243391771-laporan-imbibisi
DESCRIPTION
iniTRANSCRIPT
I. Judul
Peristiwa Imbibisi pada Biji
II. Tujuan
Memahami pengaruh temperatur dan potensial osmosis larutan yang diimbibisi
terhadap peristiwa imbibisi yang terjadi pada biji tumbuhan.
III. Teori
Tumbuhan memperoleh sumber nutrisi dari ingkungan berupa O2, CO2, air ,
dan unsur hara. Mekanisme proses penyerapan unsur-unsur tersebut berlangsung
dengan berbagai cara, diantaranya difusi, osmosis, transpor aktif, dan Imbibisi.
Imbibisi merupakan salah satu proses difusi yang berlangsung pada tanaman, proses
ini biasanya terjadi pada biji tumbuhan. Imbibisi adalah masuknya air pada ruang
intraseluler dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Proses ini tidak melibatkan
membran, karena proses ini terjadi saat permukaan – permukaan struktur
miskropkopis sel tumbuhan, seperti selulosa, butir pati , protein, dan bahan lainnya
yang dapat menarik dan memegang molekul-molekul air dengan gaya tarik
antarmolekul.
Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan sebagai suatu proses penyusupan atau
peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan
mengembang. Misalnya masuknya air pada biji saat berkecambah dan biji kacang
yang direndam dalam air beberapa jam. Perbedaan antara osmosis dan imbibisi yaitu
pada imbibisi terdapat adsorban. Ada dua kondisi yang diperlukan untuk terjadinya
imbibisi adalah adanya gradient potensial air antara permukaan adsorban dengan
senyawa yang diimbibisi dan adanya afinitas antara komponen adsorban dengan
senyawa yang diimbibisi (Gojali, 2011). Dinding sel hidup selalu rembes dan kadang-
kadang dikelilingi oleh larutan cair yang sinambung dari satu sel ke sel lainnya,
sehingga membentuk suatu jalinan pada seluruh tumbuhan. Dipandang dari sudut
hubungannya dengan larutan ini, sebuah sel tumbuhan biasanya dapat dibandingkan
dengan sistem osmosis tipe tertutup. Kedua selaput sitoplasma, yaitu plasmalema di
sebelah luar dan tonoplas di sebelah dalam, kedua-duanya sangat permeabel terhadap
air, tetapi relatif tak permeabel terhadap bahan terlarut, sehingga untuk mudahnya
seluruh lapisan sitoplasma itu dapat dianggap sebagai membran sinambung dan semi-
permeabel. (Wazza, 2010)
1
Imbibisi dipengaruhi oleh dua factor, yaitu temperature dan potensial osmosis
senyawa yang diimbibisi. Temperatur tidak mempengaruhi kecapatan imbibisi,
sedangkan potensial osmosis dapat mempengaruhi kedua-duanya.
Saat biji kacang hijau yang kering direndam dalam air, air akan masuk ke ruang
antarsel penyusun endosperm secara osmosis. Peristiwa tersebut termasuk peristiwa
imbibisi. Kecepatan imbibisi berbanding lurus dengan kenaikan suhu dan berbanding
terbalik dengan kenaikan konsentrasi zat. (Wazza, 2010)
Banyak benda-benda kering atau benda setengah padat dapat menyerap air
(absorpsi) karena benda-benda tersebut mengandung materi koloid yang hidrofil.
Hidrofil artinya menarik air. Contoh pada tumbuhan misalnya biji yang kering.
Penyerapan air dipengaruhi oleh faktor dalam (disebut pula faktor tumbuhan) dan
faktor luar atau faktor lingkungan (Yusuf, 2009).
Faktor dalam terdiri dari:
a. Kecepatan transpirasi : semakin cepat transpirasi makin cepat penyerapan.
b. Sistem perakaran : tumbuhan yang mempunyai system perakaran berkembang
baik, akan mampu mengadakan penyerapan lebih kuat karena jumlah bulu akar
semakin banyak.
c. Kecepatan metabolisme : karena penyerapan memerlukan energi, maka semakin
cepat metabolismem (terutama respirasi) akan mempercepat penyerapan. (Yusuf,
2009)
Faktor lingkungan terdiri dari:
a. Ketersediaan air tanah : tumbuhan dapat menyerap air bila air tersedia antara
kapasitas lapang dan konsentrasi layu tetap. Bila air melebihi kapasitas lapang
penyerapan terhambat karena akan berada dalam lingkungan anaerob.
b. Konsentrasi air tanah : air tanah bukan air murni, tetapi larutan yang berisi
berbagai ion dan molekul. Semakin pekat larutan tanah semakin sulit penyerapan.
c. Temperatur tanah : temperatur mempengaruhi kecepatan metabolism. Ada
temperatur optimum untuk metabolisme dan tentu saja ada temperatur optimum
untuk penyerapan.
d. Aerasi tanah: yang dimaksud dengan aerasi adalah pertukaran udara, yaitu
maksudnya oksigen dan lepasnya CO2 dari lingkungan. Aerasi mempengaruhi
2
proses respirasi aerob, kalau tidak baik akan menyebabkan terjadinya kenaikan
kadar CO2 yang selanjutnya menurunkan pH. Penurunan pH ini berakibat
terhadap permeabilitas membran sel. (Yusuf, 2009)
Gambar 1.1 Struktur Biji tempat berlangsungnya imbibisi
(Anonim, 2012)
Proses imbibisi terjadi melalui akar yang bekerja menyerap air tanah. Namun,
pada biji belum mempunyai akar sehingga biji perlu direndam agar sel-sel yang ada
dalam biji dapat aktif tumbuh.
Fungsi a i r pada perkecambahan benih:
1. Air yang diserap oleh benih berguna untuk melunakkan kulit benih dan
menyebabkan pengembangan embrio dan endosperm, sehingga menyebabkan
kulit benih menjadi pecah.
2. Air memberi fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam benih . Dinding sel yang
berimbibisi bersifat permeabe1 sehingga gas dapat masuk ke dalam sel secara
difusi . Pasokan oksigen meningkat apabila kulit benihmenyerap air sehingga
mengaktifkan pernafasan.
3. Air berguna untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan
fungsinya. Bila protoplasma mengandung air maka sel-sel hidup akan
3
melaksanakan proses-proses kehidupan termasuk pencernaan, asimilasi dan
tumbuh.
4. Air berguna sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau
koyilkedon ke titik tumbuh pada poros embrio untuk membentuk protoplasma
baru.
Akibat penyerapan air selama proses imbibisi terjadi pertambahan volumedan
bobot basah benih. Pertambahan volume benih tersebut sangat cepat pada awal proses
imbibisi dan semakin lama pertambahannya semakin lambat. (Muatika, 2012)
Selain itu air yang diserap diperlukan untuk mengaktifkan hormon giberelin
yang merupakan hormon yang berpengaruh terhadap perkembangan dan
perkecambahan embrio. Giberelin akan merangsang pembentukan enzim amylase.
Enzim tersebut berperan memecah senyawa amilum yang terdapat pada endosperm
(cadangan makanan) menjadi senyawa glukosa. Glukosa ini menjadi sumber energy
untuk pertumbuhan.
Giberelin juga berfungsi dalam proses pembentukan biji, yaitu merangsang
pembentukan serbuk sari (polen), memperbesar ukuran buah, merangsang
pembentukan bunga dan mengakhiri masa dormansi pada biji.
IV. Alat dan bahan
Alat:
1. Sembilan buah tabung reaksi
2. Penangas air yang bersuhu 40° dan 60°C
3. Timbangan
Bahan:
1. Biji Kacang Hijau sebanyak 90 buah
2. Akuades
3. Larutan Sukrosa 0,5 Mdan 1 M
4
(1 jam)
Tiriskan dan timbang
9 buah tabung reaksi
5 mL Aquades (3 tabung) 5 mL Larutan Sukrosa 1 M (3 tabung)5 mL Larutan Sukrosa 0,5 M (3 tabung)
Dipisahkan dan diisi
Ditimbang dan Dimasukkan
Berat kacang hijau
Kacang hijau di Suhu kamar (1 tabung)*Kacang hijau di Penangas air suhu 40°C (1 tabung)*Kcg hijau di Penangas air suhu 60°C (1 tabung)*
Diberi perlakuan
90 buah biji kacang hijau utuh
10 buah kacang hijau tiap tabung
Dibagi menjadi
V. Cara kerja
Latar Belakang
Imbibisi adalah penyerapan air (absorpsi) oleh benda-benda yang padat (solid) atau
agak padat (semi solid) karena benda-benda tersebut mempunyai zat penyusun dari bahan
yang berupa koloid. Ada banyak hal yang merupakan proses penyerapan air yang terjadi
pada makhluk hidup, misalnya penyerapan air dari dalam tanah oleh akar tanaman. Namun,
penyerapan yang dimaksudkan di sini yaitu penyerapan air oleh biji kering. Hal ini banyak
kita jumpai di kehidupan kita sehari-hari yaitu pada proses pembibitan tanaman padi,
pembuatan kecambah tauge, biji kacang hijau terlebih dahulu direndam dengan air. Pada
5
peristiwa perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Tidak
hanya itu, proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air yang berbeda-beda untuk
setiap jenis biji tanaman.
Mengingat akan banyaknya hal yang berhubungan dengan proses imbibisi, maka
diadakan praktikum ini untuk mengetahui kecepatan imbibisi biji kering yang direndam. Hal
ini dimaksudkan guna menambah pemahaman kita tentang proses imbibisi yang terjadi pada
biji kering.
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang
memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman baru. Komponen biji
adalah struktur lain di dalam biji yang merupakan bagian kecambah, seperti calon akar
(radicula), calon daun, batang (plumule) dan sebagainya. Pada proses perkecambahan, biji
membutuhkan air dalam jumlah minimum dalam tubuhnya, atau yang disebut dengan “taraf
kandungan minimum”. Jika kandungan air benih kurang dari batas tersebut akan
menyebabkan proses perkecambahan terganggu. Fungsi utama cadangan makanan dalam biji
adalah memberi makan pada embrio atau tanaman yang masih muda sebulum tanaman itu
dapat memproduksi sendiri zat makanan, hormone, dan protein. (Ashari. 1995) Pola khas
indeks luas daun suatu tanaman budidaya yang berbeda dengan sorgum, dimana periode L
yang tinggi tersebut sangat pendek. Orang mungkin tidak memilih untuk menghadapi jenis
dormansi, karena dapat mencegah perkecambahan biji sebelum waktunya. (Goldsworthy and
Fisher. 1992)
Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara. Efek
yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel embrio membesar dan biji melunak.
(Anonim, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
6
Anggota IKAPI,1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.
Goldsworthy P.R dan Fisher N.N,1994.Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/perkecambahan. Diakses pada tanggal 28 oktober 2010.
http://elisa.ugm.ac.id/dormansi.2008. Diakses pada tanggal 28 oktober 2010.
http://tedbio.multiplay.com/jurnal.2008. Diakses pada tanggal 28 oktober 2010.
Justice.L dan Bass L.N,1990. Prinsip-prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali Press. Jakarta.
Lakitan B,2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press. Jakarta.
Mugnisjah W.Q, Setiawan A; Suwarto dan Santiwa C,1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang
Ilmu dan Teknologi Benih. PT Raja grafindo Persada. Jakarta.
Sadjad.S.,1993.Dari Benih Kepada Benih. Grasindo. Jakarta.
Salisbury F.B dan C.W.Ross,1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3 Penerbit ITB. Bandung
Stern K.R,2001.Introductory Plant Biology. MC Graw Hill. New York
Sutopo L.1995.Teknologi Benih. Rajawali. Jakarta.
Thomson J.R,1990. An Introduction to seed Technology. Leonard hill. New york.
7
VI. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Laju imbibisi pada biji kacang hijau.
Larutan Suhu Kelompok Berat awal (gr) Berat akhir (gr) Selisih (gr) Jumlah
selisih
(gr)
Laju
imbibisi
(gr/s)
Akuades Kamar 1 3 6 0,6227 0,6723 0,7393 0,6390 0,6749 0,7406 0,0163 0,0026 0,0013 0,0067 1,86 x 10-6
40° 1 4 7 0,6633 0,6948 0,7478 0,6815 0,7167 0,7499 0,0182 0,0219 0,0021 0,0141 3,92 x 10-6
60° 1 4 7 0,7133 0,6829 0,7001 0,8623 0,8361 0,7088 0,149 0,1532 0,0087 0,1036 28,8 x 10-6
Sukrosa
0,5 M
Kamar 2 4 7 0,6292 0,7070 0,7013 0,6290 0,7077 0,7964 -0,0002 0,0007 0,0951 0,0319 8,86 x 10-6
40° 2 5 8 0,6580 0,7421 0,6188 0,6686 0,7469 0,6278 0,0106 0,0048 0,009 0,0081 2,25 x 10-6
60° 2 5 8 0,6754 0,6402 0,6084 0,6963 0,7212 0,6471 0,0209 0,0810 0,0387 0,0469 13 x 10-6
Sukrosa
1 M
Kamar 2 5 8 0,6263 0,6525 0,6656 0,6269 0,6420 0,6672 0,0006 -0,015 0,0016 -0,0043 -1,19 x 10-6
40° 3 6 8 0,6341 0,6948 0,6271 0,6226 0,6987 0,6277 - 0,0015 0,0039 0,0006 0,001 0,28 x 10-6
60° 3 6 1 0,6999 0,7246 0,6643 0,7093 0,7330 0,6799 0,0094 0,0084 -0,02 -0,0022 -0,6 x 10-6
8
VII. Pembahasan
Imbibisi hampir sama dengan osmosis. Perbedaanya adalah pada imbibisi
terdapat proses absorbansi penyerapan air pada biji. Dari data yang didapatkan
setelah percobaan, terlihat bahwa selisih dari berat awal dan berat akhir terdapat
beberapa jumlah yang terlalu jauh bahkan ada yang hingga menurun. Seharusnya
selisih dari berat awal dan berat akhir makin bertambah bukan menurun.
Pertambahan tersebut seharusnya tidak terlalu jauh dari berat awalnya, seperti
pada larutan akuades dengan suhu kamar. Selisih yang terlalu jauh tersebut
mengakibatkan laju imbibisi yang jumlahnya berbeda sangat jauh pula dan bahkan
adanya nilai atau jumlah negatif karena adanya pengurangan dari berat awal atau
pengurangan di berat akhir, contohnya seperti pada larutan sukrosa 0,5 M dengan
suhu kamar dan larutan sukrosa 1 M pada suhu kamar, suhu 40°, suhu 60°. Hal ini
dapat dikarenakan pada saat memilih biji kacang hijau, biji kacang hijau yang
terpilih tidak begitu bagus. Selain itu dapat juga dikarenakan kesalahan pada saat
penimbangan berat biji kacang hijau tersebut, yang paling memungkinkan adalah
ketika penghitungan berat akhir. Pada penghitungan berat akhir bisa saja biji
kacang hijau itu belum terlalu kering atau larutannya terhitung juga meskipun
sedikit sehingga selisih berat akhir dan berat awal sangat besar. Selain itu dapat
juga dikarenakan biji kacang hijaunya seperti benar-benar diperas sehingga
kandungan dari biji kacang hijau itu pun terbuang dan membuat berat akhir
kurang dari berat awal. Berat akhir kurang dari berat awal menyebabkan selisih
antara berat awal dan berat akhir, juga laju imbibisi menjadi bernilai atau
berjumlah negatif. Selain itu bisa juga dari keadaan larutannya yang memang
sudah tidak dapat bekerja dengan optimal.
VIII. Kesimpulan
1. Imbibisi hampir sama dengan Osmosis, perbedaannya adalah terdapat proses
adsorbansi penyerapan air pada proses Imbibisi.
2. Faktor yang mempengaruhi imbibisi adalah suhu dan potensial osmotik.
3. Berdasarkan hasil pengamatan, biji yang direndam dalam aquades dan
Sukrosa 0,5 M mengalami penambahan berat
4. Biji yang direndam dalam sukrosa 1 M mengalami pengurangan berat
5. Pengurangan berat biji dapat dikarenakan kesalahan teknis atau terjadinya
plasmolisis yang disebabkan konsentrasi larutan yang di luar sel lebih pekat
dari pada di dalam sel.
9
IX. Pertanyaan
1.
X. Daftar pustaka
Wazza, Agus. 2010. Peristiwa Imbibisi Pada Biji. [Online]. Tersedia:
http://agushome.blogspot.com/2010/07/peristiwa-imbibisi-pada-biji.html (8 Oktober
2013)
Yusuf, Andi Rezki Ferawati. 2009. Laporan Praktikum Imbibisi. [Online]. Tersedia:
http://fheeyraredzqiiy.wordpress.com/category/fisiologi-tumbuhan/ (8 Oktober
2013)
Gojali, Yuda. 2010. Imbibisi Pada Biji. [Online]. Tersedia:
http://yudagojali.blogspot.com/2011/11/imbibisi-pada-biji.html (8 Oktober
2013)
Anonim. 2012. Development of Embryo. [Online]. Tersedia:
http://agrotek-agronomi.blogspot.com/ (8 Oktober 2013)
Muatika, Asdani. 2012. Imbibisi. [Online]. Tersedia:
http://asdanimuatika.wordpress.com/2012/12/15/kenapa-biji-harus-direndam-dahulu-
saat-akan-ditanam/ (8 Oktober 2013)
10
11