26-81-1-pb

10
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN Nur Aini Rahmawati 1) , Siti Komariyatun 2) Abstrak : Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Banyak faktor yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus haid, salah satunya adalah stres. Stres berpengaruh pada kegagalan produksi folikel stimulating hormon (FSH-LH) di hipotalamus sehingga mempengaruhi gangguan produksi estrogen & progesteron yang menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi. Tujuan penelitian mengetahui hubungan tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidananan tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional dengan pendekatan waktu cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 79 orang. Pengambilan sampel dengan teknik sampling purposive. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisa menggunakan uji statistik chi square dengan taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai tingkat stres normal dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 6 responden (7,6%), teratur 34 responden (43,0%); responden yang mempunyai tingkat stres ringan dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 15 responden (19,0%), teratur 18 responden (22,8%); responden yang mempunyai tingkat stres sedang dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 4 responden (5,1%), teratur 2 reponden (2,5%); dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat stres berat dan sangat berat. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid dengan nilai χ 2 hitung = 11,435 dan p = 0,003 (p<0,05). Hal ini berarti hipotesis diterima, jadi ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidanan tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten. Kata Kunci : Tingkat Stres, Siklus Haid

Upload: dwi-setiawan

Post on 05-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ddd

TRANSCRIPT

Page 1: 26-81-1-PB

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN

TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

Nur Aini Rahmawati 1), Siti Komariyatun 2)

Abstrak : Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,

disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Banyak faktor yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus haid, salah satunya adalah stres. Stres berpengaruh pada kegagalan produksi folikel stimulating hormon (FSH-LH) di hipotalamus sehingga mempengaruhi gangguan produksi estrogen & progesteron yang menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi. Tujuan penelitian mengetahui hubungan tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidananan tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten.

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional dengan pendekatan waktu cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 79 orang. Pengambilan sampel dengan teknik sampling purposive. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisa menggunakan uji statistik chi square dengan taraf signifikan 5%.

Hasil penelitian menunjukkan dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai tingkat stres normal dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 6 responden (7,6%), teratur 34 responden (43,0%); responden yang mempunyai tingkat stres ringan dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 15 responden (19,0%), teratur 18 responden (22,8%); responden yang mempunyai tingkat stres sedang dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 4 responden (5,1%), teratur 2 reponden (2,5%); dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat stres berat dan sangat berat.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid dengan nilai χ2 hitung = 11,435 dan p = 0,003 (p<0,05). Hal ini berarti hipotesis diterima, jadi ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidanan tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten.

Kata Kunci : Tingkat Stres, Siklus Haid

Page 2: 26-81-1-PB

A. PENDAHULUAN

Haid ialah perdarahan secara

periodik dan siklik dari uterus, disertai

pelepasan (deskuamasi) endometrium.

Panjang siklus haid yang normal atau

yang dianggap siklus haid yang klasik

ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup

luas, bukan saja antara beberapa wanita

tetapi juga pada wanita yang sama.

Siklus haid pada kakak beradik bahkan

saudara kembar siklusnya tidak terlalu

sama, jadi sebenarnya panjang siklus

haid 28 hari itu tidak sering dijumpai.

Hanya sekitar 10-15 persen wanita

yang memiliki siklus 28 hari

(Wiknjosastro, 2006).

Panjang siklus yang biasa pada

manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira

97% wanita yang berovulasi siklusnya

berkisar antara 18-42 hari

(Wiknjosastro, 2006). Penelitian

menunjukkan wanita dengan siklus

menstruasi normal hanya terdapat pada

2/3 wanita dewasa, sedangkan pada

usia reproduksi yang ekstrim (setelah

menarche dan sebelum menopause)

telah banyak yang mengalami siklus

yang tidak teratur atau siklus yang

tidak mengandung sel telur (Anonim,

2009).

Siklus menstruasi dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya

keturunan ginetik, infeksi indung telur,

gangguan hipofisis talamus, anoreksia

nervosa, kekurangan gizi, latihan fisik

yang berat, dan stres. Stres

berpengaruh pada kegagalan produksi

folikel stimulating hormon (FSH-LH)

di hipotalamus sehingga

mempengaruhi gangguan produksi

estrogen & progesteron yang

menyebabkan ketidakteraturan siklus

menstruasi (Puji, 2009).

Menstruasi tidak teratur dalam

istilah medisnya dikenal dengan

amenorrhea. Beberapa hal yang

menyebabkan amenorrhea adalah

stres, obat-obatan jenis tertentu, diet,

obesitas, olahraga berlebihan dan sakit

kronis (Eny, 2005).

Stres menurut Hans Selye dalam

buku Hawari (2008) adalah respon

tubuh yang sifatnya non spesifik

terhadap tuntutan beban atasnya.

Dalam perkembangan selanjutnya

ternyata dampak stres ini tidak hanya

mengenai gangguan fungsional hingga

kelainan organ tubuh, tetapi juga

berdampak pada bidang kejiwaan

(psikologik/psikiatrik) misalnya

kecemasan atau depresi. Gangguan

Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres… 15

Page 3: 26-81-1-PB

pada sistem endokrin (hormonal) pada

mereka yang mengalami stres adalah

kadar gula yang meninggi, dan bila hal

ini berkepanjangan bisa

mengakibatkan yang bersangkutan

menderita penyakit kencing manis

(diabetes millitus), gangguan hormonal

lain misalnya pada wanita adalah

gangguan menstruasi yang tidak teratur

dan rasa sakit (dysmenorrhoe).

Pada masa remaja tingkat stres

meningkat karena remaja ini disamping

harus berusaha menyesuaikan diri

dengan perubahan fisik dan emosional

dalam dirinya, mereka juga harus

mengatasi konfik-konflik yang terjadi

dalam hidupnya (Papalia. dkk, 2001).

Menjadi remaja berarti mengalami

proses berat yang membutuhkan

banyak penyesuaian dan menimbulkan

kecemasan, lonjakan pertumbuhan

badani dan organ reproduksi adalah

masalah besar yang mereka hadapi

terutama wanita (Ida, 2006).

Cukup banyak wanita yang

mengalami gangguan haid namun

diam-diam tanpa menyadari bahwa ada

cara meringankannya. Wanita dapat

memahami apa yang sebenarnya terjadi

pada tubuhnya dan kemudian mencari

upaya untuk melindungi dirinya atau

meringankan gangguan yang

dialaminya (Wid, 2009). Jika sudah

cukup sering mengalami

ketidakteraturan menstruasi, sebaiknya

segera temui dokter ahli kandungan

atau dokter umum. Dokter akan

mendiagnosa apa yang menyebabkan

ketidakteraturan itu (Eny, 2005).

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk jenis

penelitian observasional dengan

pendekatan cross sectional yang akan

diamati secara deskriptif dan analitik.

Pada penelitian observasional, peneliti

mencoba untuk mencari hubungan

antara variabel bebas (faktor resiko)

dengan variabel tergantung (efek) yang

analisisnya untuk menentukan ada

tidaknya hubungan antar variabel

sehingga perlu disusun hipotesisnya

(Taufiqurrohman, 2004). Sedangkan

cross sectional merupakan rancangan

penelitian dengan melakukan

pengukuran atau pengamatan pada saat

bersamaan (sekali waktu) antara faktor

risiko atau paparan dengan penyakit

(Hidayat, 2007).

Populasi dalam penelitian adalah

setiap subjek yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan (Nursalam,

2003). Populasi dalam penelitian ini

16 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23

Page 4: 26-81-1-PB

adalah semua mahasiswi prodi D III

kebidanan tingkat II STIKES

Muhammadiyah Klaten. Populasi

dalam penelitian ini sebanyak 79

orang. Sampel adalah sebagian yang

diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2002). Teknik

sampling yang digunakan sesuai

karakteristik populasi adalah sampling

purposive, yaitu teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2007).

a. Analisis Univariat

Menganalisis tiap-tiap variabel

penelitian yang ada secara deskriptif

dengan menghitung distribusi

frekuensi (Sugiyono, 2007).

Variabel yang dianalisis secara

univariat dalam penelitian ini adalah

variabel tingkat stres dan variabel

ketidakteraturan siklus haid pada

responden.

b. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk

melihat hubungan ke dua variabel,

antara variabel bebas dengan variabel

terikat (Sugiyono, 2007). Dengan

menggunakan rumus Chi Quadrat :

fhfhfo 2

2 )(

Keterangan :

χ² : Chi Quadrat

fo : Frekuensi yang diobservasi

fh : Frekuensi yang diharapkan

Kedua variabel yang diuji

dikatakan memiliki hubungan yang

signifikan apabila nilai χ²hitung > χ²tabel

atau apabila nilai p-value kurang dari

0,05.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

a. Tingkat Stres

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi

Berdasarkan Tingkat Stres Pada

Mahasiswi Prodi D III Kebidanan

Tingkat II STIKES Muhammadiyah

Klaten

No. Tingkat stres

Frekuensi Prosentase (%)

1 Normal 40 50,6 2 Ringan 33 41,8

3 Sedang 6 7,6 4 Berat 0 0

5 Sangat Berat

0 0

Jumlah 79 100

Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten

Berdasarkan tabel 4.1 dari 79

responden dapat diketahui bahwa

responden yang mempunyai tingkat

Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres… 17

Page 5: 26-81-1-PB

stres normal sebanyak 40 responden

(50,6%), responden yang mempunyai

tingkat stres ringan sebanyak 33

responden (41,8%), responden yang

mempunyai tingkat stres sedang

sebanyak 6 responden (7,6%), dan

tidak ada responden yang mempunyai

tingkat stres berat dan sangat berat.

b. Ketidakteraturan Siklus Haid

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketidakteraturan Siklus Haid Pada Mahasiswi Prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten

No Ketidakteraturan Siklus Haid Frekuensi Prosentase (%)

1 Tidak Teratur 25 31,6

2 Teratur 54 68,4 Jumlah 79 100

Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten

Berdasarkan tabel 4.2 dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden

yang mengalami siklus haid tidak teratur sebanyak 25 responden (31,6%),

sedangkan yang mengalami siklus haid teratur sebanyak 54 responden (68,4%).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan

ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III Kebidanan Tingkat II

STIKES Muhammadiyah Klaten.

Tabel 4.3 Hubungan Tingkat Stres Dengan Ketidakteraturan Siklus Haid Pada Mahasiswi Prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten

Tingkat Stres Ketidakteraturan Siklus Haid Total Prosentase (%)

Tidak Teratur % Teratur %

Normal 6 7,6 34 43,0 40 50,6 Ringan 15 19,0 18 22,8 33 41,8

Sedang 4 5,1 2 2,5 6 7,6 Berat 0 0 0 0 0 0

Sangat berat 0 0 0 0 0 0 Jumlah 25 31,6 54 68,4 79 100

Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten.

18 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23

Page 6: 26-81-1-PB

Berdasarkan tabel 4.3 dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden

yang mempunyai tingkat stres normal dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 6

responden (7,6%), teratur 34 responden (43,0%); responden yang mempunyai

tingkat stres ringan dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 15 responden

(19,0%), teratur 18 responden (22,8%); responden yang mempunyai tingkat stres

sedang dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 4 responden (5,1%), teratur 2

reponden (2,5%); dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat stres berat

dan sangat berat.

Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Chi Square Hubungan Tingkat Stres Dengan Ketidakteraturan Siklus Haid Pada Mahasiswi Prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten

Tingkat Stres Ketidakteraturan Siklus Haid Total p χ2

Tidak Teratur Teratur

Normal 6 34 40 Ringan 15 18 33 0,003 11,435

Sedang 4 2 6 Berat 0 0 0

Sangat berat 0 0 0 Jumlah 25 54 79

Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten

Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik

chi square diketahui χ2 hitung = 11,435

sedangkan χ2 tabel = 9,488 dan

p=0,003 (p<0,05) yang berarti bahwa

χ2 hitung lebih besar dari χ2 tabel dan

nilai p<0,05 maka Ho ditolak dan Ha

diterima, sehingga dapat dikatakan ada

hubungan antara tingkat stres dengan

ketidakteraturan siklus haid pada

mahasiswi prodi D III kebidanan

Tingkat II STIKES Muhammadiyah

Klaten.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil uji statistik

didapatkan hasil bahwa ada hubungan

antara tingkat stres dengan

ketidakteraturan siklus haid pada

mahasiswi prodi D III kebidanan

tingkat II STIKES Muhammadiyah

Klaten dimana χ2=11,435 dan p=0,003

Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres… 19

Page 7: 26-81-1-PB

(p<0,05). Menurut hasil tersebut maka

hipotesa penelitian ada hubungan

antara tingkat stres dengan

ketidakteraturan siklus haid pada

mahasiswi prodi D III kebidanan

Tingkat II STIKES Muhammadiyah

Klaten diterima karena nilai p<0,05

yaitu p=0,003. Hasil ini sesuai dengan

teori bahwa stres berpengaruh pada

kegagalan produksi folikel stimulating

hormon (FSH-LH) di hipotalamus

sehingga mempengaruhi gangguan

produksi estrogen & progesteron yang

menyebabkan ketidakteraturan siklus

menstruasi (Puji, 2009). Perempuan

yang mengalami gangguan psikis berat

seperti stress hebat atau depresi,

biasanya akan mengalami gangguan

hormonal siklus menstruasi jadi kacau

dan tidak mengalami ovulasi (Iskandar,

2004). Gangguan pada sistem endokrin

(hormonal) pada mereka yang

mengalami stres adalah kadar gula

yang meninggi, dan bila hal ini

berkepanjangan bisa mengakibatkan

yang bersangkutan menderita penyakit

kencing manis (diabetes millitus),

gangguan hormonal lain misalnya pada

wanita adalah gangguan menstruasi

yang tidak teratur dan rasa sakit

(dysmenorrhoe) (Hawari, 2008).

Batasan usia remaja adalah 10-24

tahun dan belum menikah (Pardede,

2002). Pernyataan tersebut didukung

oleh WHO (World Health

Organization) yang mendefinisikan

remaja sebagai periode antara umur

10-19 tahun, sedangkan orang muda

(young) antara umur 15-24 tahun

(Sarwono, 2004). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa responden yang

berumur 19 tahun sebanyak 23

responden (29,1%), dan yang berumur

20 tahun sebanyak 56 responden

(70,9%), sehingga bisa dikatakan

responden termasuk dalam usia remaja

dan juga masuk dalam kategori orang

muda.

Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa dari 79 responden 33

responden (41,8%) dengan tingkat

stres ringan dan 6 responden (7,6%)

dengan tingkat stres sedang, hal ini

dikarenakan pada masa remaja tingkat

stres meningkat karena remaja ini

disamping harus berusaha

menyesuaikan diri dengan perubahan

fisik dan emosional dalam dirinya,

mereka juga harus mengatasi konflik-

konflik yang terjadi dalam hidupnya.

Menjadi remaja berarti mengalami

proses berat yang membutuhkan

20 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23

Page 8: 26-81-1-PB

banyak penyesuaian dan menimbulkan

kecemasan, lonjakan pertumbuhan

badani dan organ reproduksi adalah

masalah besar yang mereka hadapi

terutama wanita (Ida, 2006).

Penilaian ketidakteraturan siklus

haid dikategorikan menjadi dua yaitu

tidak teratur dan teratur. Dari hasil

penelitian diketahui responden yang

mempunyai siklus haid tidak teratur

sebanyak 25 responden (31,6%).

Menurut Wiknjosastro (2006),

Panjang siklus yang biasa pada

manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira

97% wanita yang berovulasi siklusnya

berkisar antara 18-42 hari.

Berdasarkan hasil penelitian dari

79 responden dapat diketahui bahwa

responden yang mempunyai tingkat

stres ringan dengan siklus haid tidak

teratur sebanyak 15 responden

(19,0%), teratur 18 responden (22,8%);

responden yang mempunyai tingkat

stres sedang dengan siklus haid tidak

teratur sebanyak 4 responden (5,1%),

teratur 2 reponden (2,5%). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa

memang benar salah satu faktor yang

menyebabkan ketidakteraturan siklus

haid adalah tingkat stres seseorang. Hal

ini didukung oleh hasil penelitian Atik

Mahbubah (2006) dan Nur Hidayah

(2008) yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara stres dengan siklus

menstruasi.

Berdasarkan hasil penelitian dan

didukung beberapa referensi

menunjukkan bahwa ada hubungan

antara tingkat stres dengan

ketidakteraturan siklus haid, tetapi ada

juga responden dengan tingkat stres

normal namun siklus haidnya teratur.

Hal ini dikarenakan ketidakteraturan

siklus haid tidak hanya dipengaruhi

oleh tingkat stres saja namun juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor lain

diantaranya faktor ginetik, asupan gizi

dan status gizi, fisik, dan hormon

(Iskandar, 2004).

Cukup banyak wanita yang

mengalami gangguan haid namun

diam-diam tanpa menyadari bahwa ada

cara meringankannya. Wanita dapat

memahami apa yang sebenarnya terjadi

pada tubuhnya dan kemudian mencari

upaya untuk melindungi dirinya atau

meringankan gangguan yang

dialaminya (Wid, 2009). Jika sudah

cukup sering mengalami

ketidakteraturan menstruasi, sebaiknya

segera temui dokter ahli kandungan

atau dokter umum. Dokter akan

Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres… 21

Page 9: 26-81-1-PB

mendiagnosa apa yang menyebabkan

ketidakteraturan itu (Eny, 2005)

C. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Berdasarkan hasil uji statistik

chi square menunjukkan bahwa ada

hubungan antara tingkat stres dengan

ketidakteraturan siklus haid, dimana

χ2=11,435 dan p=0,003 (p<0,05).

b. Tingkat stres responden normal

sebanyak 40 responden (50,6%),

ringan sebanyak 33 responden

(41,8%), sedang sebanyak 6 responden

(7,6%), dan tidak ada responden yang

mempunyai tingkat stres berat dan

sangat berat.

c. Ketidakteraturan siklus haid

responden tidak teratur sebanyak 25

responden (31,6%), dan teratur

sebanyak 54 responden (68,4%).

2. Saran

a. Bagi ilmu pengetahuan

Agar menambah informasi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan

menambah wawasan yang lebih luas

khususnya mengenai pengaruh stres

terhadap siklus haid.

b. Bagi peneliti

Diharapkan peneliti dapat

menambah pengetahuan dan wawasan

tentang pengaruh tingkat stres terhadap

ketidakteraturan siklus haid.

c. Bagi institusi

Mahasiswi prodi D III kebidanan

tingkat II hendaknya menyadari akan

pengaruh tingkat stres terhadap

ketidakteraturan siklus haid sehingga

mereka dapat mengelola tingkat stres

yang dialami agar tidak terjadi

ketidakteraturan siklus haid.

Institusi akademik hendaknya

lebih banyak menyediakan buku-buku

tentang kesehatan reproduksi untuk

menambah pengetahuan kesehatan

khususnya kesehatan reproduksi.

d. Bagi peneliti lain

Agar dapat mengidentifikasi faktor

lain yang mempengaruhi

ketidakteraturan siklus haid selain

tingkat stres, dan dijadikan sebagai

referensi bagi peneliti selanjutnya serta

dapat dikembangkan sebagaimana

mestinya.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Fisiologi Menstruasi

(Klikdokter-Me). http://www.google.com. 27 Januari 2010. jam 19.00 WIB

Aat. 2008. Tinjauan Tentang Stres. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung

22 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23

Page 10: 26-81-1-PB

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.

Dadang Hawari. 2008. Managemen Stres, Cemas, dan Depresi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosdakarya. Jakarta

Eny. 2005. Menstruasi: Nggak BT Lagi Dong!. http://www.detik.com. 3 Januari 2010. jam 16.00 WIB

Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta

Ida. 2006. Katalog Karya Tulis Ilmiah. http:// www.helvetia.ac.id/library. 3 Januari 2010. jam 19.30 WIB

Iskandar. 2004. Ilmu Psikologi Remaja, EGC. Jakarta.

Llewellyn, D. 2002. Dasar-dasar Obtretri dan Ginekologi, Edisi 6, Hipokrates. Jakarta

Lovibond, SH & Lovibond, pf.1995.DASS. http:// www2.pys.unsw.edu.au/ groups/ dass/. 5 Januari 2010. jam 17.00 WIB.

Manuaba, I.B.G. 2003. Memahami Kesehatan Reproduksi Remaja. EGC. Jakarta

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Puji. 2009. Katalog Karya Tulis Ilmiah. http:// www.helvetia.ac.id/library. 3 Januari 2010. jam 20.30 WIB

Pardede, N. 2002. Masa Remaja Dalam Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak, Edisi Ke-1, Sagung Seto. Jakarta

Rasmun. 2004. Stres, Koping, dan Adaptasi Teori dan pohon masalah keperawatan, edisi pertama, Sagung Seto. Jakarta

Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung

Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan; Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Suandi. 2004. Gizi pada Masa Remaja dalam Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak, Edisi Ke-1, Sagung Seto. Jakarta

Syaifuddin. 2002. Buku Acuan Pelayanan Antenatal dan Neonatal, YBPSP. Jakarta

Taufiqurrahman, M.A. 2003. Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. CSGF. Klaten

Wid. 2009. Masalah Haid Perlu Dipahami. http://prov.bkkbn.go.id. 4 Januari 2010. jam 18.00 WIB

Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan. YBSP. Jakarta

_______. 2006. Ilmu Kebidanan. YBSP. Jakarta

Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama. Bandung

Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres… 23