2211116_2088-4451

17
Yuli Setyaningrum, Indanah, Noor Azizah Latar Belakang kecerdasan menyesuaikan: Retardasi mental merupakan suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi diri umum yang berada di bawah rata-rata di sertai dengan berkurangnya kemampuan untuk (berperilaku adaptif) yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun.( Maramis,2004) Berdasarkan survey awal yang di lakukan secara acak pada tanggal 18 Februari 2007 pada 4 ibu dari siswa penderita retardasi mental di SD Luar Biasa Purwosari Kecamatam Kota Kabupaten Kudus berdasarkan tingkat kecemasan di dapatkan hasil 3 ibu mempunyai tingkat kecemasan yang berat dan 1 ibu mempunyai tingkat kecemasan yang sedang. Tujuan : Diketahuinya hubungan tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi mental anak di SDLB Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Metode : Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan metode pendekatan Cross Sectional sedangkan analisa datanya menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dengan sistem SPSS 12. Hasil : Berdasarkan hasil observasi yang menggunakan uji Chi Squaredi dapatkan hasil signifikan P = 0,001 atau P = < 0,05 .Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi mental anak. Kesimpulan : Adanya hubungan antara tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi mental anak Kata Kunci : Tingkat kecemasan, Tingkat retardasi mental Mempunyai anak yang normal, sehat jasmani dan rohani merupakan dambaan setiap keluarga dan orangtua. Semenjak anak dalam kandungan, orangtua terutama ibu selalu menjaga kondisi fisik dan psikisnya agar bayi yang dikandungnya lahir dengan sehat dan normal. Harapan dan cita-cita orangtua dan keluarga atas bayi yang dikandungnya begitu besar. Doa-doa selalu dipanjatkan oleh ayah dan ibu agar anaknya lahir dengan selamat, sehat jasmani dan rohani, agar menjadi anak yang soleh. Kenyataan yang dialami belum tentu sama dengan harapan. Tuhan berkehendak lain, anak yang dititipkan tidak sesuai dengan harapan orangtua. Anak yang dilahirkan ternyata mengalami kelainan, mungkin mengalami penyakit tertentu atau mengalami gangguan perkembangan yang membutuhkan perawatan maupun pendidikan khusus. Salah satunya adalah gangguan retardasi mental ( Hadi, 2000 ) JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 1 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU DENGAN TINGKAT RETARDASI MENTAL ANAK DI SDLB PURWOSARI KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS TAHUN 2007 ABSTRAK PENDAHULUAN

Upload: carina-rhamadhanis

Post on 06-Aug-2015

136 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2211116_2088-4451

Yuli Setyaningrum, Indanah, Noor Azizah

Latar Belakang kecerdasan menyesuaikan: Retardasi mental merupakan suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi diri umum yang berada di bawah rata-rata di sertai dengan berkurangnya kemampuan untuk (berperilaku adaptif) yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun.( Maramis,2004)Berdasarkan survey awal yang di lakukan secara acak pada tanggal 18 Februari 2007 pada 4 ibu dari siswa penderita retardasi mental di SD Luar Biasa Purwosari Kecamatam Kota Kabupaten Kudus berdasarkan tingkat kecemasan di dapatkan hasil 3 ibu mempunyai tingkat kecemasan yang berat dan 1 ibu mempunyai tingkat kecemasan yang sedang.Tujuan : Diketahuinya hubungan tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi mental anak di SDLB Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.Metode : Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan metode pendekatan Cross Sectional sedangkan analisa datanya menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dengan sistem SPSS 12.Hasil : Berdasarkan hasil observasi yang menggunakan uji Chi Squaredi dapatkan hasil signifikan P = 0,001 atau P = < 0,05 .Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi mental anak.Kesimpulan : Adanya hubungan antara tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi mental anakKata Kunci : Tingkat kecemasan, Tingkat retardasi mental

Mempunyai anak yang normal, sehat jasmani dan rohani merupakan dambaan

setiap keluarga dan orangtua. Semenjak anak dalam kandungan, orangtua terutama ibu

selalu menjaga kondisi fisik dan psikisnya agar bayi yang dikandungnya lahir dengan

sehat dan normal. Harapan dan cita-cita orangtua dan keluarga atas bayi yang

dikandungnya begitu besar. Doa-doa selalu dipanjatkan oleh ayah dan ibu agar anaknya

lahir dengan selamat, sehat jasmani dan rohani, agar menjadi anak yang soleh. Kenyataan

yang dialami belum tentu sama dengan harapan. Tuhan berkehendak lain, anak yang

dititipkan tidak sesuai dengan harapan orangtua. Anak yang dilahirkan ternyata

mengalami kelainan, mungkin mengalami penyakit tertentu atau mengalami gangguan

perkembangan yang membutuhkan perawatan maupun pendidikan khusus. Salah satunya

adalah gangguan retardasi mental ( Hadi, 2000 )

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 1

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU DENGAN TINGKAT

RETARDASI MENTAL ANAK DI SDLB PURWOSARI

KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS

TAHUN 2007

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Page 2: 2211116_2088-4451

Retardasi mental merupakan suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi

kecerdasan umum yang berada di bawah rata-rata di sertai dengan berkurangnya

kemampuan untuk menyesuaikan diri (berperilaku adaptif) yang mulai timbul sebelum

usia 18 tahun. Orang-orang yang secara mental mengalami keterbelakangan,memiliki

perkembangan kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam

proses belajar serta adaptif sosial.3% dari jumlah penduduk mengalami keterbelakangan

mental.( Maramis,2004 )

Penyebab retardasi mental dapat di kategorikan menjadi 3 kategori, yaitu yang

bersifat organobiologi,psiko-edukatif dan sosiokultural.Penyebab Psiko-edukatif

sosiobudaya ini biasanya dapat mempengaruhi kondisi retardasi mental menjadi lebih

buruk. (Yuniara, 2009)

Orang tua merasa bingung dengan keadaan anaknya yang mengalami

keterbelakangan mental.Kenyataan ini dapat dimengerti mengingat pengetahuan

masyarakat atas retardasi mental masih sangat kurang, bahkan juga dikalangan

profesional. Akibatnya beberapa anak baru diketahui menderita retardasi mental pada usia

yang sudah dikatakan terlambat. Tentunya ini membawa konsekwensi keterlambatan

penanganan retardasi mental. Pengasuhan dan perawatan terhadap anak retardasi mental

dengan berbagai masalah yang dihadapi dapat memicu terjadinya konflik dalam rumah

tangga. Perbedaan kesiapan mental antara suami istri dalam menerima kenyataan,

harapan atas anak, kesediaan mencurahkan waktu, perhatian dalam menanggani anak,

tingkat kesabaran, toleransi, frustasi dan masih banyak perbedaan-perbedaan lainnya

dapat memicu timbulnya konflik dalam perkawinan. (Hartono, 2000 )

Tidak mudah bagi orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya mengalami

kelainan. Pupusnya impian, harapan, kebingungan, kekhawatiran atas masa depan

anaknya, biaya finansial yang harus dikeluarkan, dan kerepotan-kerepotan lainnya

merupakan beban berat yang harus dipikul oleh orangtua. Semua problem itu merupakan

stressor yang cukup berat sehingga menimbulkan kecemasan pada orangtua. Kecemasan

yang dialami oleh orangtua yang mempunyai anak berkelainan akan mempengaruhi

kehidupan pribadi suami dan istri juga anggota keluarga lainnya. Tidak sedikit pasangan

suami istri mengalami konflik karena tidak ada kesamaan persepsi tentang anaknya dan

tidak saling mendukung, walaupun melalui proses dan perjalanan waktu, akhirnya

kenyataan itu dapat diterima, pemahaman bahwa sebagai orangtua dipercaya dan diberi

amanat oleh Tuhan untuk memiliki dan mendidik anak tersebut secara khusus.( Arkitson,

2006 )

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 2

Page 3: 2211116_2088-4451

Sifia Retnowati Noor (2000) menjelaskan bahwa kecemasan yang dialami orangtua

penderita retadasi mental dapat menggejala dalam bentukreaksi fisik, psikis maupun

perilaku. Berbagai keluhan seperti miggrain, sesak nafas, maag dan keluhan lain,

kemungkinan dirasakan oleh orangtua juga keluhan psikologis antara lain berupa sulit

tidur, nafsu makan menurun, kosentrasi menurun, mudah tersinggung dan marah bahkan

ada yang lebih berat lagi seperti depresi. Tentunya berbagai simptom tersebut bersifat

sangat individual dalam arti tidak semua orangtua mempunyai anak retardasi mental

mengalami keluhan-keluhan tersebut.

Tidak pernah terbayangkan oleh orangtua betapa sulit mempunyai anak retardasi

mental. Dibanding ayah, ibu cenderung lebih merasa bersalah, dengan alasan subjektif

bahwa dialah sumber penyebab gangguan yang diderita anaknya karena tugas ibulah

menjaga dan mendidik anak. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mengetahui sejauh

mana kecemasan ibu terhadap anak retardasi mental.

Berdasarkan survey awal yang di lakukan secara acak pada tanggal 18 Februari

2007 pada 4 ibu dari siswa penderita retardasi mental di SD Luar Biasa Purwosari

Kecamatam Kota Kabupaten Kudus berdasarkan tingkat kecemasan di dapatkan hasil 3

ibu mempunyai tingkat kecemasan yang berat dan 1 ibu mempunyai tingkat kecemasan

yang sedang.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

”Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Tingkat Retardasi Mental Anak di SDLB

Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus ”.

Tujuan Diketahuinya hubungan tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi

mental anak di SDLB Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

IbuIbu adalah seorang wanita yang mengandung selama 9 bulan lebih yang

melahirkan, menyusui, dan yang membesarkan kita dari kita yang bukan apa-apa dan kita

sekarang menjadi seorang yang sukses (Laksmi, 2007).

Cemas

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 3

KAJIAN PUSTAKA

Page 4: 2211116_2088-4451

a. Kecemasan adalah bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan-perasaan

lain yang kurang menyenangkan (wartonah, tarwoto. 2006)

b. Kecemasan adalah respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak

menyenangkan yang di alami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan

sehari-hari (suliswati .2005)

c. Kecemasan adalah pengalaman subyektif dari individu dan tidak dapat di

observasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek

yang spesifik. (suliswati.2005)

Tanda dan GejalaMenurut Hall.C.S 2004, tanda dan gejala kecemasan adalah :

a. Gejala motorik, meliputi: gemetar, muka tegang, nyeri otot, nyeri

dada, letih, pegal, sakit kepala, sakit leher.

b. Gejala otonomik, berupa hiperaktivitas saraf otonomik terutama saraf

simpatis ditandai dengan gejala; palpitasi, hiperhidrosis, sesak nafas

diare, parestesia dll.

c. Khawatir

Rasa khawatir yang berlebihan terutama mengenai hal-hal yang belum terjadi

seperti mau mendapat musibah.

d. Kewaspadaan berlebihan.

Kewaspadaan yang berlebihan meliputi gejala tidur terganggu, sulit

berkonsentrasi, mudah terkejut, tidak bisa santai dll

Tingkat KecemasanMenurut Ann Isaacs 2007, tingkat kecemasan adalah :

a. Cemas Ringan

Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan

sehari- hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan akan berhati-hati dan

waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan

pertumbuhan dan kreativitas. Respons cemas ringan seperti sesekali bernapas

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 4

Page 5: 2211116_2088-4451

pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka

berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah,

menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk dengan tenang, dan

tremor halus pada tangan.

b. Cemas sedang

Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih

berfokus pada hal - hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain

.Respons cemas sedang seperti sering napas pendek, nadi dan tekanan darah

meningkat, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit,

rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat,

susah tidur, dan perasaan tidak enak.

c. Cemas Berat

Pada cemas berat lahan persepsi sangat sempit. Seseorang cenderung

hanya memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang

penting.Seseorang tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan

lebih banyak pengarahan / tuntutan. Respon kecemasan berat seperti

napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit

kepala, penglihatankabur, ketegangan,lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu

menyelesaikan masalah, verbalisasi cepat, dan perasaan ancaman meningkat.

d. Panik

Panik di cirikan dengan serangan panic yang terjadi pada waktu yang tidak terduga

di sertai kecemasan, ketakutan dan terror yang kuat.Pada lahan panik persepsi

terhadap masalah sangat sempit.Seseorang akan mengalami ketidakmampuan total

untuk berfokus ,disintegrasi kemampuan koping: gejala fisiologik dari respon “figh

or fligh”

Faktor-faktor yang menimbulkan kecemasanMenurut Hall C.S 2004, factor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :

a. Lingkungan yang asing

b. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan

memerlukan bantuan orang lain

c. Berpisah dengan pasangan dan keluarga

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 5

Page 6: 2211116_2088-4451

d. Masalah biaya

e Kurang informasi

f. Ancaman akan penyakit yang lebih parah

g. Masalah pengobatan

Penanggulangan KecemasanMenurut Atkison (2006),ada dua cara utama untuk menanggulangi kecemasan

yaitu :

a. Menitik beratkan masalahnya : Individu menilai situasi yang menimbulkan

kecemasan dan kemudian melakukan sesuatu untuk mengubah atau

menghindarinya.

b. Menitik beratkan emosinya : individu berusaha mereduksi perasaan cemas

melalui berbagai macam cara dan tidak secara langsung menghadapi masalah

yang menimbulkan kecemasan itu

Retardasi MentalRetardasi Mental adalah Suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau

tidak lengkap atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak seusianya. ( Dr. Tjhin

Wiguna,2005)

Keterbelakangan Mental ( Retardasi Mental, RM ) adalah suatu keadaan yang

ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan

berkusrangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri ( berperilaku adaptif ), yang mulai

timbul sebelum usia 18 tahun. (Maramis, 2001)

Keterbelakangan Mental adalah sindrom karena berbagai sebab yang timbul pada

saat atau berkembang pada masa kanak awal (Dr. Ika Widyawati, 2009).

Penyebab Retardasi MentalMenurut Dr. Tjhin Wiguna 2005,penyebab retardasi mental adalah :

RM terjadi oleh karena otak tidak berkembang secara optimal dengan latar

belakang adanya masalah dalam kandungan, berupa masalah pada ibu seperti kekurangan

gizi, ketergantungan alkohol dan penyakit infeksi tertentu. Masalah pada saat anak

dilahirkan, seperti adanya kesulitan dalam proses persalinan, lilitan tali pusat sehingga

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 6

Page 7: 2211116_2088-4451

mengganggu dalam proses persalianan, dsb. Masalah pada tahun-tahun pertama

kehiduapan anak, seperti infeksi pada otak, kuning yang berkepanjangan, kejang yang

tidak terkontrol, kecelakaan, serta adanya malnutrisi. Masalah dalam pola asuh seperti

kurangnya stimulasi, kekerasan pada anak, penelantaran, dsb. Faktor genetik, seperti

down syndrome

Pada umumnya anak dengan RM sulit dicari satu penyebab yang pasti, menurut

Atkison 2006, penyebab retardasi mental adalah trauma (sebelum dan sesudah lahir)

berupa perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir, cedera hipoksia (kekurangan

oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir, cedera kepala yang berat dan infeksi

(bawaan dan sesudah lahir) seperti rubelle kongenitalis, meningitis, infeksi

sitomegalovirus bawaan, ensefalitis, toksoplasmosis kongenitalis, listeriosis dan infeksi

HIV

Kelainan kromosom meliputi kesalahan pada jumlah kromosom ( Sindroma

Down, defek pada kromosom ( sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman ,

sindroma Proder-Will ), tranlokasi kromosom dan sindroma cri du chat.

Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan seperti galaktosemia,

penyakit Tay-Sachs, fenilketonuria, sindroma Hunter, sindroma Hurler, sindroma

Sanfilippo, leukodistrofi metakromatik, adrenoleukodistrofi, sindrom Lesch-Nyhan,

sindroma Rett, dan sklerosis tuberosa.

Metabolik seperti sindroma Reye, dehidrasi hipernatremik, hipotiroid kongenital,

hipoglikemia (Diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik) .

Keracunan seperti pemakaian alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada

ibu hamil, keracunan metilmekuri, keracunan timah hitam , gizi, kwashiorkor ,

marasmus, malnutrisi . Lingkungan seperti kemiskinan , status ekonomi rendah dan

sindroma deprivesi

Tanda dan Gejala Retardasi MentalMenurut Dr. Tjhin Wiguna 2005, tanda retardasi mental adalah :

a. Adanya keterlambatan dalam tahapan perkembangan

b. Adanya kesulitan dalam belajar dan kesulitan dalam bersosialisasi

c. Tidak mampu memahami/melaksanakan instruksi

d. Adanya perilaku seksual yang tidak sesuai (pada anak remaja)

e. Adanya kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari (orang dewasa)

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 7

Page 8: 2211116_2088-4451

f. Adanya kesulitan dalam adaptasi sosial (orang dewasa)

RM sedang dan berat pada umumnya dapat dideteksi pada anak yang berusia di

bawah 2 tahu

Tingkatan Retardasi Mental

Tabel 1 : Menurut Bathsaw 2000, tingkatan retardasi mental meliputi :

Tingkat Kisaran IQ

Kemampuan Usia Prasekolah (sejak lahir-5 tahun)

Kemampuan Usia Sekolah (6-20 tahun)

Kemampuan Masa Dewasa (21 tahun keatas)

Ringan 52-68 1. Bisa membangun kemampuan sosial & komunikasi

1. Koordinasi otot sedikit terganggu

a. Seringkali tidak terdiagnosis

a. Bisa mempelajari pelajaran kelas 6 pada akhir usia belasan tahun

- Bisa dibimbing ke arah pergaulan sosial a. Bisa dididik

Biasanya bisa mencapai kemampuan kerja & bersosialisasi yg cukup, tetapi ketika mengalami stres sosial ataupun ekonomi, memerlukan bantuan

Moderat 36-51 • Bisa berbicara & belajar berkomunikasi

• Kesadaran sosial kurang

• Koordinasi otot cukup

• Bisa mempelajari beberapa kemampuan sosial & pekerjaan • Bisa belajar bepergian sendiri di tempat-tempat yg dikenalnya dengan baik

Bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan melakukan pekerjaan yg tidak terlatih atau semi terlatih dibawah pengawasan Memerlukan pengawasan & bimbingan ketika mengalami stres sosial maupun ekonomi yg ringan

Berat 20-35 1. Bisa mengucapkan beberapa kata

• Mampu mempelajari kemampuan untuk menolong diri

• Bisa berbicara atau belajar berkomunikasi

• Bisa mempelajari kebiasaan hidup sehat yg sederhana

• Bisa memelihara diri sendiri dibawah pengawasan

• Dapat melakukan beberapa kemampuan perlindungan diri

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 8

Page 9: 2211116_2088-4451

sendiri • Tidak

memiliki kemampuan ekspresif atau hanya sedikit

• Koordinasi otot jelek

dalam lingkungan yg terkendali

Sangat berat

19 atau kurang

• Sangat terbelakang • Koordinasi

ototnya sedikit sekali

• Mungkin memerlukan perawatan khusus

• Memiliki beberapa koordinasi otot

• Kemungkinan tidak dapat berjalan atau berbicara

• Memiliki beberapa koordinasi otot & berbicara

• Bisa merawat diri tetapi sangat terbatas

• Memerlukan perawatan khusus

Pencegahan Retardasi Mental

a. Konsultasi genetik akan memberikan pengetahuan dan pengertian kepada

orang tua dari anak RM mengenai penyebab terjadinya RM.

b. Vaksinasi MMR secara dramatis telah menurunkan angka kejadian rubella

(campak Jerman) sebagai salah satu penyebab RM.

c. Amniosintesis dan contoh vili korion merupakan pemeriksaan diagnostik yang

dapat menemukan sejumlah kelainan, termasuk kelainan genetik dan

dan korda spinalis atau kelainan otak pada janin.

Setiap wanita hamil yang berumur lebih dari 35 tahun dianjurkan untuk

menjalani amniosentesis dan pemeriksaan vili korion, karena mereka

memiliki resiko melahirkan bayi yang menderita sindroma Down.

USG juga dapat membantu menemukan adanya kelainan otak.

Untuk mendeteksi sindroma Down dan spina bifida juga bisa dilakukan

pengukuran kadar alfa-protein serum

Faktor-faktor yang mempengaruhi Retardasi Mental menjadi lebih parah

a. Psiko-edukatif

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 9

Page 10: 2211116_2088-4451

Psiko-edukatif ini berkaitan dengan kurangnya stimulasi dini, lingkungan

yang tidak memacu perkembangan otak terutama pada tiga tahun pertama.

b. Sosio budaya

Berfokus pada perbedaan variabel sosioekonomibudaya,prevalensi penderita

retardasi mental lebih besar pada keluarga dengan tingkat sosioekonomi

rendah.Hal ini menyebabkan terhambatnya penanganan retardasi mental

karena ketiadaan biaya

c. Pola Asuh

Banyak orang tua khususnya ibu yang menolak kehadiran anak yang tidak

normal, karena malu mempunyai anak yang cacat dan tidak

mandiri.Keceamasan orang tua timbul karana adanya kecacatan dan

ketidakmandirian anak retardasi mental yang sering di anggap merepotkan

dan menjadi beban bagi pihak lain.Tindakan orang tua yang demikian

menjadikan intelegensi anak tidak dapat berkembang sehingga akan

memperparah kondisi anak yang mengalami retardasi mental ( Cermin Dunia

Kedokteran, 2007 )

Penatalaksanaan Retardasi MentalMenurut Dr. Tjhin Wiguna 2005, penatalaksanaan retardasi mental adalah:

a. Berikan informasi mengenai RM dan dampaknya kepada orang tua atau

pengasuhnya

b. Tidak ada pengobatan khusus. Obat-obatan hanya diberikan jika

RM disertai dengan gangguan fisik atau mental lainnya

c. Program pelatihan khusus yang intensif berupa pelatihan

keterampilan hidup yang mendasar

d. Program pendidikan luar biasa

e. Konsultasi dengan profesional di bidang kesehatan jiwa lainnya

bila diperlukan

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 10

Page 11: 2211116_2088-4451

Jenis Penelitian dan Metodelogi PenelitianPenelitian ini menggunakan metode penelitian survey Analitik yaitu mengenai

Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu dengan Tingkat Retardasi Mental Anak di SDLB

Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

Rancangan yang digunakan adalah dengan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu

penelitian di mana variable – variable yang termasuk factor resiko dan variable – variable

yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama, yang bertujuan untuk

mengetahui tingkat kecemasan ibu terhadap perawatan anak dengan retardasi mental.

( Notoadmojo, 2005 )

Populasi Populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai karakteristik yang di tetapkan

penelitian untuk di pelajari kemudian di tarik kesimpulan.( Sugiyono, 2005 )

Pada penelitian ini populasinya adalah ibu dari siswa penderita retardasi mental

dengan jumlah populasi keseluruhan 100 ibu diambil sample 72 ibu dari siswa yang ada

di SD Luar Biasa Desa Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

SampelMenurut Arikunto (2002) jika subyek penelitian kurang dari 100 lebih baik di

ambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi selanjutnya.Berpedoman

pada pendapat di atas maka dengan tehnik random sampling yaitu akhirnya di peroleh

sample dalam penelitian ini adalah 72 orang.

Sampling Pada penelitian ini, sampel di ambil dengan cara random sampling (secara acak)

yaitu pengambilan sampel dngan cara peneliti ”mencampur” subyek-subyek di dalam

populasi sehingga semua subyek di anggap sama.Dengan demikian maka peneliti

memberi hak yang sama kepada setiap subyekuntuk memperoleh kesempatan (chance) di

pilih menjadi sampel.(Arikunto, 2002)

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 11

METODE PENELITIAN

Page 12: 2211116_2088-4451

Variabel Penelitian

1. Variabel Independent

Dalam penelitian ini variable independentnya adalah tingkat kecemasa

2. Variabel Dependent

Variabel dependentnya adalah tingakat retardasi mental

Teknik Pengumpulan DataData primer adalah data yang di peroleh langsung dari responden oleh peneliti.

( Hasan, 2008 ). Data primer ini di peroleh dari kuesioner yang di bagikan kepada 72

responden untuk mengetahui tingkat kecemasan.Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan

dengan 6 pertanyaan favorable ( 1-6 ) dan 4 pertanyaan unfavorabel ( 7- 10 ) dan

pertanyaan favorable jawaban ya = 1 jawaban sstidak = 0 dan pertanyaan unfavorable

dengan jawaban ya = 0 jawaban tidak = 1

Data tersebut adalah data yang di peroleh peneliti dari sumbe-sumber yang telah

ada.( Hasan, 2008 ). Data hasil test IQ peneliti ambil dari SDLB Desa Purwosari

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus untuk menentukan tingkat Retardasi Mental

Analisa Data

a. Analaisa Univariat

Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.Analisa ini hanya

menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap variabel.( Sugiyono, 2003 )

b. Analisa Bivariat

Tehnik analisa data dilakukan dengan menngunakan uji chi square yaitu

suatu tehnik statistic yang menilai perbedaan frekuensi yang nyata ( fo ) dengan

frekuensi yang di darapkan ( fh ) dalam kategori tertentu. ( Sugiyono, 2005 )

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 12

X2 = Z ( fo – fh ) 2

fh

Page 13: 2211116_2088-4451

Ket :

Fo : Frekuensi Observasi

Fh : Frekuensi Harapan

X : Korelasi antara variable X & Y

Jika X2 hitung > X2 table maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti hubungan antara

variable satu dengan yang lain.Jika X2 hitung < X2 table maka Ho diterima dan Ha ditolak

berarti tidak ada hubungan antara variable satu dengan yang lain. Tabulasi data dilakukan

dengan bantuan computer program statistic package for social sciences (SPSS).

Tingkat kecemasan

Tabel 2Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Ibu di SDLB Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

Tingkat kecemasan Frekuensi Persen(%)Berat 54 75,0

Sedang 13 18,1 Ringan 5 6,9 Total 72 100,0

Hasil : data primer

Tingkat retardasi mental

Tabel 3Distribusi Frekuensi Tingkat Retardasi Mntal Anak di SDLB Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus

Tingkat retardasi mental Frequency PercentBerat 5 6,9

Sedang 47 65,3 Ringan 20 27,8 Total 72 100,0Hasil : data sekunder

Analisa Bivariat

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 13

HASIL PENELITIAN

Page 14: 2211116_2088-4451

Setelah penulis memaparkan karakteristik responden dalam bentuk tabel,

selanjutnya penulis akan memaparkan hasil penelitian yang menggunakan uji hipotesis

melalui bantuan melalui bantuan program computer. Setelah dilakukan uji hipotesis

terdapat data sebagai berikut

Tabel 4Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Tingkat Retardasi Mental Anak

Tingkat retardasi mentall Total P α

Tingkat kecemasan BeratRinga

n SedangKategori Berat Cou

nt 4 8 42 54

0,001

0,05

% of Total 5,6% 11,1% 58,3% 75,0%

Cemas Ringan

Count 0 4 1 5

% of Total ,0% 5,6% 1,4% s6,9%

Sedang Count 1 8 4 13

% of Total 1,4% 11,1% 5,6% 18,1%

Total Count 5 20 47 72

% of Total

6,9% 27,8% 65,3%100,0

%

P= 0,001 (<0,005)

Tabel di atas menjelaskan bahwa tingkat kecemasan pada ketegori cemas berat

terbanyak pada tingkat retardasi mental sedang sebanyak 42 siswa (58,3 %), sedangkan

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 14

Page 15: 2211116_2088-4451

tingkat kecemasan pada kategori cemas sedang paling sedikit pada tingkat retardasi

mental berat sebanyak 1 siswa ( 1,4 % ), dan ada yang kontras yaitu pada tingkat cemas

ringan 0 % pada tingkat retardasi mental berat.

Setelah dilakukan tabulasi silang ( crosstabulating ) akan dilanjutkan dengan

analisis Chi-Square di dapatkan nilai P= 0,001 ( < 0,05 ) yang artinya ada Hubungan

antara Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Tingkat Retardasi Mental Anak di SDLB

Purwosari Kecamatan Kota Tabulate Kudus.

Tidak mudah bagi orang tua untuk menerima kenyataan bahwa anaknya

mengalami kelainan. Pupusnya impian, harapan, kebingungan, kekhawatiran atas masa

depan anaknya, biaya finansial yang harus dikeluarkan, dan kerepotan-kerepotan lainnya

merupakan beban berat yang harus dipikul oleh orangtua. Semua problem itu merupakan

stressor yang cukup berat sehingga menimbulkan kecemasan pada orangtua. Kecemasan

yang dialami oleh orangtua yang mempunyai anak berkelainan akan mempengaruhi

kehidupan pribadi suami dan istri juga anggota keluarga lainnya.( Arkitson, 2006 )

Hasil dari penelitian ini dapat menguatkan teori di atas, bahwa penelitian ini

menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi

mental anak di SDLB Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Hal ini di tunjukkan

dengan analisa chi-square P = 0,001 (<0,05 ) yang artinya Ha di terima dan Ho ditolak.

Karakteristik responden dapat di lihat dari tabel sebagai berikut :

Berdasarkan tingkat kecemasanKecemasan yang di alami orang tua dari anak yang menderita retardsi mental dapat

menggejala dalam bentuk reaksi fisik, psikis maupun perilaku.Berbagai keluhan seperti

sesak nafas, magg, sulit tidur, nafsu makan menurun, konsentrasi menurun.Tentunya

berbagai simptom tersebut bersifat sangat individual dalam arti tidak semua orang tua

mempunyai anak retardasi mental mengalami keluhan-keluhan tersebut. (Arkitson, 2006)

Berdasarkan tabel 1.1 dapat di ketahui bahwa tingkat kecemasan responden

terbanyak adalah cemas berat yaitu sebanyak 54 (75,0%), sedangkan tingkat kecemasan

responden paling sedikit adalah cemas ringan sebanyak 5 (6,9%) dari keseluruhan

responden.

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 15

PEMBAHASAN

Page 16: 2211116_2088-4451

Berdasarkan tingkat retardasi mentalRetardasi mental merupakan suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi

kecerdasan umum yang berada di bawah rata-rata di sertai dengan berkurangnya

kemampuan untuk menyesuaikan diri (berperilaku adaptif) yang mulai timbul sebelum

usia 18 tahun. Orang-orang yang secara mental mengalami keterbelakangan, memiliki

perkembangan kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam

proses belajar serta adaptif sosial. 3% dari jumlah penduduk mengalami keterbelakangan

mental.( Maramis, 2004)

Dari tabel 1.2 di atas dapat di ketahui bahwa tingkat retardasi mental di SDLB

Purwosari paling banyak siswa menderita retardasi mental sedang yaitu antara IQ 36-51

sebanyak 47 ( 65,3 % ), sedangkan kategori retardasi mental yang di derita siswa paling

sedikit adalah kategori retardasi mental berat yaitu antara IQ 20-35 ( 5% ) dari jumlah

keseluruhan siswa yang menderita retardasi mental yang ada di SDLB Purwosari

Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.

Hubungan tingkat kecemasan ibu dengan tingkat retardasi mental anakDari tabel 1.3 dapat dijelaskan bahwa ibu dari siswa retardasi mental mengalami

kecemasan yang sebagian besar adalah cemas berat sebanyak 52 ibu (75 %),hal ini

diperkuat dengan pernyataan Arkitson, 2006 bahwa pupusnya impian, harapan,

kebingungan, kekhawatiran atas masa depan anaknya, biaya finansial yang harus

dikeluarkan dan kerepotan- kerepotan lainnya merupakan beban berat yang harus di pikul

oleh orang tua.Semua problem itu merupakan stressor yang cukup berat sehingga

menimbulkan kecemasan yang berlebihan pada orang tua.Dan di perkuat juga oleh teori

yang menyatakan bahwa faktor psiko-edukatif, sosiobudaya dan pola asuh dapat

mempengaruhi kondisi retardasi mental menjadi lebih buruk hal ini dapat menambah

kecemasan pada orang tua khususnya ibu dari anak penderita retardasi mental ( Cermin

Dunia Kedokteran, 2007 )

Hasil analisa bivariat antara tingkat kecemasan dengan tingkat retardasi mental

yang menggunakan uji chi square didapatkan hasil: Signifikan p= 0,001 (<0,05). hal ini

menujukkan bahwa ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan tingkat retardasi

mental.

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 16

KESIMPULAN

Page 17: 2211116_2088-4451

Dari 72 responden, tingkat kecemasan responden mayoritas adalah cemas berat

yaitu 54 responden dari keseluruhan responden.

Dari 72 siswa, tingkat retardasi mental yang di derita siswa mayoritas adalah

retardasi mental sedang yaitu 47 siswa..

Dapat di pakai sebagai bahan masukan tentang tingkat kecemasan ibu terhadap

tingkat retardasi mental anak bagi mahasiswa selanjutnya.

Peneliti hendaknya meningkatkan latihan dalam rangka melaksanakan kegiatan

penelitian secara langsung di lapangan, sehingga dapat di jadikan acuan penelitian

berikutnya. Diharapkan agar responden dapat memperoleh informasi tentang factor-

faktor resiko yang memungkinkan tejadinya retardasi mental.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta

Alimul H, A. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika, Jakarta

Friedman, M. 1998. Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktek. Edisi 3.EGC,Jakarta.

Hall, C. S. 2004. Suatu Pengantar Kedalaman Ilmu Jiwa Sigmund Freud (Terjemahan Oleh Tassrif ). Bandung: Pustaka Pelajar

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Medika Cipta, Jakarta.

Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung.

Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan. Jakarata: Salemba Medika

JIKK Vol. 2, No 2 STIKES Muhammadiyah Kudus 17

SARAN

DAFTAR PUSTAKA