(2512-h-2007)
TRANSCRIPT
PENATALAKSANAAN PERAWATAN KEBIASAAN MENGHISAP JARI
DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGIS DAN NON PSIKOLOGIS
PADA ANAK KEMBAR IDENTIK
(Laporan Kasus)
Karya Tulis Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai Dokter Gigi Spesialis I
Program Studi Ilmu Kedokteran Gigi Anak Bidang Ilmu Kedokteran Gigi
Disusun oleh :
EDDY WONGSOSUSILO 277 / KG / SP / 03
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2007
UNIVERSITAS GADJAH MADA-FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS I
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis ilmiah dengan judul :
PENATALAKSANAAN PERAWATAN KEBIASAAN MENGHISAP JARI DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGIS DAN NON PSIKOLOGIS
PADA ANAK KEMBAR IDENTIK (Laporan Kasus)
Oleh :
drg. Eddy Wongsosusilo
Telah dibaca dengan seksama dan telah dianggap memenuhi standar ilmiah, baik jangkauannya maupun kualitasnya., sebagai Karya Tulis ilmiah jenjang Pendidikan Dokter Gigi Spesialis I
Pembimbing
Tanda tangan Nama Terang
drg. V.J. Soedarsono. S.U., Sp. KGA(K)
Prof. Dr. drg. Al. Supartinah, S.U., Sp. KGA(K) ………………………….
Karya Tulis Ilmiah ini telah diserahkan kepada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada dan telah diterima sebagai syarat untuk memenuhi jenjang Pendidikam Dokter Gigi
Spesialis I
Yogyakarta, 4 April 2007
Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Gigi Anak
Nama terang
drg. S.B. Sri Rantinah, S.U., Sp. KGA(K) NIP: 130367319
Dekan Fakukas Kedokteran Gigi UGM
Penanggungjawah PPDGS-I Nama terang
……………………… Prof. Dr.drg. Munakhir, S.U.
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………… ii HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………………... iii PRAKATA……………………………………………………………………… iv INTISARI……………………………………………………………………….. vi ABSTRACT…………………………………………………………………….. vii DAFTAR ISI……………………………………………………………………. viii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… x DAFTAR PUSTAKA I. PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………. 1 B. Permasalahan………………………………………………………….. 4 C. Tujuan Laporan Kasus………………………………………………… 4 D. Manfaat Laporan Kasus……………………………………………….. 4 E. Kelayakan Laporan Kasus…………………………………………….. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………... 6
a. Telaah Pustaka…………………………………………………………… 6 1. Kebiasaan Menghisap Jari…………………………………………….. 6 2. Pengaruh pada Susunan Gigi Geligi, Bentuk Rahang dan Rongga Hidung……………………………………………….…… 8 3. Anak Kembar Identik………………………………………………….. 10 4. Pendekatan Psikologis untuk Menghilangkan Kebiasaan menghisap jari………………………………………………………… 12 5. Pendekatan Non Psikologis untuk Menghilangkan Kebiasaan
Menghisap jari…………………………………………………………... 15 b. Landasan Teori…………………………………………………………… 17 c. Prognosis…………………………………………………………………. 18
III. Penatalaksanaan Kasus ……..……………………………………………… 19
A. Alat dan Bahan…………………………………………………………. 19 1. Alat…………………………………………………………………. 19 2. Bahan ……………………………………………………………..... 19
B. Definisi Operasional Variabel………………………………………….. 19 C. Identifikasi Kasus dan Jalannya penelitian……………………………. 20
1. Anamnesis………………………………………………………….. 20 2. Pemeriksaan obyektif………………………………………………… 22 3. Diagnosis…………………………………………………………… 24 4. Rencana Perawatan…………………………………………………. 24
D. Perawatan dan Hasil Perawatan ………………………………………… 27
viii
IV. PEMBAHASAN………………………………………………………… 34 V. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………. 40
a. Kesimpulan………………………………………………………….. 40 b. Saran………………………………………………………………… 40
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 41
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gb. 1 (a) Posisi ibu jari waktu dihisap oleh pasien Y………………………… 21
(b) Anatomi Ibu Jari…………………………………………………… 22
2. Gb. 2 (a) Posisi jari telunjuk dan jari tengah waktu dihisap pasien D………... 22
(b) Anatomi Jari Telunjuk……………………………………………… 23
3. Gb 3 Keadaan ibu jari yang dihisap
(a) tampak ibu jari sebelah kiri lebih gepeng
daripada yang sebelah kanan……………………………………… 23
4. Gb. 4 Keadaan jari telunjuk dan jari tengah yang dihisap
(b) tampak jari telunjuk dan jari tengah sebelah kanan lebih gepeng daripada yang sebelah kiri………………………………………….. 23 5. Gb. 5 (a) Cetakan pertama pasien Y………………………………………… 24
(b) Cetakan pertama pasien D………………………………………… 24
6. Gb. 6 Alat ortodonsi lepasan yang dilengkapi palatal crib…………………. 26
7. Gb. 7 Cetakan keempat pasien Y…………………………………………… 30
8. Gb. 8 Cetakan keempat pasien D…………………………………………… 30
9. Gb. 9 Cetakan keempat pasien Y setelah perawatan
(a) Gigi 3 pasien Y yang buccoversi………………………………. 31
10. Gb.10 Cetakan keempat pasien D setelah perawatan
(b) Gigi 3 pasien Y yang buccoversi………………………………. 31
11. Gb. 11 Grafik Kalender dengan bulatan merah……………………………… 32
12. Gb. 12 (a) Bentuk Lengkung RA pasien Y………………………………….. 32
(b) Bentuk Lengkung RA pasien D…………………………………. 32
13. Gb. 13 Bentuk Lengkung RA pasien Y dan D……………………………… 32
x
PENATALAKSANAAN PERAWATAN KEBIASAAN MENGHISAP JARI DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGIS DAN NON PSIKOLOGIS
PADA ANAK KEMBAR IDENTIK (Laporan Kasus)
INTISARI
Kebiasaan menghisap jari sering disebabkan karena masalah psikis. Kebiasaan menghisap jari yang dilakukan dalam waktu yang lama dapat mengubah struktur rongga mulut. Anak kembar identik digunakan untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap karakter genetis dalam hal menghilangkan kebiasaan menghisap jari. Laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan penatalaksanaan perawatan kebiasaan menghisap jari dengan pendekatan psikologis dan non psikologis pada anak kembar identik.
Dilaporkan kasus menghisap jari pada dua anak kembar identik umur 7 tahun dengan keluhan menghisap jari disertai keluhan orang tua gigi depan kedua anak kembar tersebut maju. Pasien Y menghisap ibu jari dengan posisi menghadap ke atas dan pasien D menghisap jari telunjuk dan jari tengah dengan posisi menghadap ke bawah. Perawatan dilakukan dengan pendekatan psikologis yaitu dengan menumbuhkan motivasi internal kedua anak, menghilangkan kebiasaan sekunder yang berupa bantal dan boneka yang menyertai saat kedua anak menghisap jari, dan pemberian hadiah, serta pendekatan non psikologis dengan menggunakan palatal crib untuk menghalangi jari yang dihisap dan sebagai pengingat.
Kebiasaan menghisap jari pada kedua anak kembar identik hilang setelah 9 bulan dan tidak ada kekambuhan kebiasaan menghisap jari pada kedua anak
vi
TREATMENT OF FINGER SUCKING HABIT WITH PSYCHOLOGICAL APPROACH AND NON PSYCHOLOGICAL APPROACH
AT MONOZIGOT TWINS ( A Case Report )
Abstract
Finger sucking habit was caused by psychical problem. Finger sucking habit
performed within long time can alter oral cavity structure. Monozigot twins is used to know environmental influence to character of genetic in the case of eliminating finger sucking habit. This Case report aim to to know efficacy of treatment of finger sucking habit with psychological and non psychological approach at monozigot twins.
This paper described management of finger sucking habit of seven years old monozigot twins accompanied by finger sucking habits and parents complain protrusive of anterior teeth in both twins. Y suck her thumb with position face to to the and D suck her index and middle finger with position face downwards. Treatment conducted] with psychological approach that is by grow internal motivation in both child, eliminating habit of secunder habit which in the form of doll and pillow accompanying moment both of child suck her finger, and gift a reward, and also non psychological approach by using is palatal crib to hinder sipped finger and as reminder.
Finger sucking habit at monozigot twin has been corrected after nine months and there is no relapsing of finger sucking habit at both child.
vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebiasaan menghisap jari merupakan salah satu bentuk kebiasaan mulut yang
umum dilakukan oleh anak pada tahun-tahun awal kehidupannya. Pada bayi, mulut
merupakan organ tubuh yang paling penting untuk mendapatkan makanan dan kontak
dengan sekitarnya. Refleks menghisap dibutuhkan untuk memenuhi perkembangan
fisiologis dan psikologis bayi. Pada waktu menghisap ASI, bayi mendapatkan rasa aman,
kehangatan dan kebahagiaan. Bayi yang diberi ASI atau makan secara tergesa-gesa,
kepuasan ini tidak tercapai, karena itu ia mencari kepuasan lain salah satunya dengan
menghisap jari (Boenjamin, 2001). Penelitian yang dilakukan Traisman dan Traisman
(1958, sit. Johnson dan Larson, 1993) menunjukkan mayoritas anak dengan kebiasaan
menghisap jari memulai kebiasaannya selama 3 bulan pertama kehidupannya.
Sekitar 13-45% anak menghisap jari, terutama ibu jari (Peterson, 1982). Hasil
penelitian pada anak TK di DKI Jakarta dilaporkan 5,9% anak menghisap jari (Budiyanti,
1996), sedangkan Sugiarto (1991) melaporkan 10,4% anak menghisap jari. Kebiasaan
menghisap jari pada periode gigi desidui kadang-kadang dapat hilang dengan sendirinya,
tetapi kalau kebiasaan ini berlanjut sampai periode gigi bercampur dan periode gigi tetap
dapat terjadi maloklusi yang perlu dirawat secara ortodonti (Mundiyah, 1974). Kebiasaan
menghisap jari dianggap normal bila dilakukan oleh anak sampai umur 2 tahun. Sebagian
besar anak menghentikan kebiasaan ini pada masa pra sekolah, tetapi tidak jarang yang
melanjutkannya sampai masa sekolah bahkan hingga dewasa (Boenjamin, 2001). Anak
yang menghisap jari sampai umur lebih dari 4 tahun biasanya ada gejala gangguan emosi,
1
yang banyak dilakukan pada anak yang merasa kesepian, dan menggunakan jarinya
sebagai kompensasi untuk menghibur hatinya (Mc Donald dan Avery, 1994). Hal ini
dapat berpengaruh pada susunan gigi-geligi dan lengkung rahang, serta kepribadian
anak (Wright, 1975).
Anak kembar memiliki arti penting dalam genetika manusia yaitu untuk
menyelidiki pengaruh lingkungan terhadap sifat genetis. Ada karakter genetis yang
sangat terpengaruh oleh faktor lingkungan, ada pula yang hampir tidak terpengaruh
(Yatim, 1991). Anak kembar identik mempunyai genotip identik sehingga jika terdapat
perbedaan diantaranya maka perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan (Mc
Donald dan Avery, 1994). Metode kembar mengasumsikan bahwa perbedaan lingkungan
bernilai konstan pada kedua tipe kembar. Kembar identik karena kemiripannya memiliki
lingkungan yang sama dan berkembang bersama-sama, dan tetap mirip sepanjang
hidupnya, bertambah tua dengan kondisi yang sama dan memiliki penyakit yang sama.
Lundstrom (1948, sit. Mc Donald dan Avery, 1994) dalam penelitiannya tentang kembar
mengatakan bahwa faktor keturunan berperan dalam membedakan ukuran gigi, panjang
dan lebar lengkung gigi, tinggi palatum, crowded dan spacing serta derajat overbite.
Menurut Thompson dan Thompson (1986) kembar monozigot berbagi DNAnya 100%,
meskipun sangat mungkin tidak sepenuhnya identik, sebagai contoh kembar yang satu
mungkin lebih tinggi dari yang satunya, dapat juga memiliki perbedaan sidik jari, jenis
rambut, ciri-ciri gigi, dan perbedaan kepribadian misalnya satu mungkin ramah yang
satunya pemalu.
Setiap anak mengetahui bahwa menghisap jari adalah kebiasaan yang salah
(Alexander, 1986), bila anak berumur lebih dari 7 tahun masih tetap menghisap jari,
2
dokter gigi harus berusaha menghentikannya. Ada dua pendekatan dalam menangani
kebiasaan menghisap jari, yaitu pendekatan psikologis dan non psikologis. Pendekatan
psikologis kebanyakan mengikuti prinsip dasar teori belajar, antara lain menumbuhkan
motivasi dalam diri anak, immediate reinforcement, delayed reinforcement, aversive
conditioning, tekanan sosial (social presure), dan menghilangkan kebiasaan sekunder.
Pendekatan non psikologis, yaitu dengan memakai alat dental yaitu palatal crib dan alat
non dental yaitu sarung tangan, plester, cairan pahit.
Mathewson dan Primosch (1995) menganjurkan pemakaian alat sebaiknya
diberikan pada anak yang telah berumur 7 tahun. Christensen dan Fields (1994, sit.
Boenjamin, 2001) menganjurkan perawatan dapat dilakukan pada anak umur 4-6 tahun,
yaitu (1) membalut jari anak atau mengolesi jari anak dengan bahan yang terasa pahit,
(2) pemberian hadiah atau pujian untuk memotivasi anak menghentikan kebiasaan
buruknya, (3) penggunaan alat yang menyulitkannya menghisap jari. Jenis alat yang
digunakan untuk menangani kebiasaan menghisap jari salah satunya adalah palatal crib.
Palatal crib adalah plat dengan kawat taji-taji yang dilekukkan masuk ke dalam akrilik
dan berfungsi untuk menghalangi si pemakai memasukkan jari atau ibu jari, atau
meletakkan lidahnya diantara gigi-gigi rahang atas, bentuk crib besar tetapi tidak tajam
(Mundiyah, 1974). Crib pada pesawat ortodonti lepasan terdiri dari plat palatal, crib,
penjangkaran dapat berupa klamer adams atau arrowhead tergantung dari erupsi gigi,
lengkung labial yang berfungsi sebagai penjangkaran juga berfungsi untuk mendorong
gigi incisivus rahang atas ke lingual. Crib diletakkan pada lokasi ibu jari dihisap atau
pada lokasi terjadinya maloklusi (Proffit, 1993). Menurut Alexander (1986) penggunaan
3
alat tidak ada gunanya selama anak tidak mempunyai kemauan berhenti melakukan
kebiasaannya.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas timbul permasalahan : Bagaimana
keberhasilan penatalaksanaan perawatan kebiasaan menghisap jari dengan pendekatan
psikologi dan non psikologi pada anak kembar identik?
C. Tujuan Laporan Kasus
Tujuan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui keberhasilan penatalaksanaan
perawatan kebiasaan menghisap jari dengan pendekatan psikologi dan non psikologi pada
anak kembar identik serta hasil evaluasi penatalaksanaannya.
D. Manfaat Laporan Kasus
1. Bagi ilmu kedokteran gigi
a. Memberikan informasi ilmiah dalam Bidang Kedokteran Gigi pada umumnya dan
Kedokteran Gigi Anak pada khususnya mengenai perawatan kebiasaan menghisap
jari dengan pendekatan psikologis dan non psikologis pada anak kembar identik.
b. Menambah pengetahuan tentang faktor penyebab, pengaruh dan cara
menghilangkan kebiasaan menghisap jari.
2. Bagi masyarakat
Memberikan informasi pada masyarakat mengenai kebiasaan menghisap jari dan
akibat yang ditimbulkannya bila dilakukan dalam waktu yang lama dan tidak segera
4
dilakukan perawatan baik menggunakan pendekatan psikologis maupun non
psikologis, agar tidak berpengaruh pada susunan gigi geligi dan bentuk lengkung
rahang.
E. Kelayakan Laporan Kasus
Kebiasaan menghisap jari banyak dilakukan oleh anak-anak tapi banyak sekali
hambatan dan kurang tertangani dengan baik sehingga menyebabkan gangguan pada
susunan gigi geligi dan bentuk lengkung rahang. Banyak kasus perawatan kebiasaan
menghisap jari telah dilakukan, tapi perawatan kebiasaan menghisap jari dengan
pendekatan psikologis dan non psikologis belum banyak dilakukan dan dipublikasikan
terutama pada anak kembar identik, maka perawatan kebiasaan menghisap jari dipandang
perlu untuk dikemukakan mengingat dewasa ini sangat banyak kasus menghisap jari
dengan pendekatan psikologis dan non psikologis pada anak kembar identik perlu
dilaporkan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Kebiasaan Menghisap Jari
Menghisap ibu jari dan jari yang lain sering dimasukkan ke dalam kategori
menghisap jari, yaitu suatu kebiasaan yang umum dilakukan pada anak dan merupakan
sumber kepuasan yang sangat penting pada masa bayi. Kebiasaan tersebut normal pada
anak yang berumur 2 tahun dan berhubungan dengan kebutuhan nutrisional (Johnson dan
Larson, 1993). Pada beberapa bayi kebiasaan itu dapat sebagai tanda akan perasaan malu,
lelah, tidur dan tumbuhnya gigi (Warren, 2001). Ada dua teori tingkah laku yang
berhubungan dengan kebiasaan menghisap jari yaitu teori psikoanalitik tentang
perkembangan psikoseksual yang diusulkan oleh Freud dan teori pembelajaran (Johnson
dan Larson, 1993).
Teori psikoanalitik berpendapat bahwa kebiasaan menghisap jari dihubungkan
dengan rangsang yang menyenangkan pada awal kehidupan yang tidak dapat dihentikan
pada saat yang seharusnya atau yang lazim, karena suatu gangguan psikologik atau
emosional. Rangsang yang menyenangkan pada bayi terutama bersumber pada daerah
mulut. Dengan menghisap (menyusu) bayi dapat memperoleh tidak saja makanan yang
dapat menghilangkan rasa lapar tapi juga mendapatkan perasaan senang dan bahagia,
yang sangat penting bagi kehidupan awalnya. Namun karena alasan tertentu, misalnya
ASI tidak mencukupi atau ibu harus bekerja, seringkali bayi kurang atau tidak diberi ASI
atau diberi susu dari botol. Bentuk botol yang digunakan untuk pemberian susu botol
kebanyakan tidak menyerupai bentuk anatomi puting susu ibu dan umumnya lubang pada
6
dot cenderung diperlebar sehingga waktu menghisap jadi singkat. Kurangnya kebutuhan
akan menghisap dan kurang terpenuhinya kebutuhan akan kehangatan, kontak dengan
ibu, rasa cinta dan kasih sayang, serta rasa nyaman dapat menimbulkan gangguan
psikologik atau emosional. Anak berusahan mencari kepuasaan lain antara lain dengan
menggantikan puting susu ibu dengan ibu jari atau jari lain (Hitchcock, 1974 sit. Johnson
dan Larson, 1993). Pendapat ini didukung oleh Fletcher (1975) bahwa etiologi dasar
masalah ini adalah kurangnya cinta dan kasih sayang pada tahap feeding (makan) dan
holding (memegang). Peneliti lain menyimpulkan bahwa menghisap ASI pada duapuluh
empat bulan pertama yang tidak baik dan tidak cukup dapat menyebabkan timbulnya
kebiasaan menghisap jari (Budiyanti, 1996). Fischer (1973) berpendapat bahwa
perubahan dalam perkembangan psikologis dapat menjadi penyebab kebiasaan
menghisap jari, sedangkan Kawata (1971) hubungan ibu-anak yang buruk dan hubungan
teman sebaya yang buruk dapat menjadi penyebab. Kawata juga menemukan bahwa
kecenderungan menghisap jari terus berlangsung karena sikap permusuhan dan keras
kepala anak terhadap usaha orang tua mereka yang terus mendesak secara berlebihan
dalam menghentikan kebiasaan tersebut (Fletcher, 1975).
Wolf dan Lozoff (1989, sit. Johnson dan Larson, 1993) menemukan adanya
korelasi antara kedekatan orang yang mengasuh anak selama masa-masa akan tidur dan
insidensi penghisapan benda lain dan penghisapan jari. Anak-anak yang menghisap ibu
jari kecil kemungkinannya didampingi pengasuh saat tertidur, 32% dari 50 anak yang
tidur sendiri menghisap jari mereka dibandingkan dengan 11% yang didampingi
pengasuh. Peneliti juga menemukan bahwa 32% anak yang menghisap benda lain saat
7
akan tidur merupakan penghisap jari dibandingkan dengan 14% anak-anak yang tidak
menghisap obyek yang lainnya.
Teori pembelajaran menyatakan bahwa pengisapan non nutritif berasal dari respon
adaptif, misalnya bayi akan menghubungkan pengisapan dengan perasaan menyenangkan
dengan rasa lapar, kenyang, dan dipeluk. Kebiasaan tersebut akan diulang dengan
melakukan aksi menghisap terhadap obyek yang tersedia dan memungkinkan yaitu jari
atau ibu jari. Tingkah laku pada anak dapat dipelajari melalui dua jenis proses yaitu
melalui kondisioning (klasik dan operan) dan melalui pengamatan terhadap model-model
tingkah laku diluar dirinya. Sesuai dengan teori tersebut kebiasaan menghisap jari
merupakan suatu tingkah laku yang dapat dipelajari melalui proses kondisioning yaitu
melalui pengalaman kenikmatan yang ditimbulkan tanpa ada sebab emosional atau latar
belakang psikologik. Semakin besar kenikmatan diperoleh makin besar dorongan anak
untuk menghisap jari, bila kebiasaan dihentikan diharapkan tidak menimbulkan masalah
emosional atau psikologik atau beralih pada kebiasaan yang lebih buruk. Selain melalui
proses kondisioning, kebiasaan menghisap jari merupakan pola tingkah laku yang dapat
dipelajari melalui pengamatan atau meniru sesuatu diluar dirinya. Pendukung teori
pembelajaran yakin bahwa etiologi menghisap jari berdasar pada hukum pembelajaran
(Fletcher, 1975). Teori pembelajaran menganggap tidak ada tekanan psikologik yang
mendasari pengisapan non nutritif yang berkelanjutan. Teori pembelajaran melihat semua
bentuk pengisapan non nutritif sebagai sesuatu yang bersifat adaptif pada tahap
perkembangan awal. Respon tersebut kemudian mendapat tanggapan dari si anak dan
akhirnya menjadi kebiasaan yang dipelajari (Johnson dan Larson, 1993).
8
2. Pengaruh pada Susunan Gigi-geligi, Bentuk Rahang, dan Rongga Hidung
Untuk mendapatkan perkembangan yang normal pada susunan gigi-geligi
dibutuhkan keseimbangan antara kekuatan otot baik di dalam mulut, maupun otot-
otot di luar mulut, serta tekanan atmosfer. Gangguan keseimbangan yang terjadi di
antara otot di dalam dan di luar mulut yang berlangsung terus menerus dalam waktu
yang cukup lama, maka hal ini akan menimbulkan kelainan pada susunan gigi-geligi
maupun bentuk rahang. Kegiatan menghisap jari atau ibu jari merupakan suatu
gerakan yang dapat memberikan kekuatan tambahan pada otot-otot di sekitar mulut,
sehingga dapat mengakibatkan kelainan pada susunan gigi-geligi, gangguan pada
perkembangan tulang rahang, dan kelainan pada jaringan di sekitar mulut. Kelainan
yang menetap dapat bertambah dengan jelas pada anak yang mempunyai kebiasaan
menghisap jari melebihi usia tiga setengah tahun (Graber, 1972).
Pada waktu jari dimasukkan ke dalam mulut dan dihisap, sejumlah perubahan
akan terjadi di sekitar gigi-gigi yang dapat menimbulkan ketidak seimbangan oklusi.
Gigi anterior rahang atas mendapat tekanan ke labial dan ke apikal sedangkan gigi-
gigi insisivus rahang bawah tertekan ke lingual dan ke apikal, karena jari berada di
daerah palatal, lidah berpindah ke anterior ke dalam dasar mulut dan ke lateral di
antara gigi posterior. Hal ini menghasilkan kurangnya dukungan lingual pada
segmen posterior rahang atas terhadap tenaga yang diakibatkan oleh tekanan pipi
pada permukaan bukal gigi-gigi posterior rahang atas. Tipe maloklusi yang khas
yang timbul dari kumpulan tekanan yang tidak seimbang tersebut ialah gigi anterior
rahang atas ke labial dengan gigi-gigi insisivus rahang bawah ke lingual. Semua ini
akan menghasilkan bertambahnya overjet, berkurangnya overbite, timbulnya
9
openbite, dan kadang-kadang cross-bite posterior (Peterson, 1982). Pada beberapa
pola penghisapan, dapat terjadi tekanan negatif di dalam mulut sehingga
mengakibatkan penyempitan rahang atas (Moyers> 1973). Gangguan pada sistem
tekanan di sekitar kompleks maksiler, menyebabkan dasar hidung tidak menempati
posisi vertikalnya yang normal selama pertumbuhan. Pada anak yang menghisap jari
dapat ditemukan rongga hidung yang sempit dan langit-langit yang dalam (Moyers,
1973).
Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan menghisap jari dapat berpengaruh secara
signifikan pada perkembangan dentofasial. Pengaruh pada individu dan variasinya
tergantung pada frekuensi, intensitas, durasi (Johnson dan Larson, 1993). Perubahan
dentofasial yang berhubungan dengan kebiasaan menghisap jari antara lain efek pada
maksila yaitu meningkatnya proklinasi incisivus maksila, panjang lengkung maksila,
SNA, panjang mahkota klinis incisivus maksila, trauma incisivus sentral maksila,
resorpsi akar atipikal incisivus sentral gigi desidui, berkurangnya sudut SN ke ANS-PNS,
lebar lengkung palatal sedangkan efek pada mandibula adalah meningkatnya proklinasi
incisivus mandibula, jarak intermolar mandibula. Efek lain akibat kebiasaan menghisap
jari adalah pada hubungan antar lengkung yaitu meningkatnya overjet, crossbite
posterior, oklusi klas II Angle unilateral dan bilateral, berkurangnya overbite dan sudut
incisivus maksila dan mandibula, selain itu juga menimbulkan efek pada lidah
meningkatnya kebiasaan mendorong lidah ( tongue thrust ). Efek lainnya yang juga
terpengaruh yaitu meningkatnya resiko keracunan dan kelainan bicara khususnya celat,
perubahan bentuk kebiasaan, resiko kesehatan psikologik. (Johnson dan Larson, 1993).
10