4. analisis data 4.1 pendahuluan - library@petra · 2013. 3. 11. · spesifikasi tiang pancang...
TRANSCRIPT
4. ANALISIS DATA
4.1 PENDAHULUAN
Dari 40 kuesioner yang disebarkan kepada responden dari 13 proyek ruko
di Surabaya, tercatat 33 kuesioner yang kembali dari 11 ruko dengan prosentase
sekitar 82,5%.
Dari diskripsi data 33 kuesioner, diperoleh status/jabatan responden
menunjukan sebagian besar responden adalah pengawas lapangan orang yang
selalu berada di lapangan dan mengikuti setiap aktifitas kerja (Gambar 4.1).
Pengalaman kerja responden di bidang konstruksi pada Gambar 4.2,
menunjukkan pengalaman responden sebagian besar antara 1-5 tahun. Manajer
lapangan sebagian besar adalah orang yang cukup berpengalaman dengan
lamanya pengalaman kerja antara 11-15 tahun.
Gambar 4.1 Status/Jabatan Responden
Gambar 4.2 Pengalaman Kerja Responden
28
Hasil uji ANOVA dari keempat kelompok responden terhadap kedelapan
jenis material yang diteliti dengan bantuan program komputer "SPSS" dapat
dilihat pada Lampiran 7, secara ringkas disusun dalam Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Uji ANOVAuntuk Keempat Kelompok Responden
Tabel 4.1 menunjukkan hasil uji ANOVA pada kedelapan jenis material
yang diteliti, dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% (a=5%) terdapat
tujuh jenis sisa material yaitu tiang pancang, beton ready mix, besi beton, pasir,
batu pecah, batu bata dan keramik yang memiliki nilai signifikan > 0,05 artinya
rata-rata pendapat dari keempat kelompok responden terhadap ketujuh kuantitas
sisa material tersebut sama atau tidak terjadi conflict ofinterest, sedangkan sisa
material semen memiliki angka signifikan 0,03 < 0,05 artinya rata-rata pendapat
terhadap kuantitas sisa material di lapangan berbeda atau terdapat conflict of
interest, dengan demikian data hasil survey kuesioner dapat dianggap obyektif
untuk dianalisa lebih lanjut.
4.2 KUANTITAS SISA MATERIAL
Besaraya kuantitas sisa material untuk masing-masing jenis material
diperoleh dari data hasil survey kuesioner dan hasil pengamatan di lapangan
(Studi kasus).
4.2.1 Kuantitas Sisa Material Hasil Survey Kuesioner
Berdasarkan diskripsi data hasil survey kuesioner, diperoleh prosentase
responden terhadap kuantitas sisa raaterial yang dipilih untuk kedelapan jenis
material yang diteliti pada Tabel 4.2 dan dalam bentuk histogram pada
Gambar 4.3.
29
Tabel 4.2 Kuantitas Sisa Material Hasil Kuesioner
No.
1.
2.3.
4.5.
6.7.
8.
Jenis Material
Tiang pancangBeton ready mixBesi betonSemenPasirBatu pecahBatu bataKeramik
KuantitasSisa Material
0 - 5%6-10%6-10%11-15%11-15%6-10%11-15%6-10%
Prosentase(Responden)
23 (70%)17 (52%)22 (67%)12 (37%)19 (58%)21 (64%)12 (37%)15 (46%)
Keterangan
Gambar 4.3. aGambar 4.3bGambar 4.3. cGambar 4.3. dGambar 4.3. eGambar 4.3. fGambar 4.3. gGambar 4.3. h
Prosentase responden yang memilih kuantitas sisa material tiang pancang
diantara 0-5% menunjukan prosentase yang cukup tinggi yaitu 70%, hal ini
menunjukkan pendapat responden terhadap besaraya kuantitas sisa material
tiang pancang pada range tersebut cukup kuat. Prosentase pendapat responden
terhadap kuantitas sisa material semen dan batu bata di lapangan sebesar 37%,
hal ini menunjukkan pendapat dari keempat kelompok responden kurang kuat.
4.2.2 Kuantitas Sisa Material Hasil Pengamatan Lapangan
Analisa kuantitas sisa material hasil pengamatan di lapangan secara
terinci dapat dilihat pada Lampiran 4,5,8, dan 9, secara garis besar hasilnya
dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.
Tabel 4.
No.
12345678
3 Kuantitas Sisa Material Hasil Pengamatan Lapangan
Jenis Material
Tiang pancangBeton ready mixBesi betonSemenPasirBatu pecahBatu bataKeramik
Kuantitas Sisa Material
4,824,786,506,5211,395,9612,516,80
Kuantitas sisa material hasil pengamatan lapangan menunjukkan
kesesuaian dengan mayoritas kuantitas sisa material hasil kuesioner yang
dipilih responden (bandingkan Tabel 4.3 dengan Gambar 4.3), kecuali untuk
sisa material semen yang terdapat conflict of interest diantara keempat
responden.
31
Berdasarkan Tabel 4.3, dapat di gambar grafik kuantitas sisa material yang
dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Grafik Kuantitas Sisa Material
Pada Gatnbar diatas menunjukkan bahwa kuantitas sisa material yang
terbesar adalah: batu bata dan pasir.
Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa faktor yang paling
berpengaruh menyebabkan sisa material batu bata adalah;
• Suplier kirim batu bata tidak sesuai spesifikasi, yaitu mutu bata yang
rendah sehingga mudah patah dan hancur pada saat penanganan material
atau karena pengaruh hujan.
• Perilaku pekerja di lapangan yang keberatan memakai potongan-potongan
batu bata yang ada, sehingga terjadi banyak sisa material dalam bentuk
potongan batu bata.
Untuk pasir, faktor yang paling berpengaruh menyebabkan terjadinya
sisa material adalah:
• Tercecer dan dilalui kenderaan/orang maupun hilang terbawa air akibat
hujan, hal ini disebabkan karena manajemen penanganan material pasir dan
penataan site yang kurang baik.
32
• Akibat kesalahan/kecerobohan pekerja di lapangan dan adanya deviasi
struktur raenyebabkan pemakaian balian berlebihan (prodnction wastei
dalam bentuk mortar.
Semen, pasir, dan batu pecah selalu dipakai bersamaan baik dalani
bentuk campuran beton maupun dalam bentuk campuran mortar, namun sisa
material pasir menunjukan kuantitas sisa material yang jauh lebih besar dari
pada semen dan batu pecah, hal ini disebabkan karena material pasir sebelum
diolah menjadi campuran beton maupun campuran mortar, tersisa dalaro
bentuk material pasir itu sendiri, yaitu tercecer, terbawa air hujan, dan
bercampur dengan tanah.
4.3 SUMBER DAN FAKTOR PENYEBAB SISA MATERIAL
Analisa deskriptif data yang diperoleh disajikan dalam bentuk histogram
dengan sumbu x pada grafik menyatakan sumber penyebab terjadinya sisa material
sedangkan sumbu y menyatakan nilai rata-rata bobot dari sumber tersebut.
Perhitungan nilai rata-rata bobot hanya disajikan untiik material tiang
pancang dan dapat dilihat pada lampiran 9. Faktor-faktor yang dianggap
berpengaruh adalah faktor-faktor yang memiliki nilai rata-rata bobot lebih dari 3,5
sampai dengan 6. Berikut ini akan dijelaskan secara detail analisis tersebut.
4.3.1 Tiang pancang (TP)
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada material tiang pancang terlihat
bahwa sumber yang berpengaruli terhadap terjadinya sisa material tiang
pancang di lapangan diantaranya adalah disain, pengadaan material,
penanganan material, pelaksanaan, dan residual (Gambar 4.5).
33
Faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi timbulnya sisa material
tiang pancang di lapangan untuk masing-masing sumber tersebut di atas dapat
dilihat pada Gambar 4.6 di bawah ini.
Gambar 4.6 Bobot Faktor-Faktor Penyebab Sisa Material TP
1. Disain
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber disain, faktor-faktor
yang mempengarahi sisa material tiang pancang di lapangan (Gambar 4.6)
adalah:
34
• Perabahan disain
• Memilih beton berkualitas rendah
• Tiang pancang belum mencapai tanah keras
Adanya perabahan disain dapat disebabkan karena perencanaan yang
kurang sempuma (Loosemoore,2001), atau perubahan disain dari
pembeli/tenant (Gambar 4.7), yang menghendaki adanya perubahan denah
sesuai dengan penggunaannya.
Gambar 4.7 Adanya Peaibahan Disain TP
Beton berkualitas rendah dapat mengakibatkan tiang pancang
patah/msak sebelum mencapai tanah keras (Gambar 4.8).
Gambar4.8 TPPatah pada saat Pemancangan
35
Tiang pancang belum mencapai tanah keras, sehingga perlu untuk
menambah tiang pancang, hal ini dapat disebabkan karena lapisan tanah
yang tidak homogen, dan dikategorikan sebagai indirect waste/production
waste (skoyles, 1976).
2. Pengadaan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber pengadaan material.
faktor-faktor yang mempengaruhi sisa material tiang pancang di lapangan
(Gambar 4.6) adalah:
• Kontraktor pesan tiang paricang tidak sesuai spesifikasi
• Pemesanan melebihi kebutuhan
• Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil
Spesifikasi tiang pancang dalam hal ini mutu beton, ukuran panjang
ataupun besar tiang yang diberikan kontraktor kepada subkontraktor
maupun supplier tiang pancang tidak sesuai dengan rencana spesifikasi,
sehingga dapat menimbulkan sisa material di lapangan.
Kesalahan dalam mengestimasi volume tiang pancang yang akan
dipakai, melebihi volume yang dibutuhkan, sehingga menimbulkan sisa
material di lapangan.
Penambahan tiang pancang baik dalam ukuran panjang maupun
jumlah yang dibutuhkan tidak dapat dipenuhi oleh suplier oleh karena
standar ukuran yang sudah ada ataupun minimal order yang harus
dipenuhi.
3. Penanganan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber penanganan material,
faktor-faktor yang mempengaruhi sisa material tiang pancang di lapangan
(Gambar 4.6) adalah:
• Membuang/melempar tiang pancang dari atas truk
• Ketidaktelitian pada saat menerima tiang pancang
Tiang pancang yang dibuang/dilempar dari atas truk saat menerima
barang, dapat menyebabkan beton rusak/retak sehingga tidak dapat
digunakan lagi.
36
Ketidaktelitian saat menerima dan memeriksa tiang pancang yang
nisak ataupun retak dari supplier yang disebabkan karena kurangnya
insentif (Loosemore, 2001), sehingga menyebabkan terjadi sisa material
di lapangan.
4. Pelaksanaan
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber pelaksanaan, faktor-
faktor yang mempengaruhi sisa material tiang pancang di lapangan
(Gambar 4.6) adalah:
• Kesalahan pemancangan akibat kecerobohan
• Alat pancang tidak berflingsi dengan baik
• Pengukuran tidak akurat
• Tiang pancang telah mencapai tanah keras
Akibat kecerobohan pekerja, alat pancang yang tidak berfungsi
dengan baik dan pengukuran bowplank yang tidak akurat, dapat
menyebabkan pemancangan tidak tepat pada titk as yang direncanakan,
(Gambar 4.9), sehingga terjadi penambahan tiang pancang yang
menyebabkan terjadinya sisa material yang dikategorikan sebagai indirect
waste/negligent waste (Skoyles, 1976).
Gambar 4.9 Penambahan Tiang Pancang
Tiang pancang telah mencapai tanah keras (Gambar 4.10),
menyebabkan terjadinya sisa material yang dikategorikan sebagai direct
waste/cutting waste (Skoyles, 1976).
37
Gambar 4.10 TP telah Mencapai Tanah Keras
5. Residual
Pada sumber residual bobot rata-rata 4,91 (Gambar 4.6), yang berarti
berpengaruh terhadap sisa material tiang pancang di lapangan. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, sisa pemotongan tiang pancang ini umumnya
disebabkan karena kondisi tanah asli yang belum rata (Gambar 4.11),
sehingga panjang tiang diatas permukaan tanah juga mengikuti tinggi
rendahnya kondisi tanah, sehingga dapat menimbulkan sisa material tiang
pancang yang dikategorikan sebagai direct wastelresidnal waste (Skoyles,
1976)
Gambar 4.11 Sisa Material Tiang Pancang
38
6. Lain-lain
Pada sumber lain-lain, yaitu hilang karena dicuri, bobot rata-rata 1,55
(Gambar 4.6), yang berarti kurang berpengarah terhadap terjadinya sisa
material di lapangan, hal ini disebabkan karena material tiang pancang
sendiri cukup besar dan berat sehingga sulit untuk dicuri, dikategorikan
sebagai direct waste criminal waste (skoyles, 1976)
4.3.2 Beton Ready Mix (BRM)
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada material beton ready mix
(Gambar 4.12), terlihat bahwa sumber yang mempengaruhi terjadinya sisa
material beton ready mix di lapangan adalah: disain, penanganan material,
pelaksanaan, dan residual.
Faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi timbulnya sisa material
beton ready mix di lapangan untuk masing-masing sumber tersebut diatas
dapat dilihat pada Gambar 4.13 di bawah ini.
39
Gambar 4.13 Bobot Faktor-Faktor Penyebab Sisa Material BRM
1. Disain
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber disain, faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya sisa material beton ready mix di lapangan
(Gambar4.l3)adalah:
• Adanya perubahan disain dari pengembang
• Adanya penibahan disain dari pembeli/tenant
Adanya perubahan disain pelebaran tangga dari pengembang
(Gambar 4.14) dapat disebabkan karena perencanaan yang kurang
sempuma (Loosemoore,2001).
Gambar 4.14 Perubahan Disain Pelebaran Tangga dari Pengembang
40
Perubahan disain tangga dari pembeli/tenant (Gambar 4.15), yang
menginginkan adanya perubahan denah yang sesuai dengan kebutuhannya.
2. Pengadaan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber pengadaan material,
faktor-faktor yang mempengarubi terjadinya sisa material beton ready mix
di lapangan (Gambar 4.13) adalah:
• Pemesanan melebihi kebutuhan
• Pesanan tidak dapat dilakiikan dalam jumlah kecil
Pada akhir pengecoran terdapat sejumlah volume beton ready mix
yang tersisa (Gambar 4.16), hal ini dapat disebabkan karena estimasi
volume beton yang tidak akurat atau overestimate yang berlebihan
disebabkan karena budaya pemborosan (Loosemore, 2001).
41
Beton ready mix yang dipesan umumnya mempunyai persyaratan
pesanan minimum, misalnya pada lokasi yang diteliti menggunakan
supplier PT Conblock dengan pesanan minimum 4 m3, sehingga kebutuhan
volume beton belum tentu sama dengan yang dipesan. Hal ini dapat
menimbulkan sisa material pada akhir pengecoran (Gambar 4.16).
3. Penanganan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber penanganan material,
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya sisa material beton ready mix
di lapangan (Gambar 4.13) adalah:
• Penanganan yang ceroboh saat menuangkan beton
• Volume beton dari suplier kurang
• Beton mengeras karena penanganan lambat
• Tercecer saat campuran beton diangkut/dipindahkan
Beton ready mix yang tercecer karena penanganan yang ceroboh saat
menuangkan beton (Gambar 4.17), dapat menimbulkan sisa material, hal
ini disebabkan karena pekerja yang kurang berpengalaman dan kurang
memiliki motivasi kerja (Loosemore, 2001)
Gambar 4.17 Penanganan BRM yang Ceroboh
Beton yang datang dari suplier perlu diperiksa (Stuckhart, 1995), harus
sesuai dengan volume yang dipesan, hal ini untuk menghindari terjadinya
kekurangan volume beton sehingga dapat menyebabkan pemakaian beton
yang berlebihan dan akhimya menyebabkan terjadinya sisa material yang
dikategorikan sebagai indirectwaste/production waste (Skoyles, 1976).
42
Untuk pengecoran pondasi maupun sloof, beton ready mix ditampung
terlebih dahulu (Gambar 4.18), kemudian diangkut secara manual ke tempat
pengecoran. Jika jarak beton yang diangkut cukup jauh atau jumlah tenaga
pengecoran kurang, maka beton dapat mengeras sebelum dicor, hal ini dapat
menyebabkan terjadinya sisa material beton.
Gambar 4.18 Beton Mengeras karena Penanganan Lambat
Beton yang tercecer saat diangkut/dipindahkan (Gambar 4.19), hal ini
disebabkan karena pekerja yang tidak memiliki tanggung jawab terhadap
sisa material (Loosemoore, 2001)
Gambar 4.19 Beton yang Tercecer
43
4. Pelaksanaan
Hasil analisis deskriptif data kuesioner pada sumber pelaksanaan,
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya sisa material beton ready mix
di lapangan (Gambar 4.13) adalah:
• Cuaca yang buruk/hujan
• Pengukuran dimensi tidak akurat
• Terjadi deviasi dimensi struktur saat pengecoran
• Tiang pancang bergeser menambah volume poer
Beton ready mix yang dicor pada kondisi cuaca hujan mengakibatkan
sebagian beton akan berkurang/hilang terbawa air, sehingga pemakaian
volume beton akan menjadi bertambah.
Pekerja yang kurang pengalaman dalam hal pekerjaan bekisting dapat
mengakibatkan terjadinya deviasi dimensi saat pengecoran (Gambar 4.20)
Gambar 4.20 Deviasi Elemen Struktur
Tiang pancang yang menyimpang dari as dapat mengakibatkan
pembesaran ukuran poer (Gambar 4.21), sehingga volume beton poer
bertambah menyebabkan terjadinya sisa material yang dikategorikan
sebagai indirect waste/negligent waste (Skoyles, 1976).
44
Gambar 4.21 Penambahan Volume Poer
5. Residual
Pada siimber residual bobot rata-rata 4,42 (Gambar 4.13) yang berarti
berpengaruh terhadap sisa material di lapangan. Terjadinya sisa material
ini (Gambar 4.22), dipengaruhi oleh sikap dan perilaku pekerja di lapangan
(Loosemore,2001), diantaranya kurang motivasi, tanggung jawab, dan
penekanan terhadap waktu.
Gambar 4.22 Sisa Beton Ready Mix
6. Lain-lain
Pada siimber lain-lain, yaitu hilang karena dicuri, bobot rata-rata 1,27
(Gambar 4.13), yang berarti kurang berpengaruh terhadap sisa material
di lapangan, hal ini disebabkan karena waktu setting beton ready mix
relatif cepat sehingga sulit untuk dicuri.
45
4.3.3 Besi beton
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada material besi beton, terlihat
bahwa sumber yang mempengaruhi terjadinya sisa material besi beton
diantaranya adalah: disain, pengadaan material, pelaksanaan, dan residual
(Gambar4.23).
Faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi timbulnya sisa material
di lapangan untuk masing-masing sumber tersebut diatas dapat dilihat pada
Gambar 4.24 di bawah ini.
Gambar 4.24 Bobot Faktor-Faktor Penyebab Sisa Material Besi Beton
46
1. Disain
Hasil anlisis deskriptif kuesioner pada sumber disain, faktor-faktor
yang mempengaruhi sisa material besi beton di lapangan (Gambar 4.24)
adalah:
• Adanya perubahan disain dari pengembang
• Adanya perubahan disain dari pembeli/tenant
• Informasi gambar kurang/tidak j elas
• Pendetailan gambar yang rumit
Perabahan disain dari pengembang, disebabkan karena perencanaan
yang kurang sempuma (Loosemore, 2001), sehingga pengembang merasa
perlu untuk membongkar bagian pekerjaan yang akan dirubah, sehingga
menimbulkan sisa material.
Perubahan disain dari pemilik/tenant (Gambar 4.25), terjadi karena
adanya perubahan rencana penggunaan ruko tersebut sehingga
mempengaruhi perubahan denah, dan terjadi pembongkaran plat lantai
untuk penambahan tangga, sehingga hal ini menimbulkan sisa material.
Gambar yang kurang/tidak jelas, ukuran maupun tipe/jenis besi yang
akan digunakan dapat berakibat kontraktor salah dalam melakukan
pengadaan maupun pekerjaan pembesian tersebut. Sehingga perlu untuk
dirubah/diganti dan hal ini dapat menyebabkan terjadinya sisa material.
Pendetailan yang rumit mengakibatkan kesulitan dalam membaca
gambar maupun pelaksanaan, sehingga hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan, yang akhirnya perlu diganti dan
menyebabkan terjadinya sisa material.
Gambar 4.25 Perubahan Disain dari Pemilik/Tenant
47
2. Pengadaan Material
Hasil analisis deskriptil" kuesioner pada sumber pengadaan material,
faktor-faktor yang mempengaruhi sisa material besi beton di lapangan
(Gambar 4.24) adalah:
• Pemesanan melebihi kebutuhan
Estimasi yang tidak akurat menyebabkan kontraktor memesan besi
melebihi kebutuhan dan hal itii dapat mempengarulii volume sisa material
besi di lapangan karena tukang akan cenderung untuk memakai besi secara
boros (Loosemore, 2001). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya sisa
material yang dikategorikan sebagai indireci waste/substitulion waste
(Skoyles, 1976).
3. Pelaksanaan
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada siimber pelaksanaan, faktor-
faktor yang mempengaruhi tevjadinya sisa material besi beton di lapangan
(Gambar 4.24) adalah:
• Kesalahan pemotongan karena kecerobohan
• Kesalahan pemakaian ukuran/tipe besi beton
• Tidak merencanakan bestat penulangan
Kesalahan pemotongan disebabkan karena tukang yang kurang
berpengalaman dapat menyebabkan pemakaian volume besi bertambah
yang berarti menambah terjadinya sisa material di lapangan.
Kesalahan peraakaian ukuran/tipe besi beton dapat disebabkan karena
kecerobohan atau tidak tersedianya jenis besi yang dibutuhkan sehingga
tukang dengan sengaja memakai jenis besi yang ada, hal ini terjadi karena
adanya penekanan terhadap waktu (Loosemore, 2001). Akhimya terjadi
pembongkaran yang menyebabkan terjadinya sisa raaterial.
Pembesian yang dikerjakan tanpa merencanakan bestat penulangan
terlebih dahulu dapat menyebabkan pemakaian besi beton yang tidak
efisien dan menghasilkan banyak sisa potongan.
48
4. Residual
Pada sumber residual bobot rata-rata sisa besi beton karena proses
pemakaian adalah 4,76 (Gambar 4.24), yang berarti berpengamb. terhadap
sisa material di lapangan. Terjadinya sisa material ini umumnya berasal
dari sisa-sisa potongan besi beton dengan ukuran yang tidak dapat dipakai
lagj (Gambar 4.26).
Gambar 4.26 Sisa Pemotongan Besi Beton
5. Lain-lain
Pada sumber lain-lain, yaitu hilang karena dicuri, bobot rata-rata 2,00
(Gambar 4.24), yang berarti kurang berpengaruh terhadap sisa material
yang terjadi di lapangan, hal ini disebabkan karena material besi beton
yang cukup panjang sehingga sulit untuk dicuri.
4.3.4 Semen
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada pekerjaan semen terlihat batvwa
sumber yang mempengaruhi terjadinya sisa material semen di lapangan adalah
disain, penanganan material, pelaksanaan, dan residual (Gambar 4.27).
Terjadinya sisa material semen, selain dalam bentuk semen yang tercecer atau
dalam bentuk campuran mortar.
49
Faktor-faktor penyebab yang mempengaruh timbulnya sisa material
di lapangan untuk masing-masing sumber tersebut diatas dapat dilihat pada
Gambar 4.28 di bawah ini.
Gambar 4.28 Bobot Faktor-Faktor Penyebab Sisa Material Semen
50
1. Disain
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada svimber disain, faktor-faktor
yang mempengaruhi sisa material semen di lapangan (Gambar 4.28)
adalah:
• Adanya penibahan disain dari pengembang
• Adanya perubahan disain dari pembeli/tenant
Adanya pembahan disain dari pengembang, yang disebabkan karena
disain yang kurang sempuma (Loosemore 2001), sehingga pengembang
merasa perlu untuk merevisi/merubah dinding tembok yang telah
dilaksanakan (Gambar 4.29), sehingga terjadi pembongkaran yang dapat
menimbulkan sisa material.
Adanya perubahan disain dari pembeli/tenant, terutama yang
memiliki minimal dua ruko menghendaki adanya perubahan pada dinding
tembok denah awal (Gambar 4.30) untuk kepentingan penggunaannya,
sehingga menimbulkan pembongkaran pada dinding tembok tersebut, dan
akhirnya menimbulkan sisa material dalam bentuk bongkaran beton.
Gambar 4.29 Pembongkaran Tembok Batu Bata
Gambar 4.30 Dua Ruko yang Dijadikan Satu
51
2. Pengadaan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber pengadaan material,
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi sisa material semen di lapangan
(Gambar 4.28), adalah:
• Kemasan rusak menyebabkan semen tercecer
Kemasan yang rusak pada saat pengiriman semen menyebabkan
semen akan tercecer baik di gudang maupun pada saat dipindahkan,
sehingga menyebabkan terjadinya sisa material.
3. Penanganan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada siimber penanganan material,
faktor-faktor yang mempengaruli terjadi sisa material semen di lapangan
(Gambar4.28), adalah:
• Penyimpanan yang salah menyebabkan semen rusak
• Pemakaian tidak menurut .irntan pengiriman
• Membuang/melempar semen ke gudang
• Tercecer dalam bentuk mcrtar saat diangkut
Semen yang disimpan tidak memenuhi syarat, dapat menjadi basah
kalau hujan atau lantai yang lidak diberi alas, menyebabkan semen akan
rusak/mengeras, akhimya tidak terpakai dan menjadi sisa material.
Semen yang dipakai tidak menurut urutan pengiriman, menyebabkan
semen yang paling bawah akan mengeras karena tersimpan lama, akhimya
menjadi sisa material.
Semen yang dilempar/dibuang ke gudang dapat raenyebabkan
kemasan rusak sehingga semen akan tercecer baik di gudang maupun pada
saat akan diangkut ke tempat pencampuran, sehingga menyebabkan
terjadinya sisa material
Mortar yang tercecer saat diangkut dari tempat pencampuran ke
tempat pemasangan atau ke lantai 2 (Gambar 4.31), disebabkan karena
timba cor yang tidak layak dipakai lagi. Seliingga menyebabkan terjadinya
sisa material.
52
Gambar 4.31 Pengangkatan Mortar ke Lantai 2
4. Pelaksanaan
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber pelaksanaan, faktor-
faktor yang mempengaruhi sisa material semen di lapangan (Gambar 4.28)
adalah:
• Cuaca yang buruk/hujan
• Akibat kesalahan/kecerobohan pekerja di lapangan
• Alat ukur tidak berfungsi dengan baik
• Pemakaian mortar lebih akibat deviasi struktur
Cuaca yang buruk/hujan dapat menyebabkan semen yang berada di
luar giidang basah dan jika tidak segera dipakai akan mengeras akibat
kelalaian pekerja di lapangan. Selain itu hujan juga dapat merasak
campuran mortar jika tidak segera dilindungi. Kedua penyebab tersebut
diatas dapat mengakibatkan terjadinya sisa material di lapangan.
Kesalahan pemasangan bekisting balok (Gambar 4.32), karena
kesalahan/kecerobohan pekerja di lapangan, mengakibatkan terjadinya
pemakaian mortar melebihi yang direncanakan karena memerlukan
plesteran yang lebih tebal, sehingga menimbulkan sisa material yang
dikategorikan sebagai indirect wastenegligent waste (Skoyles, 1976).
Peralatan yang tidak berfungsi dengan baik (Gavilan, 1994), dalam
hal ini penggunaan waterpas baik secara manual maupun digital yang
belum dikalibrasi dengan benar dapat menyebabkan terjadinya
penyimpangan/kesalahan pengukuran, sehingga mengakibatkan terjadi
53
kesalahan dalam pelaksanaan yang dapat menyebabkan pemakaian mortar
melebihi yang direncanakan dan menimbulkan sisa material yang
dikateogrikan sebagai indirect waste/production waste (Skoyles, 1976).
Gambar 4.32 Kesalahan Pemasangan Bekisting Balok
Terjadinya deviasi struktur akibat pengecoran dapat menyebabkan
plesteran menjadi tebal (Gambar 4.33 ), sehingga pemakaian mortar melebihi
yang direncanakan, akibatnya terjadi sisa material yang dikategorikan
sebagai indirect waste/production waste (Skoyles, 1976).
Gambar 4.33 Terjadinya Deviasi Struktur Balok
5. Residual
Pada sumber residual bobot rata-rata 4,97 (Gambar 4.28) yang berarti
berpengaruh terhadap sisa material di lapangan. Sisa material ini terjadi
pada saat melakukan plesteran (Gambar 4.34), hal ini terjadi karena kurang
adanya tanggung jawab terhadap sisa rnaterial (Loosemore, 2001).
54
Gambar 4.34 Sisa Mortar yang tidak Terpakai
6. Lain-iain
Pada sumber lain-lain, yaitu hilang karena dicuri, bobot rata-rata 3,27
(Gambar 4.28), yang berarti kurang berpengaruh terhadap sisa material
semen di lapangan, hal ini disebabkan karena semen biasanya disimpan
dalam gudang yang cukup aman sehingga tidak mudah dicuri.
4.3.5 Pasir
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada material pasir (Gambar 4.35),
terlihat bahwa sumberyang mempengaruhi terjadinya sisa material pasir
di lapangan diantaranya adalah: disain, pengadaan material, penanganan
material, pelaksanaan, dan residual. Terjadinya sisa material pasir, baik dalam
bentuk pasir maupun dalam bentuk campuran mortar.
55
Faktor-faktor penyebab timbulnya sisa material di lapangan untuk
masing-masing sumber tersebut diatas dapat dililiat pada Gambar 4.36.
Gambar 4.36 Bobot Faktor-Faktor Penyebab Sisa Material Pasir
1. Disain
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber disain, faktor-faktor
yang mempengaruhi sisa maierial pasir di lapangan (Garabar 4.36) adalah
• Adanya perubahan disain dari pengembang
• Adanya perubahan disain dari pembeli/tenant
Adanya perubahan di;ain dari pengembang, disebabkan karena
proses disain yang kurang sempurna (Loosemore 2001), sehingga
pengembang merasa perlu uiitiik merevisi/merubali disain tersebut setelah
dilaksanakan (Gambar 4.29), sehingga terjadi pembongkaran pada dinding
pasangan bata yang menyeba:>kan terjadinya sisa material bempa mortar.
Adanya perabahan disain dari pembeli/tenant, terutama yang
memiliki minimal dua ruko tnenghendaki adanya perubahan pada denah
(Gambar 4.30) untuk kepentingan penggunaannya, sehingga nienimbulkan
56
pembongkaran pada pekerjaan dinding pasangan bata yang sudah
terpasang, dan akhirnya menimbulkan sisa material berupa mortar
2. Pengadaan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber pengadaan material,
faktor-faktor yang mempengaruhi sisa material pasir (Gambar 4.36),
adalah:
• Pemesanan raelebihi kebutuhan
• Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil
• Suplier kirim pasir tidak sesuai spesifikasi
Pasir yang dipesan melebihi kebutuhan disebabkan karena kontraktor
tidak membuat estimasi pemakaian pasir, sehingga pada akhir proyek
terdapat sisa material pasir yang masili menumpuk dan kelebilian pasir
tersebut sering digunakan untuk pekerjaan lain seperti urugan tanah,
sehingga menyebabkan terjadinya sisa material yang dikategorikan sebagai
indirect waste/substitution waste (Skoyles, 1976).
Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil, minimal 1 truk
yang volumenya sekitar 6,2 m3, sehingga kebutuhan yang kurang dari
volume tersebut akan menyebabkan terjadinya sisa pasir di lapangan.
Suplier mengirim pasir tidak sesuai dengan spesifikasi, biasanya
mengandimg tanah atau lumpur (Gambar 4.37), sehingga tidak dapat
menghasilkan campuran mortar yang baik, akhiraya tidak terpakai dan
menjadi sisa material.
Gambar 4.37 Pasir yang Mengandung Lumpur
57
3. Penanganan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber penanganan
material, faktor-faktor yang mempengarubi sisa material pasir di lapangan
(Gambar 4.36), adalah:
• Tercecer dilalui kendaraan/orang
• Volume pasir dari suplier kurang
• Tercecer saat diangkut ke tempat campuran
• Hilang karena bercampur dengan tanah
Penataan site yang kurang baik (Thomas, 1989), akan
menyebabkan penumpukan pasir berada pada tempat yang tidak aman
yaitu pada jalur yang dilalui kenderaan/orang. Hal ini menyebabkan pasir
akan tercecer (Gambar 4.38), sehingga menyebabkan terjadinya sisa
material.
Gambar 4.38 Pasir Tercecer akibat Dilalui Kenderaan/Orang
Menerima dan memeriksa pasir (Stuckhart, 1995) sebelum
diturunkan dari truk, dapat menghindari berkurangnya volume pasir, yang
dapat menyebabkan terjadinya sisa material yang dikategorikan sebagai
indirect waste^production waste (Skoyles, 1976).
Pasir yang tercecer saat diangkut ke tempat pencampuran dapat
terjadi karena alat yang dipakai untuk mengangkut pasir sudah tidak
layak/bocor atau terisi pasir dalam keadaan terlalu penuh. Hal ini
disebabkan kurang adanya tanggung jawab terhadap sisa material yang
terjadi di lapangan (Loosemore, 2001)
58
Pasir yang hilang bercampur tanah, disebabkan karena tumpukan
pasir yang tertimbun dengan bekas galian tanah pondasi, sehingga
menyebabkan terjadinya sisa material pasir.
4. Pelaksanaan
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber pelaksanaan, faktor-
faktor yang mempengaruhi sisa material pasir di lapangan (Gambar 4.36)
adalah:
• Cuaca yang buruk/hujan
• Akibat kesalahan/kecerobohan pekerja di lapangan
• Alat ukur ttdak berfungsi dengan baik
• Pemakaian mortar lebih akibat deviasi struktur
Cuaca yang buruk/hujan dapat mengakibatkan volume pasir yang
ditumpuk berkurang karena hilang terbawa air hujan, sehingga menyebab
terjadinya sisa material yang dikatergorikan sebagai direct waste/mgt waste
Akibat kesalahan/kecerobohan pekerja dalam membaca gambar,
menyebabkan kesalahan penempatan shaft instalasi listrik (Gambar 4.39),
sehingga harus menyilang pipa talang, mengakibatkan plesteran tembok
menjadi tebal, dan menimbulkan sisa material yang dikategorikan sebagai
indirect waste/negligent waste (Skoyles, 1976).
Gambar 4.39 Kesalahan Penempatan Pipa Instalasi Listrik
Peralatan yang tidak berfungsi dengan baik (Gavilan, 1994), dalam
hal ini penggunaan alat ukur seperti waterpas baik secara manual maupun
59
digital yang belum dikalibrasi dengan benar dapat menyebabkan terjadinya
penyimpangan/kesalahan pengukuran, sehingga mengakibatkan terjadi
kesalahan dalam pelaksanaan yang dapat menyebabkan pemakaian mortar
melebihi yang direncanakan dan menimbulkan sisa material yang
dikateogrikan sebagai indirect waste/production waste (Skoyles, 1976).
Terjadinya deviasi struktur/balok akibat pengecoran karena bekisting
tidak cukup kuat (Gambar 4.40), sehingga menyebabkan plesteran menjadi
tebal dan pemakaian mortar melebihi yang direncanakan, akibatnya terjadi
sisa material yang dikategorikan sebagai indirect waste/production waste
(Skoyles, 1976).
Gambar 4.40 Ketebalan Plesteran akibat Deviasi Balok
5. Residual
Pada sumber residual bobot rata-rata 5,06 (Gambar 4.36) yang berarti
berpengaruh terhadap sisa material pasir di lapangan. Terjadinya sisa
material ini berasal dan sisa pemakaian atau sisa penumpukan pasir
(Gambar 4.41), yang sudah tidak terpakai lagi karena dianggap sebagai
konsekuensi dari sisa material pasir (Loosemore, 2001).
60
Gambar 4.41 Sisa Penumpukan Pasir
6. Lain-lain
Pada sumber lain-lain, yaitu hilang karena dicuri, bobot rata-rata 2,24
(Gambar 4.36), yang berarti kurang berpengaruh terhadap sisa material
pasir, hal ini disebabkan karena material pasir tidak terlalu berharga untuk
dicuri.
4.3.6 Batupecah
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada aktifitas pekerjaan material
batu pecah (Gambar 4.42), terlihat bahwa sumber yang mempengaruhi
terjadinya sisa material batu pecah di lapangan diantaranya adalali penanganan
material, pelaksanaan, dan residual. Pemakaian batu pecah dalam bentuk
campuran beton digunakan pada pekerjaan lantai kerja, rabat, pengecoran
kolom praktis, dan pekerjaan non struktur lainnya.
61
Faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi timbulnya sisa material
batu pecah di lapangan untuk masing-masing sumber tersebut di atas dapat
dilihat pada Gambar 4.43 di bawah ini.
Grafik 4.43 Bobot Faktor-Faktor Penyebab Sisa Material Batu Pecah
1. Disain
Hasil analisis deskriptic kuesioner pada sumber disain, faktor-faktor
yang mempengaruhi sisa material batu pecah di lapangan (Gambar 4.43)
adalah:
• Adanya perubahan disain dari pengembang
Adanya perubahan disain dari pengembang, disebabkan karena
proses disain yang kiirang sempuma (Loosemore 2001), sehingga
pengembang merasa perlu untuk merevisi/merabah disain tersebut setelah
dilaksanakan, sehingga teijadi pembongkaran yang menyebabkan
terjadinya sisa material berupa bongkaran beton.
2. Pengadaan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber pengadaan material,
faktor-faktor yang mempengaruhi sisa material batu pecah di lapangan
(Gambar 4.43), adalah:
62
• Pemesanan melebihi ketmtuhan
• Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil
Pemesanan melebihi kebutuhan disebabkan karena kontraktor tidak
melakukan estimasi pemakaian batu pecah, sehingga pada akhir proyek
terdapat sisa batu pecah yang masih menumpuk sehingga terjadi sisa
material yang dikategorik.ui sebagai indirect waste/snbstitution waste
(Skoyles, 1976).
Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil, minimal 1 truk
yang volumenya sekitar 6,2 m3, sehingga kebutuhan yang kurang dari
volume tersebut akan menyebabkan terjadinya sisa material di lapangan.
3. Penanganan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber penanganan material,
faktor-faktor yang mempengaruhi sisa material batu pecah di lapangan
(Gambar 4.43), adalah
• Tercecer dilalui kendaraan/orang
• Vokune batii pecah dari suplier kurang
• Tercecer saat diangkut ke tempat kerja
Penataan site yanj? kurang baik (Thomas, 1989), akan
menyebabkan penumpukan batu pecah berada pada tempat yang tidak
aman yaitu pada jalur yang dilalui kenderaan/orang. Hal ini menyebabkan
batu pecah akan tercecer, sehingga menyebabkan terjadinya sisa material.
Batu pecah yang dituiunkan dari truk, diperiksa terlebih dahulu
sebelum diterima (Stuckhart, 1995), akan menghindari berkurangnya
volume batii pecah, yang dapat mengakibatkan pemakaian bahan lebih,
sehingga menyebabkan terjadmya sisa material yang dikategorikan sebagai
indirect waste/production waste (Skoyles, 1976).
Batu pecah yang tercecer saat diangkut ke tempat pencampuran dapat
terjadi karena bakul yang dipakai untuk mengangkut batu pecah sudah
tidak layak/bocor, dan jaraknya yang jauh dapat menyebabkan terjadinya
sisa material.
63
4. Pelaksanaan
Hasil analisis deskriptif data kuesioner pada sumber pelaksanaan,
faktor-faktor yang mempengamhi sisa material batu pecah di lapangan
(Gambar 4.43) adalah:
• Akibat kesalahan/kecerobohan pekerja di lapangan
• Pemakaian beton lebih akibat deviasi struktur
Akibat kesalahan/kecerobohan pekerja di lapangan yang tidak teliti,
mengakibatkan galian tanah pekerjaan sloof tidak merata (Gambar 4.44),
akibatnya pemakaian beton untuk lantai kerja melebihi yang direncanakan,
sehingga menimbulkan sisa material yang dikategorikan sebagai indirect
waste/negligent waste (Skoyles, 1976).
Terjadinya deviasi struktur akibat pengecoran karena bekisting yang
kurang kuat, dapat menyebabkan pemakaian beton melebihi yang
direncanakan, sehingga menyebabkan terjadinya sisa material yang
dikategorikan sebagai indirect waste/production waste (Skoyles, 1976).
5. Residual
Pada sumber residual bobot rata-rata sisa kelebilian beton pada akhir
pekerjaan 3,94 (Gambar 4.43) yang berarti berpengaruh terhadap sisa
material batu pecali. Terjadinya sisa material ini berasal dari sisa
pengecoran yang tertinggal dan telah dianggap sebagai konsekuensi dari
sisa material (Loosemore, 2001).
64
6. Lain-lain
Pada sumber lain-lain, yaitu hilang karena dicuri, bobot rata-rata 1,91
(Gambar 4.43), yang berarti kurang berpengaruh terhadap sisa material
batu pecah di lapangan. Hal ini disebabkan karena batu pecah dianggap
tidak terlalu berharga untuk dicuri.
4.3.7 Batubata
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada material batu bata, terlihat
bahwa sumber yang mempengaruhi terjadinya sisa material di lapangan
diantaranya adalah: disain, pengadaan material, penanganan material,
pelaksanaan, dan residual (Gambar 4.45).
Faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi timbulnya sisa material
batu bata di lapangan untuk masing-masing sumber tersebut diatas dapat
dilihat pada Gambar 4.46 di bawah ini.
65
Gambar 4.46 Bobot Faktor-Faktor Penyebab Sisa Material Batu Bata
1. Disain
Hasil anlisis deskriptif kuesioner pada sumber disain, faklor-faktor
yang mempengaruhi sisa material batu bata di lapangan (Gambar 4.46)
adalah:
• Adanya perubahan disaiii dari pengembang
• Adanya perubahan disain dari pembeli/tenant
Adanya perubahan disain dari pengembang, disebabkan karena
proses disain yang kurang sempuraa (Looseraore 2001), sehingga
pengembang merasa perlu untuk merevisi/merubah dinding tembok yang
telah dilaksanakan (Gambsr 4.29), sehingga menimbulkan pekerjaan
pembongkaran yang menyebabkan terjadinya sisa material.
Adanya perubahan disain dari pembeli/tenant, terutama yang
memiliki minimal dua ruko dan menghendaki adanya perabahan dari
disain awal (Gambar 4.30), sebingga menimbulkan pembongkaran pada
pekerjaan dinding yang sudah terpasang, dan akhimya menimbulkan sisa
material.
66
2. Pengadaan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber pengadaan material,
faktor-faktor yang mempengaruhi sisa material batu bata di lapangan
(Gambar 4.46), adalah:
• Kontraktor pesan batu bata tidak sesuai spesifikasi
• Pemesanan melebihi kebutuhan
• Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil
• Suplier kirim batu bata tidak sesuai spesifikasi
Kontraktor pesan batu bata tidak sesuai dengan spesifikasi dalam hal
ini mutu bata yang rendah, karena kontraktor menginginkan harga yang
termurah. Mutu bata rendah menyebabkan batu bata mudah rusak/patah
sebelum digunakan (Gambar 4.47), dan menimbulkan sisa material.
Gambar 4.47 Mutu Batu Bata yang Rendah
Pemesanan melebihi kebutuhan disebabkan karena kesalahan dalam
mengestimasi volume batu bata atau overestimate yang disebabkan oleh
budaya pemborosan (Loosemore, 2001), sehingga terjadi kelebihan
persediaan yang dapat menimbulkan sisa raaterial batu bata di lapangan.
Pemesanan batu bata minimal Vi truk atau 2000 buah, sehingga pada
akhir pekerjaan, jika masih dibutuhkan batii bata kurang dari jumlah
tersebut, maka dapat menyebabkan terjadinya sisa material di lapangan.
Suplier kirim batu bata tidak sesuai spesifikasi dalam hal ini mutu
batu bata rendah (Gambar 4.47), sehingga mudah rusak/patah pada saat
67
akan diangkut/dipindahkan ke tempat pemasangan, sehingga menimbulkan
sisa material.
3. Penanganan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber penanganan material,
faktor-faktor yang mempengaruhi sisa material batu bata di lapangan
(Gambar 4.46), adalah:
• Rusak/patah pada saat dipindahkan
• Membuang/melempar batu bata
• Tercecer pada saat diangkut
Akibat dipindahkan dari tempat penumpukan ke tempat kerja,
menyebabkan batu bata patah/rasak (Gambar 4.48) dan tukang cenderung
untuk tidak memakainya lagi, hal ini disebabkan karena adanya penekanan
terhadap waktu (Loosemore, 2001), sehingga batu bata yang rusak/patah
akan menjadi sisa material di lapangan.
Gambar 4.48 Potongan Batii Bata akibat Dipindahkan
Batu bata yang dibuang/dilempar pada saat pemindahan ke lantai 2
secara manual (Gambar 4.49), dapat menyebabkan batu bata rusak/patah
akibat jatuli ke bawah sehingga menyebabkan terjadinya sisa material.
Pada saat diangkut/dipindahkan dalam lokasi proyek, ada batu bata
yang terjatuh dan tercecer sehingga patah/rusak (Gambar 4.50), dan
menyebabkan terjadinya sisa material. Hal ini disebabkan adanya budaya
pemborosan dari pekerja (Loosemore, 2001).
68
Gambar 4.49 Melempar/Membuang Batu Bata ke Lt 2
Gambar 4.50 Batu Bata yang Tercecer saat Diangkut
4. Pelaksanaan
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber pelaksanaan, faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya sisa material batu bata di lapangan
(Gambar 4.46) adalah:
• Cuaca yang buruk/hujan
• Akibat kesalahan/kecerobohan pekerja di lapangan
• Pemakaian batu bata lebih akibat deviasi struktur
Mutu batu bata yang rendah, akibat pengaruh cuaca/hujan dapat
menyebabkan bata menjadi rusak/hancur (Gambar 4.51), sehingga tidak
dapat digunakan lagi dan dapat menyebabkan sisa material yang cukup
banyak.
69
Gambar 4.51 Batu Bata Rusak karena Hujan
Akibat kesalalian/kecerobohan pekerja dalam membaca gambar
maupun kurang adanya konsultasi dengan Pengawas (Loosemore, 2001),
menyebabkan pemasangan anak tangga salah tidak sesuai hongsui
(Gambar 4.52), sehingga perlu dibongkar dan menyebabkan terjadinya sisa
material.
Gambar 4.52 Pasangan Anak Tangga tidak Menurut Hongsui
Akibat terjadinya deviasi struktur kolom maupun balok, akan
menyebabkan pemakaian volume pasangan bata bertambah, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya sisa material yang dikategorikan sebagai indirect
waste/production waste (Skoyles, 1976).
70
5. Residual
Pada sumber residual bobot rata-rata sisa potongan yang tertinggal
pada akhir pekerjaan 4,97 (Gambar 4.46) yang berarti berpengaruh
terhadap sisa material batu bata. Terjadinya sisa material disebabkan
karena pada umumnya tukang keberatan memakai potongan-potongan batu
bata yang ada (Gambar 4.53), karena akan memperlambat pekerjaan
mereka, Sehingga menimbulkan sisa material yang terdiri dari potongan-
potongan batu bata.
Gambar 4.53 Sisa Material Batu Bata yang Tertinggal
6. Lain-lain
Pada sumber lain-lain hilang karena dicuri, memiliki bobot rata-rata
2,00 (Gambar 4.46), yang berarti kurang berpengaruh terhadap sisa
material di lapangan, hal ini disebabkan karena batu bata tidak termasuk
barang yang berharga.
4.3.8 Keramik
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada material keramik, terlihat
bahwa sumber yang mempengaruhi terjadinya sisa material di lapangan
diantaranya adalah: disain, pengadaan material, penanganan material,
pelaksanaan, residual, dan lain-lain (Gambar 4.54).
71
Faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi timbulnya sisa material
keramik di lapangan untuk masing-masing siunber tersebut diatas dapat dilihat
pada Gambar 4.55 di bawah ini.
Gambar 4.55 Bobot Faktor-Faktor Penyebab Sisa Keramik
72
1. Disain
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber disain, faktor-faktor
yang mempengaruhi sisa material keramik di lapangan (Gambar 4.55)
adalah:
• Adanya perubahan disain
• Informasi gambar kurang/tidak j elas
• Memilih produk yang berkualitas rendali
Adanya perubahan disain pada keramik yang telah terpasang
menyebabkan keramik akan rasak/pecah pada saat dibongkar, disebabkan
karena perencanaan yang kurang sempuma (Loosemore, 2001), sehingga
menyebabkan terjadinya sisa material.
Informasi gambar yang tidak jelas baik terhadap notasi ukuran,
merk/tipe maupun terhadap gambar itu sendiri terutama untuk model disain
yang variatif, dapat mengakibatkan kesalahan pada saat pengadaan
maupun pemasangan keramik. Sehingga hal ini dapat menimbulkan
terjadinya sisa material keramik di lapangan.
Keramik yang berkualitas rendah, dapat menyebabkan banyaknya
keramik yang cacat/gupil, gampang retak/pecah pada saat pemindahan
maupun pemasangan, sehingga menyebabkan terjadinya sisa material
keramik di lapangan (Gambar 4.56)
Gambar 4.56 Keramik Berkualitas Rendah
73
2. Pengadaan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber pengadaan material,
faktor-faktor yang mempengaruhi sisa material keramik di lapangan
(Gambar 4.55), adalah:
• Kontraktor pesan keramik tidak sesuai spesifikasi
• Pemesanan melebihi kebutuhan
Akibat gambar yang tidak lengkap atau kurang jelas, dan karena
komitmen manajemen yang kurang (Loosemore, 2001), mengakibatkan
pemesanan dan pemasangan keramik salah, akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya sisa material.
Kontraktor memesan keramik melebihi kebutuhan, hal ini dapat
terjadi karena kesalahan dalam mengestimasi pemakaian volume keramik
di lapangan, atau untuk menutupi kekurangan keramik yang terjadi akibat
retak/pecah, cacat/gupil, dan sisa potongan pada saat pelaksanaan,
seliingga menyebabkan terjadinya sisa kerainik pada akhir pekerjaan.
3. Penanganan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber penanganan material,
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi sisa material keramik di lapangan
(Gambar 4.55), adalah:
• Rusak/patah pada saat dipindahkan
• Membuang/melempar keraraik saat terima barang
• Keramik tidak dikemas dengan baik
• Ketidaktelitian memeriksa keramik dari suplier
Rusak/patah pada saat dipindahkan ketempat pemasangan, dapat
disebabkan karena penanganan yang ceroboh dan kasar oleh pekerja. Hal
ini dipengaruhi juga oleh kualitas dari pada keramik itu sendiri.
Keramik yang diturunkan dengan tidak hati-hati (Skoyles, 1976),
dapat mengakibatkan keramik retak/pecah karena sifatnya yang getas
sehingga menghasilkan sisa material keramik.
74
Keramik yang tidak dikemas dengan baik dalam hal ini kemasannya
telah rusak, dapat mengakibatkan keramik jatuh dan rasak/pecah pada saat
diangkut/dipindahkan, sehingga menyebabkan terjadinya sisa material.
Ketidaktelitian memeriksa keutuhan keramik pada saat menerima
barang dari suplier (Stuckhart, 1995), sehingga terdapat keramik yang
pecah, cacat atau gupil yang dapat menyebabkan terjadinya sisa material
keramik di lapangan (Gambar 4.57)
Gambar 4.57 Keramik yang Pecah, Cacat atau Gupil
4. Pelaksanaan
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada sumber pelaksanaan, faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya sisa material keramik di lapangan
(Gambar 4.55) adalah:
• Akibat kesalahan/kecerobohan pekerja di lapangan
• Alat potong tidak berfiingsi dengan baik
• Kesalahan pemasangan keramik
• Tidak merencanakan pemotongan keraraik
Kesalahan/kecerobohan pekerja di lapangan pada saat pemasangan
dapat menyebabkan keramik menjadi retak/pecah (Gambar 4.58), hal ini
disebabkan karena kualitas keramik yang rendah.
75
Gambar 4.58 Sisa Keramik akibat Kecerobohan danKesalahan Pemasangan
Alat potong yang tidak berfungsi dengan baik sehingga pada saat
pemotongan keramik tidak rata atau pisau potong yang telah tumpul dapat
mengakibatkan keramik rusak pada saat pemotongan.
Kesalahan pemasangan keramik dapat disebabkan karena tukang
kurang berpengalaman dalam membaca gambar, salah menerima petunjuk
dari pengawas proyek, dan kurang adanya konsultasi (Loosemore, 2001)
(Gambar 4.58), sehingga menyebabkan terjadinya sisa material.
Pemotongan keramik tanpa perencanaan yang baik (Gavilan, 1994),
yaitu tidak melakukan pengkondisian rencana areal yang akan dipasang
keramik dengan ukuran keramik yang akan dipakai, sehingga dapat
menyebabkankan terjadinya sisa-sisa pemotongan yang tidak efisien yang
menyebabkan terjadinya sisa material.
5. Residual
Pada sumber residual bobot rata-rata sisa potongan yang tertinggal
pada akhir pekerjaan 4,97 (Gambar 4.55), yang berarti berpengaruh
terhadap sisa material keramik. Sisa material keramik ini terjadi terutama
disebabkan karena pemilihan keramik yang bermotif, model disain dengan
pola pemasangan tertentii dan menggunakan kombinasi beberapa jenis
keramik akan sangat mempengaruhi terjadinya sisa material di lapangan.
76
6. Lain-lain
Pada sumber lain-lain, yaitu hilang karena dicuri, bobot rata-rata
3,79 (Gambar 4.55), yang berarti berpengaruh terhadap sisa material
keramik di lapangan, hal ini disebabkan karena keramik cukup berharga,
dibutuhkan dan mudah untuk dibawa.
4.4 MANAJEMEN MATERIAL
Analisa deskriptif data hasil kuesioner manajemen material disajikan
dalam bentuk histogram (Gambar 4.59), dengan sumbu x menyatakan tahapan
di dalam manajemen material, sedangkan sumbu y menyatakan nilai rata-rata
bobot dari tahapan tersebut.
Nilai rata-rata bobot yang terletak diantara satu sampai tiga setengah
digolongkan sebagai faktor yang kurang berpengaruh, sedangkan yang lebih
dari tiga setengah sampai enam digolongkan sebagai faktor yang berpengaruh.
Tahapan manajemen material yang mempengaruhi terjadinya sisa
material di lapangan adalah pengadaan material, penyimpanan material,
penanganan material, dan penggunaan material.
Gambar 4.59 Bobot Tahapan Manajemen Material
Rata-rata bobot faktor-faktor aktifitas manajemen material dari tahapan-
tahapan tersebut diatas yang mempengaruhi sisa material di lapangan dapat
dilihat pada Gambar 4.60.
77
Gambar 4.60 Bobot Faktor-faktor Aktifitas Manajemen Material
4.4.1 Pengadaan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada tahapan pengadaan matenal,
faktor-faktor aktifitas yang mempengaruhi sisa material (Gambar 4.60)
adalah:
• Memilih suplier berdasarkan harga material
• Memilih suplier berdasarkan bonafiditas
• Memilih suplier karena langganan lama
• Membuat estimasi kebutuhan material
Kontraktor cenderung mcmbeli material dengan harga murah untuk
mendapatkan profit yang besar. sedangkan kualitas menjadi prioritas kedua
yang penting telah memenuhi persyaratan minimal yang diminta. Matenal
dengan harga murah mempengarahi besamya sisa material yang terjadi baik
berhubungan dengan kualitas niaupun kuantitas bahan, misalnya batu bata
yang berharga murah mudah rusak/patah sebelum digunakan.
Supplier yang tidak bonafiditas (Nugraha, 1985), dapat menyebabkan
material yang dikirim tidak memenuhi kualitas maupun kuantitas, misalnya
material pasir yang dikirim ke lokasi bercampur lumpur sehingga tidak
78
dapat digunakan karena tidak bisa bereaksi dengan semen dan akhimya
menjadi sisa material yang dikategorikan sebagai indirect waste/substitution
yvaste.
Suplier karena langganai lama dapat mempengaruhi sisa material, hal
ini karena adanya faktor kepercayaan dari kontraktor sehingga terkadang
material yang dikirim tanpa dilakukan pemeriksaan terlebih dulu, sehingga
terdapat material yang rusak atau tidak memenuhi spesifikasi tetap diterima,
misalnya material keramik banyak yang retak atau gupil, pesanan mutu
keramik kw 1, temyata yang dikirim kw 2. ukuran diameter besi beton yang
dikirim tidak sesuai pesanan dsb. Sehingga semua ini akan menyebabkan
terjadinya sisa material
Kontraktor membuat estimasi kebutuhan material, agar pemesanan dan
pengiriman material dapat dilaksanakan dengan terencana sesuai jadwal
pemakaian material (Thomas, 1989), misalnya pengecoran beton ready mix
agar dipesan sesuai kebutuhan volume bekisting yang telah siap untuk dicor
sehingga hal ini dapat menghindari terjadinya sisa material beton ready mix
yang dikategorikan sebagai direct waste/ residual waste (Skoyles, 1976).
Jadwal pengiriman pasir disesuaikan dengan pemakaian di lapangan, agar
tidak terjadi penumpukan pasir yang berlebihan, sehingga menyebabkan
terjadinya sisa material yang dnpat disebabkan karena hilang terbawa hujan
atau dipakai sebagai urugan.
4.4.2 Penyimpanan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada tahapan penyimpanan material,
faktor-faktor aktifitas yang mempengaruhi sisa material (Gambar 4.60)
adalah:
• Mengatur material dengan n\pi di gudang
• Menyimpan material keliru sehingga rusak
• Menumpuk material sesuai yang direkomendasi
Material yang tidak diatur dengan rapi dan bercampur antara material
yang mudah rusak/pecah dengan material berat lainnya dapat menyebabkan
material tersebut rusak dan menjadi sisa material, misalnya material keramik
79
yang tidak diatur dengan rapi dalam gudang, pecah karena tertindis dengan
material atau peralatan berat lainnya, sehingga menyebabkan terjadinya sisa
material keramik di lapangan.
Sisa material dapat timbul bila penyimpanan material tidak
diperhatikan dengan baik, sebab setiap material mempunyai sifat
karakteristik yang berlainan, sehingga membutuhkan cara dan kondisi
penyimpanan yang berbeda pula, misalnya untuk semen kondisi
penyimpanan tidak boleh lembab, karena akan menyebabkan semen
mengeras, sehingga menyebabkan terjadinya sisa material.
Material keramik yang ditumpuk perlu memperhatikan petunjuk-
petunjuk yang direkomendasikan oleh pabrik, baik jumlah penumpukan
yang diijinkan maupun metode penumpukan, untuk material batu bata perlu
mengikuti aturan penyusunannya agar tidak mudah jatuh dan patah.
4.4.3 Penanganan Material
Hasil analisis deskriptif k uesioner pada tahapan penanganan material,
faktor-faktor aktifitas yang berpengaruh terhadap sisa material (Gambar
4.60) adalah:
• Menurunkan material dengs n hati-hati dari tmk
• Menerima dan memeriksa material
• Menata penempatan material dengan baik
• Memindahkan material dengan hati-hati
Menurunkan tnuatan material saat material tiba di lokasi perlu
dilakukan dengan hati-hati (Skoyles, 1976), terutama bagi material-material
yang mudah pecah/patah seperti tiang pancang yang dibuang dari atas truk
ke bawah menyebabkan tiang pancang dapat retak sehingga pada waktu
pemancangan, tiang pancang dapat patah sebelum sampai ke tanah keras.
Semen yang dilempar kedalatn gudang, menyebabkan kemasan rasak
sehingga semen dapat tercecer pada saat dibawa ketempat kerja. Batu bara
menjadi rusak/patah akibat ditumpuk dengan tidak hati-hati. Keramik pecah
karena dimasukkan ke gudang dengan tidak hati-hati. Semua ini akan
menyebabkan terjadinya sisa material di lapangan.
80
Material yang tiba dilokasi perlu diperiksa, hal ini untuk mencegah
penerimaan material yang tidak sesuai spesifikasi yang diminta atau rasak
pada saat diterima dari supplier, dan memberi persetujuan bahwa material
yang diterima sesuai dengan pesanan (Stuckhart, 1995), sehingga hal ini
dapat mencegah terjadinya sisamaterial.
Penataan site perlu diatur sebaik mungkin, sehingga arus material
jalurnya pendek dan aman (Thomas, 1989), misalnya material pasir, dan
batu pecah ditumpuk pada tempat yang tidak aman sehingga akan
bercampur dengan tanah galian pondasi (Gambar 4.61), terletak pada tempat
yang rawan banjir sehingga akan mudah terbawa air hujan (Gambar 4.62).
Campuran mortar yang tercecer pada saat diangkut ketempat kerja karena
melewati jalur yang panjang dan sulit. Semua ini akan menyebabkan
terjadinya sisa material di lapangan.
Pemindahan material dari lokasi penyimpanan ke tempat kerja harus
dilakukan dengan hati-hati karena dapat menyebabkan material tercecer atau
rusak. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kemasan ataupun tempat yang
digunakan untuk mengangkut matenal tersebut. Misalnya semen dan
keramik pada waktu dipindahkan kemasannya dalam keadaan rusak
sehingga menyebabkan material dapat tercecer/jatuh. Batu bata, pasir dan
batu pecah tercecer/jatuh pada saat dipindahkan karena metode kerja yang
salah, sehingga menyebabkan terjadinya sisa material di lapangan
Gambar 4.61 Batu Pecah Bercampur Tanah Galian
81
Gambar 4.62 Penempatan Pasir dan Batu Pecah padaLokasi Rawan Banjir
4.4.4 Penggunaan Material
Hasil analisis deskriptif kuesioner pada tahapan penggunaan material,
faktor-faktor aktifitas yang berpengaruh terhadap sisa material (Gambar
4.60) adalah:
• Memakai metode konstruksi yang baru
• Menggunakan peralatan kerja yang memadai
• Membuat rencana pemotongan material
• Memakai tukang yang berpengalaman
Metode konstruksi yang masih baru teknologinya, dimana para pekerja
belum terbiasa dengan metode tersebut, menimbulkan banyak kesalahan-
kesalahan dalam pemakaian material, yang pada akhimya material tersebut
tidak dapat dipakai lagi, sehingga menyebabkan terjadinya sisa material
(Skoyles, 1976)
Peralatan kerja yang kurang memadai dan komplit dapat menyebabkan
pekerja tidak dapat melakukan pekerjaan pengukuran dengan akurat
(Gavilan, 1994), misalnya penggunaan alat waterpas yang tidak pemah
dikalibrasi akan mengakibatkan kesalahan pada waktu pemasangan
bowplank, menentukan titk as pemancangan, sehingga dapat terjadi
kesalahan pada waktu pelaksanaan. Alat potong keramik yang tidak
berfungsi dengan baik, dapat menyebabkan kerusakan pada keramik pada
saat pemotongan sehingga dapat menyebabkan terjadinya sisa material.
82
Sebelum melakukan pemotongan material menjadi ukuran-ukuran
tertentu, perlu dibuat rencanakan pemotongan material agar tidak terjadi sisa
pemotongan yang tidak efisiens (Gavilan, 1994). Misalnya untuk besi beton
dibuat bestat penulangan yaitu pengkondisian ukuran panjang besi yang
dipakai dengan gambar rencana kerja, untuk material keramik dilakukan
pengkondisian rencana areal yang akan dipasangi keramik dengan ukuran
keramik yang akan dipakai. Sehingga sisa-sisa pemotongan yang teriadi
dapat diminimalisasi.
Tukang yang kurang berpengalaman dapat menyebabkan terjadmya
sisa material (Gavilan, 1994), yaitu melakukan kesalahan dalam
pelaksanaan seperti pemasangan bekisting tidak pada as karena pengukuran
yang tidak akurat atau terjadi kesalahan pengukuran, membuat konstruksi
bekisting yang kurang kuat dapat mengakibatkan terjadinya perubahan
dimensi elemen struktur pada siaat pengecoran, sehingga dapat menyebabkan
pemakaian mortar melebihi yang direncanakan akibat plesteran yang tebal.
Hal ini menyebabkan terjadinya sisa material pasir maupun semen yang
dikategorikan sebagai indirect waste/negligent waste.
4.5 KATEGORISISA MATERIAL
Menurut Skoyles (1976), sisa material di lapangan terjadi dalam barnak
bentuk yang dapat dikategorikan menjadi dua tipe utama: Direct waste (D),
dan Indirect waste (I). Berikut ini pada Tabel 4.4, dijelaskan mengenai tipe
dan jenis sisa material yang terjadi di lapangan sesuai sub bab 2.2.1 dan 2.2.2
untuk setiap jenis material yang diteliti menurut faktor-faktor penyebabnya
yang berpengaruh.
83
Tabel 4.4 Kategori Sisa Material Berdasarkan Faktor-Faktor Penyebab
Jenis
Material1.
Tia
ng P
anca
ng2.
Bet
on R
eady
Mix
3. B
esi B
eton
Sumber
Disain
Pengadaan
Material
Penanganan
Material
Pelaksanaan
Residual
Disain
Pengadaan
Material
Penanganan
Material
Pelaksanaan
Residual
Disain
Pengadaan
Material
Pelaksanaan
Residual
Faktor-Faktor Penyebab
- Adanya perubahan disah
-Menilih beton berkualtas rendah
- TP belum mencapai tanah keras
-Kontraktor pesan TP lidak sesuai spesifikasi
-Pemesanan melebihi kebutuhan
- Pesanan tidak dapat dilakukan dalamjumlah kecal
- Membuang/melempar 1P dari atas truk
- Ketidaktelitian pada sart menerima TP
-Kesalahan pemancangan akibat kecerobohan
- Alat pancang tidak beilluigsi dengan baik
-Pengukuran tidak akuntf
- TP telah mencapai taiwh keras
- Sisa pemotongan TP karena kepanjangan
- Adanya perubahan disaiii dari pengembang
- Adanya perubahan disairi dari pembdi/tenant
- Pemesanan melebihi kebutuhan
- Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil
- Penanganan yg ceroboh saat menuangkan beton
- Volume beton dari suplier kurang
- Beton mengeras karena penanganan lambat
- Tercecer saat diangkut/dipindahkan
- Cuaca yang buruk/hujan
- Pengukuran dimensi tidak akurat
- Terjadi deviasi dimensi struktur saat cor
- TP bergeser menambah volume poer
- Sisa kelebihan beton pada akhir pekerjaan
- Adanya perubahan disain dari pengembang
- Adanya perubahan disain dari petrbdi/tenant
- Informasi gambar kurang/tidak jelas
- Pendetailan gambar yang mmit
- Pemesanan melebihi kebituhan
- Kesalahan pemotongan karena kecerobohan
- Kesalahan pemakaian ukuran/tipe besi beton
- Tidak merencanakan bestat penulangan
- Sisa peraotongan karena proses pemakaian
Kategori SisaMaterial
Tipe
I
D
I
D
I
I
D
D
I
D
I
D
DD
D
I
I
D
I
D
D
D
I
I
I
DD
D
D
D
I
D
D
D
D
Jenis
Prodnctionwaste
Fixingwaste
Production waste
Wrongusewaste
Substitution waste
Substitution waste
Transportwaste
Mcmagement wasle
Negligence waste
Production waste
Negligence waste
Cuttingwaste
Residue waste
Fixingwaste
Fwngwaste
Substitution waste
Substitution waste
Fixingwaste
Production waste
Application wctste
Fixingwaste
Mcmagernent waste
Negligence waste
Negligenee waste
Negligetice waste
Residue waste
Fixingwaste
Fmngwaste
Wrongusewaste
Wrong use waste
Substitution waste
Cuttingwaste
Wrongnsewaste
Cmversion waste
Residne waste
85
(lanjutan)
Jenis
Material7.
Bat
u B
ata
8. K
er a
m i
kSumber
Disain
Pengadaan
Material
Penanganan
Material
Pelaksanaan
Residual
Disain
Pengadaan
Material
Penanganan
Material
Peiaksanaan
Residual
Lain-lain
Faktor-Faktor Penyebab
- Adanya perubahan disah dari pengennbang
- Adanya perubahan disain dari pembdi/tenant
- Kontraktor pesan batu-tata tidak sesuai speafikasi
- Pemesanan melebihi kebutuhan
- Pesanan tidak dapat dilaloikan dalam jumlah kecil
- Suplier kirim batu bata tidak sesuai speafikasi
- Rusak/patah pada saat dipindahkan
- Membuang/melempar batu bata
- Tercecer pada saat diangkut
- Cuaca yang buruk/hujan
- Akibat kesalahan/kecerobohan pekerja di lapangan
- Pemakaian bata lebih akibat deviasi struktur
- Sisa potongan yang tertiiiggal pada akhir pekerjaan
- Adanya perubahan desain
- Informasi gambar kurang'tidak jelas
- Memilih produk yang berfcualitas rendah
- Kontraktor pesan keramik tidak sesuai spesifikasi
- Pemesanan melebiM kebutuhan
- Ketidaktelitian memeriksa keranik dari pemasok
- Rusak/patah pada saat di pindahkan
- Membuang/melempar kenamik saat terima.
- Keramik tidak dikemas (fcngan baik
- Akibat kesalahan/kecerotoban pekerja di lapangan
- Alat potong tidak berfungsi dengan baik.
- Kesalahan pemasangan ki:ramik
- Tidak merencanakan perrotongan keramik
- Sisa pemotongan karena proses pemakaian
- Hilang karena dicuri
Kategori SisaMatenal
TipeDDDIIDDDDDII
' D "DDDDIDDDDDDDDDD
Jenis
Fixingwaste
Fixingwaste
Wrong use waste
Substitution wasie
Substitution wasie
Wrong use miste
Tranport waste
Transportwaste
Fixmgwaste
Management wasie
Negligence waste
Negligence wctste.
Residuewaste
Firingwaste
Wrong use waste
Fixingwaste
Wrongusewaste
Substitittion waste
Mamgement waste
Transportwaste
Transportwaste
Management waste
Negligence waste
Cuttmgwaste
Fixingwaste
Conversion waste
Eesidue waste
CrimncdMmte
Dari Tabel tersebut diatas dapat dibuat prosentase direct dan indirect
waste untuk masing-masing jenis, material pada Tabel 4.5, dan dalam beniuk
grafik pada Gambar 4.63.
86
Gambar 4.63 Prosentase Kategori Sisa Material
Dari Tabel 4.5 dan Gambar 4.63 tersebut diatas, jenis material dengan
tipe direct waste yang mempunyai prosentase terbesar dan lebih dari separuh
berturut-turut adalah: keramik, besi beton, semen, batu bata, beton ready mix
dan tiang pancang. Hal ini menunjukkan sisa material yang terjadi untuk
keenam jenis material ini, sebagian besar dalam bentuk fisik di lapangan yang
telah rusak atau tidak dapat diperbaiki lagi, sehingga tidak dapat digunakan
lagi, dan lebih berpengaruh terhadap dampak lingkungan.
Untuk pasir dan batu pecah mempunyai prosentase Indirect waste lebih
besar dari pada direct waste, hal ini menunjukan sisa material tersebut yang
terjadi sebagian besar secara fisik tidak kelihatan atau lebih banyak
berpengaruh terhadap biaya secara "tersembunyi" menjadi "hidden cost", dan
kurang berpengaruh terhadap dampak lingkungan.
4.6 HUBUNGAN ANTARA KUANTITAS - SUMBER - FAKTOR
PENYEBAB SISA MATERIAL
Sumber dan faktor penyebab sisa material yang paling mempengaruhi
sisa material untuk masing-masing jenis material yang disusun berdasarkan
rata-rata bobot terkecil sampai terbesar dapat dilihat pada Tabel 4.6.
87
Pada sumber disain, faktor adanya perubahan disain dari pengembang
sangat mempengaruhi pada semua jenis material, hal ini disebabkan karena
perencanaan yang kurang sempuma sehingga terjadi perubahan-perubahan
pada saat pelaksanaan pekerjaan dan akan menyebabkan terjadinya sisa
material akibat pembongkaran yang dilakukan.
Pada sumber pengadaan nmterial, faktor yang sangat mempengaruhi
terjadinya sisa material adalah: pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah
kecil, dan pemesanan melebihi kebutuhan. Hal ini menunjukkan bahwa
estimasi penggunaan material penting dilakukan untuk minimalisasi sisa
material.
Pada sumber penanganan material, faktor yang sangat mempengarahi
terjadinya sisa material adalah yang berhubungan dengan keteliiian
pemeriksaan material yang datang dari suplier, dan penanganan material pada
saat diangkut atau dipindahkan dalam lokasi. Hal ini menunjukkan perlu
adanya sistim manajemen yang baik dalam penanganan material di lapangan.
Pada sumber pelaksanaan, faktor yang sangat mempengaruhi sisa
material adalah: akibat kesalahari/kecerobohan pekerja di lapangan dan akibat
adanya deviasi struktur, yang memiliki bobot terbesar diantara faktor-faktor
penyebab yang lain, hal ini menunjukkan bahwa pemakaian tukang yang
berpengalaman sangat mempengEiruhi terjadinya sisa material.
Nilai rata-rata bobot sumber penyebab sisa material untuk masing-
masing jenis material dapat dililiat pada Table 4.7, dan dalam bentuk grafik
pada Gambar 4.64.
Tabel 4.7 Sumber Penyebab Sisa
No.
12345678
JenisMaterial
TPBRMBesi betonSemenPasirBatu pecahBatu bataKeramik
Rata-rata bobot
Disain
3,833,943,943,923,513,273,973,833,78
Matcnal yang Berpengaruh
Sumber Penyebab Sisa MateriaPengadaan
Material3,573,413,513,023,833,434,263,683,59
PenangananMaterial
2,58
-4.174.663,754,244,274,16
Pelaksanaan
4,584,654,234,524,393,583,804,634,30
Residu
4,914,424,764,975,063,944,974,974,75
Lain-lain
1,551,272,003,272,24
1,912,003,792,25
Rata-rataBobot
3,673,703,693,983,953,313,874,19
89
Gambar 4.64 Rata-Rata Bobot Sutnber Penyebab Sisa Material
Dari Tabel 4.7 dan Gambar 4.64 tersebut, sumber residual untuk masing-
masing jenis material pada umumnya memiliki rata-rata bobot yang paling
tinggi, yang berarti sangat berpengaruh pada sisa material di lapangan, sebab
pada umumnya sisa material yang terjadi tidak dapat dihindari.
Pada sumber penanganan material, tiang pancang memiliki rata-rata
bobot terendah, karena pada umumnya mutu beton tiang pancang cukup
tinggi, sehingga tidak mudah rusak/patah pada saat digunakan, sebaliknya
pasir memiliki rata-rata bobot terbesar, yang disebabkan karena tercecer dan
hilang bercampur tanah akibat penataan lokasi yang kurang baik.
Pada sumber pelaksanaan, batu pecah memiliki rata-rata bobot terendah,
karena pemakaian material ini terbatas pada pekerjaan lantai rabat, lantai kerja
dan pekerjaan non struktur lainnya yang tingkat pekerjaannya tidak terlalu
sulit. Sebaliknya beton ready mix memiliki rata-rata bobot yang paling tinggi,
karena pelaksanaannya pada pekerjaan struktur yang memerlukan ketelitian,
sehingga memerlukan pekerja yang lebih berpengalaman untuk menghindari
terjadinya kesalahan yang dapat beresiko kepada terjadinya sisa material.
Pada sumber pengadaan material, kurang berpengaruh pada terjadinya
sisa material semen. Hal ini disebabkan karena semen mempunyai kemasan
yang cukup baik dan spesifikasi yang standar di pasaran. Sebaliknya sangat
berpengaruh pada batu bata, hal ini disebabkan suplier mengirimkan batu bata
90
tidak sesuai dengan spesifikasi yaitu tnutu yang rendah, dan akibat pengaruh
hujan dapat mudah patah/rusak :>ada saat dipindahkan, sehingga menimbulkan
sisa material di lapangan.
Pada sumber lain-lain yaiiu hilang karena dicuri menunjukkan rata-rata
bobot yang paling rendah dibandingkan sumber lainnya, hal ini disebabkan
karena material tersebut cukup besar dan berat untuk dicuri, kecuali keramik
mudah dicuri karena cukup berharga dan ukurannya yang tidak terlalu besar.
Hubungan antara kuantitas sisa material hasil pengamatan lapangan
dengan sumber penyebab sisa material dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel4.8 Hubungan antara Kuantitas dan Sumber Penyebab Sisa Material
No.
1.2.3.4.5.6.7.
00
JenisMaterial
Batu bataPasirKeramikSemenBesi betonBatu pecahTPBRM
KuantitasSisa Material (%)
12,5111,396,806,526,505,964,824,78
Rata-Rata BobotSumber Penyebab Sisa Material
3,873,954,193,983,693,313,673,70
Kuantitas sisa material yang terbesar berturut-turut adalah batu bata,
pasir, keramik, semen, besi beton, batu pecah, tiang pancang dan beton ready
mix.
Batu bata memiliki kuartitas sisa material terbesar diantara jenis
material lainnya, namun sumber penyebab sisa material bukan yang
maksimum, hal ini karena terdapat beberapa faktor penyebab dari sumber
tersebut yang kurang berpengaruh. Keramik memiliki nilai rata-rata bobot
yang terbesar diantara jenis material lainnya, karena sebagian besar faktor-
faktor penyebabnya berpengaruli terhadap terjadinya sisa material keramik
di lapangan.
4.7 REKOMENDASI MINIMALISASI SISA MATERIAL
Rekomendasi minimalisasi sisa material yang terjadi di lapangan,
disusun dalam Tabel 4.9 di bawah ini.
95
4.8 MODEL BIAYA SISA MATERIAL
Untuk menyusun suatu model biaya sisa material, diperlukan nilai
margin maksimum dan minimutn kuantitas sisa material yang diperoleh dari
analisa data hasil survey kuesioner dengan bantuan program komputer SPSS
(Lampiran 11), hasilnya diringk£.s pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Nilai Margin Maksiraum dan Minimum Kuantitas Sisa Material
No.
12345678
Jenis Material
Tiang PancangBeton ready mixBesi betonSemenPasirBatu pecahBatu bataKeramik
Kuantitas Sisa Material (%)Margin Minimum
3,264,575,766,4110,415,859,786,79
Margin Maksimum5,086,737,849,5612,838,0613,109,57
Range diantara margin maksimum dan minimum pada masing-masing
jenis material, terlihat cukup kecil yang artinya jawaban dari setiap responden
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Perbedaan range pada masing-
masingjenis material bergantung pada banyaknya faktoryang berpengaruh
di lapangan (Forsythe, 1999).
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai biaya sisa matenal
yang terjadi pada pembangunan nuko di Surabaya, berikut ini diberikan suatu
model biaya sisa material (Tabel 4.11), dengan rencana anggaran biaya proyek
(budget) diambil dari hasil studi kasus (Lampiran 2).
Range biaya pada Tabel 4.10, menunjukkan dimana nilai minimum sisa
material sebagai "good waste management practice" dan nilai maksimutn
sebagai "poor waste managementpractice". Perbedaan diantara kedua nilai
tersebut menunjukkan "potential waste saving", (Forsythe, 1999). Pada
analisis biaya ini, range total biaya sisa material adalah Rp. 5.014.839,83
sampai Rp. 7.025.178.08, atau 3,33% sampai 4,67% dari total biaya
bangunan satu ruko, dan ini sama dengan potential waste saving sebesar Rp.
2.010.300,- atau 1,34% diantara "good waste management practice" dan
"poor waste management practice ".
Tabel 4.11 Model Biaya Sisa Material (Contoh Studi Kasus)