4 akuntansi belanja.doc

2
Ni Putu Ayu Primayanti / 1317051082 / IV F AKUNTANSI BELANJA Definisi belanja menurut Peraturan No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai berikut: Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut: Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Kedua definisi tersebut menjelaskan bahwa transaksi belanja akan menurunkan ekuitas dana pemerintah daerah. Kewenangan Satuan Kerja dalam transaksi belanja meliputi: (a) belanja tidak langsung, yaitu: belanja pegawai (b) belanja langsung, yaitu: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Prosedur pencatatan Akuntansi Belanja Satker (SKPD) yaitu (1) transaksi belanja di Satker dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan Satker (PPK-Satker). Transaksi ini dicatat pada saat pengesahan SPJ bila menggunakan SP2D-UP/GU/TU atau pada saat menerima tembusan SP2D-LS bila menggunakan LS (2) koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja, dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi belanja dicatat sebagai pendapatan lain-lain (3) akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan asas bruto (4) untuk transaksi belanja modal, pencatatan dilakukan secara corollary, yaitu dicatat denga dua jurnal. Satu jurnal untuk mencatat belanja modal dan yang lainnya mencatat aset yang diperoleh dari transaksi belanja modal tersebut (5) transaksi belanja di Satker dilakukan dengan 2 cara yaitu pembayarannya dengan SP2D-UP/GU/TU dan dengan SP2D-LS (6) transaksi penerimaan pihak ketiga (PPK) merupakan transaksi transitoris berupa penerimaan kas dari pihak ketiga yang sifatnya titipan dan harus diakui sebagai hutang.

Upload: ayu

Post on 06-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Ni Putu Ayu Primayanti / 1317051082 / IV F

AKUNTANSI BELANJADefinisi belanja menurut Peraturan No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai berikut: Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut: Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Kedua definisi tersebut menjelaskan bahwa transaksi belanja akan menurunkan ekuitas dana pemerintah daerah. Kewenangan Satuan Kerja dalam transaksi belanja meliputi: (a) belanja tidak langsung, yaitu: belanja pegawai (b) belanja langsung, yaitu: belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.Prosedur pencatatan Akuntansi Belanja Satker (SKPD) yaitu (1) transaksi belanja di Satker dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan Satker (PPK-Satker). Transaksi ini dicatat pada saat pengesahan SPJ bila menggunakan SP2D-UP/GU/TU atau pada saat menerima tembusan SP2D-LS bila menggunakan LS (2) koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja, dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi belanja dicatat sebagai pendapatan lain-lain (3) akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan asas bruto (4) untuk transaksi belanja modal, pencatatan dilakukan secara corollary, yaitu dicatat denga dua jurnal. Satu jurnal untuk mencatat belanja modal dan yang lainnya mencatat aset yang diperoleh dari transaksi belanja modal tersebut (5) transaksi belanja di Satker dilakukan dengan 2 cara yaitu pembayarannya dengan SP2D-UP/GU/TU dan dengan SP2D-LS (6) transaksi penerimaan pihak ketiga (PPK) merupakan transaksi transitoris berupa penerimaan kas dari pihak ketiga yang sifatnya titipan dan harus diakui sebagai hutang.Prosedur pencatatan Akuntansi Belanja PPKD yaitu (1) transaksi belanja di PPKD dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan PPKD (Fungsi Akuntansi PPKD). Transaksi ini dicatat pada saat pengesahan SPJ bila menggunakan SP2D-UP/GU/TU atau pada saat menerima tembusan SP2D-LS bila menggunakan LS (2) koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja, dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi belanja dicatat sebagai pendapatan lain-lain (3) akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan asas bruto (4) untuk transaksi belanja modal, pencatatan dilakukan secara corollary, yaitu dicatat denga dua jurnal. Satu jurnal untuk mencatat belanja modal dan yang lainnya mencatat aset yang diperoleh dari transaksi belanja modal tersebut (5) transaksi belanja di PPKD dilakukan dengan 2 cara yaitu pembayarannya dengan SP2D-UP/GU/TU dan dengan SP2D-LS (6) transaksi penerimaan pihak ketiga (PPK) merupakan transaksi transitoris berupa penerimaan kas dari pihak ketiga yang sifatnya titipan dan harus diakui sebagai hutang.