26 apr 4 mei - ftp.unpad.ac.id · diberikan sekjen uefa kala itu, hans bangerter. big ears yang...

1
Pertarungan P Menuju Aren SABTU, 23 APRIL 2011 18 F OKUS O ANTON KUSTEDJA T ROFI Big Ears sudah berpindah tempat dari markas UEFA di Nyon, Swiss, ke London, Inggris, Rabu (20/4). Presiden UEFA Michel Platini pun langsung memberikan mandat kepada pemegang otoritas setempat Wali Kota Boris Johnson untuk menyimpan piala tersebut sebelum diserahkan kepada pemenang laga puncak di Stadion Wembley, pada 28 Mei mendatang. Seperti dikatakan penciptanya, Jurg Stadelmann, pada 1967, piala yang pegangannya menyerupai ku- ping raksasa itu mungkin bukan sebuah karya master- piece. Namun, setiap orang yang berkecimpung dalam sepak bola sangat ingin menggenggamnya. “Kami membuatnya seperti memecahkan sebuah puzzle. Orang Bulgaria harus menyukainya, begitu pula dengan orang Spanyol, apalagi orang Italia. Piala itu juga harus diinginkan bangsa Jerman,” kenang Stadelmann yang akhirnya menyelesaikan troterse- but selama 340 jam sesuai dengan batas waktu yang diberikan Sekjen UEFA kala itu, Hans Bangerter. Big Ears yang dipajang di Guidhall London sejak tengah pekan kemarin merupakan edisi keenam. Pasalnya, lima piala asli yang diidam-idamkan klub seantero Eropa itu sebelumnya telah tersimpan di lemari Real Madrid (Spanyol), Ajax Amsterdam (Be- landa), Bayern Muenchen (Jerman), AC Milan (Italia), dan Liverpool (Inggris). Aturan lama yang dikeluarkan pada 1968/1969 memang memperbolehkan klub yang telah lima kali menjadi juara, atau merebutnya tiga kali berturut- turut, mengoleksinya. Namun, berdasarkan regulasi baru sejak 2009, klub yang lima kali menjuarai turna- men atau menjadi yang terbaik tiga kali beruntun ha- nya akan mendapat tanda khusus pada edisi terakhir. Prestasi para juara sebelumnya pun dihapus menjadi nol. Praktis, belum ada satu pun klub yang menoreh- kan cap itu pada ‘si Kuping Besar’. Bulan depan, troitu akan kembali diperebutkan dua tim terbaik di Wembley. Hanya, sebelum menuju stadion kebanggaan publik Inggris itu, empat klub lebih dulu berjuang di seminal mulai pekan depan. Dua klub raksasa Spanyol Real Madrid dan Barcelona terpaksa harus berebut satu tiket ke London. Madrid adalah pemegang predikat sembilan kali juara, sedangkan Barca sudah tiga kali merasakan podium kehormatan. Siapa pun yang menjadi peme- nang partai ini, Spanyol sudah pasti mewakilkan satu timnya pada partai puncak nanti. Adapun pertandingan seminal lainnya akan mem- pertemukan klub Inggris Manchester United (MU) dengan wakil Jerman Schalke 04. Nama MU sudah tidak asing lagi di pentas paling bergengsi ‘Benua Biru’ tersebut setelah tiga kali menjadi kampiun. Yang mengejutkan justru lolosnya Schalke ke babak empat besar meski klub asal Gelsenkirchen itu sudah empat kali tampil di turnamen kasta tertinggi ini. Sebelumnya, klub berjuluk the Royal Blues itu hanya sampai perdelapan nal pada 2008 sebelum dising- kirkan Barcelona. Tim yang kini dipunggawai top scorer Eropa sepan- jang masa, Raul Gonzales, itu pernah menyabet gelar Piala UEFA (sekarang Liga Europa)--yang merupakan turnamen kasta kedua--pada 1997. Berdasarkan sejarah, baru 21 tim yang menjadi kam- piun dalam 55 kali penyelenggaraan Liga Champion. Sejak turnamen berganti nama dan format dari Piala Champion berubah menjadi Liga Champion pada 1992, 10 klub juara sudah pernah merasakan gelar sebelumnya, namun belum ada yang mampu tampil sebagai juara berturut-turut. Tiga di antaranya adalah Madrid, Barca, dan MU. Hanya dua kesebelasan yang mampu mendobrak mitos tampil sebagai jawara anyar, yakni Olympique Marseille (Prancis) pada 1993 dan Borussia Dortmund (Jerman) pada 1997. Artinya, bukan tidak mungkin Schalke juga mengukir sejarah. “Kami mengalami jatuh bangun, lalu mengganti pelatih, dan masalah luar biasa di klub. Tetapi, setelah itu kami justru mencatat kemenangan mengagumkan di Milan. Hampir tidak ada orang yang masih berbi- cara tentang Dortmund. Sejak laga pertama melawan Inter, seluruh Jerman membicarakan Schalke,” cetus Christoph Metzelder. Bek andalan the Royal Blues itu merujuk kemenangan sensasional timnya 5-2 atas sang juara bertahan di San Siro pada leg perdana perempat nal. Tim yang mengalami pergantian pelatih dari Felix Magath ke Ralf Rangnick itu membuktikan hasil tersebut bukan diraih secara kebetulan. Di kandang sendiri, mereka menyikat juara Italia itu 2-1. Tiga dari empat kontestan yang bertarung di semifinal pernah merasakan gelar. Belum ada tim yang mampu menjadi juara berturut-turut sejak 1992. 26 Apr 4 Mei 27 Apr 3 Mei

Upload: others

Post on 26-Sep-2019

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 26 Apr 4 Mei - ftp.unpad.ac.id · diberikan Sekjen UEFA kala itu, Hans Bangerter. Big Ears yang dipajang di Guidhall London sejak tengah pekan kemarin merupakan edisi keenam. Pasalnya,

Pertarungan PMenuju Aren

SABTU, 23 APRIL 201118 FOKUS O

ANTON KUSTEDJA

TROFI Big Ears sudah berpindah tempat dari markas UEFA di Nyon, Swiss, ke London, Inggris, Rabu (20/4). Presiden UEFA Michel Platini pun langsung memberikan mandat

kepada pemegang otoritas setempat Wali Kota Boris Johnson untuk menyimpan piala tersebut sebelum diserahkan kepada pemenang laga puncak di Stadion Wembley, pada 28 Mei mendatang.

Seperti dikatakan penciptanya, Jurg Stadelmann, pada 1967, piala yang pegangannya menyerupai ku-ping raksasa itu mungkin bukan sebuah karya master-piece. Namun, setiap orang yang berkecimpung dalam

sepak bola sangat ingin menggenggamnya. “Kami membuatnya seperti memecahkan sebuah

puzzle. Orang Bulgaria harus menyukainya, begitu pula dengan orang Spanyol, apalagi orang Italia. Piala itu juga harus diinginkan bangsa Jerman,” kenang Stadelmann yang akhirnya menyelesaikan trofi terse-but selama 340 jam sesuai dengan batas waktu yang diberikan Sekjen UEFA kala itu, Hans Bangerter.

Big Ears yang dipajang di Guidhall London sejak tengah pekan kemarin merupakan edisi keenam. Pasalnya, lima piala asli yang diidam-idamkan klub seantero Eropa itu sebelumnya telah tersimpan di lemari Real Madrid (Spanyol), Ajax Amsterdam (Be-landa), Bayern Muenchen (Jerman), AC Milan (Italia), dan Liverpool (Inggris).

Aturan lama yang dikeluarkan pada 1968/1969 memang memperbolehkan klub yang telah lima kali menjadi juara, atau merebutnya tiga kali berturut-turut, mengoleksinya. Namun, berdasarkan regulasi baru sejak 2009, klub yang lima kali menjuarai turna-men atau menjadi yang terbaik tiga kali beruntun ha-nya akan mendapat tanda khusus pada edisi terakhir. Prestasi para juara sebelumnya pun dihapus menjadi nol. Praktis, belum ada satu pun klub yang menoreh-kan cap itu pada ‘si Kuping Besar’.

Bulan depan, trofi itu akan kembali diperebutkan

dua tim terbaik di Wembley. Hanya, sebelum menuju stadion kebanggaan publik Inggris itu, empat klub lebih dulu berjuang di semifi nal mulai pekan depan. Dua klub raksasa Spanyol Real Madrid dan Barcelona terpaksa harus berebut satu tiket ke London.

Madrid adalah pemegang predikat sembilan kali juara, sedangkan Barca sudah tiga kali merasakan podium kehormatan. Siapa pun yang menjadi peme-nang partai ini, Spanyol sudah pasti mewakilkan satu timnya pada partai puncak nanti.

Adapun pertandingan semifi nal lainnya akan mem-pertemukan klub Inggris Manchester United (MU) dengan wakil Jerman Schalke 04. Nama MU sudah tidak asing lagi di pentas paling bergengsi ‘Benua Biru’ tersebut setelah tiga kali menjadi kampiun.

Yang mengejutkan justru lolosnya Schalke ke babak empat besar meski klub asal Gelsenkirchen itu sudah empat kali tampil di turnamen kasta tertinggi ini. Sebelumnya, klub berjuluk the Royal Blues itu hanya sampai perdelapan fi nal pada 2008 sebelum dising-kirkan Barcelona.

Tim yang kini dipunggawai top scorer Eropa sepan-jang masa, Raul Gonzales, itu pernah menyabet gelar Piala UEFA (sekarang Liga Europa)--yang merupakan turnamen kasta kedua--pada 1997.

Berdasarkan sejarah, baru 21 tim yang menjadi kam-

piun dalam 55 kali penyelenggaraan Liga Champion. Sejak turnamen berganti nama dan format dari Piala Champion berubah menjadi Liga Champion pada 1992, 10 klub juara sudah pernah merasakan gelar sebelumnya, namun belum ada yang mampu tampil sebagai juara berturut-turut. Tiga di antaranya adalah Madrid, Barca, dan MU.

Hanya dua kesebelasan yang mampu mendobrak mitos tampil sebagai jawara anyar, yakni Olympique Marseille (Prancis) pada 1993 dan Borussia Dortmund (Jerman) pada 1997. Artinya, bukan tidak mungkin Schalke juga mengukir sejarah.

“Kami mengalami jatuh bangun, lalu mengganti pelatih, dan masalah luar biasa di klub. Tetapi, setelah itu kami justru mencatat kemenangan mengagumkan di Milan. Hampir tidak ada orang yang masih berbi-cara tentang Dortmund. Sejak laga pertama melawan Inter, seluruh Jerman membicarakan Schalke,” cetus Christoph Metzelder.

Bek andalan the Royal Blues itu merujuk kemenangan sensasional timnya 5-2 atas sang juara bertahan di San Siro pada leg perdana perempat fi nal. Tim yang mengalami pergantian pelatih dari Felix Magath ke Ralf Rangnick itu membuktikan hasil tersebut bukan diraih secara kebetulan. Di kandang sendiri, mereka menyikat juara Italia itu 2-1.

Tiga dari empat kontestan yang bertarung di semifinal pernah merasakan gelar. Belum ada tim yang mampu menjadi juara berturut-turut sejak 1992.

26 Apr4 Mei

27 Apr3 Mei