270-fullteks (2)

21

Click here to load reader

Upload: rich-ryoeka

Post on 11-Aug-2015

41 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 270-fullteks (2)

EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERUMAHAN (Studi Tentang Kualitas dan Internalitas Lingkungan Perumahan Gumpang

Baru Di Desa Gumpang Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.)

Oleh : Joko Pramono

ABSTRACT

This study is based on the rationale that the housing area in area must influence the environmental quality and internality of its residents. In this study, gathering data came from the residents in the Gumpang Baru area, Cipta Karya Sub-Agency the DPU of Sukoharjo, Gumpang Village Officials, and Developer of Gumpang Baru Housing, i.e., PT Fajar Klaten Indah Abadi

It could be concluded that 1) referring to the Decree Letter of the DPU Ministry No. 20/KPTS/1086, the utility of house parcel of land and the roads map was really larger. This made the environmental infrastructure and streets relatively large sufficient and facilitated accessibility to the residents to communicate one another everyday. The gutter for expelling is available but is seems very simple, causes odor, easily clogged up in summer season, and is flooded in rainy season. The parcel of land for open space is very limited and in a productive land. 2) in providing a public utility, the developer also neglects his responsibility for coordinating pure water and electricity. 3) the developer anticipates a limited social facility by choosing location that is the nearest to available supporting facilities (market,school,campus,place of worship , hospital,department store or mall, public transportation) so that it makes the residents access to them.

In relation to the internality that does not give any advantage for the residents, that’s why the obedience of the procedures and standart should be increased.The site plan should be fit on land usage and the buyers could access it, so that the developer’s orientation is not only on its profit , but also on it social responsibilities to eliminate the negative effects.

Keyword : Policy, evaluation,.housing area, Quality, enviroment internality.

PENDAHULUAN.

Peningkatan jumlah penduduk

perkotaan dan tingkat urbanisasi yang

sangat cepat, merupakan tantangan

berat bagi para pembuat kebijakan

pembangunan perkotaan. Salah

satunya adalah penyediaan sarana dan

prasarana kota, seperti perumahan,

transportasi, air bersih, sanitasi,

drainase, air limbah, listrik dan

pelayanan sosial lainnya. Kemudian

pemerintah mengambil tanggungjawab

untuk menjamin seluruh warga negara,

termasuk orang-orang miskin

sekalipun, untuk mendapatkan akses

terhadap sarana dan prasara kota

tersebut, diantaranya adalah akses

terhadap perumahan.

121

Spirit Publik Volume 1 No.2 Oktober 2005

Page 2: 270-fullteks (2)

Kebijakan pembangunan kawasan

perumahan mempunyai pengaruh

penting terhadap bentuk wilayah

perkotaan. Tidak seperti kebijakan

sosial pada umumnya, kebijakan

perumahan memiliki pengaruh yang

tidak dapat dengan mudah dimodifikasi.

Pembangunan perumahan berpengaruh

terhadap transportasi, perdagangan

dan lokasi dari berbagai fasilitas

masyarakat dalam jangka panjang,

selama bertahun-tahun setelah

terbangunnya kawasan perumahan.

Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat kebutuhan yang mutlak atas

tersedianya lahan yang harus

disediakan untuk pembangunan

kawasan perumahan. Apalagi

pemerintah telah menargetkan

pembangunan satu juta unit rumah

untuk jangka waktu tiga tahun ke

depan (Tahun 2004 – 2006).

Sementara itu kalangan pebisnis

perumahan juga memandang bisnis

pada sektor pengadaan perumahan

tetap prospektif karena peningkatan

permintaan terhadap perumahan baru

selalu meningkat.

Dalam masyarakat kota yang

modern, masalah perumahan tidak

sekedar tempat tinggal, atau tempat

tidur, tetapi saling kait mengkait

dengan sarana dan prasarana lainnya.

Karena sering terjadi bahwa

pembangunan kawasan perumahan

baru sekedar membangun rumah,

tetapi belum lengkap dengan sarana

dan prasarana (B.N. Marbun, 1990:

78).

Prasarana lingkungan beserta

dengan kondisi lingkungannya yang

baik, akan menimbulkan dampak atau

internalitas pada warga pemukim

kawasan perumahan. Dampak atau

internalitas ini dapat berupa dampak

yang positif (menguntungkan) dan

dampak yang negatif (merugikan).

Berdasarkan gambaran di atas,

maka penulis akan melakukan penelitian

tentang has i l -has i l kebi jakan

pembangunan kawasan perumahan di

Desa Gumpang Kecamatan Kartasura

Kabupaten Sukoharjo yang berupa

kualitas lingkungan perumahannya

dan internalitas yang ditimbulkannya

dari keberadaan Perumahan Gumpang

Baru yang secara aktual dapat

dideskripsikan secara jelas dalam

penelitian ini.

Format penelitian yang

dipergunakan untuk penelitian ini

adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan penelitian kualitatif. Jenis

data yang digunakan, untuk data

122

Evaluasi Kebijakan Pembangunan Kawasan Perumahan (Joko Pramono)

Page 3: 270-fullteks (2)

primer bersumber pada para pembuat

kebijakan perkotaan di Kabupaten

Sukoharjo, Kepala Desa berikut

perangkat desa di Desa Gumpang,

para penghuni perumahan Gumpang

Baru, dan Pengembang perumahan

Gumpang Baru.. Untuk memperoleh

validitas penelitian dalam metode

kualitatif akan digunakan teknik

trianggulasi data sumber . Tehnik

pengumpulan datanya menggunakan :

teknik dokumentasi, wawancara dan

observasi. Sedangkan teknik analisis

data, digunakan adalah analisis

interaktif (Matthew B. Miles dan A.

Michael Huberman, 1992), dimana

dalam model analisis ini ada tiga

komponen yang berperan, yaitu:

reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan.

PEMBAHASAN

A. Kebijakan Pembangunan

Perumahan

Dalam Undang-Undang No. 4

Tahun 1992 disebutkan tentang

pengertian dasar istilah perumahan

dan pemukiman. Perumahan

dimaksudkan sebagai suatu kelompok

yang memiliki fungsi lingkungan

tempat hunian yang dilengkapi dengan

sarana dan prasarana lingkungan.

Sedangkan pemukiman, merupakan

bagian dari lingkungan hidup di luar

kawasan lindung, baik dalam lingkup

ruang perkotaan maupun pedesaan,

dan juga memiliki fungsi sebagai

lingkungan tempat hunian serta tempat

kegiatan yang mendukung perikehidupan

dan penghidupan. Sehingga kebijakan

umum pembangunan perumahan dan

pemukiman dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan dasar dan

meningkatkan harkat serta martabat

masyarakat. Oleh karena itu,

pembangunan kawasan perumahan

dan pemukiman bertujuan untuk:

1. Memenuhi kebutuhan rumah

sebagai salah satu kebutuhan

dasar manusia, dalam rangka

peningkatan dan pemerataan

kesejahteraan rakyat.

2. Mewujudkan perumahan dan

pemukiman yang layak dalam

lingkungan yang sehat, aman,

serasi, dan teratur.

3. Memberi arah pada pertumbuhan

wilayah dan persebaran

penduduk yang rasional.

4. Menunjang pembangunan di

bidang ekonomi, sosial

budaya dan bidang-bidang

lain.(Bab II Pasal 4 Undang-

Undang No. 4 Tahun 1992).

123

Spirit Publik Volume 1 No.2 Oktober 2005

Page 4: 270-fullteks (2)

B. Kualitas dan Internalitas Lingkungan

Perumahan

Menurut Crosby (Nasution, 2001:

16) kualitas adalah conformance to

requirement, yaitu sesuai dengan yang

disyaratkan atau distandarkan. Suatu

produk memiliki kualitas apabila

sesuai dengan standar kualitas yang

ditentukan. Menurut Feigenbaum

(Nasution, 2001: 16) kualitas adalah

kepuasan konsumen sepenuhnya.

Suatu produk dikatakan berkualitas

apabila dapat memberi kepuasan

sepenuhnya kepada konsumen, yaitu

sesuai dengan apa yang diharapkan

konsumen atas suatu produk.

Undang-Undang No. 4 Tahun

1992 tentang Perumahan dan

Pemukiman menyebutkan bahwa

lingkungan perumahan adalah

kawasan perumahan dalam berbagai

bentuk dan ukuran dengan penataan

tanah dan ruang, prasarana dan sarana

lingkungan yang terstuktur.

Berdasarkan pengertian tersebut di

atas, kualitas lingkungan perumahan

adalah kondisi yang menunjukkan

bahwa kawasan perumahan yang

dibangun dan difungsikan sebagai

lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian sesuai dengan

standar kualitas yang ditentukan dan

dapat memberikan kepuasan sepenuhnya

kepada konsumen dalam arti dapat

memenuhi apa yang diharapkan

konsumen.

Perumahan adalah tempat

kediaman yang dilengkapi dengan

prasarana lingkungan, utilitas umum

dan fasilitas sosial. Maka perencanaan

dan pembangunan lingkungan

perumahan baru harus meliputi

pembangunan prasarana lingkungan,

utilitas umum dan fasilitas sosial guna

mendukung kualitas pemukiman

secara menyeluruh (Raldi H.

Koestoer, 1997: 125).

1. Prasarana Lingkungan

Menurut Undang-Undang

No. 4 Tahun 1992 tentang

Perumahan dan Pemukiman,

disebutkan bahwa prasarana

lingkungan adalah kelengkapan

dasar fisik lingkungan yang

memungkinkan lingkungan

pemukiman dapat berfungsi

sebagaimana mestinya. Ditegaskan

oleh Raldi H. Koestoer (1997:

125) bahwa prasarana lingkungan

meliputi jalan, saluran

pembuangan air limbah dan

saluran pembuangan air hujan.

2. Utilitas Umum

124

Evaluasi Kebijakan Pembangunan Kawasan Perumahan (Joko Pramono)

Page 5: 270-fullteks (2)

Utilitas umum merupakan

bangunan-bangunan yang dibutuhkan

dalam sistem pelayanan lingkungan

yang diselenggarakan oleh

pemerintah dan pengembang

swasta. Utilitas yang dimaksud

adalah penyediaan yang

menyangkut jaringan air bersih,

listrik, pembuangan sampah,

telepon dan gas. Utilitas Umum

adalah sarana penunjang untuk

pelayanan lingkungan (UU No. 4

Tahun 1992).

3. Fasilitas Sosial

Penyelenggaraan fasilitas

sosial dimaksudkan guna

memberikan pelayanan kepada

masyarakat sesuai dengan kualitas

kehidupan yang layak. Fasilitas

sosial ini terdiri dari bangunan-

bangunan dan lapangan terbuka

yang dibutuhkan masyarakat,

yang meliputi antara lain fasilitas

pendidikan, kesehatan, perbelanjaan-

niaga, pemerintahan-pelayanan

umum, peribadatan, rekreasi, olah

raga dan lapangan terbuka (Raldi

H. Koestoer, 1997: 136).

Sedangkan menurut Undang –

Undang Nomor 4 Tahun 1992

fasilitas umum merupakan

fasilitas penunjang yang berfungsi

untuk penyelenggaraan dan

pengembangan kehidupan ekonomi,

sosial dan budaya.

4. Internalitas Lingkungan

Perumahan

Tampaknya pembangunan

perumahan untuk menciptakan

kualitas lingkungan yang baik

tidaklah mudah. Karena pengertian

lingkungan bukan semata-mata

tinjauan dari satu sisi saja, melainkan

terdiri dari berbagai unsur.

Tinjauan mengenai internalitas

lingkungan perumahan, berarti usaha

untuk mengetahui social cost atau

dampak sosial yang terjadi sebagai

akibat dari kualitas lingkungan

perumahan. Menurut William N.

Dunn (2000: 452) internalitas adalah

peluberan yang bersifat positif atau

negatif pada kelompok sasaran dan

wilayah hukum yang telah ditentukan.

Sedangkan menurut Joseph E. Stiglitz

(1988: 213) internalitas merupakan

dampak yang dirasakan oleh

kelompok sasaran, baik berupa

dampak positif maupun negatif.

Secara skematis pemikiran penelitian

ini dituangkan dalam bentuk skema

s e b a g a i b e r i k u t :

45

125

125

Spirit Publik Volume 1 No.2 Oktober 2005

Page 6: 270-fullteks (2)

Skema Kerangka Berfikir

Keterangan:

: Hubungan langsung

: Hubungan tidak langsung

Kualitas dan Internalitas Lingkungan Kawasan Perumahan Gumpang Baru di Desa Gumpang Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo

1. Prasarana Lingkungan Perumahan

Gumpang Baru

Berdasarkan observasi yang

penulis lakukan, di perumahan

Gumpang Baru keberadaan prasarana

lingkungan yang berupa jalan dan

saluran air, kreterianya bisa dilihat

dari kondisi dan spesifikasi

Untuk keadaan Jalan di

perumahan Gumpang Baru

tergambarkan sebagai berikut :

Panjang jalan 2400 meter,

jalan ini terbagi dalam 8 blok,

sehingga banyak tikungan dan jalan

buntu.

1) Perkerasan jalan : dengan rincian

70 % paving, 20% aspal dan 10 %

beton, untuk pemeliharaan lebih

mudah paving, sementara

perkerasan aspal yang rusak

banyak yang dibiarkan.

Pertumbuhan Penduduk Kota

Meningkatnya Kebutuhan Perumahan

Kualitas Lingkungan Perumahan

Internalitas Kawasan Perumahan

Kebijakan Pembangunan Kawasan Perumahan

126

Evaluasi Kebijakan Pembangunan Kawasan Perumahan (Joko Pramono)

Page 7: 270-fullteks (2)

2) Lebar jalan 6 meter, pemanfaatan

lahan untuk jalan sekitar 20 %. Ini

melebihi ketentuan yang

makximum hanya 15 % nya. Hal

ini berakibat makin sempitnya

open-space-nya . Akan tetaapi

oleh pengembang lebar jalan

dijadikan sebagai faktor penarik.

Sementara hasil pengamatan

mengenai saluran air limbah di

Perumahan Gumpang baru ,

kondisinya sebagai berikut :

1) Panjang saluran 4800 meter,

saluran pembuangan air ini,

untuk pembuangan air hujan dan

limbah rumah tangga (jadi satu)

dibangun di kanan-kiri jalan.

2) Lebar saluran, semajan 20 cm,

dengan kondisi seperti ini, maka

saluran tersebut terlalu sempit,

terkesan seadanya, akibatnya

aliran mudah tersumbat, dan pada

waktu musim hujan terjadi

genangan di jalan.

2. Utilitas Umum Perumahan

Gumpang Baru

Utilitas Umum yang yang

dimaksud adalah : Jaringan air bersih,

jaringan listrik, Pembuangan sampah

semenetra, dan jaringan telepon dan

gas. Berdasarkan hasil pengamatan

dan wawancara dari beberapa

informan penghuni kawasan

Perumahan Gumpang Baru diperoleh

data mengenai keadaan utilitas umum

di Perumahan Gumpang Baru sebagai

berikut :

(1). Jaringan air bersih tidak semua

ada ( hanya sebagian saja) yang

memiliki, pihak yang menyediakan

adalah PDAM dan yang

memelihara adalah gabungan

antara PDAM dengan warga

masyarakat. Secara lebih rinci,

fasilitas jaringan air bersih

dibedakan (a) Air bersih dari

sumur bor, dimiliki kurang lebih

dari 70 % warga, hal ini

mengingat bahwa air tanahnya

cukup layk untuk dikonsumsi dan

untuk keperluan rumah tangga

lainnya. (b) yang bersumber dari

PDAM, sebannya 30 %, hal ini

dikarenakan kualitas air tanahnya

jelek

(2). Jaringan listrik ada, penyedia

PLN dan pemelihara adalah pihak

PLN dan warga.

(3). Untuk tempat pembuangan

sampah sementara, hanya ada

satu unit dengan volume sebesar

24 m3, sehingga melebihi

127

Spirit Publik Volume 1 No.2 Oktober 2005

Page 8: 270-fullteks (2)

kapasitas. Akibatnya banyak

sampah yang tercecer dan tidak

saniter. Lokasi tempat pembuangan

sampah sementara ini dibangun

diatas aliran sungai, tetpi tidak

menggunakan kaveling tanah

yang tersedia, terjadi konflik

didalam menentukan lokasi, hal

ini mengingat rencana tampak

tidak jelas.

(4). Sedangkan utilitas umum yang

lain , yaitu jaringan telepon

tampaknya belu m ada.

3) Fasilitas Sosial Perumahan

Gumpang Baru.

Dalam upaya memberikan

pelayanan kepada masyarakat, sebagai

maksud dibangunnya fasilitas-fasilitas

sosial, ternyata di Perumahan

Gumpang Baru sangat sedikit sekali

terdapat fasilitas sosial . Fasilitas

sosial yang disediakan oleh

pengembang adalah 4 unit bangunan

pos ronda dan 1 unit musholla.

Lapangan terbuka. Fasilitas pendidikan,

fasilitas kesehatan, fasilitas perbelanjaan,

fasilitas pemerintahan, dan fasilitas

pemakaman tidak tersedia di kawasan

perumahan Gumpang Baru.

1. Kondisi pos ronda di lingkungan

perumahan Gumpang Baru

sebanyak 4 (empat) unit,

keberadaannya bersebaran tidak

merata. Ada 2 pos ronda yang

berdekaatan. Jumlah tersebut

dirasakan masih kurang sehingga

masyarakat membangun “

Cakruk“ yang berfungsi sebagai

ruang interaksi warga secara

lebih dekat dan erat. Pos ronda

yang ada bangunannya

cenderung tertutup., maka fungsi

lain dapat dimanfaatkan untuk

menyimpan barang-barang

inventaris RT (Rukun

Tetangga)

2. Kondisi tempat peribadatan, ada

satu (1) unit Mushola, karena

hanya ada satu tempat

peribadatan, maka jelas tidaak

mampu menampung seluruh

jamaah, artinya hanya dapat

dimanfaatkan oleh warga sekitar

mushola. Sementara yang lain

harus masih keluar kawasan

perumahan untuk melakukan

peribadataan.

Selengkapnya, tentang kualitas

dan internalitas lingkungaan dapat

disajikan dalam bentuk matrik,

Gumpang Baru dapat ditunjukkan

sebagai berikut.

128

Evaluasi Kebijakan Pembangunan Kawasan Perumahan (Joko Pramono)

Page 9: 270-fullteks (2)

Tabel 1

Kualitas dan Internalitas LingkunganPerumahan Gumpang Baru

No.

Aspek Kualitas Internalitas

(1) (2) (3) (4)1. Prasarana

lingkunganRelatif baik

Internalitas yang positifa. Perkerasan jalan dengan paving blok

(70%) memudahkan perawatan bila terjadi kerusakan.

b. Persentase kaveling tanah untuk jalan/saluran melebihi ketentuan, maka lebar jalan sangat memudahkan aksesibilitas dan interaksi antar warga, (boleh pengembang ini dijadikan sebagai faktor penarik).

Internalitas yang negatifa. Masih ada jalan buntu yang

memungkinkan kerawanan dan banyak tikungan karena ketidakcermatan penyusunan site plan.

b. Saluran pembuangan air limbah juga tersedia, walaupun terkesan seadanya dan sering tersumbat dan menimbulkan bau.

2. Utilitas umum

Kurang baik

Internalitas yang positifPemukim diuntungkan dengan pembangunan tempat sampah yang lokasinya agak jauh dengan rumah tinggalnya.

Internalitas yang negatifa. Air tanah yang dangkal sebagian

kualitasnya jelek sehingga pemukim mengkoordinasikan sendiri dengan PDAM.

b. Tempat pembuangan sampah tidak saniter, tercecer, melebihi kapasitas dan terbatasnya tempat pembuangan.

c. Terjadi konflik lokasi tempat pembuangan sampah karena site plan yang tidak jelas.

d. Sambungan listrik ke rumah ada yang belum tersambung ketika rumah diserahkan pada warga.

3. Fasilitas Sosial

Sangat terbatas

Internalitas yang positifTersedia 4 unit pos ronda dengan model

129

Page 10: 270-fullteks (2)

bangunan tertutup dapat dipakai untuk menyimpan barang-barang inventaris RT..

Internalitas yang negatifa. Dengan terbangunnya 4 pos ronda,

pemukim masih membangun cakruk untuk mengoptimalkan keamanan.

b. Dengan terbangunnya 1 musholla pemukim masih beribadat di luar kawasan perumahan.

c. Kaveling untuk fasilitas umum sangat terbatas.

d. Untuk memperoleh fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan, pemakaman masih harus ke luar kawasan perumahan.

Sumber : Diolah dari hasil wawancara dan observasi.

130

Spirit Publik Volume 1 No.2 Oktober 2005

Page 11: 270-fullteks (2)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kualitas lingkungan Perumahan

Gumpang Baru merupakan

konsekuensi dari pembangunan

kawasan Perumahan Gumpang Baru

di Desa Gumpang Kecamatan

Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

Kualitas lingkungan ini dapat

disimpulkan bahwa prasarana

lingkungannya relatif baik, utilitas

umum yang ada kurang baik dan

fasilitas sosial yang tersedia sangat

terbatas. Jadi secara umum dapat

dikatakan bahwa kualitas lingkungan

perumahan Gumpang Baru kurang

baik. Akibatnya menimbulkan

dampak atau internalitas bagi para

pemukim di kawasan perumahan

tersebut.

Hal-hal yang penulis sarankan

adalah sebagai berikut:

1. Kepatuhan terhadap peraturan

oleh para aktor pelaksana

kebijakan harus lebih

ditingkatkan, setidak-tidaknya

kepatuhan terhadap Undang-

Undang No. 4 Tahun 1992

dan Keputusan Menteri PU

No. 20 Tahun 1986.

2. Agar prasarana lingkungan,

fasilitas sosial dan utilitas

umum tersedia secara optimal

di kawasan perumahan,

pengembang harus secara

cermat membuat rencana

tapak kawasan perumahan

dengan benar, mengacu pada

kaidah-kaidah penggunaan

kaveling tanah.

3. Orientasi pada profit dari

pihak pengembang, harus

benar-benar diawasi.

4. Lingkungan kawasan perumahan

Gumpang Baru yang telah

terbangun, hendaknya tidak

hanya menjadi tanggung

jawab pemukim perumahan

saja, tetapi pihak pengembang

harusnya mempunyai tanggung

jawab untuk pemeliharaan

lingkungan yang telah

terbangun.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Panudju, 1999, Pengadaan Perumahan Kota Dengan Peran Sera Masyarakat Berpenghasilan Rendah, Alumni, Bandung.

B.N. Marbun, 1990, Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek, Erlangga, Surabaya.

Evaluasi Kebijakan Pembangunan Kawasan Perumahan (Joko Pramono)

Page 12: 270-fullteks (2)

Djemabut Blaang, C., 1986, Perumahan dan Pemukiman Sebagai Kebutuhan Pokok, Obor, Jakarta.

Dunn, William N., 2000, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Terjemahan Samodra Wibawa dkk, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Miles Matthew B. dan A. Michael Huberman, 1992, Analisa Data Kualitatif, (Penerjemah :Tjetjep Rohandi Rohidi), Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Moch. Nasir, 1998, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

M.N. Nasution, 2001, Manajemen Mutu Terpadu, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Raldi H. Koestoer, 1997, Perspektif Lingkungan Desa-Kota, Teori dan Kasus, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Stiglitz, Joseph E., 1988, Economic of the Public Sector Second Edition, Princeton University.

Vredenbergt, 1978, Metode Teknik Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman.

131

Spirit Publik Volume 1 No.2 Oktober 2005

Page 13: 270-fullteks (2)