225975584-pengelolaan-sumber-daya-air-sungai-siak-riau.docx

Upload: loisarosalia

Post on 02-Jun-2018

227 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    1/22

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Sungai memiliki peran strategis sebagai salah satu sumber daya alam yang

    mendukung kehidupan masyarakat. Peranan sungai di dalam konteks perkotaan

    menjadi sangat penting, khususnya dalam upaya mempertahankan sumber daya

    air yang berkelanjutan. Pengelolaa Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan salah

    satu aspek dari Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) pada suatu Wilayah

    Pengembangan Sumber Air (WPSA) yang merupakan upaya pendayagunaan

    sumber air secara terpadu dengan upaya pengendalian dan pelestariannya.

    Pengelolaan DAS tidak terlepas dari berbagai permasalahan, antara lain

    masalah penurunan sumberdaya alamiah, polusi dari berbagai sumber, serta

    konflik penggunaan lahan di sekitar DAS.

    Kondisi DAS saat ini di sebagian besar daerah di Indonesia cenderung

    menurun. Salah satu DAS yang mengalami penurunan kualitas air sungai adalah

    DAS Siak. DAS Siak termasuk DAS kritis, kawasan rawan bencana banjir dan

    longsor, erosi dan pendangkalan, serta terjadi berbagai macam pencemaran.

    Perubahan ekosistem pada DAS siak diindikasikan dengan kejadian banjir di

    Provinsi Riau akibat meluapnya Sungai Siak dan anak-anak sungainya. Perubahan

    ekosistem tersebut disebabkan oleh wilayah dalam DAS Siak merupakan daerah

    yang potensial berkembang bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Di

    sepanjang Sungai Siak terutama di Pekanbaru ke arah hilirnya mempunyai

    potensi yang sangat tinggi untuk berkembangnya kegiatan sosial dan ekonomi.

    Perubahan ekosistem Sungai Siak secara signifikan dipengaruhi oleh

    perkembangan penduduk dan ekonomi yang kemudian mendorong

    berkembangnya kawasan budi daya dan pemukiman. Sejalan dengan fungsi dan

    kegunaan sungai tersebut, maka diperlukan upaya pemantauan untuk menjaga

    kuantitas, kontinuitas, dan kualitas badan air tersebut.

    Pada saat ini, terjadi kecenderungan bahwa aspek ekonomi lebih

    mendapat penekanan dibanding aspek sosial dan lingkungan. Hal ini terkait

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    2/22

    2

    dengan kewenangan setiap wilayah kabupaten/kota atau propinsi dalam

    mengatur wilayahnya sendiri melalui otonomi daerah dan kecenderungan

    untuk menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masing-masing. Akibatnya,

    setiap daerah dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang ada tanpa adanya

    perencanaan kelestarian lingkungannya. Pengelolaan DAS pun tidak luput

    dari kecenderungan ini. Hal ini tentunya menjadi masalah terutama karena

    DAS umumnya melintasi beberapa wilayah administrasi, baik kabupaten/kota

    ataupun propinsi sehingga pengelolaan yang berbasis otonomi daerah dapat

    mengancam kesinambungan DAS. Sementara di lain pihak, DAS yang terdiri

    dari wilayah hulu, tengah dan hilir merupakan sebuah kesatuan DAS yang

    mempunyai keterkaitan baik secara biofisik maupun hidrologis, sehingga dalam

    pengelolaannya harus adanya keterpaduan antar sektor dan wilayah yang

    tercakup dalam DAS tersebut .

    Berdasarkan uraian ini, terdapat permasalahan keberlanjutan DAS yang

    terkait dengan kondisi sosial masyarakat sekitar DAS dan juga pengelolaan

    DAS itu sendiri secara kelembagaan. Kedua isu utama inilah yang diangkat

    lebih lanjut dalam tulisan ini. Secara khusus, tujuan dari penulisan ini

    adalah untuk:

    a) membahas sejauh mana peran pengelolaan DAS dalam mengantisipasi

    berbagai keadaan yang berbeda-beda di sepanjang DAS;

    b) membahas kondisi masyarakat di wilayah sekitar sungai. Hasil

    penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang permasalahan DAS

    yang terkait dengan pengelolaan dan perilaku manusia, khususnya dalam

    kerangka keterkaitan wilayah hulu dan hilir.

    Secara umum hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagipraktek penataan dan pengelolaan lingkungan perkotaan yang mengutamakan

    keterkaitan pada kawasan DAS, serta keterkaitan antara lingkungan fisik DAS

    dengan dengan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya.

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari penyajian makalah ini adalah sebagai berikut :

    1.

    Mengetahui beban pencemar yang berada di wilayah DAS Siak

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    3/22

    3

    2. Mengetahui pengelolaan DAS Siak secara terpadu

    3. Mengetahui penyebab kerusakan DAS Siak

    4.

    Mengetahui perencanaan pengelolaan secara terpadu yang dapat

    dilakukan dalam pemecahan masalah pengelolaan sumber daya air

    5. Mengetahui tantangan dalam pengelolaan DAS Siak secara terpadu

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    4/22

    4

    BAB II

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    2.1 Analisa Zat Pencemar Sungai Siak

    Wilayah Kota Pekanbaru sangat strategis, terletak di tengah-tengah Pulau

    Sumatera yang dapat dilalui dengan perhubungan darat ke seluruh kawasan.

    Secara geografis Kota Pekanbaru terletak antara 1010 14-1010 34 Bujur Timur

    dan 00 25-00 45 Lintang Utara. Dari hasil pengukuran/pematokan di lapangan

    oleh BPN Tingkat I Riau, ditetapkan luas wilayah Kota Pekanbaru 632,26 km2

    (Kasri dan Hendrik, 1993).

    Kota Pekanbaru dialiri oleh Sungai Siak yang membelah kota menjadi dua

    wilayah, yaitu sebelah utara Sungai Siak dan sebelah selatan Sungai Siak. Sungai

    Siak merupakan salah satu sungai terbesar di Provinsi Riau yang mempunyai

    fungsi sangat strategis sebagai sumber air minum, jalur transportasi dan sumber

    air bagi industri dengan kedalaman rata-rata 15-20 meter dan lebar 100-150

    meter. Secara geografis DAS Siak membentang melalui ibu kota Provinsi

    Riau yaitu Pekanbaru dengan DAS seluas 1.061.577 ha.

    Perairan sangat dipengaruhi oleh pasang surut dari muaranya dan juga

    dipengaruhi oleh anak-anak sungai yang berasal dari daerah rawa dan gambut

    sekitarnya. Hal ini menyebabkan warna air Sungai Siak agak coklat kekuning-

    kuningan sehingga pH perairan Sungai Siak umumnya bersifat asam (pH 4,5-6).

    Perairan Sungai Siak yang berada di Kota Pekanbaru merupakan bagian dari

    Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak yang menjadi salah satu daerah tampungan

    yang penting dari daur hidrologi yang berasal dari berbagai kegiatan perkotaan,

    industri, pertanian, pertambangan, perkebunan/kehutanan, dan lain sebagainya.

    Keadaan ini membawa konsekuensi pada beban lingkungan yang diterima oleh

    DAS Siak juga semakin besar. Kegiatan industri yang berada di sekitar DAS Siak

    antara lain, meliputi industri penambangan minyak bumi PT. CPI, industri Pulp

    and Paper Indah Kiat, industri kelapa sawit, industri crumb rubber, industri

    plywood, dan industri lem.

    Perkembangan yang pesat di Kota Pekanbaru yang merupakan Ibukota

    Provinsi menimbulkan aktivitas kegiatan produksi dan industri yang sangat tinggi,

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    5/22

    5

    selain itu menyebabkan pula daya tarik yang sangat kuat bagi seluruh masyarakat

    di Provinsi Riau sehingga menimbulkan tingkat laju urbanisasi yang sangat tinggi.

    Secara historis masyarakat Riau (daratan) adalah merupakan tipikal

    masyarakat Sungai yang artinya dalam kehidupan sehari-harinya dan

    perkembangan sangat menggantungkan hidupnya pada sungai (terutama Sungai

    Siak), masyarakat sungai memilih lokasi permukiman di pinggir (bantaran)

    sepanjang sungai. Dengan perkembangan dan daya tarik Pekanbaru yang

    sangat luar biasa, maka dampak terhadap masyarakat adalah timbulnya ledakan

    populasi (urbanisasi) yang menyebabkan kepadatan penduduk yang sangat tinggi,

    dan pada akhirnya akan menghasilkan limbah cair dan padat (domestik) dalam

    jumlah besar yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi hidrologi dan

    kualitas air sungai.

    Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, bahwa pencemaran yang terjadi

    pada Sungai Siak sebesar 60 % dari total limbah yang mencemari sungai

    disebabkan oleh limbah domestik. Pencemaran limbah Rumah Tangga dan

    pencemaran lain yang diakibatkan dari peningkatan dan perluasan kegiatan

    produksi, industri dan perubahan tata guna lahan (perkebunan besar,

    perkebunan rakyat dan pertanian lahan kering) banyak ditemukan di sepanjang

    sungai (Bapedal Propinsi Riau, 2002).

    Perairan Sungai Siak yang berada di Kota Pekanbaru merupakan bagian dari

    Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak yang menjadi salah satu daerah tampungan

    yang penting dari daur hidrologi yang berasal dari berbagai kegiatan perkotaan,

    industri, pertanian, pertambangan, perkebunan/kehutanan, dan lain sebagainya.

    Keadaan ini membawa konsekuensi pada beban lingkungan yang diterima oleh

    DAS Siak juga semakin besar. Kegiatan industri di sekitar DAS Siak meliputiindustri penambangan minyak bumi PT. CPI, industri Pulp and PaperIndah Kiat,

    industri kelapa sawit, industri crumb rubber, industriplywood, dan industri lem.

    Tingginya aktivitas yang terdapat di sekitar daerah sungai akan

    menyebabkan besarnya volume limbah yang dihasilkan. Bahan pencemar ini

    berasal dari aktifitas perkotaan (domestik), industri, pertanian dan sebagainya

    yang terbawa bersama aliran permukaan (run off), langsung ataupun tidak

    langsung akan menyebabkan terjadinya gangguan dan perubahan kualitas fisik,

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    6/22

    6

    kimia dan biologi pada perairan sungai yang pada akhirnya menimbulkan

    pencemaran. Pencemaran pada badan air yang terjadi secara kontinu akan

    mengakibatkan turunnya kualitas air sampai ketingkat tertentu dan tidak dapat

    berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Sumber pencemar yang terdapat di

    sepanjang aliran Sungai Siak antara lain:

    1. Limbah Organik, dapat bersumber dari limbah pasar, rumah tangga,

    restoran/rumah makan, industri perkayuan dan sebagainya. Kandungan

    limbah organik yang tinggi pada perairan sungai dapat meyebabkan

    terjadinya proses eutrofikasi (penyuburan perairan)

    2. Limbah anorganik (logam berat), dapat memberikan kontribusi yang

    besar terhadap penurunan kualitas sumberdaya air seperti Cu, Zn, Hg,

    Cd, Cr, Pb dan sebagainya. Polutan yang masuk ke perairan sungai juga

    mengalami proses pengendapan pada sedimen dasar yang dapat bersifat

    toksik sehingga berpotensi untuk mencemari sumber-sumber air yang ada

    bila tidak dikelola secara bijaksana.

    Berdasarkan hasil analisa laboratorium terhadap kualitas air sungai Siak diperoleh

    sebagai berikut :

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    7/22

    7

    Sumber : BLH Kota Pekanbaru, 2011

    Dari tabel diatas dapat di jelaskan bahwa : nilai pH di sebagian lokasi pemantauan

    dapat dikatakan tidak layak untuk dikonsumsi masyarakat, karena tidak

    memenuhi standar baku mutu yang di tetapkan. Dari hasil analisi kelimalokas nilai BOD dan COD sangat tinggi, pengambilan sampel semuanya

    telah melewati baku mutu yang telah ditetapkan, sehingga memerlukan

    penganan yang serius agar limbah yang dibuang ke badan sungai tidak

    membahayakan kehidupan organisme di perairan tersebut, berdasarkan hasil

    analisis minyak dan lemak dapat diketahui bahwa kandungan minyak dan lemak

    sangat tinggi yaitu dari 1,3- 13,6 mg/L sedangkan ambang batas baku mutu

    menurut PP No.82 Tahun 2001 hanya 1,0 mg/L, sehingga dapat disimpulkan

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    8/22

    8

    bahwa kandungan minyak dan lemak telah melewati baku mutu yang ditetapkan,

    amoniak merupakan gas yang tidak berwarna dengan kadar 50 mg/L memberikan

    bau yang menyengat. Konsentrasi amoniak tertinggi ditemukan pada ST 2

    (Jembatan Siak II) dengan kandungan 0,503 mg/L. Parameter Nitrat masih

    sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan, sedangkan pada parameter

    Fosfat konsentrasi tertinggi ditemukan pada ST 4 (pelita Pantai) dengan

    kandungan mencapai 1,304 mg/L, sedangkan ambang batas baku mutu menurut

    PP No.82 Tahun 2001 hanya 0,2. Dengan demikian untuk parameter Fosfat telah

    melewati baku mutu, padatan tersusupensi adalah padatan yang menyebabkan

    kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung.

    Hasil analisis Total Padatan Tersuspensi (TSS) dengan konsentrasi

    58,0-76,0mg/L, sedangkan baku mutu hanya 50 mg/L. Sehingga untuk parameter

    TSS telah melewati ambang batas dan tidak layak digunakan sebagai bahan baku

    air minum, hasil pengukuran kandungan logam berat di sepanjang sungai siak

    memperlihatkan bahwa logam arsen, selenium, dan merkuri belum terdeteksi.

    Sedangkan logam logam yang lain seperti seng, krom, kadmium, timbal dan

    tembaga telah melewati ambang batas baku mutu, dari hasil analisis yang

    dilakukan terhadap coliform dapat diketahui bahwa pada semua tempat

    pengambilan sampling telah melebihi ambang batas baku mutu yang telah

    ditetapkan dengan jumlah kandungan 1800-5200 MPN, sedangkan baku mutu

    hanya 1000 MPN. Berdasarkan hasil analisis pada semua parameter, maka

    dapat disimpulkan bahwa kondisi perairan Sungai Siak ruas Kota Pekanbaru

    dalam kondisi yang memprihatinkan, sehingga diperlukan penanganan serius

    agar kelestarian sungai tersebut tetap terjaga.

    Berdasarkan visualisasi keadaan air sungai pada umumnya berwarna kuningkecoklatan dan semakin pekat warnanya sampai kearah hilir dengan bau air yang

    menyengat. Walaupun tidak dirasa akan tetapi dapat dipastikan bahwa kualitas air

    pada sungai ini sangat tidak mungkin dikatakan baik untuk kesehatan. Sepanjang

    sungai terlihat banyak sampah-sampah organik seperti sisa-sisa makanan, daun-

    daunan, kayu, tinja dan bangkai hewan dan juga banyak terlihat sampah-sampah

    anorganik seperti plastik, kaca, kaleng dan minyak-minyak. Keadaan ini hampir

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    9/22

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    10/22

    10

    Keberadaan sebuah DAS ada yang sepenuhnya berada dalam satu wilayah

    kabupaten/kota, bisa juga lintas kab/kota ataupun lintas provinsi dan lintas negara.

    Konsepsi pengelolaan terpadu SDA yang berbasis DAS ataupun wilayah

    sungai dikenal oleh masyarakat internasional dengan istilah Integrated Water

    Resources Management (IWRM) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

    sebutan Pengelolaan Terpadu SDA dan terkadang disebut juga Pengelolaan SDA

    Terpadu bahkan ada pula yang menyebut Pengelolaan SDA Menyeluruh dan

    Terpadu.

    Posisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di sekitar

    garis khatulistiwa mendapatkan sebaran curah hujan yang variatif dari yang paling

    basah sampai dengan yang kering. Variasi curah hujan tahunan di berbagai

    wilayah kepulauan di Indonesia tergolong ekstrim ada pulau-pulau yang curah

    hujannya kurang dari 800 mm/tahun, dan ada pula pulau yang curah hujannya

    sampai dengan 4000 mm/tahun. Curah hujan sebesar ini terkonsentrasi selama

    kurang lebih 5 (lima) bulan dari bulan November s/d Maret sehingga banjir sering

    terjadi pada bulan-bulan tersebut. Sedangkan pada 7 (tujuh) bulan yang lainnya

    curah hujan sangat kecil dan jarang sehingga mengakibatkan ketersediaan air

    terbatas dan di lain pihak kebutuhan air tidak berkurang sehingga bencana

    kekeringan sering terjadi selama musim kemarau.

    Rerata ketersediaan air diatas daratan Indonesia saat ini lebih dari 15.000

    m3/kapita/tahun. Angka tersebut memang terasa sangat besar, yaitu hampir 25 kali

    lipat dari rata-rata ketersediaan air per kapita dunia yang besarnya 600

    m3/kapita/tahun. Untuk wilayah Riau memiliki rata rata curah hujan berkisar

    antara 1300 3500 mm pertahun. Dimana Kota Pekanbaru adalah daerah yang

    paling sering ditimpa hujan selama tahun 2010 yaitu 230 kali. Jumlah curah hujanKota Pekanbaru merupakan curah hujan tertinggi di wilayah Riau yaitu sebesar

    3.592,3 mm. Analisa kualitas, kuantitas dan kontinuitas (K-3) dapat dilihat pada

    analisa fish bone berikut :

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    11/22

    11

    Gambar 1. Analisa Fish Bone

    Dari gambar diatas dapat diuraikan beberapa aspek yang mempengaruhi K-3

    pada Sungai Siak, yaitu :

    1. Sumber Daya Manusia

    Pola perilaku masyarakat di sekitar daerah aliran sungai mempengaruhi

    kondisi sungai. Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga

    kebersihan sungai masih sangat minim. Tidak sedikit warga yang membuang

    sampah ke sungai, hal ini terpaksa dilakukan warga karena masyarakat di wilayah

    pinggiran sungai yang rata rata berpenghasilan rendah belum mendapatkan

    akses untuk pengangkutan sampah dari dinas terkait. Selain itu tidak sedikit

    masyarakat yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan MCK. Untuk

    keperluan mandi masyarakat di sepanjang aliran sungai biasanya langsung mandi

    di sungai ataupun dialirkan melalui kran menuju tempat mandi mereka. Begitupun

    untuk kegiatan mencuci dan buang air besar ataupun kecil dilakukan masyarakatsecara langsung diatas badan air.

    Masyarakat yang menggunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari seperti

    mencuci dan mandi juga menjadi salah satu penyebab pencemaran air sungai Siak.

    Karena sabun yang digunakan mengandung berbagai macam zat kimia yang bisa

    mengganggu biota air sungai Siak. Kegiatan BAB di sungai juga menjadi

    penyebab utama pencemaran air karena e-coli, sebab sungai Siak sudah beralih

    fungsi menjadi WC terpanjang.

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    12/22

    12

    Beberapa kegiatan masyarakat tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

    1.

    2.

    3.

    4.

    Gambar 1. Pengunaan sungai untuk MCK oleh masyarakat

    Selain penggunaan untuk keperluan MCK, beberapa masyarakat setempat

    yang membuka usaha di sepanjang sungai seperti tempat makan juga

    menggunakan air sungai secara langsung, baik untuk keperluan cuci piring

    ataupun untuk pembuangan limbah hasil cucian seperti yang dapat dilihat pada

    gambar berikut :

    Gambar 2. Penggunaan air untuk keperluan usaha tempat makan

    masyarakat setempat

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    13/22

    13

    Kebiasaan masyarakat ini menjadi budaya lokal bagi sebagian

    masyarakat yang tinggal dibantaran sungai. Pendidikan yang minim pun turut

    andil dalam pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya air

    bersih bagi kehidupan sehari-hari.

    Selain itu pertambahan jumlah penduduk yang sebarannya tidak merata

    menjadi salah satu faktor penyebab ketimpangan neraca air di berbagai pulau.

    Berdasarkan profil Kota Pekanbaru, wilayah Kota Pekanbaru sendiri terdapat

    897.767 jiwa atau sekitar 16,21% dari seluruh penduduk Riau. Sehingga

    kebutuhan akan air bersih sebesar 121.198.545 liter/hari. Jumlah ini didapatkan

    dari jumlah penduduk x 135 liter/orang/hari. Namun PDAM Kota Pekanbaru baru

    dapat memproduksi sebanyak 53.568.000 liter/hari. Sehingga masih dibutuhkan

    kapasitas produksi sebanyak 67.630.545 liter/hari, atau 783 liter/detik.

    Masyarakat miskin dikawasan pinggiran sungai harus berjuang untuk

    mendapatkan air bersih dengan harga lebih mahal dibanding kelompok yang lebih

    mampu di perkotaan. Dimana penduduk setempat harus membeli air kemasan isi

    ulang untuk keperluan air minum, ataupun kegiatan memasak.

    Untuk pelayanan air bersih di tahun 2011 baru mencukupi sekitar 8% dari

    total penduduk dengan fokus area pelayanan disekitar Pusat Kota Pekanbaru,

    sedangkan pelayanan untuk wilayah Pekanbaru bagian selatan masih sangat

    minim.

    2. Sarana dan Prasarana

    Sejak dulu Sungai Siak merupakan urat nadi ekonomi di dataran Riau.

    Berbagai alat angkutan sungai dengan berbagai ukuran dan kecepatan, hilir mudik

    setiap harinya di Sungai ini. Intensitas transporatsi yang tinggi tersebut telah

    menimbulkan berbagai masalah. Ukuran kapal, kecepatan kapal dan jumlah kapalyang lewat adalah penyebab terjadinya kerusakan tebing dan bantaran sungai.

    Demikian pula dengan dibangun pelabuhan-pelabuhan untuk kebutuhan industri

    kayu dan perkebunan sawit, peningkatan fungsi kota Pekanbaru semakin

    meningkatkan volume lalu lintas terutama dari kota Pekanbaru ke arah hilirnya.

    Jembatan Siak setinggi 23 meter yang melintasi sungai Siak dibangun oleh

    Pemerintah Kabupaten Siak sejak 31 Desember 2002, selain dimaksudkan untuk

    menghubungkan ibukota Siak dengan daerah seberangnya, juga untuk membatasi

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    14/22

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    15/22

    15

    proyek yang ada sekarang). UPT Pusat ini baru mulai berfungsi pada tahun 2007,

    dan tantangannya saat ini adalah mempersiapkan personil yang handal.

    Sedangkan untuk pemerintah Kota Pekanbaru sendiri terdapat beberapa

    instansi terkait pengelolaan sumber daya air seperti Badan Wilayah Sungai

    (BWS), PDAM Tirta Siak, Departemen Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan

    Hidup dan dinas dinas terkait lainnya. Namun dalam pelaksanaannya masih

    kurangnya koordinasi antar dinas terkait dan antar pemerintah provinsi dan

    pemerintah daerah. Selain itu kurangnya sumber daya manusia dalam pengelolaan

    sumber daya air dan keterbatasan dana membuat pengelolaan sumber daya air di

    Kota Pekanbaru masih belum maksimal.

    Pemerintah Provinsi Riau telah menetapakan program pengendalian

    pencemaran air Sungai Siak terdiri dari 12 program. Berdasarkan hasil penelitian

    dilapangan dari 12 Program yang dilaksanakan ternyata hanya 9 program yang

    terlaksana dan 3 Program tidak terlaksana sampai dengan batas waktu yang telah

    ditentukan, adapun waktu pelaksanaan dari program pengendalian pencemaran air

    sungai siak ini dimulai pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.

    Adapun 9 Program pengendalian pencemaran air sungai siak yang

    terlaksana yaitu:

    1. Program pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah komunal,

    2. Penyediaan sarana sanitasi pedesaan,

    3. Pelatihan pengelolaan lingkungan untuk masyarakat,

    4. Pengembangan tempat pengolahan samah terpadu,

    5. Peningkatan kinerja pengolahan air limbah industri,

    6. Pengembangan dan penerapan Teknik Produksi Bersih untuk industri,

    7. Pengendalian limbah cair dan sludge kegiatan pertambangan,8. Pengembangan sistem informasi lingkungan,

    9. Pengawasan dan evaluasi implementasi program dan revisi program

    Tiga Program pengendalian pencemaran air sungai siak yang tidak

    terlaksana yaitu :

    1. Program pengembangan Instalasi pengolahan air limbah terpadu untuk

    industri kecil/ menengah,

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    16/22

    16

    2. Evaluasi dan penyempurnaan implementasi pemantauan kualitas air yang

    telah berjalan,

    3. Pemantauan rutin kualitas limbah cair dan Pengembangan sarana dan

    prasarana pemantauan kualitas air dan limbah cair, serta laboratorium

    terakreditasi.

    4. Manajemen

    Kondisi dan penggunaan ruang di daerah aliran sungai mempunyai andil

    besar terhadap kelangsungan aliran air sepanjang waktu serta kualitasnya. Tingkat

    kekritisan DAS sangat berpengaruh terhadap distribusi aliran permukaan bulanan.

    DAS kritis yang semula berjumlah 22 DAS pada tahun 1984 secara dramatis

    makin meningkat jumlahnya yaitu menjadi 39 DAS pada tahun 1992, dan

    meningkat lagi menjadi 282 DAS kritis dimana 62 DAS dinyatakan sebagai DAS

    kritis prioritas I pada tahun 1998.

    DAS Siak pada saat sekarang ini juga telah tercatat sebagai DAS kritis.

    Indikator kritis DAS Siak dicirikan dengan adanya penurunan kualitas dan

    kuantitas sungai Siak yang sudah berada di bawah ambang batas ketentuan sungai

    yang lestari dan tingginya sendimentasi.

    Dari data peta pemanfaatan ruang yang tertuang dalam Rencana Tata

    Ruang Wilayah Provinsi Riau tahun 2001 2015 menunjukkan bahwa

    pemanfaatan ruang di wilayah DAS Siak bagian hulu sebagian besar merupakan

    kawasan budidaya dalam bentuk peruntukan perkebunan besar dan kawasan hutan

    produksi, kawasan perkebunan rakyat, kawasan permukiman, kawasan pertanian

    lahan kering, dan kawasan pertanian lahan basah hanya sebagian kecil kawasan

    Hutan lindung. Di bagian hilir sungai sebagian besar berupa kawasan hutan

    produksi, perkebunan besar dan sebagian lagi berupa kawasan perkotaan(Pekanbaru, Perawang dan Siak Sri Indrapura). Pemanfaatan lainnya berupa

    kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, dan kawasan

    hutan resapan air. Data peta ini cukup memberikan gambaran perlunya penataan

    kembali penggunaan lahan di kawasan DAS Siak, dalam arti perlu arahan-arahan

    yang lebih jelas, agar kawasan-kawasan budidaya yang ada di DAS Siak apabila

    memungkinkan dapat dikonversi sebagai kawasan lindung atau arahan arahan

    agar usaha budidaya di kawasan tersebut dapat berfungsi lindung. Namun dalam

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    17/22

    17

    pelaksanaannya masih kurangnya koordinasi antar dinas terkait dan antar

    pemerintah provinsi dan pemerintah daerah. Selain itu kurangnya sumber daya

    manusia yang sadar terhadap lingkungan dan keterbatasan dana membuat

    pengelolaan tata ruang di Kota Pekanbaru masih belum maksimal.

    Dalam Penataan Ruang Daerah Aliran Sungai agar selalu memperhatikan

    peraturan dan Perundangan yang terkait dengan penataan wilayah sungai yaitu

    Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Undang-Undang

    No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah No. 25 tahun

    2000 tentang Kewenangan Pemerintah Propinsi serta petunjukan pelaksanaannya.

    Melihat kenyataan bahwa DAS - DAS di Riau semakin kritis, maka sudah

    sepatutnya pengelolaan wilayah sungai mendapat perhatian yang memadai dengan

    membentuk wadah kordinasi tersendiri. Berdasarkan UU No. 7 tahun 2004 maka

    pemerintah Provinsi Riau mempunyai kewenangan membentuk dewan sumber

    daya air atau dengan nama lain di tingkat provinsi. Dewan sumber daya air ini

    bertugas untuk mensinkronkan program penataan ruang, reboisasi dan

    penghijauan, pencegahan pembalakan, pengendalian pencemaran serta

    pendayagunaan air sungai Siak. Dengan di bentuknya Forum Daerah Aliran

    Sungai Siak, selanjutnya dapat dijadikan embrio sebagai Dewan Sumber Daya Air

    sebagaiman dimaksud dalam Undang-Undang

    5. Lingkungan

    Lingkungan memiliki pengaruh cukup besar pada kualitas, kuantitas, dan

    kontinuitas suatu wilayah sungai. Pengaruh iklim seperti curah hujan yang turun

    mempengaruhi pasang surut di daerah sungai siak, ketika musim kemarau, sungai

    siak lebih dangkal dan sampah-sampah yang dibuang kesungai oleh masyarakat

    sekitar menumpuk dipinggiran sungai. Hal ini tentu berpengaruh terhadapmasyarakat yang tinggal dibantaran sungai.

    Jenis vegetasi yang tumbuh disekitar bantaran sungai juga mempengaruhi

    kapasitas infiltrasi terhadap curah hujan. Dimana laju peresapan air ke dalam

    tanah amat dipengaruhi oleh tingkat kelebatan vegetasi pada tanah tersebut. Oleh

    sebab itu vegetasi pada kawasan hutan harus dijaga dengan cara reboisasi pada

    kawasan hutan yang gundul serta pencegahan pembalakan pada hutan yang telah

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    18/22

    18

    lebat. Pada kawasan perkebunan serta lahan-lahan kosong lainnya dilakukan

    penghijauan sehingga peresapan air ke dalam tanah dapat berlangsung optimal.

    Gambar 4. Kondisi Lingkungan sekitar sungai Siak

    6.

    IndustriPenyebab utama penurunan kualitas Sungai Siak adalah limbah industri baik

    industri besar, menengah maupun kecil yang berada di sepanjang alur sungai Siak.

    Selain itu tingginya erosi yang disebabkan semakin intensif pengelolaan

    sumberdaya alam yang ada di hulu, seperti adanya penebangan liar (illegal

    logging), penebangan hutan berdasarkan Hak Pengusahaan Hutan (HPH),

    konversi hutan menjadi kawasan perkebunan (besar dan kecil), kegiatan

    pertambangan dan kegiatan budidaya lainnya juga menyebabkan DAS Siak

    semakin kritis.

    Pembuangan air limbah hasil industri secara langsung ke badan air. Seperti

    yang dapat dilihat, disepanjang kawasan sungai Siak yang melintasi Kota

    Pekanbaru terdapat berbagai pabrik yang bergerak dalam pengelolaan sawit

    ataupun karet. Dimana limbah hasil pabrik ini dialirkan langsung ke lingkungan.

    Selain itu proses transportasi yang dilakukan di sepanjang bantaran sungai Siak

    juga mencemari sungai. Hal ini disebabkan adanya tumpahan minyak ke bagian

    aliran sungai. Menurut keterangan penduduk setempat, tidak jarang mereka

    menemui kondisi air yang berminyak dan berbau. Bahkan masyarakat telah

    memaklumi dan mengetahui jamjam pembuangan limbah oleh pabrik ke badan

    sungai, yaitu sekitar jam 01.00 WIB (malam). Kondisi air yang berminyak

    disebabkan oleh pembuangan air limbah yang dilakukan oleh beberapa industru

    kecil pengelola minyak dan bahan bakar. Akibatnya, banyak ikan yang mati

    keesokan harinya, dan air sungai menjadi berminyak. Ada beberapa pabrik yang

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    19/22

    19

    kami ketahui berdasarkan informasi dari warga yaitu pabrik kayu yang bernama

    RGM dan RWS, pabrik karet, dan pabrik sawit.

    2.3 Rencana perwujudan IWRM di DAS SIAK

    Rencana perwujudan IWRM dapat dikelompokkan menjadi beberapa aspek

    sebagai berikut:

    a. Konservasi DAS Siak

    Konversikan kembali perkebunan sawit untuk dihutankan kembali sebesar

    30% luas DAS guna melestarikan dan meningkatkan kualitas air disekitar

    sungai Siak serta meminimalisasi dampak pencemaran oleh limbah industri

    b.

    Penyuluhan masyarakat

    Diadakannya kerjasama antara Pemerintah dan LSM, untuk meningkatkan

    pelayanan air bersih disekitar DAS Siak serta subsidi dari pemerintah untuk

    membangun MCK umum guna meminimalisasi pencemaran sungai Siak

    sehingga dapat meningkatkan kualitas air sungai Siak.

    c. Kelembagaan Masyarakat

    Dibentuk suatu lembaga atau ormas yang turut serta dalam pengelolaan DAS

    Siak, dimana ormas tersebut mendapat subsidi pemerintah sehingga akan di

    dapatkan suatu perwujudan pengelolaan terpadu terhadap DAS Siak dalam

    upaya pengelolaan sumber daya air.

    d. Pengendalian daya rusak

    Direncanakan pembangunan rumah panggung untuk masyarakat demi

    mengatasi masalah banjir dan untuk perlindungan kerusakan lingkungan

    bantaran sungai, diusulkan adanya pembatasan kecepatan maksimum kapal

    serta pembatasan bobot/jenis kapal agar transportasi sungai tersebut dapatberfungsi sebagaimana mestinya.

    e. Sistem informasi

    Sistem pemantauan dan pengawasan kualitas maupun kuantitas air sungai,

    tidak diperoleh usulan yang konkrit dari peserta, namun secara terpisah

    meliputi pembentukan organisasi pemantauan atau satgas, dan dipantau

    secara berkala. Sedangkan informasi banjir pada umumnya diperoleh melalui

    pengumuman melalui mesjid dan alarm.

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    20/22

    20

    f. Tempat pembuangan sampah

    Disediakannya tempat pembuangan sampah secara komunal jadi masyarakat

    bias mengumpulkan sampah mereka di satu wadah dan membuangnya di

    tempat sampah yang telah di sediakan di masing-masing gang perumahan

    mereka, supaya masyarakat tidak lagi membuang sampah rumah tangga yang

    mereka hasilkan ke sungai Siak. Dan dilakukan pemungutan retribusi bagi

    masyarakat untuk mengelola persampahannya.

    g. Retribusi masyarakat

    Dilakukan pemungutan retribusi bagi masyarakat sekitar hilir untuk

    masyarakat yang tinggal di hulu sungai agar keberlangsungan air bersih

    tetap terjaga.

    h. Pemantauan sumber daya air,penggunaan nya dan pencemarannya.

    Menerapkan sistem pengawasan yang efektif yang menyediakan informasi

    pengelolaan yang penting dan mengidentifikasi dan merespon atas

    pelanggaran terhadap hukum, peraturan dan izin.

    2.4 Tantangan dan kendala dalam menerapkan pengelolaan sumber daya air

    terpadu

    Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan dan pengelolaan sungai,

    meliputi:

    1. Ketidakjelasan peran dan batasan wewenang antara kebupaten, kota, propinsi,

    dan pusat dalam penanganan, pengelolaan dan pembiayaan sungai.

    2. Kecenderungan peningkatan potensi konflik pemanfaatan air di daerah dan

    wilayah\sungai.

    3. Tidak terkendalinya penambangan galian pasir di badan sungai sehinggamenurunkan fungsi bangunan pengambilan air.

    4. Sedimentasi tinggi akibat rusaknya daerah hulu/catchment area .

    5. Makin cepatnya penurunan kapasitas pengaliran air sungai dan bangunan

    pengendali banjir

    6. Makin besarnya perbedaan aliran dasar sungai pada musim hujan dan musim

    kemarau (Qmax-Qmin).

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    21/22

    21

    7. Makin menurunnya kualitas air sungai, khususnya di daerah aliran tengah dan

    hilir

    8. Tidak terkendalinya permukiman penduduk di daerah bantaran sungai sehingga

    meningkatkan risiko banjir.

    9. Belum memadainya database sungai.

    Sehingga didapatkan bahwa faktor-faktor penghambat pelaksanaan program

    pengendalian pencemaran air Sungai Siak adalah sebagai berikut :

    1. Koordinasi tidak berjalan lancar antara pemerintah Propinsi dengan

    Kabupaten/Kota.

    2. Rapat koordinasi tidak berjalan lancar antar pemerintah kabupaten/kota dengan

    pihak propinsi.

    3. Ketidaktahuan pemerintah daerah tentang program yang dibuat propinsi.

    4. Kurangnya sumber daya manusia.

    5. Kurangnya dana.

    6.

    Sumber daya alam untuk penempatan IPAL yang belum tersedia

  • 8/10/2019 225975584-Pengelolaan-Sumber-Daya-Air-Sungai-Siak-Riau.docx

    22/22

    22

    BAB III

    KESIMPULAN DAN SARAN

    3.1Kesimpulan

    1. Beban pencemar yang berada di wilayah DAS Siak sudah sangat tinggi.

    Ini dapat dilihat dari nilai pH, BOD-COD, minyak dan lemak, amoniak,

    Fosfat, Total Padatan Tersuspensi (TSS), coliform, dan kandungan

    logamlogam seperti seng, krom, kadmium, timbal dan tembaga yang

    telah melewati ambang batas baku mutu. Berdasarkan hasil analisis

    pada semua parameter, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi

    perairan Sungai Siak ruas Kota Pekanbaru dalam kondisi yang

    memprihatinkan, sehingga diperlukan penanganan serius agar kelestarian

    sungai tersebut tetap terjaga.

    2. Penyebab kerusakan DAS Siak dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu :

    a. Sumber Daya Manusia

    b.

    Pemerintahan

    c.

    Lingkungan

    d. Sarana dan prasarana

    e.

    Manajemen

    f. Industri

    3. Perencaan pengelolaan sumber daya air secara terpadu dapat ditinjau dari

    aspek

    4. Mengetahui tantangan dalam pengelolaan DAS Siak secara terpadu