2.1 pengkajian ulang struktur anjungan lepas · pdf filelaporan tugas akhir ... 3. aws d1, 1...
TRANSCRIPT
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-1
Bab
2
2 Dasar Teori
2.1 Pengkajian Ulang Struktur Anjungan Lepas Pantai
Pengkajian ulang adalah sebuah proses untuk menganalisis kembali dan memberikan
penilaian (assessment) terhadap suatu desain struktur berdasarkan suatu peraturan (code)
tertentu. Dengan analisis tersebut akan diketahui kesesuaian desain struktur dengan
peraturan sehingga dapat dinyatakan aman dan layak untuk dilanjutkan ke tahap konstruksi.
Pengkajian ulang biasanya dilakukan oleh pihak independen untuk memberikan kesimpulan
yang objektif.
Peraturan perencanaan dan spesifikasi standar yang dipergunakan dalam pengkajian ulang
ini dilakukan berdasarkan:
1. API RP 2A, 21st Edition (WSD)
“Recommended Practice for Planning, Designing, and Construction Fixed Offshore
Platform”. American Petroleum Institute, Washington DC, July 1, 2000.
2. AISC 9th Edition
“Manual of Steel Construction, Allowable Stress Design”. American Institute of Steel
Construction, AISC, New York 1989.
3. AWS D1, 1 – 88,
“Structural Welding Code – Steel”. American Welding Society, Inc., New York 1988.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-2
Gambar 2.1 Peraturan anjungan lepas pantai di Indonesia.
2.1.1 Tahapan Analisa Struktur
Suatu analisis struktur dilakukan untuk menguji hasil dari suatu desain struktur agar dapat
memenuhi kriteria desain berdasarkan peraturan yang digunakan. Adapun tahapan dalam
suatu kajian ulang analisa struktur terdiri dari:
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-3
1. Pengumpulan data (dimensi struktur, beban akibat kerja dan beban lingkungan).
2. Analisa inplace (kondisi operasi, kondisi badai/storm).
3. Analisa kelelahan struktur (fatigue).
4. Analisa dinamik akibat gempa (strength dan ductility).
2.1.2 Kriteria Desain
Kriteria desain untuk setiap anjungan berbeda-beda. Kriteria dominan yang ada di suatu
kawasan akan menentukan jenis anjungan yang akan dipilih. Kriteria desain yang terpenting
antara lain (dari segi teknik) :
1. Kedalaman Laut.
2. Gelombang (tinggi, periode, distribusinya).
3. Seismik.
4. Kondisi Tanah.
5. Angin
6. Arus
7. Marine Growth
8. Kapasitas desain dari deck
2.1.3 Kriteria Lingkungan
Tahap ini merupakan penentuan berdasarkan lingkungan dimana anjungan lepas pantai akan
ditempatkan. Meliputi gaya-gaya gelombang dan angin yang bekerja pada platform. Faktor-
faktor lingkungan yang harus ditaksir sebelum gaya-gaya dapat diperkirakan adalah
kedalaman air, kondisi air pasang, tinggi gelombang badai, kecepatan angin badai, dan
dapat juga gempa bumi dan kondisi es.
2.1.4 Kriteria Operasional
Salah satu kriteria dalam menganalisis suatu anjungan adalah mengetahui fungsi anjungan,
misalnya untuk produksi, penyimpanan, material handling, jumlah sumur bor, tipe
pemboran, dan lain-lain. Konfigurasi anjungan yang dikehendaki juga harus dapat difabrikasi
dengan perlengkapan pemasangan yang tersedia.
2.1.5 Faktor Pondasi
Karakteristik tanah dan dasar laut merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Data
lain yang perlu diketahui misalnya sejarah geologi, data pengeboran tanah, hasil eksperimen
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-4
pemancangan pile, dll. Diperlukan interpretasi data yang tepat dari hasil eksperimen untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap struktur atas.
2.1.6 Faktor Struktural
Tahapan selanjutnya adalah analisis dari struktur anjungan. Banyaknya deck dan konfigurasi
struktur perlu ditentukan agar dapat memikul beban operasional dan ekstrem yang bekerja.
Pada tahap ini, harus dipastikan bahwa anjungan memang aman dan layak untuk digunakan.
Semua interpretasi data akan diolah pada tahap ini.
2.1.7 Fabrikasi dan Instalasi
Pola dan urutan penempatan komponen struktur dalam proses pembangunan, pola
instalasi,dan transportasi jacket, deck, dan peralatan harus menjadi kriteria dalam
perencanaan dan desain struktur. Pertimbangan ekonomi dan kemudahan pelaksanaan juga
menjadi dasar pemikiran struktur pada tahap ini.
2.2 Struktur Anjungan Tipe Tetap (Jacket)
Ada 3 komponen pada template platform baja yaitu jacket, piles dan deck. Ketiga komponen
ini dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Komponen template platform baja.
Ada 3 (tiga) komponen utama struktur yaitu:
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-5
1. Deck
Fungsinya adalah menyokong peralatan, pengeboran dan kegiatan yang dikerjakan
diatas air. Deck bisa dibagi-bagi menjadi beberapa tingkat sesuai dengan kebutuhan dan
fungsi yang dibutuhkan. Beberapa tingkatan deck yang sudah umum:
a. Main deck (deck utama)
b. Cellar deck
c. Mezzanine deck
2. Jacket
Jacket ini menyokong deck dan melindungi conductor dan juga menyokong sub-struktur
lainnya seperti boat landing, barge bumper dan lain-lain. Element utama struktur jacket
adalah sebagai berikut:
a. Kaki jacket
b. Braces (penguat) vertikal, horisontal dan diagonal
c. Joint pertemuan antara kaki jacket dan braces
d. Skirt pile
e. Boat landing, barge bumper, riser, conductor bracing, mud-muts dan lain sebagainya.
3. Pondasi
Tiang pancang yang diletakkan didalam kaki jacket akan dipancangkan pada dasar laut.
Deck didukung pada girder, truss dan kolom. Dibawahya, piles yang ujungnya bersambung
dengan kolom deck dipancang ke bawah melalui kaki-kaki jacket ke dasar laut. Kaki jacket
berpenampang bulat berdiameter besar dan dirangkai bersama sejumlah pipa tubular yang
lebih kecil yang disebut braces. Kaki jacket tidaklah vertikal, kaki ini akan semakin melebar
yang disebut batter. Kaki jacket melebar untuk menyediakan landasan yang lebih luas untuk
jacket pada mudline dan membantu menahan gaya lingkungan yang menyebabkan momen
guling.
2.2.1 Desain Jacket
Jacket adalah tiang-tiang disekitar sumur eksplorasi yang melindungi pompa-pompa, sumur
pengeboran dan lainnya. Jacket dipasang mulai dari garis mudline sampai deck substruktur.
Kaki jacket mengarahkan pile sewaktu pemancangan pile. Jacket termasuk elemen struktur
yang mendasar pada platform yang memberi dukungan terhadap tumbukan kapal yang
berlabuh, sistem proteksi terhadap korosi, sistem navigasi dan lain-lain.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-6
2.2.2 Penentuan Ukuran Kaki Jacket
Tidak ada ketentuan pasti mengenai ukuran dan kemiringan jacket. Penentuan dimensi
jacket dilakukan berdasarkan pengalaman sebelumnya. Aturan yang yang baik adalah
memperkecil luas proyeksi batang didaerah dekat permukaan air sehingga memperkecil
beban lingkungan yang diterima struktur.
Ketebalan dinding jaket didisain untuk dapat menahan gaya aksial, tegangan bending
(bending stress) dan deformasi. Untuk ketebalan dinding jaket biasanya dipakai ½ inchi
sampai 2 ½ inchi. Kurang dari ½ inchi penyebabkan masalah korosi cepat terjadi. Ketebalan
lebih dari 2 ½ inchi menyebabkan kesulitan dalam fabrikasi dan sering terjadi patahan di
daerah titik pengelasan antar braces.
2.2.3 Susunan Rangka
Kaki-kaki jacket saling dihubungkan dan diikat oleh 3 jenis pengaku (bracing) yaitu:
1. Bracing diagonal pada bidang vertikal
2. Bracing horisontal pada bidang horisontal
3. Bracing diagonal pada bidang horisontal
Sistem bracing memiliki 3 fungsi:
1. Membantu memindahkan beban-beban horisontal ke pondasi
2. Memberikan kesatuan struktural selama fabrikasi dan instalasi
3. Menyokong anoda korosi dan kepala konduktor dan meneruskan gaya-gaya gelombang
yang dihasilkan ke pondasi
2.2.4 Bracing
A. Tipe-tipe Braces
Braces yang berbentuk vertikal, horisontal, dan diagonal bersama kaki jacket membentuk
suatu sistem kekakuatan tersendiri. Sistem kekakuan ini menjalarkan beban dan gaya
dari platform ke pondasinya. Ada banyak macam tipe-tipe bentuk braces seperti berikut:
a. Tipe 1 : Bentuk pola K brace
b. Tipe 2 : Bentuk pola V brace
c. Tipe 3 : Bentuk pola N brace
d. Tipe 4 : Bentuk pola V dan X brace
e. Tipe 5 : Bentuk pola V brace
f. Tipe 6 : Bentuk pola semua X brace
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-7
Gambar 2.3 Bentuk umum pola brace.
B. Ukuran Brace
Gaya yang bekerja dominan pada braces berpenampang lingkaran adalah gaya aksial.
Diameter braces ditentukan sebagai berikut:
9060 <<r
kL ( 2.1 )
dimana:
k = koefisien panjang efektif
L = panjang
r = radius girasi penampang melintang
Koefisien panjang efektif (k) tergantung dari kondisi ujung-ujung kolom.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-8
Tabel 2.1 Koefisien panjang efektif (k)
Ujung kolom k
sendi-sendi 1
jepit-jepit 0,5
jepit-sendi 0,7
jepit-bebas 2
Perbandingan antara diameter dan ketebalan:
6019 <<tD
( 2.2 )
dengan:
D = diameter
t = ketebalan dinding
Untuk kedalaman laut (h dalam feet) mulai adakan pemeriksaan hidrostatik bila:
3/1)(250ht
D>
( 2.3 )
Bila kemiringan kaki jacket bertambah akan berpengaruh pada:
1. Beban aksial pada tiang menurun
2. Beban horizontal pada kepala tiang lebih besar
3. Luas proyeksi tiang pada horizontal bertambah
4. Gaya gelombang pada jacket bertambah
5. Kedalaman pemancangan lebih dangkal
6. Beban jacket bertambah
7. Efisiensi menurun
2.3 Perencanaan Pembebanan
Suatu sistem struktur, dimana pun berada tidak akan lepas dari pengaruh beban yang akan
bekerja. Hal tersebut berlaku juga bagi anjungan lepas pantai yang berada pada berdiri di
daerah perairan laut. Berdasarkan filosofi dasar desain, suatu sistem struktur dalam hal ini
anjungan lepas pantai harus mampu menahan beban-beban yang bekerja selama umur
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-9
bangunan tersebut. Dalam proses independent analysis, beban-beban yang dianalisis adalah
beban-beban akibat anjungan itu sendiri dan beban akibat pengoperasian anjungan dan
beban lingkungan. Gambar dibawah ini akan mendeskripsikan beban-beban yang bekerja
pada anjungan lepas pantai, lengkap dengan arah dan daerah dimana beban bekerja.
Gambar 2.4 Pembebanan pada anjungan.
2.3.1 Definisi Pembebanan
Beberapa macam pembebanan yang bekerja pada anjungan yaitu :
1. Beban Mati
Beban mati adalah berat sendiri dari struktur anjungan dan semua peralatan permanen
dan struktur pelengkap yang tetap keberadaannya. Beban mati harus memasukkan:
a. Berat dari struktur anjungan di udara, termasuk tiang pancang, semen pengisi, dan
ballast jika ada.
b. Berat dari peralatan dan struktur pelengkap yang dipasang permanen pada anjungan.
c. Gaya hidrostatik yang bekerja pada struktur dibawah permukaan laut termasuk
tekanan dan gaya apung.
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban yang bekerja pada anjungan selama pemakaian yang dapat
berubah selama masa operasi anjungan. Beban hidup harus memasukkan:
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-10
a. Berat dari peralatan pengeboran dan produksi yang dapat ditambahkan atau
dipindahkan dari anjungan.
b. Berat dari persediaan dan cairan dalam tangki penyimpanan.
c. Gaya yang dikenakan pada struktur akibat operasi seperti pengeboran, penanganan
bahan-bahan, boat landing (tempat penambatan kapal), dan beban helikopter.
3. Beban Lingkungan
Sebelum melakukan analisis terhadap respon dari anjungan lepas pantai, perlu dilakukan
estimasi kuantitatif terhadap semua beban yang mempengaruhi struktur tersebut,
terutama yang penting diperhitungkan adalah kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan
yang menjadi pertimbangan antara lain :
a. Kondisi diatas permukaan laut, yaitu angin.
b. Kondisi dipermukaan laut, yaitu gelombang.
c. Kondisi dibawah permukaan laut, yaitu arus.
Dimana ketiga kondisi diatas, dianalisis untuk kondisi operasi dan kondisi ekstrem (storm).
Beban lingkungan juga turut memasukkan perubahan tekanan hidrostatik dan gaya apung
pada elemen yang diakibatkan oleh adanya perubahan permukaan laut karena gelombang
dan pasang surut. Selain itu diperhitungkan juga beban akibat gempa bumi. Beban
lingkungan harus diantisipasi dari segala arah kecuali diketahui hal tertentu yang membuat
asumsi lain. masuk akal.
2.3.2 Angin
Gaya angin pada struktur terjadi karena gesekan (friction) udara pada permukaan struktur
dan karena adanya perbedaan tekanan di depan dan di belakang struktur. Pengaruh angin
dalam kondisi ekstrem sangat signifikan terhadap desain anjungan lepas pantai karena
besarnya beban yang diakibatkan akan mempengaruhi kekuatan anjungan diatas permukaan
laut. Pengaruh besarnya beban akibat angin tergantung kepada :
a. Ukuran dan bentuk dari elemen strukturnya
b. Besarnya kecepatan angin
A. Gaya angin
Beban angin dikenakan pada bagian struktur yang berada diatas permukaan air. Beban
angin diperhitungkan dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-11
( 2.4 )
dimana ρ* = berat jenis udara
Cs ** = koefisien bentuk
A = luas obyek (ft2)
V *** = kecepatan angin (mph)
* : ρ biasanya dianggap konstan terhadap perubahan tekanan dan suhu. Untuk suhu
60° F dan tekanan 14,7 lb/in2 persamaannya menjadi:
2.00256,0 VACF s= ( 2.5 )
** : Koefisien bentuk sebagaimana direkomendasikan oleh API RP2A adalah:
a. Area proyeksi anjungan secara keseluruhan 1,0
b. Bagian silinder 0,5
c. Balok 1,5
d. Sisi bangunan 1,5
***: Koreksi kecepatan angin apabila tidak sama dengan ketinggian referensi dalam
meter disajikan dengan persamaan :
( 2.6 )
Dimana: V10 = kecepatan angin pada ketinggian 10 meter
y = ketinggian yang diinginkan (m)
10 = ketinggian referensi (m)
X = eksponensial biasanya 1/8 atau 1/13 tergantung durasi
hembusan angin Rekomendasi dari API RP 2A
- x = 1/13 untuk angin yang berhembus keras
- x = 1/8 untuk angin yang berhembus terus-menerus
B. Gaya Angin Pada Bidang Miring
Untuk angin dari segala arah, gaya pada permukaan datar harus dianggap bekerja tegak
lurus dari permukaan. Namun, untuk permukaan yang tidak tegak lurus terhadap arah
angin, gaya angin harus diperhitungkan dengan menggunakan persamaan berikut ini.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-12
αρ 22 cos...21 VACF = ( 2.7 )
Dimana : α = sudut arah angin dan arah normal dari permukaan elemen
A = luas area pada arah normal elemen
Kecepatan angin pada arah normal elemen menjadi V cosα. Untuk circular silinder dengan
panjang L dan diameter D atau untuk pelat datar dengan panjang L dan lebar D, maka A = L
x D. Setelah F didapat, besar beban diproyeksikan kepada arah x dan y, sehingga Fx= F cos
α dan Fy= F sin α.
Gambar 2.5 Proyeksi bidang angin.
2.3.3 Gelombang
Gelombang pada dasarnya adalah manifestasi dari gaya-gaya yang bekerja pada fluida.
Tiupan angin pada permukaan air dapat menimbulkan gelombang. Ketika gelombang
terbentuk, gaya gravitasi dan tegangan permukaan akan bereaksi untuk menimbulkan
rambatan gelombang. Pengaruh gelombang dipermukaan laut ditinjau dalam kondisi ekstrem
menjadi pertimbangan penting dalam desain anjungan lepas pantai karena besarnya beban
yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap anjungan, terutama yang terendam air.
Terdapat 3 jenis gelombang : (1) gelombang sinusoidal, (2) gelombang cnoidal, (3)
gelombang solitary. Pada umumnya, teori gelombang sinusoidal biasa digunakan untuk laut
dalam dan teori gelombang cnoidal untuk laut dangkal. Untuk laut yang sangat dangkal,
teori gelombang solitary lebih direkomendasikan. Karakteristik gelombang 2 dimensi yang
merambat dalam arah x dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-13
Gambar 2.6 Kinematika gelombang 2 Dimensi.
Keterangan: L = Panjang gelombang
H = Tinggi gelombang
A = Amplitudo gelombang (=1/2 H)
C = Cepat rambat gelombang
U = Kecepatan horizontal partikel air
W = Kecepatan vertikal partikel air
MWL = Mean water level
η(x,t) = Elevasi muka air dilokasi x pada saat t
H = Kedalaman perairan
Dalam kebutuhan desain, analisis terhadap efek dari gelombang kepada struktur bisa
dilakukan dengan cara mengambil salah satu yang mewakili kondisi ekstrem pada daerah
yang berpotensi maksimum atau bisa juga dengan cara statistik dari gelombang selama
kondisi ekstrem.
A. Pemilihan Teori Gelombang
Dalam perencanaan desain gelombang suatu struktur anjungan lepas pantai perlu ditentukan
teori gelombang yang sesuai, Baltrop et al (1990) menawarkan suatu diagram yang
diperoleh dari hasil membandingkan kecepatan partikel air, percepatan, tinggi gelombang,
dan panjang gelombang yang dihitung dari teori gelombang yang sering digunakan.
Gambar 2.8 adalah diagram daerah aplikasi dari stream function, Stokes 5, dan teori
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-14
gelombang linier yang telah dimodifikasi API RP 2A untuk keperluan desain. Tahapan
pemilihan teori gelombang :
1. Input data yang diperlukan :
d = kedalaman air (ft)
g = gaya gravitasi (ft/s2)
T = periode maksimum gelombang (s)
V = kecepatan arus pada permukaan laut (ft/s)
H = tinggi gelombang maksimum (ft)
2. Untuk menghasilkan kombinasi beban yang maksimal, maka gelombang dan arus
akan dihitung dengan arah yang sejajar.
3. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka ada syarat yang harus dipenuhi agar
grafik penentuan apparent wave period bisa digunakan. Syaratnya adalah
kedalaman relatif ( 2gTd ) harus lebih besar dari 0,01.
4. Hitung gTV , kemudian plot grafik apparent wave period, sehingga didapat nilai
Tapp / T. Sehingga besar Tapp bisa diketahui.
Gambar 2.7 Grafik penentuan Tapp dari API.
5. Hitung nilai d/gTapp2 dan H/ gTapp
2.
6. Plot nilai d/gTapp2 dan H/gTapp
2 pada grafik validasi teori gelombang, sehingga akan diketahui teori gelombang yang akan dipakai.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-15
Gambar 2.8 Grafik pemilihan teori gelombang dari API.
B. Teori Gelombang Stokes
Stokes (1847) mengembangkan teori gelombang Airy dengan melanjutkan analisis sampai
orde ketiga untuk mendapatkan ketelitian yang lebih baik dalam kecuraman muka
gelombang (wave stepness) H/L. Pengembangan lebih jauh dilakukan oleh Skjelbreia dan
Hendrickson (1961) sampai orde kelima. Hasil pengembangan tersebut dikenal sebagai teori
gelombang Stokes orde kelima yang sampai saat ini banyak digunakan dalam perhitungan
desain untuk gelombang dengan amplitudo kecil. Teori gelombang Stokes orde kelima
dianggap valid untuk kondisi perairan dimana rasio kedalaman h/L lebih besar dari 1/10.
Kondisi ini umumnya sesuai dengan gelombang badai (storm wave) yang biasanya
diperhitungkan dalam perencanaan bangunan lepas pantai.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-16
C. Gaya Gelombang Pada Tiang Silinder Tegak
Gambar 2.9 Gaya gelombang pada silinder tegak.
Gaya pada tiang silinder tegak akibat gelombang pertama kali diperkenalkan oleh Morison
dengan batasan diameter tiang relatif kecil dibandingkan panjang gelombang yang menerpa
tiang.
tUV
gwCUUA
gwCFFF MDID δ
δ+=+=
2 ( 2.8 )
Dimana :
− F adalah gaya hidrodinamik per satuan panjang yang bekerja tegak lurus terhadap
sumbu elemen, lb/ft (N/m)
− FD adalah gaya seret per satuan panjang yang bekerja tegak lurus terhadap sumbu
elemen dan U, lb/ft (N/m)
− FI adalah gaya inersia per satuan panjang yang bekerja tegak lurus terhadap sumbu
elemen dan αU/αt, lb/ft (N/m)
− CD adalah koefisien seret
− w adalah berat jenis air, lb/ft3 (N/m3)
− g adalah percepatan gravitasi, ft/sec2 (m/sec2)
− A adalah area proyeksi tegak lurus terhadap sumbu silinder per satuan panjang (D
untuk silinder), ft (m)
− V adalah volume terpindahkan dari silinder per satuan panjang (πD2/4 untuk silinder),
ft2 (m2)
− D adalah diameter efektif dari elemen silinder termasuk marine growth, ft (m)
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-17
− U adalah komponen kecepatan (karena gelombang dan/atau arus) dari air yang tegak
lurus sumbu elemen, ft/sec (m/sec)
− |U| adalah nilai mutlak dari U, ft/sec (m/sec)
− CM adalah koefisien inersia
− tUδδ
adalah komponen percepatan lokal dari air yang tegak lurus sumbu elemen,
ft/sec2 (m/sec2)
Suku pertama dari ruas kanan pada persamaan Morison merupakan komponen gaya
seret (drag force) yang besarnya sebanding dengan kuadrat kecepatan partikel. Tanda
harga absolut digunakan untuk memastikan arah (dan tanda) komponen gaya seret
sesuai dengan arah kecepatan partikel. Suku ke-dua dari ruas kanan merupakan
komponen gaya inersia yang besarnya sebanding dengan perepatan partikel air.
Besarnya gaya seret (FD) bergantung kepada : bentuk, kekasaran dari objek, bilangan
reynold, dan intensitas turbulensi dari aliran air. Sedangkan gaya inersia diakibatkan oleh
adanya percepatan partikel air. Koefisien drag merupakan fungsi dari bilangan Reynolds
Rn. Untuk aliran yang memiliki kecepatan u, melewati silinder dengan diameter D, Rn
diberikan :
ν/uDRn = ( 2.9 )
dimana ν = Kinematik viskositas dari aliran
Untuk keperluan praktis perencanaan struktur anjungan lepas pantai dapat digunakan nilai
koefisien drag dan inersia yang direkomendasikan dalam API RP2A sebagai berikut:
- Smooth CD = 0.65, CM =1.6
- Rough CD = 1.05, CM =1.2
Tabel 2.2 Koefisien Hidrodinamika API untuk Berbagai Diameter
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-18
Modifikasi nilai koefisien Drag dan Inersia diperlukan apabila pada batang tubular tersebut
terdapat tambahan struktur/komponen lain, misalnya anode. Modifikasi koefisien drag dan
inersia tersebut ditentukan dengan rumusan sebagai berikut:
1
2211'
ACnACA
C ddd
+= ( 2.10 )
1
2211'
VCnVCV
C mmm
+= ( 2.11 )
dengan :
A1 = luas drag batang tubular
Cd1 = koefisien drag batang tubular
A2 = luas drag komponen/anode
Cd2 = koefisien drag komponen/anode
V1 = volume batang tubular
Cm1 = koefisien massa batang tubular
V2 = volume komponen/anode
Cm2 = koefisien massa komponen/anode
n = jumlah komponen/anode
Gaya total F diperoleh dengan cara mengintegrasikan persamaan morison sepanjang elemen
struktur. Pada gambar silinder tegak diatas, gaya total dihitung dengan mengintegrasikan
persamaan morison dari z = 0 sampai z = z.
∫=z
dzzfF0
)( ( 2.12 )
Dengan cara yang sama, momen total M pada z = 0 (sea floor) akibat gaya gelombang yang
bekerja sepanjang z = 0 sampai dengan z = z adalah,
∫=z
dzzzfM0
)( ( 2.13 )
Titik tangkap resultan gaya gelombang yang bekerja pada tiang silinder tegak dihitung
dengan persamaan
FMz = ; dimana z dihitung dari dasar tiang (sea floor) ( 2.14 )
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-19
D. Gaya Akibat Gelombang Stokes
Dalam melakukan perhitungan gaya dan momen maksimum, dilakukan dengan
menggunakan metoda numerik dimana tiang silinder dibagi menjadi N segmen dan
menghitung gaya pada setiap segmen dengan menggunakan persamaan F(z) = FD (z) + FI
(z) pada saat (t) gaya maksimum terjadi dan menganggap gaya yang terjadi merata
sepanjang tiap segmen. Momen pada dasar tiang bisa didapat dengan menjumlahkan
momen dari setiap segmen. Perhatikan gambar dibawah dimana tiang dibagi dalam 2 (dua)
segmen, dimana segmen terbawah panjangnya z1 dan segmen atas panjangnya z2-z1.
Gambar 2.10 Pembagian segmen gaya gelombang.
Gaya yang terjadi pada segmen bawah adalah F(z1) dan gaya yang terjadi pada segmen atas
adalah F(z2) - F(zl). Dengan menganggap gaya tersebut terditribusi secara merata, titik
tangkap gaya resultan akan terletak ditengah setiap segmen sehingga momen pada tiang di
dasar perairan dapat dituliskan sebagai berikut :
( 2.15 )
Harga t harus dicari dimana gaya yang terjadi maksimum. Secara umum, momen yang
terjadi pada dasar tiang bila kita membagi tiang menjadi N segmen dimana F0 = 0 dan z0=0
adalah :
))((21
11
1 −=
− +−= ∑ nn
N
nnn zzFFM ( 2.16 )
E. Apparent wave period
Arus yang searah dengan gelombang cenderung memperbesar panjang , sedangkan arus
yang berlawanan memperkecil panjang gelombang. Apparent wave period, Tapp, adalah
periode gelombang relatif terhadap arus sejajar efektif. Untuk gelombang yang merambat
))((21
21
121211 zzFFzFM +−+=
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-20
pada suatu profil arus, penentuan apparent wave period dilakukan dengan menyelesaikan
persamaan di bawah ini secara bersamaan:
)/2(tanh22
λππλλλ
dgTV
TT appIapp
=+= (2.17)
∫ ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡ +
=0 )(4
cosh)()/4(sinh
/4d cI dz
dzzU
dV
λπ
λπλπ
(2.18)
Dimana :
λ = panjang gelombang
d = kedalaman laut badai
Uc(z) = komponen profil arus untuk kondisi tetap pada arah gelombang z
g = percepatan gravitasi
VI = kecepatan arus sejajar efektif
T = periode gelombang relatif terhadap obyek tetap
F. Faktor Kinematika Gelombang
Kinematika gelombang umum dua dimensi dari teori gelombang Stream Function atau
Stokes 5 tidak memperhitungkan penyebaran arah gelombang atau ketidakseragaman dalam
bentuk profil gelombang. Karakteristik nyata ini dapat dimodelkan dalam analisis gelombang
deterministik dengan mengalikan kecepatan dan percepatan mendatar dari penyelesaian
gelombang dua dimensi umum dengan faktor kinematika gelombang. Pengukuran
kinematika gelombang memiliki faktor berkisar antara 0,85 sampai 0,95 untuk badai tropis
dan 0,95 sampai 1,00 untuk badai bukan tropis.
G. Marine Growth
Semua bagian dari struktur (elemen, conductor, riser, struktur tambahan, dan lain-lain)
yang terbenam, luas penampangnya diperbesar dikarenakan adanya marine growth.
Diameter efektif dari elemen adalah D = Dc + 2t, dimana Dc adalah diameter luar dan t
adalah ketebalan marine growth rata-rata yang dapat diperoleh dari pengukuran keliling
dengan pita pengukur 1 sampai 4 inci. Pertambahan luas melintang ini mengakibatkan gaya
gelombang yang diterima oleh struktur menjadi lebih besar.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-21
2.3.4 Arus
Arus, relatif memiliki pergerakan yang konstan. Arus di laut biasanya terjadi akibat adanya
pasang surut dan gesekan angin pada permukaan air (wind-drift current). Kecepatan arus
bekerja pada arah horisontal dan bervariasi menurut kedalaman. Besar dan arah arus
pasang surut dipermukaan biasanya ditentukan berdasarkan pengukuran di lokasi. Wind-drift
current di permukaan biasanya diasumsikan sekitar 1 % dari kecepatan angin pada
ketinggian 30 ft diatas permukaan air. Untuk kebutuhan rekayasa, variasi arus pasang surut
terhadap kedalaman biasanya diasumsikan mengikuti profil pangkat 1/7 ("one-seventh
power law") dan variasi arus akibat gesekan angin diasumsikan linier terhadap kedalaman.
Variasi arus ditunjukkan pada Gambar 2.11.
Gambar 2.11 Variasi arus.
Dalam kondisi badai, arus terjadi bersamaan dengan gerakan air akibat gelombang. Arah
arus pasang surut bisa tidak sama dengan arah rambat gelombang, tetapi wind-drift current
biasanya diasumsikan searah dengan gerakan gelombang. Arus yang terjadi bersamaan
dengan gelombang akan mempengaruhi karakteristik gelombang. Besar pengaruh arus
terhadap gelombang tergantung pada rasio kecepatan maksimum arus terhadap kecepatan
gelombang. Tetapi, pengaruh arus bisa diabaikan untuk kondisi gelombang saat badai
(storm). Sehingga untuk kebutuhan desain, dalam perhitungan gaya akibat arus dan
gelombang yang bekerja pada struktur dilakukan dengan menambahkan kecepatan arus
dengan kecepatan horisontal akibat gelombang. Metoda ini sesuai dengan rekomendasi API
yang ditunjukkan pada Gambar 2.12.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-22
Gambar 2.12 Diagram perhitungan arus dan gelombang.
A. Current Blockage Factor
Kecepatan arus disekitar anjungan bekurang dari kondisi mengalir bebas oleh faktor
hambatan. Dengan kata lain, kehadiran struktur mengakibatkan arus menyebar; sebagian
arus mengelilingi struktur dan tidak melaluinya, dan kecepatan arus disekitar struktur
berkurang. Current blockage factor dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
1
4)(
1−
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡+ ∑ W
DC id (2.19)
Dimana Σ(CdD)i adalah penjumlahan dari “drag diameter” dari seluruh elemen yang
terpotong oleh suatu bidang mendatar tertentu dan W adalah lebar keseluruhan dari
anjungan tegak lurus terhadap arus pada elevasi tersebut.
B. Kinematika Gelombang dan Arus Gabungan
Kinematika gelombang yang telah disesuaikan dengan penyebaran arah dan
ketidakseragaman, harus digabungkan dengan profil arus yang telah disesuaikan dengan
faktor hambatan. Karena profil arus hanya ditentukan untuk kedalaman air rata-rata pada
kriteria desain, harus digunakan beberapa cara untuk memperpanjang atau memperpendek
profil arus tersebut terhadap ketinggian gelombang lokal.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-23
Untuk profil arus dimana perpanjangan linear merupakan pendekatan yang dapat diterima,
Vz arus pada jarak z diatas kedalaman laut rata-rata, dapat diperhitungkan dari profil arus
yang telah ditentukan pada elevasi z’ dengan menggunakan persamaan di bawah ini:
)()()(
η++′+′=
dd
dzdzVV zx (2.20)
dimana: V’z = arus tertentu pada elevasi z’
d = kedalaman air pada saat badai
η = jarak antara permukaan gelombang dengan kedalaman laut rata-rata (η
dan z positif diatas kedalaman laut rata-rata dan sebaliknya)
Penelitian telah menunjukkan bahwa sebuah profil arus yang diperpanjang secara non linier
cocok digabungkan dengan kinematika gelombang yang telah terpengaruh Doppler.
Perpanjangan non linier memperhitungkan arus yang telah dipanjangkan, Vz, untuk sebuah
partikel yang berada pada elevasi z, berdasarkan kecepatan Vz’ yang telah ditentukan di
profil arus pada elevasi z’ sebagai berikut:
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡ +′+′′=)/2(sinh/)(2(sinh
n
nzz d
dzz
zVVλπ
λπη (2.21)
dimana λn adalah panjang gelombang untuk ketinggian H dan periode Tapp tertentu
2.3.5 Gaya Apung
Tekanan air pada struktur yang tenggelam timbul karena berat air diatasnya dan pergerakan
fluida di sekitar struktur yang diakibatkan oleh gelombang. Tekanan air pada struktur yang
tenggelam dapat memperbesar tegangannya. Gaya yang diakibatkan oleh gelombang telah
dihitung di dalam persamaan Morison. Besar gaya apung yang bekerja pada struktur
terendam dalam fluida baik itu sebagian atau seluruhnya adalah :
(2.22)
dimana γf = berat jenis air
V = volume benda atau struktur yang tenggelam.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-24
2.3.6 Ketinggian Aman Deck
Gelombang yang menerpa deck terbawah dari suatu anjungan dan peralatannya dapat
menimbulkan gaya yang besar dan momen guling. Kecuali jika anjungan memang didesain
untuk dapat menahan gaya-gaya ini, ketinggian dari deck harus cukup untuk menyediakan
ruang bebas diatas puncak dari gelombang desain. Sebagai tambahan, suatu “air gap” harus
disediakan untuk mengantisipasi gelombang yang lebih besar dari gelombang desain. Hal ini
terdapat dalam API RP2A Bagian 1.2.7.
API RP2A Bagian 2.3.4g menyatakan bahwa untuk menghindari gaya yang besar tersebut,
ketinggian dari deck terbawah harus berada pada elevasi diatas puncak gelombang desain
ditambah dengan daerah aman. Suatu kisaran aman, atau air gap sebesar 5 ft ditambahkan
ke ketinggian puncak gelombang untuk mengantisipasi penurunan anjungan, ketidakpastian
kedalaman laut, dan untuk kemungkinan terjadinya gelombang yang sangat besar untuk
menentukan elevasi minimum dari deck terbawah anjungan yang diperlukan untuk
menghindari terpaan gelombang pada deck.
2.3.7 Kombinasi Pembebanan
Anjungan harus didesain dengan kombinasi pembebanan yang akan menghasilkan efek yang
paling membahayakan bagi struktur. Kombinasi pembebanan ini terdiri dari beban
lingkungan, beban mati dan beban hidup yang sesuai. Beban lingkungan harus
dikombinasikan dengan cara yang sesuai dengan kemungkinan kejadian tersebut terjadi
bersamaan selama kondisi pembebanan yang sedang dipertimbangkan. Pembagian beban
yang akan dikombinasikan :
1. Beban gravitasi
Beban gravitasi ini terdiri dari :
a. Berat sendiri platform
b. Beban peralatan
c. Beban lain-lain (ketepatan item, perubahan desain, perubahan fabrikasi, dll).
Kombinasi dari ketiganya terbagi menjadi :
a. Beban mati nominal
b. Beban mati maksimum
c. Beban mati minimum
Ketiga kombinasi tersebut dibedakan berdasarkan berat jenisnya.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-25
2. Beban angin
a. Dianalisis untuk kondisi operasi dan kondisi ekstrem.
b. Beban angin ini bekerja pada 12 mata angin. Setiap arahnya diproyeksikan pada arah
x dan arah y.
c. Koefisien untuk beban angin ini dibedakan berdasarkan arah angin yang sedang
ditinjau. Hal ini dilakukan agar desain yang dihasilkan lebih akurat dan menyerupai
kondisi sebenarnya.
d. Penting untuk diperhatikan formula yang akan dipakai dalam analisis beban angin.
3. Beban gelombang dan arus
a. Dianalisis untuk kondisi operasi dan kondisi ekstrem
b. Dianalisis pada 12 mata angin.
c. Koefisien untuk beban gelombang dan arus diperoleh dari besarnya dynamic
amplification factor (DAF), yang nilainya sudah diasumsikan sebelumnya. Besar DAF
untuk kondisi operasi dan ekstrem memiliki nilai yang berbeda.
Tiap elemen anjungan harus didesain dengan kombinasi pembebanan yang mengakibatkan
tegangan terbesar pada elemen, dengan turut mempertimbangkan tegangan izin untuk
kondisi pembebanan yang mengakibatkan tegangan tersebut. Kombinasi pembebanan pada
umumnya terbagi menjadi :
1. Kombinasi pembebanan pada kondisi operasi dan kedalaman laut maksimum
2. Kombinasi pembebanan pada kondisi operasi dan kedalaman laut minimum
3. Kombinasi pembebanan pada kondisi ekstrim, maksimum gravitasi, dan kedalaman
laut maksimum
4. Kombinasi pembebanan pada kondisi ekstrim, maksimum gravitasi, dan kedalaman
laut minimum
5. Kombinasi pembebanan pada kondisi ekstrim, minimum gravitasi, dan kedalaman laut
maksimum
6. Kombinasi pembebanan pada kondisi ekstrim, minimum gravitasi, dan kedalaman laut
minimum
Adapun komponen penyusun dari kombinasi pembebanan :
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-26
1. Komponen akibat beban mati.
Untuk kondisi operasi, beban mati yang digunakan adalah beban mati maksimum,
sedangkan untuk kondisi ekstrim, beban mati yang digunakan adalah beban mati
minimum.
2. Komponen akibat beban angin yang sudah diproyeksikan pada arah x dan arah y.
3. Komponen akibat beban gelombang dan arus pada arah mata angin yang sedang
ditinjau.
2.4 Sambungan Baja Tubular
2.4.1 Sambungan Sederhana
Sambungan sederhana adalah sambungan yang terdiri dari tidak terlalu banyak cabang dan
tidak terjadi overlap. Ada beberapa klasifikasi sambungan seperti K, T, Y, dan X yang
ditentukan berdasarkan pola sambungan dan pola pembebanan. Untuk dapat dianggap
sebagai sambungan tipe K, punching load pada brace harus diseimbangkan oleh punching
load pada brace di seberang sambungan pada bidang yang sama. Untuk sambungan T & Y,
punching load didekati sebagai gaya geser balok di chord. Untuk sambungan X, punching
load diteruskan melalui chord ke brace di seberang. Untuk brace yang meneruskan sebagian
bebannya sebagai sambungan K dan sebagian sebagai sambungan T & Y atau sambungan X,
interpolasikan berdasarkan masing-masing bagian secara keseluruhan.
Gambar 2.13 Tipe-tipe sambungan tubular.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-27
Kemampulayanan sambungan dapat dihitung dengan perhitungan punching shear atau
beban nominal pada brace. Kedua pendekatan tersebut diharapkan menghasilkan
kesimpulan yang sama. Beberapa terminologi dan parameter geometri dari sambungan
sederhana baja tubular adalah sebagai berikut :
Gambar 2.14 Detail sambungan sederhana.
Keterangan: θ = Sudut brace (dari chord)
g = Jarak renggang, in. (mm)
t = Ketebalan brace, in. (mm)
T = Ketebalan chord, in. (mm)
d = Diameter brace, in. (mm)
D = Diameter chord, in. (mm)
Selain itu ada juga parameter lain yang didapatkan dari parameter-parameter diatas, yaitu:
a. DL2
=α b. Dd
=β c. T
D2
=γ d. Tt
=τ e. Dg
=ζ
A. Punching Shear
Punching shear yang bekerja dapat dihitung dengan rumus :
θτν sinfp ×= (2.23)
dengan : f = gaya aksial nominal, lentur in-plane, atau lentur out of plane pada brace
(punching shear untuk masing-masing dipisah ).
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-28
Gambar 2.15 Gaya aksial nominal, lentur in-plane, lentur out of plane.
Tegangan punching shear yang diizinkan pada dinding chord adalah yang terkecil dari geser
AISC izin ( 0,4 fy ) atau :
0,6yc
pa q f
FQ Qν
γ= ( ditambah 1/3 peningkatan jika memungkinkan ) (2.24)
Kapasitas νpa harus dievaluasi secara terpisah untuk setiap komponen pembebanan brace
dan menggunakan faktor Qq dan Qf yang bersesuaian. Qq adalah faktor untuk
memperhitungkan efek pembebanan dan geometri. Qf adalah faktor untuk memperhitungkan
keberadaan tegangan nominal longitudinal pada chord.
21,0fQ Aλγ= − (2.25)
dengan : λ = 0,030 untuk tegangan aksial brace (fax)
= 0,045 untuk tegangan lentur in-plane (fbz)
= 0,021 untuk tegangan lentur out-of-plane (fby)
2 2 2
0,6AX IPB OPB
yc
f f fA
F+ +
= (ditambah 1/3 peningkatan jika memungkinkan) (2.26)
dengan : fAX, fIPB, fOPB = tegangan nominal aksial, lentur in-plane, dan lentur out-of-plane
pada chord.
Qf = 1,0 (apabila tegangan serat paling ekstrem dari chord adalah
tegangan tarik.)
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-29
Tabel 2.3 Nilai Qq
Tarik Tekan Lentur IP Lentur OPK overlap 1,8 1,8K gap (1,1 + 0,2/β) Qg (1,1 + 0,2/β) Qg
T&Y 1,1 + 0,2/β 1,1 + 0,2/βX 1,1 + 0,2/β (0,75 + 0,2/β) Qβ
X dgn. diaph 1,1 + 0,2/β 1,1 + 0,2/β
Tipe & Geometri
Tipe Pembebanan Brace
3,72 + 0,67/β (3,72 + 0,67/β) Qβ
- )833,01(
3,0βββ −
=Q untuk β > 0,6
- Qβ = 1,0 untuk β ≤ 0,6
- Qg = 1,8 – 0,1 g/T untuk γ ≤ 20
- Qg = 1,8 – 4 g/T untuk γ > 20
Untuk kombinasi tegangan aksial dan lentur pada brace, persamaan interaksi berikut dapat
digunakan :
2 2
1,0p p
pa paIPB OPB
V VV V⎡ ⎤ ⎡ ⎤
+ ≤⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎣ ⎦ ⎣ ⎦ (2.27)
2 22 arcsin 1,0p pP
pa pa paAX IPB OPB
V VVV V Vπ⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤
+ + ≤⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ (2.28)
B. Beban Nominal
Kapasitas sambungan izin dalam hal ini beban nominal brace adalah :
θsin7,1
2TFQQP yc
fua = (2.29)
)8,0(sin7,1
2
dTF
QQM ycfua θ
= (2.30)
dengan : Pa = kapasitas izin untuk beban aksial brace
Ma = kapasitas izin untuk momen lentur brace.
Qu = faktor kekuatan ultimit yang bergantung pada tipe sambungan dan beban.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-30
Tabel 2.4 Nilai Qu
Tipe Sambungan dan Braces
Tipe Pembebanan Pada Brace
Tarik Aksial Tekan Aksial Lentur In-plane
Lentur Out-plane
K ( 3,4 + 19 β ) Qg
( 3,4 + 19 β ) ( 3,4 + 7 β ) Qg T & Y ( 3,4 + 19 β ) w/o diafragma ( 3,4 + 19 β ) ( 3,4 + 13 β ) Qg w/ diafragma ( 3,4 + 19 β )
Untuk kombinasi aksial dan lentur pada brace, persamaan interaksi berikut dapat digunakan:
0,122
≤⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛OPB
a
IPB
a MM
MM
(2.31)
0,1arcsin222
≤⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+ OPB
a
IPB
aa MM
MM
PP
π (2.32)
2.4.2 Sambungan Overlap
Pada sambungan overlap momen brace berpengaruh signifikan dan beban aksial disalurkan
langsung dari satu brace ke brace yang lain melalui las.
Gambar 2.16 Detail sambungan overlap.
Komponen beban aksial izin yang tegak lurus dengan chord (Pp) dapat dihitung sebagai
berikut :
)2()lT( 21 ltVVPp wwapa += , untuk cara punching shear (2.33a)
)2(sin 21 ltllPPp wwaa νθ +⎟⎠⎞
⎜⎝⎛= , untuk cara beban nominal. (2.34b)
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-31
dengan : Vpa = tegangan izin punching shear
Pa = beban aksial izin
T = ketebalan chord
Vwa = tegangan izin las
l = keliling daerah kontak brace dengan chord mengabaikan overlapp
l1 = keliling brace yang menyambung ke chord
l2 = panjang chord terproyeksi dari las overlap, diukur tegak lurus dari chord
Sambungan harus kuat setidaknya 50% dari gaya Pp yang bekerja.
2.4.3 Penyaluran Beban Melintasi Chord
Sambungan dimana bebannya disalurkan melewati chord dapat diperiksa untuk keruntuhan
umum sesuai rekomendasi API. Untuk sambungan yang diperkuat dengan meningkatkan
ketebalan dan memiliki rasio diameter chord brace kurang dari 0,9, beban cabang aksial izin
(allowable axial branch load) dihitung dari persamaan:
[ ](1) (2) (1) 2,52,5
LP P P P untuk L DD
= + − < (2.35a)
(2) 2,5P P untuk L D= > (2.35b)
dengan : P(1) = kapasitas brace izin dengan menggunakan ketebalan elemen chord
nominal
P(2) = kapasitas brace izin dengan menggunakan ketebalan sambungan
2.5 Sambungan Grouting Pile dan Leg
Beban platform dapat disalurkan ke pile melalui grouting antara jacket leg dengan pile.
Mekanisme transfer beban tersebut merupakan kombinasi antara lekatan / friksi antara
semen grouting dengan permukaan baja dan tumpuan antara grouting terhadap shear key.
Pada saat konstruksi, sebaiknya digunakan centralizer untuk menjaga keseragaman jarak
antara pile dengan leg. Jarak minimum antara kedua baja tubular yang konsentrik adalah 38
mm apabila grouting merupakan satu-satunya cara transfer beban. Perlu diperhatikan agar
saat konstruksi tidak terjadi void pada grouting dan intrusi lumpur dari dasar laut yang
lunak.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-32
Banyak faktor yang mempengaruhi kekuatan sambungan grouting. Beberapa diantaranya
adalah kuat tekan unconfined grouting, ukuran dan jarak shear key, tipe admixture, metoda
penempatan grouting, kondisi permukaan baja, keberadaan material lain yang dapat
mengganggu lekatan, dan banyaknya gangguan dari pergerakan platform selama grouting
setting.
Dalam perhitungan gaya aksial yang bekerja pada grouting, perlu diperhatikan distribusi dari
keseluruhan beban ke masing-masing pile. Dalam kondisi tidak tersedianya data
komprehensif, beban aksial transfer izin diambil sebagai nilai terkecil dari gaya yang dihitung
dengan mengalikan antara bidang kontak antara grouting dan permukaan baja dan
tegangan aksial transfer izin fba. Nilai tegangan tersebut harus lebih besar atau sama dengan
gaya aksial aktual yang bekerja. Sambungan grouting dengan menggunakan shear key
ditunjukkan seperti pada Gambar 2.17 berikut :
Gambar 2.17 Sambungan grouting dengan shear key.
Besarnya tegangan aksial transfer izin fba untuk sambungan dengan shear key menurut API
RP2A 21st edition adalah sebagai berikut :
a. Untuk kondisi pembebanan lingkungan pada kondisi operasi yang dikombinasikan dengan beban hidup
shfMPapsif cuba ×+= 5,0)138,0(20 (2.36)
b. Untuk kondisi pembebanan lingkungan pada kondisi ekstrem yang dikombinasikan dengan beban hidup.
shfMPapsif cuba ×+= 67,0)184,0(7,26 (2.37)
dengan : fcu = tegangan tekan unconfined grouting (MPa)
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-33
h = dimensi shear key terluar (mm)
s = spasi shear key (mm)
API RP2A 21st edition mengatur ketentuan detail untuk shear key sebagai berikut :
1. Shear key dapat dipasang dengan susunan lingkaran yang berjajar dengan jarak S
atau dipasang berbentuk spiral.
2. Shear key sebaiknya mengambil salah satu tipe dari ketiga tipe pada Gambar 2.18.
3. Untuk pile pancang perlu diperhatikan agar setelah pengeboran, panjang pile yang
kontak dengan grout memiliki jumlah shear key yang cukup.
4. Shear key dan las harus didesain dengan baja dasar dan las yang diizinkan untuk
meneruskan gaya yang sama dengan area tumpuan shear key dikali 1,7 fcu, kecuali
untuk jarak antara dua diameter pile dari atas dan bawah ujung sambungan. Pada
kondisi tersebut digunakan 2,5 fcu.
Gambar 2.18 Tipe shear key.
Batasan-batasan berikut perlu diperhatikan saat mendesain sambungan grouting dengan
shear key berdasarkan API RP2A 21st edition.
a. Nilai fcu dibatasi sebesar 17,25 MPa ≤ fcu ≤ 110 Mpa
b. Geometri pile dibatasi sebesar 40≤p
p
tD
c. Geometri annulus grouting dibatasi sebesar 457 ≤≤g
g
tD
d. Rasio spasi untuk shear key spiral dibatasi sebesar 85,2 ≤≤s
Dp
e. Rasio shear key dibatasi sebesar 10,0≤sh
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-34
f. Faktor bentuk shear key dibatasi sebesar 35,1 ≤≤hw
g. Produk fcu dan sh≤ 5,5 MPa.
Sambungan grouting yang menerima beban signifikan lain selain beban aksial perlu
diperhitungkan dengan metoda analisis yang sesuai.
2.6 Pondasi Pile
2.6.1 Umum
Pondasi harus didesain untuk dapat menahan beban statik, siklik, dan transien tanpa
mengalami deformasi yang berlebihan atau getaran pada platform. Desain pondasi dan
perhitungan kekuatan pondasi memerlukan tersedianya data tanah yang memadai hasil dari
observasi lapangan.
Penentuan ukuran pondasi pile perlu memperhatihan hal-hal seperti diameter, penetrasi,
ketebalan pile, kekuatan material, metoda instalasi, tahanan mudline, dan lain-lain. Defleksi
dan rotasi perlu dikontrol pada beberapa lokasi kritis seperti pile tops, titik perubahan
kelengkungan, mudline, dan lain-lain. Faktor keamanan yang dianjurkan oleh API RP2A
(recommnended Practice 2A) adalah sebesar 2.0 untuk kondisi operasional dan 1.5 untuk
kondisi beban ekstrem.
2.6.2 Tipe Pondasi Strukur Lepas Pantai
Beberapa tipe pondasi yang biasanya digunakan untuk struktur lepas pantai adalah sebagai
berikut :
1. Tiang Pancang ( Driven Piles )
Pile dengan ujung terbuka umumnya digunakan sebagai pondasi struktur lepas pantai.
Pile dipancang ke dasar laut dengan impak dari hammer. Ketebalan dinding pile harus
memadai untuk menahan beban aksial dan lateral selama proses pemancangan. Ada
kalanya, saat proses pemancangan pondasi tidak bisa mencapai kedalaman penetrasi
yang diinginkan. Apabila kondisi ini terjadi maka perlu dilakukan evaluasi pada
kemampuan hammer, kedalaman penetrasi desain, atau metoda pelaksanaan pancang.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-35
2. Pondasi Bor dan Grouting ( Drilled and Grouted Piles )
Pondasi tipe ini dapat digunakan pada tanah yang tidak akan mengalami longsor pada
lubang bor dengan atau tanpa drilling mud. Pada jenis single-stage, pondasi
dilaksanakan dengan cara memasukkan pile pada lubang yang telah dibor, kemudian
memberi grouting pada annulus pile dan tanah. Pada jenis two-stage, pile yang
digunakan adalah konsentrik tubular dan di-grouting pada annulus antara pile dan tanah
serta pada annulus antara kedua tubular. Hal itu akan menjadikan pile berperilaku
sebagai komposit.
3. Pondasi Lonceng ( Belled Piles )
Pada tipe ini, pelebaran pondasi dibagian bawah pile untuk meningkatkan daya dukung
pondasi. Pelebaran daerah ujung pondasi akan berpengaruh signifikan pada daya
dukung aksial pondasi.
2.6.3 Daya Dukung Aksial Pile
Daya dukung aksial ultimit pile, dapat dihitung dengan rumus berikut :
Qd = Qf + Qp = ∑ fAs + qAp (2.38)
dengan : Qd = kapasitas ultimate pile
Qf = kapasitas friksi pile
Qp = total daya dukung ujung ujung pile
f = unit friksi permukaan pile
As = luas sisi perrnukaan tiang pancang
q = kapasitas daya dukung di ujung pile (end bearing)
Ap = luas kotor ujung pile
A. Skin Friction dan End Bearing untuk Tanah Kohesif
Untuk tiang pancang (pile) yang terletak pada tanah yang kohesif, kapasitas gaya gesek
(skin friction ) tiang pancang adalah :
f = αc (2.39)
dengan : c = kekuatan geser undrained pada kondisi kering
α = faktor tidak berdimensi, yang diperoleh dari persamaan berikut:
- α = 0,5 ψ-0.5 jika ψ ≤ 1,0
- α = 0,5 ψ -0.25 jika ψ > 1,0
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-36
- α ≤ 1,0 ; dengan : oP
c'
=ψ (P0' = tekanan efektif overburden )
Gaya gesek bekerja pada bagian permukaan luar pile, permukaan dalam pile, dan ujung
permukaan pile seluas penampang pile. Untuk kondisi pile terisi, end bearing dapat dianggap
bekerja seluas seluruh penampang pile. Kapasitas daya dukung ujung pile (end bearing)
pada tanah kohesif adalah sebesar q = 9c, dengan q dan c seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
B. Skin Friction dan End Bearing untuk Tanah Kurang Kohesif
Untuk tiang pancang yang terletak pada tanah dengan gaya kohesi yang kurang, besarnya
skin friction adalah :
f = Kpo tan(δ) (2.40)
dengan : K = koefesien tekanan lateral (rasio tekanan efektif horizontal dan vertikal)
Untuk pile ujung terbuka, biasanya digunakan K = 0,8
po = tekanan efektif overburden
δ = sudut gesek tanah pada dinding tiang pancang
Kapasitas daya dukung ujung pile (end bearing) pada tanah kurang kohesif adalah:
q = poNq (2.41)
dengan : po = tekanan efektif overburden.
Nq = faktor tak berdimensi daya dukung
API RP2A 21st edition memberikan perkiraan desain parameter untuk tanah silikat yang
kurang kohesif sebagai berikut :
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-37
Gambar 2.19 Parameter desain untuk tanah non-kohesif.
2.6.4 Reaksi Tanah Untuk Pile dengan Beban Aksial
Pondasi pile harus didesain untuk dapat memikul beban aksial statik dan siklik. Tahanan
aksial tanah diberikan oleh kombinasi dari adhesi aksial pile-tanah atau transfer beban
sepanjang sisi pile dan tahanan end bearing. Hubungan antara tegangan geser pada pile
dengan defleksi lokal pile digmbarkan dengan kurva T-Z. Hubungan antara mobilisasi
tahanan ujung pile dengan defleksi ujung tiang digambarkan dengan kurva Q-Z. API RP2A
21st edition memberikan rekomendasi kurva T-Z dan Q-Z untuk digunakan dalam kondisi
tidak tersedianya data tanah yang memadai.
2.6.5 Reaksi Tanah Untuk Pile dengan Beban Lateral
Pondasi pile harus didesain untuk menahan beban lateral baik static maupun siklik. Desain
ketahanan lateral pile dapat dinaikkan dengan menggunakan faktor keamanan tertentu.
Tahanan lateral dekat permukaan tanah berpengaruh signifikan terhadap desain pile. Pada
pembebanan lateral, umumnya tanah lempung berperilaku seperti material plastis sehingga
perlu diperiksa hubungan antara deformasi pile-tanah dan tahanan tanah. Karena itu perlu
dibuat kurva defleksi – tahahan tanah lateral (P-Y) dengan menggunakan data tegangan-
regangan hasil pemeriksaan laboratorium. Ordinat dari kurva ini adalah tahanan tanah P dan
absisnya adalah defleksi tanah Y.
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-38
2.6.6 Daya Dukung Lateral pada Tanah Lempung Halus
Untuk tanah lempung halus, apabila tidak tersedia kriteria yang lebih definitif besarnya
tekanan arah lateral dirumuskan sebagai berikut :
a. untuk 0 < X < XR
DJcXXcpu ++= γ3 (2.42)
b. untuk X > XR
pu = 9c (2.43)
dengan : pu = tahanan ultimit
c = kekuatan geser undrained untuk sampel lempung tak terganggu
D = diameter tiang pancang
γ = berat jenis tanah efektif
J = konstanta ( 0.25 - 0.5 )
X = kedalaman tanah
XR = kedalaman hingga daya dukung berkurang.
Pada kondisi kekuatan konstan, kedua rumus pu diatas dapat diselesaikan simultan dengan
memberikan :
JcD
DX R
+= γ
6
(2.44)
Pada kondisi kekuatan tidak konstan, kedua persamaan diplot dalam grafik pu vs kedalaman.
Titik perpotongan pertama dari kedua persamaan diambil sebagai nilai XR. Hubungan P-Y pile
pada tanah lempung halus tidak linier. Untuk pembebanan statik jangka pendek atau ketika
keseimbangan tercapai dibawah pembebanan siklik kurva P-Y dapat dibuat dengan
menggunakan penyesuian sesuai API RP2A 21st edition.
2.6.7 Daya Dukung Lateral pada Tanah Pasir
Untuk tanah pasir, hubungan P-Y juga tidak linier. Apabila tidak tersedia kriteria yang lebih
definitif besarnya tekanan arah lateral dirumuskan sebagai berikut :
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡×××
=u
u pAyHkApP tanh (2.45)
dengan : P = tahanan lateral
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-39
pu = tahanan ultimit
k = modulus inisial reaksi subgrade. Ditentukan dengan grafik, sesuai sesuai
API RP2A 21st edition.(Gambar 2.20)
y = defleksi lateral
H = kedalaman
A = 0.9 untuk pembebanan berulang atau (3 - 0.8 H/D) ≥ 0.9 untuk
pembebanan statik.
Gambar 2.20 Grafik modulus inisial reaksi subgrade.
Besarnya tahanan ultimit dapat dihitung dengan rumus berikut :
- ( ) HDCHCpus ×××+×= γ21 , untuk pile dangkal (2.46)
- HDCpud ×××= γ3 , untuk pile dalam. (2.47)
dengan : pu = tahanan ultimit
γ = berat jenis tanah efektif H = kedalaman
φ = sudut friksi internal
C1, C2, C3 = koefisien, ditentukan dengan grafik sesuai API RP2A 21st edition
(Gambar 2.21)
D = diameter pile rata-rata dari permukaan tanah ke dasar.
y = defleksi lateral
H = kedalaman
Laporan Tugas Akhir - Analisa Struktur Anjungan Lepas Pantai Tipe Tetap Jenis Tripod di Selat Makassar 2-40
Gambar 2.21 Grafik koefisien tahanan ultimit berdasar φ.