27 paparan deputi pembiayaan
DESCRIPTION
Pristiyanto menyampaikan : Pola Pembiayaan bagi Koperasi danUMKMTRANSCRIPT
1DEPUTI BIDANG PEMBIAYAANDEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN
KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA
POLA PEMBIAYAAN KOPERASI DAN POLA PEMBIAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAHUSAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
2
Keterangan :Visi Meningkatnya Kesejahteraan melalui Peningkatan Pendapatan Rakyat (Pelaku UMKM-K)Misi Peningkatan Produksi dan peningkatan Jasa UMKM-KKebijakan dan Strategi 1. Pengembangan SDM 2. Pengembangan Kapasitas Usaha 3. Pengembangan Infrastruktur (Fisik dan Non Fisik)Konsep Dasar 1. Sistem Ekonomi Kerakyatan : Berbasis Kelompok (Contoh : Koperasi dan Kelompok Usaha Masyarakat) 2. Sistem Ekonomi Swasta : Berbasis Individu dan Modal (Contoh : PT; CV; FIRMA)3.Sistem Ekonomi Kemitraan : Berbasis Kerjasama (Contoh : Subkontrak;Waralaba, lisensi;PKS-IntiPlasma;dll.)
Diagram Pola Pikir Landasan dan Tujuan Pembangunan Ekonomi melalui Pemberdayaan UMKM-K
A. POLA PIKIR LANDASAN & TUJUAN PEMBANGUNAN EKONOMI
3
A
B
C
D
E
KOPERASI
PASAR
UMK
AnggotaKoperasi Pelayanan
& SHU
Barang/Jasa
Simpanan
F
G
H
I
J
PERSEROANTERBATAS
PASAR
Laba
Barang/Jasa
Saham
SISTIM EKONOMI KERAKYATAN SISTIM EKONOMI LIBERAL
Koperasi berorientasi pada pelayanan kepada
anggota untuk meningkatkan
kesejahteraanya
PT berorientasi pada peningkatan laba untuk
memperbesar perusahaan
B. KOPERASI DALAM SISTEM PEREKONOMIAN
4
KSP/USP KOP dan
KJKS
Jumlah KSP/USP-Koperasin dan KJKS/UJKS adalah 47.259 Koperasi yang terdiri dari 2.192 KSP/KJKS (4,64%) dan45.067 USP-Kop./UJKS (95,36%).
Total asset Rp 8,917 triliun denganjumlah anggota 5,47 juta.
Simpanan yang diterima 1.779 milyar, dengan volume usaha (total pinjamanyang diberikan) sebesar Rp 14.650 m.
KOPERASI : JUMLAH 141.326 UNIT ANGGOTA 27,7 JUTA DAN TOTAL SIMPANAN ANGGOTA RP 16,79
TRILIUN TOTAL ASSET RP 38 TRILIUNVOLUME USAHA RP 62,7 TRILIUN.
5
Kreteria sesuai UU No. 20/2008 ttg UMKM SUMBER : DIOLAH DARI DATA UMKM TAHUN 2008, BPS 2009
Usaha Besar/Konglomerat : • Kekayaan Bersih/th Lebih dari 10 M• Hasil Penjualan Lebih dari 50 M
Usaha Menengah:• Kekayaan Bersih/th > Rp 500 Jt s.d 10
M• Hasil Penjualan > Rp 2,5 M s.d 50 M
Usaha Kecil :• Kekayaan Bersih/th > Rp 50 Jt s.d 500 Jt• Hasil Penjualan > Rp 300 Jt s.d 2,5 M
Usaha Mikro :Kekayaan Bersih/th < Rp 50 Jt Hasil Penjualan < Rp 300Jt
Jumlah ± 4,37 ribu (0,01%)
Jumlah 39,66 ribu (0,08%)
Jumlah ± 520,22 Ribu (1,01%)
Jumlah ± 50,70 juta(98,90%)
6
USAHA MENENGAH
USAHA MENENGAH
USAHA MENENGAH
USAHA MENENGAH
USAHA MENENGAH
USAHA MENENGAH
PONDASI :USAHA MIKRO
DAN KECIL ± 51,22 juta
(99,91%)
PILAR :USAHA
MENENGAH± 39,66 ribu
(0,08%)
ATAP:USAHA BESAR
± 4,37 ribu (0,01%)
USAHA MIKRO DAN KECIL ADALAH PONDASI
PEREKONOMIAN NASIONAL
USAHA MENENGAH
USAHA MENENGAH
USAHA MENENGAH
USAHA MENENGAH
USAHA MIKRO DAN KECIL
USAHA MIKRO DAN KECIL
7
Sebagai mayoritas jumlah pelaku usaha(51,3 juta unit usaha atau 99,91%)1
2
Kontribusinya terhadap PDB(Rp 2.609,4 triliun atau 55,6% )
3
Nilai investasi yang cukup signifikan(Rp 640,4 triliun atau 52,9%)
4
Penciptaan Devisa(Rp 183,8 triliun atau 20,2%)
5
Penyerap tenaga kerja terbanyak(90, 9 juta pekerja atau 97,1%)
8
A. 26,400,869
B. 261,341
C. 3,238,111
D. 11,622
E. 174,359
F. 14,789,950
G. 3,205,025
H. 997,511 I. 2,178,749
A. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan PerikananB. Pertambangan dan Penggalian
C. Industri Pengolahan
D. Listrik, Gas dan Air Bersih
E. Bangunan
F. Perdagangan, Hotel dan Restoran
G. Pengangkutan dan Komunikasi
H. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan I. Jasa-Jasa
Total Jumlah Unit Usaha51,257,537
JUMLAH UNIT USAHA UMKM MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2008
Sumber data : BPS (diolah)
9
A. 83,647,711
B. 3,992,371 C. 3,256,188 D. 2,776,214
A. USAHA MIKRO 89.30 %
B. USAHA KECIL 4.26 %
C. USAHA MENENGAH 3.47 %
D. USAHA BESAR 2.97 %
Total Jumlah Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha 93.672.484
PENYERAPAN TENAGA KERJA MENURUT SKALA USAHA TAHUN 2008
Sumber data : BPS (diolah)
10
A. 1,505,308
B. 473,267
C. 630,785
D. 2,087,121
A. USAHA MIKRO 30.39 %
B. USAHA KECIL 9.55 %
C. USAHA MENENGAH 12.73 %
D. USAHA BESAR 42.13 %
KONTRIBUSI UMKM TERHADAP PDB TAHUN 2008 (Miliar Rupiah)
Sumber data : BPS (diolah)
Total Kontribusi Usaha Terhadap PDBRp. 4,696,481 Milyar
11
A. 20,247 B. 44,148
C. 119,364
D. 727,169
A. USAHA MIKRO 2.22 %
B. USAHA KECIL 4.85 %
C. USAHA MENENGAH 13.10 %
D. USAHA BESAR 79.83 %
KONTRIBUSI UMKM DALAM PENCIPTAAN DEVISA TAHUN 2008( Miliar Rupiah )
Sumber data : BPS (diolah)
Total Penciptaan Devisa Rp. 910,928 Milyar
12
A. 101,533
B. 250,516
C. 288,327
D. 570,320
A. USAHA MIKRO 8.39 %
B. USAHA KECIL 20.70 %
C. USAHA MENENGAH 23.81 %
D. USAHA BESAR 47.10 %
KONTRIBUSI UMKM TERHADAP INVESTASI TAHUN 2008( Miliar Rupiah )
Sumber data : BPS (diolah)
Total Kontribusi Usaha Terhadap InvestasiRp. 1,210.,96 Miliar
13
III. PELUANG DAN PERMASALAHAN UMKM
1. UMKM merupakan mayoritas pelaku usaha di Indonesia;
2. Masih besarnya pasar dalam negeri bagi produk UMKM;
3. UMKM lebih banyak menggunakan bahan baku lokal dengan dukungan Sumber Kekayaan Alam Indonesia;
4. Komposisi modal sendiri lebih besar dari pada modal luar;
5. Kebutuhan pembiayaan yang tidak terlalu besar;
6. NPL Kredit Perbankan UMKM masih dibawah 5 %;
7. Lebih lentur terhadap krisis gejolak ekonomi global;
A. POTENSI DAN PELUANG UMKMA. POTENSI DAN PELUANG UMKM
14
1. Pengelolaan usaha umumnya masih tradisional;
2. Masih rendah kualitas SDM pengelola LKM;
3. Terbatasnya kemampuan manajemen dan penggunaan teknologi informasi modern;
4. Kemampuan pemasaran yang terbatas
5. Akses informasi yang rendah
6. Legalitas formal dan perlindungan usaha yang belum memadai;
7. Terbatasnya akses kredit kepada lembaga keuangan,khususnya perbankan.
B. PERMASALAHAN UMUM UMKM
15
1. Terbatasnya fasilitasi kredit mikro bagi UMKM dari perbankan
2. Prosedur dan persyaratan kredit perbankan relatif rumit dan birokratis
3. Ketidakmampuan dalam menyediakan jaminan tambahan
4. Tingginya bunga kredit perbankan terutama untuk modal investasi
5. Terbatasnyan jangkauan pelayanan kredit perbankan di daerah
C. PERMASALAHAN PEMBIAYAAN UMKM
16
C
VISI Pembiayaan KUMKM : terwujudnya aksesibilitas pembiayaan yang efektif, mudah dan terjangkau bagi KUMKM bagi pemberdayaan dan pengembangan KUMKM sehingga berdaya saing tinggi dan mampu mendukung upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan serta membantu upaya perluasan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan .
MISI Pembiayaan KUMKM ini mewujudkan lembaga Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Jasa Keuangan Syariah sebagai Koperasi Jasa Keuangan yang sehat, kuat dan mandiri dengan SDM Pengelola yang profesional; membangun kemitraan dan sistem pembiayaan KUMKM dengan berbagai lembaga keuangan yang serasi dan sinergi; memperluas sumber-sumber pembiayaan bagi pemberdayaan dan pengembangan KUMKM dari dalam dan luar negeri.
VISI Pembiayaan KUMKM : terwujudnya aksesibilitas pembiayaan yang efektif, mudah dan terjangkau bagi KUMKM bagi pemberdayaan dan pengembangan KUMKM sehingga berdaya saing tinggi dan mampu mendukung upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan serta membantu upaya perluasan kesempatan kerja dan pengentasan kemiskinan .
MISI Pembiayaan KUMKM ini mewujudkan lembaga Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Jasa Keuangan Syariah sebagai Koperasi Jasa Keuangan yang sehat, kuat dan mandiri dengan SDM Pengelola yang profesional; membangun kemitraan dan sistem pembiayaan KUMKM dengan berbagai lembaga keuangan yang serasi dan sinergi; memperluas sumber-sumber pembiayaan bagi pemberdayaan dan pengembangan KUMKM dari dalam dan luar negeri.
17
1. Program Penciptaan Iklim Usaha bagi UMKM;
2. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi UMKM;• Perluasan sumber pembiayaan;• Penanganan kesenjangan kredit UMKM
3. Program Pembangunan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif;
4. Program Pemberdayaan Usaha Skala Mikro;
• Penyediaan skim pembiayaan alternatif• Peningkatan kapasitas dan kualitas layanan LKM
5. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi;
18
18
RPJP RPJM
RenstraKementerian
KUKM
DIPAKementerianKUKM 2009
RKPRenja
Kementerian KUKM 2009
1.Menciptakan Indonesia Yang Aman dan Damai
2.Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokrasi
3.Meningkatkan Kesejateraan Rakyat Indonesia
• Agenda Pembangunan 2007
•Sasaran
•Arah Kebijakan
PRIORITAS PEMBANGUNANDI BIDANG EKONOMI
•Terdiri dari 6 Bagian
36 Bab
•Bagian IV Bab 16
Bab 17
Bab 19
Bab 20
• Agenda Pembangunan 2009
•Program Pokok
•Program Penunjang
• Agenda Pembangunan 2008
1. Penanggulangan Kemiskinan2. Peningkatan Kesempatan Kerja,
Investasi, dan Ekspor3. Revitalisasi Pertanian, Perikanan,
Kehutanan dan Perdesaan4. Peningkatan Aksesibilitas & Kualitas
Pendidikan dan Kesehatan5. Penegakan Hukum dan HAM,
Pemberant. Korupsi, dan Reformasi Birokrasi
6. Penguatan Kemampuan Pertahanan,Pemantapan Keamanan & KetertibanSerta Penyelesaian Konflik
7. Mitigasi & Penanggulangan Bencana
8. Pembangunan Infrastruktur9. Pengurangan Kesenj. Antar Wilayah
• AgendaPembangunanNasional 2004-2009(Perpres No.7/2005)
19
1. Undang Undang No. 25/1992 tentang Perkoperasian2. Undang-Undang No. 20/2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah3. Peraturan Pemerintah No. 9/1995 tentang Usaha Simpan
Pinjam Koperasi4. Permenkop Nomor : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi
5. Permenkop Nomor : 20/PER/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi
6. Permenkop Nomor : 21/PER/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi
7. Permenkop Nomor : 03/PER/M.KUKM/III/2009 tentang Pedoman Umum Lingkage Program Antara Bank Umum dengan Koperasi
20
1. Menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui pemantapan peraturan perundang-undangan, misalnya dengan memberikan masukan dalam penyusunan :
2. Amandemen Undang Undang No. 25/1992 tentang Perkoperasian (Bab tentang Simpan Pinjam)
3. Revisi PP No. 9/1995 tentang Usaha Simpan Pinjam Koperasi
21
4 Cetak Biru Pengembangan Koperasi Jasa Keuangan (KJK)
1) Rating bagi KJK
2) Lembaga Pengembangan dan Pengawasan KJK (LPP-KJK)
3) Lembaga Penjamin Simpanan KJK (LPS-KJK)
Pengembangan sistem tanggung renteng
5. Pengembangan Sistem Jaringan LKM
6. SKB Bank Indonesia dan Pemerintah ( Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Koperasi dan UKM tentang Strategi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro
7. Memantapkan koordinasi kebijakan dan program pembiayaan bagi pemberdayaan KUKM baik secara lintas sektoral maupun wilayah dengan pemerintah daerah;
22
8. Memperkuat sistem pendukung usaha Koperasi dan UMKM Bidang Pembiayaan melalui :a) Perkuatan struktur permodalan LKM;b) Perkuatan SDM dan manajemen usaha;c) Perkuatan sistem monitoring dan evaluasi;d) Perkuatan sistem jaringan bisnis;e) Perkuatan sistem akuntabilitas; f) Pemantapan sistem tata laksana;g) Pemantapan sistem informasi;.
9. Melaksanakan monitoring dan evaluasi secara terarah dan terintegrasi melalui suatu sistem informasi pembiayaan Koperasi dan UMKM;
10. Mengembangkan kerjasama internasional dalam perluasan sumber-sumber pembiayaan.
23
USAHA MENENGAH± 39,66 ribu (0,08%)
USAHAKECIL
± 520,22 Ribu
(1,01%)
USAHAMIKRO
± 50,70 juta(98,90%)
FAKIR MISKIN
MISKIN
BELUM LAYAK
USAHA DAN BELUM
BANKABLE
PENDUDUK MISKIN± 34,69 juta jiwa (Data BPS 2007)
LAYAK GO PUBLIC
• Pasar Modal• Perbankan • Sumber Lainnya
KONDISI EKSISTING POLA PEMBIAYAAN
LAYAK USAHA DAN BELUM BANKABLE
LAYAK USAHA DAN BANKABLE
Jumlah:*)
± 35,49 Jt (70%)
Jumlah:*)
± 15,21 Jt (30%)
Jumlah:*)± 208,9
Rb (40%)
Jumlah:*)± 23,80
Rb (60%)
Jumlah:*)± 35,69
Rb (90%)
Deputi Bidang Pembiayaan, Diolah dari berbagai sumber
± 4 Rb
(10%)
KLASTER 1
KLASTER 2
KLASTER 3
KLASTER 4
KLASTER 5
KLASTER 6
24
Dengan asumsi modal sendiri sebesar 40% dan kebutuhan dukungan permodalan sebesar 60%, maka perkiraan kebutuhan permodalan dan pola pembiayaan KUMKM dapat dijelaskan berdasarkan klaster sebagai berikut :
Klaster 1 adalah kelompok usaha mikro yang kondisinya belum layak usaha dan belum bankable sehingga mempunyai resiko tinggi dalam pengembalian modal yang diberikan. Usaha mikro dalam klaster ini diperkirakan sebanyak ± 70% atau 35,49 juta unit, sehingga dibutuhkan modal sebesar Rp. 212,93 trilyun.
Dalam klaster ini pola pembiayaan dan kebijakan yang perlu diupayakan atara lain :
1)Memperluas program PNPM – Mandiri khususnya kepada kelompok usaha mikro yang belum layak usaha dan belum bankable.
Dengan asumsi modal sendiri sebesar 40% dan kebutuhan dukungan permodalan sebesar 60%, maka perkiraan kebutuhan permodalan dan pola pembiayaan KUMKM dapat dijelaskan berdasarkan klaster sebagai berikut :
Klaster 1 adalah kelompok usaha mikro yang kondisinya belum layak usaha dan belum bankable sehingga mempunyai resiko tinggi dalam pengembalian modal yang diberikan. Usaha mikro dalam klaster ini diperkirakan sebanyak ± 70% atau 35,49 juta unit, sehingga dibutuhkan modal sebesar Rp. 212,93 trilyun.
Dalam klaster ini pola pembiayaan dan kebijakan yang perlu diupayakan atara lain :
1)Memperluas program PNPM – Mandiri khususnya kepada kelompok usaha mikro yang belum layak usaha dan belum bankable.
PERKIRAAN KEBUTUHAN PERMODALAN DAN POLA PEMBIAYAAN KOPERASI DAN
UMKM
25
2) Meningkatkan dan mempermudah penyediaan bantuan langsung berupa modal bagi usaha mikro yang dilaksanakan oleh Kementerian terkait.
3) Mengembangkan model pembiayaan lainnya bagi usaha mikro melalui anggaran belanja sosial atau hibah dan dikelola dalam bentuk kelompok usaha ekonomi produktif.
4) Mendorong penerbitan regulasi penyediaan dana APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota
5) Penyediaan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan pendampingan
6) Mempercepat penerbitan SKB mengenai transformasi LKM menjadi Koperasi, BPR dan Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des)
26
Klaster 2 adalah kelompok usaha mikro yang layak usaha dan belum bankable dan mempunyai resiko rendah dalam pengembalian modal yang diberikan. Usaha mikro dalam klaster ini diperkirakan sebanyak ± 30% atau 15,21 juta unit, sehingga dibutuhkan modal sebesar Rp. 91,26 trilyun.
Dalam klaster ini pola pembiayaan dan kebijakan yang perlu diupayakan atara lain :
1) Dukungan program PNPM – Mandiri melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR)
a) Penurunan suku bunga KUR, dengan acuan SBI + 3% untuk ke koperasi dan SBI + 5% untuk ke UMK langsung (end user)
b) Perluasan lembaga keuangan penyalur program antara lain ke BPD, Bank Swasta dan Koperasi.
c) Meningkatkan dana penjaminan untuk meningkatkan kapasitas dan perluasan nasabah KUR
d) Agar debitur yang pernah mendapatkan modal melalui Program KUR dimungkinkan mengakses kredit kembali
27
2) Dukungan melalui Program Pemberdayaan Usaha Mikro dan Koperasi/LKM
3) Dukungan Melalui Program Sertifikasi Tanah Untuk Usaha Mikro
a) Penyediaan dana APBD untuk mendukung pembiayaan program sertipikasi tanah
b) Peningkatan sosialisasi program kepada & Usaha Mikro debitur dan calon debitur perbankan/koperasi yang agunannya belum bersertipikat.
c) Pemberian fasilitas Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) kepada Usaha Mikro peserta program berupa :
(1) Nilai Perolehan Obyek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) paling sedikit Rp 10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah)
(2) Pemberian pengurangan BPHTB sebesar 75% dari pajak terhutang.
28
4) Dukungan Fasilitasi Pembiayaan K- UMKM Melalui Anggaran Pembiayaan Daerah
a) Mendorong berdirinya Lembaga Penjaminan Kredit Daerah (LPKD) pada setiap Provinsi atau Kabupaten/Kota (Perpres No. 2/2008 tentang Lembaga Penjaminan dan Permenkeu No. 222/PMK 010/2008 tentang Perusahaan Penjaminan Kredit dan Perusahaan Penjaminan Ulang Kredit)
b) Mendorong tumbuh dan berkembangnya Perusahaan Pembiayaan dan Modal Ventura (Perpres No. 9/2009 tentang Lembaga Pembiayaan)
c) Mendorong Pemerintah daerah agar dapat menerbitkan Obligasi Daerah untuk Pembiayaan bagi UMKMK
d) Pemberian subsidi bunga bagi produk-produk di sektor pertanian.
e) Penyediaan dana bergulir bagi usaha mikro dan koperasi disertai pembentukan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
5) Pendirian Bank Usaha Mikro dan Kecil (Bank UMK) khususnya yang dapat melayani kebutuhan pembiayaan bagi sektor pertanian, perikanan, kelautan dan kelompok perempuan pelaku usaha mikro serta mengembangkan pelayanan dengan pola pendampingan
29
Klaster 3 adalah kelompok usaha kecil yang layak usaha dan belum bankable dan mempunyai resiko rendah dalam pengembalian modal yang diberikan. Untuk usaha kecil dalam klaster ini diperkirakan sebanyak ± 40% atau 208,9 ribu unit, sehingga dibutuhkan modal sebesar Rp. 12,48 trilyun.
Dalam klaster ini pola pembiayaan dan kebijakan yang perlu diupayakan atara lain :
1) Dukungan program PNPM – Mandiri melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) khususnya untuk Kredit bagi Usaha Kecil;
2) Dukungan melalui Program Pemberdayaan Usaha Mikro dan Koperasi/LKM
3) Dukungan Pembiayaan Melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir ( LPDB )
a) Memantapkan kelembagaan dan peraturan peraturan
dalam pelaksanaan program LPDB
Klaster 3 adalah kelompok usaha kecil yang layak usaha dan belum bankable dan mempunyai resiko rendah dalam pengembalian modal yang diberikan. Untuk usaha kecil dalam klaster ini diperkirakan sebanyak ± 40% atau 208,9 ribu unit, sehingga dibutuhkan modal sebesar Rp. 12,48 trilyun.
Dalam klaster ini pola pembiayaan dan kebijakan yang perlu diupayakan atara lain :
1) Dukungan program PNPM – Mandiri melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) khususnya untuk Kredit bagi Usaha Kecil;
2) Dukungan melalui Program Pemberdayaan Usaha Mikro dan Koperasi/LKM
3) Dukungan Pembiayaan Melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir ( LPDB )
a) Memantapkan kelembagaan dan peraturan peraturan
dalam pelaksanaan program LPDB
30
b) Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pada LPDB
c) Meningkatkan infrastruktur/jaringan melalui
pendirian cabang-cabang LPDB di daerah
d) Menerbitkan ketentuan/rambu-rambu agar dana
LPDB dapat diakses dengan mudah, murah dan cepat
4) Linkage Program Bank Umum dengan Koperasi Jasa Keuangan (KJK)
a) Sosialisai pedoman linkage program antara bank umum dengan koperasi kepada perbankan, Dinas Koperasi dan UKM serta lintas pelaku lainnya;
b) Pengembangan kerjasama (Mou) dengan lembaga keuangan perbankan dengan koperasi
b) Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pada LPDB
c) Meningkatkan infrastruktur/jaringan melalui
pendirian cabang-cabang LPDB di daerah
d) Menerbitkan ketentuan/rambu-rambu agar dana
LPDB dapat diakses dengan mudah, murah dan cepat
4) Linkage Program Bank Umum dengan Koperasi Jasa Keuangan (KJK)
a) Sosialisai pedoman linkage program antara bank umum dengan koperasi kepada perbankan, Dinas Koperasi dan UKM serta lintas pelaku lainnya;
b) Pengembangan kerjasama (Mou) dengan lembaga keuangan perbankan dengan koperasi
31
c) Memperkuat kelembagaan KJK agar mampu dan layak/bankable dalam melaksanakan linkage program melalui
(1) Pengembangan konsep rating (pemeringkatan) KJK
(2) Pengembangan konsep Lembaga Penjaminan Simpanan KJK (LSP-KJK) serta
(3) Lembaga Pengembangan dan Pengawasan KJK (LPP-KJK)
(4) Peningkatan pengawasan dan pengendalian KJK melalui penilaian kesehatan secar reguler setiap tahun
d) Fasilitasi bersama BI, Pemerintah Daerah, perbankan dan koperasi agar linkage program berjalan maksimal
e) Temu konsultasi dengan seluruh lintas pelaku terkait malelui media bazar perbankan
c) Memperkuat kelembagaan KJK agar mampu dan layak/bankable dalam melaksanakan linkage program melalui
(1) Pengembangan konsep rating (pemeringkatan) KJK
(2) Pengembangan konsep Lembaga Penjaminan Simpanan KJK (LSP-KJK) serta
(3) Lembaga Pengembangan dan Pengawasan KJK (LPP-KJK)
(4) Peningkatan pengawasan dan pengendalian KJK melalui penilaian kesehatan secar reguler setiap tahun
d) Fasilitasi bersama BI, Pemerintah Daerah, perbankan dan koperasi agar linkage program berjalan maksimal
e) Temu konsultasi dengan seluruh lintas pelaku terkait malelui media bazar perbankan
32
5) Dukungan Konsultan Keuangan Mitra Bank ( KKMB )
a) Menerbitkan regulasi terkait dengan peran KKMB dan menjembatani KUMKM dalam rangka akses kepada lembaga keuangan perbankan.
b) Sosialisasi peran KKMB sebagai lembaga pendamping bagi KUMKM
c) Peningkatan kapasitas KKMB melalui pembinaan, pemberdayaan dan optimalisasi peran dengan pemerintah daerah dan Bank Indonesia
d) Pengembangan intermediasi lembaga keuangan perbankan bekerjasama dengan KKMB, Dinas Koperasi dan UKM sertya Perbankan di daerah.
e) Fasilitasi dan Temu Konsultasi bersama Pemda, perbankan, asosiasi UKM dan gerakan koperasi.
33
Klaster 4 adalah kelompok usaha kecil yang layak usaha dan bankable serta memiliki resiko rendah dalam pengembalian modal yang diberikan. Untuk usaha kecil dalam klaster ini diperkirakan sebanyak ± 60% atau 23,80 ribu unit, sehingga dibutuhkan modal sebesar Rp. 18,73 trilyun.
Dalam klaster ini pola pembiayaan dan kebijakan yang perlu diupayakan atara lain :
1) Dukungan Pembiayaan Melalui Bisnis Plan
Perbankan
a) Penyediaan informasi skim-skim kredit perbankan yang dapat diakses oleh KUMKM
b) Meningkatkan akses UMKM terhadap skim kredit perbankan melalui kerja sama / kemitraan melalui linkage program atara bank umum dengan koperasi
c) Menurunkan bunga kredit perbankan
Klaster 4 adalah kelompok usaha kecil yang layak usaha dan bankable serta memiliki resiko rendah dalam pengembalian modal yang diberikan. Untuk usaha kecil dalam klaster ini diperkirakan sebanyak ± 60% atau 23,80 ribu unit, sehingga dibutuhkan modal sebesar Rp. 18,73 trilyun.
Dalam klaster ini pola pembiayaan dan kebijakan yang perlu diupayakan atara lain :
1) Dukungan Pembiayaan Melalui Bisnis Plan
Perbankan
a) Penyediaan informasi skim-skim kredit perbankan yang dapat diakses oleh KUMKM
b) Meningkatkan akses UMKM terhadap skim kredit perbankan melalui kerja sama / kemitraan melalui linkage program atara bank umum dengan koperasi
c) Menurunkan bunga kredit perbankan
34
2) Kredit Usaha Mikro dan Kecil dari Dana Surat Utang Pemerintah No. 005 ( SUP – 005 )
a) Peningkatan plafon bagi BUMN Pelaksana dan Lembaga Keuangan Pelaksana
b) Penurunan suku bunga yang dirasakan UMKM masih tinggi .
3) Dukungan Pembiayaan Melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir
( LPDB )
a) Pembiayaan kepada KUKM melalui perusahaan Modal Ventura
b) Pemberian pinjaman kepada KUKM tenant inkubator
c) Pemberian pinjaman kepada UMK melalui Koperasi
d) Pemberian pinjaman kepada KUKM strategis.
e) Mengkaji perubahan hukum LPDB memiliki/menjadi Bank Usaha Mikro dan Kecil
4) Pengembangan Lembaga Modal Ventura dan Anjag
Piutang
5) Pengembangan Pembiayaan bagi UKM Ekspor
2) Kredit Usaha Mikro dan Kecil dari Dana Surat Utang Pemerintah No. 005 ( SUP – 005 )
a) Peningkatan plafon bagi BUMN Pelaksana dan Lembaga Keuangan Pelaksana
b) Penurunan suku bunga yang dirasakan UMKM masih tinggi .
3) Dukungan Pembiayaan Melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir
( LPDB )
a) Pembiayaan kepada KUKM melalui perusahaan Modal Ventura
b) Pemberian pinjaman kepada KUKM tenant inkubator
c) Pemberian pinjaman kepada UMK melalui Koperasi
d) Pemberian pinjaman kepada KUKM strategis.
e) Mengkaji perubahan hukum LPDB memiliki/menjadi Bank Usaha Mikro dan Kecil
4) Pengembangan Lembaga Modal Ventura dan Anjag
Piutang
5) Pengembangan Pembiayaan bagi UKM Ekspor
35
Klaster 6 adalah kelompok usaha menengah dan besar yang layak usaha dan bankable serta memiliki resiko rendah dalam pengembalian modal yang diberikan dan layak go public. Untuk usaha menengah dalam klaster ini diperkirakan sebanyak ± 10% atau 4 ribu unit, sehingga dibutuhkan modal sebesar Rp. 2,38 trilyun.
Dalam klaster ini pola pembiayaan dan kebijakan yang perlu diupayakan atara lain dengan menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan koperasi berskala usaha besar dan para pelaku usaha menengah dan besar dalam mengakses pembiayaan melalui pasar modal dan perbankan internasional.
Klaster 6 adalah kelompok usaha menengah dan besar yang layak usaha dan bankable serta memiliki resiko rendah dalam pengembalian modal yang diberikan dan layak go public. Untuk usaha menengah dalam klaster ini diperkirakan sebanyak ± 10% atau 4 ribu unit, sehingga dibutuhkan modal sebesar Rp. 2,38 trilyun.
Dalam klaster ini pola pembiayaan dan kebijakan yang perlu diupayakan atara lain dengan menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan koperasi berskala usaha besar dan para pelaku usaha menengah dan besar dalam mengakses pembiayaan melalui pasar modal dan perbankan internasional.
36
Belum optimalnya pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh usaha mikro dan kecil di luar sektor perdagangan dan jasa sektor pertanian saat ini, diperlukan suatu trobosan pengembangan program KUR dengan penambahan skema subsidi bunga kredit dan pendampingan program dari para sarjana.
Gagasan pengembangan program ini, diprioritaskan pada lima sektor pertanian dengan nama program sebagai berikut :
Belum optimalnya pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh usaha mikro dan kecil di luar sektor perdagangan dan jasa sektor pertanian saat ini, diperlukan suatu trobosan pengembangan program KUR dengan penambahan skema subsidi bunga kredit dan pendampingan program dari para sarjana.
Gagasan pengembangan program ini, diprioritaskan pada lima sektor pertanian dengan nama program sebagai berikut :
GAGASAN PROGRAM KREDIT PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN
USAHA RAKYAT
Sektor Nama Kredit Singkatan
Agribisnis Kredit Usaha Agribisnis KUA
Perikanan Kredit Budidaya Perikanan KBP
Kelautan Kredit Usaha Kelautan KUK
Pertenakan Kredit Usaha Pertenakan KUP
Perkebunan Kredit Usaha Perkebunan Rakyat
KUPR
37
UMKM bankableUMKM bankableS
U
M
B
E
R
S
U
M
B
E
R
PemerintahPemerintah
Non PemerintahNon Pemerintah
Pemerintah dan Non Pemerintah
Pemerintah dan Non Pemerintah
APBNAPBN
APBDAPBD
SUP-005SUP-005
BankBank
Non BankNon Bank
Kredit Komersial Kredit Komersial
KSP/USP-KopKSP/USP-Kop
Lemb. Keuangan (Perusahaan Pembiayaan, Modal Ventura dan Pegadaian)
Lemb. Keuangan (Perusahaan Pembiayaan, Modal Ventura dan Pegadaian)
Per. Swasta : CSRPer. Swasta : CSR
Perbankan/KURPerbankan/KUR
BUMN/PKBLBUMN/PKBL
UMK belum-bankableUMK belum-bankable
TARGET/SASARANTARGET/SASARAN
UMK belum-bankableUMK belum-bankable
UMK bankableUMK bankable
UMK bankable &UMK belum--bankableUMK bankable &UMK belum--bankable
UMK non-bankableUMK non-bankable
UMK belum-bankableUMK belum-bankable
UMK belum-bankableUMK belum-bankable
UMK belum-bankableUMK belum-bankable
UMK bankable &UMK belum-bankableUMK bankable &UMK belum-bankable
Sertifikat TanahSertifikat Tanah
Laba BUMNLaba BUMN
Sumber-Sumber Permodalan UMK
Kredit Mikro Kecill Kredit Mikro Kecill
UMK bankableUMK bankable
3838