2744-5884-1-sm.pdf

24
EVALUASI TINGKAT KEMATANGAN PENGELOLAAN DATA SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT DI KOTA PARIAMAN ADISMAN WIJAYA PROGRAM MAGISTER CHIEF INFORMATION OFFICER FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Priode Juni 2013

Upload: tatiknursidah

Post on 19-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2744-5884-1-SM.pdf

EVALUASI TINGKAT KEMATANGAN PENGELOLAAN DATA SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT DI KOTA PARIAMAN

ADISMAN WIJAYA

PROGRAM MAGISTER CHIEF INFORMATION OFFICER FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Wisuda Priode Juni 2013

Page 2: 2744-5884-1-SM.pdf

PERSETUJUAN PEMBIMBING

EVALUASI TINGKAT KEMATANGAN PENGELOLAAN DATA SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT DI KOTA PARIAMAN

ADISMAN WIJAYA

Artikel ini disusun berdasarkan tesis Adisman Wijaya untuk persyaratan wisuda

periode Juni 2013 yang telah direviu dan disetujui oleh kedua pembimbing

Page 3: 2744-5884-1-SM.pdf

1

EVALUASI TINGKAT KEMATANGAN PENGELOLAAN DATA SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT DI KOTA PARIAMAN

Adisman Wijaya1, Fahmi Rizal2, Syahril3

Program Magister Chief Information Officer FT Universitas Negeri Padang

Email: [email protected]

Abstrak

Data kependudukan merupakan aset penting, sehingga perlu tata kelola yang baik untuk meningkatkan integritas data dengan menitikberatkan pada kebijakan dan prosedur pengelolaan data secara dinamis melalui otomatisasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Artikel ini ditulis untuk mendeskripsikan tingkat kematangan pengelolaan data yang diadopsi dari setiap proses management awareness dan maturity model yang telah didefinisikan kedalam kerangka kerja COBIT dengan kondisi terkini yang berjalan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pariaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap proses pengelolaan data yang sesungguhnya berjalan saat ini pada kategori yang cukup baik. Prosedur telah distandarisasikan dan terdokumentasi serta dikomunikasikan melalui pelatihan, sedangkan tingkat kematangan pengelolaan data yang diharapkan secara umum proses telah disempurnakan pada praktek-praktek terbaik, berdasarkan hasil perbaikan yang berkelanjutan.

Abstract

Demographic data is important asset, so should be good governance to improve the integrity of the data with focused on policies and procedures the management of data dynamically through automation the population administration of information system (SIAK). This article was written to describe the maturity level of data management, this was adopted from each awareness management process and maturity model that have been defined by the COBIT framework into the current condition which runs in in the Department of Population and Civil Registration in Pariaman City. The result revealed that every real data management process that is currently running in the Department of Population and Civil Registration Pariaman is in the middle or sufficient category. Procedures have been standardized and documented, and communicated through training, while the maturity level of data management expected in general is processes have been

Page 4: 2744-5884-1-SM.pdf

2

refined to a level of best practice, based on the results of continuous improvement.

Key Words: Data governance, data management, SIAK, governance enterprise, COBIT

Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi (TI) telah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan manusia serta berperan penting dalam bisnis dan

organisasi. Menurut ensiklopedia Wikipedia (2012), teknologi informasi

merupakan teknologi yang membantu manusia dalam membuat, mengubah,

menyimpan, mengomunikasikan serta menyebarkan informasi. Potensi

pemanfaatannya TI yang pesat secara luas membuka peluang dan tantangan untuk

menciptakan (to create), mengakses (to access), mengolah (to rocess), dan

memanfaatkan (to utilize) informasi secara tepat dan akurat (Hasibuan, 2007).

Secara prinsip, TI telah menjadi pemungkin (enabler) bagi organisasi dalam

rangka mencapai tujuan (Jogiyanto, 2010). Oleh karena itu kehadiran TI sesuatu

yang penting dalam berbagai aspek dan tatanan kehidupan.

TI telah menginspirasi rekayasa ulang proses bisnis tradisional untuk

mendukung operasional yang lebih efesien dan meningkatkan komunikasi. Dalam

menjawab perkembangan tersebut tentu banyak upaya yang harus dilakukan, salah

satunya bersifat strategis yaitu pembenahaan sistem administrasi ketatanegaraan

dan kependudukan. Penataan kependudukan perlu dilakukannya penerapan TI

secara tepat dalam menunjang sistem informasi sebagai alternatif pemecahan

persoalan administrasi kependudukan. Menurut McLeod (2008) mendefinisikan

sistem informasi adalah suatu sistem virtual yang memungkinkan manajemen

Page 5: 2744-5884-1-SM.pdf

3

mengendalikan operasi sistem fisik perusahaan. Sistem informasi merupakan

sebuah kombinasi terorganisir dari orang, perangkat keras, perangkat lunak,

jaringan komunikasi, dan terdiri atas sumber daya informasi yang mengumpulkan

data, transformasi, dan menyebarkan informasi memberikan mekanisme umpan

balik untuk memenuhi suatu tujuan. Berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres)

Nomor: 88/ 2004 tentang penerapan teknologi dibangun dalam Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan (SIAK) diharapkan pengolahan data akan lebih

mudah dan efisien dapat meningkatkan pelayanan dalam hal kemudahan dan

kecepatan.

Mewujudkan SIAK sebagai sistem yang handal dan tangguh dalam proses

bisnis organisasi dan peningkatan kebutuhan kesadaran pentingnya pengelolaan

yang baik sebagaimana amanat dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006

tentang Administrasi Kependudukan, Pada pasal 82 ayat 2 menyatakan bahwa

pengelolaan informasi administrasi kependudukan sebagaimana dimaksud pada

pasal 1 dilakukan melalui pembangunan SIAK. Maksud dari Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 tersebut adanya pengaturan prosedur dan mekanisme, hak

dan kewajiban penduduk, peningkatan profesionalitas aparatur, pengelolaan dan

penyajian data kependudukan melalui pembangunan database kependudukan serta

meningkatkan mobilisasi masyarakat akan data. Untuk mendukung pencapaian

kebijakan yang strategis ini, maka diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 37

Tahun 2007 sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006

tersebut.

Page 6: 2744-5884-1-SM.pdf

4

Seiring dengan arah kebijakan pelaksanaan SIAK dalam melakukan

penataan agar data kependudukan yang dihasilkan berkualitas yang

mencerminkan adanya reformasi dibidang administrasi kependudukan sehingga

pengelolaan dan menyediakan data yang dinamis dan mutakhir. Penyedian data

dan informasi kependudukan dimaksud adalah data mulai dari tingkat kelurahan/

desa, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi sampai ke pusat, yang akurat, relevan

dan perekeman data langsung (real time) sehingga data informasi valid dan handal

(realible) (Ditjen Adminduk, 2010). Komitmen pemerintah untuk membangun

bank data secara nasional berkoordinasi dengan Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten atau Kota untuk mengembangkan dan memadukan kebijakan

pengelolaan data. Implikasi kebijakan ini, Dinas Kependudukan dan Catatan Kota

Pariaman merefleksikan sebuah kerja penataan untuk membenahi dan mengelola

data penduduk yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, salah

satunya pemanfaatan database untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan

Pengembangan dan pengelolaan administrasi kependudukan telah

dirumuskan dan kebijakkan pelaksanaannya telah diatur dengan prosedur, norma,

kriteria dan standar, namun kenyataannya bahwa data penduduk belum valid dan

mutakhir. Menurut Suwito (2009) ada beberapa problematikan tata kelola data

kependudukan di Indonesia disebabkan, diantaranya:

1. Pihak manajemen pengelola data kependudukan belum memahami sepenuhnya

bagaimana megelola data melalui kebijakan prosedur penggunaan aplikasi,

penyimpanan, penghapusan dan proses pendokumentasian.

Page 7: 2744-5884-1-SM.pdf

5

2. Belum terorganisirnya kelembagaan pengelolaan data kependudukan, sehingga

ditemukan pihak manajemen yang tidak profesional terkait dengan struktur dan

deskripsi tugas dan fungsi jabatan.

3. Belum mampunya lembaga kependudukan untuk memobilisasi masyarakat atas

arti penting data kependudukan.

4. Sumber daya manusia (tenaga registar, operator, administrator, dan pihak

manajemen) yang terkait langsung dengan pengelolaan data masih banyak

yang tidak relevan keilmuannya.

Pengelolaan data yang kurang baik akan menimbulkan beberapa

permasalahan yang dapat memicu terjadinya ancaman, karena akan berdampak

pada gangguan operasional maupun dalam pencapaian kinerja. Untuk dapat

melukukan pengelolaan data yang lebih efektif dalam proses pengelolaan data,

maka organisasi mampu mengidentifikasi potensi ancaman dan kerentanan

tersebut sebagai resiko beserta implikasinya yang akan terjadi. Salah satu

pendekatan yang digunakan dalam oraganisasi, dinilai sangat penting untuk

menerapkan suatu framework atau kerangka kerja yang digunakan sebagai tolak

ukur oleh pihak manajemen untuk memungkinkan untuk mencapai tatakelola TI

(IT Governance) yang baik. Dalam mengevaluasi kondisi sekarang dengan

mempertimbangkan kondisi yang diharapakan untuk mencapai kematangan

pengelolaan data adalah dengan Kerangka Kerja COBIT (Control Objectives for

Information and Related Technology).

COBIT sendiri merupakan serangkaian metodologi yang terdiri dari standar

dan aturan yang akan membantu dalam implementasi teknologi informasi serta

Page 8: 2744-5884-1-SM.pdf

6

melakukan monitoring terhadap teknologi informasi. COBIT memberikan

menyediakan konsep yang baik melalui sebuah domain dan proses kerangka kerja

dan menampilkan segala aktivitas ke dalam sebuah struktur yang dapat dikelola

dan logis. Penggunaan COBIT sebagai kerangka kerja karena kerangka kerjanya

mengintegrasikan praktik-praktik yang baik dalam mengelola dan menyediakan

kerangka kerja yang dapat membantu pemahaman dan pengelolaan resiko serta

memperoleh keuntungan terkait (Surendro, 2009). Kerangka kerja COBIT

berorientasi pada proses dan tahapan yang memiliki 4 tahapan (domain) yaitu

plan and organise (menitikberatkan pada proses perencanaan dan dan

penyelarasan TI dengan bisnis), acquiring and Implement (menitikberatkan pada

proses pemilihan dan penerapan TI), deliver and support (menitikberatkan proses

pelayanan dan dukungan teknis) dan monitor and evaluate (menitikberatkan pada

proses pengawasan dan evaluasi TI.

COBIT dapat diterapkan disetiap jenis organisasi, maka sudah selayaknya

penerapan kerangka kerja tersebut di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Pariaman sebagai organisasi penting berskala nasional. Oleh karena itu menjadi

sangat penting untuk mengetahui sampai sejauh mana pengelolaan data harus

diterapkan dengan rencana matang melalui penilaian Management Awareness

yang merupakan self-assessment berdasarkan kesadaran dan pengetahuan pihak

manajemen (Pribadi, 2011). Dengan pengukuran ini dapat diidentifikasi resiko

pengelolaan data yang dilakukan pada tahap ke-3 COBIT, yaitu deliver and

support pada bagian Manage Data (DS11). Adapun tingkat pemenuhan dalam

roses pada DS11 terdiri dari 6 (enam) proses (Surendro, 2009) meliputi:

Page 9: 2744-5884-1-SM.pdf

7

kebutuhan bisnis untuk manajemen data (DS11.1), pengaturan dan penyimpanan

(DS11.2), media library (DS11.3), penghapusan (DS11.4), backup dan restore

(DS11.5) dan kebutuhan keamanan untuk manajemen data (DS11.6) sebagai

rujukan pertanyaan kepedulian manajemen.

Evaluasi untuk perubah yang lebih baik bisa diketahui melalui gambaran

atribut kematangan yang dapat diukur untuk perbaikan yaitu kepedulian dan

komunikasi, kebijakan, standar, dan prosedur, perangkat dan otomasi,

keterampilan dan keahlian, pertanggungjawaban dan penatapan tujuan dan

pengukuran (IT Governance Institute, 2007). Sedang untuk tingkat

kematangannya, COBIT membagi tingkatan mulai dari 0 (non-existent), 1

(initial/ad hoc), 2 (repeatable but intutitive), 3 (defined process), 4 (managed and

measurable), hingga 5 (optimised). Model kematangan COBIT merupakan alat

yang digunakan untuk mengukur seberapa baik proses pengelolaan TI yang

berhungan dengan kontrol internal TI yang berkaitan dengan tujuan bisnis

organisasi (Pederiva, 2003). Kesenjangan ini dapat diidentifikasi dan tindakan

khusus dari tata kelola TI di tempat mereka dari tingkat kematangan proses yang

agar situasi yang diinginkan dapat diukur.

Page 10: 2744-5884-1-SM.pdf

8

Gambar 1. Grafik Representasi Maturity Model (Sumber: ITGI, 2007)

Pendefenisian model kematangan suatu proses teknologi informasi mengacu

pada kerangka kerja COBIT dengan proses yang akan ditinjau agar dalam tata

kelolanya lebih dioptimalkan secara umum adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Model Kematangan COBIT

Level

Kriteria Kematangan

Level 0 Tidak ada (Non-Existent) Kekurangan yang menyeluruh terhadap proses apapun yang dapat dikenali. Organisasi bahkan tidak mengetahui terdapat permasalahan yang harus diatasi.

Level 1 Inisialisasi (Initial) Terdapat bukti bahwa organisasi mengetahui permasalahan yang harus diatasi. Bagaimanapun juga tidak terdapat proses standar, namun menggunakan pendekatan ad hoc yang cenderung diperlakukan secara individu atau per kasus. Secara umum pendekatan kepada pengelola tidak terorganisir.

Level 2 Berulang tapi Intuitif (Repeatable but intutive)

Proses dikembangkan kedalam tahapan prosedurnya yang serupa

namun tidak seluruhnya terdokumentasi dan tidak seluruhnya

disosialiasasikan kepada pelaksana. Belum ada pelatihan formal

untuk mensosialisasikan prosedur tersebut dalam komunikasi

Page 11: 2744-5884-1-SM.pdf

9

prosedur standar dan tanggung jawab pelaksana pada masing-

masing individu. Terdapat tingkat kepercayaan yang tinggi

terhadap kemampuan individu sehingga kemungkinan error sangat

besar.

Level 3 Proses Terdefenisi (Defined Process)

Prosedur telah distandarisasikan dan didokumentasikan, dan

dikomunikasikan melalui pelatihan. Kemudian tahapan tersebut

telah memiliki prosedur dan standar formal dan tertulis yang telah

disosialisasikan kesegenap jajaran manajemen dan karyawan untuk

dipatuhi dan dikerjakan dalam aktifitas. Prosedur dikembangkan

tanpa adanya pengawasan memungkinkan terjadinya banyak

penyimpangan.

Level 4 Terkelola dan Terukur (Managed and Measurable )

Manajemen telah memiliki sejumlah indikator atau ukuran

kepatutan dalam prosedur yang sudah berjalan, yang dapat

mengmbil tindakan jika terdapat proses yang diindikasikan tidak

efektif. Proses diperbaiki terus-menerus dan dibandingkan dengan

praktik-praktik terbaik.Terdapat perangkat bantu dan otomatisasi

untuk pengawasan proses.

Level 5

Optimis (Optimised) Proses telah mengimplementasikan tata kelola manajemen teknologi informasi yang mengacu pada praktik terbaik. Proses telah mencapai level terbaik karena perbaikan yang terus menerus dan perbadingan dengan perusahaan lain. Teknologi informasi telah digunakan sebagai perangkat bantu otomatis digunakan untuk mendukung workflow, menambah efesiensi dan kualitas kerja proses serta memudahkan perusahaan untuk beradaptasi terhadap perubahan.

(Sumber: IT Governance Institute, 2007)

Page 12: 2744-5884-1-SM.pdf

10

Metode

Penelitian pada dasarnya merupakan aktivitas dan metode berpikir yang

digunakan untuk evaluasi tingkat kematangan SIAK di Dinas Kependudukan Kota

Pariaman ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kuantitatif. Jika ditinjau dari rumusan bahwa penelitian ini akan memberikan

gambaran jawaban melalui alat ukur kemudian diolah sesuai kerangka kerja

COBIT secara sistematis dari fakta-fakta yang terkait dengan pengelolaan data.

Dalam penelitian ini pengumpulan data sebagai upaya untuk menemukan jawaban

terhadap permasalahan dilakukan dengan membuat gambaran atau deskripsi

tentang suatu keadaan secara objektif melalui metode kuesioner. Setelah data

terkumpul, selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji

hipotesa dengan teknik statistik yang relevan (Torang, 2012). Teknik statistik

penelitian deskriptif biasanya digunakan bila tujuan penelitian adalah untuk

menggambarkan atau menjelaskan suatu variabel atau fenomena (Anggoro, 2002).

Model pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara yaitu :

1. Observasi penelitian langsung terhadap objek penelitian dengan cara

mempelajari hal yang berkaitan dengan pengelolan data pada SIAK.

2. Kuesioner, metode kuesioner dikembangkan dalam 2 (dua) tahapan kuesioner

yang meliputi Kuesioner Management Awareness dan Kuesioner Maturity

Level.

3. Wawancara dilakukan terhadap nara sumber yang telah mepersiapakan

pedoman tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan mengenai masalah yang

diteliti yang tidak terjaring melalui kuesioner.

Setelah data terkumpul, tahapan selanjutnya dalam penelitian ini adalah

tahap analisis agar data dapat diinterprestasikan yaitu dengan analisis kualitatif

dan analisis kuantitatif. Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengelolaan

kematangan data untuk dapat memecahkan atau menguraikan kesenjangan antara

data kematangan saat ini dengan kematangan yang diharapkan.

Page 13: 2744-5884-1-SM.pdf

11

Hasil dan Pembahasan

1. Analisis Hasil Data Survei

a. Analisis Kepedulian Manajemen dalam Mengidentifikasi Resiko

Pengelolaan Data

Survei yang dilakukan untuk mngetahuai kepedulian manajemen

melalaui menyebarkan kuesioner kepada pihak pengelola data di Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pariaman dengan menggunakan

Kuesioner Management Awareness. Kuesioner menggambarkan

kecenderungan tingkat pemenuhan, kinerja, maupun pencapaian yang

sekarang berlangsung, untuk dapat mendeskripsikan secara jelas hasil kajian

kepedulian manajemen untuk memenuhi kriteria pengelolan data untuk

mencapai tujuan bisnis dengan mengoptimalkan penggunaan informasi.

Hasil kuesioner yang diperoleh dari data angket terhadap pemenuhan kerja

pengelolaan data pada Dinas Kependudukan dan Sipil Kota Pariaman

dengan nilai kinerja yaitu 3,41, namun masih ditemukan dalam praktik kerja

sehari-hari responden terhadap penerapanan pengelolaan data yang masih

perlu pengawasan dan pembinaan. Secara umum terhadap rekapitulasi

kuesioner dapat dipresentasikan dalam diagram radar, sebagai berikut:

Page 14: 2744-5884-1-SM.pdf

12

0,00

2,00

4,00

Kebutuhan bisnis untuk manajemen

data

Pengaturan Penyimpanan

Media library

Penghapusan data/ disposal

Backup dan restore

Kebutuhan keamanan manajemen data

Gambar 2. Representasi Tingkat Pemenuhan Kinerja Pada Proses Pengelolaan

Hal ini perlu diwaspadai terhadap pemenuhan kinerja yang merupakan

suatu kerentanan yang berdampak serius akibat menculnya ancaman yang

sangat memungkinkan terjadi pada pencapaian kinerja bisnis pengelolaan

data di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pariaman. Beberapa hal

yang dapat diperoleh dari kepedulian manajemen dalam menganalisis resiko

adalah sebagai berikut:

a. Melakukan perbaikan pada proses pengelolaan data bahwa analisis resiko

secara mendalam dapat menjadikan suatu pertimbangan.

b. Menerapkan secara konsisten secara keseluruhan pada proses

pengelolaan data dengan efektif merupakan langkah untuk mengurangi

dampak resiko yang timbul dalam proses pengelolaan data.

c. Tumbuhnya kepedulian bagi manajemen organisasi terhadap proses

pengelolaan data agar dilakukan secara efektif untuk pencapaian kinerja

bisnis.

Page 15: 2744-5884-1-SM.pdf

13

2. Penilaian Tingkat Kematangan Pengelolaan Data

Penilaian yang dilaksanakan melalui survei Kuesioner II Maturity Level,

diperoleh jawaban atas kuesioner yang didistribusikan terhadap responden

dengan beberapa jumlah pertanyaan untuk mendapatkan pendapat atau opini.

Selanjutnya dilakukan penilaian dengan menggunakan model kematangan

COBIT melalui pemetaaan jawaban yang didistribusikan pada responden

terhadap nilai kematangan. Kondisi tingkat kinerja bila dikaitkan dengan model

kematangan serta mempertimbangkan kematangan pada proses pengelolaan

data, sehingga dapat diperoleh informasi bahwa:

1. Pada proses pengelolaan data memperoleh tingkat kematangan secara

keseluruhan berada pada kelas atau tingkat 3 berulang secara proses

terdefinisi (defined process).

2. Sedangkan pada tingkat kematangan yang diharapkan pada pengelolaan data

untuk memperoleh tingkat kematangan secara keseluruhan berada pada

kelas atau tingkat 5 (Optimized).

Penilaian yang dilakukan dalam dua kondisi kematangan untuk masing-

masing atribut kematangan untuk lebih jelas dalam penyajian posisi nilai

kematangan saat ini dan yang diharapkan terhadap atribut kematangan rata-rata

pada saat ini dan yang diharapkan kematangan secara tepat, seperti gambar 3.

Page 16: 2744-5884-1-SM.pdf

14

0,001,002,003,004,005,00

Skills and Expertise (SE)

Awareness and …

Policies, Standards and …

Responsibilities and …

Goal Setting and …

Tools and Automation …

Saat ini

Harapan

Gambar 3. Representasi Nilai Kematangan Pada Proses Pengelolaan Data Untuk Status Kematangan Saat Ini dan Kematangan Diharapkan

Pada gambar tersebut dapat terlihat tiap atribut kematangan perlu

dilakukan perbaikan sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan skala untuk

diprioritaskan. Besarnya usaha merupakan sebagai persyaratan penting dapat

dimulai dari rata-rata nilai kematangan yang terjadi pada masing-masing

atribut dapat diurutkan yang didahulukan dan diutamakan dari pada yang lain.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas terhadap kematangan yang saat

ini dengan kematangan yang diharapkan, perlu adanya upaya untuk menutup

kesenjangan yang ada dapat diinterprestasikan dalam sebuah diagram rising

star, dapat dilihat pada gambar 4.

.

Page 17: 2744-5884-1-SM.pdf

15

Gambar 4. Strategi Tingkat Kematangan Dengan Penetapan Antara Kondisi

Saat Ini Terhadap Kondisi Yang Diharapkan

Dimana proses pencapaian kematangan ditunjukan pergerakan bintang

dari bawah keatas yang menyatakan pada bagian bawah merupakan

kematangan saaat ini dan bintang yang dituju merupakan kondisi yang

diharapkan. Proses perbaikan mengacu pada model kematangan dengan tahapan

untuk mengembangkan sumber daya dan komitmen melalui penciptaan

kematangan 4 dan pencapaian kematangan 5 sebagai tindak perbaikan antara

lain:

Tabel 2. Perbaikan Tingkat Kematangan Pengelolaan Data

Kondisi Saat ini Peningkatan Tindakan Perbaikan 3

(Defined Process) 3 ke 4 1. Manajemen telah memahami dan peduli secara

utuh terhadap kebutuhan data organisasi serta telah melakukan pengembangan personil.

2. Tingkat eksekutif telah memahami data sebagai aset strategis dalam pengambil keputusan.

3. Tanggung jawab dan kepemilikan data sebagai kebutuhan penting bagi pelaksana yang strategis dan telah disepakati secara langsung dengan stakeholder lain untuk memberlakukan standar manajemen data.

Page 18: 2744-5884-1-SM.pdf

16

4. Kegiatan real-time dan aturan serta prosedur telah diformalkan secara luas untuk kualitas data.

5. Proses tata kelola data yang dibangun berdasarkan intergritas data dimasyarakat dan solusi lain.

6. Metrik data sudah mulai disesuaikan standar industri untuk memberikan wawasan tentang daerah yang membutuhkan perbaikan.

7. Bergesernya peran pengelolaan data dari koreksi menjadi pedoman pengambilan keputusan terhadap masalah.

8. Mengevaluasi kinerja kelompok pengelolaan data yang berdasarkan pemahaman definisi dan aturan bisnis terhadap data organisasi.

9. Arsitektur berorientasi standar layanan oranganisasi.

10. Melakukan monitoring data secara kontinue agar dapat melindungi integritas data organisasi.

11. Pemrosesan tersedia lebih real-time dan fungsi kualitas data dibagi dalam form operasi yang berbeda.

Risiko Mengurangi resiko dengan memberikan informasi

yang lebih baik dalam pelayanan untuk

meningkatkan keandalan data dan pedoman dalam

pengambilan keputusan.

Kepedulian Kualitas data meningkatkan cukup baik, dimana

daerah telah melakukan sharing knowledge dengan

menerapkan fungsi data kependudukan secara

nasional.

Pada kelompok pencapaian kematangan 4, dimana pencapaian tahapan ini

agar Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil proaktif untuk menciptakan data yang

terkelola dan terukur dapat mengurangi resiko dan dapat meningkatkan integritas

data. Dengan dukungan dari manajemen puncak dari semua fungsi bisnis,

Page 19: 2744-5884-1-SM.pdf

17

menciptakan informasi lebih konsisten, akurat dan dapat diandalkan untuk

mendukung seluruh organisasi.

Tabel 3. Proaktif Perbaikan Tingkat Kematangan Pengelolaan Data

Kondisi Peningkatan Tindakan Perbaikan 4

(Menage and Measureable)

4 ke 5 1. Pengelolaan Data langsung disponsori kepala daerah (Walikota Pariaman)

2. Pengguna ikut serta berperan aktif dalam perencanaan strategi dan pengiriman data.

3. Pencapaiaan tujuan dan tingkat kinerja pengelola data langsung melalui pelayanan, pengembang aplikasi dan administrator database.

4. Organisasi telah melakukan pembagian kewenangan untuk meminimalisir kesalahan baik dalam kebijakan pengumpulan maupun mengelola data.

5. Inisiatif baru hanya disetujui setelah mempertimbangkan secara seksama dikaitkan dengan tujuan bisnis akan berdampak pada infrastruktur data yang ada.

6. Kebijakan otomasi teknologi telah dilembagakan untuk memastikan bahwa data tetap konsisten, akurat dan dapat diandalkan di seluruh organisasi.

7. Sebuah arsitektur berorientasi layanan (SOA) merangkum semua aturan bisnis sehingga tujuan data berkualitas.

8. Kualitas dan alat bantu pengelolaan data terintegrasi secara baku di seluruh organisasi.

9. Semua aspek penggunaan aturan standar bisnis organisasi yang diawasi dan dievaluasi terhadap kerja pengelolaan data.

10. Data terus diperiksa dan diselesaikan segera setiap kali penyimpangan dari standar pengelolaan data.

11. Model pengelolaan data mencakup bisnis dan rincian teknis dari semua elemen data perusahaan.

12. Organisasi memiliki data yang sempurna, akurat valid dan mutakhir sehingga menjadi pedoman utama dalam pengambilan kebijakan.

Page 20: 2744-5884-1-SM.pdf

18

Risiko Master data dikontrol secara ketat diseluruh

jajaran organisasi, sehingga informasi

kependudukan sangat mutakhir, prospek,

ketersediaan dan produk dapat dipertahankan.

Kepedulian Praktek data pada organisasi meningkatkan

kepedulian yang lebih baik dan lengkap terhadap

kebutuhan bisnis organisasi berbasis data saat ini

sehingga manajemen memiliki keyakinan penuh

dalam semua keputusan.

Pada akhir proses pengelolaan data yang menitik beratkan untuk

mengintegrasikan data agar berkualitas tinggi melalui kesadaran pihak

manajemen. Pada tingkat ini, organisasi yang menggunakan data akurat dan

dinamis dalam mendukung otomatisasi proses rutin yang tanpa harus

memerlukan campur tangan manusia, dengan tahapan-tahapan agar tercapai

kematangan yang diharapkan. Rekomendasi diwujudkan dalam bentuk

penyusunan usulan perbaikan melalui:

a. Kebijakan Pengelolaan Data

Kebijakan tata kelola teknologi Informasi dalam pengelolaan data, maka

ditingkat manajemen Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Pariaman perlu dibentuk komitmen pihak manajemen untuk proaktif,

sehingga tercipta pengelolaan data yang terukur untuk mengurangi resiko dan

dapat meningkatkan integritas data.

Page 21: 2744-5884-1-SM.pdf

19

b. Prosedur Pengelolaan Data

Prosedur dalam pengelolaan data pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kota Pariaman bertujuan untuk memastikan orgnisasi mempunyai backup data

secara keseluruhan dan dapat digunakan. Terkait dengan realisasi hasil

pengukuran yang tidak memenuhi target tingkat pengelolaan data,

dilakukan langkah-langkah perbaikan dan penyempurnaan melalui

pengujian media backup, restorasi data, penyimpanan data, penghapusan

data, dan pengamanan data. Pada waktu recovery atau proses pemulihan akibat

gangguan baik kondisi darurat maupun karena humen error dimana backup

dapat digunakan secara aman serta memadai atas pelayanan kepemilikan

dokumen.

Kesimpulan Dan Saran

1. Kesimpulan

a. Berdasarkan hasil penelitian di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kota Pariaman bahwa tingkat kepedulian terhadap data sudah cukup baik,

dimana diperoleh nilai rata-rata kinerja dalam proses pengelolaan data

yaitu sebesar 3,41 namun masih perlu untuk ditingkatkan mengurangi

dampak resiko yang ditimbulkan dalam proses pengelolaan data.

b. Tingkat kematangan proses pengelolaan data secara keseluruhan pada

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pariaman saat ini berada

pada level 3 (Difine Process) atau prosedur telah distandarisasikan dan

Page 22: 2744-5884-1-SM.pdf

20

didokumentasikan serta dikomunikasikan dengan pelatihan secara formal,

namun penanganan lebih banyak berdasarkan kewenangan direksional.

c. Upaya menutup kesenjangan yang ada melalui strategi pencapaian

perbaikan dengan memperioritaskan atribut skill dan expertise untuk

mencapai kematangan 3. Selanjutnya dapat dilakukan sinergi secara

optimal menuju tingkat kematangan pada tingkat kematangan 4 (managed

and measurable) dan tingkat kematangan yang diharapkan yang optimal.

2. Implikasi

a. Penerapan yang diperoleh di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Pariaman dideskripsikan secara jelas agar hasil kajian proses pengelolaan

data dalam pemenuhan kebutuhan dapat mengalisa resiko yang perlu

diwaspadai yang menyebabkan kerentanan yang sangat mungkin berdampak

pada kinerja organisasi.

b. Implikasi tingkat kematangan pengelolaan penduduk dalam upaya

menciptakan data yang akurat dan muthakir sebagai dasar penerapan

pengambilan suara secara elektronik (e-voting) ditahun 2014 sebagai

pengembangan SIAK.

c. Tindak lanjut hasil analisis pengelolaan data tersebut diwujudkan dalam

bentuk usulan kebijakan pengelolaan data dan prosedur pengelolaan data

yang diperlukan untuk pelaksanaan yang lebih bersifat praktis dan

preskriptif di lapangan.

Page 23: 2744-5884-1-SM.pdf

21

3. Saran

a. Pihak menajemen ekseskutif, manajemen bisnis, manajemen TI dan auditor

bekerjasama, berperan aktif dan mendukung terhadap ketersedian data

sehingga tidak mengakibatkan terjadinya gangguan aktivitas bisnis baik

berupa keterlambatan ataupun kegagalan pelayanan.

b. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pariaman harus melakukan

prioritas perbaikan secara bertahap dalam pencapaian kematangan yang

lebih baik untuk pemenuhan kebutuhan pada proses pengelolaan data

organisasi.

c. Penetapan strategi pencapaian kematangan sebagai upaya menutup

kesenjangan yang ada harus dilakukan lebih mendalam terhadap

pengelolaan data dengan mengacu secara keseluruhan pada Kerangka Kerja

COBIT.

Daftar Rujukan

Ditjen Adminduk. 2010. “SIAK Jembatan Kemajuan Bangsa”. Jurnal Administrasi Kependudukan. Edisi. No. 001 April-Juni 2010.

Hasibuan, Z. A. 2007. Langkah-Langkah Strategis dan Taktis Pengembangan E-

Government untuk Pemda. Jurnal Sistem Informasi MTI UI Vol 3-No. 1-April. Hlm. 1-5.

Informastion Technology Governance Institute. 2007. COBIT ver. 4.1.

Framework, Control Objectives, Management Guildnes, Maturity Model. Rolling Meadow: IT Governance Institute. Illinois.

Jogiyanto. 2010. Sistem Tata Kelola Teknologi Informasi, Yogyakarta: Penerbit

Andi.

Page 24: 2744-5884-1-SM.pdf

22

McLeod, R, Jr. & Schell, G, P. 2011. Management Information Systems, 10th ed. New Jersey: Pearson Education. Inc.

Pederiva, A. 2003. “The COBIT Model in a Vendor Evaluasi Case,” Information

Systems Control Journal. Vol. 3, 2003. http://www.isaca.org/Content/ ContentGroups/Journal1/20033/jpdf033-COBITMaturityModel.pdf.(15 November 2012).

Pribadi, I. 2011. Penilaian Kondisi Kekinian Tata Kelola Kependudukan pada

Aspek Pengelolan Data dengan Kerangka Kerja COBIT (Control Objectives for Information and Related Technoloy) (Studi Kasus Kota Pontianak). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Suwito, S. 2009. Gerakan Nasional Registrasi Penduduk. Gemari Edisi 102

Tahun X Juli 2009. Wikipedia. 2012. Definisi Teknologi Informasi. (http://www.wikipedia.org/wiki/

InformationTechnology), diakses 11 November 2012).

Persantunan: Artikel ini disusun berdasarkan tesis Adisman Wijaya dengan

Judul Evaluasi Tingkat Kematangan Pegelolaan data Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan Menggunanakan Kerangka Kerja COBIT di Kota

Pariaman dan ucapan terima kasih kepada Pembimbing I Dr. Fahmi Rizal, M.Pd,

M.T dan Pembimbing II Drs. Syahril, ST, MSCE, Ph.D yang telah mengarahkan

dan memberi masukan dalam penulisan artikel ini.