224703829jurnal online kopertis10_protipe sistem deteksi gempa
TRANSCRIPT
Prototipe Sistem Peringatan Gempa Menggunakan
Sensor MMA7260Q Berbassis Mikrokontroler
Heri Mulyono, S.Kom, M.Pd
(Dosen PNS dpk STMIK Jayanusa Padang)
ABSTRAK
Gempa bumi adalah suatu peristiwa alam dimana terjadi getaran pada permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari pusat gempa. Energi yang dilepaskan tersebut merambat melalui tanah dalam bentuk gelombang getaran. Gelombang getaran yang sampai ke permukaan bumi disebut gempa bumi. Dengan adanya getaran maka akan timbul ayunan pada benda.
Sumatera Barat, khususnya Kota Padang adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki intensitas gempa yang tinggi. Penduduk di daerah ini selalu di hantui oleh bencana gempa. Terlebih pasca bencana gempa tahun 2009, penduduk kota ini sangat traumatic dengan bencana gempa, terutama gempa yang berpotensi Tsunami.
Penelitian ini bertujuan membuat sebuah perangkat sistem pendeteksi gempa sederhana menggunakan sensor MMA7260Q. Sensor MMA7260Q adalah sensor pendeteksi getaran dan ayunan. Sebagai pengolah data dari sensor digunakan mikrokontroller AVR AT Mega 8535, sedangkan untuk penampil informasi menggunakan rangkaian LCD. Bahasa pemrograman yang dipakai untuk mengendalikan mikrokontroller adalah Bascom- AVR. Hasil yang diperoleh yaitu hasil perbandingan antara nilai output sensor MMA7260Q dengan output setpoint, nilai output tersebut ditampilkan pada LCD. Dengan perbandingan tersebut akan mengeluarkan output buzzer seperti bunyi-bunyian.
Dengan perangkat ini diharapkan penduduk Kota Padang akan lebih cepat mengetahui adanya gempa sehingga akan meminimalisir korban akibat bencana gempa. Dengan penelitian ini juga diharapan tidak hanya penduduk kota Padang yang akan dapat memanfaatkan alat pendeteksi gempa ini, namun kota-kota lain yang sering mendapatkan goncangan gempa akan dapat memanfaatkan alat ini.
Kata kunci: Mikrokontroler AVR Atmega8535, sensor MMA7260Q, LCD,Buzzer, dan gempa bumi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Secara geografi kota Padang terletak di pesisir pantai barat pulau
Sumatera, dengan garis pantai sepanjang 84 km. Luas keseluruhan kota padang
adalah 694,96 km², dan lebih dari 60% dari luas tersebut, sekitar ± 434,63 km²
merupakan daerah perbukitan yang ditutupi hutan lindung, sementara selebihnya
merupakan daerah efektif perkotaan. Sedangkan keadaan topografi kota ini
bervariasi, 49,48% luas wilayah daratan Kota Padang berada pada wilayah
kemiringan lebih dari 40% dan 23,57% berada pada wilayah kemiringan landai.
Kemungkinan gempa di Kota Padang umumnya berkaitan dengan gempa
tektonik dan sebagian kecil gempa vulkanik. Kondisi ini menyebabkan Kota
Padang menjadi kawasan rawan bencana dengan sumber gempa merusak. Lokasi
pusat-pusat gempa di perairan Kota Padang tersebar cukup merata, berada pada
kawasan sepanjang jalur gempa mengikuti zona subduksi sepanjang 6.500 km di
sebelah Barat Pulau Sumatra. Tumbukan Lempeng Samudera Hindia dan
Lempeng Australia yang menyusup di bawah Lempeng Euroasia membentuk
Zona Benioff, yang secara terus menerus aktif bergerak ke arah barat–timur yang
merupakan zona bergempa dengan seismisitas cukup tinggi. Kebanyakan sumber-
sumber gempa tersebut berada pada kedalaman 33 hingga 100 Km, dengan
magnitude lebih besar dari 5 skala Richter. Gempa berkekuatan lebih besar dari
6,5 skala Richter di permukaan, berpeluang besar menyebabkan deformasi di
daratan dan di dasar laut.
Untuk mendeteksi getaran gempa saat ini telah ada yaitu berupa sensor
MMA7260Q yang merupakan sensor percepatan yang mempunyai tiga output
yaitu X, Y, Z axis dan secara luas digunakan untuk mendeteksi kemiringan,
gerakan dan mendeteksi getaran. Output dari sensor MMA7260Q adalah berupa
analog, sehingga perlu sebuah A/D converter untuk membaca nilai dari sensor.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan suatu penelitian
dengan membuat suatu perancangan alat pendeteksi gempa dengan pemanfaatan
sensor dan microcontroller ATMega 8535.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Membuat prototype pendeteksi gempa sebagai early warning system.
2. Untuk dapat membantu masyarakat mengetahui secara dini bencana
gempa, sehingga akan meminimalisir korban bencana gempa.
1.3. Manfaat Penelitian
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa Kota Padang dan wilayah
sekitarnya merupakan daerah rawan bencana gempa, hampir setiap saat Kota ini
digoyang gempa, mulai dari gempa dengan skala kecil, menengah, maupun skala
besar (seperti yang terjadi pada bulan September tahun 2009). Oleh karena itu
perlu segera dibuat sebuah sistem yang dapat mendeteksi gempa secara dini
sehingga akan meminimalisir korban akibat gempa. Maka dengan adanya
penelitian ini diharapkan membantu permasalahan yang dihadapi masyarakat kota
Padang dan sekitarnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gempa bumi
Gempa bumi adalah suatu peristiwa alam dimana terjadi getaran pada
permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari pusat
gempa. Energi yang dilepaskan tersebut merambat melalui tanah dalam bentuk
gelombang getaran. Gelombang getaran yang sampai ke permukaan bumi disebut
gempa bumi. Dengan adanya getaran maka akan timbul ayunan pada benda.
2.2 Mikrokontroller ATMega 8535
ATMega8535 merupakan salah satu mikrokontroller keluarga ATMEL dari
perkembangan terakhir, yaitu generasi AVR(Alf and Vegard’s Risc Processor).
Mikrokontroller AVR memiliki RISC (Reduced Instruction Set Computing) 8 bit,
dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit dan sebagian besar instruksi
dieksekusi dalam 1 (satu) siklus clock, serta mempunyai kecepatan maksimal
16MHZ. Selain itu, ATMega8535 mempunyai 6 pilihan mode sleep untuk
menghemat daya listrik.
Mikrokontroller AVR telah menggunakan konsep arsitektur yang
memisahkan memori dan bus untuk data dan program, serta telah menerapkan
single level pipelining. Selain itu mikrokontroller AVR juga
mengimplementasikan RISC (Reduced Instruction Set Computing) sehingga
eksekusi instruksi dapat berlangsung cepat dan efisien.
2.3 Analog to Digital Converter (ADC)
ADC digunakan untuk mengubah sinyal input yang analog menjadi sinyal
digital agar dapat diolah oleh mikrokontroller . Adapun fitur dari ADC
ATMega8535 adalah sebagai berikut:
1. Resolusi 10 bit.
2. Waktu konversi 65-260 us.
3. 0-vcc range input ADC dan Memiliki 8 channel input.
2.4 Sensor MMA7260Q
Merupakan sensor percepatan yang mempunyai tiga output yaitu X, Y, Z
axis dan secara luas digunakan untuk mendeteksi kemiringan, gerakan dan
mendeteksi getaran. Output dari sensor MMa7260Q adalah berupa analog,
sehingga perlu sebuah A/D converter untuk membaca nilai dari sensor. Rentang
pengukuran dapat dipilih antara 1,5g, 2g, 4 dan 6g.
Tegangan input sensor yang dibutuhkan saat bekerja sebesar 3,3 Volt DC.
Akan tetapi sensor sudah dipaketkan dalam sebuah modul sehingga tegangan
input pada modul sensor diberikan sebesar 5 – 9 Volt DC.
2.5 Relay
Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang
digerakkan oleh arus listrik.
Secara umum relay digunakan untuk memenuhi fungsi-fungsi berikut:
a. Remote control : dapat menyalakan atau mematikan alat dari jarak jauh
b. Penguat daya : menguatkan arus atau tegangan
Contoh : starting relay pada mesin mobil
c. Pengatur logika control suatu sistem
Relay terdiri dari coil dan contact. Coil adalah gulungan kawat yang
mendapat arus listrik, sedangkan contact adalah sejenis saklar yang pergerakannya
tergantung dari ada tidaknya arus listrik di coil. Contact ada 2 jenis yaitu:
Normally Open (kondisi awal sebelum diaktifkan open) dan Normally Closed
(kondisi awal sebelum diaktifkan close).
Selain berfungsi sebagai komponen elektronik, relay juga mempunyai
fungsi sebagai pengendali system. Sehingga relay mempunyai 2 macam simbol
yang digunakan pada:
a. Rangkaian Listrik (hardware)
b. Program (software)
2.6 Buzzer
Buzzer merupakan komponen yang berfungsi untuk mengeluarkan suara,
prinsip kerjanya hampir sama dengan loudspeaker. Buzzer juga terdiri atas
kumparan yang terpasang pada diagfragma dan kemudian kumparan tersebut
dialiri arus sehingga menjadi electromagnet. Buzzer biasa digunakan sebagai
indikator bahwa proses telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat
(alarm).
2.7 Modul LCD M1632
M1632 merupakan modul LCD matrik dengan konfigurasi 16 karakter
dan 2 baris dengan setiap karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom
pixel (1 baris pixel terakhir adalah kursor).
2.8 BASCOM-AVR
Pemrograman menggunakan BASCOM-AVR adalah salah satu dari
bahasa BASIC untuk pemrograman mikrokontroller.
49
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
3.1 Blok Diagram
Pada perancangan ini sistem digambarkan dalam bentuk blok diagram,
seperti berikut:
Gambar 3.1 Blok diagram sistem
Berdasarkan gambar 3.1 diatas, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Sensor MMA7260Q
Sensor MMA7260Q berfungsi sebagai input sistem yang akan
mendeteksi suatu ayunan atau getaran yang berada di sekita sensor.
Sensor ini mempunyai tiga output yaitu X, Y, Z dalam bentuk tegangan
analog.
2. Mikrokontroller ATmega 8538
Mikrokontroller ATmega 8535 merupakan bagian pemroses yang akan
membaca setiap ada ayunan atau getaran yang berasal dari sensor.
Output dari sensor MMA7260Q (sinyal analog) diubah menjadi data
Sensor MMA7260Q
Mikrokontroller ATmega 8535
Internal ADC
RangkaianLCD
Rangkaian Alarm
digital memanfaatkan internal ADC pada Mikrokontroller ATmega 8535.
Data yang telah dikonversi diolah lagi oleh Mikrokontroller ATmega
8535. Jika data tersebut melebihi set point yang telah ditentukan, maka
akan mengirimkan output pada buzzer dan LCD.
3. Rangkaian Alarm
Rangkaian alarm ini menghidupkan buzzer sebagai tanda bunyi jika
terjadinya gempa.
4. Rangkaian LCD
Rangkaian LCD menampilkan hasil yang diolah oleh Mikrokontroller
ATmega 8535.
3.2 Modul Sistem Minimum
Modul ini berisi rangkaian dasar untuk mengoperasikan bagian pemroses
yang terhubung ke bagian input dan output, gambar rangkaiannya dapat dilihat
seperti pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Sistem Minimum
3.3 Modul Sensor MMA7260Q
Gambar 3.3 Rangkaian sensor MMA7260
Tegangan output Z, Y, X dari sensor berupa tegangan analog yang
dapat dioperasikan dengan ADC yang terhubung ke PORTA.0, PORTA.1,
PORTA.2 , Sensor MMA7260 sudah dikemas dalam sebuah modul, sehingga
dapat mempermudah kita dalam pengoperasian.
3.3 Rangkaian Penurunan Tegangan
Sumber tegangan berasal dari baterai 9 Volt, sementara tegangan yang
dibutuhkan adalah 5 Volt, maka diperlukan rangkaian penurun tegangan seperti
terlihat pada gambar 3.3.
Gambar 3.3 Rangkaian penurun tegangan
3.4 Rangkaian Alarm
Gambar 3.4 Rangkaian Alarm
3.5 Rangkaian LCD
Rangkaian ini berfungsi untuk menampilkan karakter, dimana pada
rangkaian ini akan menampilkan status dari keadaan sekitar, apakah ada terjadi
gempa atau tidak. Gambar rangkaian terlihat pada gambar 3.5.
Gambar 3.5 Rangkaian LCD
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Pengujian sensor MMA7260
1. Tegangan output sensor MMA7260 berupa tegangan analog yang
dikonversi oleh ADC menjadi bilangan digital sebesar 10-bit (1024)
dimana tegangan referensi = 5V.
2. Setiap perubahan kemiringan sensor maka tegangan output pada sensor
akan berubah juga seperti pada tabel pengujian di bawah ini:
Tabel 4.1 Pengujian sudut kemiringan X, Y, Z sensor MMA7260Q
Sudut X Y Z0 0.73 0.90 0.8910 0.75 1.01 0.9220 0.78 1.05 0.9530 0.86 1.13 1.0040 0.90 1.24 1.2550 1.00 1.31 1.2660 1.20 1.45 1.3870 1.30 1.56 1.5180 1.40 1.73 1.6490 1.50 1.80 1.76100 1.60 2.00 1.88110 1.80 2.15 1.98120 1.90 2.27 2.16130 2.00 2.38 2.28140 2.15 2.49 2.38150 2.23 2.59 2.48160 2.30 2.63 2.54170 2.35 2.68 2.55180 2.38 2.70 2.57
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1001101201301401501601701800
0.5
1
1.5
2
2.5
3
XYZ
Sudut
Volt
Gambar 4.3 Kurva pengujian sudut kemiringan X, Y, Z sensor MMA7260Q
Output dari sensor berupa tegangan analog yang mempunyai tiga output
yaitu X, Y dan Z. Perubahan setiap per-10o kemiringan diukur secara manual
dengan menggunakan busur dari sudut 0 sampai 180o, sehingga didapatkan hasil
setiap kenaikan per-10 o dari kemiringan sensor maka tegangan akan berubah
( naik ) seperti yang terlihat pada kurva diatas.
Setiap kemiringan dari sensor mempunyai tegangan yang berbeda-beda sehingga
sensor dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi adanya getaran dan ayunan.
4.2 Pengujian Buzzer
Hasil pengujian rangkaian buzzer seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Pengukuran tegangan output Buzzer
Port Buzzer Kondisi0 Mati Tidak ada ayunan1 Bunyi Adanya ayunan
4.3 Analisa sensor MMA7260
Gambar 4.4 Pergerakan Sensor MMA7260Q
Untuk mendapatkan resolusi per derajat perubahan, IC harus dipasang
sejajar dengan sumbu sensitif dengan bidang gerakan di mana sensitivitas yang
paling diinginkan. Pada pengukuran yang dilakukan terdapat beberapa perbedaan
antara hasil dari datasheet dengan hasil pengukuran yang dilakukan sendiri,
dimana persentase errornya dapat ditentukan dengan rumus :
error %= Hasil teori−Hasil PengukuranHasil teori
x100 %
Dan untuk menentukan Rata-rata kenaikan setiap per-10 derjat dapat
ditentukan dengan rumus :
rata−ratakenaikan per−10 °= rata−rata19
Tabel 4.3 Pengukuran persentase error output X
SudutHasil Teori
Hasil Pengukuran error (%)
X ( Volt) X (Volt)0 0.83 0.73 12.0010 0.85 0.75 11.7620 0.89 0.78 12.3530 0.95 0.86 9.4740 1.02 0.90 11.7650 1.12 1.00 10.70
60 1.23 1.20 2.4370 1.36 1.30 4.4180 1.49 1.40 6.0490 1.63 1.50 7.90100 1.75 1.60 8.57110 1.91 1.80 5.75120 2.02 1.90 5.90130 2.16 2.00 7.40140 2.26 2.15 4.80150 2.33 2.23 4.20160 2.38 2.30 3.36170 2.42 2.35 2.89180 2.45 2.38 2.85
Rata-rata 1.63 1.50 7.10Rata-rata kenaikan
setiap10o 0.086 0.08
Perbandingan tegangan yang terukur dengan data yang ada pada datasheet
sensor MMA7260Q terdapat perbedaan, dimana tegangan rata-rata output dari
sumbu X = 1,63 Volt dengan setiap kenaikan tegangan per-10o sekitar 0.086
Volt. Sedangkan output tegangan rata-rata dari hasil pengukuran yang dilakukan
sekitar X = 1.5 Volt dengan kenaikan tegangan per-10o sekitar 0.08 Volt, dari
perhitungan tersebut dapat dihitung persentase error rata-ratanya ±7.10 % dengan
error setiap kenaikan per-10o ±0.37 %.
Tabel 4.4 Pengukuran persentase error output Y
SudutHasil Teori
Hasil Pengukuran
error (%)
Y ( Volt) Y (Volt)0 0.81 0.9 11.1010 0.82 1.01 23.1720 0.86 1.05 22.0030 0.92 1.13 22.8240 1.00 1.24 24.0050 1.10 1.31 19.0060 1.20 1.45 20.83
70 1.33 1.56 17.2980 1.46 1.73 18.4990 1.60 1.80 12.50100 1.72 2.00 16.20110 1.87 2.15 14.97120 2.00 2.27 13.50130 2.12 2.38 12.26140 2.21 2.49 12.66150 2.30 2.59 12.60160 2.35 2.63 11.90170 2.39 2.68 12.13180 2.41 2.70 12.03
Rata-rata 1.603 1.80 16.30rata-rata kenaikan setiap per-10 derjat
0.084 0.10
Tegangan rata-rata output dari sumbu Y = 1,603 Volt dengan setiap
kenaikan tegangan per-10o sekitar 0.084 Volt. Sedangkan output tegangan rata-
rata dari hasil pengukuran yang dilakukan sekitar Y = 1.8 Volt dengan kenaikan
tegangan per-10o sekitar 0.1 Volt, dari perhitungan tersebut dapat dihitung
persentase error rata-ratanya ±16.30 % dengan error setiap kenaikan per-10o
±0.86 %.
Tabel 4.5 Pengukuran persentase error output Z
SudutHasil Teori
Hasil Pengukuran
error (%)
Z ( Volt) Z (Volt)0 0.84 0.89 5.9310 0.86 0.92 6.9720 0.90 0.95 5.5530 0.96 1.00 4.1640 1.05 1.25 19.0450 1.14 1.26 11.4260 1.26 1.38 9.5270 1.40 1.51 7.8580 1.52 1.64 7.8990 1.66 1.76 6.02
100 1.78 1.88 5.60110 1.94 1.98 2.06120 2.05 2.16 5.36130 2.18 2.28 4.58140 2.28 2.38 4.38150 2.34 2.48 5.98160 2.39 2.54 6.27170 2.42 2.55 5.37180 2.45 2.57 4.89
Rata-rata 1.65 1.76 6.70Rata-rata kenaikan setiap per-10 derjat
0.087 0.093
Tegangan rata-rata output dari sumbu Z = 1,65 Volt dengan setiap
kenaikan tegangan per-10 derjatnya sekitar 0.087 Volt. Sedangkan output
tegangan rata-rata dari hasil pengukuran yang dilakukan sekitar Z = 1.76 Volt
dengan kenaikan tegangan per-10 o sekitar 0.093 Volt, dari perhitungan tersebut
dapat dihitung persentase error rata-ratanya ±6.70 % dengan error setiap kenaikan
per-10 o ±0.35 %.
Pada pembacaan ADC yang ditampilkan ke LCD, didapatkan jika nilai Z
<= 300 dan Y <= 400 dan X <= 420, untuk menentukan tegangan masing-masing
output sensor dapat ditentukan dengan rumus:
Vin= ADC1024
xVref
Keterangan: ADC = Hasil pembacaan ADC (bil. decimal)
Vin = Tegangan keluaran sensor (V)
Vref = Tegangan referensi (V) = 5 V
1024 = bit ADC (2n) = 10-bit (1024)
Tegangan output sensor Z : VZ= 3001024
x 5V =1,4 Volt
Tegangan output sensor Y : VY= 4001024
x5V=1,95Volt
Tegangan output sensor X : VX= 4201024
x5 V=2 Volt
70
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian modul rangkaian, maka dapat diambil suatu
kesimpulan:
1. Tegangan rata-rata output sensor dari ketiga sumbu X, Y dan Z setiap
kenaikan sudut per-10 o, maka tegangan yang terukur adalah X = 0.08
Volt, Y = 0.10 Volt dan Z = 0.093 Volt
2. Perbandingan pengukuran tegangan antara hasil dari datasheet dengan
hasil pengukuran yang dilakukan sendiri dengan persentase error rata-
ratanya adalah X = ±7.10 %, Y = ±16.30 %, dan Z = ±6.70 %
5.2 Saran
Dari hasil pengujian sistem ini masih terdapat keterbatasan, untuk itu
disarankan:
1. Pisahkan antara sumber tegangan untuk mikrokontroller dan sumber
tegangan rangkaian lainnya.
2. Mengingat sensor MMA7260Q tidak hanya untuk mendeteksi adanya
getaran saja, tetapi juga dapat mendeteksi kemiringan, maka dapat
dikembangkan untuk mengukur kemiringan suatu objek seperti rumah atau
gedung.
Daftar Pustaka
Abi Sabrina, ”Fungsi Dasar Transistor”, http://abisabrina.wordpress.com/Diakses pada 6 September 2011.
Datasheet Sensor MMA7260Q
Depok Instrument, ”Modul Elektronika”,http://depokinstruments.com/ Diakses pada 5 September 2011. Edi Permadi, 2005, “Antar Muka LED”, President University, Jakarta
Iswanto.ST.2008.”Design dan Implemendasi Sistem Embedded MikrokontrollerATMega8535 Dengan Bahasa Basic”.Gava Media.Yogyakarta.
Malvino, Albert Paul. 2005. Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta: Erlangga.
Setiawan, Afrie. 2010. 20 Aplikasi Mikrokontroller Atmega 8535 Menggunakan Bascom AVR. ANDI : Yogyakarta.