21-81-1-pb

7
121 Rahmawati Prodi Pendidikan Biologi FKIP Almuslim, Bireuen, Aceh Korespondensi: [email protected] INTERAKSI EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA ( Aloe vera L.) DAN DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP DAYA HAMBAT Stapylococcus aureus SECARA IN VITRO ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk mengetahui interaksi antara konsentrasi dan jenis ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih terhadap daya hambat Staphylococcus aureus. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dan tiga ulangan. Parameter yang diamati adalah diameter daya hambat yang terbentuk dan karakteristik diameter daya hambat. Data dianalisis menggunakan Analisis Varian dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan ada interaksi antar konsentrasi dan jenis ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih terhadap daya hambat Staphylococcus aureus. Semakin tinggi konsentrasi interaksi yang diberikan semakin besar daya hambat yang terbentuk. Diameter daya hambat terbesar terdapat pada perlakuan A 3 P 3 yaitu 25 mm pada Staphylococcus aureus . Kata Kunci: Aloe vera L., Piper betle L., Staphylococcus aureus INTERACTION EXSTRACT Aloe vera LEAF AND Piper bettle LEAVES TO THE INHIBITION OF Staphylococcus aureus BY IN VITRO ABSTRACT: The study aims to determine the interaction between concentration and type of leaf Aloe vera L extract to inhibition Staphylococcus aureus . The research method was experimental method. The antibacterial activity assays performed using the diffusion method. The research used Randomized Completely Design (RCD) factorial and three replications. Variables measured were diameter of inhibition formed and color characteristics diameter inhibition. Data were analyzed using analysis of varian, followed by Duncan's test. The results showed there are interaction between the concentration and type ofextract Aloe veraL. Leaf and Piper betel Lleavestothe inhibition of Staphylococcus aureus . The greater concentration of extract, the greater inhibition zone made. Interaction of extract had different capacities to inhibit Staphylococcus aureus. The largest diameter of the inhibition contained in A 3 P 3 treatment that was 25 mm on Staphylococcus aureus. Keywords: Aloe vera L., Piper betle L., Staphylococcus aureus PENDAHULUAN Penggunaan senyawa tanaman untuk meng- obati penyakit merupakan praktek kuno di seba- gian besar dunia, terutama di negara-negara ber- kembang. Menurut Worid Health Organization (WHO) 80% penduduk dunia masih menggunakan tanaman obat untuk pemeliharaan kesehatan (Sheikh et al. , 2012). Indonesia sebagai negara yang berada di daerah tropis mempunyai keaneka- ragaman hayati yang sangat besar sehingga kaya akan bahan baku obat. Obat tradisional yang berisi ramuan bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia seca- ra turun temurun (Depkes, 2000). Dewasa ini perkembangan pengobatan telah mengarah kembali ke alam karena obat tradisional telah terbukti lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping seperti halnya obat-obat sintesis (ki- mia). Tanaman berkhasiat obat mudah didapat-kan dan lebih ekonomis. Hal ini sesuai dengan Kun- torini (2005) yang menyatakan bahwa melonjak- nya harga obat sintetis dan efek sampingnya bagi kesehatan meningkatkan kembali penggunaan obat tradisional oleh masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di sekitar. Pengobatan dengan menggunakan bahan ala- mi bertujuan mencari antimikroba baru untuk me- ngurangi resistensi terhadap antibiotik. Moghad- dam et al. (2010) menyatakan resistensi multiobat merupakan masalah medis yang dihadapi di selu- ruh dunia. Untuk mengatasinya diperlukan anti mi- Jurnal EduBio Tropika, Volume 2, Nomor 1, April 2014, hlm. 121-186

Upload: evapuspitasari

Post on 20-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jurnal

TRANSCRIPT

Page 1: 21-81-1-PB

121

RahmawatiProdi Pendidikan Biologi FKIP Almuslim, Bireuen, Aceh

Korespondensi: [email protected]

INTERAKSI EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) DAN DAUN SIRIH(Piper betle L.) TERHADAP DAYA HAMBAT Stapylococcus aureus SECARA IN VITRO

ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk mengetahui interaksi antara konsentrasi dan jenis ekstrak daunlidah buaya dan daun sirih terhadap daya hambat Staphylococcus aureus. Penelitian menggunakanRancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dan tiga ulangan. Parameter yang diamati adalah diameterdaya hambat yang terbentuk dan karakteristik diameter daya hambat. Data dianalisis menggunakanAnalisis Varian dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan ada interaksi antarkonsentrasi dan jenis ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih terhadap daya hambat Staphylococcusaureus. Semakin tinggi konsentrasi interaksi yang diberikan semakin besar daya hambat yangterbentuk. Diameter daya hambat terbesar terdapat pada perlakuan A3P3 yaitu 25 mm padaStaphylococcus aureus.

Kata Kunci: Aloe vera L., Piper betle L., Staphylococcus aureus

INTERACTION EXSTRACT Aloe vera LEAF AND Piper bettle LEAVES TOTHE INHIBITION OF Staphylococcus aureus BY IN VITRO

ABSTRACT: The study aims to determine the interaction between concentration and type of leaf Aloevera L extract to inhibition Staphylococcus aureus. The research method was experimental method.The antibacterial activity assays performed using the diffusion method. The research used RandomizedCompletely Design (RCD) factorial and three replications. Variables measured were diameter ofinhibition formed and color characteristics diameter inhibition. Data were analyzed using analysis ofvarian, followed by Duncan's test. The results showed there are interaction between the concentrationand type ofextract Aloe veraL. Leaf and Piper betel Lleavestothe inhibition of Staphylococcus aureus.The greater concentration of extract, the greater inhibition zone made. Interaction of extract haddifferent capacities to inhibit Staphylococcus aureus. The largest diameter of the inhibition contained inA3P3 treatment that was 25 mm on Staphylococcus aureus.

Keywords: Aloe vera L., Piper betle L., Staphylococcus aureus

PENDAHULUANPenggunaan senyawa tanaman untuk meng-

obati penyakit merupakan praktek kuno di seba-gian besar dunia, terutama di negara-negara ber-kembang. Menurut Worid Health Organization(WHO) 80% penduduk dunia masih menggunakantanaman obat untuk pemeliharaan kesehatan(Sheikh et al., 2012). Indonesia sebagai negarayang berada di daerah tropis mempunyai keaneka-ragaman hayati yang sangat besar sehingga kayaakan bahan baku obat. Obat tradisional yang berisiramuan bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhantelah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia seca-ra turun temurun (Depkes, 2000).

Dewasa ini perkembangan pengobatan telahmengarah kembali ke alam karena obat tradisional

telah terbukti lebih aman dan tidak menimbulkanefek samping seperti halnya obat-obat sintesis (ki-mia). Tanaman berkhasiat obat mudah didapat-kandan lebih ekonomis. Hal ini sesuai dengan Kun-torini (2005) yang menyatakan bahwa melonjak-nya harga obat sintetis dan efek sampingnya bagikesehatan meningkatkan kembali penggunaan obattradisional oleh masyarakat dalam memanfaatkansumberdaya alam yang ada di sekitar.

Pengobatan dengan menggunakan bahan ala-mi bertujuan mencari antimikroba baru untuk me-ngurangi resistensi terhadap antibiotik. Moghad-dam et al. (2010) menyatakan resistensi multiobatmerupakan masalah medis yang dihadapi di selu-ruh dunia. Untuk mengatasinya diperlukan anti mi-

Jurnal EduBio Tropika, Volume 2, Nomor 1, April 2014, hlm. 121-186

Page 2: 21-81-1-PB

122 Rahmawati

kroba baru dari sumber daya alam. Kuete et al.(2011) menyebutkan, antimikroba alami dapat ber-asal dari tumbuhan, hewan, atau mikroorganisme.Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tanamanobat akan menjadi sumber terbaik untuk berbagaiobat. Sheikh et al. (2012) menyatakan ekstrak tum-buh-tumbuhan mempuyai peran pen-ting terhadappenghambatan kuman patogen. Penggunaan eks-trak tanaman dengan sifat antimikroba sangat pen-ting dalam penyembuhan penyakit.

Salah satu tanaman yang bermanfaat seba-gai obat yang digunakan secara turun-menurun un-tuk menyembuhkan luka yaitu sirih (Piper betleL.). Daun sirih digunakan sebagai obat batuk, obatcacing, dan antiseptik pada luka (Priyono, 2009).Pemanfaatan sirih dalam pengobatan tradisionaldisebabkan adanya sejumlah zat kimia atau alamiyang mempunyai aktivitas antimikroba. MenurutSuliantari et al. (2008) ekstrak sirih hijau mampumembunuh bakteri Staphylococcus aureus dan ka-rena di dalamnya terkandung bahan kimia yangmempunyai aktivitas anti bakteri yaitu: minyak at-siri, tanin, flavonoid, dan saponin.

Lidah buaya (Aloe vera L.) juga merupakantanaman yang telah lama digunakan untuk pengo-batan. Secara tradisional lidah buaya telah diguna-kan sebagai obat secara tersendiri atau dicampurdengan bahan lain. Masyarakat menggunakan li-dah buaya untuk mengobati bisul, borok, dan in-feksi kulit lainnya. Berdasarkan penelitian sebe-lumnya, ekstrak daun lidah buaya mampu meng-hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus au-reus secara invitro (Rahmawati, 2007). Sulistiya-wati (2011) melaporkan bahwa kandungan sapo-nin dan anthaquinone merupakan bahan dasar obatyang bersifat sebagai antibiotik dan penghilang ra-sa sakit. Menurut Thirupphati et al. (2010) daun li-dah buaya mengandung Anthroquinone yang me-rupakan senyawa fenolik dan ditemukan dalam ge-tah. Senyawa ini berperan sebagai pencahar, agenantimikroba dan memiliki efek analgesik yang ku-at. Lidah buaya juga memiliki anti infla-masi dananti bakteri dan membantu penyembuhan luka jari-ngan nekrotik.

Penyembuhan infeksi yang disebabkan le-bih dari satu jenis mikroorganisme biasanya meng-gunakan kombinasi antimikroba. Hal ini sesuaidengan Otieno et al. (2008) ekstrak beberapa tana-man yang disatukan memiliki daya hambat anti-bakteri lebih besar dibandingkan dengan ekstraktanaman tunggal. Untuk mengetahui aktifitas anti-mikroba diuji pada media pembenihan lalu diama-ti dan diukur daya hambat yang terbentuk. Dayahambat yang terbentuk dari ekstrak yang berasal

dari bahan alam biasanya berwarna, tidak sejernihzona hambat yang dibentuk oleh antibiotik. Hal inidisebabkan oleh komponen aktif yang terdapat didalam ekstrak.

Penyakit atau infeksi pada kulit umumnyadisebabkan oleh Staphylococcus aureus (Schele-gel, 1994). Bakteri ini dapat masuk kedalam kulitmelalui folikel rambut, kelenjar sebasea, luka, ataulecet pada kulit (Gupte, 1990). Staphylococcusaureus merupakan penyebab terjadinya berbagaiinfeksi epidermal dan subkutan seperti piogenik,lesi supuratif, bisul, infeksi pneumonia dan luka(Otieno et al., 2008). Berdasarkan data WHO ta-hun 2008 lebih dari 9.500.000 orang meninggal se-tiap tahunnya disebabkan oleh penyakit infeksi(Mathers et al., 2008).

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukanpenelitian interaksi ekstrak daun lidah buaya (Aloevera L.) dan daun sirih (Piper betle L.) terhadapdaya hambat bakteri Staphylococcu aures secara invitro.

METODETempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di LaboratoriumBiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Syiah Kuala Banda Aceh. Pembuatanekstrak dilakukan di Laboratorium Kimia FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas SyiahKuala. Isolat bakteri Staphylococcus aureus bera-sal dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Ke-dokteran Universitas Syiah Kuala.Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan yaitu: autoklaf, ov-en, lemari pendingin, inkubator, laminar air flow,timbangan analitik, rotary evaporator, spektrofoto-meter, kuvet, jangka sorong, kapas, lidi steril, alu-munium foil, filter kaca, tabung erlenmeyer, cawanpetri berukuran sedang, tabung reaksi, rak tabungreaksi, pipet volum, mikropipet, pinset, spatula,lampu bunsen, ose, dan alat-alat tulis.

Bahan-bahan yang digunakan adalah: isolatbakteri Staphylococcus aureus, daun lidah buaya,daun sirih, Natrium Clorida (NaCl) 0,9%, mediaNutrien Agar (NA), media Mueller Hinton Agar(MHA), Natrium Broutd (NB), akuades, etanol,kertas cakram kosong yang berdiameter 0,5 cm.Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Ac-ak Lengkap (RAL) faktorial dan setiap perlakuanterdiri dari 3 kali ulangan seperti yang terlihat padatabel 1.

Page 3: 21-81-1-PB

Interaksi Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.) dan Sirih (Piper betle L.) 123

Tabel 1. Rancangan Acak LengkapP

AP0 P1 P2 P3

A0 P0A0 P1A0 P2A0 P3A0

A1 P0A1 P1A1 P2A1 P3A1

A2 P0A2 P1A2 P2A2 P3A2

A3 P0A3 P1A3 P2A3 P3A3

Keterangan :A0 : blank disk/ cakram tanpa pemberian ekstrak Aloe

vera L.A1 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 25%A2 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 50%A3 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 75%P0 : blank disk/cakram tanpa pemberian ekstrak

Piper betle L.P1 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 25%P2 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 50%P3 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 75%

Prosedur KerjaSterilisasi alat dan bahanSemua alat yang terbuat dari kaca dicuci,

dikeringkan lalu dibungkus dengan kertas. Streri-lisasi alat dilakukan dengan oven pada suhu 1700Cselama ± 2 jam, sedangkan ose dan pinset disteril-kan dengan pemijaran dan didinginkan sebelumdigunakan. Media NA, NB, dan MHA dimasukkankedalam tabung erlenmayer, ditutup dengan kapasdibalut dengan kasa dan diatasnya ditutup denganalumanium foil. Media disterilisasikan dalam auto-claf pada suhu 121 OC selama 15 menit.

Pembuatan mediamedia nutrien agar (NA)Serbuk media NA ditimbang sebanyak 5 g

dan dimasukan ke dalam gelas kimia 500 ml ke-mudian ditambahkan akuades sebanyak 250 ml.Selanjutnya media dipanaskan hingga larut. Kemu-dian media disterilkan dalam autoklaf pada suhu1210C selama 15 menit.

media mueller hinton agar (MHA)Serbuk media MHA ditimbang sebanyak

17g dan dimasukkan ke dalam gelas kimia 500 ml,kemudian ditambahkan akuades sebanyak 500 ml.Selanjutnya media disterilakan dalam autoklafpada suhu 1210C selama 15 menit.

Penyiapan isolat bakteriIsolat bakteri Staphylococcus aureus yang

diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakul-tas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, diinoku-lasikan ke dalam media (NB) kemudian diinkubasi

dalam inkubator pada suhu 370C selama 24 jam.Penyiapan bakteri ujiBakteri Staphylococcus aureus yang beru-

mur 24 jam diinokulasikan dengan menggoreskanke media NA lalu diinkubasi pada suhu 370C sela-ma 24 jam.

Penyiapan inokulum bakteri dengan spek-trofotometerStock kultur bakteri Staphylococcus aureus

yang telah tumbuh diambil menggunakan jarumose steril lalu disuspensikan ke dalam tabung reak-si yang berisi 5 ml larutan NaCl 0,9%, selanjutnyasuspensi tersebut dihomogenkan dengan vortexselama 15 detik lalu dituangkan ke dalam kuvetmenggunakan mikropipet sebanyak 750 µl. Kuvetdimasukkan ke dalam spektofotometer pada pan-jang gelombang 625 nm dan absorbansi 0,08 s.d.0,1 untuk mendapatkan standar bakteri 1-2 x 10 8

CFU/ml, jika suspensi kurang maka ditambahkanbakteri dan jika lebih ditambahkan Nacl 0,9%(Hudzicki, 2010).

Pembuatan ekstrak daun lidah buaya dandaun sirihDaun lidah buaya diperoleh dari Desa Doy

Kecamatan Ulee Kareng, sedangkan daun sirih di-peroleh dari Desa Ie Masen Kayee Adang Keca-matan Syiah Kuala Banda Aceh. Kedua daun dicu-ci bersih kemudian dipotong kecil-kecil dan dike-ring anginkan selama 3 hari. Selanjutnya keduadaun ditimbang masing-masing 100 g dan di ma-sukkan ke dalam tabung erlenmeyer dan dimase-rasi dengan 1000 ml etanol selama 24 jam. Kemu-dian masing-masing campuran etanol tersebut di-saring untuk memisahkan filtrat dengan residu.Masing-masing filtrat yang diperoleh masih me-ngandung pelarut sehingga harus dipekatkan deng-an rotary evaporator pada suhu 450C. Hasil peme-katan ini disebut ekstrak (Harbone, 1987). Selan-jutnya masing-masing ekstrak diencerkan dalamberbagai konsentrasi yaitu: 25%, 50%, dan 75%.Selanjutnya kedua ekstrak disatukan sesuai dengankonsentrasi perlakuan sehingga diperoleh larutanuji.

Pengujian ekstrak daun lidah buaya dandaun sirihPengujian dilakukan dengan metode difusi

agar menggunakan blank disc (Bauer et al., dalamBritto, 2011). Media yang digunakan adalah MHAsteril yang telah dituangkan ke dalam cawan petri.Suspensi bakteri Staphylococcus aureus yang telahsesuai standar kekeruhan spektofotometer diswabmenggunakan kapas lidi steril. Kapas lidi steril di-tekan dan diputar pada sisi tabung di atas batascairan untuk menghilangkan kelebihan inokulum.

Page 4: 21-81-1-PB

124 Rahmawati

Inokulum digoreskan keseluruh permukaan mediasebanyak tiga kali dengan memutar cawan 600Csetiap goresan. Cawan dibiarkan terbuka sedikitselama 3 s.d. 5 menit pada suhu kamar agar per-mukaannya kering. Kemudian diletakkan blankdisc di atas media dan ditetesi kombinasi ekstraksesuai konsentrasi perlakuan dengan menggunakanmikropipet sebanyak 20 µl. Media diinkubasi padasuhu 370C selama 24 jam lalu diamati dan diukurzona hambat yang terbentuk.Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan meng-gunakan Analisis Varian (ANAVA). Apabila ter-dapat pengaruh pada perlakuan maka dilanjutkandengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASANDaya Hambat Ekstrak

Hasil uji antibakteri ekstrak daun lidah bua-ya, daun sirih, dan kombinasi antara kedua ekstrakmembentuk daya hambat pada media pertumbuhanyaitu media MHA. Berdasarkan Analisis Varianekstrak daun lidah buaya dan daun sirih menun-jukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap dayahambat Staphyloccoccus aureus. Selain itu terda-pat juga interaksi antar kedua ekstrak terhadap da-ya hambat bakteri. Adanya perbedaan yang nyatamaka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Dun-can pada taraf 0,05 untuk melihat perbedaan padasetiap perlakuan seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh ekstrak daun lidah buaya dan daunsirih terhadap rerata daya hambat Staphy-lococcus aureus (mm).

Keterangan:Superskrip huruf yang sama tidak memperlihatkan perbe-daan yang nyata.

A0 : blank disk/ cakram tanpa pemberian ekstrakAloe vera L.

A1 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 25%A2 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 50%A3 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 75%P0 : blank disk/ cakram tanpa pemberian ekstrak

Piper betle L.P1 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 25%P2 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 50%P3 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 75%

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa setiap per-lakuan ekstrak daun lidah buaya, daun sirih, dankombinasi kedua ekstrak menunjukkan hasil yangberbeda terhadap daya hambat Staphylococcusaureus. Pemberian ekstrak daun lidah buaya tung-gal pada setiap perlakuan menghasilkan daya ham-bat lebih besar dari pada pemberian ektrak daunsirih tunggal. Pemberian ekstrak daun lidah buayatunggal menghasilkan daya hambat lebih besar,tetapi tidak berpengaruh nyata dengan pemberianekstrak daun sirih tunggal pada setiap perlakuan.Ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih berpenga-ruh terhadap daya hambat bakteri Staphylococcusaureus. Selain itu juga terdapat interaksi antarakedua ekstrak terhadap daya hambat bakteri terse-but.

Ekstrak daun lidah buaya mampu mengham-bat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureuskarena mempunyai kandungan bioaktif yang ber-fungsi sebagai bahan antibakteri. Menurut Saeed etal. (2004) kandungan antraquinon dan saponindaun lidah buaya bersifat bakteriosida. PenelitianPandey dan Avinash (2010) ekstrak daun lidahbuaya mampu menghambat bakteri Gram positifEnterococcus bovis, Staphylococcus aureus, danmenghambat bakteri Gram negatif Pseudomonasaeruginosa, Morganella morganii, Proteus mira-bilis, dan Proteus vulgaris.

Dari hasil penelitian diketahuai bahwa daunsirih mampu menghambat pertumbuhan Staphylo-coccus aureus. Suliantari et al. (2008) kandunganminyak atsiri, flavonoid, saponin, dan tanin ber-fungsi sebagai antibakteri. Priyono (2009) mela-porkan bahwa senyawa kimia dan aktivitas anti-bakteri sirih asal Papua mampu menghambat bak-teri Gram positif (Staphylococcus aureus, Bacillussubtilis, dan Lysteria monocytogenes) dan Gramnegatif (Salmonella typhimurium, Escheria coli,dan Pseudomonas psedomallaei).

Ekstrak tunggal lidah buaya dan ekstraktunggal daun sirih memiliki daya hambat yang le-bih kecil terhadap bakteri jika dibandingkan deng-an kombinasi ke dua ekstrak. Hal ini dapat dikata-

Page 5: 21-81-1-PB

Interaksi Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.) dan Sirih (Piper betle L.) 125

kan bahwa adanya interaksi yang sinergis padaperlakuan kombinasi ekstrak. Nugroho (2003) me-nyatakan bahwa interaksi pemberian kombinasiekstrak meniran dan ekstrak sirih dalam menu-runkan viabilitas sel tumor bersifat sinergis. Menu-rut Jawezt et al. (2002) bila dua agen antimikrobabekerja secara bersamaan pada populasi mikrobayang homogen maka efeknya dapat berupa siner-gisme, artinya kerja kombinasi secara nyata lebihbesar daripada jumlah kedua efek.

Selain pengaruh terdapat interaksi antaraekstrak daun lidah buaya dan daun sirih terhadapabakteri. konsentrasi ekstrak daun lidah buaya dandaun sirih dari berbagai perlakuan menyebabkanvariasi pada panjang diameter daya hambat yangterbentuk. Interaksi konsentrasi ekstrak lidah bua-ya dan sirih terhadap diameter daya hambat Sta-phylococcus aureus dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik interaksi ekstrak daun lidah buaya dandaun sirih terhadap Staphylococcus aureus.

Keterangan:A0 : blank disk/ cakram tanpa pemberian ekstrak

Aloe vera L.A1 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 25%A2 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 50%A3 : ekstrak Aloe vera L. dengan konsentrasi 75%P0 : blank disk/cakram tanpa pemberian ekstrak

Piper betle L.P1 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 25%P2 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 50%P3 : ekstrak Piper betle L. dengan konsentrasi 75%

Berdasarkan Gambar 1. terdapat pengaruhnyata dan interaksi ekstrak daun lidah buaya dansirih dalam menghambat pertumbuhan Staphylo-coccus aureus sehingga menyebabkan perbedaaanbesar diameter daya hambat. Interaksi yang terben-tuk yaitu interaksi positif. Semakin tinggi konsen-trasi ekstrak daun lidah buaya pada ekstrak daun

sirih maka semakin besar daya hambat yang ter-bentuk, begitu juga sebaliknya.

Pada Staphylococcus aureus diameter dayahambat terkecil terdapat pada perlakuan A0P1 sebe-sar 9 mm yaitu kombinasi konsentrasi ekstrak li-dah buaya 0% dan konsentrasi ekstrak sirih 25%.Daya hambat paling besar terdapat pada perlakuanA3P3 yaitu interaksi ekstrak lidah buaya 75% dansirih 75% untuk Staphylococcus aureus dan Pseu-domonasa aeruginasa yaitu 25 mm.

Semakin besar konsentrasi interaksi ekstrakyang diberikan maka semakin besar pula diameterdaya hambat yang terbentuk terhadap keduabakteri, karena semakin banyak komponen bioaktifyang terkandung didalam ekstrak. Hal ini sesuaidengan pernyataan Brooks et al. (2007) bahwaefektivitas suatu zat antimikroba dipengaruhi olehkonsentrasi zat yang diberikan. Meningkatnyakonsentrasi ekstrak mengakibatkan tingginya kan-dungan bahan aktif yang berfungsi sebagai anti-mikroba sehingga kemampuan untuk menghambatpertumbuhan mikroba juga semakin besar. Ke-mampuan suatu bahan antimikroba dalam meng-hambat pertumbuhan mikroorganisme tergantungpada konsentrasi bahan antimikroba itu (Schelegel,1994). Menurut Ajizah (2004), selain faktor kon-sentrasi, jenis bahan antimikroba juga menentukankemampuan menghambat pertumbuhan bakteri.

Lidah buaya mampu menghambat partum-buhan bakteri Staphylococcus aureus karena kan-dungan komponen aktif didalamnya. Saeed et al.(2004) menyatakan bahwa antrakuinon berfungsisebagai antibakteri. Anthroquinone adalah senya-wa fenolik yang ditemukan dalam getah (Thirup-pathi et al., 2010). Antrakuinon yang terdapat padalidah buaya bekerja seperti tetrasiklin yaitu meng-hambat sintesis protein bakteri sehingga bakteritidak dapat tumbuh pada media yang mengandungekstrak lidah buaya (Pandey, dan Avinash 2010).Kandungan saponin lidah buaya juga bersifat anti-bakteri (Sulistiyawati, 2011). Saponin adalah jenisglikosida berfungsi sebagai pembersih dan memi-liki sifat antimikroba terdapat 3% dalam gel lidahbuaya (Saeed et al., 2004). Saponin bekerja se-bagai antibakteri dengan mengganggu stabilitasmembran sel sehingga menyebabkan sel bakterilisis, yang mengakibatkan kerusakan membran seldan menyebabkan keluarnya berbagai komponenpenting dari dalam sel bakteri (Ganiswarna, 1995dalam Darsana et al., 2012).

Daun sirih telah lama digunakan untuk pe-ngobatan secara tradisional karena mempunyaidaya antibakteri yang disebabkan oleh berbagai zatyang dikandung didalamnya. Didalam daun sirih

0

910,67

12,6711,67

18,6720 20,33

13,33

20,3 2123

14,33

24 24,67 25

0

5

10

15

20

25

30

P0 PI P2 P3

A0

A1

A2

A3

Page 6: 21-81-1-PB

126 Rahmawati

terdapat minyak atsiri, flavonoid, saponin, dantanin yang berfungsi sebagai antibakteri (Suliantariet al., 2008). Menurut Mursito (2002) saponin dantanin bersifat antiseptik pada luka permukaan,bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya digu-nakan pada infeksi kulit, mukosa dan infeksi padaluka. Kemampuan tanin sebagai bahan antimikro-ba diduga karena tanin akan berikatan dengan din-ding sel bakteri sehingga akan menginaktifkan ke-mampuan menempel bakteri, menghambat per-tumbuhan, dan aktivitas enzim protease (Cowan,1999 dalam Suliantari et al., 2008).

Telah dilaporkan minyak atsiri yang dikan-dung didalam daun sirih berperan sebagai aktivitasantibakteri dan antiseptik. Aktifitas tersebut dise-babkan oleh adanya kandungan fenol bermelekulrendah. Chavikol sebagai komponen kimia utamapada minyak atsiri sirih menyebabkan bau khaspada sirih dan bersifat antibakteri kuat yaitu 5 kalidari fenol (Heyne, K. 1987 dalam Priyono, 2008).Fenol dapat bersifat racun bagi mikroba yaitu de-ngan menghambat aktivasi enzim. Minyak atsiridapat menghambat pertumbuhan atau mematikanbakteri dengan mengganggu proses terbentuknyamembran atau dinding sel sehingga membran ataudinding sel tidak terbentuk atau terbentuk tidaksempurna. Flavonoid dapat berfungsi sebagai ba-

han anti mikroba dengan membentuk ikatan kom-plek dengan dinding sel dan merusak membran(Suliantari et al., 2008). Flavonoid juga memilikiaktivitas dalam menghambat enzim-enzimbakteri(Robinson 1995).

Mekanisme penghambatan terhadap partum-buhan bakteri oleh senyawa antibakteri dapat beru-pa perusakan dinding sel dengan cara menghambatpembentukannya atau mengubahnya setelah sele-sai terbentuk, perubahan permeabilitas membransitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya ba-han makanan dari dalam sel, perubahan molekulprotein dan asam nukleat, penghambatan kerja en-zim, dan penghambatan sintesis asam nukleat danprotein. Di bidang farmasi, bahan antibakteri dike-nal dengan nama antibiotik, yaitu suatu substansikimia yang dihasilkan oleh mikroba dan dapatmenghambat pertumbuhan mikroba lain. Senyawaantibakteri dapat bekerja sebagai bakteristatik, danbakterisidal (Pelczar & Chan 1986 dalam Kusmi-yati dan Agustini 2007).

SIMPULANAda interaksi antara konsentrasi dan jenis

ekstrak daun lidah buaya dan daun sirih terhadapdaya hambat Staphylococcus aureus secara invitro.

DAFTAR RUJUKANAjizah, A. 2004. Sensivitas Salmonelle thypium

Terhadap Ekstrak Daun Pisidium guajava L.Bioscientiae. Vol 1(1): 31-38.

Britto, A.J.D., D. Herin S.G., & Steena R.S. 2011.Antibacterial activity of few medicinalplants against Xanthomonas campetris andAeromonas hydrophila. Journal of Biopesti-cides, 4 (1): 57-60.

Brooks, G.F., J.S. Butel, S.A. Morse. 2007. Mi-krobiologi Kedokteran Jawetz. Alih bahasa:Huriawati H. Edisi ke-23.EGC. Jakarta.

Darsana, I.G.O., I. Nengah K.B., & Hapsari M.2012. Potensi Daun Binahong (AnrederaCordifolia (Tenore) Steenis) dalam Meng-hambat Pertumbuhan Bakteri EscherichiaColi secara In Vitro. Indonesia MedicusVeterinus. Vol. 1 (3): 337-351.

Depkes R.I. 2000. Pedoman Pelaksanaan UjiKlinik Obat Tradisional. Direktorat JendralPengawas Obat dan Makanan. DepartemenKesehatan (Depkes) R.I, Jakarta Micronu-trient Information Center. Tersedia padahttp//perpustakaan.depkes.go.id/cgi-bin/koha/opac. Diakses pada tanggal 23 Januari 2013.

Gupte, S. MD. 1990. Mikrobiologi Dasar Edisi ke3. Terjemahan dari The Short Text Book ofMedical Microbiology, oleh Julius. Jakarta:Binarupa Aksara.

Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia, PenuntunCara Modern Menganalisis Tumbuhan. Ter-jemah dari Method of Phytochemistry olehK. Padmawinata, dan I. Soediro. ITB. Ban-dung.

Jawetz, Z., Melnick & Adelberg. 2002. Mikro-biologi Kedokteran. Edisi XXII. Jakarta:Salemba Medika.

Kuete, V., Justin K., Lois P.S., Banthelemi N.,Herve MP. P., Pantaleon A., & BanaventureT.N. 2011. Antimicrobial activities of themethanol extract, fractions and compoundsfrom Ficus polita Vahl. (Moraceae). BMCComplementary and Alternative Medicine,11:6.

Kuntorini, E.M. 2005. Botani Suku Zingebera-ceae Sebagai Obat Tradisional di KotamadyaBanjar Baru. Bioscientiae. Vol. 3(1): 25-36.

Kusmiyati, dan Ni. W.S.A. 2007. Uji AktivitasSenyawa Antibakteri dari Mikroalga Porphy-

Page 7: 21-81-1-PB

Interaksi Ekstrak Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.) dan Sirih (Piper betle L.) 127

ridium cruentum. Biodiversitas. Vol. 8(1):48-53.

Mathers, C., T. Boerma & Fat D.M. 2008. TheGlobal Burden of Disease 2004 Update.Worid Heath Organization. Tersedia padahttp://www.who.int/heathinfo/global_burdendisease/GBD_report_2004updatefull.pdf di-akses pada tanggal 12 Maret 2013.

Mogaddam, K.M., Mohammad A., Jamal R.,Sassan R., Parisa J.F. & Ahmad R.G. 2010.The Antifungal Activity of Sarcococcasaligna Ethanol Extract and its CombinationEffect with Flucanazole Againt Different Re-sistan Aspergillus Species. Appl BiochemBiotechnol. 162: 127-133.

Mursito, B. 2002. Ramuan Tradisional UntukPenyakit Malaria. Jakarta: Penebar Swada-ya.

Nugroho, Trilaksana. 2003. Pengaruh PemaparanEkstrak Meniran (Phyllanthus niruri Linn)dan Ekstrak Sirih (Piper betlle Linn) Terha-dap Vabialitas Sel Tumor AdenocarcidomaMammae Mencit C3H Secara In Vitro. Tesis.Semarang: Universitas di Ponogor.

Otieno, J.N., Kennedy M.M.H., Herbert V.L., &Rogasian L.A.M. 2008. Multi Plant or SinglePlant Extracts, Which Is The Most Efectivefor Local Healing in Tanzania?. Afr. J. Trad.CAM. 5 (2): 165-172.

Pandey, R & Avinash M. 2010. AntibacterialActivities of Crude Extract of Aloe barba-donsis of Clinically Isolated Bacterial Phato-gen. Appl Biochem Biotechnol. 160: 1356-1361.

Priyono, S.H., Praptiwi. 2009. Identifikasi Senya-wa Kimia dan Aktivitas Antibakteri EkstrakPiper sp. Asal Papua. J. Tek Ling. Vol. 10.(30): 271-276.

Rahmawati. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun LidahBuaya (Aloe vera L.) terhadap PertumbuhanBakteri Staphylococcus aureusi Secara invitro. Skripsi. Unsyiah: FMIPA.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbu-han Tinggi. Penerjemah Patmawinata K.Bandung: ITB Press.

Saeed, MA., Istiaq, A., Usma, Y., Shazia A.,Amran, W., Muhammad, S., & Nasiruddin.2004. Aloe Vera: A Plant of Vital Signifi-cance. Science Vision. 9, 1-4.

Schelegel, H.G., 1994. Mikrobiologi Umum. Edisikeenam. Yogyakarta: Gajah Mada Univer-sity Press.

Sheikh, M., Abdullah R.M., M.K., Meghavanshi &Irshad, M. 2012. Studies on Some PlantExtract for Their Antimicrobial PotentialAgainst Certain Pathogenic Microorganisms.American Journal of Plant Sciences. 3. 209-213.

Suliantari., B.S.L., Jenie, M.T.. Suhartono & A.Apriantono. 2008. Aktivitas Antibakteriekstrak Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadapBakteri Patogen Pangan. Jurnal.Teknol. danIndustri Pangan, Vol. XIX (1): 1-7.

Sulistiawati, N.A.D.I. 2011. Pemberian EkstrakDaun Lida Buaya (Aloe vera) Konsentrasi75% Lebih Menurunkan Jumlah MakrofagDaripada Konsentrasi 50% dan 25% padaRadang Mukosa Mulut Tikus Putih Jantan.Tesis. Denpasar: Universitas Udayana.

Thiruppathi, S., Ramasubraman, V., Sivakumar, T& Thirumalai, A.V. 2010. Antimicrobialactivity of Aloevera (L.) Burm. f. againstpathogenic Microorganisms. Journal of Bio-sciences Research. 1(4): 251-258.