dengan An. Letifer, maka berpotensi akan meningkatkan populasi nyamuk. 

Penularan penyakit  malaria tidak  lepas dari peranan  nyamuk  Anopheles  spp. 

sebagai vektor. Habitat yang ditemukan di Desa Riau merupakan habitat yang sangat 

potensial  sebagai  tempat  perkembangbiakan  larva  nyamuk  Anopheles  spp.  dengan 

ditemukannya  nyamuk  Anopheles  spp.  yang  tertangkap  dengan  umpan  orang  dan 

istirahat,  yaitu  An.  letifer,  An.  barbirostris,  An.  nigerrimus,  dan  An.  indefinitus. 

Nyamuk ini menyukai air tenang, bersih, dan terdapat semak belukar sebagai tempat 

nyamuk istirahat. 

Penyebaran nyamuk berdasarkan jarak terbang nyamuk Anopheles yaitu berkisar 

0,5-2,5 Km, dan bila ada angin dapat mencapai 5 Km, maka penyebaran nyamuk dari 

titk positif dapat  mencapai titik 19 dan dapat  mencapai perbatasan Dusun Tirus dan 

Dusun  Sinar  Gunung.  Pergerakan  nyamuk  dari  tempat  berkembangbiak  ke  tempat 

istirahat, lalu ke tempat hospes, dan selanjutnya ditentukan oleh kemampuan terbang 

nyamuk  (Ditjen.  PP&PL  2007).  Fenomena  ini  dapat  diperkirakan  penyebaran  An. 

letifer dapat mencapai perbatasan antara dusun Tirus dan dusun Sinar Gunung yang 

berjarak sekitar 2 km. Habitat potensial terletak dekat dengan permukiman penduduk, 

hal ini merupakan faktor yang sangat penting terjadinya penularan malaria (Vas Dev et 

al.  2004),  sesuai dengan penelitian Erdinal et  al.  (2006)  bahwa kasus  malaria  yang 

ditemukan  di  Kecamatan  Kampar  Kiri  Tengah,  Kabupaten  Kampar,  jarak  antara 

permukiman dengan habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles berjarak kurang dari 

2 km. 

Desa  Riau  mempunyai  kondisi  geografis  dan  demografis  yang  menunjang 

sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles, seperti permukiman penduduk 

yang  berdekatan dengan  kolong,  rawa-rawa,  semak  belukar,  dan  pohon-pohon  yang 

sebagian memungkinkan tempat beristirahat nyamuk Anopheles spp. 

Rumah penduduk yang sebagian besar terletak dekat dengan habitat potensial, 

jarak  antar  rumah  yang  tidak  terlalu  rapat,  juga  di sekitar  rumah  dikelilingi  semak 

belukar  dan  ladang  yang  belum digunakan  merupakan tempat  yang  disukai nyamuk 

Anopheles spp. untuk beristirahat.

Page 35: 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keragaman Nyamuk … · adalah Pulau Lepar dan Pulau Pongok. Pengamatan nyamuk di Pulau Pongok belum pernah

 

 

35      

Aktivitas penduduk yang suka berkumpul di luar rumah dan tinggal di pondok 

tempat   dilakukan   penambangan   timah   (tambang   inkonvensional),   keadaan   ini 

merupakan  kondisi  yang  sangat  memudahkan  nyamuk  Anopheles  spp.  hinggap  dan 

mengisap darah manusia.