2211116_2088-4451
TRANSCRIPT
Yuli Setyaningrum, Indanah, Noor Azizah
Latar Belakang kecerdasan menyesuaikan: Retardasi mental merupakan suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi diri umum yang berada di bawah rata-rata di sertai dengan berkurangnya kemampuan untuk (berperilaku adaptif) yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun.( Maramis,2004)Berdasarkan survey awal yang di lakukan secara acak pada tanggal 18 Februari 2007 pada 4 ibu dari siswa penderita retardasi mental di SD Luar Biasa Purwosari Kecamatam Kota Kabupaten Kudus berdasarkan tingkat kecemasan di dapatkan hasil 3 ibu mempunyai tingkat kecemasan yang berat dan 1 ibu mempunyai tingkat kecemasan yang sedang.Tujuan : Diketahuinya hubungan tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi mental anak di SDLB Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.Metode : Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan metode pendekatan Cross Sectional sedangkan analisa datanya menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dengan sistem SPSS 12.Hasil : Berdasarkan hasil observasi yang menggunakan uji Chi Squaredi dapatkan hasil signifikan P = 0,001 atau P = < 0,05 .Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi mental anak.Kesimpulan : Adanya hubungan antara tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi mental anakKata Kunci : Tingkat kecemasan, Tingkat retardasi mental
Mempunyai anak yang normal, sehat jasmani dan rohani merupakan dambaan
setiap keluarga dan orangtua. Semenjak anak dalam kandungan, orangtua terutama ibu
selalu menjaga kondisi fisik dan psikisnya agar bayi yang dikandungnya lahir dengan
sehat dan normal. Harapan dan cita-cita orangtua dan keluarga atas bayi yang
dikandungnya begitu besar. Doa-doa selalu dipanjatkan oleh ayah dan ibu agar anaknya
lahir dengan selamat, sehat jasmani dan rohani, agar menjadi anak yang soleh. Kenyataan
yang dialami belum tentu sama dengan harapan. Tuhan berkehendak lain, anak yang
dititipkan tidak sesuai dengan harapan orangtua. Anak yang dilahirkan ternyata
mengalami kelainan, mungkin mengalami penyakit tertentu atau mengalami gangguan
perkembangan yang membutuhkan perawatan maupun pendidikan khusus. Salah satunya
adalah gangguan retardasi mental ( Hadi, 2000 )
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 1
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU DENGAN TINGKAT
RETARDASI MENTAL ANAK DI SDLB PURWOSARI
KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS
TAHUN 2007
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Retardasi mental merupakan suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi
kecerdasan umum yang berada di bawah rata-rata di sertai dengan berkurangnya
kemampuan untuk menyesuaikan diri (berperilaku adaptif) yang mulai timbul sebelum
usia 18 tahun. Orang-orang yang secara mental mengalami keterbelakangan,memiliki
perkembangan kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam
proses belajar serta adaptif sosial.3% dari jumlah penduduk mengalami keterbelakangan
mental.( Maramis,2004 )
Penyebab retardasi mental dapat di kategorikan menjadi 3 kategori, yaitu yang
bersifat organobiologi,psiko-edukatif dan sosiokultural.Penyebab Psiko-edukatif
sosiobudaya ini biasanya dapat mempengaruhi kondisi retardasi mental menjadi lebih
buruk. (Yuniara, 2009)
Orang tua merasa bingung dengan keadaan anaknya yang mengalami
keterbelakangan mental.Kenyataan ini dapat dimengerti mengingat pengetahuan
masyarakat atas retardasi mental masih sangat kurang, bahkan juga dikalangan
profesional. Akibatnya beberapa anak baru diketahui menderita retardasi mental pada usia
yang sudah dikatakan terlambat. Tentunya ini membawa konsekwensi keterlambatan
penanganan retardasi mental. Pengasuhan dan perawatan terhadap anak retardasi mental
dengan berbagai masalah yang dihadapi dapat memicu terjadinya konflik dalam rumah
tangga. Perbedaan kesiapan mental antara suami istri dalam menerima kenyataan,
harapan atas anak, kesediaan mencurahkan waktu, perhatian dalam menanggani anak,
tingkat kesabaran, toleransi, frustasi dan masih banyak perbedaan-perbedaan lainnya
dapat memicu timbulnya konflik dalam perkawinan. (Hartono, 2000 )
Tidak mudah bagi orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya mengalami
kelainan. Pupusnya impian, harapan, kebingungan, kekhawatiran atas masa depan
anaknya, biaya finansial yang harus dikeluarkan, dan kerepotan-kerepotan lainnya
merupakan beban berat yang harus dipikul oleh orangtua. Semua problem itu merupakan
stressor yang cukup berat sehingga menimbulkan kecemasan pada orangtua. Kecemasan
yang dialami oleh orangtua yang mempunyai anak berkelainan akan mempengaruhi
kehidupan pribadi suami dan istri juga anggota keluarga lainnya. Tidak sedikit pasangan
suami istri mengalami konflik karena tidak ada kesamaan persepsi tentang anaknya dan
tidak saling mendukung, walaupun melalui proses dan perjalanan waktu, akhirnya
kenyataan itu dapat diterima, pemahaman bahwa sebagai orangtua dipercaya dan diberi
amanat oleh Tuhan untuk memiliki dan mendidik anak tersebut secara khusus.( Arkitson,
2006 )
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 2
Sifia Retnowati Noor (2000) menjelaskan bahwa kecemasan yang dialami orangtua
penderita retadasi mental dapat menggejala dalam bentukreaksi fisik, psikis maupun
perilaku. Berbagai keluhan seperti miggrain, sesak nafas, maag dan keluhan lain,
kemungkinan dirasakan oleh orangtua juga keluhan psikologis antara lain berupa sulit
tidur, nafsu makan menurun, kosentrasi menurun, mudah tersinggung dan marah bahkan
ada yang lebih berat lagi seperti depresi. Tentunya berbagai simptom tersebut bersifat
sangat individual dalam arti tidak semua orangtua mempunyai anak retardasi mental
mengalami keluhan-keluhan tersebut.
Tidak pernah terbayangkan oleh orangtua betapa sulit mempunyai anak retardasi
mental. Dibanding ayah, ibu cenderung lebih merasa bersalah, dengan alasan subjektif
bahwa dialah sumber penyebab gangguan yang diderita anaknya karena tugas ibulah
menjaga dan mendidik anak. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mengetahui sejauh
mana kecemasan ibu terhadap anak retardasi mental.
Berdasarkan survey awal yang di lakukan secara acak pada tanggal 18 Februari
2007 pada 4 ibu dari siswa penderita retardasi mental di SD Luar Biasa Purwosari
Kecamatam Kota Kabupaten Kudus berdasarkan tingkat kecemasan di dapatkan hasil 3
ibu mempunyai tingkat kecemasan yang berat dan 1 ibu mempunyai tingkat kecemasan
yang sedang.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
”Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Tingkat Retardasi Mental Anak di SDLB
Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus ”.
Tujuan Diketahuinya hubungan tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi
mental anak di SDLB Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.
IbuIbu adalah seorang wanita yang mengandung selama 9 bulan lebih yang
melahirkan, menyusui, dan yang membesarkan kita dari kita yang bukan apa-apa dan kita
sekarang menjadi seorang yang sukses (Laksmi, 2007).
Cemas
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 3
KAJIAN PUSTAKA
a. Kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan-perasaan
lain yang kurang menyenangkan (wartonah, tarwoto. 2006)
b. Kecemasan adalah respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak
menyenangkan yang di alami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan
sehari-hari (suliswati .2005)
c. Kecemasan adalah pengalaman subyektif dari individu dan tidak dapat di
observasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek
yang spesifik. (suliswati.2005)
Tanda dan GejalaMenurut Hall.C.S 2004, tanda dan gejala kecemasan adalah :
a. Gejala motorik, meliputi: gemetar, muka tegang, nyeri otot, nyeri
dada, letih, pegal, sakit kepala, sakit leher.
b. Gejala otonomik, berupa hiperaktivitas saraf otonomik terutama saraf
simpatis ditandai dengan gejala; palpitasi, hiperhidrosis, sesak nafas
diare, parestesia dll.
c. Khawatir
Rasa khawatir yang berlebihan terutama mengenai hal-hal yang belum terjadi
seperti mau mendapat musibah.
d. Kewaspadaan berlebihan.
Kewaspadaan yang berlebihan meliputi gejala tidur terganggu, sulit
berkonsentrasi, mudah terkejut, tidak bisa santai dll
Tingkat KecemasanMenurut Ann Isaacs 2007, tingkat kecemasan adalah :
a. Cemas Ringan
Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari- hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan akan berhati-hati dan
waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas. Respons cemas ringan seperti sesekali bernapas
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 4
pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka
berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah,
menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk dengan tenang, dan
tremor halus pada tangan.
b. Cemas sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih
berfokus pada hal - hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain
.Respons cemas sedang seperti sering napas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit,
rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat,
susah tidur, dan perasaan tidak enak.
c. Cemas Berat
Pada cemas berat lahan persepsi sangat sempit. Seseorang cenderung
hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang
penting.Seseorang tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan
lebih banyak pengarahan / tuntutan. Respon kecemasan berat seperti
napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit
kepala, penglihatankabur, ketegangan,lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu
menyelesaikan masalah, verbalisasi cepat, dan perasaan ancaman meningkat.
d. Panik
Panik di cirikan dengan serangan panic yang terjadi pada waktu yang tidak terduga
di sertai kecemasan, ketakutan dan terror yang kuat.Pada lahan panik persepsi
terhadap masalah sangat sempit.Seseorang akan mengalami ketidakmampuan total
untuk berfokus ,disintegrasi kemampuan koping: gejala fisiologik dari respon “figh
or fligh”
Faktor-faktor yang menimbulkan kecemasanMenurut Hall C.S 2004, factor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :
a. Lingkungan yang asing
b. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan
memerlukan bantuan orang lain
c. Berpisah dengan pasangan dan keluarga
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 5
d. Masalah biaya
e Kurang informasi
f. Ancaman akan penyakit yang lebih parah
g. Masalah pengobatan
Penanggulangan KecemasanMenurut Atkison (2006),ada dua cara utama untuk menanggulangi kecemasan
yaitu :
a. Menitik beratkan masalahnya : Individu menilai situasi yang menimbulkan
kecemasan dan kemudian melakukan sesuatu untuk mengubah atau
menghindarinya.
b. Menitik beratkan emosinya : individu berusaha mereduksi perasaan cemas
melalui berbagai macam cara dan tidak secara langsung menghadapi masalah
yang menimbulkan kecemasan itu
Retardasi MentalRetardasi Mental adalah Suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau
tidak lengkap atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak seusianya. ( Dr. Tjhin
Wiguna,2005)
Keterbelakangan Mental ( Retardasi Mental, RM ) adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan
berkusrangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri ( berperilaku adaptif ), yang mulai
timbul sebelum usia 18 tahun. (Maramis, 2001)
Keterbelakangan Mental adalah sindrom karena berbagai sebab yang timbul pada
saat atau berkembang pada masa kanak awal (Dr. Ika Widyawati, 2009).
Penyebab Retardasi MentalMenurut Dr. Tjhin Wiguna 2005,penyebab retardasi mental adalah :
RM terjadi oleh karena otak tidak berkembang secara optimal dengan latar
belakang adanya masalah dalam kandungan, berupa masalah pada ibu seperti kekurangan
gizi, ketergantungan alkohol dan penyakit infeksi tertentu. Masalah pada saat anak
dilahirkan, seperti adanya kesulitan dalam proses persalinan, lilitan tali pusat sehingga
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 6
mengganggu dalam proses persalianan, dsb. Masalah pada tahun-tahun pertama
kehiduapan anak, seperti infeksi pada otak, kuning yang berkepanjangan, kejang yang
tidak terkontrol, kecelakaan, serta adanya malnutrisi. Masalah dalam pola asuh seperti
kurangnya stimulasi, kekerasan pada anak, penelantaran, dsb. Faktor genetik, seperti
down syndrome
Pada umumnya anak dengan RM sulit dicari satu penyebab yang pasti, menurut
Atkison 2006, penyebab retardasi mental adalah trauma (sebelum dan sesudah lahir)
berupa perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir, cedera hipoksia (kekurangan
oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir, cedera kepala yang berat dan infeksi
(bawaan dan sesudah lahir) seperti rubelle kongenitalis, meningitis, infeksi
sitomegalovirus bawaan, ensefalitis, toksoplasmosis kongenitalis, listeriosis dan infeksi
HIV
Kelainan kromosom meliputi kesalahan pada jumlah kromosom ( Sindroma
Down, defek pada kromosom ( sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman ,
sindroma Proder-Will ), tranlokasi kromosom dan sindroma cri du chat.
Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan seperti galaktosemia,
penyakit Tay-Sachs, fenilketonuria, sindroma Hunter, sindroma Hurler, sindroma
Sanfilippo, leukodistrofi metakromatik, adrenoleukodistrofi, sindrom Lesch-Nyhan,
sindroma Rett, dan sklerosis tuberosa.
Metabolik seperti sindroma Reye, dehidrasi hipernatremik, hipotiroid kongenital,
hipoglikemia (Diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik) .
Keracunan seperti pemakaian alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada
ibu hamil, keracunan metilmekuri, keracunan timah hitam , gizi, kwashiorkor ,
marasmus, malnutrisi . Lingkungan seperti kemiskinan , status ekonomi rendah dan
sindroma deprivesi
Tanda dan Gejala Retardasi MentalMenurut Dr. Tjhin Wiguna 2005, tanda retardasi mental adalah :
a. Adanya keterlambatan dalam tahapan perkembangan
b. Adanya kesulitan dalam belajar dan kesulitan dalam bersosialisasi
c. Tidak mampu memahami/melaksanakan instruksi
d. Adanya perilaku seksual yang tidak sesuai (pada anak remaja)
e. Adanya kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari (orang dewasa)
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 7
f. Adanya kesulitan dalam adaptasi sosial (orang dewasa)
RM sedang dan berat pada umumnya dapat dideteksi pada anak yang berusia di
bawah 2 tahu
Tingkatan Retardasi Mental
Tabel 1 : Menurut Bathsaw 2000, tingkatan retardasi mental meliputi :
Tingkat Kisaran IQ
Kemampuan Usia Prasekolah (sejak lahir-5 tahun)
Kemampuan Usia Sekolah (6-20 tahun)
Kemampuan Masa Dewasa (21 tahun keatas)
Ringan 52-68 1. Bisa membangun kemampuan sosial & komunikasi
1. Koordinasi otot sedikit terganggu
a. Seringkali tidak terdiagnosis
a. Bisa mempelajari pelajaran kelas 6 pada akhir usia belasan tahun
- Bisa dibimbing ke arah pergaulan sosial a. Bisa dididik
Biasanya bisa mencapai kemampuan kerja & bersosialisasi yg cukup, tetapi ketika mengalami stres sosial ataupun ekonomi, memerlukan bantuan
Moderat 36-51 • Bisa berbicara & belajar berkomunikasi
• Kesadaran sosial kurang
• Koordinasi otot cukup
• Bisa mempelajari beberapa kemampuan sosial & pekerjaan • Bisa belajar bepergian sendiri di tempat-tempat yg dikenalnya dengan baik
Bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan melakukan pekerjaan yg tidak terlatih atau semi terlatih dibawah pengawasan Memerlukan pengawasan & bimbingan ketika mengalami stres sosial maupun ekonomi yg ringan
Berat 20-35 1. Bisa mengucapkan beberapa kata
• Mampu mempelajari kemampuan untuk menolong diri
• Bisa berbicara atau belajar berkomunikasi
• Bisa mempelajari kebiasaan hidup sehat yg sederhana
• Bisa memelihara diri sendiri dibawah pengawasan
• Dapat melakukan beberapa kemampuan perlindungan diri
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 8
sendiri • Tidak
memiliki kemampuan ekspresif atau hanya sedikit
• Koordinasi otot jelek
dalam lingkungan yg terkendali
Sangat berat
19 atau kurang
• Sangat terbelakang • Koordinasi
ototnya sedikit sekali
• Mungkin memerlukan perawatan khusus
• Memiliki beberapa koordinasi otot
• Kemungkinan tidak dapat berjalan atau berbicara
• Memiliki beberapa koordinasi otot & berbicara
• Bisa merawat diri tetapi sangat terbatas
• Memerlukan perawatan khusus
Pencegahan Retardasi Mental
a. Konsultasi genetik akan memberikan pengetahuan dan pengertian kepada
orang tua dari anak RM mengenai penyebab terjadinya RM.
b. Vaksinasi MMR secara dramatis telah menurunkan angka kejadian rubella
(campak Jerman) sebagai salah satu penyebab RM.
c. Amniosintesis dan contoh vili korion merupakan pemeriksaan diagnostik yang
dapat menemukan sejumlah kelainan, termasuk kelainan genetik dan
dan korda spinalis atau kelainan otak pada janin.
Setiap wanita hamil yang berumur lebih dari 35 tahun dianjurkan untuk
menjalani amniosentesis dan pemeriksaan vili korion, karena mereka
memiliki resiko melahirkan bayi yang menderita sindroma Down.
USG juga dapat membantu menemukan adanya kelainan otak.
Untuk mendeteksi sindroma Down dan spina bifida juga bisa dilakukan
pengukuran kadar alfa-protein serum
Faktor-faktor yang mempengaruhi Retardasi Mental menjadi lebih parah
a. Psiko-edukatif
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 9
Psiko-edukatif ini berkaitan dengan kurangnya stimulasi dini, lingkungan
yang tidak memacu perkembangan otak terutama pada tiga tahun pertama.
b. Sosio budaya
Berfokus pada perbedaan variabel sosioekonomibudaya,prevalensi penderita
retardasi mental lebih besar pada keluarga dengan tingkat sosioekonomi
rendah.Hal ini menyebabkan terhambatnya penanganan retardasi mental
karena ketiadaan biaya
c. Pola Asuh
Banyak orang tua khususnya ibu yang menolak kehadiran anak yang tidak
normal, karena malu mempunyai anak yang cacat dan tidak
mandiri.Keceamasan orang tua timbul karana adanya kecacatan dan
ketidakmandirian anak retardasi mental yang sering di anggap merepotkan
dan menjadi beban bagi pihak lain.Tindakan orang tua yang demikian
menjadikan intelegensi anak tidak dapat berkembang sehingga akan
memperparah kondisi anak yang mengalami retardasi mental ( Cermin Dunia
Kedokteran, 2007 )
Penatalaksanaan Retardasi MentalMenurut Dr. Tjhin Wiguna 2005, penatalaksanaan retardasi mental adalah:
a. Berikan informasi mengenai RM dan dampaknya kepada orang tua atau
pengasuhnya
b. Tidak ada pengobatan khusus. Obat-obatan hanya diberikan jika
RM disertai dengan gangguan fisik atau mental lainnya
c. Program pelatihan khusus yang intensif berupa pelatihan
keterampilan hidup yang mendasar
d. Program pendidikan luar biasa
e. Konsultasi dengan profesional di bidang kesehatan jiwa lainnya
bila diperlukan
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 10
Jenis Penelitian dan Metodelogi PenelitianPenelitian ini menggunakan metode penelitian survey Analitik yaitu mengenai
Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu dengan Tingkat Retardasi Mental Anak di SDLB
Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.
Rancangan yang digunakan adalah dengan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu
penelitian di mana variable – variable yang termasuk factor resiko dan variable – variable
yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama, yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat kecemasan ibu terhadap perawatan anak dengan retardasi mental.
( Notoadmojo, 2005 )
Populasi Populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai karakteristik yang di tetapkan
penelitian untuk di pelajari kemudian di tarik kesimpulan.( Sugiyono, 2005 )
Pada penelitian ini populasinya adalah ibu dari siswa penderita retardasi mental
dengan jumlah populasi keseluruhan 100 ibu diambil sample 72 ibu dari siswa yang ada
di SD Luar Biasa Desa Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.
SampelMenurut Arikunto (2002) jika subyek penelitian kurang dari 100 lebih baik di
ambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi selanjutnya.Berpedoman
pada pendapat di atas maka dengan tehnik random sampling yaitu akhirnya di peroleh
sample dalam penelitian ini adalah 72 orang.
Sampling Pada penelitian ini, sampel di ambil dengan cara random sampling (secara acak)
yaitu pengambilan sampel dngan cara peneliti ”mencampur” subyek-subyek di dalam
populasi sehingga semua subyek di anggap sama.Dengan demikian maka peneliti
memberi hak yang sama kepada setiap subyekuntuk memperoleh kesempatan (chance) di
pilih menjadi sampel.(Arikunto, 2002)
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 11
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
1. Variabel Independent
Dalam penelitian ini variable independentnya adalah tingkat kecemasa
2. Variabel Dependent
Variabel dependentnya adalah tingakat retardasi mental
Teknik Pengumpulan DataData primer adalah data yang di peroleh langsung dari responden oleh peneliti.
( Hasan, 2008 ). Data primer ini di peroleh dari kuesioner yang di bagikan kepada 72
responden untuk mengetahui tingkat kecemasan.Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan
dengan 6 pertanyaan favorable ( 1-6 ) dan 4 pertanyaan unfavorabel ( 7- 10 ) dan
pertanyaan favorable jawaban ya = 1 jawaban sstidak = 0 dan pertanyaan unfavorable
dengan jawaban ya = 0 jawaban tidak = 1
Data tersebut adalah data yang di peroleh peneliti dari sumbe-sumber yang telah
ada.( Hasan, 2008 ). Data hasil test IQ peneliti ambil dari SDLB Desa Purwosari
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus untuk menentukan tingkat Retardasi Mental
Analisa Data
a. Analaisa Univariat
Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.Analisa ini hanya
menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap variabel.( Sugiyono, 2003 )
b. Analisa Bivariat
Tehnik analisa data dilakukan dengan menngunakan uji chi square yaitu
suatu tehnik statistic yang menilai perbedaan frekuensi yang nyata ( fo ) dengan
frekuensi yang di darapkan ( fh ) dalam kategori tertentu. ( Sugiyono, 2005 )
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 12
X2 = Z ( fo – fh ) 2
fh
Ket :
Fo : Frekuensi Observasi
Fh : Frekuensi Harapan
X : Korelasi antara variable X & Y
Jika X2 hitung > X2 table maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti hubungan antara
variable satu dengan yang lain.Jika X2 hitung < X2 table maka Ho diterima dan Ha ditolak
berarti tidak ada hubungan antara variable satu dengan yang lain. Tabulasi data dilakukan
dengan bantuan computer program statistic package for social sciences (SPSS).
Tingkat kecemasan
Tabel 2Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Ibu di SDLB Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
Tingkat kecemasan Frekuensi Persen(%)Berat 54 75,0
Sedang 13 18,1 Ringan 5 6,9 Total 72 100,0
Hasil : data primer
Tingkat retardasi mental
Tabel 3Distribusi Frekuensi Tingkat Retardasi Mntal Anak di SDLB Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
Tingkat retardasi mental Frequency PercentBerat 5 6,9
Sedang 47 65,3 Ringan 20 27,8 Total 72 100,0Hasil : data sekunder
Analisa Bivariat
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 13
HASIL PENELITIAN
Setelah penulis memaparkan karakteristik responden dalam bentuk tabel,
selanjutnya penulis akan memaparkan hasil penelitian yang menggunakan uji hipotesis
melalui bantuan melalui bantuan program computer. Setelah dilakukan uji hipotesis
terdapat data sebagai berikut
Tabel 4Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Tingkat Retardasi Mental Anak
Tingkat retardasi mentall Total P α
Tingkat kecemasan BeratRinga
n SedangKategori Berat Cou
nt 4 8 42 54
0,001
0,05
% of Total 5,6% 11,1% 58,3% 75,0%
Cemas Ringan
Count 0 4 1 5
% of Total ,0% 5,6% 1,4% s6,9%
Sedang Count 1 8 4 13
% of Total 1,4% 11,1% 5,6% 18,1%
Total Count 5 20 47 72
% of Total
6,9% 27,8% 65,3%100,0
%
P= 0,001 (<0,005)
Tabel di atas menjelaskan bahwa tingkat kecemasan pada ketegori cemas berat
terbanyak pada tingkat retardasi mental sedang sebanyak 42 siswa (58,3 %), sedangkan
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 14
tingkat kecemasan pada kategori cemas sedang paling sedikit pada tingkat retardasi
mental berat sebanyak 1 siswa ( 1,4 % ), dan ada yang kontras yaitu pada tingkat cemas
ringan 0 % pada tingkat retardasi mental berat.
Setelah dilakukan tabulasi silang ( crosstabulating ) akan dilanjutkan dengan
analisis Chi-Square di dapatkan nilai P= 0,001 ( < 0,05 ) yang artinya ada Hubungan
antara Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Tingkat Retardasi Mental Anak di SDLB
Purwosari Kecamatan Kota Tabulate Kudus.
Tidak mudah bagi orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya
mengalami kelainan. Pupusnya impian, harapan, kebingungan, kekhawatiran atas masa
depan anaknya, biaya finansial yang harus dikeluarkan, dan kerepotan-kerepotan lainnya
merupakan beban berat yang harus dipikul oleh orangtua. Semua problem itu merupakan
stressor yang cukup berat sehingga menimbulkan kecemasan pada orangtua. Kecemasan
yang dialami oleh orangtua yang mempunyai anak berkelainan akan mempengaruhi
kehidupan pribadi suami dan istri juga anggota keluarga lainnya.( Arkitson, 2006 )
Hasil dari penelitian ini dapat menguatkan teori di atas, bahwa penelitian ini
menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi
mental anak di SDLB Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Hal ini di tunjukkan
dengan analisa chi-square P = 0,001 (<0,05 ) yang artinya Ha di terima dan Ho ditolak.
Karakteristik responden dapat di lihat dari tabel sebagai berikut :
Berdasarkan tingkat kecemasanKecemasan yang di alami orang tua dari anak yang menderita retardsi mental dapat
menggejala dalam bentuk reaksi fisik, psikis maupun perilaku.Berbagai keluhan seperti
sesak nafas, magg, sulit tidur, nafsu makan menurun, konsentrasi menurun.Tentunya
berbagai simptom tersebut bersifat sangat individual dalam arti tidak semua orang tua
mempunyai anak retardasi mental mengalami keluhan-keluhan tersebut. (Arkitson, 2006)
Berdasarkan tabel 1.1 dapat di ketahui bahwa tingkat kecemasan responden
terbanyak adalah cemas berat yaitu sebanyak 54 (75,0%), sedangkan tingkat kecemasan
responden paling sedikit adalah cemas ringan sebanyak 5 (6,9%) dari keseluruhan
responden.
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 15
PEMBAHASAN
Berdasarkan tingkat retardasi mentalRetardasi mental merupakan suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi
kecerdasan umum yang berada di bawah rata-rata di sertai dengan berkurangnya
kemampuan untuk menyesuaikan diri (berperilaku adaptif) yang mulai timbul sebelum
usia 18 tahun. Orang-orang yang secara mental mengalami keterbelakangan, memiliki
perkembangan kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam
proses belajar serta adaptif sosial. 3% dari jumlah penduduk mengalami keterbelakangan
mental.( Maramis, 2004)
Dari tabel 1.2 di atas dapat di ketahui bahwa tingkat retardasi mental di SDLB
Purwosari paling banyak siswa menderita retardasi mental sedang yaitu antara IQ 36-51
sebanyak 47 ( 65,3 % ), sedangkan kategori retardasi mental yang di derita siswa paling
sedikit adalah kategori retardasi mental berat yaitu antara IQ 20-35 ( 5% ) dari jumlah
keseluruhan siswa yang menderita retardasi mental yang ada di SDLB Purwosari
Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.
Hubungan tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi mental anakDari tabel 1.3 dapat dijelaskan bahwa ibu dari siswa retardasi mental mengalami
kecemasan yang sebagian besar adalah cemas berat sebanyak 52 ibu (75 %),hal ini
diperkuat dengan pernyataan Arkitson, 2006 bahwa pupusnya impian, harapan,
kebingungan, kekhawatiran atas masa depan anaknya, biaya finansial yang harus
dikeluarkan dan kerepotan- kerepotan lainnya merupakan beban berat yang harus di pikul
oleh orang tua.Semua problem itu merupakan stressor yang cukup berat sehingga
menimbulkan kecemasan yang berlebihan pada orang tua.Dan di perkuat juga oleh teori
yang menyatakan bahwa faktor psiko-edukatif, sosiobudaya dan pola asuh dapat
mempengaruhi kondisi retardasi mental menjadi lebih buruk hal ini dapat menambah
kecemasan pada orang tua khususnya ibu dari anak penderita retardasi mental ( Cermin
Dunia Kedokteran, 2007 )
Hasil analisa bivariat antara tingkat kecemasan dengan tingkat retardasi mental
yang menggunakan uji chi square didapatkan hasil: Signifikan p= 0,001 (<0,05). hal ini
menujukkan bahwa ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan tingkat retardasi
mental.
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 16
KESIMPULAN
Dari 72 responden, tingkat kecemasan responden mayoritas adalah cemas berat
yaitu 54 responden dari keseluruhan responden.
Dari 72 siswa, tingkat retardasi mental yang di derita siswa mayoritas adalah
retardasi mental sedang yaitu 47 siswa..
Dapat di pakai sebagai bahan masukan tentang tingkat kecemasan ibu terhadap
tingkat retardasi mental anak bagi mahasiswa selanjutnya.
Peneliti hendaknya meningkatkan latihan dalam rangka melaksanakan kegiatan
penelitian secara langsung di lapangan, sehingga dapat di jadikan acuan penelitian
berikutnya. Diharapkan agar responden dapat memperoleh informasi tentang factor-
faktor resiko yang memungkinkan tejadinya retardasi mental.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta
Alimul H, A. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika, Jakarta
Friedman, M. 1998. Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktek. Edisi 3.EGC,Jakarta.
Hall, C. S. 2004. Suatu Pengantar Kedalaman Ilmu Jiwa Sigmund Freud (Terjemahan Oleh Tassrif ). Bandung: Pustaka Pelajar
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Medika Cipta, Jakarta.
Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung.
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan. Jakarata: Salemba Medika
JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 17
SARAN
DAFTAR PUSTAKA