21037819-makalah-mph-00

16
PENDAHULUAN Penelitian hukum normatif merupakan model penelitian hukum yang menjadi semakin penting akhir-akhir ini, di samping model penelitian hukum sosiologis yang oleh banyak sarjana disebut juga penelitian hukum empiris, karena masalah hukum menjadi mencuat di permukaan karena akhirnya semua persoalan yang terjadi setelah reformasi dilakukan bermuara pada hukum. Setiap orang berkomentar tentang hukum, keadilan, kepastian dan masih banyak lagi, walaupun orang-orang tersebut sering tidak belajar tentang hukum dengan tekun. Untuk mencoba mencari kebenaran tentang suatu masalah, suatu interpretasi dari suatu peraturan, tentang apakah peraturan tersebut sudah diterapkan dengan tepat, dan masih banyak lagi merupakan agenda pekerjaan dari para praktisi, ilmuwan maupun semua orang yang pekerjaannya terkait dengan hukum. Ilmu hukum mempunyai ciri tersendiri, oleh karenanya dalam meneliti mempunyai metode yang agak berbeda dengan metode penelitian yang lain. Metode penelitian sosial yang dapat dikatakan agak dekat dengan metode penelitian hukum. Apabila yang menjadi thema adalah kesenjangan antara “law in the books” dengan “law in action” maka model penelitian hukum empiris yang harus dilakukan; tapi apabila yang menjadi thema adalah masalah–masalah yang timbul pada normanya, seperti tidak adanya konsistensi antara peraturan yang vertikal ataupun yang horisontal, atau adanya perubahan–perubahan peraturan karena adanya perbedaan waktu, dan lain-lain, maka model penelitian hukum normatiflah yang hendaknya dilakukan. Tidak satupun dari kedua model tersebut merupakan model yang lebih baik dari lainnya. Dalam prakteknya, seseorang menggunakan model harus berdasarkan masalah yang hendak diteliti atau dikaji dan tujuan yang hendak _________________________ *) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005. **) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya. 1 METODE PENELITIAN NORMATIF*) Oleh: Umu Hilmy**)

Upload: ilham-rahmat

Post on 08-Aug-2015

31 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 21037819-Makalah-MPH-00

PENDAHULUAN

Penelitian hukum normatif merupakan model penelitian hukum yang

menjadi semakin penting akhir-akhir ini, di samping model penelitian hukum

sosiologis yang oleh banyak sarjana disebut juga penelitian hukum empiris,

karena masalah hukum menjadi mencuat di permukaan karena akhirnya semua

persoalan yang terjadi setelah reformasi dilakukan bermuara pada hukum. Setiap

orang berkomentar tentang hukum, keadilan, kepastian dan masih banyak lagi,

walaupun orang-orang tersebut sering tidak belajar tentang hukum dengan tekun.

Untuk mencoba mencari kebenaran tentang suatu masalah, suatu interpretasi dari

suatu peraturan, tentang apakah peraturan tersebut sudah diterapkan dengan

tepat, dan masih banyak lagi merupakan agenda pekerjaan dari para praktisi,

ilmuwan maupun semua orang yang pekerjaannya terkait dengan hukum.

Ilmu hukum mempunyai ciri tersendiri, oleh karenanya dalam meneliti

mempunyai metode yang agak berbeda dengan metode penelitian yang lain.

Metode penelitian sosial yang dapat dikatakan agak dekat dengan metode

penelitian hukum. Apabila yang menjadi thema adalah kesenjangan antara “law in

the books” dengan “law in action” maka model penelitian hukum empiris yang

harus dilakukan; tapi apabila yang menjadi thema adalah masalah–masalah

yang timbul pada normanya, seperti tidak adanya konsistensi antara peraturan

yang vertikal ataupun yang horisontal, atau adanya perubahan–perubahan

peraturan karena adanya perbedaan waktu, dan lain-lain, maka model penelitian

hukum normatiflah yang hendaknya dilakukan.

Tidak satupun dari kedua model tersebut merupakan model yang lebih baik

dari lainnya. Dalam prakteknya, seseorang menggunakan model harus

berdasarkan masalah yang hendak diteliti atau dikaji dan tujuan yang hendak

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

1

METODE PENELITIAN NORMATIF*)Oleh: Umu Hilmy**)

Page 2: 21037819-Makalah-MPH-00

dicapai. Kadang-kadang dalam mengkaji suatu permasalahan yang dihadapi

dibutuhkan dua model sekaligus. Akhir-akhir ini bahkan untuk mencapai tujuan

tertentu dapat pula digunakan penelitian aksi atau kaji tindak sebagaimana yang

dilakukan oleh ilmu-ilmu sosial yang lain, terutama yang mempunyai tujuan untuk

mencapai suatu perubahan. Oleh karena itu penelitian yang dilakukan oleh peneliti

dari berbagai bidang ilmu (interdisipliner) merupakan suatu kebutuhan.

PENGERTIAN

Penelitian normatif yang sering juga disebut dengan penelitian hukum

doktriner adalah: penelitian yang dilakukan atau ditujukan untuk meneliti suatu

peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, yang pada saat ini berlaku

maupun yang sudah tidak berlaku lagi.

RUANG LINGKUP

Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian hukum normatif adalah:

mengkaji azas-azas, sistematika, sinkronisasi, perkembangan berdasarkan

sejarah, dan perbandingan hukum antara suatu sistem hukum dengan sistem

hukum yang lain ataupun antara hukum yang dipakai di satu negara dengan

negara lain.

JENIS-JENIS PENELITIAN NORMATIF

Penelitian hukum normatif dapat dikegorikan menjadi 5 (lima) jenis

(Soekanto dan Mamuji, 1990):

1. Penelitian terhadap Azas- azas Hukum

Jenis penelitian hukum normatif yang ini biasanya membahas tentang

hubungan antara ilmu hukum dengan hukum positif. Untuk itu diperlukaan telaah

tentang unsur–unsur hukum. Dalam ilmu hukum unsur-unsur hukum terdiri dari

unsur ideal yang terdiri dari hasrat susila (wujud azasnya adalah: ’’tiada hukuman

tanpa kesalahan‘’) dan rasio manusia yang memunculkan konsep-konsep tentang

masyarakat hukum, peristiwa hukum, subyek hukum, dan lain-lain. Sedangkan

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

2

Page 3: 21037819-Makalah-MPH-00

unsur rielnya adalah terdiri dari manusia, kebudayaan dan lingkungan alam

dimana manusia tersebut tinggal dari interaksi antara ketiga unsur riel tersebut

dapat memunculkan suatu tata hukum yang dari satu tempat berbeda dengan

tempat yang lain.

Di sisi lain penelitian tentang azas hukum adalah mempersoalkan tentang

azas hukum sebagai patokan perilaku atau yang bersikap tindak yang pantas dan

tidak pantas. Manusia pada dasarnya mempunyai aspek kehidupan pribadi yang

terdiri dari keserasian kehidupannya dengan Tuhan dan keserasian dengan hati

nurani. Selain itu manusia juga mempunyai aspek kehidupan antar pribadi yang

akan mempersoalkan kehidupan antara pribadi manusia yang satu dengan pribadi

manusia yang lain atau antar sesamanya. Kehidupan antar pribadi ini

mempersoalkan antara ‘’ketertiban’’ dengan ‘’ketentraman‘’ dan keadilan. Pada

dasarnya manusia mempunyai unsur-unsur jasmaniah dan rokhaniah,

konservastime dan innovatif, individualisme dan kolektivisme, dimana pasangan-

pasangan nilai-nilai tersebut akan menghasilkan azas-azas atau beginselen yang

merupakan arah bagi pembentuk kaidah hukum secara dinamis. Di sisi lain azas-

azas hukum juga terdiri dari azas-azas yang konstitutif yang merupakan azas

yang harus ada bagi kehidupan suatu sistem hukum dan berguna untuk

menyelesaikan hubungan antar pribadi hukum; dan azas-azas hukum yang

regulatif yang berguna bagi berprosesnya suatu sistem hukum.

2. Penelitian terhadap Sistematika Hukum

Penelitian terhadap sistematika hukum mengacu pada penelitian yang

mempersoalkan tentang pengertian-pengertian dasar dalam suatu sistem hukum,

antara lain tentang masyarakat hukum, subyek hukum, hak dan kewajiban,

peristiwa hukum, hubungan hukum serta obyek hukum suatu undang-undang

akan (seharusnya) mengatur semua hal yang berkaitan (mulai masyarakat hukum

sampai dengan obyek hukumnya) secara sistematis. Namun demikian bisa terjadi

bahwa undang-undang yang satu tidak sinkron dengan yang lain, padahal ada

kaitannya.

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

3

Page 4: 21037819-Makalah-MPH-00

Sebagai contoh adalah: UU tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang

mengatur tentang sistem pemberian sanksi denda dan pidana penjara yang tidak

sesuai dengan pengaturanya dalam aturan pemidanaan. Denda ratusan juta

dalam UU Pengelolaan Lingkungan Hidup hanya diancam dengan pidana penjara

1-2 tahun, padahal aturan umum tentang denda dan sanksi dalam Kitab UU

Hukum Pidana tidaklah seperti itu, celakanya kedua aturan itu masih berlaku.

Walaupun dengan azas hukum lex spesialis derogat lege generalis hal itu dapat

diselesaikan, namun demikian UU yang ada menjadi tidak sistematis, karena tidak

ada siskronisasi antara UU yang satu dengan yang lain.

3. Penelitian terhadap Sinkronisasi Hukum: Vertikal dan Horisontal

Jenis penelitian ini banyak dilakukan karena dinegara kita dalam membuat

peraturan seringkali kurang adanya koordinasi antara instasi yang satu dengan

instasi yang lain. Hal ini dapat menimbulkan tidak adanya sinkronisasi horisontal

.contoh dari jenis penelitian terhadap sistematika hukum dapat dipakai untuk

menjelaskan hal itu .selain tidak adanya sinkronisasi horisontal, tidak adanya

sinkronisasi vertikal pun sering terjadi, seperti adanya peraturan menteri yang

tidak sinkron dengan undang-undang atau peraturan pelaksanaannya, dalam

peraturan perburuhan hal itu sering terjadi.

4. Perbandingan Hukum

Penelitian tentang perbandingan hukum menurut Hartono (1994: 145)

merupakan penelitian normatif. Selanjutnya diberikan contoh tentang penelitian

yang membandingkan hukum perkawinan Filipia dan Indonesia, maka yang

dilakukan adalah membandingkan mengenai perundang-undangan dan pranata

hukumnya yang terdapat di dalam peraturan di kedua negara.

Untuk kepentingan pembuatan Naskah Akademik dan drat RUU

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga pada tahun 2001 Tim Peneliti

dari Pusat Pengembangan Hukum dan Gender telah melakukan penelitian

normatif dengan menggunakan jenis penelitian perbandingan hukum tentang

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

4

Page 5: 21037819-Makalah-MPH-00

peraturan domestic violence di enam negara, yakni: Indonesia, Filipina, Malaysia,

Turki, Negara Bagian Minnessota (Amerika Serikat) dan New Zealand. Yang

diperbandingkan adalah: (1) definisi kekerasan; (2) ruang ingkup rumah tangga;

(3) kewajiban pemerintah dan masyarakat; (4) perintah perlindungan dan (5)

hukum acaranya.

5. Sejarah Hukum

Adapun jenis penelitian sejarah hukum pada dasarnya mempunyai

karakteristik penelitian yang memfokuskan pada pembahasan tahap-tahap

perkembangan hukum. Setiap masa akan mempunyai pengaturan yang berbeda

karena dipengaruhi oleh situasi dan kondisi masyarakat yang ada saat itu, politik

hukum dari pemerintah yang berkuasa, budaya hukumnya, dan lain-lain. Oleh

karena itu pada jenis penelitian ini juga banyak ahli yang berpendapat bahwa jenis

inipun merupakan penelitian sosiologis, namun Soekanto dan Mamuji (1990: 22-

23) memasukkan ke dalam jenis penelitian normatif.

Sebenarnya penelitian tentang sejarah hukum bisa diteliti dari sisi normatif

maupun sosiologis, tergantung dari permasalahan yang akan dikaji. Apabila yang

dikaji adalah masalah proses pembentukannya dengan menganalisis faktor-faktor

non hukum yang berpengaruh dalam proses tersebut, maka penelitian empiris

yang harus dilakukan. Tapi apabila yang hendak diteliti peraturannya, maka

penelitian normatif berdasarkan terminologi waktu merupakan penelitian normatif.

Sebagai contohnya adalah penelitian normatif tentang sejarah pengaturan

(pemerintah) desa ketika membuat Naskah Akademik dan draft RUU Desa, Tim

Pusat Pengembangan Otonomi Daerah (2004-2005) telah melakukannya.

Ada satu jenis penelitian normatif yang seringkali dilakukan oleh para

peneliti hukum, yakni penelitian tentang inventarisasi peraturan perundangan

tentang satu topik atau masalah hukum. Tapi jenis penelitian ini kebanyakan oleh

para ahli dikategorikan sebagai satu langkah awal dari penelitian hukum,

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

5

Page 6: 21037819-Makalah-MPH-00

walaupun ada yang berpendapat bahwa inventarisasi ini sebagai salah satu jenis

penelitian hukum.

Dengan rincian yang demikian itu dapat dikemukakan bahwa penelitian

normatif berguna antara lain untuk:

(1) membuat Naskah Akademik suatu peraturan perundang-undangan;

(2) juga untuk membuat draft peraturan yang baru, mengubah atau

memperbaiki yang lama;

(3) penelitian normatif selalu dilakukan oleh seorang profesional hukum dalam

menjalankan profesinya dalam kesehariannya, membuat legal

memorandum atau opinion, membuat surat gugatan, membuat advokasi

atau sosialisasi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu bagi mahasiswa yang

menempuh pendidikan Strata satu (S1) model penelitian ini sangatlah

penting dan pengajar S1 mutlak harus menguasai metodologi maupun

prakteknya.

Langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian hukum normatif

Seperti juga dalam melaksanakan penelitian hukum yang menggunakan

model lain (empiris, misalnya) maka langkah-langkahnya adalah :

(1) pembuatan proposal;

(2) mengumpulkan data atau bahan;

(3) menganalisa bahan;

(4) membuat laporan penelitian;

Dalam pembuatan suatu proposal paling tidak harus ada point-point :

1. Judul;

2. Latar Belakang Masalah;

3. Permasalahan;

4. Tujuan dan Kegunaan;

5. Kerangka Teoritis atau Kajian Pustaka;

6. Metode Penelitian

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

6

Page 7: 21037819-Makalah-MPH-00

Urutan dan point-point yang harus ditulis tidak harus seperti itu, karena

kalau penelitian tersebut dilakukan dengan biaya pihak donor atau funding, maka

urut-urutannya tergantung dari keinginan pemberi dana. Sedangkan kalau hal

tersebut dilakukan untuk mencapai gelar akademis (skripsi, thesis ataupun

disertasi), maka juga tergantung pedoman yang dikeluarkan oleh lembaga dimana

skripsi dan lain-lain dibuat; di samping tentu saja menyesuaikan dengan kemauan

pembimbing masing-masing.

Selanjutnya apabila semua penelusuran bahan atau pengumpulan data

telahs elesai dilakukan, maka analisis bahan harus dilaksanakan. Bagian

berikutnya adalah pembuatan laporan penelitian. Untuk pembuatan laporan ini

pembuatannya mulai dari A sampai dengan D tersebut, tapi harus ditambah

dengan:

7. Hasil dan pembahasan (untuk bagian ini bisa terdiri satu atau lebih

bab)

8. Penutup: yang terdiri dari kesimpulan dan saran atau rekomendasi.

Dalam pembuatan laporan sudah tentu point 1-6 agak berbeda isinya,

terutama pada metode penelitiannya (point 6). Pada point ini harus dialkukan

penyesuaian-penyesuaian, karena harus dilaporkan pengalaman peneliti dalam

proses melaksanakan penelitian. Jadi ada kemungkinan apa yang telah

direncanakan atau ditulis dalam proposal dalam pelaksanaan tidak dapat

dilakukan, atau dapat dilakukan tetapi tidak sama dengan yang menjadi target

dalam penelitian. Apabila terjadi hal yang demikian itu, peneliti wajib

mengemukakannya di dalam laporan di bagian metode, mengapa tidak sama atau

yang dalam proposal tidak cocok, atau kalau tidak tercapai target apa kendalanya

dan sejauh mana upaya peneliti untuk mengatasi serta mengapa upaya yang

dilakukan peneliti tidak berhasil. Demikian pula kalau ada hal-hal baru yang

semuala dala proposal tidak dicantumkan dan ternyata merupakan hal penting

yang harus dilakukan dalam penelitian.

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

7

Page 8: 21037819-Makalah-MPH-00

1. JUDUL PENELITIAN

Membuat judul penelitian tidak mudah, karena ada syarat-syarat

pembuatan judul yang harus dipahami oleh peneliti. Untuk membuat judul dari

suatu usul penelitian yang diajukan pada pemberi dana tertentu haruslah menarik,

bombastis, membuat setiap orang atau paling tidak evaluator menyukainya dan

tertarik untuk membaca lebih lanjut. Untuk itu peneliti harus tahu lebih dulu

tentang isu yang lagi “in” atau yang lagi banyak dibicarakan masyarakat.

Berbeda dengan usul penelitian yang dibuat untuk memenuhi tugas suatu

mata kuliah atau untuk memperoleh suatu gelar. Untuk hal yang terakhir ini judul

harus dibuat sedemikian rupa sesuai dengan minat para kandidat, juga isu yang

marak, dan masalah-masalah yang di ruang lingkup akademik dianggap penting

dan menarik.

Yang terakhir dalam hal pembuatan judul adalah: kapan judul harus dibuat.

Pada dasarnya judul boleh dibuat sebelum ataupun sesudah topik dan

permasalahan ditulis. Dari pengalaman penulis, seringkali lebih mudah membuat

permasalahan ditentukan lebih dahulu, baru membuat judul, dari pada sebaliknya.

2. LATAR BELAKANG MASALAH

Setelah persoalan pembuatan judul selesai, maka pembuat usul penelitian

harus mengungkapkan tentang pembuatan latar belakang masalah yang akan

diteliti atau yang ada dalam judul. Dalam membuat latar belakang masalah

tersebut paling tidak ada lima hal yang sebaiknya dicantumkan: (1) menariknya isu

atau topik yang akan diteliti; (2) kenyataan yang terjadi (das sein); (3) keadaan

yang seharusnya (das sollen) dan (4) kesenjangan antara yang nyata terjadi dan

yang seharusnya; (5) hasil-hasil penelitian pada topik atau masalah yang hampir

sama.

Untuk menulis tentang menariknya isu yang hendak diteliti, maka pembuat

usul penelitian harus menggunakan kalimat-kalimat yang membuat pembaca atau

evaluator sepakat tentang pentingnya isu. Keterampilan membuat kalimat yang

berisi advokasi diperlukan di bagian ini.

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

8

Page 9: 21037819-Makalah-MPH-00

Selanjutnya ditulis mengenai das sein, yang berisi tentang kenyataan yang

terkait dengan topik yang akan diteliti. Untuk itu pembuat usul penelitian harus

mengemukakan data yang dapat menunjang pendapatnya. Data tersebut bisa

diperoleh dari Biro Pusat Statistik, instansi atau lembaga yang hendak diteliti,

media cetak dan elektronik, hasil penelitian yang telah dilakukan, atau observasi

awal dari pembuat usul penelitian. Namun demikian pendeskripsian data tersebut

tidak usah terlalu detail, melainkan hanya sekedar dapat memberikan bukti bahwa

topik yang akan dibahas dalam usul penelitian telah ada data awal yang dapat

menjelaskan salah satu indikator dari topik tersebut.

Das sollen juga harus dikemukakan dalam latar belakang masalah. Hal-hal

yang seharusnya dapat dikemukakan berdasarkan peraturan yang mengatur yang

lebih tinggi mulai dari grund-normnya kalau meneliti tentang undang-undang dan

peraturan pelaksanaannya. Kalau meneliti pasal-pasalnya dalam satu undang-

undang, mungkin cita hukum dari undang-undang tersebut. Sama dengan das

seinnya, dalam menulis das sollen ini juga jangan terlalu rinci, tapi hanya sekedar

dapat menunjukkan bahwa keharusannya seperti yang dideskripsikan oleh

pembuat usul penelitian.

Ketika sudah mengemukakan menariknya topik dan sein dan das sollen,

maka harus pula dikemukakan kesenjangan antara das sollen dan das seinnya.

Terakhir, hendaknya dikemukakan tentang hasil-hasil penelitian yang berkaitan

dengan usul penelitian, kemudian dijelaskan tentang bedanya penelitian yang

telah dilakukan dan penelitian yang diusulkan.

3. PERMASALAHAN

Penulisan masalah paling tidak ada dua model. Model pertama adalah

model dimana calon peneliti menuliskan rumusannya. Model ini banyak digunakan

di beberapa perguruan tinggi atau beberapa pemberi dana. Menulis rumusan

masalah secara langsung ini dapat menggunakan kalimat positif maupun kalimat

tanya. Untuk model pertama ini permasalahannya seringkali telah dideskripsikan

dengan rinci di bagian akhir penulisan latar belakang masalah.

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

9

Page 10: 21037819-Makalah-MPH-00

Model kedua, model dimana deskripsi permasalahan dirinci di bagian awal

point permasalahan (3, dalam makalah ini) yang bisa ditulis satu atau dua alinea

sesuai kebutuhan. Setelah itu baru dituliskan rumusannya.

Membuat rumusan masalah tidaklah mudah. Apalagi kalau calon peneliti

belum mempunyai pengetahuan awal yang luas dalam topik yang bersangkutan.

Lagi pula kebanyakan seorang yang sedang belajar membuat usul penelitian

selalu kebingungan tentang mana yang lebih dulu antara membuat judul dengan

permasalahan. Pengalaman penulis menunjukkan bahwa dua hal ini tidak menjadi

masalah mana yang terlebih dahulu dibuat, yang penting adalah kesesuaian

antara keduanya.

4. TUJUAN DAN KEGUNAAN

Tujuan dan kegunaan merupakan hal yang penting untuk menunjang untuk

memahami pentingnya usul penelitian ini dilakukan. Bahkan beberapa pemberi

dana menganggap bagian ini merupakan bagian yang paling penting karena

bagian inilah yang dapat menunjukkan arah dan manfaat penelitian ini. Model

penulisannya ada yang dijadikan satu point ada yang masing-masing ditulis dalam

satu point.

4.1. TUJUAN

Merumuskan tujuan penelitian haruslah dapat menunjukkan bahwa tujuan

penelitian yang dilakukan oleh pembuat usul penelitian sebagaimana yang

diharapkan oleh evaluator. Untuk merumuskan hal tersebut pengetahuan tentang

kepentingan evaluator penting dipelajari, ini tidak sulit karena biasanya ada pada

brosur penawarannya. Kesulitannya adalah pada menyesuaikan kepentingan

pengusul dengan evaluator. Lagi pula perumusan ini harus konsisten dengan

permasalahan yang telah dirumuskan.

4.2. KEGUNAAN

Bagian kegunaan sering dikacaukan dengan bagian tujuan penelitian

dilakukan, pada hal kedua hal ini berbeda jauh. Kalau kegunaannya adalah untuk

menunjukkan bahwa kalau penelitian ini dilakukan hasilnya dapat dipakai oleh

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

10

Page 11: 21037819-Makalah-MPH-00

pihak-pihak yang diprediksikan oleh calon peneliti, untuk memperbaiki keadaan.

Namun kalau tujuan adalah untuk mencapai tujuan penelitiannya. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan untuk mendeskripsikan tercapainya

target usul penelitian tersebut (internal); sedangkan kegunaan adalah untuk

mendeskripsikan dapat dicapainya tujuan yang telah ditargetkan oleh usul

penelitian tersebut yang berarti di luar area penelitian itu sendiri. Kegunaan bisa

dideskripsikan untuk institusi pemberi dana, institusi dimana pengusul berada,

subyek yang diteliti atau masyarakat luas. Untuk model penelitian terapan bagian

inilah yang merupakan bagian terpenting dari seluruh isi usul penelitian.

Sedangkan dalam penelitian untuk memperoleh jenjang kesarjanaan, kegunaan

dalam menambah keilmuan, ferifikasi teori, memperbaiki teori ataupun membuat

teori.

5. KERANGKA TEORITIS ATAU KAJIAN PUSTAKA

Membuat kerangka teoritis dalam penelitian normatif merupakan bagian

yang tersulit dalam penelitian. Kerangka teoritis merupakan alur pemikiran yang

nantinya digunakan dalam menyelesaikan permasalahan dalam penelitian. Dalam

penelitian normatif kerangka teoritis dibuat berdasarkan teori-teori yang runtut dari

dasar pemikiran tentang arti hukum. Sebagaimana dikemukakan oleh Warrasih

(2005: 21-23) bahwa hukum memiliki banyak arti, namun dapat dikelompokkan

menjadi tiga: (a) hukum dipandang sebagai kumpulan ide atau nilai abstrak,

sehingga konsekwensi metodologinya bersifat filosofis; (b) hukum dipandang

sebagai suatu sistem peraturan-peraturan yang abstrak, maka fokus perhatiannya

ada pada hukum sebagai suatu lembaga yang benar-benar otonom, yang terlepas

dari hal-hal di luar peraturan, dengan konsekwensi metodologinya bersifat

normatif analitis; (c) hukum diartikan sebagai sarana/alat untuk mengatur

masyarakat, maka metode yang digunakan adalah empiris.

Jadi penelitian normatif merupakan metode dari pemberian arti hukum yang

kedua. Oleh karena itu teori-teori dan konsep-konsep yang digunakan adalah teori

dan konsep yang diturunkan dari pemberian makna hukum tersebut. Prinsip-

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

11

Page 12: 21037819-Makalah-MPH-00

prinsip lex superior derogat lege inferior, lex specialis derogat lege generalis, dan

lex posteriori derogat lege preori merupakan prinsip-prinsip yang sering digunakan

dalam menganalisis hukum positif yang dikaji. Selain itu konsep-konsep mengenai

masyarakat hukum, subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum,

hubungan hukum serta obyek hukum (Soekanto dan Mamuji; 1990: 8-13) juga

dapat digunakan.

Dalam penelitian normatif kerangka teoritik lebih merupakan alur atau

kerangka yang nantinya dapat digunakan untuk pisau analisis permasalahan yang

diajukan oleh peneliti. Kerangka teoritik yang dibuat dapat mengemukakan teori

maupun konsep yang ada dalam kepustakaan, tapi yang lebih penting adalah

kerangka atau alur yang dibuat oleh peneliti sendiri dengan cara mengkaitkan teori

dan konsep dari para ahli yang satu dengan lainnya. Sudah tentu harus sesuai

dengan permasalahan yang hendak diteliti.

6. METODE PENELITIAN

Metode penelitian normatif berbeda dengan metode penelitian hukum

empirik. Dalam metode penelitian normatif urutan logisnya yang harus ada, yaitu:

(1) pendekatan; (2) isu hukum yang dikaji; (3) bahan hukum yang dikaji; (4) teknik

penelusuran bahan; (5) teknik analisis bahan.

6.1. PENDEKATAN

Pada bagian pendekatan hendaknya dikemukakan tentang pendekatan apa

yang digunakan dalam penelitian yang dibuat oleh calon peneliti. Penentuan

pendekatan ini disesuaikan dengan: (1) arti hukum bagi peneliti; (2)

permasalahan; (3) kajian teori dan konsep-konsep yang digunakan sebagai pisau

analisis. Dengan penyesuaian ketiga hal tersebut, dipilih pendekatan yang

digunakan. Kalau peneliti memandang bahwa hukum merupakan asas-asas

kebenaran, kedilan dan berlaku universal atau hukum merupakan norma positif

atau yang diputuskan oleh hakim secara konkrit, maka pendekatan normatif atau

doktriner yang harus dipilih. Tetapi kalau peneliti beranggapan bahwa hukum

merupakan pola-pola perilaku sosial yang eksis dalam berbagai variabel sosial

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

12

Page 13: 21037819-Makalah-MPH-00

empirik atau merupakan makna simbolik para pelaku sosial yang tampak dalam

interaksi antar mereka, maka penelitian empiris yang harus dilakukan.

Selain mengkonsistenkan arti hukum dengan metode yang dipilih,

permasalahan yang yang hendak diteliti juga harus digunakan untuk

mempertimbangkan pemilihan pendekatan, karena memberikan arti hukum harus

pula konsisten dengan permasalahan dan terakhir juga harus konsisten dengan

kajian teori yang tercantum dalam Kerangka teoritisnya.

6.2. ISU HUKUM YANG HENDAK DIKAJI

Isu hukum yang hendak dikaji sebenarnya analogi dengan variabel dalam

penelitian empiris. Isu hukum dalam penelitian normatif bisa didapat dari teori-teori

atau konsep-konsep hukum yang ada dalam kerangka teoritis atau yang ada

dalam permasalahan.

Apabila seseorang peneliti hendak membuat naskah akademik masalah

penghapusan KDRT misalnya, maka penelitian normatif dengan memilih jenis-

jenis penelitian sinkronisasi dan sistematika hukum dapat dilakukan. Oleh karena

itu isu hukum yang dikaji dalam penelitian tersebut adalah: (1) keserasian

peraturan perundangan yang terkait, baik secara vertikal maupun horisontal; (2)

subyek hukumnya; (3) hak dan kewajiban; (4) peristiwa hukum, (5) hubungan

hukum dan (6) obyek hukumnya pada hukum positif yang berlaku di Indonesia,

yang dibandingkan dengan beberapa negara lain.

6.3. BAHAN HUKUM YANG HENDAK DIKAJI

Memilih bahan hukum yang hendak dikaji secara tepat dalam usul

penelitian merupakan reputasi dari penelitinya. Pada langkah ini, inventarisasi

bahan hukum yang hendak dikaji sangatlah penting yang kemudian harus diikuti

dengan mensistematisir bahan-bahan tersebut. Semakin lengkap dan sistematis

bahan hukumnya semakin besar harapan bahwa penelitian yang akan

dilaksanakan akan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Bahan hukum yang hendak dikaji dalam penelitian normatif dapat

diaktegorikan menjadi tiga macam: (a) bahan hukum primer yang terdiri dari (1)

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

13

Page 14: 21037819-Makalah-MPH-00

UU, peraturan pelaksanaannya dari Peraturan Pemerintah sampai Peraturan

Desa (lihat tata urutan yang dikemukakan dalam UU No.10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; (2) perjanjian; (3) putusan hakim;

(4) konvensi internasional; (5) bilateral atau multilateral agreement; (b) bahan

hukum sekunder yang terdiri dari (1) penjelasan UU dan peraturan

pelaksanaannya; (2) notulen pembahasan peraturan perundang-undangan; (3)

hasil-hasil penelitian; (4) pendapat para ahli hukum, praktisi ataupun subyek

hukumnya; (c) bahan hkum tersier yang terdiri dari ensiklopedi, kamus, dll.

6.4. TEKNIK PENELUSURAN BAHAN

Untuk menelusuri bahan hukum primer harus dijelaskan bagaimana cara

menulusurinya, dicopy dari perpustakaan atau pusat-pusat dokumentasi dan

informasi hukum, atau mengakses dari situs suatu lembaga (misalnya DPR,

Mahkamah Agung, Departemen Luar Negeri, Kedutaan negara-negara tertentu,

dan lain-lain. Bahan sekunder juga dapat ditelusuri dengan cara yang sama,

hanya untuk menelusuri pendapat para pakar hukum atau praktisi bisa ditelusuri

dengan cara wawancara bebas atau dengan teknik delphi atau FGD. Yang

terkahir penelusuran bahan tersier sama dengan penelusuran bahan primer.

6.5. TEKNIK ANALISIS BAHAN

Seperti juga yang dilakukan dalam penelitian empiris, maka bahan-bahan

hukum yang diperoleh dikateforikan, dan disusun secara sistematis, kemudian

dianalisis dengan teknik analisis isi (content-analysis) dengan berbagai metode

interpretasi yang digunakan oleh para ahli hukum, antara lain interpretasi analogi,

ekstensif, restriktif, formal, dan interpretasi-interpretasi yang lain.

7. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam menulis hasil penelitian, membuat kerangka penulisan yang runtut

merupakan hal yang dapat memudahkan untuk mendeskripsikan analisis bahan

yang didapat. Apabila pembuatan rumusan masalahnya runtut, maka kerangka

pembahasan menurut rumusan masalah memudahkan kerangka berpikir peneliti

maupun pembaca laporan penelitiannya.

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

14

Page 15: 21037819-Makalah-MPH-00

8. PENUTUP

Bagian penutup selalu terdiri dari dua bagian, yakni: bagian simpulan dan

rekomendasi.

8.1. SIMPULAN

Bagian simpulan sebaiknya tidak terlau pendek ataupun terlalu panjang.

Apabila simpulan dibuat terlau pendek, maka pembaca sulit untuk mengerti dan

percaya akan keabsahan pengambilan kesimpulannya, sebaliknya bila terlau

panjang, pembaca dapat terkesan akan terjadinya pengulangan dari bagian

analisis di Bab sebelumnya.

8.2. REKOMENDASI

Pembuatan rekomendasi atau istilah lain yang juga sering digunakan

“saran”, haruslah diperkirakan yang dapat dilakukan oleh lembaga atau orang atau

kelompok orang yang diberi rekomendasi. Pemberian rekomendasi jangan terlalu

tinggi targetnya, tapi juga jangan hal-hal yang terlalu umum dan dengan mudah

dapat dilakukan; sehingga terkesan bahwa tanpa penelitian yang dilakukan oleh

peneliti, setiap orang juga dapat memberikan saran tersebut.

Selain itu memberikan rekomendasi jangan hal-hal yang menyimpang jauh

dari hasil penelitiannya, serta rincian rekomendasi perlu dikemukakan untuk dapat

digunakannya dengan mudah.

Malang, 10 April 2005

Bahan Bacaan

Waluyo, Bambang; Penelitian Hukum Dalam Praktek; Sinar Grafika, Jakarta;

1991.

Hilmy, Umu; “Metode Penelitian Hukum Normatif”; Makalah yang dipresentasikan

pada “Pendidikan dan Latihan Dasar” yang diselenggarakan

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

15

Page 16: 21037819-Makalah-MPH-00

oleh Forum Kajian dan Penelitian Hukum Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya, Malang; tanggal 9-11 Desember 1999.

Soekanto, Soerjono & Mamuji, Sri; Penelitian Hukum Normatif: suatu tinjauan

singkat; Rajawali Pers, Jakarta; 1990.

Hartono Sunaryati; Penelitian Hukum di Indoensia Pada Akhir Abad ke 20;

Alumni; Bandung; 1994.

Warassih, Esmi; Pranata Hukum: sebuah telaah sosiologis; editor: Karolus

Kopong Medan dan Mahmutarom HR; Suryandaru Utama;

Semarang; 2005.

Soekanto, Soerjono; Pengantar Penelitian Hukum; UI Press; Jakarta, 1986.

_________________________

*) Makalah yang disampaikan dalam Lokakarya Pembakuan Metode Penelitian Hukum yang diselenggarakan oleh Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) yang bekerja sama dengan Program Hibah Kompetisi (PHK) A2 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, tanggal 12-13 April 2005.**) Penulis adalah staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, staf peneliti di Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakulta Hukum Universitas Brawijaya.

16