36 hasil penelitian dan pembahasan a. hasil...

20
36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A). Gambaran Umum 1. Letak Geografis Desa Kutajaya yang dijadikan lokasi penelitian terletak di Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi. Secara administratif Desa Kutajaya berbatasan dengan Desa Sebelah Utara dari Desa Kutajaya berbatasan dengan Kota Bogor Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pasawahan Sebelah Timur dengan Desa Benda Sebelah Barat berbatasan dengan kaki Gunung Salak. Desa Kutajaya ini merupakan jalur perbatasan antara kota Sukabumi dengan Kota Bogor. Luas Desa Kutajaya kurang lebih 640,46 hektar. Ketingggian daerahnya mencapai 500/600 m di atas permukaan taut. Curah hujan rata-rata 2500/3000 mm. (Sumber : Desa Kutajaya 2008) 2. Penduduk Desa Kutajaya berpenduduk 8.392 jiwa, terdiri laki-laki berjumlah 4.187 jiwa sedangkan perempuan berjumlah 4205 jiwa, yang tersebar di 7 rukun warga dan 43 rukun tetangga. 3. Mata pencaharian

Upload: buikhue

Post on 08-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

A). Gambaran Umum

1. Letak Geografis

Desa Kutajaya yang dijadikan lokasi penelitian terletak di Kecamatan

Cicurug Kabupaten Sukabumi. Secara administratif Desa Kutajaya berbatasan

dengan Desa

• Sebelah Utara dari Desa Kutajaya berbatasan dengan Kota Bogor

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pasawahan

• Sebelah Timur dengan Desa Benda

• Sebelah Barat berbatasan dengan kaki Gunung Salak.

Desa Kutajaya ini merupakan jalur perbatasan antara kota Sukabumi dengan Kota

Bogor. Luas Desa Kutajaya kurang lebih 640,46 hektar. Ketingggian daerahnya

mencapai 500/600 m di atas permukaan taut. Curah hujan rata-rata 2500/3000

mm. (Sumber : Desa Kutajaya 2008)

2. Penduduk

Desa Kutajaya berpenduduk 8.392 jiwa, terdiri laki-laki berjumlah 4.187

jiwa sedangkan perempuan berjumlah 4205 jiwa, yang tersebar di 7 rukun warga

dan 43 rukun tetangga.

3. Mata pencaharian

37

Berdasarkan mata pencahariannya, penduduk desa Kutajaya saat ini

sebagian besar bekerja pada industri batako, sedangkan mata pencaharian

yang dulu mayoritas dalam bercocok tanam (bertani) kini sudah mulai berkurang.

Selain itu memang adapula yang bermata pencaharian sebagai pedagang, peternak,

pegawai, pengrajin, dsb. Seiring dengan berkurangnya areal pertanian yang kini

mulai dipadati oleh industri batako ditambah dengan industri tekstil, maka seiring

itu pula keberadaan upacara adat Parebut Seeng pun mulai tenggelam. Tampaknya

saat ini kaum perempuan di Desa Kutajaya ini tidak sedikit pula yang bekerja

pada industri tekstil Sehingga peluang kerja bagi kaum perempuan semakin luas.

Lebih jelas pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Pegawai Negeri Sipil Pertukangan Buruh tani Pensiunan Jasa Peternak Buruh temak Pemilik industri kecil batako Buruh indutri kecil batako Buruh dagang hasil Yang tidak bekerja

61

10

420

10

104

680

590

150

1320

192

4773

38

Jumlah 8392

Sumber : Desa Kutajaya 2008

4. Sistem Reiigi

Agama Islam sudah lama tumbuh dan berkembang terutama di wilayah

Jawa Barat. Hal ini tampak pula di daerah Kutajaya yang sudah mereka anut

secara turun temurun. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah

1. Islam 8.316

2. Protestan 6

3. Katholik 4

4. Lain-lain 66

Jumlah 8.392 Sumber : Desa Kutajaya 2008

Tetapi di samping beberapa agama yang dianut di atas, memang ada saja

kepercayaan tradisional yang sampai saat ini sebagian orang masih

mempercayainya. Salah satunya masih percaya kepada mitos. Unsur mitos

inilah yang sejak dulu mengekang kaum wanita untuk dapat bergerak dengan leluasa.

Tetapi unsur mitos juga ikut dalam mendukung munculnya upacara adat Parebut Seeng,

seeng yang selalu diidentikkan dengan perempuan, kini sedikit demi sedikit

39

mulai menghilang, seiring itu pula bergesemya peran perempuan yang kini bukan hanya

di dapur saja, tetapi perempuan zaman sekarang bebas menentukan

keinginannya untuk mampu bersaing dengan kaum laki-Iaki.

B). Awal Mula Parebut seeng

Menurut pemaparan tokoh Parebut Seeng yaitu bapak Adin Sutisman dan

Djuanda bahwa sekitar tahun 1911 di kampung Kutajaya tepatnya di kaki

Gunung Salak terdapat sebuah perguruan silat terkenal yang beraliran

Cimande. Pimpinan perguruan silat tersebut mempunyai seorang gadis cantik.

banyak pemuda yang tertarik pada gadis tersebut termasuk salah putra

pimpinan perguruan silat Cimande. Perguruan silat Cimande letaknya tak jauh

dari Kampung Kutajaya, tetapi daerahnya termasuk wilayah kabupaten

Bogor. menurut penuturan tokoh Parebut Seeng bahwa sejak dulu daerah

Kutajaya ini merupakan daerah persilatan beraliran Cimande. Silat aliran

Cimande ini berkembang antara daerah Sukabumi dan Bogor.

Singkat cerita, tanpa sepengetahuan orang tuanya, putera dari ketua

perguruan silat Cimande secara diam-diam mencintai puteri dari ketua perguruan silat

kampung Kutajaya, sehingga pada suatu saat putera ketua perguruan silat

Cimande mengemukakan hal itu kepada ayahnya. Atas desakan puteranya, pada

hari yang telah ditentukan ketua perguruan silat Cimande berkunjung ke

kampung Kutajaya dengan maksud melamar puteri ketua perguruan silat kampung

Kutajaya.

Rombongan pelamar dari Cimande diterima dengan baik dan ramah. Kemudian

ketua perguruan silat Cimande mengemukakan maksud kedatangannya. Dalam

40

situasi penuh teka-teki disertai rasa tegang dari kedua belah pihak, akhimya

ketua perguruan silat kampung Kutajaya memberi persyaratan kepada ketua

perguruan Cimande yaitu harus memperebutkan seeng pada acara seserahan

apabila Iamarannya ingin diterima. Akhirnya persyaratan tersebut diterima dan

sekaligus menentukan waktu dan hari pelaksanaan acara tersebut dengan

penjanjian apabila seeng dapat direbut, maka saat itu pula pernikahan akan

dilangsungkan, namun sebaliknya apabila seeng tidak dapat direbut dalam arti

pihak laki-laki kalah maka lamaran ditolak dan pernikahan dibatalkan.

Tibalah pada hari yang telah ditentukan acara Parebut Seeng berlangsung

seru dan menegangkan kedua belah pihak terutama pihak perguruan silat

kampung Cimande selaku pihak laki-laki, seeng yang diperebutkan dibawa dan

diikat di belakang punggung jawara pihak perempuan, sedangkan jawara pihak laki-laki

harus dapat merebutnya jika lamarannya ingin diterima. Dalam Perebutan seeng ini

para jawara dari kedua belah pihak mengerahkan segala kemampuan silatnya, khususnya

jawara dari pihak laki-laki harus sepenuhnya mengerahkan segala

kemampuannya agar kedatangannya untuk melamar pihak perempuan tidak

sia-sia. Akhirnya, dengan susah payah seeng dapat direbut oleh jawara pihak

laki-laki seeng pun beralih tangan ke pihak perguruan silat Cimande. Sesuai

dengan perjanjian semula, maka lamaran diterima dan pemikahan antara

putera perguruan silat Cimande dengan puteri perguruan silat kampung

Kutajaya dilaksanakan saat itu juga. Sejak saat itulah acara Parebut Seeng

sering digunakan sebagai upacara adat pernikahan di daerah kampung

Kutajaya Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi.

41

Jadi jelas dalam hal ini bahwa upacara adat Parebut Seeng lahir dan

berkembang sampai saat ini di Kampung Kutajaya. Menurut keterangan tokoh

upacara adat ini dikatakan bahwa mengapa seeng ini digunakan dalam upacara

adat perkawinan, ini tentu kembali pada cerita zaman dulu. Masyarakat Kutajaya zaman dulu atau

mungkin sampai sekarang pun masih ada yang menggunakan seeng sebagai tempat

menanak nasi,tetapi seeng yang ada sekarang ini kebanyakan terbuat dari

alumunium, sedangkan kebanyakan seeng zaman dulu terbuat dari tembaga,

harganya pun melebihi harga emas. Selain itu seeng yang terbuat dari tembaga

biasanya kuat dan tidak mudah rusak . Lain halnya seperti yang kita lihat sekarang ini banyak

sekali jenis peralatan yang digunakan untuk menanak nasi. Sebaliknya masyarakat

Kutajaya zaman dulu memang belum mengenal peralatan lain untuk menanak nasi, selain

Seeng tembaga ini. Berdasarkan data yang didapat, bahwa yang diperbolehkan

untuk menggunakanSeeng ini hanya kaum wanita saja. Oleh karena itu masyarakat

Kutajaya lebih beranggapan bahwa seeng identik dengan wanita, terlebih lagi

apabila dilihat dari bentuk dan lekukan seeng itu sendiri yang menyerupai bentuk lekukan

wanita yang diinterpretasikan sebagai lekukan pinggang wanita. Dari sinilah

ide munculnya upacara adat Parebut Seeng ini, dan seperti yang telah

dijelaskan di atas bahwa seeng tembaga ini kuat dan tidak mudah rusak sehingga tidak

ada peralatan lain untuk menanak nasi ini yang dapat menandingi kekuataan dan

seeng. Untuk itu tak heran apabila seeng ini kemudian dijadikan sebagai

simbol kekuatan wanita dalam upacara adat perkawinan di Desa Kutajaya ini.

Tetapi ini tidak cukup untuk menjawab alasan mengapa seeng ini

iperebutkan. Data lain menyatakan bahwa sudah sejak dulu wanita memang

42

dianggap rendah oleh kaum laki-laki. Tak heran apabila zaman dulu wanita

mudah didapatkan dan mudah beralih tangan dari satu laki-laki ke tangan laki-laki

lain. Seiring permasalahan ini maka upaya untuk mengangkat martabat wanita di mata

laki-laki memang sudah muncul zaman dulu, hanya memang keinginan wanita

zaman dulu tidak pernah diperdulikan oleh kaum laki-laki. Wanita tidak

diperbolehkan untuk berkeinginan apapun apalagi keluar rumah. Wanita zaman

dulu harus selalu berada di dalam rumah untuk mengurus rumah tangga dan

harus senantiasa tunduk dan patuh kepada kaum laki-laki. Berbagai permasalahan

seperti ini memang sangat merendahkan serta memiskinkan wanita dalam

segala hal. Untuk itu bersamaan dengan maksud kedatangan ketua

perguruan silat kampung Cimande ke perguruan silat kampung Kutajaya, maka

muncullah persyaratan memperebutkan seeng ini. Adapun maksud

memperebutkan seeng, diartikan bahwa seorang wanita tidak dapat dengan mudah

dimiliki laki-laki dengan begitu saja karena wanita pun mempunyai martabat

yang sama dan mempunyai harga diri yang tinggi tentu sama pula dengan kedudukan laki-

laki, inilah salah satu upaya dalam mensejajarkan martabat kaum wanita dengan

laki-laki. Di samping itu pula ada maksud lain dengan perebutan seeng ini yakni

ketua perguruan silat kampung Kutajaya ingin mencoba ketangguhan dari calon

menantunya dengan berbagai ilmu yang telah dimilikinya, dapatkah kelak ia menjadi

suami yang dapat menjaga istrinya dari segala marabahaya yang akan

mengancam ketentraman rumah tangganya nanti.

43

Setiap upacara ritual memiliki suatu syarat-syarat yang tentu saja berbeda

antara satu daerah dengan yang lainnya. Persyaratan Upacara Parebut Seeng di

Desa Kutajaya, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi diantaranya:

1. Dilaksanakan pada acara seserahan

2. Adanya calon kedua pengantin

3. Adanya seeng tembaga

4. Adanya jawara / pesilat dari kedua belah pihak

C). Perubahan Seni Pertunjukan Parebut Seeng

Seiring berjalannya waktu Parebut Seeng mengalami perubahan yang

signifikan., hal tersebut terlihat dalam struktur penyajian yang berubah, yakni,

dalam pelaksanaannya yang awalnya hanya dua orang pesilat, kini dapat ditambah

oleh personel yang lain seperti penari umbu-umbul dan penari lengser.

44

Gambar 1 (di mulainya perebutan seeng dan menunggu aba-aba dari lengser)

(foto: dokumentasi dinas pariwisata 2004)

Perubahan lain terlihat pula pada iringan musik, di mana tidak hanya

seperangkat kendang penca yang mengiringi upacara Parebut Seeng tersebut tapi,

menggunakan gamelan dengan laras salendro.

Pemahaman masyarakat pun berubah, upacacara Parebut Seeng bukan

menjadi suatu keharusan, seperti zaman dulu, dimana seeng sebagai simbol dari

perempuan, harus direbut dengan penuh perjuangan, dan apabila tidak dapat

direbut maka lamaran pun ditolak. Adapun acara Parebut Seeng yang dilakukan

saat ini hanya sebagai bentuk upacara simbolik saja, dalam arti pihak laki-laki

sudah pasti diterima karena sebelumnya sudah ada kesepakatan bersama.

Perubahan tersebut terlihat pula pada bentuk penyajian Parebut Seeng,

45

tidak saja dipertunjukan pada upacara adat pernikahan, tapi Parebut Seeng telah

menjadi suatu seni pertunjukan yang bernilai estetis, dengan pengemasan yang

lebih menarik. Pesilat pun bertambah, yang awalnya hanya 2 orang laki-laki, kini

menjadi sebuah tarian kelompok, yang terdiri dari 5 orang atau lebih, personilnya

pun tidak hanya laki-laki, melainkan, penari perempuan yang berperan memegang

seeng.

D). Struktur Penyajian Parebut Seeng

Adapun struktur penyajian upacara Parebut Seeng adalah sebagai berikut.

1. Diawali dengan datangnya calon pengantin laki-laki;

2. Lalu dari pesilat pihak perempuan berdialog dengan pesilat dengan pihak

laki-laki, perihal maksud kedatangan pihak calon pengantin laki-laki;

Pihak laki-laki : “Sampurasun Ki dulur”

Pihak Perempuan : “Rampes Ki sema, naha bet rame kieu ieu teh”

Pihak Laki-laki : “Montong reuwas, kaula kadieu aya niat rek

bebesanan jeung Ki dulur”

Pihak perempuan : “Masalah bebesanan mah gampang, ngan aya hiji

syarat nu kudu dilakonan ku Ki dulur”

Pihak laki-laki :” syarat naon”

Pihak perempuan : “Dina leungeun kaula aya seeng tambaga nu kudu

bisa Direbut ku Ki sema, mun Ki sema hayang

bebesan jeung kaula”

Pihak laki-laki : “Mun kitu mah kaula siap tandang rek ngarebut

seeng

46

nu aya dina leungeun anjeun”

dialog diatas menjelaskan tentang kedatangan pihak laki-laki yang ingin

menjadi besan dengan pihak perempuan, pihak perempuan pun

mengajukan syarat yaitu harus dapat merebut seeng apabila ingin menjadi

besan pihak perempuan

3. Terjadilah perebutan seeng, antara pesilat pihak laki-laki dengan pihak

perempuan;

4. Pertunjukan tersebut pun diakhiri dengan dimilikinya seeng oleh pihak

laki-laki.

Pada umumnya silat yang digunakan beraliran silat Cimande. Adapun

urutan koreografinya sebagai berikut.

a. Pasangan ( kedua pesilat saling berhadapan);

b. Keplak ( lalu pesilat dari pihak laki-laki mencoba merebut seeng );

c. Giler ( tapi pesilat dari pihak perempuan menghindar);

d. Rawat ( pesilat pihak laki-laki mencoba merebut kembali);

e. Tanggeuy ( lalu pesilat pihak perempuan menangkis tangan pesilat laki-

laki);

f. Rawat ( pesilat laki-laki mencoba kembali merebut seeng dari pesilat

pihak perempuan);

g. Eunteung (lalu pesilat dari pihak perempuan mendorong wajah pesilat

pihak laki-laki);

h. Silup siku ( di besot oleh pesilat pihak perempuan);

47

i. Siku renjeg (ditahan dengan gerakan siku ke atas oleh pesilat pihak laki-

laki);

j. Gileur (pesilat perempuanpun menghindar lalu dengan membalikan

tubuhnya ke belakang, saat itulah pesilat dari pihak laki-laki mengambil

seeng dari punggung pesilat pihak perempuan).

5. Iringan Musik

Musik yang digunakan dalam pertunjukan seni Parebut Seeng yakni

seperangkat kendang penca yang terdiri dari 2. kendang indung, 4.

kulanter, 1. terompet, 1 bende dengan membawakan lagu yang tidak

ditentukan, kemudian dilanjutkan dengan padungdung.

6. Pelaku seni pertunjukan Parebut seeng

Pelaku dalam upacara adat Parebut Seeng terdiri dari 2 orang pesilat

laki-laki yang mewakili pihak laki-laki dan pihak perempuan. Mereka

merupakan pesilat pilihan yang memilik kemampuan ilmu silat yang

tinggi.

B. Pembahasan

Berdasarkan data yang telah peneliti kumpulkan, seni Parebut Seeng

mengalami perubahan dalam berbagai aspek, baik struktur penyajian, iringan

musik, pelaku upacara adat, tempat penyajian, termasuk anggapan masyarakat.

Dalam hal ini terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan perubahan pada

pertunjukan seni Parebut Seeng diantaranya.

1. Faktor Ekonomi

Perubahan struktur sosial masyarakat Desa Kutajaya yang sebagian

besar merupakan buruh yang bekerja pada industri batako, dengan taraf

48

penghasilan yang dibawah upah minimum regional (UMR) Kabupaten

Sukabumi. Menurut Permana, salah satu penduduk Desa Kutajaya

bahwa sebenarnya pada zaman dulu hampir semua masyarakat desa

Kutajaya dengan mata pencaharian sebagai petani. Dengan kurangnya

penghasilan, sebagian besar masyarakat Desa Kutajaya menganggap

upacara adat Parebut Seeng dirasakan mahal, sehingga lebih memilih

pertunjukan lain yang harganya jauh lebih murah. Sehingga Parebut

Seeng jarang ditampilkan.

2. Sosial Struktur masyarakat desa kutajaya saat ini mengalami perubahan,

dengan banyaknya pendatang yang berasal dari luar jawa barat,

mengakibatkan kurangnya sosialisasi antar masyarakat itu sendiri.yang

mengakibatkan kurangnya kepedulian terhadap pertunjukan Parebut

Seeng sebagai salah satu seni khas Desa Kutajaya. Masyarakat

pendatang lebih memilih pertunjukan kesenian yang lain seperti organ

tunggal. Berbeda dengan masa lalu dimana sebagian besar masyarakat

Desa Kutajaya yang berprofesi sebagai petani yang menjunjung tinggi

kekeluargaan sehingga pada saat itu pertunjukan Parebut Seeng

merupakan suatu keharusan apabila ada salah seoarang warga

masyarakat yang menikah. (wawancara: dengan Permana 20-4-2008).

49

3. Budaya

Dengan berubahnya struktur sosial, mata pencaharian, dan banyaknya

pendatang dari luar jawa barat mengakibatkan kesenian Parebut Seeng

kurang diminati, hanya beberapa saja yang yang menjadikan Parebut

seeng sebagai keharusan dalam pernikahan, hal ini menjadikan tidak

adanya regenerasi dalam pertunjukan tersebut, dikarenakan kesenian

tersebut dianggap kurang menarik.

Melihat permasalahan di atas, Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi,

tokoh masyarakat setempat dan seniman Kabupaten Sukabumi mengambil suatu

tindakan yang konkrit, yaitu membuat kemasan pertunjukan Parebut Seeng yang

berbeda dengan Parebut Seeng yang berfungsi sebagai upacara adat atau ritual.

Pertunjukan Parebut Seeng yang berfungsi ritual, dari segi kemasannya,

tokoh dalam pertunjukan ini hanya 2 (dua) orang yakni pesilat dari pihak laki-laki,

dan pesilat dari pihak perempuan, pesilat dari pihak perempuan mengikat seeng di

belakang punggung. Sebelum perebutan seeng berlangsung biasanya ada suatu

percakapan dari kedua belah pihak, yang mengatakan bahwa, dari pihak laki-laki

hendak menikahi puteri dari pihak perempuan, lalu dijawab oleh pihak

perempuan, apabila ingin menikah dengan puteri dari pihak perempuan maka

harus bisa merebut seeng, setelah percakapan selesai maka irama kendang pencak

pun berkumandang dengan lagu padungdung, masing-masing pesilat

memperlihatkan kebolehannya dengan pencak silat gaya Cimande kurang lebih 10

menit, setelah itu perebutan seeng pun dimulai dengan atraksi pencak silat, dan

kadang memperlihatkan gerak-gerak akrobatik, setelah 10 menit akhirnya seeng

50

pun dapat direbut oleh pesilat dari pihak laki-laki, pesilat pihak-laki-laki pun

berteriak keras “Beunang” atau dalam bahasa Indonesia berarti “dapat” lalu dari

kedua belah pihak pun bersorak gembira. Durasi dalam upacara adat Parebut

Seeng tidak lebih dari 20 menit atau sesuai dengan permintaan dari pihak yang

melangsungkan pernikahan. Busana yang digunakan dalam upacara adat Parebut

Seeng sangatlah sederhana, yang dikenakan pesilat dalam upacara adat ini hanya

mengenakan kampret dan pangsi berwarna hitam atau warna lain dilengkapi

dengan memakai dodot dan iket sebagai asesoris. Hal ini disesuaikan dengan

pakaian zaman dulu yang memang pakaian khas dalam dunia persilatan.

Adapun rias yang digunakan biasanya hanya menggunakan sedikit polesan

bedak dan memakai asesoris kumis, tetapi kadang-kadang juga tampil seadanya.

Seperti yang tertera pada gambar di bawah ini:

51

Gambar. 2

Pesilat pihak perempuan (memegang seeng) dan jawara pihak laki-laki berusaha

merebut seeng.

(foto: dokumentasi dinas pariwisata 2000)

Alat musik yang digunakan dalam upacara Parebut Seeng ini

menggunakan kendang pencak, yaitu dua kendang indung dan 4 empat kulanter,

satu terompet pencak, satu bende.

Parebut Seeng yang berfungsi sebagai presentasi estetis. Dari segi

kemasannya tidak dilaksanakan pada acara pernikahan tetapi pada acara-acara

festival tari, ataupun pada acara hari besar yang bertempat di Kabupaten

Sukabumi,. dari segi penyajiannya sangat berbeda, penari dalam Parebut Seeng

adalah adalah 10 (sepuluh), 5 perempuan dan 5 laki-laki, dalam tarian ini seeng

yang menjadi properti tidak hanya satu tapi lima, dan seeng tersebut di gendong

oleh perempuan. Adapun penyajiannya adalah.

52

1. Pertama-tama datang 5 penari laki-laki, saling unjuk kebolehan,

dengan koreografi silat yang sudah dimodifikasi, lalu menari

rampak, kurang lebih 3 menit dan keluar;

2. Setelah itu datang penari perempuan menarikan tarian dengan gaya

tari rakyat yang sudah dimodifikasi, malah lebih mirip ke jaipongan

kurang lebih 3 menit;

3. Datanglah penari laki-laki berebutan ingin berpasangan dengan

penari puteri, lalu penari puteri pun keluar dan datang dengan

menggendong seeng, seperti tertera pada gambar di bawah ini;

Gambar 3

penari puteri menari dengan menggunakan Seeng

(foto: dokumentasi dinas pariwisata 2005)

53

4. Lalu terjadi perebutan seeng secara rampak antara penari putera dan

penari puteri kurang lebih 3 menit, akhirnya seeng tersebut dapat

direbut oleh kelompok penari putera.

Busana dalam seni pertunjukan Parebut Seeng, busana penari putera,

pangsi dan kampret berwana oranye, iket berwana coklat kekuning-kuningan,

samping berwarna hijau oranye dan menggunakan asesoris berupa kumis palsu.

Busana penari puteri lebih condong kepada busana yang selalu digunanakan pada

tari jaipongan, menggunakan kebaya berwarna kuning dengan variasi hijau,

mengenakan kain berwarna hijau, mengggunakan sampur berwarna kuning untuk

mengikatkan seeng di belakang punggung, rias untuk penari puteri disesuaikan

untuk pertunjukan, tidak ada tata rias yang khusus untuk pertunjukan ini.

Alat musik untuk mengiringi pertunjukan Parebut Seeng diantaranya,

saron 1, saron 2, bonang, rincik, kecrek, gong, kendang I, kendang 2, rebab,

dengan laras salendro. Salendro dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan

Parebut Seeng karena iramanya terasa meriah, tentu saja berbeda dengan upacara

adat Parebut Seeng, dimana irama kendang pencak yang terasa kental, sedangkan

pada pertunjukan Parebut seeng, irama yangditampilkan lebih meriah, dengan

irama kendang pencak sedikit.

Dalam hal ini perubahan ataupun kelanjutan dari Parebut Seeng adalah,

adanya perubahan fungsi dari seni pertunjukan bersifat ritual, menjadi seni

pertunjukan presentasi estetis. Dari segi penyajian, Parebut Seeng yang bersifat

ritual lebih sederhana, dalam pertunjukannya hanya menampilkan gerak-gerak

silat gaya Cimande, menggunakan kostum yang selalu dipergunakan oleh pesilat

54

yaitu pangsi dan kampret dengan warna hitam ataupun warna yang lain,

menggunakan dodot, iket. rias hanya menggunakan polesan bedak, menggunakan

asesoris kumis, atau bahkan hanya tampil seadanya. Musik yang digunakan pada

Parebut Seeng merupakan musik kendang pencak.

Adapun dalam Parebut Seeng yang bersifat sebagai presentasi estetis,

penari dalam pertunjukan ini adalah 10, 5 penari putera, dan 5 penari puteri,dari

segi penyajiannya pertunjukan ini lebih menarik, koregrafi yang digunakan

merupakan tari kreasi baru. Busana yang digunakan dalam pertunjukan ini

disesuaikan dengan seni pertunjukan, tidak menggunakan busana seadanya, begitu

juga dengan rias disesuaikan dengan seni pertunjukan.

1. Pertunjukan Parebut Seeng Pada Saat Ini

Pada saat ini seni Pertunjukan Parebut Seeng tidak hanya berfungsi

sebagai sebagai ritual, atau Upacara adat, seperti yang dilakukan oleh masyarakat

Desa Kutajaya, tetapi Parebut Seeng telah menjadi seni Presentasi Estetis, dimana

Parebut Seeng tidak di pertunjukan pada acara pernikahan sebagai upacara adat,

tetapi telah mengikuti festival-festival tari, salah satunya pada tahun 2004

mengikuti festival cipta tari kreasi tingkat Propinsi di Palabuan Ratu, dan

memperoleh juara umum, tapi tetap dengan tidak meninggalkan ciri khas dari

kesenian tersebut yakni seeng.

Sesuai dengan ungkapan Murgiyanto (1978:47) yang mengatakan bahwa

“ …seni tradisi tiap kali dapat muncul dalam bentuk dan wujud baru dengan

perkataan lain, tradisi itu hidup, senantiasa tumbuh bergerak dan berkembang”.

55

Maka dalam hal ini Parebut Seeng merupakan suatu seni tradisi yang hidup dan

berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.