216615463 lap bobot jenis dan susut

12
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman sumber daya alam hayati. Keanekaragaman ini sangat bermanfaat, terutama dengan banyaknya spesies tumbuhan dan tanaman yang dapat digunakan sebagai obat. Tumbuhan dan tanaman obat ini telah dijadikan obat tradisional yang turun temurun karena obat tradisional memiliki banyak kelebihan diantaranya mudah diperoleh, harganya yang lebih murah, dapat diramu sendiri dan memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat-obatan dari produk farmasi. Oleh sebab itu, kecenderungan masyarakat untuk menggunakan obat tradisional yang berasal dari alam atau herba dalam pemeliharaan kesehatan, kebugaran, dan pengobatan semakin meningkat. Salah satu tanaman yang dipercaya dapat dijadikan obat dan menjaga kebugaran adalah sereh wangi yaitu tanaman herba yang tinggi dengan rimbunan daun yang lebat. Tanaman ini mampu tumbuh sampai 1.0–1.5 m. Panjang daunnya mencapai 70–80 cm dan lebarnya 2– 5 cm, berwarna hijau muda, kasar dan mempunyai aroma yang lebih kuat jika dibandingkan dengan sereh dapur. Sereh wangi dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Salah satu khasiatnya adalah sebagai obat kumur (Wijayakusuma, 2001).

Upload: pramesti-kun-hardini

Post on 16-Jan-2016

55 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

TOH

TRANSCRIPT

Page 1: 216615463 Lap Bobot Jenis Dan Susut

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman sumber daya alam hayati.

Keanekaragaman ini sangat bermanfaat, terutama dengan banyaknya spesies tumbuhan dan

tanaman yang dapat digunakan sebagai obat. Tumbuhan dan tanaman obat ini telah dijadikan

obat tradisional yang turun temurun karena obat tradisional memiliki banyak kelebihan

diantaranya mudah diperoleh, harganya yang lebih murah, dapat diramu sendiri dan memiliki

efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat-obatan dari produk farmasi. Oleh sebab itu,

kecenderungan masyarakat untuk menggunakan obat tradisional yang berasal dari alam atau

herba dalam pemeliharaan kesehatan, kebugaran, dan pengobatan semakin meningkat.

Salah satu tanaman yang dipercaya dapat dijadikan obat dan menjaga kebugaran adalah

sereh wangi yaitu tanaman herba yang tinggi dengan rimbunan daun yang lebat. Tanaman ini

mampu tumbuh sampai 1.0–1.5 m. Panjang daunnya mencapai 70–80 cm dan lebarnya 2– 5 cm,

berwarna hijau muda, kasar dan mempunyai aroma yang lebih kuat jika dibandingkan dengan

sereh dapur. Sereh wangi dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Salah satu

khasiatnya adalah sebagai obat kumur (Wijayakusuma, 2001).

Dalam rangka meningkatkan mutu, keamanan, dan kemanfaatan obat bahan alam. Salah

satu langkah yang dilakukan adalah standardisasi bahan baku yang digunakan dalam produksi

obat tradisional, termasuk standardisasi ekstrak (Depkes RI, 2000).

Pada praktikum kali ini dilakukan standardisasi ekstrak daun sereh dengan menentukan

parameter non spesifik yang meliputi susut pengeringan dan bobot jenis dengan metoda

piknometer ekstrak bahan alam.

II. TUJUAN

Mahasiswa dapat melakukan penentuan parameter susut pengeringan dari ekstrak bahan

alam.

Mahasiswa mampu menentukan bobot jenis ekstrak bahan alam dengan metode

piknometer.

Page 2: 216615463 Lap Bobot Jenis Dan Susut

III. MANFAAT

Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan proses standardisasi ekstrak yaitu

menentukan parameter non spesifik yang meliputi penentuan parameter susut

pengeringan dan bobot jenis dari suatu ekstrak bahan alam, yang akan berguna untuk

menentukan langkah selanjutnya untuk mengembangkan suatu ekstrak bahan alam ini

menjadi sediaan herbal bermutu tinggi dan dapat digunakan oleh masyarakat dikemudian

hari.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh

dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Standarisasi

ekstrak dilakukan secara parameter non spesifik dan parameter spesifik ( Farmakope Indonesia,

1995).

Bahan obat sediaan fitofarmaka umumnya menggunakan ekstrak cair, ekstrak kental dan

tingtur. Sediaan fitofarmaka yang dibuat dari bahan ekstrak cair jika disimpan dalam jangka

waktu yang lama akan lebih cepat mengalami gangguan penyimpanan dalam penyimpanan

secara fisika, kimia dan mikrobiologi. Berdasarkan hal tersebut, ekstrak kering perlu

dikembangkan dalam penggunaan obat pada sediaan fitofarmaka.

Ekstrak kering adalah sediaan tanaman yang diperoleh dengan cara pemekatan dan

pengeringan ekstrak cair sampai mencapai konsentrasi yang diinginkan menurut cara – cara yang

memenuhi syarat. Pengaturan biasanya dilakukan berdasarkan kandungan bahan aktif dengan

cara penambahan bahan inert.

Page 3: 216615463 Lap Bobot Jenis Dan Susut

Standardisasi Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari

simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau

hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian

hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Standardisasi ekstrak tidak lain adalah

serangkaian parameter yang dibutuhkan sehingga ekstrak persyaratan produk kefarmasian sesuai

dengan persyaratan yang berlaku.

Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa aktif dari setiap batch yang

diproduksi dapat dipertahankan, dan juga dapat mempertahankan pemekatan kandungan senyawa

aktif pada ekstrak sehingga dapat mengurangi secara signifikan volume permakaian per dosis,

sementara dosis yang diinginkan terpenuhi, serta ekstrak yang diketahui kadar senyawa aktifnya

ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan formula lain secara mudah seperti sediaan cair ,

kapsul, tablet, dan lain-lain.

Parameter standar simplisia atau ekstrak tanaman

Standarisasi simplisia atau ekstrak tanaman mempunyai pengertian bahwa simplisia atau

ekstrak yang akan digunakan untuk obat atau sebagai bahan baku harus mempunyai standar

mutu. Sebagai parameter standar yang digunakan adalah persyaratan yang tercantum dalam

monografi resmi, seperti Materia Medika. Parameter standar ini dibedakan menjadi dua, yaitu

parameter standar spesifik dan parameter standar no spesifik. Dalam praktikum ini hanya akan

dibahas mengenai pengukuran parameter standar spesifik. Pengukurannya dilakukan secara

kuantitatif.

Salah satu contoh dari parameter standar adalah penentuan susut pengeringan dan peentuan

bobot jenis.

o Susut pengeringan

Susut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada

temperature 105 ⁰C selama 30 menit atau sampai konstan, yang dinyatakan dalam persen.

Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap atau atsiri dan sisa

Page 4: 216615463 Lap Bobot Jenis Dan Susut

pelarut organic) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer

atau lingkunan udara terbuka. Tujuannya untuk mengetahui susut pengeringan adalah

memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada

proses pengeringan. Untuk simplisia atau ekstrak yang tidak mengandung minyak atsiri

dan sisa pelarut organic menguap, susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu

kandungan air karena simplisia berada di atmosfer dan lingkungan terbuka sehingga

dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan penyimpanan.

Prosedurnya menurut Farmakope Indonesia IV adalah, campur dan timbang

saksama zat uji, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, lakukan

penetapan menggunakan 1 gram hingga 2 gram. Apabila zat uji berupa hablur besar,

gerus secara cepat hingga ukuran partikel lebih kurang 2 mm. Tara botol timbang dangkal

bersumbat kacayang telah dikeringkan selama 30 menit pada kondisi seperti yang akan

digunakan dalam penetapan. Masukkan zat uji ke dalam botol timbang tersebut, dan

timbang saksama botol beserta isinya. Perlahan-lahan dengan menggoyang, ratakan zat

uji lebih kurang 5 mm dan dalam hal zat ruahan tidak lebih dari 10 mm. Masukan ke

dalam oven. Panaskan zat uji pada suhu dan waktu tertentu seperti yang tertera pada

monografi (catatan, suhu yang tercantum dalam monografi haruslah dianggap dalam

rentang ±2 ⁰C dari angka yang tertulis). Pada waktu oven dibuka, botol segera ditutup

dan biarkan dalam desikator sampai suhunya mencapai suhu kamar sebelum ditimbang.

Jika zat uji melebur pada suhu lebih rendah dari suhu yang ditetapkan untuk penetapan

susut pengeringan, biarkan botol beserta isinya selama 1 jam hingga 2 jam pada suhu 5

hingga 10 di bawah suhu lebur, kemudian keringkan pada suhu yang telah ditetapkan.

Jika pengeringan dilakukan dalam desikator, lakukan penanganan khusus untuk

menjamin zat pengering tetap efektif dengan cara menggantinya sesering mungkin.

o Bobot jenis

Parameter bobot jenis ekstrak merupakan parameter yang mengindikasikan

spesifikasi ekstrak uji. Parameter ini penting karena bobot jenis ekstrak tergantung pada

jumlah serta jenis komponen atau zat yang larut di dalamnya. Prinsipnya adalah massa

per satuan volume pada suhu kamar (25 ⁰C) yang ditentukan dengan piknometer.

Tujuannya adalah member batas besarnya massa per satuan volume (parameter khusus

Page 5: 216615463 Lap Bobot Jenis Dan Susut

ekstrak cair sampai dengan kental yang dapat dituang). Dilakukan dengan mengukur nilai

maksimal rentang, terkait kemurnia dan kontaminasi.

Kecuali dinyatakan lain, dalam masing-masing monografi, penentapan bobot jenis

digunakan hanya untuk cairan yang diukur pada suhu 25 ⁰C. Bila pada suhu 25 ⁰C zat

berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang tertera pada masing-masing

monografi dan mengacu pada air pada suhu 25 ⁰C. Bobot jenis suatu zat adalah hasil

yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air, dalam piknometer.

Pada praktikum ini ekstrak yang ditentukan nilai susut pengeringan dan bobot jenis

adalah ekstrak sereh. Beriut klasifikasi dari tanaman sereh:

Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Spermatophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Cyperale

Famili : Poaceae

Genus : Cymbopogon

Spesies : Cymbopogon nardus

(Ketaren, 1985)

Sereh wangi mengandung saponin, flavonoid, polifenol, (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991),

alkaloid dan minyak atsiri, (Leung dan Foster, 1996). Sereh biasa digunakan sebagai obat

tradisional ekstrak sereh wangi sering diminum untuk mengobati radang tenggorokan, radang

usus, radang lambung, diare, obat kumur, sakit perut (Wijayakusuma, 2001), batuk, pilek dan

sakit kepala (Leung dan Foster, 1996), juga digunakan sebagai obat gosok, untuk mengobati

eksema dan rematik (Oyen, 1999).

Page 6: 216615463 Lap Bobot Jenis Dan Susut

Hasil

Data Pengamatan dan Perhitungan

1. Data Penentuan Bobot Jenis Ekstrak Sereh menggunakan Piknometer- Bobot piknometer kosong : 12,467 gram- Bobot piknometer + air : 22,681 gram- Bobot piknometer + ekstrak 5 % : 22,840 gram- Bobot piknometer + ekstrak 10 % : 23,008 gram

Perhitungan

d =

d = Bobot jenis

W0 = Bobot piknometer kosong

W1 = Bobot piknometer + air

W2 = bobot piknometer + ekstrak

d (ekstrak 5 %) = = 1,015

d (ekstrak 10 %) = = 1,032

Pembahasan

Pemeriksaan parameter ekstrak perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas ekstrak dilihat dari sifat fisik dan kandungan kimianya. Salah satu parameter yang kami lakukan pada praktikum ini adalah melakukan penetapan bobot jenis ekstrak. Penetapan bobot jenis ekstrak dapat dilakukan dengan cara menimbang piknometer dengan volume 25 ml dalam keadaan kosong. Kemudian piknometer diisi penuh dengan air dan ditimbang ulang. Selanjutnya piknometer diisi penuh dengan ekstrak dan ditimbang kembali. Piknometer yang digunakan cukup satu saja selama pengujian, dikarenakan pada proses pengujian tidak terjadi kesalahan pada proses penimbangan piknometer sehingga mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama.

Pada praktikum ini suhu ruangan ketika melaksanakan uji tidak sesuai dengan suhu yang seharusnya dikarenakan rungan ber ac, keadaan ini bisa saja dapat mempengaruhi hasil uji, sehingga hasil yang didapatkan tidak maksimal, tapi pada uji yang dilakukan faktor ini diabaikan dikarenakan keadaan yang tidak memungkinkan.

Page 7: 216615463 Lap Bobot Jenis Dan Susut

Pada praktikum kali ini didapatkan hasil bobot jenis sampel 5 % sebesar 1,015 dan bobot jenis sampel 10 % sebesar 1,032. Menurut standar yang telah ditetapkan, selisih dari bobot jenis ekstrak 5% dengan 10% berkisar antara 0,3-0,5. Dari hasil praktikum pada ekstrak dengan kadar 5 % dan 10 % didapatkan selisih sebesar 0,017. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak yang didapatkan sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sampel yang diuji masih bisa dikatakan murni karena memiki selisih bobot jenis yang sesuai dengan literatur.

Hasil

Data Pengamatan dan Perhitungan

1. Data Susut Pengeringan Ekstrak Sereh

- Bobot cawan + ekstrak : 53,430 gram

- Bobot cawan : 51, 547 gram

- Bobot sampel awal : 2,050 gram

Perhitungan

% susut pengeringan = x 100 %

A1 = Bobot cawan + ekstrak (gr)

Ao = Bobot cawan kosong (gr)

B = Bobot sampel awal (gr)

% susut pengeringan = x 100 % = 91, 8536 %

Pembahasan

Standardisasi dalam kefarmasian tidak lain adalah serangkaian parameter, prosedur, dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu kefarmasian. Mutu dalam artian memenuhi syarat standar, termasuk jaminan stabilitas sebagai produk kefarmasian. Standardisasi juga berarti proses mejamin bahwa produk akhir (ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan.

Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat dipandang sebagai bahan awal dianalogkan sebagai komoditi bahan baku obat yang dengan teknologi fitofarmasi diolah menjadi produk jadi. Ekstrak sebagai bahan antara masih menjadi bahan yang dapat diproses lagi menjadi fraksi-fraksi, isolat senyawa tunggal ataupun tetap sebagai campuran dengan ekstrak lain. Ekstrak sebagai produk jadi berarti ekstrak berada dalam sediaan obat dan siap digunakan. Jadi untuk memperoleh produk yang terstandar maka bahan dan prosesnya harus terstandar.

Page 8: 216615463 Lap Bobot Jenis Dan Susut

Parameter farmakognosi merupakan pemeriksaan terhadap kualitas atau kemurnian ekstrak. Pengukurannya dilakukan secara kuantitatif. Susut pengeringan merupakan salah satu parameter non spesifik dalam standardisasi ekstrak. Susut pengeringan merupakan pengukuran zat sisasetelah mengalami pengeringan pada temperatur 1050C sampai berat konstan yang dinyatakan sebagai nilai persen. Jika bahan tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut organik menguap maka identik dengan kadar air yaitu kandungan air karena berada pada lingkungan terbuka.

Pada praktikum kali ini,didapatkan hasil susut pengeringan ekstrak sebesar 91, 8536 %. Nilai ini menyatakan jumlah maksimal senyawa yang mudah menguap atau hilang pada proses pengeringan. Nilai susut pengeringan dalam hal khusus identik dengan kadar air jika bahan tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut organik yang menguap. Susut pengeringan ditentukan untuk menjaga kualitas ekstrak yang berkaitan dengan kemungkinan tumbuhnya jamur pada ekstrak.

Daftar pustaka:

Ditjen POM Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tubuhan Obat. Jakarta : Departemen

Kesehatan RI.

Wijayakusuma HMH. 2001. Tumbuhan berkhasiat obat Indonesia: rempah, rimpang, dan umbi. Jakarta:

Milenia populer.

Anonim. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Jakarta.

Anonim. 2004. Monografi ekstrak tumbuhan obat Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Ketaren S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : PN Balai Pustaka. Hlm 204-220

Leung AY, Foster S. 1996. Encyclopedia of common natural ingredients used in food, drugs and

cosmetic. Ed ke-2. New York : John Wiley & Sons.

List, P.H., and Schmidt, P.C. 1989. Phytopharmaceutical Technology. Boston: CRC Press.

Page 9: 216615463 Lap Bobot Jenis Dan Susut

Oyen LPA. 1999. Cimbopogon citratus (DC) Staff. Di dalam: Oyen LPA, Nguyen XD, editor.

Plant resources of South-East Asia No 19. Esential oil plant. Bogor : Prosea Bogor

Indonesia.

Syamsuhidayat SS, Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman obat Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jakarta.

Wijayakusuma HMH. 2001. Tumbuhan berkhasiat obat Indonesia: rempah, rimpang, dan umbi.

Jakarta: Milenia populer.