document2
DESCRIPTION
ASTRANSCRIPT
5
II. FILOSOFI KONSEP PERPINDAHAN
H.1 PENDAHULUAN
Gempa yang menyebabkan perpindahan struktur merupakan kasus utama dalam
kerusakan struktur saat gempa terjadi. Teknik sederhana untuk menghitung perpindahan
struktur tersebut adalah didasarkan secara langsung pada target perpindahan yang
dikehendaki[14l Perhitungan dengan mengikuti prosedur dari konsep perpindahan ditujukan
untuk menguji parameter-parameter dengan penyelesaian yang memuaskan[l2j.
Saat ini konsep perencanaan gempa yang umum dipakai adalah konsep perencanaan
berdasarkan gaya geser gempa (konsep gaya) yang selama ini dipresepsi bahwa penggunaan
respons spektrum percepatan elastis memberikan gambaran / hasil yang cukup akurat tentang
respons struktur saat terkena gempa. Walaupun respons gempa terhadap daktilitas struktur
lebih tergantung pada perpindahan daripada gaya gempa, tetapi dalam perencanaan struktur
tetap menggunakan konsep gaya yang sudah merupakan suatu tradisi dan mempunyai tingkat
kemampulayanan yang tinggi (high servicebility)1'6''. Syarat perencanaan konsep gaya sudah
6
sangat dikenal dan diterima dengan baik oleh para perencana, terutama dalam hal
merencanakan struktur terhadap kemampulayanan'161. Berikut ini dibahas tentang
perencanaan berdasarkan konsep gaya menurut MacRae[I2]:
1. Respons spektrum yang didapat dari rekaman gempa adalah respons spektrum elastis.
Pada respons spektrum percepatan elastis, struktur dengan periode pendek akan
mengalami lebih banyak pengaruh J respons gempa bila dibandingkan dengan struktur
pada periode panjang.
2. Hubungan antara respons spektrum perpindahan elastis (gambar 2.1b) adalah kompleks
dan memuat banyak variabel yang tidak umum dipakai. Beberapa pendekatan yang umum
dipakai, seperti equal displacement dan equal energy kurang logis penggunaannya
(Gambar 2.2 dan Gambar 2.3). Pada bagian menurun dari respons spektrum percepatan
(Gambar 2.1a), perpindahan elastis dan in-elastis selalu sama, seperti pada teori equal
displacement (Gambar 2.2). Menurut teori Equal Displacement, struktur dengan periode
panjang tidak mengalami banyak respons gempa, dan perpindahan relatif dari pusat massa
adalah sama dengan perpindahan maksimum akibat gempa.
3. Kenyataan yang ada pada butir 2 di atas menunjukkan bahwa pendekatan respons
spektrum percepatan elastis menekankan hanya pada penggunaan parameter kekakuan
elastis struktur terhadap elemen-elemennya, saat terjadi deformasi elastis maupun inelastis.
Walaupun banyak perencana telah membicarakan konsep perpindahan, tetapi
prosedur perencanaan struktur tetap bertahan pada konsep lama yaitu konsep gaya, di
mana tetap mengasumsikan gaya gempa sebagai langkah awal dari perencanaan untuk
membandingkan kebaikan antara konsep perpindahan dan konsep gaya, tetapi konsep
perpindahan yang digunakan sebagai perbandingan tetap menggunakan gaya (force) dan
7
kekakuan (stiffness) sebagai langkah awal dari perencanaan1'61. Hal tersebut dapat dilihat
pada (gambar 2.4).
Beberapa kebaikan dari konsep perpindahan dapat ditunjukkan dari deformasi /
perilaku struktur serta kontribusi gaya terhadap perilaku struktur secara tidak langsung pada
kerusakan struktur saat gempa besar terjadi[14].
Pada perencanaan struktur tahan gempa dengan konsep gaya, prosedur awal
perencanaan adalah menentukan tuntutan daktilitas yang diinginkan misalnya tuntutan
daktilitas sebesar 2 atau 4 atau pada keadaan elastis. Alasannya supaya struktur mampu
bertahan terhadap respons gempa baik secara elastis maupun in-elastis. Setelah ditentukan
tingkat daktilitasnya, dapat ditentukan gaya inersia gempa dari respons spektrum percepatan
(berdasarkan koefisien gempa dasar), kondisi tanah setempat, dan wilayah gempa (wilayah 1,
2, 3, dan seterusnya).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa teori "Equal Displacement" terlalu
konservatif dalam banyak struktur. Tetapi pada dasamya, konsep perpindahan pada keadaan
elastis (Ay) dan in-elastis (A„) juga mengacu pada teori "Equal Displacement"11^, (lihat
Gambar 2.3) yaitu dengan menentukan besarnya perpindahan terlebih dulu.
8
c A
ccel
erat
io
• Equii •
1 1
Equil DiiptKcmcnl
/ X.
Conoml DUpUctners
> Conuxnl ^***~^«^^^ Accctcnu'on ^ * * " - » ~ ^ ^ ^
( I ) Period
Period
GAM BAR 2.1
(6) Respons Spektrum Percepatan1'21
(b) Respons Spektrum Perpindahan'12'
9
Pada konsep perpindahan, seorang perencana dapat merencanakan struktur gempa
dengan menentukan target perpindahan lebih dahulu, kemudian kekakuan elastis dan
kekuatan struktur dapat dihitung[12). Kekakuan dan kekuatan struktur merupakan hasil akhir
dari proses perencanaan1121. Prosedur perhitungan dari konsep perpindahan akan dibahas pada
bab III.
Pada konsep gaya, respons spektrum percepatan elastis yang dipakai adalah respons
spektrum percepatan rencana (respons spektra) yang didapat dari penyederhanaan respons
spektrum percepatan elastis dari gempa sesungguhnya. Pada konsep perpindahan, respons
spektrum elastis yang dipakai adalah respons spektrum perpindahan elastis dengan tingkat
rasio damping yang memenuhi syarat, seperti Gambar 2.1b[12]. Dari penjelasan di atas tampak
adanya perbedaan antara konsep gaya dan konsep perpindahan terhadap respons spektrum
yang dipakai dalam perencanaan struktur. Pada perencanaan struktur terhadap gaya gempa
dengan menggunakan konsep perpindahan, penekanan selalu diberikan pada respons
spektrum perpindahan elastis di mana struktur diharapkan dapat menyerap energi dari gaya
inersia gempa untuk berdeformasi secara elastis, sedangkan deformasi in-elastis terjadi di
beberapa bagian dari elemen struktur, akan tetapi tidak diharapkan deformasi in-elastis terjadi
pada setiap bagian dari elemen struktur. Setelah diperoleh gaya inersia gempa dengan target
perpindahan yang sudah ditentukan, dapat dilakukan perencanaan pendetailan penulangan
pada elemen struktur dengan berdasarkan analisa struktur baik analisa 3 sumbu atau 2 sumbu.
Pada perencanaan konsep gaya, dikenal konsep "capacity design " yang merupakan
bagian dari konsep gaya yang berguna untuk menjamin terjadinya sendi-sendi plastis serta
mekanisme goyang yang telah dipilih dan direncanakan. Konsep gaya menghendaki
mekanisme goyang yang telah dipilih, tanpa adanya pengontrolan terhadap daktilitas,
10
padahal mekanisme goyang berhubungan secara tidak langsung pada daktilitas yang terjadi
saat terjadi gempa dan akibat pemasangan jarak tulangan geser yang dekat.
Intinya, penerapan Ccqjacity Design pada struktur di daerah gempa mempunyai beberapa
faktor penting yang perlu diketahui sebelum menetapkan gaya geser gempa, yaitu[l5]:
1. Mekanisme terjadinya sendi plastis ditentukan terlebih dulu.
2. Mekanisme yang telah ditentukan harus mempunyai daktilitas perpindahan {Displacement
Ductility) yang terbentuk dari deformasi in-elastis terkecil yang terjadi pada sendi plastis.
3. Setelah salah satu dari mekanisme terpilih, maka di daerah terjadinya proses penyerapan
energi (di daerah sendi plastis) ditunjukan dengan perhitungan serta gambar terjadinya
mekanisme tersebut.
4. Diharapkan terjadi deformasi elastis pada seluruh bagian elemen struktur. Gaya dalam dari
elemen struktur yang sudah mempertimbangkan overstrength factor harus berada di
bawah syarat batas kemampuan maksimum pada saat terbentuk sendi-sendi plastis,
sehingga diharapkan tidak terjadi deformasi in-elastis.
Pada konsep perpindahan, konsep "Capacity Design"Juga dikenal dan dipakai dalam
perencanaan, disebabkan karena filosofi konsep capacity design tersebut dapat dipakai
dan gambaran mengenai perilaku struktur saat terkena gempa dapat terjadi pada struktur
tersebut dengan menggunakan konsep perpindahan yang berdasarkan pada target
perpindahan yang diinginkan. Mekanisme goyang (sway) yang telah dijelaskan pada
konsep gaya juga dapat diterapkan pada konsep perpindahan. Pada perencanaan bangunan
tahan gempa, terbentuknya sendi-sendi plastis mampu memencarkan energi gempa dan
membatasi besarnya beban gempa yang masuk dalam struktur, sehingga perilaku struktur
tidak sampai runtuh saat terjadi gempa kuat1"1.
I I
Berikut akan ditunjukan gambar mengenai teori dasar konsep gaya yaitu teori "Equal
Energy dan "Equal Displacement" (lihat Gambar 2.2 dan Gambar 2.3)
Gambar2.2
teori "EqualEnergy"""
Gambar2.3
teori "Equal Displacement"'"'
12
Dasar pokok dari perencanaan struktur tahan gempa adalah tetap mengasumsikan
bahwa respons spektrum percepatan elastis memberikan gambaran yang cukup akurat
tentang perilaku struktur saat terkena gempa[161. Pada perencanaan berdasarkan gaya inersia
gempa dengan konsep gaya, struktur bangunan direncanakan mampu memikul sebagian
beban gempa sambil berdeformasi secara elastis dan in-elastis. Hal ini berdasarkan pada
konsep "Capacity Design " yang menjamin terbentuknya sendi-sendi plastis di tempat-tempat
yang telah ditentukan. Serangkaian hasil dari analisa dinamis menunjukkan bahwa struktur
dengan periode panjang saat respons elastis mempunyai perpindahan maksimum respons
in-elastis yang sama dengan respons elastis dengan kekakuan elastis yang sama1161. Konsep
Perpindahan juga merencanakan struktur agar mampu berdeformasi secara elastis dan
in-elastis yang juga mengacu pada konsep "Capacity Design".
Sebenarnya perbandingan antara konsep gaya dan konsep perpindahan sudah dikenal
sejak lama, tetapi konsep perpindahan mendapat kritikan dan penggunaan konsep
perpindahan selalu dipakai secara tidak langsung pada perencanaan struktur melalui konsep
gaya atau kadang-kadang tidak digunakan sama sekali'14'.
Pada konsep gaya, besarnya beban gempa rencana bergantung pada respons spektrum
percepatan rencana dan bergantung pada waktu getar alami bangunan, atau dengan kata lain
berhubungan dengan kekakuan elastis struktur bangunan. Menurut Priestley1121, ada beberapa
kelemahan pada perencanaan berdasarkan konsep gaya, yaitu :
1. Pendekatan berdasarkan respon spektrum percepatan elastis terlalu menekankan kekakuan
struktur dalam keadaan mula-mula (elastis).
2. Tidak memberikan gambaran yang langsung mengenai perpindahan struktur saat dikenai
gempa besar.
13
3. Apabila dilakukan pemeriksaan terhadap daktilitas yang tersedia dan ternyata lebih kecil
dari yang dituntut, maka umumnya dilakukan pembesaran atau pengecilan
demand-ductility ratio (tuntutan daktilitas), dengan berdasar pada teori equal energy.
4. Pendekatan perencanaan berdasarkan konsep gaya dengan menggunakan respons
spektrum percepatan elastis lebih menekankan pada karakteristik kekakuan elastis struktur
beserta elemen-elemennya, yang ternyata "tidak berarti" pada saat gempa terjadi, di mana
perpindahan yang terjadi tidak seperti yang diharapkan, hal itu dapat dilihat dari daktiltas
perpindahan {displacement ductility) dengan analisa riwayat waktu.
Jadi perbedaan antara konsep gaya dan konsep perpindahan terletak pada langkah
awal perencanaan, yaitu pada penggunaan respons spektrum gempa dan target awal (asumsi)
dalam merencanakan beban gempa. Pada konsep perpindahan, perencanaan didasarkan pada
respons spektrum perpindahan, dengan demikian struktur dapat direncanakan berdasarkan
tuntutan daktilitas yang sebenamya.
Walaupun banyak penelitian telah membicarakan konsep perpindahan, tapi proses
perencanaan tetap mengarah pada konsep gaya, seperti Moehle[14] yang membicarakan
tentang perbedaan konsep perpindahan bila dibandingkan konsep gaya, namun tetap memulai
proses perencanaan dengan memberikan gaya atau kekakuan sebagai langkah awal, lalu
mencari perpindahan sebagai kontrolnya. Jadi, prosedur tersebut sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan konsep gaya, padahal yang diharapkan adalah konsep perpindahan yang
benar-benar murni dengan menganggap kekakuan dan gaya inersia gempa sebagai hasil akhir
dari suatu proses perencanaan. Adapun prosedur perencanaan berdasarkan konsep
perpindahan dan perbandingannya dengan konsep gaya versi MoehleI,4) diilustrasikan pada
gambar 2.4.
I t
(a) Displacement* Approach
-^\_
z
(1) Determine Period T„
D DijpUetmenl
1
Period (2) Determine displacement
II
M equ
D
(xei moment <?, <f.
(3) Determine required curvature
Moment
Curvature*'
- (4) Compare available and required curvature
(b) Ductility Approach
(1) Determine strength F, and period T.
II Force
Period
(2) Determine displacement ductility (rom F(/Fy
I) :
I I \ I \w\< pier moment <[>• <p-
(3) Determine required curvature ductility
I Moment
Curvature (4) Compare provided and required curvature ductilities
Gambar 2.4 Proses Perencanaan berdasarkan Konsepperpindahan dan Perbandingannya dengan Konsep Gaya menurut Moehlc"4
15
II.2 FILOSOFI KONSEP PERPINDAHAN
Filosofi dasar konsep perpindahan adalah perencanaan struktur dengan berdasarkan
pada perpindahan dengan menggangap bahwa gaya inersia dan kekakuan struktur dicari
sebagai hasil akhir dari suatu perencanaan struktur, tergantung dari perpindahan yang
diinginkan.[12]
Definisi dari konsep perpindahan adalah sebuah metodologi perencanaan gempa
dengan menggunakan perpindahan sebagai dasar prosedur perencanaan. Dalam prosedur
perencanaan ini, perencana melakukan perencanaan gempa dengan menentukan perpindahan
yang diinginkan. Perpindahan ini dapat dipakai sebagai syarat batas maksimum dari
perpindahan struktur atau batas kemampulayanan (servicebility limit). Penekanan
perencanaan pada besarnya perpindahan bermanfaat sebagai persyaratan batas keruntuhan
struktur. Konsep perpindahan secara langsung meninjau besarnya perpindahan yang terjadi
dan keruntuhan struktur akibat gempa, daripada mereduksi gaya berdasarkan syarat daktilitas
minimum yang berlaku sesuai dengan peraturan, seperti yang dikemukakan oleh M.J.N.
Priestle)ll6] bahwa, "...dengan konsep perpindahan struktur, kita dapat menemukan beberapa
kesalahan dari metoda sebelumnya. Kesalahan tersebut menjadi jelas ketika kita memutarbalikkan
fakta, yaitu pada saat kita merencanakan suatu struktur kolom jembatan, setelah analisa dilakukan
temyata kapasitas daktilitas tidak memenuhi, maka kita meningkatkan kekuatan (strength) untuk
mereduksi kapasitas daktilitas yaitu dengan memperbesar rasio tulangan baja longitudinal tanpa
mengubah dimensi penampang. Apakah kita sudah meningkatkan kekuatan struktur tersebut ? belum
tentu. Kesalahan yang terjadi adalah kita tidak boleh meningkatkan rasio tulangan yang belum tentu
meningkatkan kapasitas perpindahan, sehingga metoda yang paling tepat untuk digunakan adalah
pendekatan equal displacement dengan menentukan nilai perpindahan yang sama tanpa ada faktor
reduksi ...". Untuk menjamin ketepatan dari konsep perpindahan, maka dicoba dengan
16
melakukan serangkaian studi parameter dan analisa in-elastis riwayat waktu untuk
mengetahui berapa tepatnya perpindahan yang terjadi bila dibandingkan dengan target
perpindahan struktur yang direncanakan.
H.3 PENDEKATAN DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER-PARAMETER
STRUKTUR PADA KONSEP PERPINDAHAN
Prosedur konsep perpindahan mensyaratkan beberapa parameter untuk menjalankan
proses perencanaan. Pendekatan parameter-parameter pada struktur ini merupakan suatu
prosedur di mana sistem in-elastis dimodelkan seperti pada sistem elastis ekuivalen. Sistem
elastis ekuivalen yang telah dikenal sebagai parameter-parameter struktur, mempunyai data
bahan sebagai berikut[nl:
1. Kekakuan effektif, K^
2. Effektif Damping, £
3. Periode effektif, Teffi
Gambar 2.5 menunjukkan fungsi masing-masing parameter yang berperan utama
dalam menentukan besamya perpindahan, dengan menggunakan Takeda Hysteresis yaitu
respons gaya inersia gempa terhadap perpindahan pada sistem single degree of freedom.
Takeda Hysteresis ini mempunyai tiga kekakuan yang dapat mempengaruhi analisa
perhitungan yaitu[12]:
1. Kekakuan saat retak, Kcr, yaitu kekakuan yang berdasarkan analisa retak pada penampang
saat tulangan lentur mengalami leleh pertama.
17
2. Kekakuan saat terbentuknya sendi-sendi plastis pada struktur atau kekakuan Post-Elastic,
Keo, yaitu kekakuan yang berdasarkan analisa hubungan antara momen dengan daktikitas
kurvatur (curvature ductilty).
3. Kekakuan efFektif, Keff. yang merupakan kekakuan resultan untuk menghasilkan
perpindahan maksimum. Damping efektif, Ce(f juga berhubungan dengan penyerapan
hysteresis energi.
Karena kekakuan efektif, maka damping efektif yang merupakan sistem in-elastis
berubah menjadi sistem elastis, sehingga bentuk respons elastis dapat digunakan untuk
perencanaan struktur tahan gempa. Jadi pendekatan parameter-parameter ini dapat digunakan
dan dianalisa dengan menggunakan respons spektrum elastis yaitu Respons Spektrum
Perpindahan (Displacement Respons Spectrum)[n\
^—^u Displacement
GAMBAR 2.5
Pendekatan parameter struktur pengganti Takeda Hysteresis1'2'
18
Sebenarnya filosofi dasar dari konsep perpindahan sudah diketahui sebelumnya yaitu
dengan menentukan perpindahan yang diinginkan tanpa menyebabkan keruntuhan struktur
dan menjamin terbentuknya sendi-sendi plastis sesuai pada tempat yang diharapkan. Untuk
menentukan perpindahan harus diketahui tentang batas kemampulayanan (servicebility)
maksimum yang bisa diterima oleh struktur tersebut.
Kondisi ultimit diambil untuk mengontrol batas keruntuhan yang akan mengakibatkan
adanya perbaikan struktural dengan biaya yang tidak ekonomis. Untuk menunjukan kurvatur
plastis dan rasio simpangan plastis, maka metoda yang tepat untuk dipakai adalah dengan
merencanakan regangan tekan maksimum yang telah dibuktikan ketahanannya terhadap tekuk
(buckling). Pendekatan di atas dapat digunakan baik pada simpangan plastis maupun pada
simpangan total1121.
Untuk merencanakan struktur dengan konsep perpindahan, lebih dahulu harus
ditentukan respons spektrum perpindahan elastis. Gambar 2.8 menunjukkan respons
spektrum perpindahan elastis untuk berbagai rasio damping yang dibuat dari acceleorogram
Pacoima Dam S16E tahunl971 yang dimodifikasi dan mempunyai skala percepatan
maksimum sebesar 0.65g[,0].
Setelah mendapatkan nilai perpindahan dan damping efektif, maka digunakan respons
spektrum perpindahan elastis yang memuat hubungan antara nilai perpindahan dan damping
efektif yang bervariasi, sehingga didapatkan nilai periode efektif yang merupakan bagian dari
parameter struktur. Jadi, kekakuan efektif (K*s) dapat dianalisa, dan struktur dapat
direncanakan(12).
19
II.4 PROSEDUR PERENCANAAN BERDASARKAN KONSEP PERPINDAHAN
Sebagaimana telah diketahui bahwa untuk perencanaan struktur gedung tahan gempa
dilakukan dalam dua tingkat pembebanan, yaitu terhadap gempa sedang dengan waktu ulang
antara 20 - 100 tahun dan terhadap gempa kuat dengan waktu ulang 100 - 1000 tahun[I8].
Untuk perencanaan struktur jembatan juga dilakukan terhadap gempa kuat dan gempa
sedang namun memakai periode ulang yang lebih besar karena struktur jembatan merupakan
sarana yang vital yang digunakan oleh masyarakat luas[12].
Menurut pedoman perencanaan di Indonesia1'1, struktur di daerah gempa harus
direncanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
- Akibat gempa kecil, semua elemen-elemen struktur maupun elemen-elemen non struktur
tidak boleh mengalami kerusakan.
- Akibat gempa sedang, elemen-elemen struktur tidak boleh mengalami kerusakan, tetapi
elemen non struktur boleh mengalami kerusakan.
- Akibat gempa kuat, elemen-elemen struktur dan non struktur boleh rusak, tetapi
struktur tidak boleh mengalami keruntuhan.
Untuk mencegah keruntuhan struktur akibat gempa kuat yang melampaui taraf elastis,
struktur harus mampu melakukan perubahan bentuk secara daktail dengan memancarkan
energi gempa serta membatasi gaya gempa yang masuk ke dalam struktur. Sehubungan
dengan hal tersebut di atas, maka sebelum merencanakan struktur jembatan di daerah gempa,
perlu diketahui terlebih dahulu parameter-parameter yang berhubungan dengan akibat gempa
tersebut, misalnya periode struktur, dan target simpangan in-elastis struktur.
Prosedur perencanaan telah dibuat untuk pier jembatan tunggal tanpa isolasi seismik,
prosedur tersebut dapat dimodifikasi untuk perencanaan pada keseluruhan struktur jembatan.
20
Prosedur perencanaan yang dibahas di bawah ini adalah pier jembatan SDOF (Single Degree
of Freedom), sebagai awal dari penelitian ini, sedangkan diagram alirnya dapat dilihat pada
Gambar2.14[,2].
Langkah 1 : Menentukan parameter awal
La. Menentukan gaya aksial kolom dan ketinggian kolom
- berat sendiri pada ketinggian kolom = M
- tinggi kolom = L
Lb. Menentukan jenis bahan
- fc' = kuat tekan beton
- fy - kuat leleh tulangan longitudinal
- E = modulus elastisitas beton
I.e. Menghitung kapasitas perpindahan (displacement ultimate), A„
Besarnya kapasitas perpindahan tergantung dari batas perencanaan, seperti yang
dibicarakan pada bab II.4.
Au = <f>uxL [1]
l.d menentukan hubungan Damping efektif
Hubungan damping diambil berdasarkan pengaruh daktilitas pada damping dan
dihubungkan dengan hysteresis penyerapan energi. Hubungan yang diperlihatkan
pada gambar 2.6 didasarkan pada Takeda Hysteresis model, gambar 2.7, untuk
21
faktor kekakuan tanpa beban n = 0,5 dan rasio kekakuan bi-linier, r = 0,05. Juga
termasuk tambahan 5 % viscous damping. Hubungan diberikan :
( 1 - ^ - 0 , 0 5 ^ )
C = 0,05 + <—ji [2]
I.e. Menentukan respon spektrumperpindahan
Respon spektrum perpindahan pada Gambar 2.8 dapat diperhalus atau
di-linierkan seperti pada Gambar 2.9
Langkah 2 : Menghitung parameter untuk mencari kekakuan efektif struktur
2.a. Menentukan nilaiperpindahan awal (yielddisplacement), Ay
Besarnya nilai perpindahan awal diasumsikan lebih dahulu
Ay = 0,005 L [3]
2.b. Menghitung daktilitas perpindahan awal, n
*-t W 2.c Menghitung damping efektif, $
Mencari kurva damping dengan nilai daktilitas yang diperoleh pada step 2.b. dan
dapatkan rasio viscous damping ekuivalen, c (lihat grafik Takeda Hysteresis
gambar 2.7 dan rumus pada langkah 1 .d.)
T)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Displacement Ductility Demand
GAMBAR2.6
Hubungan antara Damping Takeda dan DaktUitas Struktur1'^
force "
A« Displacement
(i am bar 2. 7
Takeda Degrading Stiffness Hysteresis1'2'
3600
3200H
2800
fi 2400
£ 2000 w W 1600 u PH 1200 w I—(
Q 800H
400-
0 0 1 2 3 4 5 6 7- 8 9 10 11 12 13 14 15
PERIODE (detik) (iambur 2.8 Respons Spektrmtt Perphulahun1"1
oJbUU
W 1600 u & 1200
0 I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I 1 I I I I I I I I I I I I I
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
PERIODE (detik) Gambur 2.9 lientiik Linicr Respons Spektrum Pcrpimtuhan Elastis"2'
25
2.d Mencari waktu getar alami efektif, TeJf.
Masukkan nilai A„ pada respons spektrum perpindahan, can kurva yang sesuai
dengan nilai damping yang diperoleh pada step 2.c, dan baca ke bawah untuk
mencari waktu getar alami efektif, leS. (lihat gambar 2.6)
2.e. Mencari kekakuan efektif, Ktff.
Dari rumus satu derajat kebebasan (single degree of freedom, SDOF) :
K«ff. = 7^ [5] M*ff-
Langkah 3 ; Menghitung gaya rencana
3. a. Menghitung gaya ultimit, Hm dan momen ultimit, Mu
Karena struktur pengganti adalah elastis, dan berdasarkan gambar 2.2, maka
H„ = Keff. x A„ [6]
M« = H , x L [7]
3. b. Menghitung gaya rencana, Hj, dan momen rencana, Mj
Berdasarkan pada model bilinier gaya-perpindahan (rasio kekakuan, r = -if2-),
perkiraan daktilitas awal, ft, dan kapasitas gaya ultimit, H„, perkiraan awal gaya
rencana didapatkan dengan rumus :
XJ u
Yh~ rM-r+\ [g]
Ma = Hd x L [9]
26
Langkah 4 : Perencanaan kolom
4.O. Perkiraan awal diameter kolom
Berdasarkan pada pengalaman, dan hasil momen rencana yang diperoleh pada
step 3.b., diameter kolom diasumsikan.
4.b. Perencanaan tulangan kolom
Perencanaan kolom dengan diameter yang dipilih, perkiraan untuk momen
rencana, Mj, dan gaya aksial, P. Rasio tulangan harus ada dalam batas 1 % <p,<
4 %. Jika rasio tulangan berada di luar batas tersebut, diameter kolom harus
diubah. Meningkatkan rasio tulangan melebihi perencanaan dapat memperkecil
perpindahan, tetapi hati-hati bila hal ini dilakukan, perencanaan tulangan geser
harus didasarkan pada kapasitas momen tulangan longitudinal sesuai dengan
prinsip desain kapasitas.
4.c Menghitung momen inersia retak
Gambar 2.10 menunjukkan hubungan momen inersia retak efektif dan di
dalamnya terdapat pengaruh rasio tulangan longitudinal baja dan gaya aksial.
Gambar 2.10 dapat dinyatakan perumusannya sebagai berikut :
h- =0,21 4- 12/>, + (0,1 +205(0,05 -pd^-fr- [10] 8 JcAg
'.-*£ pi]
di mana : Iw = momen inersia retak pada leleh pertama
Ig = momen inersia penampang kolom bruto
Ag = Iuas penampang kolom bruto dari pilar beton bertulang
27
4.d Menghitung kekakuan elastis kolom
Untuk kantilever dengan sistem satu derajat kebebasan, kekakuan sama
dengan
Kc = ^ [12]
Langkah 5 : Langkah tambahan
Prosedur akan tetap berjalan bila step ini diabaikan, tetapi akan menghasilkan rasio
tulangan yang sangat besar, atau bahkan mempunyai rasio tulangan di bawah
minimum. Oleh karena itu, step ini sangatlah berguna sebagai petunjuk dalam memilih
diameter kolom.
S.a. menghitungperiode kolom yang berhubungan dengan kekakuan elastis, Ter
T--W M
S.b. Menghitung kekakuan post-yield, Keo> dan periodenya, Tto
Keo = rxKcr [14]
T ~ ~ V Keo [ 1 5 ]
5.c. Menentukan status periode efektif, Te/f.
Dengan mengontrol apakah Teff terletak di antara TCT dan To maka proses ini bisa
diteruskan perencanaannya lebih lanjut, atau disain struktur diperbaiki.
1. Jika Tett terletak di antaranya, tetapi tidak mendekati nilai TCT dan T«,, maka
lanjutkan ke step 6.a.
28
a C CI w o c
w y
a HI
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 Axial Load Ratio
0.30 0.35
GAMBAR2A0
Kekakuan Efektif pada saat Retak pada kolom bundar',:1
Force
Displacement
(,AMHA R 2.11
Grafik penerapan metode kekakuan efektifyang mendekuti batas maksimum dari
penyclesaian pada tingkat kekakuan efektif setelah leleh pertamu (Teo )
dan tingkat kekakuan efektif saat leleh pertamu (Tcr)li:j
29
2. Jika Tea terletak di antaranya, tetapi sangat mendekati nilai Tcr, dengan
meneruskan prosedur konsep perpindahan, maka kolom akan leleh dengan
rasio tulangan yang sangat tinggi (umumnya lebih besar dari 4 %) dan
daktilitas yang kecil. Penyelesaian yang baik adalah memperbesar diameter
kolom dan kembali ke step 4.b. Gambar 2.11 mengilustrasikan kejadian ini
dengan jelas.
3. Jika Tea terletak di antaranya tetapi sangat mendekati nilai Teo, maka kekuatan
yang tersedia lebih besar dan dimensi pier / kolom sesuai atau mencukupi.
Dengan meneruskan prosedur konsep perpindahan, maka kolom akan leleh
dengan rasio tulangan yang sangat kecil dan daktilitas sangat besar.
Penyelesaian yang benar adalah memperkecil diameter kolom atau
menggunakan rasio tulangan longitudinal minimum 1 %. Prinsip perencanaan
kapasitas harus diikuti karena kemampuan kolom berubah. Gambar 2.11
mengilustrasikan kejadian ini dengan jelas.
Langkah 6 : Mendapatkan kembali Ay. dan mengontrol toleransinya.
6.a. Menghitungperpindahan leleh (yielddisplacement), A^
berdasarkan pada kekakuan step 4.d., maka
6.b. Kontrol toleransiperpindahan leleh
Bila perbedaan antara Ay dari step 6a. dengan Ay dari step 2.a. lebih besar dari
5%, maka proses kembali ke step 2.b. dengan menggantikan nilai Ay dari step 6a.
untuk mendapatkan kembali daktilitas perpindahan yang baru, dan juga mengubah
nilai dampingnya. Ulangi proses perhitungan antara step 2.b. sampai 6.a. sampai
diperoleh toleransi < 5 %.
Langkah 7 : Perencanaan Tulangan Geser
Tulangan geser harus direncanakan terhadap persyaratan confinement (pengekang)
dan kekuatan geser. Persyaratan tulangan pengekang (confinement) didapat dari daktilitas
perpindahan (displacement ductility) dari analisa perencanaan di atas.
Daktilitas kurvatur (curvature ductility demand) didapatkan dari persyaratan tuntutan
daktilitas perpindahan {displacement duality demand) dari hubungan yang tertera di bawah
ini™:.
*** = l + HLP/L)[l - 0,5(LP/L)] [ 1 7 ]
Maka, kurvatur ultimit yang disyaratkan, Ou , didapatkan dari :
<&u=p0®y [18]
Untuk mencari kurvatur leleh (yield curvature), maka hubungan dengan perpindahan
leleh (yield displacement) sebagai berikut:
^ 3Ay <t>y = -jf [19]
31
Persyaratan mengenai regangan tekan beton maksimum pada saat respon gempa
maksimum adalah :
ecu = ®uCu [20]
Di mana Cu adalah ketinggian garis netral saat respon gempa maksimum, biasanya
didapatkan dari analisa momen kurvatur. Terakhir, hubungan antara rasio tulangan sengkang
dan regangan tekan maksimum didasarkan pada "keadaaan energy balance" melalui
pendekatan dari Mander[6], rumusan terebut telah dikenal, sebagai berikut:
ecu = 0,004 +l>4Pf»E™ [ 2 1 ]
Jcc
Untuk mendapatkan sampai keadaan leleh, maka rasio tulangan sengkang yang
diisyaratkan, ps adalah sebagai berikut:
Ps = 0,74(ecu - 0 , 0 0 4 ) - ^ - [22]
di mana:
f« adalah kuat tekan beton, didapat dari pendekatan Mander161
fyt, adalah kuat leleh (yield strength)
esm adalah regangan tulangan sengkang saat mencapai kekuatan ultimit
(ultimate strength).
eSm =0,10 yang dimasukkan dalam analisa perencanaan.
Tulangan geser didasarkan pada rumus Priestley sebelumnya, yang menganggap
kekuatan geser dari suatu elemen struktur terdiri dari tiga macam komponen :
V„=Ve + Vs + Vp [23]
Di mana Vc, Vs, dan Vp adalah komponen dari kekuatan geser yang berasal dari
mekanisme kuat geser beton, mekanisme rangka yang melibatkan tulangan geser, dan
komponen gaya aksial dalam bentuk tarik / tekan diagonal yang sama dengan gaya aksial.
32
Pemisahan komponen gaya aksial dari komponen beton menambah kemampuan
model struktur untuk memperkirakan kekuatan geser ketika dibandingkan dengan model
yang lain. Pembahasan mengenai gaya geser hanya sampai di sini, keterangan lebih lanjut bisa
dibaca pada makalah[13] dengan judul "Seismic Shear Strength of Reinforced Concrete
Columns".
IL5 MEKANISME KERUNTUHAN STRUKTUR PADA KONSEP PERPINDAHAN
Filosofi perencanaan kapasitas dengan Capacity Design sudah dibicarakan
sebelumnya yakni menjamin terjadinya sendi-sendi plastis yang mampu memencarkan energi
gempa dan membatasi besarnya beban gempa yang masuk dalam struktur. Mekanisme
goyang dengan pembentukan sebagian besar sendi-sendi plastis pada balok lebih dikehendaki
daripada terjadi di bagian kolom1"1. Berbagai macam mekanisme dari capacity design method
yaitu :
1. Beam sideswqy mechanism
2. Column sidesway mechanism
isfc';:-
= sendi plastis
Beam Sidesway Mechanism Column Sidesway Mechanism
Gambar 2.12 Mekanisme Goyang Pier Jembatan
33
t P J
/ t
„*** T'tddk terUentuk *
77771779 S4nd* C" 1 1 1 1 ., 1 / J
2
*. O
'
ii , « Cet
o a
RESONATOR ELASTIS DENGAN OERAJAT KEBE8ASAN TUNGGAL
(a)
RESPONS ELASTIS
\ 9 o
,—— Ttrttintuk •/.,.,,,. sondl pl.tslis "
RESONATOR ELASTO-PLASr:S RESPONS ELASTO-PLASTIS Ce.NGAN OERAJAT KE3E3ASAN TUNGGAL
(ti)
(iantbar 2.13
Respons elastis dan elasto-plastis dari resonator dengan derajat kebebasan tunggaP"1.
34
Konsep Capacity Design menjamin adanya pemencaran energi dan kemampuan
elemen-elemen struktur untuk berdeformasi sebesar yang direncanakan.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai terbentuknya sendi-sendi plastis pada pier
jembatan dapat dilihat pada bab IV yang mengulas tentang Analisa Riwayat Waktu.
Konsep Capacity Design dapat berlaku dan dapat digunakan dalam konsep
perpindahan (seperti yang telah dibahas sebelumnya), hal ini dibuktikan dengan mekanisme
yang terjadi setelah struktur dianalisa dengan Analisa Riwayat Waktu. Dari Analisa Riwayat
Waktu dapat diketahui bahwa pier tersebut secara dominan menghasilkan sendi-sendi plastis
di bagian dasar pier, maka hal itu membuktikan bahwa mekanisme tersebut seperti yang
direncanakan sebelumnya dan struktur berperilaku seperti yang diharapkan, yakni terbentuk
sendi-sendi plastis pada dasar pier lalu disusul terjadinya sendi plastis pada kepala pier (pier
head) (Lihat Gambar 3.1). Dengan menetapkan besamya perpindahan pada proses
perencanaan konsep perpindahan, maka dapat diketahui daktilitas perpindahan yang dapat
dicapai oleh struktur tersebut yaitu dinamakan dengan tuntutan daktilitas. Daktilitas
perpindahan {displacement ductility) dapat dikontrol dengan menggunakan analisa riwayat
waktu. Mekanisme yang terjadi akan terbentuk sesuai dengan harapan, bila asumsi
perpindahan telah dikontrol dalam analisa perencanaan. Jadi, hasil akhir perencanaan dengan
konsep perpindahan akan memberikan kekuatan / gaya inersia sesuai dengan perpindahan
yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan mengontrol simpangan total (drift ratio) yang
terjadi dengan menggunakan analisa riwayat waktu maka perencanaan konsep perpindahan
terbukti lebih tepat dan lebih rasional.
Di dalam konsep perpindahan terdapat faktor reduksi yang akan mereduksi gaya.
Faktor reduksi tersebut tidak dibahas dalam tugas akhir ini, tetapi dalam memperhitungkan
faktor reduksi tersebut tidak dapat disamakan dengan besamya daktilitas struktur. Sedangkan
35
pada konsep gaya, telah diasumsikan sejak pertama bahwa daktilitas struktur sama dengan 4
berarti gaya inersia gempa telah direduksi sebanyak daktilitas strukturnya. Target daktilitas
struktur sama dengan 4 adalah batas minimum daktilitas struktur (menurut peraturan tentang
tingkat daktilitas), yang menyebabkan gaya inersia menjadi lebih kecil.
Pengontrolan daktilitas pada konsep gaya tidak ada gunanya, karena proses
perencanaan elemen struktur sudah terlanjur berjalan, serta gaya gempa sudah didapatkan
untuk merencanakan penampang struktur, sehingga daktilitas perpindahan terjadi yang
ternyata tidak sesuai dengan asumsi awal maka perhitungan dengan gaya inersia yang
dilakukan sejak awal tidak benar. Berbeda dengan konsep perpindahan, di mana daktilitas
struktur yang diasumsikan lebih dahulu adalah perpindahan ulltimitnya. Kemudian
penampang bisa direncanakan dan diperoleh gaya-gaya dalam struktur, lalu dilakukan kontrol
hasil perpindahan akhir terhadap perpindahan sebelumnya. Pengontrolan ini menyebabkan
daktilitas struktur dapat terjamin ketepatannya dan gaya gempa yang direncanakan akan lebih
tepat.
Berikut akan diberikan prosedur / diagram alir mengenai perencanaan struktur
jembatan (single degree of freedom) dengan menggunakan konsep perpindahan.
36
Mulai 1 X
Menentukan massa. ketinggian. dan diameter kolom
<
Mengasumsikan A. dengan 9. = 0,02
1 Mengasumsikan
dengan 0, - 0,005
T A//
Menghitung Daktilitas Perpindahan, u • am
Menghitung Damping efektif, 4
I Mencari waktu getar alami struktur, T,* dan Respons Spektrum Perpindahan dengan memasukkan nilai § dan A,
Mencari kekakuan efektif struktur, K*tr
Mencari Gaya ultimat, H„ dan Momen ultimat, M„
Mencari Gaya rencana. Hi dan Momen rencana. Mi
Mencari rasio tulangan longitudinal, pi dengan Peraturan BMS
i Menghitung Kekakuan pada waktu retak. K«,
I Mengontrol T„ < T«ff < T„
*' Menghitung Perpindahan leleh yang baru. A,,.i
Mengontrol A,..| • A,, (dengan batas toleransi 5 %)
1 Ya
• Perhitungan Tulangan geser. p,
Tidak
,
I.
Selesai
Gambar 2.14
Diagram alir 1 : Prosediir Perencanaan lierdasarkan Konsep Perpindahan