vtnditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · kementerian negara (lembaran...

42
.*-^.I//z vtN KEMENTEBIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL STANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN Jl. M.l. Ridwan Rais No. 5 Gedung I Lt. 6 Jakarta 101 10 Telp. (021) 3840986 XEPUTUSAI{ DIREKTT'RJEI{DERAL Sf,AI{DARDISASI DAN PERLINDIJNGAIY KONSTJMEN NOMOR z eo6/sPr/xuP /12/ 20tt TENTANG SYARAT TEI{NIS METER GA,S ORIFICE DIRETMT'R JEIIDERAL StrAIiIDARDISASI DAI{ PERLIIYDT]NGATiI KONST'MEI{, Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/3l2Ol0 tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UT:|P) Yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang, perlu mengatur Syarat Teknis Meter Gas Orifice; bahwa penetapan Syarat Teknis Meter Gas Orifice, diperlukan untuk mewujudkan kepastian hukum dalam pemeriksaan, pengujian, dan penggunaan Meter Gas Orifice sebagai upaya menjamin kebenaran pengukuran volume; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen tentang Syarat Teknis Meter Gas Orifice; Undang-Undang Nomor 2 Tahun 198i tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3193); Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a9ft); Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3283); Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 tentang Satuan Turunan, Satuan Tambahan, dan Satuan Lain Yang Berlaku (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3351); Mengingat : 1. . cL. b. C. 2. 3. 4.

Upload: lykiet

Post on 07-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

.*-^.I//z

vtNKEMENTEBIAN PERDAGANGAN

REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERALSTANDARDISASI DAN PERLINDUNGAN KONSUMENJl. M.l. Ridwan Rais No. 5 Gedung I Lt. 6 Jakarta 101 10Telp. (021) 3840986

XEPUTUSAI{ DIREKTT'RJEI{DERAL Sf,AI{DARDISASI DAN PERLINDIJNGAIY KONSTJMEN

NOMOR z eo6/sPr/xuP /12/ 20ttTENTANG

SYARAT TEI{NIS METER GA,S ORIFICE

DIRETMT'R JEIIDERAL StrAIiIDARDISASI DAI{ PERLIIYDT]NGATiI KONST'MEI{,

Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 PeraturanMenteri Perdagangan Nomor 08/M-DAG/PER/3l2Ol0tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, danPerlengkapannya (UT:|P) Yang Wajib Ditera dan DiteraUlang, perlu mengatur Syarat Teknis Meter Gas Orifice;

bahwa penetapan Syarat Teknis Meter Gas Orifice,diperlukan untuk mewujudkan kepastian hukum dalampemeriksaan, pengujian, dan penggunaan Meter Gas Orificesebagai upaya menjamin kebenaran pengukuran volume;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan KeputusanDirektur Jenderal Standardisasi dan PerlindunganKonsumen tentang Syarat Teknis Meter Gas Orifice;

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 198i tentang MetrologiLegal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3193);

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentangKementerian Negara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor a9ft);Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajibdan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang SertaSyarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, danPerlengkapannya (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1985 Nomor 4, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3283);

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1987 tentangSatuan Turunan, Satuan Tambahan, dan Satuan Lain YangBerlaku (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3351);

Mengingat : 1.

. cL.

b.

C.

2.

3.

4.

Page 2: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

5.

6.

7.

8.

9.

Keputusan Direktur Jenderal Standardisasidan Perlindungan Kor.lsumenNomor :906 /SPK/KEP/ L2 /2011

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2OO7 tentangPembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan DaerahKabupatenlKota (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2OO7 Nomor 82, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor a737);

Keputusan Presiden Nomor 84lP Tahun 2OOg tentangPembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimanatelah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 59lPTahun 2Otl;Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2OO9 tentangPembentukan dan Organisasi Kementerian Negarasebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir denganPeraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2Oll;Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2070 tentangKedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara SertaSusunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon IKementerian Negara sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92Tahun 2OIl;Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor6tlMPPlKepl2liee8 tentang PenyelenggaraanKemetrologian sebagaimana telah diubah dengan KeputusanMenteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor2s1IMPP lKepl6lteee;

10. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor635 IMPP/ Kep I lO l2OO4 tentang Tanda Tera;

1 1. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 50/M-DAG/PERllOl2OO9 tentang Unit Kerja dan Unit PelaksanaTeknis Metrologi Legal;

12. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 51/M-DAG/PER I lO l2OO9 tentang Penilaian Terhadap UnitPelaksana Teknis dan Unit Pelaksana Teknis DaerahMetrologi Legal;

13. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 0B/M-DAG/PERl3l2O10 tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang,dan Perlengkapannya (UTTP) Yang Wajib Ditera dan DiteraUlang;

14. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAG/PER l7.l20LO tentang Organisasi dan Tata KerjaKementerian Perdagangan Republik Indonesia;

Page 3: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

Menetapkan

KESATU

KEDUA

KETIGA

Keputusan Direktur Jenderal Standardisasidan Perlindungan KonsumenNomor : 906 / SPK/KEP/ 12 / 2011

MEMUTUSI(AN:

Memberlakukan Syarat Teknis Meter Gas arifice yangselanjutnya disebut ST Meter Gas Orifice sebagaimanatercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidakterpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal Standardisasidan Perlindungan Konsumen ini.

ST Meter Gas Orifice sebagaimana dimaksud dalam DiktumKESATU merupakan pedoman bagi petugas dalammelaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasanMeter Gas Orifice.

Keputusan Direktur Jenderal Standardisasi dan PerlindunganKonsumen ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal L4 Desember z}tlDIREKTUR JENDERAL STANDARDISASI

DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN,

NUS NUZULIA ISHAK

YL,^,[-L

Page 4: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

I,AMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTURJENDERAL STANDARDISASI DAN PERUNDUNGAN KONSUMEN

NOMOR : 906/sPr/rnP/12/2otlTANGGAL : L4 Desember z}tl

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Maksud dan Tujuan

1.3 Pengertian

BAB II Persyaratan Administrasi

2.L Lingkup

2.2 Penerapan

2.3 Identitas

2.4 Persyaratan Meter Gas Orifice Sebelum Peneraan

BAB III Persyaratan Teknis dan Persyaratan Kemetrologian

3.1 Persyaratan Teknis

3.2 Persyaratan Kemetrologian

BAB IV Pemeriksaan dan Pengujian

4.7 Pemeriksaan

4.2 Pengujian Tera dan Tera Ulang

BAB V Pembubuhan Tanda Tera

5.1 Pembubuhan

5.2 Tempat Pembubuhan

BAB VI Penutup

DIREKTUR JENDERAL STANDARDISASIDAN PERLINDUNGAN KONSUMEN,

ll,._1, LNUS NUZULIA ISHAK

Page 5: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, mengamanatkan pengaturan UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi. Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang adalah UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk kepentingan umum, usaha, menyerahkan atau menerima barang, menentukan pungutan atau upah, menentukan produk akhir dalam perusahaan, dan melaksanakan peraturan perundang-undangan. Meter Gas Orifice adalah jenis meter diferensial, yang mengukur laju aliran gas bumi dan fluida hidrokarbon terkait lainnya berdasarkan tekanan diferensial suatu aliran pada pipa terpasang, tekanan statis, densitas, viskositas, dan suhu. Transaksi gas bumi dan fluida hidrokarbon terkait lainnya dilakukan berdasarkan pengukuran volume. Oleh karena itu, Meter Gas Orifice yang digunakan harus dapat memenuhi kriteria tertentu yang ditentukan oleh suatu peraturan perundang-undangan. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin kebenaran hasil pengukuran dan dalam upaya menciptakan kepastian hukum. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun syarat teknis UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang yang merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan UTTP.

1.2 Maksud dan Tujuan 1. Maksud

Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera dan tera ulang Meter Gas Orifice.

2. Tujuan Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan Meter Gas Orifice.

Page 6: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

6

1.3 Pengertian Dalam syarat teknis ini yang dimaksud dengan: 1. Meter Gas Orifice (Meter Gas Orifis) adalah alat pengukur aliran gas

bumi dan fluida hidrokarbon terkait lainnya yang menghasilkan perbedaan tekanan untuk menentukan laju alir.

2. Fluida adalah gas bumi dan fluida hidrokarbon terkait lainnya 3. Elemen Primer adalah elemen dari Meter Gas Orifis yang berhubungan

langsung dengan aliran fluida. 4. Elemen Sekunder adalah elemen dari Meter Gas Orifis yang

menterjemahkan interaksi antara aliran dengan elemen primer dalam bentuk sinyal yang dikonversikan dalam volume, berat atau kecepatan alir melalui penunjukan atau hasil pencatatan.

5. Pelat Orifis adalah bagian dari elemen primer berupa pelat tipis yang dilubangi berbentuk bulat konsentris yang dikerjakan dengan mesin.

6. Diameter lubang pelat orifis kalkulasi (d) adalah diameter internal dari lubang pengukur pelat orifis yang dihitung pada temperatur mengalir (Tf) dan digunakan dalam persamaan alir untuk penentuan laju alir.

7. Diameter lubang pelat orifis terukur (dm) adalah diameter internal dari lubang pengukur pelat orifis pada temperatur pelat orifis (Tm

8. Diameter lubang pelat orifis referensi (d

) yang diukur pada waktu pengukuran diameter lubang.

r) adalah diameter internal dari lubang pengukur pelat orifis pada temperatur referensi (Tr

9. Pemegang pelat orifis (orifice fitting) adalah suatu elemen perpipaan yang bertekanan, digunakan untuk memuat dan mendudukkan pelat orifis dalam sistem perpipaan.

) yang disertifikasi.

10. Tube meter adalah instalasi dari Meter Gas Orifis yang terdiri dari pipa lurus di bagian hulu dan hilir, termasuk semua peralatan yang menyatu dengan pemegang pelat orifis dan pelurus aliran (straightening vanes) jika digunakan.

11. Diameter internal tube meter kalkulasi (D) adalah diameter internal dari bagian hulu tube meter yang dihitung pada temperatur mengalir (Tf ).

12. Diameter internal tube meter terukur (Dm) adalah diameter internal dari bagian hulu tube meter pada temperatur dari tube meter (Tm

13. Diameter internal tube meter referensi (D

) pada waktu pengukuran diameter internal.

r) adalah diameter internal dari bagian hulu tube meter yang dikalkulasi pada temperatur referensi (Tr

14. Rasio diameter (β) adalah rasio dari diameter lubang pelat orifis terhadap diameter internal tube meter dikalkulasi pada kondisi mengalir.

) yang disertifikasi.

15. Lubang tap adalah sebuah lubang untuk menentukan perbedaan tekanan sebelum dan sesudah melewati pelat orifis.

16. Tap flensa (flange taps) adalah sepasang lubang tap untuk menentukan perbedaan tekanan dengan jarak masing – masing 25,4 mm sebelum dan sesudah melewati pelat orifis (perbedaan tekanan di posisi tap hulu dan tap hilir).

Page 7: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

7

17. Pipe taps adalah sepasang lubang tap untuk menentukan perbedaan tekanan dengan jarak masing – masing 2,5 kali besar diameter pipa aliran yang digunakan dari sisi hulu dan 8 kali besar diameter pipa aliran yang digunakan dari sisi hilir.

18. Tekanan statis absolut (Pf) adalah tekanan absolut dari fluida mengalir yang diukur pada salah satu lubang tap flensa secara langsung atau melalui penambahan tekanan barometris lokal dan tekanan terukur.

19. Tekanan diferensial (∆P) adalah perbedaan tekanan statis yang diukur antara bagian hulu dan hilir.

20. Temperatur mengalir (Tf) adalah temperatur fluida mengalir yang diukur pada lokasi hulu dan hilir.

21. Laju alir orifis adalah aliran massa atau volume fluida melalui meter orifis per satuan waktu.

22. Koefisien discharge pelat orifis (Cd

23. Faktor pendekatan velositas (Ev) adalah suatu persamaan matematis yang menghubungkan velositas fluida yang mengalir di dalam tube meter hulu dengan velositas fluida dalam lubang pelat orifis.

) adalah rasio dari aliran yang sesungguhnya terhadap aliran teoritis dan diaplikasikan ke dalam persamaan alir teoritis untuk mendapatkan aliran aktual (sesungguhnya/nyata).

24. Faktor ekspansi (Y) adalah suatu persamaan empiris yang digunakan untuk mengkoreksi laju alir guna mereduksi densitas fluida sebagaimana pada fluida kompresibel bila melalui lubang pelat orifis.

25. Bilangan Reynold pipa (RED) adalah rasio tanpa dimensi dari daya yang digunakan untuk korelasi variasi dalam koefisien discharge pelat orifis (Cd

26. Peralatan sekunder adalah transduser elektro mekanik yang merespon input dari tekanan, temperatur, beda tekanan, frekuensi densitas relatif (specific gravity) atau variabel lainnya.

) dengan perubahan sifat fluida, laju alir dan geometri meter orifis.

27. Static Pressure Transmitter adalah perlengkapan yang merupakan sensor tekanan statis yang mengubah tekanan yang terjadi di dalam pipa meter menjadi bentuk sinyal.

28. Temperatur Transmitter adalah perlengkapan yang merupakan sensor temperatur yang mengubah temperatur yang terjadi di dalam pipa meter menjadi bentuk sinyal.

29. Differential Pressure Transmitter adalah jenis perlengkapan yang merupakan sensor yang mengukur perbedaan tekanan antara 2 (dua) titik pengukuran

30. Flow computer adalah perlengkapan untuk memantau laju aliran secara komputerisasi yang berfungsi sebagai penerima (receiver) sinyal dari satu atau beberapa alat pemancar (transmitter) yang terhubung dan dapat mengkalkulasikan semua data menjadi suatu nilai tertentu.

(down stream dan up stream) yang berfungsi untuk mengirimkan data yang diukur ke unit penerima (flow computer).

31. Three Pen Recorder adalah peralatan untuk mencatat tekanan statis, tekanan diferensial dan temperatur secara bersamaan.

32. Two Pen Recorder adalah peralatan untuk mencatat tekanan statis dan tekanan diferensial secara bersamaan.

Page 8: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

8

33. Pressure Recorder adalah perlengkapan Meter Gas Orifis yang menggunakan sistem mekanik untuk mencatat tekanan statis yang terjadi di dalam pipa meter.

34. Differential Pressure Recorder adalah perlengkapan Meter Gas Orifis yang menggunakan sistem mekanik untuk mencatat tekanan diferensial (Differensial Pressure) yang terjadi di dalam pipa meter.

35. Temperature Recorder adalah perlengkapan Meter Gas Orifis yang menggunakan sistem mekanik untuk mencatat temperatur yang terjadi di dalam pipa meter.

36. Pemroses sinyal adalah pemroses sinyal elektronik yang berasal dari peralatan sekunder yang mengirimkan informasi ke flow computer.

37. Densitas fluida mengalir (ρt,p) adalah massa per satuan volume dari fluida yang sedang diukur pada kondisi mengalir (Tf, Pf ).

38. Densitas fluida dasar (ρb) adalah massa per satuan volume dari fluida yang sedang diukur pada kondisi tekanan dasar dan kondisi temperatur dasar.

39. Viskositas absolut (µ) adalah ukuran dari suatu resistansi daya kohesif intermolekul fluida untuk bergeser per satuan waktu yang digunakan untuk menghitung bilangan Reynolds pipa.

40. Kompresibilitas (Z) adalah suatu faktor penyesuaian yang digunakan untuk menghitung deviasi dari hukum gas ideal.

41. Eksponen isentropik (k) adalah suatu sifat keadaan termodinamis yang membuat hubungan antara tekanan fluida yang mengembang dan densitas sewaktu fluida mengalir melalui lubang pelat orifis.

42. Kondisi tekanan dasar (Pb) dan kondisi temperatur dasar (Tb) adalah kondisi dasar yang dipergunakan sebagai referensi untuk proses perhitungan laju alir.

43. Fluida Newtonian adalah semua gas, cairan dan fluida padat (dense phase fluids) yang digunakan dalam industri minyak bumi, petrokimia serta gas bumi.

44. Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD) adalah kesalahan yang masih berada dalam rentang operasional yang ditentukan pada Meter Gas Orifis.

Page 9: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

9

BAB II PERSYARATAN ADMINISTRASI

2.1 Lingkup Syarat Teknis ini mengatur tentang persyaratan teknis dan persyaratan kemetrologian untuk Meter Gas Orifis untuk pengukuran gas bumi dan fluida hidrokarbon terkait lainnya.

2.2 Penerapan

a. Syarat Teknis ini berlaku untuk Meter Gas Orifis yang terdiri dari elemen primer dan elemen sekunder untuk mengukur laju alir fluida.

b. Syarat teknis ini berlaku untuk fluida pada kondisi aliran massa steady-state dan dalam kondisi bersih, fase tunggal, homogen dan termasuk fluida Newtonian dengan pipa yang mempunyai bilangan Reynolds 4000 atau lebih besar.

c. Dalam syarat teknis ini disyaratkan untuk menggunakan temperatur aliran dalam derajat Celcius. Meskipun demikian, apabila temperatur aliran digunakan dalam persamaan untuk menentukan densitas dari fluida yang mengalir, maka nilai dalam derajat Celcius tersebut dikonversikan ke nilai temperatur absolut dalam derajat Kelvin melalui persamaan sebagai berikut : °K = °C + 273,15 °C = °K – 273,15

d. Persamaan koefisien discharge untuk meter gas orifis tap flensa yang konsentris dan bertepi persegi 𝐶𝐶𝑑𝑑 (FT) dapat diterapkan untuk ukuran pipa nominal yang sama dengan atau lebih besar dari 50 mm serta rasio diameter (𝛽𝛽) 0,1-0,75, dengan diameter lubang orifis yang diberikan (dr) lebih besar dari 11,4 mm dan bilangan Reynold pipa (ReD

e. Untuk menjamin keakurasian dalam ketidakpastian yang ditetapkan, batasan kondisi aliran tertentu harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

) lebih besar dari atau sama dengan 4000.

1) Aliran harus mendekati kondisi stabil, kondisi aliran massa steady state untuk fluida yang dinilai bersih, fase tunggal, homogen dan fluida Newtonian.

2) Fluida harus tidak mengalami perubahan fase apapun pada saat melewati orifis.

3) Aliran harus subsonik melewati orifis dan tube meter. 4) Bilangan Reynolds harus dalam batas yang ditetapkan dari

koefisien empiris.

Page 10: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

10

2.3 Identitas 1. Meter Gas Orifis pada bagian orifice fitting harus dilengkapi dengan pelat

identitas yang memuat keterangan sebagai berikut: a. Merek pabrik; b. Model / tipe; c. Nomor seri; d. diameter pipa nominal; e. line bore size; dan f. fluida yang diukur.

2. Keterangan sebagaimana pada angka 1 harus mudah dilihat, mudah dibaca dan tidak mudah terhapus pada kondisi pemakaian Meter Gas Orifis secara normal.

3. Meter Gas Orifis harus dilengkapi dengan tempat-tempat untuk pembubuhan tanda tera.

2.4 Persyaratan Meter Gas Orifis Sebelum Peneraan 1. Persyaratan sebelum dilakukan tera

a. Untuk Meter Gas Orifis asal impor harus memiliki: 1) Surat Izin Tipe; dan 2) Label Tipe yang melekat pada Meter Gas Orifis.

b. Untuk Meter Gas Orifis produksi dalam negeri harus memiliki: 1) Surat Izin Tanda Pabrik; dan 2) Label yang memuat merek pabrik dan nomor surat izin tanda

pabrik. 2. Persyaratan sebelum dilakukan tera ulang

Meter Gas Orifis yang akan ditera ulang harus sudah ditera sebelumnya.

Page 11: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

11

BAB III

PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN

3.1 Persyaratan Teknis 1. Konstruksi

Berdasarkan prinsip kerjanya Meter Gas Orifis terdiri dari : a. Meter Gas Orifis yang menggunakan Sistem Elektronik Peralatannya terdiri dari:

1) Static Pressure Transmitter 2) Temperatur Transmitter 3) Differential Pressure Transmitter 4) Flow Computer

b. Meter Gas Orifis yang menggunakan Sistem Mekanik Peralatannya terdiri dari:

1) Pressure Recorder 2) Differential Pressure Recorder 3) Temperature Recorder

Meter Gas Orifis terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut: a. Elemen Primer

1) Pelat Orifis Pelat orifis digambarkan sebagai suatu pelat tipis tajam, tepi persegi karena ketebalan material pelat kecil (tipis) dibandingkan dengan diameter internal lubang pengukur pelat orifis, dan karena tepi hulu dari lubang pengukur tajam dan persegi. Pelat orifis harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) Ketebalan minimum lubang pelat orifis yang diizinkan (e)

didefinisikan sebagai e≥ 0,254 dm

b) Nilai maksimum yang diizinkan untuk ketebalan lubang pelat orifis (e) didefinisikan sebagai e ≤ 0,508 mm D

atau e> 0,127 mm (dipilih yang lebih besar).

m atau e ≤ 3,75mm dm

c) Ketebalan pelat orifis (E)

(dipilih yang lebih kecil), tetapi e harus tidak lebih besar dari ketebalan pelat orifis (E).

Nilai minimum, maksimum dan yang direkomendasikan dari ketebalan pelat orifis (E) untuk pelat orifis baja stainless type 304 dan 316 dapat dilihat pada tabel 3.1.

Page 12: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

12

Tabel 3.1 Dimensi Pelat Orifis

Tebal Pelat Orifis, E (mm)

Minimum 2,921 2,921 2,921 2,921 2,921 2,921 2,921 2,921 2,921 4,445 4,445 4,445 4,445 4,445 6,096 6,096 6,096 9,398

Maksimum 3,302 3,302 3,302 3,302 3,302 4,140 4,877 6,452 8,103 8,103 9,627 10,109 12,446 12,70 12,827 12,827 14,275 14,275

Rekomendasi 3,175 3,175 3,175 3,175 3,175 3,175 3,175 3,175 3,175 6,350 6,350 6,350 9,525 9,525 9,525 9,525 9,525 12,700

Diameter Dalam Nominal (mm)

2 3 4 6 8 10 12 16 20 24 30

diameter dalam publikasi

42,850 0,000 66,650 80,061 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 242,875 0,000 0.000 0,000 0,000 477,825 0,000 0,000 0,000 0,000

49,251 0,000 73,660 112,725 0,000 124,384 146,329 0,000 202,717 254,508 303,225 0,000 0,000 381,000 482,600 0,000 584,200 0,000 736,600

52,502 58,420 77,927 97,180 102,260 131,750 154,051 193,675 205,003 257,454 307,086 373,075 373,075 387,350 488,950 574,650 590,550 730,250 742,950

Page 13: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

13

Ketebalan maksimum tepi pelat orifis (e) dapat dilihat pada lampiran 4.

d) Tirus (Bevel) Pelat Orifis (𝜃𝜃) Sudut tirus pelat (𝜃𝜃) didefinisikan sebagai sudut antara tirus dan muka hilir pelat. Nilai yang diizinkan untuk sudut tirus pelat (𝜃𝜃) adalah 45 ° ± 15 °. Jika tirus disyaratkan (lihat tabel 3.1), dimensi minimumnya yang diukur sepanjang sumbu lubang harus tidak boleh lebih kecil dari 1/40,64 mm atau 1,59 mm.

2) Pemegang Pelat Orifis (Orifice Fitting) Pemegang pelat orifis terdiri dari satu set flensa orifis yang dilengkapi dengan tap pengindera tekanan diferensial yang terkait. a) Flensa orifis untuk instalasi tube meter orifis harus

dikonstruksi dan dipasang pada pipa, sehingga semua spesifikasi mekaniknya memenuhi persyaratan.

b) Pemegang Pelat Orifis Bila Pemegang Pelat Orifis flensa hulu digunakan, diameter dalam rata-rata tube meter yang dikoneksi ke bagian inlet harus cocok dengan diameter internal rata-rata fitting dengan toleransi yang diberikan, sebagaimana dimaksud pada angka 3) huruf c), d) dan e). Beberapa tipe pemegang pelat orifis sebagai berikut: • Senior orifice fitting merupakan tempat dudukan pelat orifis yang cara penggantian pelat orifisnya dapat dilakukan tanpa menghentikan aliran.

• Junior orifice fitting mirip dengan tipe senior, tetapi tidak memiliki katup geser dan ruang bagian atas.

• Simplex orifice plate merupakan tempat dudukan pelat orifis yang telah dikembangkan khusus untuk kebutuhan yang lebih ekonomis, pemindahannya akurat dan digunakan untuk pelat orifis tipe konvensional yang frekuensi penggantiannya jarang dilakukan.

c) Tap Flensa Tube meter yang menggunakan tap flensa harus mempunyai pusat lubang tap tekan hulu yang ditempatkan 25,4 mm dari muka hulu pelat orifis. Pusat lubang tap tekanan hilir harus berjarak 25,4 mm dari muka hilir pelat orifis. Penempatan tap flensa dapat dilihat pada gambar 3.1.

Page 14: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

14

Gambar 3.1 Penempatan Tap Flensa 1) Pusat tap hulu ditempatkan sejauh 25,4 milimeter di hulu

dari muka pelat yang terdekat. 2) Pusat tap hilir ditempatkan sejauh 25,4 milimeter di hilir

dari muka pelat yang terdekat. d) Pipe Taps

Tap ini letaknya 2,5 kali diameter pipa di bagian hulu dan 8 kali diameter pipa di bagian hilir pelat orifis. Penempatan Pipe Taps dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Penempatan Pipe Taps

1) Pusat tap hulu ditempatkan sejauh 2,5 kali diameter pipa di bagian hulu pelat orifis.

2) Pusat tap hilir ditempatkan sejauh 8 kali diameter pipa di bagian hilir pelat orifis.

e) Rasio diameter (β) adalah diameter lubang pelat orifis kalkulasi (d) dibagi dengan diameter internal tube meter kalkulasi (D). Direkomendasikan rasio diameter (β) yang digunakan dalam desain instalasi baru adalah 0,75.

f) Lubang tap tekan harus dibor dengan arah radial terhadap tube meter, yaitu garis tengah lubang tap harus memotong dan membentuk sudut 90° terhadap sumbu tube meter, tepi dalamnya bersih tanpa ada kotoran bekas pengeboran.

g) Diameter lubang tap tekan pada bagian permukaan dalam tube meter dan sepanjang lubang pengeboran harus 9,5 mm ± 0,4 mm untuk pipa dengan diameter nominal 50 mm atau 80 mm

Page 15: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

15

dan harus 12,7 mm ± 0,4 mm untuk pipa dengan diameter nominal 100 mm atau lebih besar.

h) Tepi lubang tap tekan pada permukaan dalam tube meter harus bebas dari tonjolan dan boleh sedikit bundar.

i) Ketegaklurusan Pemegang pelat orifis harus mempertahankan posisi pelat orifis

tegak lurus pada sudut 90° terhadap sumbu tube meter.

3) Tube meter Spesifikasi tube meter (dengan atau tanpa pengkondisian aliran) sebagai berikut: a) Kekasaran permukaan internal tube meter harus diukur

mendekati lokasi aksial yang sama. b) Rata-rata kekasaran permukaan internal tube meter tidak

boleh melampaui : • Ra = 762 nm (nano meter), jika rasio diameter (βr) kurang

dari 0,6 • Ra = 635 nm (nano meter), jika rasio diameter (βr) lebih

besar atau sama dengan 0,6 c) Nilai absolut perbedaan presentase antara diameter internal

tube meter yang diukur, Dm dan setiap pengukuran diameter individual dengan jarak satu diameter tube meter, Dm pada sisi hulu pelat orifis tidak boleh melebihi 0,25 persen Dm

�Suatu dari sembarang Diameter Dm-Dm

Dm X 100� ≤ 0,25%

Contoh situasi ini diberikan dalam tabel 3.2, semua pengukuran dalam satu diameter tube meter bagian hulu permukaan pelat orifis adalah antara 0,25 persen dari rata-rata 2,0695.

Tabel 3.2 Contoh Toleransi kebundaran diameter internal Tube meter : Diameter tube meter dalam

Mean pertama Hulu dari pelat orifis.

.

Pengukuran Diameter Internal Tube Meter (mm)

Posisi A B C D Rata-rata,Dm

I - mm pelat Hulu 52,568 52,563 52,563 52,568 52,565

Dalam satu Dm

52,578 52,517 52,504 52,464

d) Perbedaan presentase antara pengukuran diameter internal

Individual Terukur maksimum dan diameter internal individu terukur minimum pada semua pengukuran diameter internal individual tube meter hulu, mencakup diameter tube meter pertama hulu dari tube pelat orifis tersebut, tidak lebih dari 0,5 persen dari Dm.

Page 16: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

16

Diameter Maksimum-Diameter Minimum

Dm X 100 ≤ 0,5%

Contoh situasi ini diberikan dalam Tabel 3.3, kalkulasi untuk memverifikasi bahwa pengukuran memenuhi kriteria toleransi sebagai berikut:

525,780 − 525,170525,653

× 100 ≤ 0,48%=0,116≤ 0,48%

Tabel 3.3 Contoh Toleransi Kebundaran Diameter Internal Tube meter : Semua Pengukuran Diameter Internal Individual

Tube Meter Hulu

Pengukuran Diameter Internal Tube Meter (mm)

Posisi A B C D Rata-rata,Dm

I - mm Pelat Hulu 52,568 52,563 52,563 52,568 52,565 Dalam satu Dm 52,578 52,517 52,504 52,464 Pemeriksaan dan Pengukuran Hulu 52,377 52,375 52,357 52,327

e) Toleransi Kebundaran Internal Tube Meter Hilir

Nilai absolut perbedaan presentase antara ukuran diameter tube meter, Dm dan diameter internal individual yang manapun pada sisi hilir tidak boleh melebihi 0,5 persen dari Dm

�𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆 𝐷𝐷𝐷𝐷𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝐷𝐷𝑆𝑆𝑆𝑆 𝐻𝐻𝐷𝐷𝐻𝐻𝐷𝐷𝑆𝑆 − 𝐷𝐷𝑆𝑆

𝐷𝐷𝑆𝑆 × 100� ≤ 0,5 %

b. Elemen Sekunder Elemen Sekunder berfungsi untuk melakukan: 1) Pengukuran tekanan statis; 2) Pengukuran tekanan diferensial; 3) Pengukuran temperatur; 4) Perhitungan aliran.

c. Peralatan Sekunder Transmitter didesain untuk mempertinggi sirkuit transmisi informasi dari lokasi yang satu ke lokasi yang lain dengan penambahan sirkuit elektronik yang mengubah output transduser ke sinyal standar. Transduser berfungsi mengubah respon parameter pengukuran ke dalam nilai – nilai besaran listrik. Transmitter yang digunakan untuk pengiriman nilai yang diperlukan untuk penghitungan volume gas meliputi: a. Static Pressure Transmitter b. Temperatur Transmitter c. Differensial Pressure Transmitter

Page 17: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

17

2. Densitas Densitas yang digunakan pada kondisi mengalir (atau kondisi dasar): a. lebih besar dari 0,30 gram/cm3

b. Kurang dari 0,30 gram/cm

(mengacu pada API Manual of Petroleum Measurement Standard Chapter 14.6 untuk instalasi, operasi dan kalibrasi peralatan ini).

3

(mengacu pada rekomendasi manufaktur untuk instalasi, operasi, kalibrasi peralatan ini).

3. Rumus dasar laju alir meter gas orifis

𝑞𝑞𝑆𝑆= 𝐶𝐶𝑑𝑑𝐸𝐸𝑣𝑣𝑌𝑌 �𝜋𝜋4�𝑑𝑑2�2𝑆𝑆𝑐𝑐𝜌𝜌𝐷𝐷 ,𝑝𝑝∆𝑃𝑃

Keterangan: 𝐶𝐶𝑑𝑑 = Koefisien discharge pelat orifis d = Diameter lubang pelat orifis dihitung pada suhu mengalir ∆𝑃𝑃 = Tekanan diferensial orifis 𝐸𝐸𝑣𝑣 = Faktor pendekatan pada kecepatan 𝑆𝑆𝑐𝑐 = Konstanta konversi dimensi 𝜋𝜋 = Konstanta universal (3,14159)

𝑞𝑞𝑆𝑆 = Laju alir massa 𝜌𝜌𝐷𝐷 ,𝑝𝑝 = Densitas fluida pada kondisi mengalir 𝑌𝑌 = Faktor ekspansi

a. Laju alir volumetris pada kondisi dasar /standar (Qv) dapat

dikalkulasi menggunakan rumus :

𝑄𝑄𝑣𝑣 =𝑞𝑞𝑆𝑆𝜌𝜌𝑆𝑆

Keterangan: 𝑞𝑞𝑆𝑆 = laju alir massa 𝜌𝜌𝑆𝑆 = densitas fluida pada kondisi dasar

Laju alir massa (𝑞𝑞𝑆𝑆 ) dapat dikonversi ke laju alir volumetrik pada kondisi dasar (standar) (𝑄𝑄𝑣𝑣) apabila densitas fluida pada kondisi dasar (𝜌𝜌𝑆𝑆 ) dapat ditentukan.

b. Laju alir volumetris pada kondisi mengalir / kondisi aktual 𝑞𝑞𝑣𝑣 =

𝑞𝑞𝑆𝑆𝜌𝜌𝐷𝐷𝑝𝑝

Keterangan: 𝑞𝑞𝑆𝑆 = laju alir massa ρtp = densitas fluida pada kondisi mengalir

Page 18: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

18

4. Eksentrisitas (𝜀𝜀) pelat orifis Lubang pelat orifis harus konsentris dengan dinding internal pemegang pelat orifis, baik bagian hulu maupun hilir. Eksentrisitas lubang pelat orifis yang diukur paralel dengan sumbu tap tekan harus kurang atau sama dengan toleransi yang didefinisikan oleh persamaan berikut :

𝜀𝜀 ≤ 0,0025𝐷𝐷

0,1 + 2,3 𝛽𝛽𝑆𝑆4

Keterangan : 𝜀𝜀 = eksentrisitas lubang pelat orifis Tabel 3.4 Toleransi Eksentrisitas Maksimum Lubang Pelat Orifis (mm)

Diameter Dalam Tube meter (mm) βm 52,5018 77,9272 102,2604 154,0510 202,7174 254,5080

2.067 3.068 4.026 6.065 7.981 10.02 5,0800 1,2700 1,8796 2,4638 3,7084 4,8768 6,1468 0.200 0.05 0.074 0.097 0.146 0.192 0.242 6,3500 1,1938 1,7780 2,3368 3,5306 4,6482 5,8420 0.250 0.047 0.07 0.092 0.139 0.183 0.23 7,6200 1,1176 1,6510 2,1590 3,2512 4,2672 5,3594 0.300 0.044 0.065 0.085 0.128 0.168 0.211 8,8900 0,9652 1,7018 1,9050 2,8702 3,7592 4,7244 0.350 0.038 0.067 0.075 0.113 0.148 0.186

10,1600 0,8382 1,2192 1,6002 2,4130 3,2004 4,0132 0.400 0.033 0.048 0.063 0.095 0.126 0.158 11,4300 0,6858 0,9906 1,3208 1,9812 2,6162 3,2766 0.450 0.027 0.039 0.052 0.078 0.103 0.129 12,7000 0,5334 0,8128 1,0414 1,5748 2,0828 2,6162 0.500 0.021 0.032 0.041 0.062 0.082 0.103 13,9700 0,4318 *) 0,6350 0,8128 1,2446 1,6256 2,0574 0.550 0.017 0.025 0.032 0.049 0.064 0.081 15,2400 0,3302 *) 0,4826 *) 0,6350 0,8382 1,2700 1,6002 0.600 0.013 0.019 0.025 0.033 0.05 0.063 16,5100 0,2540 *) 0,3810 *) 0,5080 0,7620 0,9906 1,2446 0.650 0.01 0.015 0.02 0.03 0.039 0.049 17,7800 0,2032 *) 0,3048 *) 0,3810 *) 0,5842 0,7620 0,9652 0.700 0.008 0.012 0.015 0.023 0.03 0.038

*)Untuk harga-harga tersebut, nilai eksentrisitas minimal pada 508 mm dianggap praktis. Nilai ini bisa memperbesar ketidakpastian koefisien discharge pelat orifis (Cd

Gambar 3.2 Pengukuran Eksentrisitas

) dengan penambahan sebesar 0,0 – 0,5 persen.

Page 19: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

19

5. Kekasaran pelat orifis Kekasaran rata – rata (Ra) yang digunakan mengacu pada American National Standards Institute (ANSI) B46.1 dan merupakan “rata-rata aritmatika nilai absolut dari deviasi tinggi profil terukur yang diambil dari bagian panjang sampel dan diukur dari garis pusat grafik”. Kekasaran permukaan muka hulu dan hilir pelat orifis harus bersih dari abrasi dan goresan yang terlihat dengan kasat mata harus kurang dari 127 nm Ra (kekasaran rata-rata). Kekasaran permukaan boleh diuji dengan menggunakan suatu alat kekasaran permukaan tipe electronic averaging dengan nilai pemutusan tidak kurang dari 0,762 mm.

6. Kerataan (flatness) pelat orifis Muka hulu dan hilir pelat orifis harus rata sebagaimana dapat dilihat pada gambar 3.3. Deviasi kerataan pada pelat orifis lebih kecil atau sama dengan 1 persen dari tinggi dam (yaitu, 0,254 mm per mm dari tinggi dam). Tinggi dam dapat dikalkukasi dengan rumus (Dm – dm

Gambar 3.3 Dimensi pelat orifis

)/2. Kriteria kerataan ini digunakan pada setiap dua titik pada pelat orifis yang berada dalam dimensi diameter internal pipa. Penyimpangan kerataan pelat orifis digambarkan pada gambar 3.4 dan ditentukan sebagaimana terdapat pada tabel 3.5.

Gambar 3.4 Penyimpangan kerataan pelat orifis

Page 20: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

20

Tabel 3.5 Toleransi kerataan pelat orifis (diukur pada tepi lubang orifis dan dalam batas diameter internal pipa)

Penyimpangan Maksimal Dari kerataan (mm) untuk Ukuran Tube Meter Nominal (mm)

Diameter Lubang

orifis,dm (mm) 5.080 7.620 10.160 15.24 20.32 25.40 30.48 40.64 50.80 60.96 76.20

3.175 *) 0.229

6.35 *) 0.229

9.525 *) 0.203

12.7 0.203 0.330

15.87 0.178 0.305 0.432

19.05 0.178 0.305 0.406 0.686

22.22 0.152 0.279 0.406 0.660 0.914

25.4 0.127 0.254 0.381 0.635 0.889 1.143

31.75 0.102 0.229 0.356 0.610 0.864 1.118 1.372

38.1 0.076 0.203 0.330 0.584 0.838 1.092 1.346 1.702

44.45 0.178 0.279 0.559 0.813 1.067 1.321 1.676

50.8 0.127 0.254 0.508 0.762 1.041 1.270 1.651 2.159

57.15 0.102 0.229 0.483 0.737 0.991 1.245 1.600 2.108

63.5 0.203 0.457 0.711 0.965 1.219 1.575 2.083 2.591

69.85 0.152 0.432 0.686 0.940 1.194 1.549 2.057 2.565

76.2 0.127 0.381 0.635 0.914 1.143 1.524 2.032 2.540 3.302

82.55 0.356 0.610 0.889 1.118 1.473 1.981 2.489 3.251

88.9 0.330 0.584 0.864 1.092 1.448 1.956 2.464 3.226

95.25 0.305 0.559 0.838 1.067 1.422 1.930 2.438 3.200

101.6 0.254 0.508 0.813 1.016 1.397 1.905 2.438 3.175

114.3 0.203 0.457 0.787 0.965 1.321 1.829 2.337 3.099

127 0.381 0.711 0.889 1.270 1.778 2.286 3.048

139.7 0.330 0.660 0.838 1.194 1.702 2.210 2.972

152.4 0.254 0.584 0.762 1.143 1.651 2.159 2.921

165.1 0.533 0.711 1.067 1.575 2.083 2.845

177.8 0.457 0.635 1.016 1.524 2.032 2.794

190.5 0.406 0.584 0.940 1.448 1.956 2.718

203.2 0.330 0.508 0.889 1.397 1.905 2.667

215.9 0.457 0.813 1.321 1.829 2.591

228.6 **) 0.381 0.762 1.270 1.778 2.540

*)Menggunakan diameter ini tidak dilarang tetapi bisa menghasilkan ketidakpastian yang lebih besar **)Untuk ukuran yang lebih besar, penyimpangan maksimal dari kerataan sama dengan 0,005 (Dm – dm

7. Tepi hulu lubang pelat orifis harus persegi dan tajam. Tepi hulu dan hilir lubang pelat orifis harus bebas dari cacat yang bisa dilihat dengan kasat mata, seperti bintik rata, tekstur berserabut, kasar, burrs, tonjolan dan takik.

)

Page 21: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

21

8. Permukaan internal lubang pelat orifis harus dalam bentuk silinder berdiameter konstan dan tidak memiliki cacat, seperti lekuk, tonjolan, lubang atau gumpalan yang dapat dilihat dengan kasat mata.

3.2 Persyaratan Kemetrologian 1. Satuan yang dipergunakan harus dalam Satuan Internasional (SI).

Satuan selain SI dalam ketentuan ini harus dikonversikan ke dalam satuan SI.

2. Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD) BKD harus berada dalam nilai-nilai yang berlaku sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD)

No Perlengkapan UTTP BKD 1. Static Pressure Transmitter ±0,25 % FS 2. Temperatur Transmitter ±0,25 % FS 3. Differential Pressure Transmitter ±0,25 % FS 4. Pengujian Sistem ±2% FS 5. Temperature Recorder ± 1 % FS 6. Differential Pressure Recorder ±0,5% FS 7. Static Pressure Recorder ±0,5% FS

Keterangan:

3.

FS : Full Scale

BKD untuk pengujian sistem adalah 3 (tiga) kali nilai ketidakpastian. Berdasarkan referensi American Gas Association (AGA) Report No.3 – 1992 untuk nilai ketidakpastian kalkulasi aliran fluida sebesar 0,6700, sehingga diperoleh BKD pengujian sistem untuk tera dan tera ulang sebesar

± 2% FS.

Page 22: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

22

BAB IV PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

4.1 Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Meter Gas Orifis dilakukan untuk memastikan bahwa Meter

Gas Orifis memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam syarat teknis ini.

2. Pemeriksaan konstruksi dan perlengkapan Meter Gas Orifis yang baru dilakukan dengan membandingkan dengan gambar konstruksi.

3. Pemeriksaan Meter Gas Orifis baru dilakukan setelah memperoleh izin tipe atau izin tanda pabrik.

4. Pemeriksaan dilaksanakan dengan memperhatikan sambungan antara pipa instalasi dengan lubang masuk dan lubang keluar dalam keadaan Meter Gas Orifis berisi media uji berupa fluida.

5. Pemeriksaan spesifikasi teknis dilakukan untuk memastikan Meter Gas Orifis maupun komponennya telah sesuai persyaratan yang meliputi pelat orifis, Orifice Fitting, tranduser beserta bagian-bagiannya, transmitter serta flow computer.

4.2 Pengujian Tera dan Tera Ulang 1. Pengujian dilaksanakan di tempat Meter Gas Orifis terpasang tetap,

sesuai dengan maksud penggunaannya. 2. Pengujian Meter Gas Orifis dilakukan dengan pengujian fungsi komponen

secara terpisah dan dilanjutkan dengan pengujian komponen yang terintegrasi. Pengujian yang dilakukan harus sesuai persyaratan dengan cara membandingkan nilai yang diukur unit elektronik Meter Gas Orifis (nilai digital yang diperlukan flow computer) dari masing–masing variabel nilai terhadap reference standard.

3. Pengoperasian Meter Gas Orifis yang berfungsi mengukur aliran fluida yang menghasilkan perbedaan tekanan untuk menentukan laju alir dilakukan sesuai Syarat Teknis ini dan hasilnya dicatat pada cerapan sebagaimana tercantum dalam lampiran 2 pengujian syarat teknis ini.

4. Rumus perhitungan kalkulasi dapat mengacu pada referensi berikut: a. American Gas Association (AGA) Report No.3 – 1985; b. American Gas Association (AGA) Report No.3 – 1992; atau c. ISO 5167, First edition 1980-02-01 Measurement of fluid flow by means

of orifice plates, nozzles and venturi tubes inserted in circular cross-section conduits running full.

Page 23: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

23

BAB V PEMBUBUHAN TANDA TERA

5.1 Pembubuhan Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak dan Tanda Sah, dibubuhkan pada lemping tanda tera. Tanda Jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian tertentu dari Meter Gas Orifis yang sudah disahkan pada waktu ditera dan ditera ulang untuk mencegah penukaran dan/atau perubahan. Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5.2 Tempat Pembubuhan 1. Penempatan

Lemping tanda tera ditempatkan dan/atau dipasang pada bagian Meter Gas Orifis yang mudah dilihat, tidak mudah lepas dan dapat menjamin keutuhan (tahan lama) tanda-tanda tersebut.

2. Tera a. Tanda Daerah ukuran 4 mm, Tanda Pegawai Yang Berhak (H) dan Tanda

Sah Logam ukuran 6 mm (SL6) dibubuhkan pada lemping aluminium atau logam dengan kualitas sejenis yang tahan karat. Lemping tersebut dipasang atau dililitkan pada orifice fitting dengan kawat segel dan dibubuhi Tanda Jaminan Plombir ukuran 8 mm (JP8).

b. Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6) dibubuhkan pada penutup flow computer.

c. Tanda Jaminan Plombir ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada penutup transmitter dan penutup field adjuster. Security lock harus pada posisi on.

d. Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6) dan Tanda Jaminan Plombir ukuran 8 mm (JP8) dibubuhkan pada bagian kiri dan kanan penutup box recorder dengan posisi yang berlawanan antara Tanda Sah dan Tanda Jaminan tersebut.

3. Tera Ulang Pembubuhan tanda tera pada tera ulang sama dengan pembubuhan tanda tera pada tera. Pada saat tera ulang lemping tanda tera pada Orifice Fitting tidak diganti selama tidak mengalami kerusakan.

Page 24: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

24

BAB VI PENUTUP

Syarat teknis Meter Gas Orifis merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan tera dan tera ulang Meter Gas Orifis serta pengawasan Meter Gas Orifis, guna meminimalisir penyimpangan penggunaan Meter Gas Orifis dalam transaksi serta upaya perwujudan tertib ukur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.

Page 25: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

25

Lampiran 1

PROSEDUR TERA DAN TERA ULANG METER GAS ORIFIS 1. Pelat Orifis

Pengukuran dalam rangka pengujian pelat orifis meliputi pengukuran terhadap komponen: a. Diameter luar pelat orifis/orifice plate outside diameter (D); b. Diameter internal pelat orifis/orifice plate bore diameter (d); c. Ketebalan pelat orifis/orifice plate thickness (E); d. Ketebalan lubang pelat orifis/orifice plate bore thickness (e); dan e. Sudut bevel/bevel angle (α). Prosedur pengujian a. Persiapan

1) Peralatan uji yang diperlukan Peralatan yang digunakan dalam pengujian pelat orifis adalah: a) Coordinat Measuring Machine (CMM) dan sertifikatnya; b) Cerapan.

2) Pastikan bahwa pelat orifis yang akan diuji dalam keadaan bersih dan bebas kotoran.

3) Pastikan pula meja datar (berupa meja granit) yang akan digunakan sebagai meja kerja dalam keadaan bersih dan bebas kotoran.

4) Lakukan kalibrasi probe terhadap master ball. b. Pelaksanaan Pengujian

1) Pengujian Visual a) Pelat orifis harus datar tidak boleh cembung/cekung, dapat dilihat

secara visual. b) Pelat orifis harus memiliki permukaan yang halus, tidak ada goresan

yang parah dan goresan yang terlihat kasat mata. c) Permukaan internal lubang/diameter internal (d) harus berupa

silinder yang konstan, tidak ada cacat, seperti lekukan, tonjolan, lubang maupun gumpalan. Pengujian dapat dilakukan dengan meraba bagian internal diameter (d) dengan menggunakan jari.

2) Pengujian menggunakan kalibrator a) Ukur diameter luar pelat orifis (D) menggunakan standar yang

tersertifikasi. b) Ukur diameter internal pelat orifis (d) menggunakan standar yang

tersertifikasi. c) Ukur ketebalan luar atau thickness plate (E) menggunakan standar

yang tersertifikasi. d) Ukur ketebalan lubang atau bore thickness (e) menggunakan standar

yang tersertifikasi. e) Ukur sudut tirus atau bevel angle (α) menggunakan standar yang

tersertifikasi. f) Ukur kekasaran atau roughness pelat menggunakan standar yang

tersertifikasi.

Page 26: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

26

g) Ukur eksentrisitas pelat menggunakan standar yang tersertifikasi. h) Ukur kerataan atau flatness dari pelat menggunakan standar yang

tersertifikasi. 3) Hasil Pengujian

Hasil pengujian didapatkan dari rata-rata hasil perhitungan dari masing – masing item perhitungan.

2. Pengujian Meter Gas Orifis a. Meter Gas Orifis yang menggunakan sistem elektronik :

1) Pengujian Differential Pressure Transmitter (DPT) a) Peralatan uji yang diperlukan

Peralatan yang digunakan dalam pengujian differential pressure transmitter ini adalah: c) Pneumatic calibrator dan sertifikatnya; d) Digital Multi Meter (DMM) dan sertifikatnya; e) Tahanan Standar; f) Cerapan.

b) Persiapan Pengujian i. Pilihlah pneumatic calibrator yang sesuai dengan rentang ukur

yang sesuai. ii. Siapkan tahanan standar dengan hubungan seri dengan beban

indikatornya. iii. Siapkan DMM dengan hubungan paralel dengan tahanan standar. iv. Siapkan peralatan lainnya secara seksama. v. Catat semua identitas peralatan yang akan diuji

c) Pelaksanaan Pengujian Dalam melakukan pengujian differential pressure transmitter dilakukan tahapan sebagai berikut: i. Lepaskan saluran pipa (tubing) masuk dari differential pressure

transmitter dari pressure tap dan saluran yang lain dihubungkan pada atmosfir/udara luar;

ii. Hubungkan keluaran dari pneumatic calibrator dengan masukan dari differential pressure transmitter;

iii. Lepaskan hubungan dari keluaran differential pressure transmitter dan pasangkan resistor standar dengan kelas 0,01 secara seri dengan beban;

iv. Sebagai standar keluaran dari differential pressure transmitter adalah hasil kali dari nilai arusnya dengan tahanan standar;

v. Pasang DMM pada posisi paralel tekanan standar; vi. Sesuaikan posisi DMM untuk kondisi pencatatan besaran volt

atau mA; vii. Berikan beban pada pneumatic calibrator sesuai dengan daerah

ukur differential pressure transmitter dengan titik pengujian 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% atau titik lain sesuai dengan kemampuan standar;

Page 27: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

27

viii. Lakukan pembacaan DMM dan indikator pada flow computer di setiap titik pembebanan pneumatic calibrator;

ix. Pengujian v s.d vi pada posisi pembebanan menaik dan menurun. d) Perhitungan

- Nilai arus sebenarnya output DPT adalah I- Pembacaan DMM pada output transmitter adalah Vt.

s

- Selanjutnya dikombinasikan dengan nilai resistan Rs menjadi It (It=VT:Rs). Pembacaan differential pressure indicator adalah DP

- Beda Tekanan Standar adalah nilai beda tekanan masukan DPT adalah DP

i

- Kesalahan Penunjukan differential pressure transmitter adalah Es

t

𝐸𝐸𝐷𝐷 =𝑉𝑉𝐷𝐷 − 𝑉𝑉𝑠𝑠

𝑉𝑉𝑆𝑆𝑆𝑆𝑚𝑚𝑠𝑠 − 𝑉𝑉𝑆𝑆𝐷𝐷𝑆𝑆 𝑥𝑥 100%

Atau

𝐸𝐸𝐷𝐷 =𝑆𝑆𝑚𝑚𝐷𝐷 − 𝑆𝑆𝑚𝑚𝑉𝑉𝑠𝑠

𝑆𝑆𝑚𝑚𝑆𝑆𝑆𝑆𝑚𝑚𝑠𝑠 − 𝑆𝑆𝑚𝑚𝑉𝑉𝑆𝑆𝐷𝐷𝑆𝑆

Kesalahan Penunjukan differential pressure indicator adalah E

:

i

DMM

:

𝐸𝐸𝐷𝐷 = 𝐷𝐷𝑃𝑃𝐷𝐷−𝐷𝐷𝑃𝑃𝑠𝑠𝐷𝐷𝑃𝑃𝑆𝑆𝑆𝑆𝑚𝑚𝑠𝑠 −𝐷𝐷𝑃𝑃𝑆𝑆𝐷𝐷𝑆𝑆

𝑥𝑥 100%

Notasi yang digunakan dalam instruksi kerja ini adalah :

= Digital Multi Meter DPT = Differential Pressure Transmitter E = Kesalahan Penunjukan differential transmitter (%) V = t Tegangan keluaran differential pressure transmitter

(diubah menjadi) It =Vt : RV

s = t Tegangan keluaran differential pressure transmitter

(diubah menjadi) It =Vt : RV

s = s Tegangan keluaran Standar

I = s Arus sebenarnya DP = i Pembacaan differential pressure indicator DP = s Tekanan sebagai tekanan masukan mA = t Arus keluaran differential pressure transmitter mA = s Arus Standar (seharusnya)

2) Pengujian Static Pressure Transmitter (PT)

a) Peralatan uji yang diperlukan Peralatan yang digunakan dalam pengujian static pressure transmitter ini adalah: i. Dead Weight Tester (atau yang sejenis) dan sertifikatnya; ii. Digital Multimeter dan sertifikatnya; iii. Precision Resistor 50 ohm; iv. Sumber tegangan yang sesuai; v. Cerapan.

Page 28: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

28

b) Persiapan Pengujian i. Pilihlah dead weight tester (DWT) yang sesuai dengan rentang

ukur yang sesuai. ii. Siapkan tahanan standar dengan hubungan seri dengan beban

indikatornya. iii. Siapkan DMM dengan hubungan paralel dengan tahanan standar. iv. Siapkan peralatan lainnya secara seksama. v. Catat semua identitas peralatan yang akan diuji.

c) Pelaksanaan Pengujian Dalam melakukan pengujian static pressure transmitter, dilakukan tahapan sebagai berikut: i. Lepaskan pipa saluran (tubing) masuk dari static pressure

transmitter dari pressure tapnya; ii. Hubungkan keluaran dead weight tester pada input pressure

transmitter; iii. Lepaskan hubungan dari keluaran static pressure transmitter dan

pasangkan resistor standar dengan kelas 0,01 secara seri dengan beban;

iv. Pasangkan DMM pada posisi paralel dengan resistor tersebut; v. Berikan beban pada DWT sesuai dengan daerah ukur static

pressure transmitter dengan titik pengujian 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% atau titik lain sesuai dengan kemampuan standar;

vi. Lakukan pembacaan DMM dan indicator pada flow computer di setiap titik pembebanan DWT;

vii. Lakukan setiap pengujian v s.d vi pada posisi pembebaban menaik dan menurun.

d) Perhitungan - Nilai arus sebenarnya output static pressure transmitter adalah I- Pembacaan DMM pada output transmitter adalah Vt.

s

- Selanjutnya dikombinasikan dengan nilai resistan Rs menjadi It (It = Vt : Rs).

- Pembacaan static pressure indicator adalah Pi. - Tekanan standar adalah nilai suhu ekivalen tahanan masukan static pressure transmitter adalah Ps.

Kesalahan Penunjukan static pressure transmitter adalah Et :

𝐸𝐸𝐷𝐷 =𝐼𝐼𝐷𝐷 − 𝐼𝐼𝑠𝑠

𝐼𝐼𝑆𝑆𝑆𝑆𝑚𝑚𝑠𝑠 − 𝐼𝐼 𝑆𝑆𝐷𝐷𝑆𝑆𝑥𝑥 100%

Kesalahan Penunjukan static pressure indicator adalah Ei :

𝐸𝐸𝐷𝐷 = 𝑃𝑃𝐷𝐷−𝑃𝑃𝑠𝑠𝑃𝑃𝑆𝑆𝑆𝑆𝑚𝑚𝑠𝑠 −𝑃𝑃 𝑆𝑆𝐷𝐷𝑆𝑆

𝑥𝑥 100%

Notasi yang digunakan dalam instruksi kerja ini adalah :

Page 29: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

29

DMM = Digital Multi Meter PT = Static Pressure Transmitter E = Kesalahan Penunjukan static pressure transmitter (%) V = e Tegangan keluaran static pressure transmitter (diubah

menjadi) It =Vt : RI

s = s Arus sebenarnya

P = i Pembacaan static pressure indicator P = s Static pressure ekuivalen tahanan masukan P = min Static pressure minimum dari rentang ukur static

pressure transmitter P = maks Tekanan maksimum dari rentang ukur static pressure

transmitter

3) Pengujian Temperature Transmitter (TT) a) Peralatan uji yang diperlukan

Peralatan yang digunakan dalam pengujian temperature transmitter adalah : i. Termometer standar dan sertifikatnya; ii. Digital Multi Meter dan sertifikatnya; iii. Decade Resistance Box; iv. Precision Resistor 50 ohm; v. Sumber tegangan yang sesuai; vi. Cerapan.

b) Persiapan Pengujian i. Pilihlah decade resistance box standar dengan rentang ukur yang

sesuai. ii. Siapkan tahanan standar dengan hubungan seri dengan beban. iii. Siapkan DMM dengan hubungan paralel dengan tahanan standar. iv. Siapkan peralatan lainnya secara seksama. v. Catat semua identitas peralatan yang akan diuji.

c) Pelaksanaan Pengujian i. Atur posisi selector DMM pada satuan volt DC. ii. Atur nilai tahanan suhu pada decade resistor box dengan urutan

0%, 25% 75% dan 100% dari rentang ukur masukan temperature transmitter.

iii. Sebagai standar keluaran dari temperature transmitter adalah hasil kali antara nilai arusnya dengan tahanan standar.

iv. Pada setiap pembacaan DMM dilakukan pembacaan suhu pada indicator temperatur (pada komputer).

v. Tentukan kesalahan penunjukan keluaran temperature transmitter.

vi. Tentukan kesalahan penunjukan temperatur indicator. vii. Lakukan lagi langkah sebagaimana butir i s.d vi dengan titik-titik

tahanan. viii. ekuivalen suhu dari 100%, 75%, 25% dan 0% dari rentang

ukurnya.

Page 30: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

30

d) Perhitungan - Nilai arus sebenarnya output temperature transmitter adalah Is - Pembacaan DMM pada output transmitter adalah Vt - Selanjutnya dikombinasikan dengan nilai resistan Rs menjadi It=Vt : Rs

- Pembacaan temperature indicator adalah Ti - Suhu sebenarnya adalah nilai suhu ekuivalen tahanan input temperature transmitter adalah Ts

Kesalahan penunjukan temperature transmitter adalah Et :

𝐸𝐸𝐷𝐷 = 𝐼𝐼𝐷𝐷−𝐼𝐼𝑠𝑠𝐼𝐼𝑆𝑆𝑆𝑆𝑚𝑚𝑠𝑠 −𝐼𝐼 𝑆𝑆𝐷𝐷𝑆𝑆

𝑥𝑥 100%

Kesalahan penunjukan temperature indicator adalah Ei :

𝐸𝐸𝐷𝐷 =𝑇𝑇𝐷𝐷 − 𝑇𝑇𝑠𝑠𝑇𝑇𝑠𝑠

𝑥𝑥 100%

Notasi yang digunakan dalam instruksi kerja ini adalah :

DMM = Digital Multi Meter TT = Temperature Transmitter E = Kesalahan Penunjukan temperature transmitter (%) V = e Tegangan keluaran temperature transmitter (diubah

menjadi) It =Vt : RI

s = s Arus sebenarnya

T = i Pembacaan temperature indicator T = s Temperatur ekuivalen tahanan masukan T = min Temperatur minimum dari rentang ukur temperature

transmitter T = maks Temperatur maksimum rentang ukur temperature

transmitter

4) Pengujian Temperature Element (Sensor) a) Tahapan pengujian temperature element (sensor) adalah sebagai

berikut : i. Lepaskan temperature element (sensor) dari thermo well; ii. Celupkan temperature element dalam dry block/ thermobath; iii. Lepaskan hubungan dari keluaran temperature element

(sensor) dari temperature transmitter; iv. Pasangkan DMM pada posisi pencatatan besaran Ohm; v. Berikan input temperatur sesuai dengan daerah ukur

temperature element dengan titik pengujian 0 %, 25 %, 50 %, 75 % dan 100 % atau titik lain sesuai dengan kemampuan standar;

vi. Lakukan pembacaan DMM dan sesuaikan dengan tabel kesetaraan suhu dan tahanan;

vii. Lakukan pengujian v s.d vii pada posisi pembebanan menaik dan menurun.

b) Pengujian yang dilakukan di pabrik umumnya menggunakan rumus di bawah ini. Pengujian sensor temperatur disarankan dilakukan di

Page 31: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

31

laboratorium. Perolehan nilai konstanta dapat dihitung pada tiap derajat. i. Lepaskan temperature element (sensor) dari thermowell dan

transmitternya. ii. Celupkan temperature element dalam dry block/ thermobath. iii. Lepaskan hubungan dari keluaran temperature element

(sensor). iv. Pasangkan DMM pada posisi pencatatan besaran tahanan. v. Berikan input temperatur pada suhu nol ( 0oC ), suhu t1 dan

suhu t2

vi. Lakukan pembacaan tahanannya menggunakan DMM di setiap titik pembebanan.

sebaiknya pada suhu maksimum.

vii. Berdasarkan ketiga data tersebut tentukan nilai A, B dan C atau α, β dan δ dengan menggunakan:

Calendar – Van Dusen Method of Temperature Interpolation

t t t t Rt = Ro {1 + α [ t – δ ( ------ ) ( ------ - 1) – β ( ------ - 1 ) ( ------ )2 ] } 100 100 100 100

atau cara lain : Rt = Ro [ 1 + At + Bt2 + Ct2 ( t - 100 )

Dengan catatan : Rt = tahanan pada suhu t oC ( ohm ) Ro = tahanan pada suhu 0 oC ( ohm ) α, β dan δ = konstanta kalibrasi β = 0 untuk t > 0oC A, B dan C = konstanta kalibrasi C = 0 untuk t > 0o

a) Pengujian pada flow computer dilakukan untuk membandingkan dengan hasil keluaran pada transmitter.

C

5) Pengujian Flow Computer

b) Pengujian dilakukan dengan cara memberikan beban arus (4mA-20mA) seperti yang dilakukan pada transmitter.

c) Akurasi perhitungan besarnya aliran gas untuk meter gas orifis berdasarkan referensi: i. American Gas Association (AGA) Report No.3 – 1985; ii. American Gas Association (AGA) Report No.3 – 1992; atau iii. ISO 5167, First edition 1980-02-01 Measurement of fluid flow by

means of orifice plates, nozzles and venturi tubes inserted in circular cross-section conduits running full.

d) Untuk hasil keluaran dari flow computer harus diverifikasi dengan menggunakan referensi kalkulasi manual.

Page 32: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

32

b. Meter Gas Orifis yang menggunakan Sistem Mekanik : Pelaksanaan pengujian Meter Gas Orifis yang menggunakan sistem mekanik (Three Pen Recorder) dilakukan dengan cara melakukan pengujian masing-masing secara terpisah terhadap: i. Temperature recorder ii. Differential Pressure recorder iii. Static pressure recorder Standar pengujian yang digunakan adalah: i. Dead Weight Tester untuk static pressure recorder ii. Pneumatic calibrator atau sejenisnya untuk differential pressure recorder iii. Dry block/thermobath atau sejenisnya untuk temperature recorder

Sedangkan pembacaannya dapat digunakan chart masing-masing dengan skala linier/standard chart plate. Beban pengujian dilakukan pada 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dengan beban naik dan turun atau titik lain sesuai dengan kemampuan standar.

.

Page 33: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

33

Lampiran 2 Cerapan Pengujian Meter Gas Orifis

ORIFICE GAS METER EQUIPMENTS CALIBRATION PENGUJIAN PERLENGKAPAN METER GAS ORIFIS

: Pemakai : Nomor Tag User

Tag No.

: Alat Ukur Differential Pressure Transmitter Daerah Ukur : Measuring instrument

Range

: Merek Satuan : Trade Mark

Unit

Tipe : Masukan : Type

Input

: Nomor Seri Keluaran : Serial Number

Output

: Catu Daya : ± 0,25 % FS Kesalahan Maks. Power Supply

Max. Permissible Error

HASIL PENGUJIAN CALIBRATION RESULT

Sebelum Pengujian Sesudah Pengujian Before Calibration After Calibration

Input Output Actual

Error (%) Input Output Actual

Error (%)

% Up Down Up Down % Up Down Up Down

0 0

25 25

50 50

75 75

100 100

Peralatan Standar yang digunakan : Standard equipment used

No Nama Standar Merek Tipe Nomor Seri

Standard Name Trade Mark Type Serial Number

1

2

Tempat,Tanggal

Disaksikan oleh : Diuji oleh : Witnessed by Calibrated by

No Institusi Terkait Nama

Tanda Tangan Direktorat Metrologi,

Related Institution Name Signature

1 No Nama Tanda

Tangan Name Signature

2 1

3 2

Page 34: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

34

ORIFICE GAS METER EQUIPMENTS CALIBRATION PENGUJIAN PERLENGKAPAN METER GAS ORIFIS

: Pemakai : Nomor Tag User

Tag No.

: Alat Ukur Pressure Transmitter

Daerah Ukur : Measuring Instrument

Range

: Merek

Satuan : Trade Mark

Unit

Tipe :

Masukan :

Type

Input

: Nomor Seri

Keluaran : Serial Number

Output

: Catu Daya : ± 0,25 % FS Kesalahan Maks. Power Supply

Max. Permissible Error

HASIL PENGUJIAN CALIBRATION RESULT

Sebelum Pengujian Sesudah Pengujian Before Calibration After Calibration

Input Output Actual

Error (%) Input Output Actual

Error (%)

% Up Down Up Down % Up Down Up Down

0 0

25 25

50 50

75 75

100 100

Peralatan Standar yang digunakan : Standard equipment used

No Nama Standar Merek Tipe Nomor Seri

Standard Name Trade Mark Type Serial Number

1

2

Tempat,Tanggal

Disaksikan oleh : Diuji oleh : Witnessed by Calibrated by

No Institusi Terkait Nama

Tanda Tangan Direktorat Metrologi,

Related Institution Name Signature

1 No Nama Tanda

Tangan Name Signature

2 1

3 2

Page 35: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

35

ORIFICE GAS METER EQUIPMENTS CALIBRATION PENGUJIAN PERLENGKAPAN METER GAS ORIFIS

: Pemakai

: Nomor Tag

User

Tag No.

: Alat Ukur Temperature Transmitter

Daerah Ukur :

Measuring Instrument

Range

: Merek

Satuan :

Trade Mark Unit

Tipe :

Masukan :

Type Input

: Nomor Seri

Keluaran :

Serial Number Output

: Catu Daya

: ± 0,25 % FS Kesalahan Maks.

Power Supply Max. Permissible Error

HASIL PENGUJIAN CALIBRATION RESULT

Sebelum Pengujian Sesudah Pengujian Before Calibration After Calibration

Input Output Actual

Error (%) Input Output Actual

Error (%)

% Up Down Up Down % Up Down Up Down

0 0

25 25

50 50

75 75

100 100

Peralatan Standar yang digunakan : Standard equipment used

No Nama Standar Merek Tipe Nomor Seri Standard Name Trade Mark Type Serial Number

1

2

Tempat,Tanggal Disaksikan oleh : Diuji oleh : Witnessed by Calibrated by

No Institusi Terkait Nama

Tanda Tangan Direktorat Metrologi,

Related Institution Name Signature

1 No Nama Tanda

Tangan Name Signature

2 1

3 2

Page 36: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

36

ORIFICE GAS METER EQUIPMENTS CALIBRATION PENGUJIAN PERLENGKAPAN METER GAS ORIFIS

: Pemakai

: Nomor Tag

User Tag No.

: Alat Ukur Differential Pressure Recorder

Daerah Ukur :

Measuring Instrument

Range

: Merek

Satuan :

Trade Mark Unit

Tipe :

Masukan :

Type Input

: Nomor Seri

Keluaran :

Serial Number

Output

: Catu Daya

: ± 0,5 % FS Kesalahan Maks.

Power Supply

Max. Permissible Error

HASIL PENGUJIAN CALIBRATION RESULT

Sebelum Pengujian Sesudah Pengujian Before Calibration After Calibration

Input Output Actual

Error (%) Input Output Actual

Error (%)

% Up Down Up Down % Up Down Up Down

0 0

25 25

50 50

75 75

100 100

Peralatan Standar yang digunakan : Standard equipment used

No Nama Standar Merek Tipe Nomor Seri Standard Name Trade Mark Type Serial Number

1

2

Tempat,Tanggal Disaksikan oleh : Diuji oleh : Witnessed by Calibrated by

No Institusi Terkait Nama

Tanda Tangan Direktorat Metrologi,

Related Institution Name Signature

1 No Nama Tanda

Tangan Name Signature

2 1

3 2

Page 37: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

37

ORIFICE GAS METER EQUIPMENTS CALIBRATION PENGUJIAN PERLENGKAPAN METER GAS ORIFIS

: Pemakai

: Nomor Tag

User Tag No.

: Alat Ukur Pressure Recorder

Daerah Ukur :

Measuring Instrument

Range

: Merek

Satuan :

Trade Mark Unit

Tipe :

Masukan :

Type Input

: Nomor Seri

Keluaran :

Serial Number Output

: Catu Daya

: ± 0,5 % FS Kesalahan Maks.

Power Supply Max. Permissible Error

HASIL PENGUJIAN CALIBRATION RESULT

Sebelum Pengujian Sesudah Pengujian Before Calibration After Calibration

Input Output Actual

Error (%) Input Output Actual

Error (%)

% Up Down Up Down % Up Down Up Down

0 0

25 25

50 50

75 75

100 100

Peralatan Standar yang digunakan : Standard equipment used

No Nama Standar Merek Tipe Nomor Seri Standard Name Trade Mark Type Serial Number

1

2

Tempat,Tanggal Disaksikan oleh : Diuji oleh : Witnessed by Calibrated by

No Institusi Terkait Nama

Tanda Tangan Direktorat Metrologi,

Related Institution Name Signature

1 No Nama Tanda

Tangan Name Signature

2 1

3 2

Page 38: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

38

ORIFICE GAS METER EQUIPMENTS CALIBRATION PENGUJIAN PERLENGKAPAN METER GAS ORIFIS

: Pemakai

: Nomor Tag

User Tag No.

: Alat Ukur Temperature Recorder

Daerah Ukur :

Measuring Instrument

Range

: Merek

Satuan :

Trade Mark Unit

Tipe :

Masukan :

Type Input

: Nomor Seri

Keluaran :

Serial Number Output

: Catu Daya

: ± 1 % FS Kesalahan Maks.

Power Supply Max. Permissible Error

HASIL PENGUJIAN CALIBRATION RESULT

Sebelum Pengujian Sesudah Pengujian Before Calibration After Calibration

Input Output Actual

Error (%) Input Output Actual

Error (%)

% Up Down Up Down % Up Down Up Down

0 0

25 25

50 50

75 75

100 100

Peralatan Standar yang digunakan : Standard equipment used

No Nama Standar Merek Tipe Nomor Seri Standard Name Trade Mark Type Serial Number

1

2

Tempat,Tanggal Disaksikan oleh : Diuji oleh : Witnessed by Calibrated by

No Institusi Terkait Nama

Tanda Tangan Direktorat Metrologi,

Related Institution Name Signature

1 No Nama Tanda

Tangan Name Signature

2 1

3 2

Page 39: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

39

(Dinamis) HASIL PENGUJIAN SISTEM METER GAS ORIFIS

Lokasi : Tanggal Flowcom Data Site

Date

Brand : Type : Nama Tag Stream : SN : Stream Tag Name

No Time

Transmitter Reading Calculation Orifice Fitting Data Pembacaan Transmitter Perhitungan Error Brand :

DPT PT TT *) Flowcom Type : (Hour : min) (inH20) (Psig) (°C) (MMSCFD) (MMSCFD) %

SN : 1 Line Bore : mm 2 3 Plate Orifice Data 4 Brand :

*)Pilih salah satu referensi yang menjadi acuan Rata-Rata Type : SN :

Diameter (d) : mm 1. DIT. TEKNIK DAN LINGK. MIGAS, DIT. METROLOGI, 2. 3.

4.

Page 40: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

40

Lampiran 3 Cerapan Pelat Orifis

Pemakai : Lokasi : Alamat :

Merek / buatan : Tanggal :Model / tipe : :No. seri : Lokasi :Kapasitas/daya baca : Suhu ruangan : ( 20 ± 5 ) oC

Kelembaban : ( 60 ± 10 ) %

PERHITUNGAN KETIDAKPASTIAN

U(ls)=

o " '

Metoda, Standar & Telusuran Metoda :

Standar : Gauge BlockTelusuran : KIM-LIPI

CERAPAN PENGUJIAN D I R E K T O R A T M E T R O L O G I NOMOR ORDERPELAT ORIFIS

( C - ) Jl. Pasteur No. 27 Bandung 40171 Telp. 022-4203597 Fax. 022-4207035

Spesifikasi Alat Data Kalibrasi

Berlaku sampaiLab. Panjang

Nomor d D e E aUrut ( mm ) ( mm ) ( mm ) ( mm ) o ' "

123456

Rata-rata

Ketidakpastian Besaran Standar Berulang neff = Cakupan yg.diperluas

Koreksi

Hasil

Sumber Ketidakpastian akibat Ketidakpastian Derajat Kebebasan

U95 =t95(neff).Uc

t95(neff)

Pengukuran Standar Gabungan Effektif Faktor

Diuji U(R) = Yang Uc = ( k ) =

( mm ) ( mm )

( mm ) ( mm ) ( mm ) #REF! #NUM!

( mm ) ( mm ) ( mm )

### #REF! #DIV/0! #VALUE!ni = 50 5

ISO (1993) “Guide to the expression of uncertainty in measurement”

P E T U G A S KETERANGANTanggal

Tenaga BerhakKepala Divisi

n)(S 1-n R

R)(2UPm)(2U)s(l2U ++

++

)R)R(U

)Pm)Pm(U

)ls)l(U

).(U

(((444

4

νννs

c

kUsert

Page 41: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

41

Page 42: vtNditjenpktn.kemendag.go.id/app/repository/upload/eselon 2/dit... · Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

42

Keterangan :

1. Ketebalan sisi maksimum didefinisikan dengan e < 0,02 Dm atau e< 0,125 dm

2. Ketebalan tepi orifis yang ditandai dengan tanda x adalah harga maksimum untuk diameter tube meter khusus dan dapat digunakan pada semua diameter orifis yang lebih besar untuk diameter tube meter tersebut.

, yang mana yang lebih kecil.

3. Diameter orifis yang lebih kecil dari pada yang ditandai dengan x didefinisikan dengan e< 0,125 d4. Pelat orifis yang ketebalan tepinya memenuhi nilai yang didefinisikan dengan 0,033D

m. m

5. Aliran dua arah melalui meter gas orifis mensyaratkan tube meter yang dikonfigurasikan khusus dan penggunaan pelat orifis tanpa tirus. Penggunaan pelat orifis tanpa tirus dengan ketebalan lubang e, yang melampaui batas spesifikasi dalam tabel ini adalah di luar ruang lingkup Syarat Teknis ini.

tidak memerlukan tirus ulang, kecuali kalau rekondisi disyaratkan untuk alasan lain.

6. Jika suatu tirus disyaratkan, dimensi minimum diukur sepanjang sumbu lubang tidak kurang dari 1,6 mm. 7. Untuk mencegah defleksi pelat direkomendasikan ketebalan pelat orifis (E) 200 mm mensyaratkan bahwa

tekanan diferensial dibatasi hingga 381 mmH2O.