25 desember 2011 selamat tahun baru - badan … desember 2011 naik 12,8 persen dibanding periode...
TRANSCRIPT
Edisi Desember 2011
Mengelola Risiko Bisnis Pembiayaan Sepeda Motor
INTERVIEW
KHAZANAH
Peran Investor Mendorong Terciptanya Tata Kelola Perusahaan yang Baik
Ir. Enny Dyah Ratnawati, MM:“Kami Selalu Menyelipkan Materi Manajemen Risiko”
Segenap Dewan Pengurus dan Staf Karyawan
Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR), Mengucapkan
Selamat NatalSelamat Tahun Baru
25 Desember 2011
Pendaftaran Perorangan bagi BankirBadan Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR) membuka pendaftaran perorangan bagi bankir calon peserta Uji Kompetensi Manajemen Risiko (UKMR). Tujuannya, memberi kesempatan kepada para bankir untuk memperoleh sertifikat manajemen risiko tanpa menunggu pendaftaran kolektif melalui bank tempatnya bekerja. Pendaftaran ini berlaku untuk semua tingkat UKMR yang akan diikuti. Formulir dan informasi lebih lengkap dapat dilihat di website BSMR, http://www.bsmr.org
BIAYA KEPESERTAAN UJI KOMPETENSI MANAJEMEN RESIKO (UKMR)TINTINTINTINGKAGKAGKAGKAGKAK TTTTAAAAAAA PESPESPESPESERERERERTTTTA BA BA BA BBARUARUARARARURUUTTTTTTTT PESPESPESPESPESSSSPESPESEEEEEREEEE TTTA MENGE ULANGTTTinTinnTininninnTTT ngkaggkakakkakakagkagkagkgk ttt t t IIIIIIIgg Rp.Rp.RRp.R 2. 2 2 00000000000000000000 0.00000000000000 00000p RRp.RpRpRppRp 1..50050500000000000.00.00.00000000000ppppppTTinTinnnTiTTinTinnTinnnnnngkagkakakagkakakakaggkaggkg ttt t t IIIIIIIIg Rp.RRpRpRp.R 333 3.333.00000000000000000000000 0.0.000000000000p RRp.ppppp 2.2.2..00000000000000000000000 000 0000.00.0 00ppppTTTinTinTinnnnTTTTTT ggkagkgkakakakaggkat tt t t t IIIIIIIIIIII Iggg RRRp.Rp.Rp 4.4 00000000000.000 0p RpRp.Rp.Rp.Rp.pRp.RRR 33.3 3 .3.0000000000000000000000000.0.0.00. 00 00pppTinTTTinTinnnnnTTTiT gkkaaagkkagkagkagkagkgkgkaggkat tt ttt IVIVVVIVVVIVggg Rp.RpppR 5.55 5.5.5.5. 5.555505050055 .0000p Rp.RpRp.pp.RR .p. 4.4.4.4.444 55505000555 .000000p
gggggggggggggTTiTinTinTTinT nTTinnnT kgkagkakkaaagkagkagg ag tt ttt tt V VVV V VVVVggggggggg ppppppppppppppppppRp.RpRpRpR 6. 6. 6.6 500.000 0pppppppppppppppppp pppppppppppppppppppppppppRRp.p.p.Rppp 555.5.55 555550000555 .00000ppppppppppppppppppp
LENSA
LENSA 1 : Pada tanggal 29 - 30 Oktober 2011,
BSMR mengadakan pelatihan Manajemen
Risiko bagi Asesor Kompetensi BSMR yang
bertempat di kantor BSMR.
LENSA 2 : Pada hari Selasa tanggal 1 November
2011, BSMR melakukan pertemuan dengan
BARESKRIM POLRI di MABES POLRI, Jln.
Trunojoyo, Jakarta Selatan. Dalam pertemuan
tersebut membahas wacana pelatihan
Manajemen Risiko bagi para penyidik POLRI,
terutama yang menangani kejahatan perbankan
dan keuangan. Tampak ki-ka : KBP. Agung Setya,
MSi. (KASUBDIT Tindak Pidana Pencucian
Uang); Brigjen. Pol. Drs. Arief Sulistyanto, MSi.,
(Direktur TIPIDEKSUS BARESKRIM POLRI);
Komisaris Jendral (purn) Drs. Ismerda Lebang;
Drs. Sutarman, (KABARESKRIM POLRI); Gandung
Troy Sulistyantoro, (Ketua Harian BSMR); Dian
Kusumowardani, (Manajer Administrasi &
Keuangan BSMR) dan AKBP Sonny Mulfianto,
SIK, (SPRI KABARESKRIM).
LENSA 3: BSMR dan Fiserv mengadakan
Program Pemeliharaan Sertifikat Manajemen
Risiko yang diadakan di Nikko Hotel Jakarta
pada tanggal 16-17 November 2011. Workshop
yang bertema Funds Transfer Pricing (FTP), Risk-
Adjusted Return On Capital (RAROC) & Optimal
Loan And Deposit Pricing” tersebut diikut oleh 29
peserta dari kalangan perbankan di Indonesia.
(Ke-4 dari kiri : Orlando B. Hanselman, Education
Programs Director of Fiserv; paling kanan berdiri
: Clement Ooi, Managing Director of Fiserv Asia
Pacific Operations)
LENSA 4: BSMR dan Fiserv mengadakan
Program Pemeliharaan Sertifikat Manajemen
Risiko yang diadakan di Hotel Discovery Bali
pada tanggal 21-22 November 2011. Workshop
yang berteme Measuring & Managing Liquidity
Risk tersebut diikut oleh 15 peserta dari
kalangan perbankan di Indonesia, Singapura
dan Vietnam. (Tengah duduk berbatik: Gandung
Troy S., Ketua Harian BSMR; tengah duduk berjas
: Orlando B. Hanselman, Education Programs
Director of Fiserv; ke-3 dari kanan atas: Clement
Ooi, Managing Director Fiserv Asia Pacific
Operations).
LENSA 1
LENSA 2
LENSA 3
LENSA 4
Sabtu, 21 Januari 2012 I – V Jakarta 30 Desember 2011I – III Surabaya
Sabtu, 18 Februari 2012I – V Jakarta
27 Januari 2012I – IIISemarang,
Medan
Sabtu, 24 Maret 2012 I – V Jakarta 02 Maret 2012I – III Surabaya
Sabtu, 21 April 2012 I – V Jakarta 30 Maret 2012I – III Makassar
Sabtu, 19 Mei 2012 I – V Jakarta 27 April 2012I – III Surabaya
Sabtu, 23 Juni 2012 I – V Jakarta 01 Juni 2012I – III Medan
Sabtu, 14 Juli 2012I – V Jakarta
22 Juni 2012I – III Semarang, Surabaya
Sabtu, 11 Agustus 2012 I – V Jakarta 20 Juli 2012
Sabtu, 22 September 2012 I – V Jakarta 31 Agustus 2012I – III Surabaya
Sabtu, 20 Oktober 2012I – V Jakarta
28 September 2012I – IIIMakassar,
Medan
Sabtu, 24 November 2012 I – V Jakarta 02 November 2012I – III Surabaya
Sabtu, 15 Desember 2012I – V Jakarta
23 November 2012I – IIISurabaya,
Medan Catatan: Tempat dan tanggal pelaksanaan Uji Kompetensi yang tertera di atas masih dapat berubah sewaktu-waktu di sesuaikan dengan ketersediaan tempat Uji Kompetensi.
JAJAJAAJAAAAJAJJAAJAJJ DWDWDDWWDDWDWDWDWWWDWDWDWD ALALALALALLLALAALAAAAA BB BBBBARARARARARAARRARUU U UUUUUU UJUJU I KOOMPMPMMMPMPPMPETTENENSISI M MANANAJJAJA EMEMEMMEMEMEMENENNNN R R RRRISISISISSISSIKIKIIIKIKKKKIKI O O OOOOOOOO 2022202020202022202020020121212121212121212211HarHarHarH i &i &i && TaTaTaTanggnggnggal alal al UKMUKMUKMUKMUKMUUKMMMRRRRRRR TinTinTingkagkat Ut UKMRKMR KotK ta Ua UKMRKMR BatBatasas PPenP dafafafftartartartaran ananan & P& P& PP& PPememembembem ayayaranra
DESEMBER 2011 1
TIDAK terasa kita sudah berada penghujung tahun 2011 dan sebentar lagi sudah memasuki tahun yang baru, 2012. Lalu, apakah Anda sudah punya rencana besar di tahun 2012, baik rencana pribadi, keluarga ataupun pekerjaan? Atau mungkin Anda berniat mengambil kredit kendaraan baru lagi di tahun 2012?
Pembaca yang budiman, pertumbuhan kendaraan
bermotor di Indonesia, khususnya kendaraan roda dua alias sepeda motor memang menakjubkan. Bahkan di kota besar seperti Jakarta, sepeda motor merajai jalanan Ibukota.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Gunadi Sindhuwinata, sepanjang paruh pertama tahun ini penjualan motor di tanah air telah menyentuh angka 4,07 juta unit atau naik 12,8 persen dibanding periode sama 2010. Selama semester pertama tahun lalu, penjualan mencapai 3,6 juta unit.
Penyebabnya, selain kemudahan memperoleh “moda transportasi anti macet” tersebut, peran lembaga pembiayaan (multifinance) yang memberikan fasilitas kredit sepeda motor juga disinyalir menjadi salah satu penyebab naiknya angka penjualan sepeda motor. Lembaga ini sangat berperan dalam menaikkan angka penjualan sepeda motor di Indonesia. Apalagi, kini, 90 persen dari seluruh penjualan sepeda motor melalui kredit.
Penjualan sepeda motor yang difasilitasi oleh kredit pembiayaan dari perusahaan pembiayaan memang berpotensi naiknya angka rasio kredit macet (Non-performing Loan/NPL). Di sisi lain, naiknya NPL di industri pembiayaan berpotensi membuat risiko industri perbankan meningkat juga karena sebagian besar penyalur kredit ke perusahaan pembiayaan adalah bank.
Nah, disinilah manajemen risiko suatu perusahaan diuji. Bagaimana manajemen risiko itu dilakukan perusahaan pembiayaan inilah yang menjadi topik bahasan di Kajian Utama Buletin BSMR edisi kali ini.
Bagi Anda yang suka olahraga pemacu adrenalin sepeda gunung, kami juga menyajikan tulisan tentang kegiatan komunitas penggila olahraga gowes ekstrim ini, lengkap dengan risiko dan cara menghadapinya.
Pembaca yang budiman, kami berharap apa yang kami sajikan ini bisa bermanfaat bagi Anda. Selamat Tahun Baru, semoga sukses selalu hinggap di diri Anda. #
DARI REDAKSI
b2m2p2kAmb
p
SUSUNAN REDAKSIBULETIN BSMR
Penasehat:Gayatri Rawit Angreni
Pelindung:Gandung Troy Sulistyantoro
Penanggung Jawab/ Pemimpin Redaksi:Rahardjo S. Unggul
Redaktur Pelaksana:Julianda
Dewan Redaksi:Naif Ali Dahbul
Sirkulasi:Dian Kusumowardani,Dewi Diah Handayani,Restu Rahayu Dewi,Taufan Iskandar Muda, Mailina, Saeful, Jellysi, Wulan, Agung, Bowo, Hans, Yohanes, Halimah
ALAMAT REDAKSIGandaria Office 8 Lantai 2 Unit DJl. Sultan Iskandar Muda Kebayoran LamaJakarta Selatan 12240Telepon: (021) 2903 6680Faksimili: (021) 2903 6681Email: [email protected]: www.bsmr.org
Redaksi menerima kiriman naskah tulisan, saran pendapat dan foto. Redaksi berhak mengedit naskah tulisan tanpa mengubah maknannya.
DESEMBER 20112
1 Dari Redaksi
SAJIAN UTAMA3 Mengelola Risiko Bisnis
Pembiayaan Sepeda Motor8 Ini Dia Risiko-Risiko Bisnis
Leasing!10 Berkelit Dari Ancaman Kredit
Macet
LIFESTYE
14 SEPEDA GUNUNG: Kombinasi Tenaga, Nyali & Otak
SWARA18 Fajar Hariadi: “Mendebarkan
Sewaktu Baca Soal Pertama”
DAFTAR ISI
18 Yustan Aziri : “Siap ke Level Berikutnya”
19 Raden Nuralita Pratika (Rara) : “Sangat Terbantu dengan Training di Kantor”
19 Olivia Zoraya: “Meski Sebatas Teori Tapi Tetap Bermanfaat”
INTERVIEW
20 Ir. Enny Dyah Ratnawati, MM: “Kami Selalu Menyelipkan Materi Manajemen Risiko”
KHAZANAH23 Peran Investor Mendorong
Terciptanya Tata Kelola Perusahaan yang Baik
SEPUTAR SERTIFIKASI26 Mengapa Harus Ada
Sertifikasi Manajemen Risiko?
DESEMBER 20112
DESEMBER 2011 3
Oleh: Didiek Elpe
Bagi warga Jakarta dan kaum urban
yang bekerja di Jakarta, kemacetan
lalu-lintas nampaknya sudah
menjadi “makanan” sehari-hari.
Hampir setiap hari jutaan pengendara
motor dan mobil memadati jalanan di
wilayah Jakarta.
Keadaaan tersebut membuat jalanan
Jakarta terkadang tak mampu menampung
banyaknya kendaraan yang melintas.
Akibatnya, macet pun terjadi di hampir
setiap jalanan ibu kota, khususnya saat jam
berangkat dan pulang kantor.
Berdasarkan catatan Pemprov DKI
Jakarta, setiap hari setidaknya ada 1.100
pertambahan kendaraan di Jakarta.
Pertumbuhan itu didominasi sepeda
motor sebanyak 900 kendaraan. Polda
Metro Jaya memprediksi tahun 2011
jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta
sebanyak 12.062.396 kendaraan.
Sepeda motor memang merajai
jalanan Ibu Kota. Maklum, setiap tahun ada
peningkatan penjualan di moda kendaraan
roda dua ini. Tahun ini diperkirakan
meningkat 10 persen menjadi 8,1 juta dari
tahun lalu yang sebesar 7,2 juta unit.
“Itu angka perkiraan konservatif karena
bisa lebih,”kata Gunadi Sindhuwinata,
Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda
Motor Indonesia (AISI).
Sepanjang paruh pertama tahun ini,
lanjut Gunadi, penjualan motor di tanah air
telah menyentuh angka 4,07 juta unit atau
Mengelola Risiko Bisnis Pembiayaan
Sepeda Motor
SAJIAN UTAMA
DESEMBER 2011 3
Di industri pembiayaan, pengelolaan manajemen risikonya belum begitu mapan seperti halnya di perbankan. Bahkan, manajemen risiko bisa dibilang hal baru di industri pembiayaan. Bagaimana perusahaan pembiayaan otomotif, khususnya pembiayaan kendaraan roda dua, mengaplikasikan manajemen risiko?
DESEMBER 20114
naik 12,8 persen dibanding periode sama
2010. Selama semester pertama tahun lalu,
penjualan mencapai 3,6 juta unit.
Penjualan sepeda motor di Indonesia
masih sangat menjanjikan. Penurunan
suku bunga ditengarai menjadi salah
satu pemicu naiknya penjualan sepeda
motor. Pemicu yang lain adalah gencarnya
pabrikan sepeda motor mengeluarkan
produk dengan teknologi dan desain
baru. Munculnya produk baru biasanya
membuat orang tergoda. Mereka pun
kemudian mengganti sepeda motor yang
lama dengan yang baru.
Mempunyai sepeda motor saat ini
memang terbilang mudah. Hanya dengan
uang muka (Downpayment/DP) ratusan
ribu rupiah saja. Bahkan ada dealer yang
mengiming-imingi konsumen tanpa DP,
motor baru sudah bisa didapat. Prosesnya
pun tak bertele-tele dan lama. Cukup
dengan bukti fotocopy KTP, Kartu Keluarga
(KK), Rekening Listrik, konsumen sudah
bisa membawa pulang sepeda motor yang
diinginkannya.
Hadirnya lembaga pembiayaan
(multifinance) yang memberikan fasilitas
kredit sepeda motor juga disinyalir menjadi
salah satu penyebab naiknya angka
penjualan sepeda motor. Lembaga ini
sangat berperan dalam menaikkan angka
penjualan sepeda motor di Indonesia.
Apalagi, kini, 90 persen dari seluruh
penjualan sepeda motor melalui kredit.
Kue bisnis sepeda motor memang
menggiurkan bagi perusahaan
pembiayaan. Lihat saja PT Wahana
Ottomitra Multiartha Tbk (WOM Finance),
bisa menggaet laba bersih sekitar Rp 2
triliun untuk periode Januari-September
2011.
Dari yang dipublikasikan media pada
September 2011 lalu, terlihat bahwa
untuk rentang waktu sembilan bulan
2011, perusahaan pembiayaan itu
mencatat pembiayaan sepeda motor
baru sebanyak 424 ribu unit. Angka itu
setara dengan pembiayaan Rp 5,2 triliun.
Perusahaan pembiayaan sepeda
motor merk Honda, PT Federal
International Finance (FIF) juga sudah
ambil ancang-ancang untuk tahun
2012. FIF sedang giat-giatnya mencari
pinjaman perbankan untuk menutup
kebutuhan dana tahun depan sebanyak
Rp 23 triliun.
Presiden Direktur FIF Suhartono
menyebut, angka tersebut dihitung
berdasarkan proyeksi konservatif
tumbuh 10 – 15 persen di atas kebutuhan
dana tahun ini, yaitu Rp 20 triliun. Per
Agustus, FIF membukukan aset on balance sheet Rp 16,2 triliun. Suhartono berharap
aset bisa terus tumbuh hingga Rp 16,8
triliun sampai akhir tahun.
Direktur Pemasaran FIF Hendry
Christian Wong juga optimistis
pembiayaan sampai akhir tahun bisa
menembus Rp 21 triliun. Angka ini di atas
target yang ditetapkan, yaitu Rp 20 triliun.
Optimisme itu didasarkan pada
penyaluran pembiayaan per Agustus yang
sudah mencapai Rp 13,19 triliun, atau
meningkat 22,2 persen dari periode yang
sama tahun lalu. Sekedar catatan, realisasi
pembiayaan tahun lalu senilai Rp 16,96
triliun.
SAJIAN UTAMA
DESEMBER 20114
Wiwie Kurnia,Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI)
DESEMBER 2011 5
Ketua Umum Asosiasi
Perusahaan Pembiayaan
Indonesia (APPI) Wiwie
Kurnia menyebutkan
kekuatan daya beli
masyarakat dan laju
pertumbuhan industri
otomotif menjadi mesin
pendorong industri
pembiayaan.
“Penyaluran
pembiayaan naik 20
persen sampai dengan
akhir tahun 2010. Tahun
2011, industri pembiayaan
masih terus tumbuh
20 30 persen. Jika suku
bunga pembiayaan naik,
penurunan penyaluran
dana tidak bisa dihindarkan. Ini yang harus
diantisipasi oleh perusahaan pembiayaan,”
tegas Wiwie. “Di sinilah manajemen risiko
suatu perusahaan diuji.
RISIKO KENAIKAN NPL
Memiliki sepeda motor saat ini
memang sangat mudah. Dengan uang
muka (down payment atau DP) Rp400 ribu
atau Rp500 ribu saja, bahkan ada dealer
yang mengiming-imingi konsumen tanpa
DP, orang sudah bisa membawa pulang
sebuah sepeda motor baru dengan kisaran
harga Rp11 juta-Rp15 juta.
Cicilan bisa dibayarkan dengan jangka
waktu 12-36 bulan dengan besaran
mulai dari Rp350 ribu hingga Rp600 ribu.
Prosesnya pun mudah dan cepat. Cukup
dengan bukti fotocopy KTP, Kartu Keluarga
(KK), Rekening Listrik, konsumen sudah
bisa membawa pulang sepeda motor yang
diinginkannya.
Sebenarnya, mereka yang mengerti
hitung-hitungan kredit sepeda motor
ini, bunga yang diberikan perusahaan
pembiayaan cukup tinggi, terutama untuk
yang berani memasang uang muka rendah.
Maklum, perusahaan pembiayaan harus
menelan risiko tinggi bila terjadi kredit
macet. Kendati demikian, khususnya
kalangan menengah ke bawah, tak begitu
mempermasalahkan bunga yang tinggi itu
asalkan mereka masih mampu membayar
cicilan.
Spread bunga yang didapat
perusahaan pembiayaan dengan
memberikan kredit sepeda motor ini
memang cukup besar. Biasanya, bunga
yang diterima perusahaan pembiayaan dari
bank berkisar 14 – 15 persen. Sedangkan,
bunga yang dibebankan perusahaan
pembiayaan kepada konsumen berkisar 30
– 40 persen. Sungguh bisnis yang sangat
menguntungkan. Tentu bila tak macet.
Wahana Otto Multiartha (WOM),
misalnya, memberikan suku bunga 29 –
31 persen kepada konsumen. Penentuan
bunga berdasarkan kemampuan nasabah
dan nilai sepeda motor. Hal yang sama juga
diungkapkan kubu Bussan Auto Finance
(BAF). Pembiayaan yang satu ini tidak
pernah mau ikut perang DP atau perang
tarif. Kuncinya hanya menerapkan DP
minimal sebesar 25 persen. Itu merupakan
salah satu cara penyeleksian nasabah
untuk mengantisipasi terjadinya kredit
macet.
DESEMBER 2011 5
Gunadi Sindhuwinata,Ketua Umum Asosiasi IndustriSepeda Motor Indonesia (AISI)
DESEMBER 20116
Masalahnya, beberapa perusahaan
pembiayaan justru banyak yang
mendobrak aturan ini. Perang DP
dilakukan secara jorjoran. Makanya, ketika
terjadi lonjakan permintaan, khususnya
menjelang Lebaran, biasanya diikuti
dengan kenaikan rasio kredit macet atau
non performing loan (NPL) pasca-Lebaran.
Hal itu diakui beberapa pelaku bisnis
pembiayaan sebagai kejadian yang selalu
berulang setiap tahun.
Lalu, apa biasanya yang menyebabkan
terjadinya kredit macet? Salah seorang
nasabah yang mengredit sepeda motor
di salah satu perusahaan pembiayaan
mengakui, dia sering kali terlambat
membayar cicilan saat menjelang Lebaran
dan pasca-Lebaran.
Menurut dia, hal itu terjadi karena
biasanya kebutuhan menjelang Lebaran
selalu menjadi prioritas utama ketimbang
mencicil sepeda motor. Nah, setelah
Lebaran, kocek pun sudah sangat tipis dan
membuat dia menunda membayar cicilan
sepeda motor.
Langkah apa yang diambil perusahaan
pembiayaan ketika nasabah mulai
membandel membayar cicilan? Sistem dan
prosedur yang diterapkan BAF bila terjadi
penunggakan cicilan oleh nasabah adalah
mulai dari melayangkan surat, menelepon,
sampai dengan penarikan sepeda motor.
Penarikan (sepeda) motor dilakukan jika
dua kali berturut-turut nasabah tidak
melakukan pembayaran cicilan.
Ada dua kemungkinan yang akan
dihadapi perusahaan pembiayaan jika
menarik sepeda motor. Kalau uang
mukanya rendah, sementara sepeda
motor baru dicicil dua hingga tiga kali,
perusahaan pembiayaan kemungkinan
bisa rugi. Tapi, bila uang mukanya tinggi
atau sepeda motor sudah dicicil 12 hingga
24 kali, kerugian bisa ditutup. Kalaupun
rugi, tidak terlalu besar.
Untuk mengantisipasi kredit macet, ada
perusahaan pembiayaan yang mengaku
menaikkan besaran uang muka menjadi
dua kali lipat. Ada pula yang memperketat
penyeleksian dokumen persyaratan
pengajuan kredit.
PRINSIP KEHATI-HATIAN
Wimboh Santoso, Direktur Bank
Indonesia pernah mewanti-wanti untuk
mewaspadai naiknya NPL pada perusahaan
pembiayaan yang kurang selektif dan
manajemen risikonya kurang baik.
Menurut dia, naiknya NPL perusahaan
pembiayaan mudah terjadi karena
pertumbuhan industri yang sangat cepat
tidak dibarengi dengan pertumbuhan
manajemen risiko masing-masing
perusahaan.
Dia menuturkan naiknya NPL di
industri pembiayaan berpotensi membuat
risiko industri perbankan meningkat
juga karena sebagian besar penyalur
kredit ke perusahaan pembiayaan adalah
bank. Meskipun jumlah pembiayaan
besar, lanjutnya, beberapa perusahaan
pembiayaan mampu menjaga kredit
bermasalahnya (non-performing loan/NPL)
karena adanya mitigasi risiko yang bagus
dan ketat.
Seorang ekonom pernah berujar,
aplikasi manajemen risiko (risk management) oleh perusahaan
pembiayaan (multifinance) masih terbilang
minim. Mestinya, kata dia, multifinance
harus menerapkan sistem manajemen
risiko seperti yang diterapkan bank sebagai
perusahaan induknya.
Ryan Kiryanto, sang ekonom itu
menilai, penerapan risk management
pada multifinance yang merupakan anak
perusahaan bank kurang teraplikasi.
“Sebaiknya diwajibkan penerapan sistem
risiko manajemen yang terafiliasi dengan
bank sebagai induk perusahaan,” ujarnya
waktu itu.
Ryan menambahkan, pemberlakuan
sistem itu sangat penting. Jika suatu
saat muncul masalah pada perusahaan
SAJIAN UTAMA
DESEMBER 20116
DESEMBER 2011 7DESEMBER 2011 7
pembiayaan itu, dia tidak akan
memberi ekses pada bank sebagai
induk perusahaan. “Akan lebih fair jika
perusahaan pembiayaan yang terafiliasi
dengan bank juga menerapkan prinsip
manajemen risiko dan good corporate government,” katanya.
Menurut Ryan, Bank Indonesia
(BI) selaku pengawas perbankan
harus menerapkan pengawasan yang
holistik. “Bukan hanya bank yang dilihat
(pengawasannya-Red), tetapi juga anak-
anak perusahaan yang terkait. Terutama
jika bank itu memiliki saham dominan,
yang artinya memiliki laporan keuangan
yang terkonsolidasi,” ujarnya.
Dalam beberapa kasus, kondisi
multifinance sebagai anak usaha sangat
memberatkan bank. Sebab multifinance
masih terlambat menerapkan prinsip-
prinsip yang dapat mencegah risiko.
Karena itu, bank sebagai induk
harus mendorong anak usahanya
menjalankan segala prinsip kehati-
hatian. Ryan menegaskan, pengaturan
prinsip kehati-hatian pada anak usaha
juga harus dikoordinasikan dengan
Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK).”Untuk industri
non banking (multifinance-Red) harus
diatur oleh Bapepam-LK, bukan BI. Dia
(Bapepam-LK-Red) harus agresif pada
perusahaan nonperbankan itu agar mereka
mengimplementasikan prinsip kehati-
hatian,” katanya.
Sebenarnya, masih menurut Ryan,
motif bank membentuk anak usaha
multifinance lebih sebagai strategi bisnis.
Kecenderungan ini didorong rencana
penerapan universal banking. Dengan
demikian, bank dapat masuk dalam
industri non banking, seperti perusahaan
pembiayaan, asuransi, atau sekuritas.
“Dengan adanya anak perusahaan
ini, nasabah-nasabah yang tidak bisa
diakomodasi sistem perbankan bisa lewat
sistem nonbank. Anak usaha itu menjadi
compliment atau substitusi,” katanya.
Selain itu, dalam membentuk anak
usaha, bank harus memperhatikan
penempatan orang-orang yang akan
mengawasi kinerja anak usaha itu. “Hal ini
perlu agar manajemen yang dijalankan
anak usaha itu dapat terkontrol sehingga
dapat mencegah atau mengurangi potensi
masalah,” tandas Ryan. #
DESEMBER 20118
Secara umum, berbagai rIsiko yang
mempengaruhi kinerja perusahaan
pembiayaan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut Risiko Mikro dan Risiko
Makro. Berikut penjelasan risiko-risiko
tersebut.
A. RISIKO EKONOMI MIKRO 1. Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan muncul ketika
konsumen atau debitur mengalami
kesulitan dalam membayar angsuran tepat
pada waktunya. Risiko ini dapat meningkat
saat jumlah pinjaman semakin bertambah.
Pemantauan intensif terhadap saldo pokok
pinjaman merupakan hal yang kritis dalam
upaya menghindari risiko pembiayaan
Risiko pembiayaan ini akan selalu menjadi
sebuah faktor dalam pertumbuhan bisnis.
Maka mengelola dan meminimalisasi
risiko tetap harus menjadi fokus utama
perusahaan.
2. Risiko Pendanaan
Risiko pendanaan akan muncul saat
perusahaan menemui kesulitan dalam
mendapatkan sumber dana, baik dalam
bentuk pinjaman maupun pendanaan
bersama. Kesulitan eksternal tersebut
akan mempengaruhi perkembangan
Perusahaan, dan membatasi kemampuan
untuk menawarkan fasilitas pembiayaan
kepada konsumen. Risiko dapat juga
berupa ketidaksesuaian atas jangka
waktu sumber dana dengan jangka waktu
pembiayaan maupun tingkat bunga
yang diperoleh dengan tingkat bunga
yang ditetapkan kepada konsumen yang
berakibat pada tidak sesuainya arus kas
hingga mempengaruhi perkembangan
perusahaan.
3. Risiko Persaingan
Setelah krisis ekonomi di Indonesia
yang tak terduga pada tahun 1998,
sejumlah perusahaan pembiayaan
terperangkap dengan lonjakan suku
bunga tetap. Ini sangat bermasalah untuk
mereka yang memfokuskan pada factoring
& leasing serta produsen alat-alat berat.
Sejak itu, perusahaan pembiayaan mulai
beralih, menyusun strategi untuk sektor
pembiayaan konsumen.
Akhirnya, pada tahun 2001,
pembiayaan konsumen adalah satu-
satunya sektor yang terus berkembang
dalam bidang pembiayaan -bermula dari
pembiayaan sepeda motor dan mobil.
Bisnis tersebut terus berkembang hingga
sekarang, dan telah manjadi bagian
penting dari perkembangan bidang
pembiayaan di Indonesia. Aspek yang
lain dari kegiatan ekspansi pembiayaan
konsumen adalah setiap perusahaan
pembiayaan di Indonesia menghadapi
persaingan yang semakin tajam.
SAJIAN UTAMA
DESEMBER 20118
Ini Dia Risiko-Risiko Bisnis Leasing!
DESEMBER 2011 9
4. Risiko Operasional
Risiko operasional berhubungan
dengan kontrol dan prosedur. Jika
ditambah dengan kerusakan sistem
komputer atau kesalahan prosedur
di tempat kerja, akan mengakibatkan
efek negatif pada mutu layanan dan
pengontrolan operasional. Jika kesalahan
tersebut tidak terdeteksi atau tidak
diperbaiki dalam jangka waktu yang lama,
quality control dan layanan bagi konsumen
akan menderita -begitu juga dengan
keuntungan dan reputasi Perusahaan.
B. RISIKO MAKRO EKONOMI 1. Risiko Perekonomian
Berbagai risiko ekonomi mempunyai
hubungan erat dengan kondisi umum
perekonomian nasional, perubahan
tak terduga seperti penurunan tingkat
pertumbuhan ekonomi, lonjakan
inflasi, tingkat suku bunga
yang sangat tinggi, fluktuasi
mata uang atau bahkan harga
energi yang tinggi. Semua faktor
yang seperti tidak mempunyai
hubungan satu sama lain ini
dapat memberi efek negatif bagi
kinerja Perusahaan.
2. Risiko Sosial dan Keamanan
Perkembangan sosial yang
negatif di Indonesia (seperti
huru-hara dan kerusuhan sosial
yang lain) mempunyai pengaruh
negatif untuk bisnis. Untuk itu,
perkembangan bisnis strategis
atau peningkatan jumlah cabang
harus dipelajari dengan teliti,
sambil mengawasi keadaan
sosial dan keamanan.
3. Risiko Kebijaksanaan Moneter dan Fiskal
Kebijaksanaan moneter dan fiskal
dapat mempengaruhi operasional
Perusahaan Dalam era keuangan
yang ketat, Perusahaan harus dapat
mengimbangi efek kebijaksanaan tersebut
dengan mencari sumber dana alternatif,
seperti pasar modal atau sumber dana
luar negeri. Sumber dana yang lancar akan
memberi pengaruh jangka panjang yang
baik untuk sebuah pemimpin pasar. Dalam
waktu yang sama, seluruh peningkatan
suku bunga harus bisa diimbangi dengan
strategi pendanaan yang terpadu; pendek
kata, Perusahaan harus terus menerus
mencari strategi pendanaan yang kreatif
dan menghasilkan. #
(Diolah dari berbagai sumber)
DESEMBER 2011 9
10 DESEMBER 2011
Oleh: Didiek Elpe
Sebuah X-Banner
yang lumayan besar,
kira-kira setinggi
1.5 meter yang terdapat
di ruang tunggu antrian
pembayaran Adira
Multifinance menarik
perhatian Andi ketika
mengantarkan seorang
teman membayar cicilan
sepeda motor miliknya.
Isinya adalah sebuah
informasi program
pemberian hadiah kepada
customer Adira yang
berkaitan dengan kredit
sepeda motor.
Program tersebut berisi ajakan
kepada customer Adira untuk melakukan
pembayaran angsuran tiap bulan
secara rapelan. Maksudnya adalah jika
pembayaran angsuran normal sebulan satu
kali, maka di program tersebut customer
diajak untuk membayar angsuran sebulan
lebih dari satu bulan cicilan.
Di banner tersebut terdapat informasi
jika cicilan dua bulan dirapel dalam satu
bulan, maka customer akan mendapatkan
satu lembar kupon undian, jika cicilan 3
bulan dirapel dalam 1 bulan maka kupon
yang diperoleh adalah 2 lembar. Namun,
tidak ada keterangan jika rapelan lebih dari
empat bulan, mungkin saja ada semacam
kelipatan.
Selain hadiah yang ditawarkan
lumayan oke, yaitu sepeda motor keluaran
baru sebagai hadiah utamanya, yang
membuat program tersebut menarik
adalah tujuan lain di belakangnya. Bagi
customer, program ini semacam apresiasi
penghargaan oleh pihak leasing kepada
mereka karena menjadi customer-nya,
walaupun sebenarnya lebih karena pilihan
dealer-nya saja. Tapi sah-sah saja, apalagi
untuk ukuran di daerah, hadiah berupa
sepeda motor sudah tentu akan sangat
menarik perhatian.
Berkelit dari Ancaman Kredit Macet
SAJIAN UTAMA
DESEMBER 201110
Kredit macet menjadi ancaman yang paling menakutkan bagi bisnis pembiayaan sepeda motor. Namun lewat penerapan manajemen risiko bisa sukses jika pihak yang terlibat di dalamnya serius menerapkannya.
11DESEMBER 2011
Bagi Adira sendiri tujuan diadakan
program tersebut nampanya lebih dari
sekedar apresiasi kepada customer, namun
sebenarnya adalah salah satu cara untuk
mengurangi terjadinya kredit macet.
Sudah menjadi rahasia bersama, bahwa
masalah utama leasing adalah banyak
sekali kredit macet yang mengakibatkan
banyak motor yang akhirnya ditarik (atau
dirampas?). Jadi, dengan rangsangan
berupa hadiah (namun syaratnya adalah
membayar lebih banyak cicilan dalam
sebulan) bisa menjadi win-win solution
bagi kedua belah pihak. Customer dapat
kesempatan memperoleh motor gratis
dan hadiah lainnya, Adira sendiri dapat
mengurangi resiko kredit macet.
MENAIKKAN DOWN PAYMENT
Belakangan ini, Bank Indonesia
(BI) memang sedang berwacana agar
perusahaan pembiayaan untuk menaikkan
angka Down Payment (DP) semua
kendaraan yang ditawarkan ke masyarakat.
BI akan mengkaji kenaikan uang muka
untuk mencegah gelembung ekonomi
(economic buble).
Untuk itu, bank sentral rencananya
akan menerapkan kebijakan loan to value ratio (LVR) dengan menaikkan
uang muka menjadi 30 persen. Artinya
bank atau perusahaan pembiayaan akan
mengucurkan kredit maksimal 70 persen.
Kebijakan ini bertujuan untuk menekan
rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL).
Perusahaan pembiayaan sendiri
tampaknya tidak mengkhawatirkan isu
bubble, meski pertumbuhan pembiayaan
saat ini sudah melesat tinggi. Asosiasi
Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI)
juga mengaku keberatan bila regulator
mengatur down payment alias uang muka
pembiayaan.
Ketua APPI Wiwie Kurnia bilang,
pertumbuhan yang terjadi di industri
pembiayaan masih sesuai dengan koridor
pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Apa
salahnya kalau ekonomi tumbuh, yang beli
mobil dan sepeda motor juga tumbuh,”
kata Wiwie beberapa waktu lalu.
Wiwie juga berpendapat bubble tidak
ada kaitannya dengan uang muka. “Bubble atau tidak, uang muka pasti kita atur,”
ujarnya. Wiwie menambahkan, hal paling
penting bukan soal besaran uang muka,
tapi siapa si debitur multifinance tersebut.
Karena itu, Wiwie berharap pemerintah
sebagai regulator tidak mengeluarkan
aturan mengenai uang muka pembiayaan
dan menyerahkannya pada masing-masing
perusahaan. Ia memperkirakan, jika uang
muka harus minimal 30 persen, bisnis
pembiayaan bisa stop. “Penjualan mobil,
misalnya, bisa turun sampai 50 persen,”
ujar Wiwie.
Imbauan BI untuk menaikkan
uang muka (down payment/DP) pada
kredit kendaraan bermotor ditengah
kekhawatiran bubble industri automotif
rupanya juga tidak terlalu dipusingkan oleh
PT Federal Internasional Finance (FIF).
Perusahaan pembiayaan sepeda motor
khusus Honda ini mengaku sudah memiliki
sejumlah perhitungan yang matang ketika
akan menyalurkan kredit kepemilikan
sepeda motor untuk nasabahnya.
“Itu kan masih wacana. Tapi intinya
pembiayaan sepeda motor, mempunyai
perhitungan risiko masing-masing. Kami
yakin pada pengalaman 22 tahun
multifinance kita punya banyak skali data,
analisa, menerapkan strategi dan risiko, “
ujar Division Head Finance, Treasury and
Funding FIF Djap Tet Fa.
Dia pun memaparkan bahwa
pemberian DP rendah tidak diberlakukan
pada semua segmen nasabah FIF. Hanya
sebagian saja nasabah FIF yang bisa
mengakses DP di bawah lima persen. “Kita
punya segmen per wilayah, per tipe motor,
dan per pekerjaan. Kita menawarkan
DP yang bervarfiasi. DP rendah enggak
keseluruhan tapi kita pilih segmen
DESEMBER 2011 11
12 DESEMBER 2011
tertentu,” tambahnya.
Hingga saat ini jumlah DP kepemilikan
sepeda motor FIF masih berada dikisaran
11 persen secara keseluruhan. Sementara
itu untuk angka non performing loan (NPL)
juga mengalami penurunan yaitu 1,45
persen.
APLIKASI RISK MANAGEMENT
Ketua APPI Wiwie Kurnia, yakin bahwa
ketakutan akan terjadinya kredit macet
di multifinance yang sangat besar tidak
akan terjadi. “Kekhawatiran adanya kredit
macet yang terjadi secara besar-besaran
sangat kecil kemungkinannya, karena
kami (multifinance--Red) sudah tumbuh
sejak lama sekali, sehingga sangat teruji
kondisinya,” ujarnya.
Dia menambahkan, setiap multifinance
telah menerapkan risk management
secara internal, sehingga terjadinya kredit
macet secara besar-besaran sangat kecil
kemungkinannya.
Fenomena masyarakat yang membeli
sepeda motor secara kredit hanya
untuk keperluan sesaat kemudian tidak
membayar cicilannya, nampaknya juga
telah diantisipasi pihak leasing. Adira
Finance misalnya, sudah menerapkan
sistem risk-management atau manajemen
risiko untuk mengurangi tingkat
kemacetan kredit.
Bahkan, kini lembaga leasing lebih ketat
lagi dalam melakukan seleksi penyaluran
kredit kendaraan bermotor. “Sebelum
calon nasabah disetujui menjadi debitur,
kami melakukan sejumlah pengecekan,
termasuk proteksi administrasi yang ketat.
Langkah ini untuk memperkecil risiko
kredit macet dan jumlah konsumen yang
tidak mampu membayar kredit sepeda
motor,” ujar Taofik Abdurracman, manager
Adira Finance Jawa Barat.
Meski demikian, sejatinya penerapan
manajemen risiko bisa sukses jika pihak
APPI, ATMP/Dealer dan Asosiasi Industri
Sepeda Motor Indonesia (AISI), Konsumen/
Kreditur dan Pemerintah sebagai regulator
serius dalam menerapkannya.
Di sisi perusahaan atau lembaga
pembiayaan, misalnya, harus tegas
dan tidak mentolerir pengajuan kredit
kreditur yang pernah wanprestasi di
suatu lembaga pembiayaan lainnya (dan
belum ada clearance atas hutangnya).
Kalau perlu dengan mendaftarhitamkan
(Black List Customer) kreditur wanprestasi
pada APPI. Dengan demikian APPI
dapat membagi kepada semua lembaga
pembiayaan di bawah asosiasinya. Ini
tentu dapat memberikan efek jera pada
kreditur-kreditur “nakal” hingga tidak bisa
mengajukan kredit motor lagi.
Sayangnya, pada kenyataan yang
terjadi saat ini, banyak masyarakat yang
mengalami kredit macet/wanprestasi
tetap dapat menggadaikan objek kredit di
satu lembaga pembiayaan, bahkan masih
bisa mengajukan kredit lagi di lembaga
pembiayaan lainnya.
Hal ini yang menyebabkan mengapa
pengajuan kredit sepeda motor dengan
uang muka rendah atau bahkan tanpa
uang muka sangat beresiko tinggi, padahal
harapan dari lembaga pembiayaan adalah
agar bisa membantu calon kreditur kelas
bawah bisa memiliki sepeda motor baru/
bekas dan meraih keuntungan.
SAJIAN UTAMA
DESEMBER 201112
13DESEMBER 2011
Dengan kata lain proses pembelajaran
pada masyarakat/kreditur tidak akan
pernah berhasil jika lembaga-lembaga
pembiayaan dan asosiasinya, ATPM dan
asosiasinya menutup sebelah mata dalam
mengatasi hal ini.
Memang dalam memfasilitasi
agar lembaga-lembaga pembiayaan
bersedia memberikan daftar kreditur
wanprestasinya (Black List Customer) harus
ada peranan dari pemerintah, dalam hal
ini BI dan Bapepam-LK. Sebab tidak semua
lembaga pembiayaan mau membuka
database black list customernya, yang kata
mereka merupakan rahasia perusahaan.
Disinilah peranan pemerintah, agar
mengharuskan dengan nyata bukan hanya
dalam kata dalam undang-undang saja,
perlu audit/pemeriksaan yang detail, agar
lembaga-lembaga pembiayaan wajib
mematuhinya.
Jika hal ini dapat terlaksana maka
setidaknya banyak hal yang terbantu untuk
menekan kerugian, maka menejemen
resiko yang sebenarnya dapat berjalan
baik, bukan sekedar suatu divisi kosmetik
yang wajib ada hanya karena desakan dari
BI. **
DESEMBER 2011 13
PESAN BAGI KONSUMEN
Membeli dangan cara kredit sudah merupakan hal yang sangat biasa di
masyarakat, khususnya kredit sepeda motor. Setiap orang dapat mengajukan
kredit kepemilikan sepeda motor dengan sangat mudah dan murah. Ditunjang
lagi semakin banyaknya perusahaan pembiayaan.
Pada saat ini justru terjadi kondisi surplus/over supply, di mana perusahaan
pembiayaan mengalami kelebihan dana untuk dibelanjakan, maka yang terjadi
perusahaan pembiayaan berlomba-lomba untuk mendapatkan konsumen dengan
berbagai cara.
Salah satunya dengan program uang muka yang sangat murah ataupun angsuran
yang bersaing, dengan harapan dapat menambah volume penjualan, dalam hal ini
bertambahnya jumlah konsumen yang mengajukan kredit sepeda motor.
Dengan keadaan yang seperti ini mengakibatkan masyarakat cenderung
untuk memiliki sepeda motor dengan cara kredit yang terkadang tidak lagi
mempertimbangkan kemampuan keuangan mereka.
Dampaknya juga akan sangat terasakan oleh pihak pembiayaan. Sebab bila semakin
banyak konsumen mereka yang tidak sanggup untuk membayar cicilan atau angsuran
perbulannya, untung yang diharapkan bisa tidak tercapai malah justru kerugian yang
akan mereka (perusahaan pembiayaan) peroleh. Karena sebenarnya semakin tinggi
tingkat konsumen yang diberikan kredit, maka semakin tinggi pula risiko yang harus
ditanggung oleh perusahaan leasing.
Namun begitu, bagaimanapun, jika motor sampai tertarik oleh perusahaan
pembiayaan karena konsumen tidak mampu membayar lagi angsuran (kredit macet),
konsumen juga yang paling menderita kerugian.
Maka dari itu, sebaiknya sebelum Anda memutuskan untuk mengajukan kredit
kendaraan (khususnya motor) harus dipertimbangkan tingkat kemampuan keuangan
Anda dengan baik, walaupun Anda tidak pernah tahu keadaan atau kemampuan
keuangan Anda dikemudian hari, paling tidak resiko motor ditarik bisa diperkecil. **
14 DESEMBER 2011
Oleh Amrih H. Aminanto
Kulit wajah Hanny terlihat hitam
berkilat memantulkan cahaya
petromaks yang menyinari keringat
di wajahnya. Bau tanah basah
setelah hujan bersama turunnya malam
menemani Hanny menyeruput teh manis
di Mpok Cafe, sebuah warung di belokan
Jalan Bumi Serpong Damai, Jombang,
Banten.
Gadis berusia dua puluh tahun itu
duduk santai di balai-balai warung. Asyik
bercanda bersama Jajang, Wahyu, dan
Ari. Cerita pun mengalir. Mulai dari salah
seorang kawan yang apel ke rumah
pacarnya di Malang, Jawa Timur, dengan
naik sepeda dari Jakarta, hingga rencana
mereka bersepeda gunung di malam hari.
Tidak terlihat kalau beberapa menit lalu
otot-otot mereka mengeras di atas sepeda,
seiring turunan dan tanjakan sejauh 6,3 km
di sekitar Desa Lengkong Gudang Timur,
Jombang, yang
kini masuk Provinsi Banten.
“Adrenalin,” kata Hanny singkat
tentang alasannya bersepeda di alam.
Risiko tercebur sungai atau nyungsep
ke sawah dianggap biasa. Sebanding
dengan kenikmatan pacuan adrenalin,
misalnya, saat melihat longsoran tanah
yang membentuk turunan curam
berbelok. Apalagi ketika perjalanan
dikelilingi hijaunya alang-alang, sawah
yang membentang, udara segar, dan
suara sungai mengalir di bawah jembatan
bambu yang dilewati sepeda, lengkaplah
sudah alasan Hanny untuk jatuh cinta pada
sepeda gunung.
Hanny hanya salah satu dari
penggemar sepeda gunung yang
semakin hari
semakin marak
ini. Ia sering
berkumpul dengan
komunitas Jalur
Pipa Gas yang
DESEMBER 201114
LIFESTYLE
SEPEDA GUNUNG: Kombinasi Tenaga, Nyali & Otak
Bila Anda berpikir bahwa sepeda gunung adalah olah raga dengan risikoterlalu tinggi, Anda tidak seluruhnya benar. Dengan kecermatan dan perhitungan
matang, sepeda gunung adalah olah raga yang berbalut kesenangan,rekreasi, sekaligus seni.
15DESEMBER 2011DESEMBER 2011 15
bermarkas di Mpok Cafe. Setiap Minggu,
ada sekitar 200 penggemar sepeda yang
mangkal di sana.
“Enggak cuma di sini saja, di Jakarta,
tuh, kira-kira ada 50 klub sepeda, mulai dari
di kompleks-kompleks sampai di kawasan
perkantoran seperti di Sudirman,” kata
Kesawadjati, Ketua Komunitas Jalur Pipa
Gas (JPG).
Acap bertemu di pinggiran kota,
berbagai kelompok ini setiap Minggu
bertemu untuk bersepeda. Sebut saja
Chepot Cycling Club di kawasan Sasak
Panjang, Bogor; kelompok Fuzzy Riders
di Perumahan Villa Nusa Indah; kelompok
Goestrust MTB Cycling Club di Pamulang;
hingga KDS Andrenaline di Papua; dan
berbagai kelompok lain penggemar
kejutan adrenalin.
Umumnya mereka tidak ada lelahnya
mencari tantangan baru dengan mencari
jalan-jalan off road untuk ditaklukkan.
Wei Min dan 16 temannya dari Boloo2
Racing Team, misalnya, belum lama
mencoba trek Cidahu-Kawah Ratu-Cidahu.
“Naiknya, kami hanya butuh waktu 4 jam.
Pukul 5 sore kami turun lagi untuk pulang
ke base camp di Cidahu. Di tengah jalan
turun hujan deras, hingga sulit bagi kami
membedakan yang mana sungai kecil
dan yang mana jalur pendakian. Semua
tertutup air,” cerita Wei Min.
Risiko paling menakutkan saat itu
adalah terpeleset ke jurang. Akhirnya,
karena tanpa bekal makanan
dan perlindungan diri
yang cukup,
mereka
yang notabene sudah berpengalaman
menyusuri lintasan di malam hari itu,
terpaksa meninggalkan sepeda mereka,
yang satu unitnya men capai puluhan juta,
di hutan. Pukul 01.00 dinihari, mereka baru
tiba di base camp.
Cerita Wei Min hanya secuil
penderitaan, selebihnya kesenangan.
Kesenangan saat melakukan manuver di
antara akar-akar pohon, menggilas batu-
batu besar, merayap di sisi bukit, bahkan
meloncati tebing terjal bagai seekor
harimau. Bila sesekali harus memanggul
sepeda saat melintasi sungai deras, itu
wajar. Ketika tiba di tempat tujuan, Anda
boleh menengadah ke langit dengan
tersenyum, merasakan betapa hebatnya
kemampuan Anda.
“Sepeda gunung mewakili tiga hal
paling penting dalam hidup Anda: tenaga,
nyali, dan otak,” begitu rumus Wei Min,
koordinator Semeru Bike, organisasi
pecinta sepeda gunung yang tersebar di
kota Bogor, Jakarta, Bekasi, Karawang, dan
Bandung.
“Anda tak boleh membiarkan satu
dari ketiga hal ini lebih dominan. Tenaga-
tenaga Anda takkan sanggup menggenjot
pedal, tanpa nyali Anda tak akan pernah
sampai garis finis, dan tanpa otak Anda
bisa-bisa pulang digotong tandu!”
lanjutnya.
Menantang sekali? Ya, dan agar Anda
bisa menikmati petualangan besar ini, lalu
tersenyum bangga lantaran berhasil keluar
sebagai pemenang.
RISIKO CEDERAMenjamurnya klub-klub sepeda
belakangan ini mendorong semakin
banyak kaum urban yang
bersepeda menembus
medan-
16 DESEMBER 201116 DESSSEMBER 2011
medan offroad di kala akhir pekan. Bahkan
popularitas sepeda, terutama sepeda
gunung (MTB), kini tak hanya merambah
perkotaan tapi sudah juga menyasar
kalangan yang tinggal di pinggiran kota.
Aktivitas bersepeda kini tak hanya
dilakukan untuk transportasi ke tempat
kerja, tapi juga sebagai alat untuk kegiatan
olahraga yang tingkat risikonya setara
dengan sepak bola, menyelam dan
pemandu sorak.
Berdasarkan sebuah penelitian terbaru,
bersepeda menerobos medan-medan di
kawasan hutan atau lereng bukit akan
mengundang cedera tulang belakang.
Satu dari enam kasus cedera yang diteliti
termasuk cukup parah yang dapat
mengakibatkan kelumpuhan total.
“Orang perlu tahu bahwa kegiatan
yang mereka pilih itu unik dan
mengundang risiko spesifik,” kata Dr
Marcel Dvorak, dari University of British
Columbia di Kanada. “Helm tidak akan
melindungi Anda dari cedera, juga tidak
akan mengenakan baju ala Ninja Turtle
untuk melindungi tubuh.”
Penelitian sebelumnya telah
menggambarkan mengenai cedera yang
diderita pengendara sepeda gunung dan
cedera tulang belakang dalam berbagai
kegiatan olahraga. Tapi tak satu pun studi
yang mengevaluasi risiko spesifik dari
cedera tulang punggung pada pengendara
sepeda gunung.
Dvorak dan koleganya mengidentifikasi
102 laki-laki dan 5 wanita yang menjalani
perawatan di pusat perawatan tulang
belakang British Columbia antara 1995
dan 2007 setelah mereka mengalami
kecelakaan saat bersepeda gunung.
Pasien itu rata-rata berusia 33
tahun dan semuanya kecuali dua orang
adalah pengendara sepeda gunung
untuk rekreasi, kata tim peneliti seperti
dilaporkan dalam The American Journal of
Sports Medicine.
Tim peneliti tidak dapat menghitung
risiko cedera tulang punggung pada peng-
gemar sepeda gunung itu, tetapi selama
masa studi 13 tahun, angka risi ko tahunan
adalah satu dari 500.000 penduduk British
Columbia. Para pengen dara sepeda
gunung menyumbang 4 per sen dari
seluruh kasus trauma tulang belakang yang
dirawat di pusat perawatan itu.
Bedah diperlukan bagi sekitar
duapertiga pengendara sepeda gunung
yang cedera. Tapi cedera paling buruk
tercatat 40 persen yang mengenai sumsum
tulang belakang. Dari jumlah tersebut,
lebih dari 40 persen menyebabkan
kelumpuhan total.
Patah tulang pergelangan tangan dan
retak pada tulang wajah adalah cedera
yang umum dialami Sebagian besar
penggila offroad dengan sepeda gunung
mengalami cedera akibat terpelanting
melewati setang atau jatuh dari ketinggian.
Dalam kedua skenario itu, akibatnya
paling sering adalah benturan keras pada
kepala yang kemudian memicu trauma
ke leher dan tulang punggung. “Semakin
tinggi melompat atau jatuh, semakin tinggi
risikonya.”
Yang mengejutkan, para peneliti
tidak menemukan hubungan antara
mengenakan helm dan tingkat keparahan
cedera secara keseluruhan pada
pengendara sepeda gunung. “Helm yang
baik dapat mencegah cedera pada kepala,
tetapi helm ini jelas tidak dapat melindungi
leher Anda,” kata Dvorak.
Untuk itu, bagi para penyuka kegiatan
offroad dengan sepeda gunung, terutama
bagi pemula, sebaiknya melakukan survei
medan lebih dulu ketimbang terjun
langsung. Hal ini berguna untuk mengukur
tingkat kesulitan medan yang harus dilalui
nanti. Selain itu, segala perlengkapan
keamanan jangan pernah ditinggalkan.
Bila Anda berpikir bahwa sepeda
gunung adalah olahraga dengan risiko
terlalu tinggi, Anda tidak seluruhnya benar.
“Dengan kecermatan dan perhitungan
matang, sepeda gunung adalah
kesenangan, rekreasi, dan seni,” Wei Min
yang juga mantan atlit cross country ini
meyakinkan. #
LIFESTYLE
DESEMBER 201116
17DESEMBER 2011DESEMBER 2011 17
Sebelum ikut touring untuk kali pertamanya, Anda harus berlatih sendiri minimal tiga
bulan, dua atau tiga kali seminggu menempuh jarak sekitar 20 km. Setelah itu Anda bisa mempelajari teknik-teknik mengendarai sepeda gunung di klub. Sebenarnya ini bukan cuma berlaku bagi pemula, mereka yang sudah biasa touring pun tetap harus berlatih agar kemampuan dan daya tahannya tidak turun.
Buat rencana yang matang dan teliti hingga Anda tahu yang Anda atau sepeda Anda butuhkan. Jangan merepotkan teman gara-gara ketidaksiapan Anda. Anda harus mampu membetulkan sepeda sendiri dan siap dengan peralatannya. Periksa beberapa menit sebelum Anda mengendarai sepeda. Naiki dan berkelilinglah sebentar sebelum Anda benar-benar mengendarainya.
Atur sadel dengan ketinggian yang cukup. Patokannya, waktu mengayuh dan telapak kaki tepat berada di pedal terendah, lutut Anda sedikit tertekuk. Tempatkan hanya kedua jari (jari telunjuk dan tengah) pada tuas rem. Jika seluruh jari Anda telanjur mencengkram tuas rem maka akan sulit mengendalikan Stang terutama bisa di saat sama harus melakukan manuver.
Jangan bergantung pada rem belakang. Rem depan sangat penting khususnya dalam lintasan menurun tak beraspal. Gunakan pengereman secara bersamaan: depan dan belakang.
Jika mendadak Anda ragu-ragu pada lintasan menurun yang curam jangan mencondongkan tubuh ke depan sembari mengerem. Percayalah, Anda akan terjun bebas! Cara yang benar: lepaskan sebelah kaki dari pedal dan mundurkan posisi tubuh ke sadel bagian belakang. Ini cara memindahkan berat
badan ke belakang. jangan lupa, kedua tangan Anda tetap pada stang! Tak perlu mencondongkan tubuh ke depan saat tanjakan sebab Anda harus memperhatikan jalur sepeda. Ingot, Anda harus membagi beban pada roda belakang. Posisi yang tepat adalah tetap duduk dengan posisi tegak.
Jika yakin kecelakaan pasti akan terjadi, lupakan atau `buang’ sepeda Anda dan carilah tempat aman untuk mendarat. Di jalan off road, kecepatan sepeda gunung bisa sampai 50-60 km/jam. Jarak yang terlalu dekat dengan rekan di depan atau di belakang, bisa mengundang risiko fatal.) Jaga jarak dengan rekan Anda, minimal dua meter. Jarak ini memberi kesempatan kepada Anda untuk melakukan refleks mendadak.
Idealnya tiap 15 menit sekali Anda harus minum. Itu jika Anda tak ingin dehidrasi.
Mata adalah perpanjangan sistem otak. Saat berada di lintasan biasanya mata Anda akan terpaku pada halangan berupa bukit terjal, akar pohon, batu, di satu jalur saja. Inilah yang membuat otak secara refleks mengisyaratkan untuk melibas atau menghindarinya. Cobalah untuk melihat sisi lain sebagai alternatif. Mungkin, lebih aman!
Genjotlah sepeda dengan tempo konstan. Biasanya para pemula akan menggenjot dengan semangat di awal perjalanan, kemudian langsung loyo. #
LANGKAH AWALBERSEPEDA GUNUNG
18 DESEMBER 2011
SWARA
Fajar HariadiSupervisor Consumer BPD Kaltim Cabang Bontang“Mendebarkan Sewaktu Baca Soal Pertama”
Terus terang, waktu membaca soal pertama, begitu mendebarkan buat saya. Padahal, sudah satu minggu persiapan ikut Uji Kompetensi yang diadakan BSMR ini saya lakukan sejak saya di Bontang, Kalimantan Timur. Lalu setelah tiba di Jakarta, ada pelatihan lagi selama dua hari. Tapi, tetap saja ada rasa deg-degan ketika membuka lembaran soal yang diujikan. Ya, mudah-mudahan saya bisa lulus Uji Kompetensi level 2 ini seperti yang pernah saya lakukan di level 1.
Memang sih ada beberapa perbedaan di materi ujian level 1 dan 2 yang saya ikuti kali ini. Kalau di level 1 lebih banyak pemahaman, semacam pengetahuan, di level 2 langsung ke detil bisnis, seperti delapan lini bisnis, ada gamma, ada beta dan sebagainya, termasuk juga ada hitung-hitungannya juga statistik seperti modus, media, ring dan sebagainya.
Apakah materinya ujiannya sesuai dengan pekerjaan saya sekarang? Kalau untuk statistik, karena saya pelaksana di lapangan, sepertinya belum sampai ke arah sana, mungkin untuk top manajemen lebih berguna.
Pelaksanaan Uji Kompetensi dari BSMR ini sudah cukup bagus, terutama tempatnya yang berpendingin udara, beda dengan level 1 yang saya ikuti sebelumnya di PRJ tanpa ada AC. Tapi secara overall, sudah baguslah penyelenggaraan Uji Kompetensi dari BSMR ini. Apalagi kita bisa menjalin networking. #
Pada 19 November 2011 lalu, BSMR untuk kesekian kalinya menyelenggarakan Uji Kompe¬ten¬si tersebut di lantai 9 Mall Glodok Kemayoran, Jakarta untuk level 1,2,3,4, dan 5. Beragam ko¬mentar pun muncul dari para peserta yang datang dari berbagai bank tersebut. Berikut be-berapa komentar yang berhasil direkam Buletin BSMR.
Yustan AziriPemimpin Departemen BPD Kaltim“Siap ke Level Berikutnya”
Ini merupa-kan Uji Kompe-tensi ketiga kalinya yang saya ikuti. Sebelumnya saya sudah mengikuti Uji Kompetensi level 1 dan 2, juga di Jakarta. Menurut saya, di level 3 kali ini materi-materi soalnya sepertinya bukan lagi mengarah ke pengertian atau perhitungan seperti level sebelumnya, tapi di mana kita menangkap apa yang menjadi dunia riil kita saat ini bekerja. Di level 3, tingkatan kita sudah memahami, sementara di level 1 dan 2 lebih banyak pengertian lalu bagaimana perhitungannya.
Apakah materi Uji Kompetensi yang diadakan BSMR ini sesuai dengan pekerjaan saya? Lebih banyak iya bila dibandingkan dengan level sebelumnya.
Untuk mengikuti Uji Kompetensi level 3 ini, saya tak punya persiapan khusus karena waktunya sangat pendek, cuma 2 hari, langsung terbang dari Balikpapan ke Jakarta bersama lima orang dari BPD Kaltim. Walau begitu, saya tidak merasa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang diujikan. Saya berharap bisa lulus seperti ujian di level sebelumnya.
Menurut saya, penyelenggaraan Uji Kom-petensi yang diselenggarakan BSMR ini sudah bagus. Cuma ke depan supaya lebih baik lagi, terutama dalam pembuatan soal, artinya benar-benar fokus ke riil pekerjaan kami.
Insya Allah saya siap untuk ikut uji kompe-tensi level berikutnya bila jabatan saya sudah memungkinkan di Uji Kompetensi level 4. #
19DESEMBER 2011
Raden Nuralita Pratika (Rara)Divisi Marketing Citibank, Jakarta“Sangat Terbantu dengan Training di Kantor”
Sebelum ikut Uji Kompetensi level 1 ini, saya mendengar rumor kalau ujian ini image-nya “menakutkan” karena soal-soalnya. Beruntung, sebelum ikut Uji Kompetensi ini, saya dan beberapa teman yang diikutsertakan dalam ujian ini, mendapat pelatihan dari internal training di kantor kami.
Jadi, begitu saya membaca soal-soalnya, dalam hati saya bilang: oh ini sih nggak jauh beda dengan materi internal training di kantor. Deg-degan pun hilang, Alhamdulillah saya bisa mengerjakan soal dengan tenang, tentu sambil mengingat-ingat pelatihan yang diberikan sebelumnya.
Untuk level 1 seperti saya memang banyak soal hapalan teori, karena merupakan dasar, terutama ditujukan untuk memberikan pemahaman dasar kepada peserta, seperti saya ini.
Sebagai karyawan bank yang bekerja di divisi marketing, materi Uji Kompetensi ini memang belum terlalu banyak diaplikasikan, artinya belum menjadi fokus utama. Meski begitu, Uji Kompetensi yang saya lakukan hari ini bukan berarti tidak penting. Tetap penting karena bagaimanapun juga risiko tetap ada di semua pekerjaan, apalagi di perbankan. Paling tidak, dengan mengikuti Uji Kompetensi yang pertama ini menambah pengalaman saya dan menambah pengetahuan tentang manajemen risiko.
Tentu saya berharap Uji Kompetensi ini saya bisa lulus. Selanjutnya, untuk mengikuti level berikutnya, saya menunggu perintah dari kantor. #
Olivia ZorayaDivisi Marketing Citibank Jakarta“Meski Sebatas Teori Tapi Tetap Bermanfaat”
Bagi saya pribadi, Uji Kompetensi level 1 kali ini, saya merasa relatif bisa mengerjakan semua materi soal-soalnya. Maklumlah, sebelum mengikutinya, saya dan beberapa teman yang lain ikut internal training Uji Kompetensi yang diadakan Citibank, tempat kami bekerja sekarang. Tapi tetap saja ada rasa deg-degan ketika mengikuti ujian ini, sama seperti ketika saya mengikuti ujian sekolah dulu.
Meski ini pengalaman pertama saya ikut Uji Kompetensi, materi ujiannya menurut saya memang lebih banyak teori, soal pemahaman. Namun demikian, karena teori tersebut dikembangkan dari best practices, tentunya ilmu tersebut akan sangat bermanfaat untuk diterapkan dalam praktek sehari-hari di dunia perbankan.
Memang agak klise, tapi menurut saya Uji Kompetensi ini tujuannya tak lain untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan memiliki kompetensi di bidang manajemen risiko dan standar profesi yang baik untuk meningkatkan SDM dan manajemen risiko di Indonesia.
Untuk tes level berikutnya sih kami mengikuti apa yang dimaui kantor. Karena di Citibank sendiri Uji Kompetensi diikuti sesuai corporate level-nya. Jadi, kalau untuk corporate level seperti saya ini baru level satu saja, kalau misalnya naik jabatan, akan diikutsertakan di level selanjutnya. Semoga. #
20 DESEMBER 2011
Baru-baru ini IRPA (Indonesian Risk Professional Association), asosiasi para
profesional manajemen risiko, yang
membidani pendirian Badan Sertifikasi
Manajemen Risiko/BSMR- mengadakan
workshop selama dua hari, 12-13 Oktober
2011, yang berjudul ”Rekstrukturisasi dan Penyelamatan Kredit yang Efektif Guna Meningkatkan Kinerja Bank“,
diselenggarakan di Hotel Ibis,
Arcadia, Jakarta Pusat.
Pesertanya yang
datang dari praktisi
perbankan tersebut
terlibat dalam diskusi dan
sharing pengalaman dalam
upaya agar
dapat mengelola rasio kredit macet (non performing loan/NPL) pada tingkat yang
tidak membahayakan bagi kelanjutan
bank.
Dalam kesempatan tersebut, Buletin
BSMR sempat berbincang-bincang dengan
Ibu Enny Dyah Ratnawati, salah seorang
instruktur di dalam workshop tersebut.
Berikut percakapan lengkapnya:
IRPA sudah sering mengadakan workshop dan seminar tentang
perbankan. Sebenarnya apa tujuan dan harapan IRPA mengadakan itu semua?
Kami ingin mendidikan bankir-
bankir supaya mereka lebih handal dalam
mengelola bank tempat mereka bekerja.
Ini tak lepas dari latar belakang para
pengurus IRPA yang merupakan
bankir-bankir handal. Jadi, kami
punya berkomitmen untuk
menyisihkan
waktu buat
mengajar,
berbagi ilmu
“Kami Selalu Menyelipkan Materi Manajemen Risiko”
Ir. Enny Dyah Ratnawati, MMProject Manager Indonesian Risk Professional Association (IRPA) & Instruktur
di Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI)
INTERVIEW
DESEMBER 201120
21DESEMBER 2011
dan pengalaman kepada bankir lainnya.
Kami biasanya pakai workshop-workshop pendek, dua harian. Workshop
ini semacam refreshment. Tapi sebenarnya,
mereka (perserta workshop-red) sudah
menguasai bidangnya. Cuma di sini seperti
diingatkan kembali.
Hanya saja mengingat target bank
tempat mereka bekerja beda-beda
kondisinya, materi pelatihannya pun beda-
beda. Kadang-kadang malah tidak ada
pelatihan rutin. Memang ada juga bank
yang mengadakan pelatihan rutin. Meski
begitu, mereka tetap perlu pelatihan
publik. Kenapa? Pertama, supaya mereka
bisa sharing dengan teman-teman training
lainnya. Kedua, menambah wawasan,
terutama kalau di antara peserta itu ada
dari bank-bank lain.
Yang seperti (workshop) sekarang ini,
sharing dari bank lain sangat menarik,
bahkan di antara bank itu sendiri. Orang
yang ditempatkan di bank di daerah tentu
punya pengalaman berbeda dengan orang
yang ditempatkan di Jakarta. Nah, mereka
sharing.
Pengalaman mereka masing-masing
berbeda dengan pengalaman di lapangan.
Teori bisa sama, tapi implementasi bisa
beda. Teori pemberian kredit misalnya, bisa
sama, tapi implementasi waktu dengan
klien bisa berbeda. Jadi bisa di-sharing di
sini. Inilah misinya dari IRPA, meningkatkan
kualitas SDM perbankan.
Mengapa targetnya praktisi perbankan?
Karena memang selama ini kita (IRPA)
kompetensinya memang di perbankan.
Walaupun tidak terlepas dari sektor lain,
seperti pegadaian atau asuransi. Kebetulan
yang minta pelatihan itu bankir terus.
Jadi, selain workshop-workshop umum
seperti yang kami adakan sekarang, kami
juga mengadakan pelatihan-pelatihan ke
beberapa daerah di Indonesia, seperti ke
Jayapura di Papua, ke Kalimantan Timur
dan sebagainya.
Target kami memang tidak melihat
jumlah peserta, satu peserta pun bisa jalan.
Tapi kenyataannya kan tidak cuma satu
peserta, bisa lebih dari 10 orang. Seperti
workshop kali ini, jumlahnya 25 orang yang
datang dari berbagai bank. Ini jumlah yang
pas, karena kalau kebanyakan juga tidak
nyaman buat peserta.
Mengapa memilih tema “Restrukturisasi & Penyelamatan Kredit yang Efeketif Guna Meningkatkan Kinerja Bank” dalam workshop kali ini?
Begini, pada awal tahun bank kan
targetnya mengembangkan bisnis.
Account Officer (AO) digenjot untuk
mengembangkan bisnis. Karena bank itu
mendapatkan dana dari masyarakat, maka
harus disalurkan ke masyarakat pula. Tentu
pada bisnis-bisnis yang layak dibiayai,
artinya secara banking itu bagus.
Bagaimana sih bisnis yang layak
dibiayai? Di bisnis apa saja yang masih
pantas dibiayai? Apa dan mengapa?, Jadi,
kami mengadakan (workshop) di portfolio
bisnisnya. Kalau kita (bank) mau membiayai
DESEMBER 2011 21
22 DESEMBER 2011
usaha sepatu, bisnisnya seperti apa, risiko
bisnisya seperti apa dan sebagainya.
Sehingga AO nya bisa memberikan dari
sisi-sisi mana. Terus untuk sektor pertanian,
seperti apa bisnisya?
Jadi kita (IRPA) mengadakan (workshop)
sampai profil bisnis masing-masing usaha
tersebut. Bagaimana sesudahnya, cara
membiayainya, kita mengadakan sampai
hitungannya. Sehingga diharapkan seluruh
peserta ini sudah bisa mengaplikasikannya
di lapangan.
Kalau masih bingung, mereka bisa
kontak kita lewat telepon atau e-mail. Semuanya free dan dibolehkan. Malah ada
peserta yang ikut pelatihan bidang lain,
ikut lagi pelatihan-pelatihan seperti ini.
Banyak yang seperti itu.
Apa pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan peserta?
Kebanyakan soal bank. Pertanyaan
biasanya soal bagaimana menyikapi antara
kebijakan dan implementasi di lapangan,
bagaimana memecahkan masalah yang
mereka temui di lapangan. Karena kami
sendiri kan mengajarkan mulai dari teori,
filosofi, kebijakan dan implementasinya.
Jadi sudah komplit.
Bagaimana komentar dari para peserta sendiri?
Umumnya baik, karena kebanyakan
yang sudah ikut training ikut lagi di
training berikutnya. Bahkan ada yang kasih
masukan ke kami. Ada juga bank-bank
yang minta in-house training, seperti Bank
Jabar yang go public, ingin go international, maka mereka minta in-house international management.
Apa target workshop dan seminar IRPA di 2012?
Kami tetap membuat workshop
dua bulan sekali, juga in-house training.
Memang lebih baik bila workshop jumlah
pesertanya banyak karena bisa sharing.
Tapi dengan in-house training, bisa lebih
spesifik, karena kami bisa lebih kenal
dengan para pesertanya, bisa melihat
kemampuannya, pengalamannya,
sehingga lebih fun, terutama untuk bank-
bank pembangunan daerah. Kami akan
datangi mereka, sehingga bisa memberi
pelatihan dari pagi sampai sore.
Mengapa dari workshop IRPA selalu diselipkan materi manajemen risiko?
Yang jelas IRPA seperti memberikan
sosialisasi. Tiap ada pelatihan, baik
workshop maupun in-house, kami selalu
menyelipkan manajemen risiko. Jadi
seperti tema pembahasan restrukturisasi
kredit, disitu kami juga membahas apa
itu manajemen risiko di restrukturisasi
kredit. Apa yang akan terjadi dengan risiko
tersebut dan seperti apa risiko kredit, risiko
operasional, risiko market atau pasar?
Jadi, di tiap pelatihan selalu ada materi
manajemen risiko, karena hidup juga selalu
ada risiko. #
INTERVIEW
DESEMBER 201122
23DESEMBER 2011
Penerapan
tata kelola
perusahaan
yang baik atau good corporate governance (GCG) memang
sangat dipengaruhi
oleh para pimpinan
perusahaan yang
diberikan amanah
untuk mengelola
perusahaan, yaitu Direksi dan Dewan
Komisaris, yang kemudian meneruskan
itikad tersebut kepada seluruh jajaran
perusahaan.
Namun, seperti tertulis dalam
Pedoman Umum GCG Indonesia yang
telah dirilis oleh Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG), untuk memastikan
penerapan GCG benar terjadi, butuh peran
serta Pemerintah sebagai regulator, dan
juga stakeholders lainnya.
Dalam konteks ini, jika kita bicara
mengenai pengaruh, dapat dikatakan
secara jujur bahwa stakeholders lain
yang dapat memberikan tekanan khusus
saat ini masih terbatas pada investor
yang kemudian menjadi pemegang
saham. Sementara stakeholders lain
seperti karyawan, masyarakat sekitar
perusahaan beroperasi masih kurang dapat
memberikan tekanan kepada perusahaan
untuk menerapkan GCG.
Mengapa demikian? Karena
perusahaan membutuhkan dana untuk
operasi dan ekspansi melalui proses
penawaran umum saham atau initial
public offering (IPO) atau Right Issue, bagi
perusahaan tercatat.
Selain itu, juga perlu untuk memastikan
agar harga saham perusahaan tidak anjlok
dan justru malah meningkat dan hal ini
juga sangat terpengaruh oleh kondisi
perdagangan saham perusahaan di bursa,
yang terefleksikan dari animo investor
untuk melakukan pembelian saham
perusahaan. Oleh karena itu, investor dapat
berperan cukup besar, dalam mendorong
perusahaan-perusahaan menerapkan GCG.
Apa benar seorang investor dapat
membantu mendorong penerapan GCG?
Jawabannya memang tidak jika investor
adalah investor individual atau perorangan
yang melakukan pembelian saham secara
langsung yang umumnya melakukan
pembelian saham dalam jumlah kecil.
Investor yang memiliki peranan
disini adalah investor institusional yang
memiliki sumber dana cukup besar
karena sumbernya berasal dari kumpulan
investor individual atau institusi yang
melakukan pengelolaan dana masyarakat
(asset management), seperti antara lain
dana pensiun, sekuritas, perusahaan yang
menjual produk unitlink, serta reksadana.
Karena modal yang dimiliki cukup besar,
maka perdagangan saham yang dilakukan
oleh institusi seperti ini dapat memiliki
pengaruh yang cukup signifikan terhadap
harga saham di pasar.
Cara investor institusional untuk
berperan serta dalam mendorong
penerapan GCG adalah dengan melakukan
investasi yang bertanggung jawab.
Yang dimaksud dengan investasi yang
bertanggung jawab adalah dengan
Peran Investor Mendorong TerciptanyaTata Kelola Perusahaan yang Baik
MAS ACHMAD DANIRI* & ANGELA INDIRAWATI SIMATUPANG***Ketua Komite Nasional Kebijakan Governance **Anggota Tim Penyusun Pedoman Umum GCG
Mas Achmad Daniri
KOLOM
DESEMBER 2011 23
24 DESEMBER 2011
membuat kebijakan hanya akan melakukan
penempatan investasi pada perusahaan-
perusahaan yang menerapkan GCG,
dan tentu secara konsisten menerapkan
kebijakan tersebut dalam melakukan
investasi.
Dengan cara tersebut, institusi tersebut
bertanggung jawab terhadap masyarakat
yang dana-nya mereka kelola, karena
dana tersebut hanya di investasikan pada
perusahaan-perusahaan yang memang
dapat dipercaya, sehingga risiko hilangnya
dana masyarakat karena penempatan yang
salah menjadi lebih kecil.
Dan di lain pihak, perusahaan yang
sahamnya diperdagangkan di bursa
juga menjadi lebih memberi perhatian
terhadap penerapan GCG karena dengan
menerapkan GCG secara konsisten, saham
mereka menjadi lirikan investor dan masuk
dalam daftar saham yang “desirable” atau
ingin dimiliki oleh investor, lebih jauh
hal ini akan menaikan nilai saham yang
secara tidak langsung juga menaikan nilai
perusahaan.
Tentu untuk bisa menerapkan investasi
yang bertanggung jawab dibutuhkan
usaha tambahan oleh investor institusional,
karena harus ada fungsi di dalam
institusi tersebut yang bertanggung
jawab melakukan analisis secara
berkesinambungan terhadap penerapan
GCG perusahaan-perusahaan target
dengan menggunakan acuan yang benar
sebagai dasar penerapan GCG.
STRATEGI CalPERS
Strategi seperti yang dikemukakan
di atas bukan sesuatu yang mustahil
jika memang sudah menjadi sebuah
itikad dalam melakukan investasi yang
bertanggung jawab, dalam mengelola
dana masyarakat. Sebagai contoh, CalPERS
(California Public Employees’
Retirement System) adalah
suatu organisasi pengelola
dana pensiun yang dibentuk
pada tahun 1932 di Amerika
untuk mengelola manfaat
pensiun dan kesehatan bagi
pegawai negeri di negara
bagian California.
Jika melihat fungsinya,
kurang lebih, CalPERS bisa
kita sejajarkan dengan
Taspen atau Jamsostek
di Indonesia. Dan saat ini
CalPERS memiliki lebih dari
1,3 juta anggota dengan
total dana kelolaan senilai
218 miliar dollar AS per Oktober 2010.
CalPERS percaya bahwa penerapan
GCG akan memberikan kinerja investasi
yang lebih baik, dan dalam upaya
melindungi investornya (nasabah yang
dikelola dananya oleh CalPERS), maka
institusi tersebut hanya mau melakukan
penempatan investasi pada perusahaan
yang telah “lulus seleksi” penerapan GCG.
CalPERS melakukan review terhadap kinerja
perusahaan tersebut, melihat indikator
pengembalian (investment return) untuk
periode 1, 3 dan 5 tahun terakhir dan
melakukan pembandingan dengan indeks
umum dan spesifik untuk industri terkait.
KOLOM
DESEMBER 201124
25DESEMBER 2011
Kemudian CalPERS juga melakukan
review terhadap indikator governance
seperti antara lain independensi dewan,
mekanisme pengangkatan anggota
dewan, kompensasi eksekutif, keragaman
kemampuan anggota dewan, pelaksanaan
manajemen risiko, serta isu terkait
tanggung jawab sosial dan lingkungan
pada perusahaan. Perusahaan yang gagal
memenuhi standar penilaian, tidak akan
dijadikan target investasi.
Bukan hanya itu, CalPERS juga
mengumumkan dalam websitenya
nama-nama perusahaan yang masuk
dalam daftar yang lolos sensor penerapan
GCG dan nama-nama perusahaan yang
dikeluarkan dari daftar tersebut karena
dianggap sudah tidak lagi menerapkan
GCG. Daftar ini pun
diperbaharui secara berkala.
Sehingga, hasil analisis
mereka bisa dilihat oleh
publik, dan dapat memiliki
dampak antara lain,
menunjukkan pemenuhan
tanggung jawab fidusia
mereka kepada para investor/nasabah
yang dananya dikelola.
Selanjutnya daftar tersebut dapat
digunakan sebagai acuan oleh investor lain
dalam memilih perusahaan target investasi.
Jika daftar tersebut digunakan sebagai
acuan oleh pihak lain, tentunya perusahaan
yang masuk daftar akan senang, tapi tidak
demikian dengan perusahaan yang tidak
masuk daftar atau bahkan dikeluarkan
dari daftar, karena berarti publik dapat
menilai ada sesuatu yang tidak baik dalam
pengelolaan perusahaan tersebut, serta
bisa mengakibatkan menurunnya harga
saham di pasar.
Kendala dalam meniru aktivitas
CalPERS adalah kebijakan tersebut tentu
akan menambah biaya operasional,
yang mungkin menjadi kurang menarik
bagi sebagian institusi, sehingga butuh
kesadaran tinggi bagi investor institusional
dalam menerapkan investasi yang
bertanggung jawab.
ALTERNATIF LAIN
Pilihan lain adalah dengan
menggunakan data hasil analisis pihak
ketiga yang dapat dipercaya mengenai
tingkat penerapan GCG perusahaan-
perusahaan target. Pilihan ini pun bukan
tidak memiliki kendala, karena saat ini
belum ada penilaian secara menyeluruh
terhadap penerapan GCG di perusahan-
perusahaan yang sahamnya terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dilakukan
secara berkala, konsisten, dan tersedia
datanya di publik.
Di sini sebenarnya kesempatan
Pemerintah untuk dapat turut serta
mendorong penerapan GCG, selain
melalui penerbitan peraturan. Dengan
melakukan penilaian terhadap penerapan
GCG di perusahan yang sahamnya
terdaftar di BEI minimal setiap tahun
dan mempublikasikannya, akan sangat
membantu percepatan dan konsistensi
penerapan GCG di Indonesia, melindungi
investor, serta dapat memberikan dampak
positif dalam menjaga kestabilan dan
keamanan pasar modal di Indonesia.
Jadi ini saatnya bagi investor untuk
melakukan investasi yang bertanggung
jawab, bukan saja hal ini merupakan
refleksi dari penerapan GCG, namun juga
mendorong penerapan GCG perusahan-
perusahaan di Indonesia. #
* Ketua KNKG, ** Anggota Tim Penyusun Pedoman-Pedoman Governance KNKG
DESEMBER 2011 25
Kini saatnya bagi investor untuk melakukan investasi yang bertanggung jawab, bukan saja hal
ini merupakan refleksi dari penerapan GCG,namun juga mendorong penerapan GCG
perusahan-perusahaan di Indonesia.
26 DESEMBER 2011
SEKITAR SERTIFIKASI
Oleh: Amrih H. Aminanto
Senyum mengembang di bibir Raden
Nuralita Pratika. Bersama beberapa
teman satu kantornya di Citibank,
Jakarta, gadis manis berkerudung yang
biasa disapa Rara baru saja usai mengikuti
Uji Kompetensi yang diadakan Badan
Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR), medio
November 2010 lalu. Wajah sumringahnya
seakan pertanda bahwa dirinya bisa
mengerjakan semua materi ujian hari itu.
“Begitu saya membaca soal-soalnya,
dalam hati saya bilang, ‘oh ini sih nggak
jauh beda dengan materi internal training
di kantor’. Deg-degan pun hilang,
Alhamdulillah saya bisa mengerjakan
soal dengan tenang, tentu sambil
mengingat-ingat pelatihan yang diberikan
sebelumnya. Untuk level 1 seperti saya
memang banyak soal hapalan teori, karena
merupakan dasar, terutama ditujukan
untuk memberikan pemahaman dasar
kepada peserta, seperti saya ini,” ujar Rara
yang mengikuti Uji Kompetensi level I ini.
Menurutnya, Uji Kompetensi tetap
penting karena bagaimanapun juga
risiko tetap ada di semua pekerjaan,
apalagi di perbankan. “Paling tidak,
dengan mengikuti Uji Kompetensi yang
pertama ini menambah pengalaman saya
dan menambah pengetahuan tentang
manajemen risiko,” papar Rara yang
berharap dalam Uji Kompetensi tersebut
dirinya bisa lulus dengan nilai terbaik.
Dunia perbankan dapat dikatakan
sebagai salah satu sektor yang terdepan
dalam menerapkan manajemen risiko.
Bank Indonesia (BI) sebagai regulator
yang mengawasi industri ini memang
mewajibkan setiap pengurus dan pejabat
bank umum untuk memiliki sertifikat
Manajemen Risiko.
Sekedar informasi, BI telah
mengeluarkan peraturan Bank Indonesia
(PBI) tentang Sertifikat Manajemen Risiko
tahun 2005. Sampai saat ini peraturan
Mengapa Harus AdaSertifikasi Manajemen Risiko?
DESEMBER 201126
Dunia perbankan dapat dikatakan sebagai salah satu sektor yang terdepan dalam menerapkan manajemen risiko. Salah satu alat ukur seorang bankir memahami manajemen risiko adalah telah mengikuti sertifikasi manajemen risiko.
27DESEMBER 2011
tersebut telah mengalami perubahan
sebanyak dua kali. PBI pertama dengan
Nomor: 7/25/PBI/2005 tentang Sertfikasi
Manajemen Risiko bagi Pengurus dan
Pejabat Bank Umum. Kemudian muncul PBI
Nomor 8/9/2006 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/25/
PBI/2005 tentang Sertifikasi Manajemen
Risiko bagi Pengurus dan Pejabat Bank
Umum. Adapun yang terakhir PBI Nomor
11/19/PBI/2009 tentang Sertifikasi
Manajemen Risiko bagi Pengurus dan
Pejabat Bank Umum.
Inti dalam beleid tersebut, BI
mewajibkan pengelola bank umum—lokal
maupun asing—memiliki sertifikat
kompetensi manajemen risiko. Untuk
mendapatkan sertifikat tersebut, para
bankir harus melalui berbagai ujian, yang
salah satunya diselenggarakan oleh BSMR.
Program Sertifikasi BSMR
Salah satu alat ukur seorang bankir
memahami manajemen risiko adalah
telah mengikuti sertifikasi manajemen
risiko. Sertifikasi ini mulai dilaksanakan
di Indonesia sejak 17 Desember 2005
oleh BSMR, lembaga sertifikasi profesi
yang pertama kali menyelenggarakan uji
kompetensi manajemen risiko bagi para
bankir. Program sertifikasi manajemen
risiko perbankan ini terdiri atas lima
tingkat, yang didasarkan pada jenjang
jabatan dan struktur organisasi bank.
Setiap bankir, pengurus dan pejabat bank
yang bekerja pada seluruh bank umum di
Indonesia, wajib mengikuti ujian sertifikasi
ini. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kualitas manajemen risiko perbankan dan
corporate governance bank.
Menurut Gayatri Rawit Angreni,
Ketua Umum Indonesian Risk Professional Association (IRPA) seluruh pengelola
bank—mulai dari komisaris, direktur,
hingga para pejabat yang terkait dengan
manajemen risiko, seperti unit kepatuhan,
auditor internal, supporting risk taking unit,
core risk taking unit, dan risk management unit—harus sudah memiliki sertifikat yang
dimaksud.
Sertifikat itu harus sesuai dengan aset
bank yang bersangkutan, apakah bank
beraset di bawah Rp1 triliun hingga lebih
dari Rp10 triliun. Sebab, semakin besar
banknya, maka tingkat kompleksitasnya
semakin tinggi.
“Tentu saja level yang dipersyaratkan
juga akan semakin tinggi. Misalnya, kepala
divisi di Bank BRI, dia harus memiliki
sertifikat manajemen risiko tingkat empat.
Tapi, kalau kepala divisi manajemen risiko
di sebuah BPD yang asetnya di bawah Rp
10 triliun, tidak harus sampai level empat,
cukup sampai tingkat dua saja,” sambung
Gayatri yang juga Ketua Dewan Penasehat
BSMR.
BSMR sendiri saat ini menyelenggara-
kan beberapa program sertifikasi
manajemen risiko, yakni program
reguler, program eksekutif dan program
penyegaran.
Sertifikasi Manajemen Risiko Program Reguler diselenggarakan secara
berjenjang dari Tingkat I sampai dengan
Tingkat V di mana penilaian dilaksanakan
dalam bentuk tes tertulis. Tingkatan
dikategorikan berdasar jenjang jabatan
dan struktur organisasi bank.
Adapun pelaksanaan sertifikasi
secara umum mencakup unit kompetensi
diantaranya; kemampuan mengidentifikasi,
mengukur, memantau, mengendalikan,
dan memantau berbagai resiko yang
dihadapi sektor perbankan, seperti; risiko
pasar, risiko kredit, risiko operasional, risiko
likuiditas, dan risiko lainnya.
Materi uji kompetensi disusun
berdasarkan silabus program standar
profesi manajemen risiko dan kode etik
yang telah mendapat pengakuan baik
nasional maupun internasional.
Adapun Sertifikasi Manajemen Risiko Program Eksekutif diselenggarakan
guna menyikapi kondisi riil bahwa proses
DESEMBER 2011 27
28 DESEMBER 2011
sertifikasi manajemen risiko yang dilakukan
secara berjenjang memerlukan waktu
sehingga kebutuhan meningkatkan
kemampuan operasional bank umum
dalam pengelolaan risiko tidak dapat
dilakukan dalam waktu singkat.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan
sumberdaya yang memiliki kompetensi
dan keahlian dalam bidang manajemen
risiko maka diselenggarakan Sertifikasi
Manajemen Risiko Program Eksekutif
bagi pengurus bank umum yang bersifat
pembekalan pengetahuan dan ketrampilan
secara komprehensif di bidang manajemen
risiko.
Program ini bersifat fast track yang
diperuntukkan bagi Komisaris dan Direksi
Bank Umum. Sertifikat yang diperoleh
hanya berlaku sementara, dan tidak
dimaksudkan untuk menggantikan
Program Sertifikasi Manajemen Risiko yang
diatur dalam Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/19/PBI/2009 tanggal 4 Juni
2009 tentang Sertifikasi Manajemen Risiko
bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum.
Program ini berbentuk pelatihan lanjutan
di bidang manajemen risiko berupa kursus,
seminar, lokakarya, atau bentuk lain yang
dapat dipersamakan dengan itu.
Pemegang sertifikat Program Eksekutif
wajib melakukan konversi ke Sertifikat
Program Regular sesuai dengan aturan
mengenai ukuran dan kompleksitas usaha
bank. Proses konversi dilakukan selambat-
lambatnya sampai dengan tanggal 3
Agustus 2010. Selain itu persyaratan
wajib lainnya bagi para pemilik sertifikat
eksekutif bagi direksi dan komisaris adalah
mengikuti Penyegaran Program setidaknya
satu kali dalam dua tahun sesuai dengan
Amandemen PBI No 8/9/PBI/2006.
Pelaksanaan mengenai Penyegaran
Program Eksekutif diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Badan Sertifikasi Manajemen
Risiko Nomor 2/2/PBSMR/2008 Tentang
Penyelenggaraan Penyegaran Program
Eksekutif.
Sedangkan Penyegaran Program Sertifikat Manajemen Risiko adalah
suatu program pelatihan lanjutan di
bidang manajemen risiko berupa kursus,
seminar, lokakarya, atau bentuk lain
yang dapat dipersamakan dengan itu,
yang dianggap dapat meng-update
pengetahuan pemegang sertifikat
terhadap perkembangan terkini dalam
manajemen risiko.
Pelaksanaan Penyegaran Program
Sertifikat Manajemen Risiko dapat
diselenggarakan oleh Penyelenggara
Pendidikan sebagai organisasi atau institusi
yang memiliki kemampuan dan memenuhi
criteria untuk menyelenggarakan
Penyegaran Program Sertifikasi Manajemen
Risiko.
Di luar ketiga program tadi, BSMR
juga menyelenggarakan Program Training on Trainer bagi training provider.
Training Provider adalah sebuah lembaga
atau instansi yang menyelenggarakan
pendidikan atau pelatihan di bidang
manajemen risiko. Lembaga ini dapat
berasal dari training centre perbankan
maupun instansi pendidikan biasa lainnya.
Training Provider diharuskan
menjunjung tinggi loyalitas profesi di
bidang manajemen risiko perbankan serta
bekerja sesuai dengan kewenangan dan
sesuai dengan aturan yang diberikan oleh
BSMR.
Lantas apa benefit bagi bankir
mengikuti ujian sertifikasi seperti sudah
disebutkan di atas? “Yang pasti, jenjang
karirnya akan meningkat. Sebab, sertifikat
itu bisa menjadi bargaining power bagi
bankir untuk naik ke jenjang yang lebih
tinggi. Apalagi, jika dia lulus dengan nilai
bagus. Jadi, sertifikat ini sama seperti
ijazah. Namun, tentu saja perjalanan karir
itu juga tergantung dari banyak faktor, di
antaranya pengalaman dan integritas sang
bankir. Meski pintar, kalau motivasinya
rendah, tentu performance-nya tidak akan
meningkat,” pungkas Gayatri. #
SEKITAR SERTIFIKASI
DESEMBER 201128