3343-6886-1-pb

6
UJME 2 (1) (2013) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme © 2013 Universitas Negeri Semarang ISSN 2252-6927 Info Artikel Abstra Sejarah Artikel: Diterima Juli 2013 Disetujui Juli 2013 Dipublikasikan Juli 2013 Alamat korespondensi: E-mail: [email protected] KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DENGAN PENDEKATAN PMRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA Gilang Anjar Permatasari*, Rahayu Budhiati Veronica, Bambang Eko Susilo Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Gedung D7 Lt.1, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229 Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran Problem Posing dengan pendekatan PMRI terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Penelitian ini diawali dengan memilih sampel dari populasi yang ada dengan teknik cluster random sampling. Pada penelitian ini dipilih secara acak satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VII B yang diberikan perlakuan model pembelajaran Problem Posing dan satu kelas sebagai kelas kontrol yaitu kelas VII A yang diberikan pembelajaran ekspositori. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, tes, dan observasi. Hasil uji proporsi menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik kelas eksperimen pada aspek kemampuan berpikir kreatif telah mencapai ketuntasan klasikal, mencapai lebih dari 75 % yaitu sebesar 93,1%. Dilihat dari nilai rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas eksperimen adalah 80,39 sedangkan kelas kontrol adalah 73,48 dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas kontrol. Berdasarkan lembar observasi pengamatan keaktifan peserta didik, diperoleh bahwa keaktifan peserta didik kelas eksperimen lebih baik daripada keaktifan peserta didik kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Posing dengan pendekatan PMRI efektif terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik materi segiempat kelas VII SMP Negeri 2 Karanganyar. The purpose of this study was to determine the effectiveness of the application of learning models Problem Posing with PMRI approach to creative thinking ability of students. This study begins by selecting a sample of the population with a random sampling technique. In this study, the class randomly selected as the experimental class is class VII B given treatment Problem Posing learning model and as the control class is class VII A given treatment expository teaching. Methods of data collection is done by the method of documentation, testing, and observation. The test results showed that the proportion of student learning outcomes in the experimental class with the aspects of creative thinking ability has reached the classical completeness, reached more than 75% is equal to 93.1%. Judging from the value of the average test learners' ability to think creatively experimental class was 80.39 while the control class is 73.48 it can be concluded that the creative thinking skills of learners experimental classes are better than creative thinking abilities of learners control class. Based on the observation of the active learners, obtained that active learners of experimental classes are better than active learners of control class. The results showed that the application of learning models Problem Posing with PMRI approach effective to creative thinking abilities of students of class VII quadrilateral material in SMP Negeri 2 Karanganyar. Keywords: Creative thinking ability PMRI Problem posing

Upload: agus-sgg

Post on 06-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

3343-6886-1-PB

TRANSCRIPT

Page 1: 3343-6886-1-PB

UJME 2 (1) (2013)

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme

© 2013 Universitas Negeri Semarang

ISSN 2252-6927

Info Artikel

Abstra

Sejarah Artikel:Diterima Juli 2013Disetujui Juli 2013Dipublikasikan Juli 2013

Alamat korespondensi:E-mail: [email protected]

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DENGANPENDEKATAN PMRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIFSISWA

Gilang Anjar Permatasari*, Rahayu Budhiati Veronica, Bambang Eko Susilo

Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, IndonesiaGedung D7 Lt.1, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keefektifan penerapan modelpembelajaran Problem Posing dengan pendekatan PMRI terhadap kemampuanberpikir kreatif peserta didik. Penelitian ini diawali dengan memilih sampel daripopulasi yang ada dengan teknik cluster random sampling. Pada penelitian inidipilih secara acak satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VII B yangdiberikan perlakuan model pembelajaran Problem Posing dan satu kelas sebagaikelas kontrol yaitu kelas VII A yang diberikan pembelajaran ekspositori. Metodepengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi, tes, dan observasi.Hasil uji proporsi menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik kelaseksperimen pada aspek kemampuan berpikir kreatif telah mencapai ketuntasanklasikal, mencapai lebih dari 75 % yaitu sebesar 93,1%. Dilihat dari nilai rata-ratates kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas eksperimen adalah 80,39sedangkan kelas kontrol adalah 73,48 dapat disimpulkan bahwa kemampuanberpikir kreatif peserta didik kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuanberpikir kreatif peserta didik kelas kontrol. Berdasarkan lembar observasipengamatan keaktifan peserta didik, diperoleh bahwa keaktifan peserta didikkelas eksperimen lebih baik daripada keaktifan peserta didik kelas kontrol. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Posingdengan pendekatan PMRI efektif terhadap kemampuan berpikir kreatif pesertadidik materi segiempat kelas VII SMP Negeri 2 Karanganyar.

The purpose of this study was to determine the effectiveness of the application oflearning models Problem Posing with PMRI approach to creative thinking abilityof students. This study begins by selecting a sample of the population with arandom sampling technique. In this study, the class randomly selected as theexperimental class is class VII B given treatment Problem Posing learning modeland as the control class is class VII A given treatment expository teaching.Methods of data collection is done by the method of documentation, testing, andobservation. The test results showed that the proportion of student learningoutcomes in the experimental class with the aspects of creative thinking abilityhas reached the classical completeness, reached more than 75% is equal to 93.1%.Judging from the value of the average test learners' ability to think creativelyexperimental class was 80.39 while the control class is 73.48 it can be concludedthat the creative thinking skills of learners experimental classes are better thancreative thinking abilities of learners control class. Based on the observation ofthe active learners, obtained that active learners of experimental classes are betterthan active learners of control class. The results showed that the application oflearning models Problem Posing with PMRI approach effective to creativethinking abilities of students of class VII quadrilateral material in SMP Negeri 2Karanganyar.

Keywords:Creative thinking abilityPMRIProblem posing

Page 2: 3343-6886-1-PB

GA Permatasari et al / Journal of Mathematics Education 2 (2) (2013)

85

PendahuluanKreativitas dalam pembelajaran

matematika merupakan suatu hal yang jarangsekali diperhatikan. Guru biasanyamenempatkan logika sebagai topik pembicaraandan menganggap kreativitas merupakan halyang tidak penting dalam pembelajaranmatematika. Padahal dalam aspek pemecahanmasalah matematika diperlukan pemikiran-pemikiran kreatif dalam merumuskan,menafsirkan dan menyelesaikan model atauperencanaan pemecahan masalah.

Peserta didik di SMP Negeri 2Karanganyar dengan KKM (KriteriaKetuntasan Minimum) individual matapelajaran matematika sebesar 70, masih sulituntuk mencapai KKM klasikal sebesar 75%.Berdasarkan nilai ujian semester gasal tahunpelajaran 2012/2013, nilai yang dicapai pesertadidik masih sangat rendah. Masih sedikitpeserta didik yang telah mencapai batasketuntasan yang ditetapkan. Dari total 118peserta didik hanya 16 peserta didik yangtuntas. Jadi hanya 16,10% peserta didik yangtelah mencapai KKM.

Hasil wawancara dengan salah seorangguru Matematika SMP Negeri 2 Karanganyar,salah satu permasalahan dalam pembelajaranmatematika adalah rendahnya kemampuanpeserta didik dalam memecahkan masalah (soalcerita), khususnya soal non rutin atau terbuka(open ended). Berdasarkan hasil identifikasi,beberapa kelemahan peserta didik antara lain:susah dalam memahami kalimat-kalimat dalamsoal, sulit untuk membedakan informasi yangdiketahui dan permintaan soal, kurang lancardalam menggunakan pengetahuan-pengetahuanyang telah diketahui, susah untuk mengubahkalimat cerita menjadi kalimat matematika,tidak menggunakan cara-cara yang bervariasidalam menyelesaikan suatu masalah, kesalahanmelakukan perhitungan-perhitungan, dan salahdalam mengambil kesimpulan ataumengembalikan ke masalah yang dicari.Apabila dipersempit kelemahan itu terutamapada kemampuan peserta didik dalammemahami masalah dan merencanakan suatupenyelesaian.

Berdasarkan hasil observasi dilapangan, pembelajaran yang digunakan masihmerupakan model pembelajaran ekspositori.Model pembelajaran ekspositori yang ada sudahsesuai, namun peserta didik sering merasa jenuhdan bosan dalam proses pembelajaran sehinggamereka cenderung kurang aktif. Sehingga

diperlukan suatu model pembelajaran inovatifdalam proses pembelajaran untukmeningkatkan antusias dan keaktifan pesertadidik. Salah satu model pembelajaran yangmemiliki sifat dan karakter tersebut adalahpembelajaran dengan pengajuan masalah(Problem Posing).

Problem Posing merupakan modelpembelajaran yang mengharuskan peserta didikmenyusun pertanyaan sendiri atau memecahsuatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yanglebih sederhana yang mengacu padapenyelesaian soal tersebut. Pengajuan masalahdalam pembelajaran matematika menempatiposisi yang sangat strategis dan merupakankegiatan yang mengarah pada sikap kritis dankreatif. Peserta didik dalam pembelajaranpengajuan masalah diminta untuk membuatsoal dari informasi yang diberikan. Selain itudengan pengajuan masalah, peserta didik diberikesempatan aktif secara mental, fisik, dansosial serta memberikan kesempatan kepadapeserta didik untuk menyelidiki dan jugamembuat jawaban-jawaban yang divergen.Menurut Suryosubroto (2009), salah satu modelpembelajaran yang dapat memotivasi pesertadidik untuk berpikir kritis sekaligus dialogis,kreatif dan interakti yakni Problem Posing ataupengajuan masalah-masalah yang dituangkandalam bentuk pertanyaan.

Pada pembelajaran matematikadiperlukan pemikiran dan gagasan yang kreatifdalam merumuskan dan menyelesaikan modelmatematika serta menafsirkan solusi dari suatumasalah matematika. Pemikiran dan gagasanyang kreatif tersebut akan muncul danberkembang jika proses pembelajaranmatematika di dalam kelas menggunakanpendekatan pembelajaran yang tepat. Salah satupendekatan pembelajaran matematika yangdapat mengembangkan kemampuan berpikirkreatif adalah pendekatan PendidikanMatematika Realistik Indonesia (PMRI).Kemampuan berpikir kreatif peserta didik dapatdikembangkan dengan pendekatan PMRIkarena adanya prinsip dan karakteristik PMRIyang diterapkan dalam pembelajaran (Siswono,2007). Salah satu prinsip PMRI yaitu prinsipaktivitas yang menganggap perlunya penemuankembali suatu konsep matematika. Prinsip inimenghendaki peserta didik belajar matematikadengan mengalami sendiri (beraktivitas).Melalui aktivitas kreatif, kreativitas pesertadidik akan berkembang dengan baik. Maka dariitu, pembelajaran matematika dengan

Page 3: 3343-6886-1-PB

GA Permatasari et al / Journal of Mathematics Education 2 (2) (2013)

86

pendekatan PMRI memungkinkan peserta didikuntuk mengembangkan kemampuan berpikirkreatifnya.

Rumusan masalah dalam penelitian iniadalah apakah penerapan model pembelajaranProblem Posing dengan pendekatan PMRIefektif terhadap kemampuan berpikir kreatifpeserta didik?

Tujuan dari penelitian ini adalahmengetahui keefektifan penerapan modelpembelajaran Problem Posing denganpendekatan PMRI terhadap kemampuanberpikir kreatif peserta didik.

Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan

adalah true experimental. Ciri utama dari trueexperimental adalah sampel yang digunakanuntuk kelompok eksperimen maupun sebagaikelompok kontrol diambil secara random daripopulasi tertentu. Penggunaan metode inibertujuan untuk mengetahui pengaruh variabelbebas terhadap variabel terikat. Penelitian inidiawali dengan menentukan populasi danmemilih sampel dari populasi yang ada denganteknik cluster random sampling. Penelitian inibertujuan untuk melihat perbedaan kemampuanberpikir kreatif peserta didik yang memperolehmodel pembelajaran Problem Posing denganpendekatan PMRI dengan peserta didik yangmemperoleh pembelajaran ekspositori.

Populasi dalam penelitian ini adalahpeserta didik kelas VII semester II SMP Negeri2 Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013.Kelas VII SMP Negeri 2 Karanganyar terdiridari empat kelas yaitu kelas VII A, VII B, VII C,dan VII D. Pada penelitian ini, penulis memilihsecara acak satu kelas sebagai kelas eksperimenyaitu kelas VII B dan satu kelas sebagai kelaskontrol yaitu kelas VII A. Kelas eksperimenakan diberikan suatu perlakuan berupapembelajaran model pembelajaran ProblemPosing. Kelas kontrol akan diberikanpembelajaran menggunakan pembelajaranekspositori.

Variabel terikat dan bebas dalampenelitian ini adalah untuk indikator keefektifankedua variabel terikatnya adalah kemampuanberpikir kreatif peserta didik kelas VII SMPsemester 2 materi pokok segiempat dan variabelbebasnya adalah model pembelajaran.Sedangkan untuk indikator keefektifan ketigavaribel terikatnya adalah keaktifan peserta didikkelas VII SMP semester 2 dan variabel bebasnyaadalah model pembelajaran.

Metode pengumpulan data dilakukandengan metode dokumentasi, tes, dan observasi.Metode dokumentasi dilakukan untukmendapatkan data-data yang mendukungpenelitian yang meliputi nama peserta didikyang akan menjadi sampel dalam penelitian inidan data nilai ujian akhir semester gasal matapelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 2Karanganyar tahun pelajaran 2012/2013.Metode tes digunakan untuk memperoleh datatentang hasil belajar matematika pada materipokok segiempat. Metode observasi merupakanteknik pengumpulan data yang menggunakanpengamatan terhadap objek penelitian.

Desain penelitian yang digunakandalam penelitian ini dapat dilihat pada tabelberikut ini.

Hasil Penelitian dan PembahasanSetelah diberikan tes kemampuan

berpikir kreatif diperoleh data akhir yangkemudian dianalisis. Tes kemampuan berpikirkreatif berjumlah 7 butir soal dengan semuasoal berbentuk uraian. Tes ini diberikan setelahproses pembelajaran materi pokok segiempatselesai diajarkan. Tes kemampuan berpikirkreatif ini diikuti oleh 59 peserta didik yangterdiri dari 30 peserta didik kelas VII A (kelaskontrol) dan 29 peserta didik kelas VII B (kelaseksperimen). Hasil tes kemampuan berpikirkreatif peserta didik dari kelas kontrol dan kelaseksperimen setelah mengikuti pembelajarandapat dilihat pada lampiran dan terangkumpada tabel berikut.

Berdasarkan hasil tes kemampuanberpikir kreatif peserta didik pada materi

Page 4: 3343-6886-1-PB

GA Permatasari et al / Journal of Mathematics Education 2 (2) (2013)

87

segiempat diketahui bahwa 27 dari 29 pesertadidik pada kelas eksperimen telah mencapaiketuntasan belajar secara individual(memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan70). Sedangkan pada kelas kontrol diketahui 24dari 30 peserta didik telah mencapai ketuntasanbelajar secara individual. Selanjutnya, dilakukanuji proporsi untuk mengetahui ketuntasan hasilbelajar peserta didik kelas eksperimen padaaspek kemampuan berpikir kreatif. Dari hasilperhitungan uji proporsi diperoleh Z hitung =2,298498 ≥ 1,64 = Z tabel, hal ini menunjukkanbahwa hasil belajar peserta didik kelaseksperimen pada aspek kemampuan berpikirkreatif telah mencapai ketuntasan klasikalberdasarkan KKM, yaitu peserta didik yangmemperoleh nilai lebih dari atau sama dengan70 mencapai lebih dari 75 % yaitu sebesar93,1%.

Pada uji perbedaan rata-ratakemampuan berpikir kreatif peserta didik kelaseksperimen dan kelas kontrol pada aspekkemampuan berpikir kreatif menunjukkanadanya perbedaan yang signifikan. Hal ini dapatdiketahui melalui uji pihak kanan. Berdasarkanhasil analisis diperoleh t hitung = 3,047 > 1,67= t tabel. Dilihat dari nilai rata-rata teskemampuan berpikir kreatif peserta didik kelaseksperimen adalah 80,39 sedangkan nilai rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif pesertadidik kelas kontrol adalah 73,48. Jadi dapatdisimpulkan bahwa rata-rata hasil teskemampuan berpikir kreatif peserta didik yangmemperoleh model pembelajaran ProblemPosing dengan pendekaan PMRI lebih baikdaripada rata-rata hasil tes kemampuan berpikirkreatif peserta didik yang memperoleh modelpembelajaran ekspositori.

Gambar 1. Perbandingan nilai rata-ratates kemampuan berpikir kreatif kelaseksperimen dan kelas kontrol

Selain tes kemampuan berpikir kreatif,

pengamatan terhadap keaktifan peserta didikjuga dianalisis. Berdasarkan lembar observasipengamatan keaktifan peserta didik diperolehpersentase keaktifan untuk kelas eksperimenadalah 64,3%, sedangkan persentase keaktifanuntuk kelas kontrol adalah 59%. Jadi diperolehskor rata-rata aktif untuk kelas eksperimen danskor rata-rata cukup aktif untuk kelas kontrol.Berdasarkan hasil analisis diperoleh t hitung =6,008 > 1,67 = t tabel. Hal tersebutmenunjukkan bahwa keaktifan peserta didikyang memperoleh model pembelajaran ProblemPosing dengan pendekaan PMRI lebih baikdaripada keaktifan peserta didik yangmemperoleh model pembelajaran ekspositori.

Gambar 2. Hasil observasi keaktifanpeserta didik

Berdasarkan hasil analisis tampakbahwa kelas eksperimen selalu lebih ungguldaripada kelas kontrol baik dilihat dari nilairata-rata tes kemampuan berpikir kreatif pesertadidik maupun keaktifan peserta didik. Hal inidisebabkan karena pada kelas eksperimenditerapkan model pembelajaran ProblemPosing dengan pendekatan PMRI. Dalammodel pembelajaran Problem Posing, pesertadidik diminta untuk membuat soal yangberhubungan dengan materi yang diajarkanserta mampu menyelesaikan soal tersebut(Suyitno, 2004). Dengan membuat soal dapatmenimbulkan dampak terhadap kemampuanpeserta didik dalam menyelesaikan soal. Dalampelaksanaannya, peserta didik dapat memahamidan menyelesaikan berbagai macam soal yangberhubungan dengan materi segiempat. Hal itudikarenakan, peserta didik dituntut untuk dapatmembuat soal sebaik mungkin. Untuk membuatsoal yang baik, peserta didik harus mempelajariberbagai macam soal beserta penyelesaiannya.Sehingga kemampuan penyelesaian masalahpeserta didik menjadi meningkat.

Menurut Suryosubroto (2009), salahsatu model pembelajaran yang dapatmemotivasi peserta didik untuk berpkir kritis

Page 5: 3343-6886-1-PB

GA Permatasari et al / Journal of Mathematics Education 2 (2) (2013)

88

sekaligus dialogis, kreatif dan interakti yakniProblem Posing. Selain itu, model pembelajaranProblem Posing juga dapat membantu pesertadidik untuk mendapatkan pemahaman yanglebih baik dan merangsang peserta didik untukmemunculkan ide yang kreatif (Sutisna, 2010).Sehingga kemampuan berpikir kreatif pesertadidik menjadi lebih baik. Dalam kelaseksperimen, terdapat seorang peserta didik yangdapat membuat soal yang penyelesaiannyamembutuhkan beberapa langkah. Sehinggadibutuhkan pemikiran yang kreatif untukmenyelesaikan soal tersebut. Hal itumembuktikan bahwa dengan pembelajaranProblem Posing dapat membantu peserta didikuntuk meningkatkan kemampuan berpikirkreatifnya. Sehingga diperoleh nilai rata-rata teskemampuan berpikir kreatif kelas eksperimenlebih baik dibandingkan kelas kontrol.

Kegiatan pembelajaran modelpembelajaran Problem Posing juga tidakterpusat pada guru tetapi dituntut keaktifanpeserta didik (Sutisna, 2010). Semua pesertadidik kelas eksperimen terpacu untuk terlibatsecara aktif dalam membuat soal. Sehinggakeaktifan peserta didik meningkat denganditerapkannya model pembelajaran ProblemPosing. Meskipun keaktifan peserta didik dalampembelajaran Problem Posing meningkatsuasana kelas masih kondusif, sehinggapembelajaran dapat berjalan lancar. Situasibelajar dalam tiap kelompok menjadi lebihkondusif karena rasa tanggung jawab tiapkelompok untuk membuat masing-masing soal.Perhatian setiap anggota dalam kelompokmenjadi lebih terfokus pada tugas membuat soalyang diberikan guru. Pemaparan hasil diskusikelompok melalui kegiatan presentasi yangdilakukan dapat melatih rasa percaya diri padapeserta didik. Jadi dengan pembelajaranProblem Posing peserta didik dapat belajaruntuk memiliki rasa tanggung jawab dan rasapercaya diri.

Salah satu karakteristik pendekatanmatematika realistik Indonesia (PMRI) menurutSuryanto (2007) adalah masalah kontekstualyang realistik (realistic contextualproblems) digunakan untuk memperkenalkanide dan konsep matematika kepada pesertadidik. Selain itu, pendekatan pendidikanmatematika realistik Indonesia (PMRI)memberikan pengertian yang jelas kepadapeserta didik tentang keterkaitan antaramatematika dengan kehidupan sehari-hari dantentang kegunaan matematika pada umumnya

bagi manusia (Hadi, 2003). Sehingga pesertadidik lebih mudah dalam mempelajarimatematika karena menghubungkannya dengankehidupan sehari-hari mereka.

Berbeda dengan kelas eksperimen, padakelas kontrol yang dikenai model pembelajaranekspositori, keaktifan peserta didikdikategorikan cukup aktif. Selain itu nilai rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif kelaskontrol lebih rendah dibandingkan dengan kelaseksperimen. Hal ini dikarenakan pada kelastersebut guru lebih sering mendominasikegiatan pembelajaran dengan caramemberikan penyelesaian masalah secaralangsung sehingga keaktifan peserta didik untukmengerjakan soal secara mandiri tidak dapatterealisasikan. Selain itu dalam modelpembelajaran ekspositori, pembelajaran lebihbanyak diberikan melalui ceramah, sehinggasulit untuk mengembangkan kemampuanpeserta didik dalam hal kemampuan sosialisasi,hubungan interpersonal, serta kemampuanberpikir kreatif (Depdiknas, 2008).

SimpulanBerdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaranProblem Posing dengan pendekatan PMRIefektif terhadap kemampuan berpikir kreatifpeserta didik kelas VII SMP Negeri 2Karanganyar Demak tahun pelajaran 2012/2013 pada materi pokok segiempat. Hasilbelajar peserta didik yang memperoleh modelpembelajaran Problem Posing denganpendekatan PMRI telah mencapai ketuntasanklasikal, artinya peserta didik yang memperolehnilai lebih dari atau sama dengan 70 mencapailebih dari 75 % yaitu sebesar 93,1%. Rata-ratahasil tes kemampuan berpikir kreatif pesertadidik yang memperoleh model pembelajaranProblem Posing dengan pendekatan PMRI lebihbaik dibandingkan rata-rata hasil teskemampuan berpikir kreatif peserta didik yangmemperoleh model pembelajaran ekspositori.Keaktifan peserta didik yang memperolehmodel pembelajaran Problem Posing denganpendekatan PMRI lebih baik dibandingkankeaktifan peserta didik yang memperoleh modelpembelajaran ekspositori.

Ucapan Terima KasihArtikel ini dapat tersusun dengan baik

berkat bantuan dan bimbingan banyak pihak.Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada: (1) Ketua jurusan MatematikaFMIPA UNNES, (2) Januri, S.Pd. selaku Guru

Page 6: 3343-6886-1-PB

GA Permatasari et al / Journal of Mathematics Education 2 (2) (2013)

89

Matematika SMP Negeri 2 Karanganyar, dansemua pihak yang telah membantu.

Daftar PustakaDepdiknas. 2008. Strategi Pembelajaran dan

Pemilihannya. Jakarta: Balai Pustaka.

Hadi, Sutarto. 2003. Paradigma baru Pendidikanmatematika. Banjarmasin: FKIP UniversitasMangkurat.

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian.Bandung: CV ALFABETA.

Suryanto. 2007. Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia (PMRI). Majalah PMRI Vol. V No.1 Januari 2007, halaman 8 – 10.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar diSekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Sutisna. 2010. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajarandengan Pendekatan Problem Posing.Tersedia dihttp://sutisna.com/artikel/artikel-kependidikan/kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran-dengan-pendekatan-problem-posing/ [diakses 28 Mei 2013].

Suyitno, A. 2004. Dasar­dasar Proses PembelajaranMatematika. Semarang: PendidikanMatematika FMIPA UNNES.