26-81-1-pb
DESCRIPTION
dddTRANSCRIPT
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN
TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
Nur Aini Rahmawati 1), Siti Komariyatun 2)
Abstrak : Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Banyak faktor yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus haid, salah satunya adalah stres. Stres berpengaruh pada kegagalan produksi folikel stimulating hormon (FSH-LH) di hipotalamus sehingga mempengaruhi gangguan produksi estrogen & progesteron yang menyebabkan ketidakteraturan siklus menstruasi. Tujuan penelitian mengetahui hubungan tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidananan tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten.
Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional dengan pendekatan waktu cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 79 orang. Pengambilan sampel dengan teknik sampling purposive. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisa menggunakan uji statistik chi square dengan taraf signifikan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai tingkat stres normal dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 6 responden (7,6%), teratur 34 responden (43,0%); responden yang mempunyai tingkat stres ringan dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 15 responden (19,0%), teratur 18 responden (22,8%); responden yang mempunyai tingkat stres sedang dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 4 responden (5,1%), teratur 2 reponden (2,5%); dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat stres berat dan sangat berat.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid dengan nilai χ2 hitung = 11,435 dan p = 0,003 (p<0,05). Hal ini berarti hipotesis diterima, jadi ada hubungan antara tingkat stres dengan ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III kebidanan tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten.
Kata Kunci : Tingkat Stres, Siklus Haid
A. PENDAHULUAN
Haid ialah perdarahan secara
periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium.
Panjang siklus haid yang normal atau
yang dianggap siklus haid yang klasik
ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup
luas, bukan saja antara beberapa wanita
tetapi juga pada wanita yang sama.
Siklus haid pada kakak beradik bahkan
saudara kembar siklusnya tidak terlalu
sama, jadi sebenarnya panjang siklus
haid 28 hari itu tidak sering dijumpai.
Hanya sekitar 10-15 persen wanita
yang memiliki siklus 28 hari
(Wiknjosastro, 2006).
Panjang siklus yang biasa pada
manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira
97% wanita yang berovulasi siklusnya
berkisar antara 18-42 hari
(Wiknjosastro, 2006). Penelitian
menunjukkan wanita dengan siklus
menstruasi normal hanya terdapat pada
2/3 wanita dewasa, sedangkan pada
usia reproduksi yang ekstrim (setelah
menarche dan sebelum menopause)
telah banyak yang mengalami siklus
yang tidak teratur atau siklus yang
tidak mengandung sel telur (Anonim,
2009).
Siklus menstruasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya
keturunan ginetik, infeksi indung telur,
gangguan hipofisis talamus, anoreksia
nervosa, kekurangan gizi, latihan fisik
yang berat, dan stres. Stres
berpengaruh pada kegagalan produksi
folikel stimulating hormon (FSH-LH)
di hipotalamus sehingga
mempengaruhi gangguan produksi
estrogen & progesteron yang
menyebabkan ketidakteraturan siklus
menstruasi (Puji, 2009).
Menstruasi tidak teratur dalam
istilah medisnya dikenal dengan
amenorrhea. Beberapa hal yang
menyebabkan amenorrhea adalah
stres, obat-obatan jenis tertentu, diet,
obesitas, olahraga berlebihan dan sakit
kronis (Eny, 2005).
Stres menurut Hans Selye dalam
buku Hawari (2008) adalah respon
tubuh yang sifatnya non spesifik
terhadap tuntutan beban atasnya.
Dalam perkembangan selanjutnya
ternyata dampak stres ini tidak hanya
mengenai gangguan fungsional hingga
kelainan organ tubuh, tetapi juga
berdampak pada bidang kejiwaan
(psikologik/psikiatrik) misalnya
kecemasan atau depresi. Gangguan
Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres… 15
pada sistem endokrin (hormonal) pada
mereka yang mengalami stres adalah
kadar gula yang meninggi, dan bila hal
ini berkepanjangan bisa
mengakibatkan yang bersangkutan
menderita penyakit kencing manis
(diabetes millitus), gangguan hormonal
lain misalnya pada wanita adalah
gangguan menstruasi yang tidak teratur
dan rasa sakit (dysmenorrhoe).
Pada masa remaja tingkat stres
meningkat karena remaja ini disamping
harus berusaha menyesuaikan diri
dengan perubahan fisik dan emosional
dalam dirinya, mereka juga harus
mengatasi konfik-konflik yang terjadi
dalam hidupnya (Papalia. dkk, 2001).
Menjadi remaja berarti mengalami
proses berat yang membutuhkan
banyak penyesuaian dan menimbulkan
kecemasan, lonjakan pertumbuhan
badani dan organ reproduksi adalah
masalah besar yang mereka hadapi
terutama wanita (Ida, 2006).
Cukup banyak wanita yang
mengalami gangguan haid namun
diam-diam tanpa menyadari bahwa ada
cara meringankannya. Wanita dapat
memahami apa yang sebenarnya terjadi
pada tubuhnya dan kemudian mencari
upaya untuk melindungi dirinya atau
meringankan gangguan yang
dialaminya (Wid, 2009). Jika sudah
cukup sering mengalami
ketidakteraturan menstruasi, sebaiknya
segera temui dokter ahli kandungan
atau dokter umum. Dokter akan
mendiagnosa apa yang menyebabkan
ketidakteraturan itu (Eny, 2005).
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis
penelitian observasional dengan
pendekatan cross sectional yang akan
diamati secara deskriptif dan analitik.
Pada penelitian observasional, peneliti
mencoba untuk mencari hubungan
antara variabel bebas (faktor resiko)
dengan variabel tergantung (efek) yang
analisisnya untuk menentukan ada
tidaknya hubungan antar variabel
sehingga perlu disusun hipotesisnya
(Taufiqurrohman, 2004). Sedangkan
cross sectional merupakan rancangan
penelitian dengan melakukan
pengukuran atau pengamatan pada saat
bersamaan (sekali waktu) antara faktor
risiko atau paparan dengan penyakit
(Hidayat, 2007).
Populasi dalam penelitian adalah
setiap subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam,
2003). Populasi dalam penelitian ini
16 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23
adalah semua mahasiswi prodi D III
kebidanan tingkat II STIKES
Muhammadiyah Klaten. Populasi
dalam penelitian ini sebanyak 79
orang. Sampel adalah sebagian yang
diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2002). Teknik
sampling yang digunakan sesuai
karakteristik populasi adalah sampling
purposive, yaitu teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2007).
a. Analisis Univariat
Menganalisis tiap-tiap variabel
penelitian yang ada secara deskriptif
dengan menghitung distribusi
frekuensi (Sugiyono, 2007).
Variabel yang dianalisis secara
univariat dalam penelitian ini adalah
variabel tingkat stres dan variabel
ketidakteraturan siklus haid pada
responden.
b. Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk
melihat hubungan ke dua variabel,
antara variabel bebas dengan variabel
terikat (Sugiyono, 2007). Dengan
menggunakan rumus Chi Quadrat :
fhfhfo 2
2 )(
Keterangan :
χ² : Chi Quadrat
fo : Frekuensi yang diobservasi
fh : Frekuensi yang diharapkan
Kedua variabel yang diuji
dikatakan memiliki hubungan yang
signifikan apabila nilai χ²hitung > χ²tabel
atau apabila nilai p-value kurang dari
0,05.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
a. Tingkat Stres
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Tingkat Stres Pada
Mahasiswi Prodi D III Kebidanan
Tingkat II STIKES Muhammadiyah
Klaten
No. Tingkat stres
Frekuensi Prosentase (%)
1 Normal 40 50,6 2 Ringan 33 41,8
3 Sedang 6 7,6 4 Berat 0 0
5 Sangat Berat
0 0
Jumlah 79 100
Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten
Berdasarkan tabel 4.1 dari 79
responden dapat diketahui bahwa
responden yang mempunyai tingkat
Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres… 17
stres normal sebanyak 40 responden
(50,6%), responden yang mempunyai
tingkat stres ringan sebanyak 33
responden (41,8%), responden yang
mempunyai tingkat stres sedang
sebanyak 6 responden (7,6%), dan
tidak ada responden yang mempunyai
tingkat stres berat dan sangat berat.
b. Ketidakteraturan Siklus Haid
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketidakteraturan Siklus Haid Pada Mahasiswi Prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten
No Ketidakteraturan Siklus Haid Frekuensi Prosentase (%)
1 Tidak Teratur 25 31,6
2 Teratur 54 68,4 Jumlah 79 100
Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten
Berdasarkan tabel 4.2 dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden
yang mengalami siklus haid tidak teratur sebanyak 25 responden (31,6%),
sedangkan yang mengalami siklus haid teratur sebanyak 54 responden (68,4%).
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan
ketidakteraturan siklus haid pada mahasiswi prodi D III Kebidanan Tingkat II
STIKES Muhammadiyah Klaten.
Tabel 4.3 Hubungan Tingkat Stres Dengan Ketidakteraturan Siklus Haid Pada Mahasiswi Prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten
Tingkat Stres Ketidakteraturan Siklus Haid Total Prosentase (%)
Tidak Teratur % Teratur %
Normal 6 7,6 34 43,0 40 50,6 Ringan 15 19,0 18 22,8 33 41,8
Sedang 4 5,1 2 2,5 6 7,6 Berat 0 0 0 0 0 0
Sangat berat 0 0 0 0 0 0 Jumlah 25 31,6 54 68,4 79 100
Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten.
18 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23
Berdasarkan tabel 4.3 dari 79 responden dapat diketahui bahwa responden
yang mempunyai tingkat stres normal dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 6
responden (7,6%), teratur 34 responden (43,0%); responden yang mempunyai
tingkat stres ringan dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 15 responden
(19,0%), teratur 18 responden (22,8%); responden yang mempunyai tingkat stres
sedang dengan siklus haid tidak teratur sebanyak 4 responden (5,1%), teratur 2
reponden (2,5%); dan tidak ada responden yang mempunyai tingkat stres berat
dan sangat berat.
Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Chi Square Hubungan Tingkat Stres Dengan Ketidakteraturan Siklus Haid Pada Mahasiswi Prodi D III Kebidanan Tingkat II STIKES Muhammadiyah Klaten
Tingkat Stres Ketidakteraturan Siklus Haid Total p χ2
Tidak Teratur Teratur
Normal 6 34 40 Ringan 15 18 33 0,003 11,435
Sedang 4 2 6 Berat 0 0 0
Sangat berat 0 0 0 Jumlah 25 54 79
Sumber : Data Primer April 2010 di STIKES Muhammadiyah Klaten
Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik
chi square diketahui χ2 hitung = 11,435
sedangkan χ2 tabel = 9,488 dan
p=0,003 (p<0,05) yang berarti bahwa
χ2 hitung lebih besar dari χ2 tabel dan
nilai p<0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima, sehingga dapat dikatakan ada
hubungan antara tingkat stres dengan
ketidakteraturan siklus haid pada
mahasiswi prodi D III kebidanan
Tingkat II STIKES Muhammadiyah
Klaten.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji statistik
didapatkan hasil bahwa ada hubungan
antara tingkat stres dengan
ketidakteraturan siklus haid pada
mahasiswi prodi D III kebidanan
tingkat II STIKES Muhammadiyah
Klaten dimana χ2=11,435 dan p=0,003
Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres… 19
(p<0,05). Menurut hasil tersebut maka
hipotesa penelitian ada hubungan
antara tingkat stres dengan
ketidakteraturan siklus haid pada
mahasiswi prodi D III kebidanan
Tingkat II STIKES Muhammadiyah
Klaten diterima karena nilai p<0,05
yaitu p=0,003. Hasil ini sesuai dengan
teori bahwa stres berpengaruh pada
kegagalan produksi folikel stimulating
hormon (FSH-LH) di hipotalamus
sehingga mempengaruhi gangguan
produksi estrogen & progesteron yang
menyebabkan ketidakteraturan siklus
menstruasi (Puji, 2009). Perempuan
yang mengalami gangguan psikis berat
seperti stress hebat atau depresi,
biasanya akan mengalami gangguan
hormonal siklus menstruasi jadi kacau
dan tidak mengalami ovulasi (Iskandar,
2004). Gangguan pada sistem endokrin
(hormonal) pada mereka yang
mengalami stres adalah kadar gula
yang meninggi, dan bila hal ini
berkepanjangan bisa mengakibatkan
yang bersangkutan menderita penyakit
kencing manis (diabetes millitus),
gangguan hormonal lain misalnya pada
wanita adalah gangguan menstruasi
yang tidak teratur dan rasa sakit
(dysmenorrhoe) (Hawari, 2008).
Batasan usia remaja adalah 10-24
tahun dan belum menikah (Pardede,
2002). Pernyataan tersebut didukung
oleh WHO (World Health
Organization) yang mendefinisikan
remaja sebagai periode antara umur
10-19 tahun, sedangkan orang muda
(young) antara umur 15-24 tahun
(Sarwono, 2004). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden yang
berumur 19 tahun sebanyak 23
responden (29,1%), dan yang berumur
20 tahun sebanyak 56 responden
(70,9%), sehingga bisa dikatakan
responden termasuk dalam usia remaja
dan juga masuk dalam kategori orang
muda.
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa dari 79 responden 33
responden (41,8%) dengan tingkat
stres ringan dan 6 responden (7,6%)
dengan tingkat stres sedang, hal ini
dikarenakan pada masa remaja tingkat
stres meningkat karena remaja ini
disamping harus berusaha
menyesuaikan diri dengan perubahan
fisik dan emosional dalam dirinya,
mereka juga harus mengatasi konflik-
konflik yang terjadi dalam hidupnya.
Menjadi remaja berarti mengalami
proses berat yang membutuhkan
20 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23
banyak penyesuaian dan menimbulkan
kecemasan, lonjakan pertumbuhan
badani dan organ reproduksi adalah
masalah besar yang mereka hadapi
terutama wanita (Ida, 2006).
Penilaian ketidakteraturan siklus
haid dikategorikan menjadi dua yaitu
tidak teratur dan teratur. Dari hasil
penelitian diketahui responden yang
mempunyai siklus haid tidak teratur
sebanyak 25 responden (31,6%).
Menurut Wiknjosastro (2006),
Panjang siklus yang biasa pada
manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira
97% wanita yang berovulasi siklusnya
berkisar antara 18-42 hari.
Berdasarkan hasil penelitian dari
79 responden dapat diketahui bahwa
responden yang mempunyai tingkat
stres ringan dengan siklus haid tidak
teratur sebanyak 15 responden
(19,0%), teratur 18 responden (22,8%);
responden yang mempunyai tingkat
stres sedang dengan siklus haid tidak
teratur sebanyak 4 responden (5,1%),
teratur 2 reponden (2,5%). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa
memang benar salah satu faktor yang
menyebabkan ketidakteraturan siklus
haid adalah tingkat stres seseorang. Hal
ini didukung oleh hasil penelitian Atik
Mahbubah (2006) dan Nur Hidayah
(2008) yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara stres dengan siklus
menstruasi.
Berdasarkan hasil penelitian dan
didukung beberapa referensi
menunjukkan bahwa ada hubungan
antara tingkat stres dengan
ketidakteraturan siklus haid, tetapi ada
juga responden dengan tingkat stres
normal namun siklus haidnya teratur.
Hal ini dikarenakan ketidakteraturan
siklus haid tidak hanya dipengaruhi
oleh tingkat stres saja namun juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain
diantaranya faktor ginetik, asupan gizi
dan status gizi, fisik, dan hormon
(Iskandar, 2004).
Cukup banyak wanita yang
mengalami gangguan haid namun
diam-diam tanpa menyadari bahwa ada
cara meringankannya. Wanita dapat
memahami apa yang sebenarnya terjadi
pada tubuhnya dan kemudian mencari
upaya untuk melindungi dirinya atau
meringankan gangguan yang
dialaminya (Wid, 2009). Jika sudah
cukup sering mengalami
ketidakteraturan menstruasi, sebaiknya
segera temui dokter ahli kandungan
atau dokter umum. Dokter akan
Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres… 21
mendiagnosa apa yang menyebabkan
ketidakteraturan itu (Eny, 2005)
C. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil uji statistik
chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan antara tingkat stres dengan
ketidakteraturan siklus haid, dimana
χ2=11,435 dan p=0,003 (p<0,05).
b. Tingkat stres responden normal
sebanyak 40 responden (50,6%),
ringan sebanyak 33 responden
(41,8%), sedang sebanyak 6 responden
(7,6%), dan tidak ada responden yang
mempunyai tingkat stres berat dan
sangat berat.
c. Ketidakteraturan siklus haid
responden tidak teratur sebanyak 25
responden (31,6%), dan teratur
sebanyak 54 responden (68,4%).
2. Saran
a. Bagi ilmu pengetahuan
Agar menambah informasi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan
menambah wawasan yang lebih luas
khususnya mengenai pengaruh stres
terhadap siklus haid.
b. Bagi peneliti
Diharapkan peneliti dapat
menambah pengetahuan dan wawasan
tentang pengaruh tingkat stres terhadap
ketidakteraturan siklus haid.
c. Bagi institusi
Mahasiswi prodi D III kebidanan
tingkat II hendaknya menyadari akan
pengaruh tingkat stres terhadap
ketidakteraturan siklus haid sehingga
mereka dapat mengelola tingkat stres
yang dialami agar tidak terjadi
ketidakteraturan siklus haid.
Institusi akademik hendaknya
lebih banyak menyediakan buku-buku
tentang kesehatan reproduksi untuk
menambah pengetahuan kesehatan
khususnya kesehatan reproduksi.
d. Bagi peneliti lain
Agar dapat mengidentifikasi faktor
lain yang mempengaruhi
ketidakteraturan siklus haid selain
tingkat stres, dan dijadikan sebagai
referensi bagi peneliti selanjutnya serta
dapat dikembangkan sebagaimana
mestinya.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Fisiologi Menstruasi
(Klikdokter-Me). http://www.google.com. 27 Januari 2010. jam 19.00 WIB
Aat. 2008. Tinjauan Tentang Stres. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung
22 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 3, Januari 2012, 14-23
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta.
Dadang Hawari. 2008. Managemen Stres, Cemas, dan Depresi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosdakarya. Jakarta
Eny. 2005. Menstruasi: Nggak BT Lagi Dong!. http://www.detik.com. 3 Januari 2010. jam 16.00 WIB
Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta
Ida. 2006. Katalog Karya Tulis Ilmiah. http:// www.helvetia.ac.id/library. 3 Januari 2010. jam 19.30 WIB
Iskandar. 2004. Ilmu Psikologi Remaja, EGC. Jakarta.
Llewellyn, D. 2002. Dasar-dasar Obtretri dan Ginekologi, Edisi 6, Hipokrates. Jakarta
Lovibond, SH & Lovibond, pf.1995.DASS. http:// www2.pys.unsw.edu.au/ groups/ dass/. 5 Januari 2010. jam 17.00 WIB.
Manuaba, I.B.G. 2003. Memahami Kesehatan Reproduksi Remaja. EGC. Jakarta
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Puji. 2009. Katalog Karya Tulis Ilmiah. http:// www.helvetia.ac.id/library. 3 Januari 2010. jam 20.30 WIB
Pardede, N. 2002. Masa Remaja Dalam Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak, Edisi Ke-1, Sagung Seto. Jakarta
Rasmun. 2004. Stres, Koping, dan Adaptasi Teori dan pohon masalah keperawatan, edisi pertama, Sagung Seto. Jakarta
Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung
Sarwono, S. 2004. Sosiologi Kesehatan; Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Suandi. 2004. Gizi pada Masa Remaja dalam Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak, Edisi Ke-1, Sagung Seto. Jakarta
Syaifuddin. 2002. Buku Acuan Pelayanan Antenatal dan Neonatal, YBPSP. Jakarta
Taufiqurrahman, M.A. 2003. Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. CSGF. Klaten
Wid. 2009. Masalah Haid Perlu Dipahami. http://prov.bkkbn.go.id. 4 Januari 2010. jam 18.00 WIB
Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan. YBSP. Jakarta
_______. 2006. Ilmu Kebidanan. YBSP. Jakarta
Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama. Bandung
Nur Aini Rahmawati, Siti Komariyatun, Hubungan Tingkat Stres… 23