2019 - kemkes.go.id · kecerdasan buatan artificial intelligence (ai) dalam aktivitas ekonomi akan...
TRANSCRIPT
2019
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
iii
Pencapaian Kinerja Badan PPSDM Kesehatan
Capaian Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun
2018 sebesar : 96,81 (AA =”Sangat
Memuaskan”). Jika capaian kinerja 2018
disandingkan dengan capaian kinerja tahun 2017
: 98,25% dan tahun 2016 : 99,00% ada
penurunan. Namun jika nilai kinerja Badan
PPSDM Kesehatan dilihat secara rata-rata tahun
2018 ada kenaikan sebesar 93,94% (0,52%) dibandingkan dengan rata-rata tahun 2017 sebesar
93,42%. Disamping itu di tahun 2018 terdapat kebijakan untuk mengurangi gap yang cukup
besar terhadap nilai evaluasi SAKIP Kemenkes (76) dengan unit eselon I dibawahnya, termasuk
nilai SAKIP Badan PPSDM Kesehatan sebagai eselon I.
Ikhtisar Eksekutif
iv
LKj Badan PPSDM Kesehatan tahun 2019 ini merupakan wujud pertanggungjawaban atas
pencapaian kinerja dalam mewujudkan tujuan, sasaran, dan indikator yang dicapai selama
tahun 2019 sebagaimana digambarkan dalam alur berikut :
Pelaksanaan fungsi pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan
merupakan tugas Badan PPSDM Kesehatan. Seluruh kegiatan oleh Badan PPSDM Kesehatan
didasarkan pada tujuan, sasaran strategis dan target kinerja yang tertuang dalam Rencana Aksi
Program (RAP) PPSDM Kesehatan Tahun 2015-2019 dan Perjanjian Kinerja Badan PPSDM
Kesehatan Tahun 2019.
Mengacu peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas RI No 1 thn 2017, secara umum rata rata
keseluruhan capaian kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2019 telah memenuhi target
kinerja yang diukur sebesar 125,63% dengan status hijau atau On Track, yang dicapai melalui
indikator sebagaimana berikut:
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA 2019
STATUS Target Capaian
Persentase Capaian
1. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan
5.600 4.485 80,08%
2. Persentase RS Kabupaten/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang
60% 62% 103,33%
3. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya
10.200 56.910 193,49%
v
Dari tabel diatas tiga dari indikator kinerja utama PPSDM Kesehatan tahun 2019, satu indikator
dengan status capaian KUNING yakni indikator “Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5
jenis tenaga kesehatan” tercapai 80,08% atau 4.485 dari target 5.600 Puskesmas sesuai
standar. Badan PPSDM Kesehatan telah melakukan evaluasi terhadap indikator kinerja
utamanya dengan memperhitungkan target yang akan diukur di tahun 2020.
Serapan Anggaran
Serapan anggaran pada tahun 2019 sebesar Rp. 4.396.391.014.453,- atau 92,38% dari pagu
anggaran sebesar Rp. 4.759.014.792.000,-. Sebagai perbandingan, pada empat tahun
sebelumnya serapan anggaran di Badan PPSDM kesehatan pada tahun 2015 sebesar Rp.
2.730.621.312.824,- atau 89,21% dari Rp. 3.060.790.867.000,- Pada tahun 2016 terserap
sebesar Rp. 4.041.082.846.489,- atau 86,43% dari Rp. 4.675.642.654.000,- Pada tahun 2017
terserap sebesar Rp. 4.031.297.395.133,- atau 87,22% dari Rp 4.622.078.405.000,- dan pada
tahun 2018 dari pagu anggaran sebesar Rp. 4.891.123.067.000,- terserap sebesar 88,42% yakni
Rp. 4.324.581.776.424,-. Berikut grafik 1 terkait dengan penyerapan dari 2015 hingga 2019.
Grafik 1. Trend Perbandingan Penyerapan Anggaran
Badan PPSDM Kesehatan 2015-2019
vi
Efesiensi penggunaan anggaran Badan PPSDM Kesehatan pada tahun 2019 adalah sebesar 20%,
nilai efesiensi ini dihitung secara sistem dari aplikasi SMART DJA yang dilihat berdasarkan
penyerapan anggaran, nilai konsistensi penyerapan anggaran terhadap perencanaan, capaian
keluaran program, capaian sasaran program, dan nilai rata-rata satker. Dari nilai efesiensi
anggaran tersebut diperoleh nilai kinerja badan PPSDM Kesehatan sebesar 92,60%. Nilai kinerja
dan tahun 2019 ini lebih baik dibandingkan tahun 2018 (81,35%), yang artinya outputnya
tercapai dengan penggunaan anggaran yang efesien.
1
Bab 1
Pendahuluan
2
A. UMUM
Ekonomi global saat ini pada titik puncak perubahan besar dengan berbagai tantangannya
yang harus dihadapi dengan berkembangnya revolusi Industri 4.0. Kehadiran revolusi
industri 4.0 atau disingkat RI keempat disatu sisi digitalisasi, otomatisasi, dan penggunaan
kecerdasan buatan artificial intelligence (AI) dalam aktivitas ekonomi akan meningkatkan
produktivitas dan efisiensi dalam produksi modern, serta memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi konsumen. Digital teknologi juga membantu proses pembangunan di
berbagai bidang termasuk bidang kesehatan. Namun di sisi lain, perkembangan revolusi
industri 4.0 berpotensi menyebabkan hilangnya pekerjaan di dunia karena menghadirkan lini
usaha baru, lapangan kerja baru, profesi baru yang akan menggantikan tenaga manusia
dengan mesin artificial intelligence (AI) dan robot sehingga lebih murah, efektif, dan efisien.
Studi dari Mckinsey memperkirakan 60 persen jabatan pekerjaan di dunia akan tergantikan
oleh otomatisasi. Di Indonesia diperkirakan 51,8 persen potensi pekerjaan yang akan hilang.
Gambar 1.1 Ilustrasi Industri 4.0
Para ahli berpendapat bahwa transformasi baru ini akan sangat menguntungkan bagi sektor
kesehatan dan bioteknologi. Oleh karena itu, tantangan global tersebut harus direspon
sebagai peluang dan diarahkan agar berdampak positif pada bidang kesehatan untuk
mempersiapkan potensi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM Kesehatan) yang kompetitif
3
dapat memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat dikarenakan persaingan kerja
menjadi tidak linear dengan otomatisasi dan konektivitas di semua bidang. Survei Nasional
Health Services (NHS) tahun 2019 juga menyatakan dengan tegas bahwa kemajuan teknologi
saat ini yang memberikan kontribusi lebih dari 80% terhadap layanan ataupun tenaga
kesehatan adalah kemampuan dalam menganalisis genomic, diikuti penggunaan perangkat
telepon pintar, teknologi pengenal suara, penggunaan kecerdasan buatan dalam
memprediksi, dan penggunaan perangkat diagnostic cerdas.
The Economist Intelligence Unit mengatakan bahwa 50% dari para dokter percaya bahwa
teknologi telepon pintar sangat memberdayakan pasien agar mereka berperan dalam
mengatur kesehatan mereka secara proaktif. Banyak penyedia layanan kesehatan saat ini
juga mengeksplorasi potensi telemedicine, yaitu suatu pemantauan dan pengobatan pasien
dari jarak jauh melalui sensor yang tersambung ke internet. Dimasa depan beberapa aplikasi
medis (telemedicine) dari penggabungan fisik, digital dan biologi yang sangat hebat, sangat
memungkinkan bagi warga senior menerima cek-up medis dengan kenyamanan di rumah
mereka sendiri. bahkan dapat membawa perawatan medis kepada masyarakat di lokasi
terpencil. Oleh karena itu jika kita tidak siap menghadapi RI keempat, peranan SDM
Kesehatan akan digantikan oleh pasukan dari startups digital yang sudah disiapkan.
Gambar 1.2 Ilustrasi SDM Kesehatan Industri 4.0
4
Menghadapi tantangan global yang akan merubah berbagai bidang termasuk kesehatan
secara sistemik dengan konsep disrupsi teknologi, diperlukan SDM Kesehatan industri 4.0
yang kompetitif sesuai kebutuhan pasar kerja yang berbasis teknologi digital. Tersedianya
SDM Kesehatan industri 4.0 yang kompetitif merupakan pelaku utama dalam berhasilnya
pencapaian tujuan Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025. Sebagaimana diketahui
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 merupakan tahapan
terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 sehingga
menjadi sangat strategis. RPJMN 2020-2024 ini akan menentukan pencapaian target
pembangunan dalam RPJPN 2020-2024 terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis.
Gambar 1.3 Sasaran Strategis Badan PPSDM Kesehatan Dalam Revolusi Industri 4.0 Mewujudkan Tujuan RPJPN 2020-2024
5
Kementerian Kesehatan RI dalam upaya mewujudkan pencapaian target RPJPN 2005-2024,
dengan Program Indonesia Sehat Industri 4.0 yang memotong mata rantai penyakit
degeneratif sejak di hulu melalui inovasi disrupsi dan penerapan bioinformatika. Untuk itu
perlunya dipersiapkan sumber daya peralatan dan teknologi terbaru (next generation
sequencing), maupun tenaga kesehatan yang siap untuk mendukung pengembangan
program pencegahan primer berbasis genomik.
Selain itu untuk mewujudkan Program Indonesia Sehat Industri 4.0 tersebut salah satu
sasaran strategis yang tertuang dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019
dan menjadi tugas dan fungsi Badan PPSDM Kesehatan sebagai unit utama Kemenkes yang
mengelola pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan adalah :
Isu Strategis
Tantangan utama dan isu dalam mewujudkan sasaran strategis pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya manusia di bidang kesehatan yang harus dihadapi adalah belum
meratanya distribusi tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Gambar 1.4 Tenaga NS
di daerah
6
Kondisi tenaga kesehatan di Indonesia saat ini terus membaik dalam jumlah, kualitas dan
penyebarannya, namun masih belum mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
seluruh wilayah terutama pada daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan.
Salah satunya disebabkan karena luasnya wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
kondisi geografis sebagai negara maritim terbesar di dunia,yakni dengan luas wilayah
1.913.578,68 km2 dan terdiri dari 17.504 pulau (Biro Pusat Statistik, 2018).
Memperhatikan berbagai hal tersebut di atas dan sebagai perwujudan penerapan sasaran
strategis Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, telah disusun Rencana Aksi
Program (RAP) Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2015-2019 yang mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019,
serta perubahan organisasi dan tata kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan. RAP Badan
PPSDM Kesehatan Tahun 2015-2019 pada Agustus 2017 sesuai dengan perkembangan dan
hasil midterm reviu telah dilakukan revisi terhadap RAP Badan PSDM Kesehatan Tahun 2015-
2019.
Gambar 1.5 Tenaga NS
7
RAP revisi memuat tujuan, sasaran strategis dan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan
sebagai upaya pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan. Setiap kegiatan pada
Program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan memiliki indikator dan target
kinerja kegiatan. Target kinerja kegiatan merupakan penilaian dari pencapaian kegiatan yang
selalu diukur atau dipantau secara berkala dan dievaluasi pada setiap tahunnya.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj) Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2019,
merupakan wujud akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada
Badan PPSDM Kesehatan atas penggunaan anggaran tahun 2019.
Sedangkan tujuan penyusunan LKj ini adalah mengungkapkan (disclosure)
akuntabilitas hasil analisis terhadap pengukuran kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun
anggaran 2019. Penyusunan LKj Badan PPSDM Kesehatan ini mengacu pada Permenpan dan
RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Penetapan Kinerja, Pelaporan Kinerja,
dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan ini diharapkan dapat
menjadi acuan dalam menyusun dan perbaikan rencana kinerja dan rencana anggaran di
tahun berikutnya.
C. ORGANISASI BADAN PPSDM KESEHATAN
Tugas Badan PPSDM Kesehatan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan adalah melaksanakan
pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang kesehatan, yang terdiri
dari 1 Sekretariat, 5 unit eselon dua yakni Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan; Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan; Pusat
Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesehatan; Pusat Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia
Kesehatan; dan Sekretariat KTKI.
8
Dalam pelaksanaan tugasnya, Badan PPSDM Kesehatan menyelenggarakan beberapa fungsi
sebagaimana digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.4 Gambaran Fungsi Koordinasi Badan PSPDM Kesehatan
9
Gambar 1.5 Jajaran Pimpinan Eselon I dan II Badan PPSDM Kesehatan
10
11
12
Dengan terbitnya Peratuan Presiden Nomor 90 Tahun 2017 tentang Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia (KTKI) dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2018 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia, maka bertambah 1 (satu) satuan
kerja setingkat eselon II di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan. Tugas dan fungsi KTKI
menggantikan tugas dan fungsi Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) yang selama ini
alokasi anggarannya ada di Pusat Peningkatan Mutu SDM Kesehatan. Dalam melaksanakan
tugasnya, Sekretariat KTKI bertangung jawab secara teknis fungsional kepada Ketua KTKI dan
secara teknis administrasi kepada Kepala Badan PPSDM Kesehatan. Ketentuan ini berlaku sejak
diundangkan pada tanggal 18 Juni 2018.
13
Gambar 1.3 Struktur Organisasi Sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia
14
D. SISTEMATIKA
Sistematika penulisan LKj Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2019 ini mengacu Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Tehnis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah (LKjIP), dengan sistematika sebagai berikut :
Gambar 1.5 Sistematika LKjIP
15
Bab 2
Perencanaan Kinerja
16
A. RENCANA AKSI PROGRAM
Menghadapi industri 4.0 atau RI Keempat, Badan PPSDM Kesehatan telah mempersiapkan
program-program yang telah direncanakan dalam dokumen perencanaan 2020-2024.
Program-program tersebut mengacu keberhasilan dan kegagalan pencapaian programnya di
periode tahapan RPJMN sebelumnya 2015-2019. Hal ini dikarenakan tahapan RPJMN 2020-
2024 merupakan tahapan startegis dan penentuan terwujudnya tujuan pembangunan
kesehatan RPJPN 2020-2024 yakni mewujudkan masyarakat yang mandiri, maju, adil dan
makmur melalui percepatan pembangunan di segala bidang dgn struktur perekonomian yg
kokoh berdasarkan keunggulan kompetitif. Khususnya SDM Kesehatan, dipersiapkan
menjadi SDM Kesehatan yang kompetitif menghadapi era digital sehingga tidak kehilangan
kesempatan dan digantikan dengan tenaga mesin artificial intelligence (AI) dan robot yang
lebih murah, efektif dan efisien.
Penyiapan program PPSDM Kesehatan menghadapi RI keempat ini sejalan dengan program
Pemerintah 2019 dan mendukung Program Indonesia Sehat Industri 4.0, dimana prioritas
tidak hanya investasi fisik, tapi juga investasi sumber daya manusia dengan terobosan-
terobosan kebijakan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang mampu bersaing
di dunia Internasional. Sebagaimana diketahui, Indikator keberhasilan pembangunan suatu
wilayah/negara diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan
komposit dari indeks: (1) kesehatan; (2) pendidikan; dan (3) standar hidup.
Kesehatan menjadi salah satu modal dasar keberhasilan pembangunan negara, dimana
derajat kesehatan masyarakat sangat erat terkait dengan pembangunan ekonomi sosial dan
lingkungannya. Selain itu masyarakat yang sehat akan menunjang keberhasilan program
pendidikan, peningkatan produktivitas, dan juga mendorong pendapatan. Oleh karena itulah
terwujudnya pembangunan kesehatan memiliki peranan terhadap optimalnya keberhasilan
pembangunan nasional, yang pelaksanaanya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM). Selain itu keberhasilan pembangunan nasional juga dipengaruhi pemenuhan tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itulah satu dari 6 (enam) sasaran
pokok RPJMN 2015-2019 adalah terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin.
17
Sasaran pokok yang tertuang dalam RPJMN Tahun 2015-2019 ini menjadi dasar Kementerian
Kesehatan dalam menyusun kegiatan Renstra Tahun 2015-2019 dan menjadi acuan bagi
Badan PPSDM Kesehatan dalam menyusun Rencana Aksi Program Tahun 2015-2019.
Rencana Aksi Program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Tahun 2015-2019
ditetapkan dengan maksud memberikan arah dan acuan bagi semua satuan kerja di
lingkungan Badan PPSDM Kesehatan dan menggerakkan semua pemangku kepentingan
dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan, yang meliputi : upaya
perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan mutu SDM
Kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Sebagaimana Renstra Kementerian Kesehatan, Visi dan Misi yang ditetapkan Presiden
Republik Indonesia menjadi Visi dan Misi pada Rencana Aksi Program (RAP) PPSDM
Kesehatan Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut :
18
Upaya mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui tujuh misi pembangunan sebagai berikut:
1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan;
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan
negara hukum;
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai
negara maritim;
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera;
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional; serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
TUJUAN
Tujuan Program PPSDM Kesehatan, sebagaimana tertuang dalam RAP PPSDM Kesehatan
tahun 2015-2019 adalah menggerakkan semua pemangku kepentingan dalam upaya
pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan yakni perencanaan, pengadaan,
pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan mutu SDM Kesehatan untuk mendukung
penyelenggaraan pembangunan kesehatan dalam mendukung program Indonesia sehat
guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
19
SASARAN STRATEGIS
Sasaran strategis program PPSDM Kesehatan tahun 2015-2019 yang menjadi tangggung
jawab Badan PPSDM Kesehatan merupakan perwujudan pelaksanaan sasaran strategis
Kementerian Kesehatan yang tertuang dalam Renstra Kemenkes, dan menjadi indikator
kinerja program 2015-2015. Berikut gambaran dalam skema :
Gambar 2.1 Sasaran Strategis Program PPSDM Kesehatan 2015-2019
Keterkaitan visi, misi dan sasaran strategis dapat dilihat pada gambar 2.2.berikut :
20
Gambar 2.2. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Dan Sasaran Startegis
RENCANA AKSI
PROGRAM
RENCANA AKSI PROGRAM PPSDM KESEHATAN PPSDM KESEHATAN
21
Sebagaimana tertuang pada Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) Tahun
Anggaran 2019, maka sasaran strategis Badan PPSDM Kesehatan di capai melalui 7 (tujuh)
kegiatan yang dilaksanakan oleh masing – masing unit eselon II Badan PPSDM Kesehatan
dalam mewujudkan arah dan kebijakan pembangunan nasional yakni sebagai berikut :
STRATEGI
Strategi untuk mencapai sasaran strategis dan sasaran Program Pengembangan dan
Pemberdayaan SDM kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis Tim (Team Based), individu maupun
calon dokter spesialis (residen);
2. Wajib kerja sarjana bagi lulusan pendidikan dokter spesialis;
3. Peningkatan distribusi tenaga yang terintegrasi, mengikat dan lokal spesifik;
4. Pengembangan insentif baik material dan non material untuk tenaga kesehatan dan
SDM Kesehatan;
5. Peningkatan produksi SDM Kesehatan yang bermutu;
6. Penerapan mekanisme registrasi dan lisensi tenaga dengan uji kompetensi pada
seluruh tenaga kesehatan;
7. Peningkatan mutu pelatihan melalui akreditasi pelatihan;
8. Pengendalian peserta pendidikan dan hasil pendidikan;
9. Peningkatan pendidikan dan pelatihan jarak jauh;
10. Pengembangan sistem kinerja.
22
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja tahun 2019
telah ditetapkan sebagai
komitmen pimpinan dalam
hal ini Kepala Badan PPSDM
Kesehatan dengan Menteri
Kesehatan RI untuk
berkinerja dengan baik.
Mengacu pada Peraturan
Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi RI Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Reviu atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah,
Perjanjian Kinerja dibuat sebagai pernyataan komitmen pimpinan yang
merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam
rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang
dikelolanya.
Tujuan khusus Perjanjian Kinerja antara lain untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi,
dan kinerja aparatur sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan
pemberi amanah. Perjanjian Kinerja digunakan sebagai dasar penilaian
keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, menciptakan tolak ukur
kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur. Perjanjian Kinerja Badan PPSDM Kesehatan
Tahun 2019 secara rinci pada tabel berikut :
23
Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2019
Perjanjian Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2019 merupakan target kinerja tahun
kelima dari Rencana Aksi Program (RAP) Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan
dan Renstra Kementerian Kesehatan tahun 20152019 yang memuat sasaran strategis,
Indikator Kinerja Program (IKP) dan indikator lainnya yang terkait dengan tugas fungsi Badan
PPSDM Kesehatan. Perjanjian Kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2019 tersaji dalam
Lampiran.
Rincian Anggaran per kegiatan Tahun 2019 yang bersumber dari APBN sebagai berikut.
24
Pagu anggaran Badan PPSDM Kesehatan tahun 2019 sebesar Rp. . 4.759.014.792.000,-
dengan proporsi anggaran per kegiatan sebagai berikut :
Dari grafik 2.1 diatas dapat dilihat proporsi anggaran Badan PPSDM Kesehatan per kegiatan
tahun 2019 yakni sebesar 40,61% untuk kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan
Grafik 2.1 Proporsi Anggaran
Badan PPSDM Kesehatan per
Kegiatan tahun 2019
Anggaran
25
tugas teknis lainnya pada program PPSDM kesehatan, sebesar 28,39% pada kegiatan
Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi, sisa anggaran sebesar 13,87% kegiatan
internship, sebesar 5,89% kegiatan peningkatan mutu SDM Kesehatan, sebesar 5,47% untuk
kegiatan Pelatihan SDM Kesehatan, sebesar 3,23% untuk kegiatan Perencanaan dan
Pendayagunaan SDM Kesehatan, dan sebesar 0,57% untuk kegiatan Registrasi, Standarisasi,
Pembinaasn dan Pengawasan Tenaga Kesehatan.
Alokasi pagu anggaran yang diperoleh Badan PPSDM Kesehatan selama 5 (lima) tahun 2015-
2019 dapat dilihat pada grafik berikut :
Dari grafik diatas terlihat fluktuatif pagu dan realisasi anggaran Badan PPSDM Kesehatan
selama 5 tahun periode 2015-2019, pagu pada tahun 2019 turun dibandingkan tahun
sebelumnya dikarenakan terdapat kebijakan alokasi pagu 2019 berdasarkan realisasi
anggaran T-1. Sedangkan anggaran Badan PPSDM Kesehatan jika berdasarkan belanja dapat
dilihat sebagaimana table berikut :
Grafik 2.2 Pagu Anggaran Badan PPSDM Kesehatan tahun 2015-2019
26
Jika dilihat berdasarkan grafik, trend anggaran Badan PPSDM Kesehatan tahun 2015-2019
per belanja dapat dilihat sebagaimana berikut :
Dari grafik 2.3 diatas, rata- rata anggaran per belanja yang dimanfaatkan Badan PPSDM
Kesehatan dari tahun 2015-2019 untuk belanja pegawai sebesar 1,07 Trilyun, belanja barang
2,67 Trilyun, dan belanja modal sebesar 660 Milyar.
Sedangkan alokasi pagu anggaran per Indikator Badan PPSDM Kesehatan tahun 2017-2019
sebagai berikut:
Tahun Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Total
Rp Rp Rp Rp
2015 1.004.887 1.769.561 286.343 3.060.791
2016 1.016.126 2.630.351 1.029.166 4.675.643
2017 1.089.286 2.808.081 724.711 4.622.078
2018 1.147.057 3.060.398 683.669 4.891.123
2019 1.109.065 3.068.478 579.525 4.757.068
Rata-rata 1.073.284 2.667.374 660.683 4.401.341
Tabel 2.2 Anggaran Badan PPSDM Kesehatan per Belanja tahun 2015-2019
Grafik 2.3 Pagu Anggaran Badan PPSDM Kesehatan tahun 2015-2019
27
Dari tabel diatas terlihat fluktuatif pagu per indikator Badan PPSDM Kesehatan selama 3
tahun periode 2017-2019, pagu pada tahun 2019 turun dibandingkan tahun sebelumnya
dikarenakan terdapat kebijakan alokasi pagu 2019 berdasarkan realisasi anggaran T-1.
Tahun Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Total
Rp Rp Rp Rp
2017 2.275.970.913.000 180.647.050.000 2.165.460.442.000 4.622.078.405.000
2018 2.243.891.417.000 363.461.492.000 2.436.503.085.000 5.043.855.994.000
2019 1.363.106.777.000 54.188.606.000 1.462.969.742.000 2.880.265.125.000
Rata-rata 1.960.989.702.333 199.432.382.667 2.021.644.423.000
Tabel 2.3 Anggaran per Indikator Badan PPSDM Kesehatan per tahun 2017-2019
28
61
Bab 3
Akuntabilitas Kinerja
62
Akuntabilitas kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2019 merupakan bentuk
pertanggungjawaban kinerja yang memuat realisasi dan tingkat capaian kinerja
yang dijanjikan pada tahun anggaran 2019. Pengukuran capaian kinerja Badan
PPSDM Kesehatan tahun 2019 ini dilakukan dengan cara membandingkan antara
target sasaran yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja dengan realisasinya.
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Manifestasi akuntabilitas kinerja Badan PPSDM Kesehatan tahun 2019 ini dituangkan dalam
Laporan Kinerja (LKj) Badan PPSDM Kesehatan tahun 2019. Laporan ini merupakan laporan
yang mengungkapkan secara sistematis informasi keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai
sasaran strategis program PPSDM Kesehatan tahun 2019, dengan menggunakan analisis atas
capaian indikator hasil (outcome) yakni Indikator Kinerja Utama (IKU) program PPSDM
Kesehatan. Analisa juga mengungkapkan apakah program/ kegiatan sudah sesuai dengan
tujuan, sasaran dan target yang telah ditetapkan. Termasuk didalamnya menguraikan
hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian target kinerja yang
telah ditetapkan, serta langkah antisipatif yang akan diambil untuk perbaikan dan peningkatan
manajemen kinerja maupun kinerja Badan PPSDM Kesehatan secara berkelanjutan pada tahun-
tahun berikutnya.
Analisia yang disajikan dalam LKj Badan PPSDM Kesehatan tahun 2019 ini terbatas
pengungkapan isu-isu strategis sasaran program PPSDM Kesehatan yang terkait IKU, sedangkan
secara terperinci akan dituangkan pada LKj di masing-masing unit eselon II di lingkup Badan
PPSDM Kesehatan.
Mengacu pada peraturan Menteri PAN Nomor : 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah, analisa pengukuran kinerja dapat menggunakan standar Nasional dalam rangka
memudahkan penilaian tingkat keberhasilan pelaksanaan sebuah program/ kegiatan. Standar
Nasional yang digunakan dalam Analisa LKj Badan PPSDM Kesehatan 2019 dalam menutup
63
periode capaian Renstra 2015-2019 ini menggunakan notifikasi dari standar yang mengacu
pada Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional RI No 1 Tahun 2017 tentang Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional.
Kriteria notifikasi ini digunakan sebagai cut off dalam mengukur keberhasilan capaian kinerja
program PPSDM Kesehatan tahun 2019 yang merupakan periode akhir Renstra 2015-2019 dan
tahapan ke-empat pelaksanaan RPJMN 2015-2019. Notifikasi yang digunakan, dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kriteria Notifikasi Capaian Kinerja
Notifikasi Warna Kriteria Notifikasi Katagori
Hijau Apabila target tercapai ≥ 95%
Sudah tercapai atau On Track/ On Trend
Kuning
Apabila mencapai target < 95% dan ≥ 75%
Perlu kerja keras
Merah Apabila target mencapai < 75% Sulit tercapai
Sumber : Permen PPN/Kepala Bappenas RI No 1 thn 2017
Berdasarkan notifikasi capaian indikator tersebut, diperoleh status capaian IKU Program
PPSDM Kesehatan yang perlu ditindaklanjuti sebagai berikut :
1. Menjamin pencapaian tetap “HIJAU” di tahun 2019
2. Mengupayakan status indikator “KUNING” menjadi “HIJAU”
3. Mengurangi gap dengan sasaran RENSTRA dari pencapaian “MERAH”
Terkait kriteria status capaian tersebut, Bapak Presiden RI memberikan arahan pada rapat
terbatas (Ratas) Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2015-2019 di Bappenas agar kementerian dan
lembaga kerja berupaya menghilangkan warna kuning dan merah pada status capain
indikatornya.
64
Berdasarkan Revisi Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 capaian kinerja
program PPSDM Kesehatan tahun 2019 diukur melalui tiga Indikator Kinerja Utama (IKU)
sebagai berikut :
65
Hasil pengukuran capaian kinerja program PPSDM Kesehatan tahun 2019 merupakan agregat
dari capaian kinerja kegiatan pada unit kerja eselon II dibawahnya. Untuk mengukur dan
penilaian indikator kinerja ini, sebelumnya dilakukan rekonsiliasi data capaian dengan
pelaksana program pada unit kerja eselon II. Adapun hirarki keterkaitan antara Indikator
Kinerja Utama (IKU) dengan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang merupakan indikator kinerja
unit eselon II dilingkup Badan PPSDM Kesehatan dalam mendukung terwujudnya keberhasilan
pencapaian Indikator Kinerja Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1. Hirarki Keterkaitan Indikator Program dan Kegiatan di Badan PPSDM Kesehatan
Tahun 2015-2019
66
Target dan capaian kinerja Program PPSDM Kesehatan tahun 2015-2019 dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 3.2 Perkembangan 5 tahun Capaian Kinerja
Program Badan PPSDM Kesehatan 2015-2019
Sumber : Matrik Sandingan Capaian Indikator Renstra, Renja & RKP Program PPSDM Kesehatan, Desember 2019
Dari tabel diatas dapat dijabarkan persentase rata-rata keseluruhan capaian IKU program
PPSDM Kesehatan tahun 2019 sebesar 125,64%, artinya persentase rata-rata capaian IKU
PSSDM Kesehatan tahun 2019 On Track tercapai dan mendapatkan status HIJAU karena sudah
melampui standar 95% (Permen PPN/Kepala Bappenas RI No 1 thn 2017). Namun, dari tiga
Indikator Kinerja Program PPSDM Kesehatan tahun 2015-2019, satu IKU kurang optimal secara
absolut 100% yaitu “jumlah puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan”
dengan persentase capaian sebesar 80,08%.
Dapat dijabarkan pada tabel diatas capaian IKU kedua tahun 2019 yakni “persentase Rumah
Sakit Kabupaten/Kota kelas C yang memiliki empat dokter spesialis dasar dan tiga dokter
spesialis penunjang” yang sudah tercapai sebesar 103,33%. Dan capaian IKU ketiga yakni
“Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya” yang tercapai sebesar 193,49%.
No Indikator
Tahun
Status 2015 2016 2017 2018 2019
T C T C T C T C T C
1. Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan
1.200 1.179
(98,25%) 2.000
1.618 (80,90%)
3.000 2.641
(88,03%) 4.200
4.029
(95,93%)
5.600 4.485
(80,08%)
2. Persentase RS Kabupaten/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang
30% 35%
(116,66%) 35%
45,22% (129,20%)
40% 54,22 % 135,55%
50% 61,63%
(123,26%) 60%
62% (103,33%)
3. Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya
10.200 13.000
(127,45%) 21.510
37.830 (175,87%)
33.060 65.573
(198,35%) 44.850
101.728 (226,82%)
56.910 110.120
(193,50%)
67
Indikator Kinerja Utama Kesatu :
Jumlah Puskesmas Yang Minimal Memiliki 5 Jenis Tenaga
Kesehatan
Indikator ini merupakan capaian indikator program prioritas Nasional yang tertuang dalam
target indikator RPJMN 2015-2019, selain itu IKU kesatu ini juga merupakan indikator yang
mendukung tercapainya program Renstra Kemenkes 2015-2019 dalam mewujudkan Program
Indonesia Sehat dan GERMAS. Melalui IKU kesatu ini akan diperoleh gambaran terpenuhinya
tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatan promotif dan preventif dalam rangka
memperkuat pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas, keberhasilan
puskesmas dalam menjalankan program ditentukan oleh tenaga kesehatan dimana Puskesmas
bukan saja menjadi gate keeper untuk rujukan tetapi juga membina masyarakat umum untuk
mempunyai kemampuan untuk hidup sehat. Disamping itu Puskesmas juga sebagai fasilitas
kesehatan primer yang merupakan soko guru dari pelayanan kesehatan.
Gambar 3.2 Tenaga Kesehatan di Puskesmas
68
Definsi Operasional IKU Kesatu :
Jumlah puskesmas yang telah memiliki tenaga sesuai standar ketenagaan berdasarkan PMK 75
tahun 2014 terutama untuk 5 jenis tenaga kesehatan promotif dan preventif yakni tenaga
kesehatan lingkungan, tenaga kefarmasian, tenaga gizi, tenaga kesehatan masyarakat, dan
tenaga ahli teknologi laboratorium medik (ATLM).
Tabel 3.3 Capaian IKU Kesatu 2015-2019
Tahun 2019 merupakan tahun berakhirnya pelaksanaan periode RPJMN 2015-2019,
berdasarkan tabel diatas dapat dijabarkan hasil evaluasi tahun 2019 capaian IKU kesatu yang
sudah tercapai 80,08% atau tercapai 4.485 Puskesmas dari target 5.600 Puskesmas dengan
ketersediaan tenaga sesuai standar.
Apabila capaian indikator ini sebanyak 4.485 (80,08%) dibandingkan dengan absolut target
indikator tahun 2019 (5.600), memang capaian angka indikator ini belum optimal tercapai
100%. Namun, bila mengacu Permenpan 53 tahun 2014 disebutkan bahwa analisa pengukuran
kinerja dapat menggunakan standar Nasional dalam rangka memudahkan penilaian tingkat
keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan dan mengacu standar Permen PPN/Kepala
Bappenas RI No 1 thn 2017 maka capaian Program PPSDM Kesehatan untuk IKU kesatu ini
tidak dapat dikatakan tidak tercapai akan tetapi belum tercapai optimal dikarenakan
capaiannya dalam katagori range < 95% dan ≥ 75% atau status capaian KUNING. Badan
PPSDM Kesehatan telah melakukan evaluasi terhadap indikator kinerja utamanya yang
belum tercapai ini, dengan memperhitungkan target yang akan diukur di tahun 2020.
69
Berikut grafik target dan capaian IKU kesatu yakni Jumlah Puskesmas Yang Minimal Memiliki 5 Jenis Tenaga Kesehatan tahun 2015-2019 :
Grafik 3.1 Sandingan Target Dan Capaian IKU Kesatu Jumlah Puskesmas Yang Minimal Memiliki 5 Jenis Tenaga Kesehatan
Jika capaian tahun 2019 : 80,08% dibandingkan dengan capaian indikator pada tahun
sebelumnya 2018 : 95,93% maka persentase capaian indikator ini di tahun 2019 mengalami
penurunan sebanyak 15,85%. Namun, jika diakumulasi dari angka absolut capaian terdapat
kenaikan capaian per tahun-nya yakni pada capaian tahun 2019 sebesar 4.485 puskesmas
dibandingkan dengan capaian tahun 2018 sebanyak 4.029 puskesmas, terdapat kenaikan
sebanyak : 456 puskesmas telah terpenuhi ketersediaan tenaga kesehatan sesuai standard.
Berikut gambaran akumulasi kenaikan capaian :
70
Tabel 3.4 Akumulasi capaian IKU Kesatu Tahun 2015-2019
Selama 5 (lima) tahun Badan PPSDM kesehatan telah berupaya keras dalam mewujudkan
tercapaianya target indikator yang telah ditetapkan yakni sebanyak 4.485 puskesmas telah
terpenuhi ketersediaan tenaga kesehatan sesuai standar. Namun pencapaian IKU kesatu ini
sangat ditentukan komitmen dan peranan daerah. Dalam upaya tercapainya pemenuhan 1.094
tenaga kesehatan yang belum terpenuhi melalui IKU kesatu ini, Badan PPSDM Kesehatan telah
menetapkan arah kebijakannya dan merumuskan program-programnya melalui Pemenuhan
dan Peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan melalui IKU kesatu di Tahun 2020.
Jika target capaian pada tahun 2020 sebesar 35% ini dikalikan dengan jumlah puskesmas tahun
2019 sebanyak 10.104 puskesmas, maka ada sebanyak 3.536 puskesmas harus terpenuhi
ketersediaan tenaga kesehatan sesuai standard di tahun 2020. Artinya pada lima tahun ke
depan Badan PPSDM harus lebih progresif sebagai unit pendukung yang siap untuk menjadi
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan program-program pembangunan kesehatan.
Angka capaian IKU kesatu ini diperoleh melalui proses pemutakhiran data PPSDM Kesehatan di
Provinsi, Kabupaten/Kota melalui dana dekonsentrasi. Penghitungan dan pengolahan data
eksisting SDM Kesehatan sebelumnya dilakukan pemutakhiran data tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota, dimana data diinput oleh pengelola data dan informasi Provinsi,
Kabupaten/Kota melalui aplikasi Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SI SDMK).
Data dan informasi tersebut kemudian di finalisasi pada pertemuan pengelola data PPSDMK
daerah dan institusi secara Nasional. Berikut adalah tahapan dihasilkannya data eksisting SDM
Kesehatan :
Akumulasi 2015-2016 2016-2017 2017-2018 2018-2019 Akumulasi
Target
Kenaikan target per tahun
800 1.000 1200 1400 4.400
Kenaikan capaian per tahun
439 1.023 1.388 456 3.306
Selisih akumulasi target dan akumulasi capaian 1.094
71
1) Pertemuan Pengelola data PPSDMK Daerah dan institusi
2) Fasilitasi Pemetaan SDMK
3) Penyusunan Pedoman Pengelolaan datin PPSDM Kesehatan
4) Penyusunan dokumen deskripsi
5) Rapat koordinasi dan konsultasi data dan informasi
Gambar 3.2. Supporting Aplikasi Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SI SDMK) Terhadap Proses Hitung Capaian IKU Program PPSDMK
Landasan IKU kesatu menjadi salah satu indikator kinerja utama program PPSDM Kesehatan,
dilatarbelakangi IKU kesatu adalah gambaran terpenuhi dan pemerataan tenaga kesehatan
yang akan melakukan pelayanan promotive dan preventif di Puskesmas di seluruh Indonesia.
Sebagaimana diketahui Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama yang mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
72
Oleh karena itu, peranan Puskesmas sangatlah strategis dikarenakan fungsinya sebagai gate
keeper penyedia pelayanan kesehatan yang melakukan kontak pertama melayani kesehatan di
masyarakat, sehingga untuk keberhasilan program kesehatan di Puskesmas tersebut
ketersediaan jenis tenaga kesehatan di Puskesmas khususnya 5 (lima) jenis tenaga kesehatan
promotif dan preventif yang memadai sangat dibutuhkan. Lima jenis tenaga kesehatan yang
dbutuhkan ini adalah :
1) tenaga kesehatan lingkungan,
2) tenaga kefarmasian,
3) tenaga gizi,
4) tenaga kesehatan masyarakat dan
5) tenaga ahli teknologi laboratorium medik (ATLM) di Puskesmas
Gambar 3.3 Perjuangan Tenaga Kesehatan Dalam Pemberian Imunisasi
di Pedalaman Papua
Berbagai studi menunjukkan bahwa tenaga kesehatan merupakan kunci utama dalam
keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Tenaga kesehatan memberikan
kontribusi hingga 80% dalam keberhasilan pembangunan kesehatan. Kondisi tenaga
kesehatan di Indonesia sebenarnya terus membaik dalam jumlah, kualitas dan penyebarannya,
namun masih belum mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah
terutama pada daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan.
73
Guna mengatasi permasalahan tersebut, upaya program pengembangan dan pemberdayaan
sumber daya manusia kesehatan perlu melibatkan semua komponen bangsa dalam mengatasi
permasalahan tersebut.
Kondisi distribusi ketenagaan yang kurang merata tersebut ditambah dengan adanya Sistem
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang membutuhkan upaya peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan, baik pada fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan, serta perbaikan sistem rujukan pelayanan kesehatan. Dengan sistem JKN
beban kerja tenaga kesehatan semakin meningkat dengan meningkatnya demand masyarakat
terhadap layanan kesehatan, karena akses terhadap layanan yang makin baik. Masyarakat yang
tadinya tidak bisa berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) karena keterbatasan
biaya dengan adanya JKN menjadi bisa mengakses layanan. Harapannya melalui sistem JKN ini
adalah beban rumah sakit akan berkurang, artinya sebagian besar pelayanan kesehatan
diharapkan dapat diselesaikan di tingkat primer melalui pemenuhan SDM Kesehatan dan non
Kesehatan baik ketersediaan tenaga promotif dan preventif. Adapun rincian per jenis tenaga
sesuai dengan pengelompokkan dalam Undang Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.5. Jenis Rumpun Tenaga Kesehatan
Sumber :Pemetaan Data SI DMK, Desember 2019
No Rumpun Ketenagaan Jumlah
1 Medis 133.151
2 Psikologi Klinis 973
3 Keperawatan 410.930
4 Kebidanan 237.324
5 Kefarmasian 68.279
6 Kesehatan Masyarakat 29.241
7 Kesehatan Lingkungan 17.942
8 Gizi 25.229
9 Keterapian Fisik 8.105
10 Keteknisian Medis 30.436
11 Teknik Biomedika 47.473
12 Tenaga Kesehatan Tradisional 892
13 Tenaga Penunjang Kesehatan 355.094
TOTAL 1.365.252
74
Hasil pemetaan data Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan, mengacu standar Permenkes 75
tahun 2014 sebanyak 1.365.252 jumlah SDM Kesehatan yang tersedia di fasilitas pelayananan
kesehatan. Dan sebagian besar dari tenaga kesehatan tersebut bekerja di 10.104 puskesmas
yang terdiri dari tenaga promotif dan preventif yang tersedia dan tersebar di seluruh
puskesmas di Indonesia. Penentuan lima jenis tenaga kesehatan ini berdasarkan kebutuhan
jenis tenaga yang dibutuhkan di Puskesmas dalam menjalankan pelayanan promotif dan
preventif, diharapkan melalui IKU kesatu ini jumlah dan jenis tenaga kesehatan promotif dan
preventif dapat tersedia dan tersebar lebih merata di Puskesmas seluruh Indonesia.
Gambar 3.3 Kondisi Tenaga Kesehatan Di Puskesmas
Standar puskesmas yang minimal memiliki lima jenis tenaga kesehatan ini mengacu Peraturan
Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, pada pasal 16
disebutkan bahwa sumber daya manusia Puskesmas terdiri dari tenaga kesehatan dan non
kesehatan. Tenaga kesehatan yang dimaksud Permenkes tersebut minimal terdiri atas :
a. dokter atau dokter layanan primer;
b. dokter gigi;
c. perawat;
75
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. ahli teknologi laboratorium medik;
h. tenaga gizi; dan
i. tenaga kefarmasian.
Sebagaimana diketahui, desentralisasi telah mengakibatkan perubahan-perubahan mendasar
dalam pelayanan kesehatan baik pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota,
sedangkan dalam UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah disebutkan bahwa
urusan kesehatan merupakan urusan pemerintahan konkuren yang dibagi antara Pemerintah
Pusat dan Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota), serta merupakan urusan pemerintah yang wajib
karena bersifat pelayanan dasar. Terkait SDM Kesehatan, dalam lampiran UU nomor 23 tahun
2014 juga disebutkan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota wajib
melakukan perencanaan dan pengembangan SDM Kesehatan untuk UKM dan UKP daerah
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pembagian urusan SDM Kesehatan ini juga dipertegas dalam
Undang Undang nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam Undang Undang
tersebut, disebutkan bahwa Pemerintah Daerah bersama dengan Pemerintah Pusat
bertanggung jawab terhadap :
(a) pengaturan, pembinaan, pengawasan, dan peningkatan mutu Tenaga Kesehatan,
(b) perencanaan, pengadaan, dan pendayagunaan Tenaga Kesehatan sesuai dengan
kebutuhan; dan
(c) pelindungan kepada Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik. Pada pasal 13, disebut
bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memenuhi kebutuhan Tenaga
Kesehatan, baik dalam jumlah, jenis, maupun dalam kompetensi secara merata untuk
menjamin keberlangsungan pembangunan kesehatan.
Kemudian pada pasal 13, disebut bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memenuhi
kebutuhan Tenaga Kesehatan, baik dalam jumlah, jenis, maupun dalam kompetensi secara
merata untuk menjamin keberlangsungan pembangunan kesehatan.
76
Dengan demikian, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus bekerja secara
sinergis melaksanakan pembangunan kesehatan yang terencana, terpadu dan
berkesinambungan dalam upaya mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Ketidaktercapaian target IKU kesatu pada tahun 2019 ini dipengaruhi oleh beberapa
kendala dalam pelaksanaan kegiatan, diantaranya :
1) Upaya pemenuhan dan pemerataan tenaga kesehatan selama ini masih merupakan
kontribusi dan peran dari Pemerintah Pusat, sedangkan secara konkuren dalam UU no 23
tahun 2014 seharusnya sudah dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Dengan
keterbatasan kewenangan dari regulasi yang ada tersebut pemerintah pusat hanya dapat
mengisi tenaga kesehatan untuk Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)
saja, sedangkan untuk lokus daerah biasa dan pedesaan banyak yang masih belum
terpenuhi tenaga kesehatannya.
2) Badan PPSDM Kesehatan telah melakukan beberapa upaya untuk mengundang
pemerintah daerah untuk turut aktif lebih berperan dalam pemenuhan tenaga
kesehatan, khususnya di Puskesmas. Namun keberhasilan upaya ini kurang optimal,
disebabkan kurangnya komitmen dari Pemerintah Daerah khususnya dalam komitmen
pemenuhan ketersediaannya fasilitas sarana dan prasarana di daerah untuk penempatan
tenaga kesehatan di lokus yang telah ditetapkan.
3) Masih lemahnya penguatan Norma Standard Prosedur dan Kriteria (NSPK) yang mengatur
tentang pemenuhan tenaga Kesehatan Strategis di Kabupaten/ Kota. Sehingga belum
semua daerah mempunyai Rencana Aksi Daerah (RAD) untuk pemenuhan tenaga
kesehatan di daerahnya, walaupun ada sebagian daerah sudah melakukan.
4) Regulasi penguatan SI SDMK yang masih kurang, sehingga hasil pemetaan SDM
Kesehatan di puskesmas yang belum terpenuhi belum menjadi dasar dalam usulan
formasi kebutuhan tenaga kesehatan daerah. Selain itu tingginya aspek politis (banyak
intervensi kepentingan) terkait fomasi tenaga kesehatan di daerah, sehingga usulan
formasi kebutuhan tenaga kesehatan daerah tidak sesuai dengan perencanaan
kebutuhan.
77
5) Kurang kondusifnya kondisi keamanan di daerah timur Indonesia, mengakibatkan minat
dari tenaga kesehatan yang akan mengikuti program penempatan tenaga kesehatan
menjadi berkurang. Hal ini berakibat beberapa lokus di daerah timur Indonesia tidak
dapat terisi sebagaimana yang telah direncanakan. Beberapa jenis tenaga kesehatan
untuk mengikuti program yang masih kurang terutama dokter dan dokter gigi termasuk
tenaga kesling, tenaga ahli teknologi laboratorium medik (ATLM) dan tenaga gizi;
Untuk mengatasi kendala tersebut, telah dilakukan berbagai upaya tindak lanjut, seperti:
1) Badan PPSDM Kesehatan mengupayakan peningkatan peran serta pemerintah daerah
dalam pemenuhan tenaga kesehatan, khususnya di Puskesmas dengan memberikan
kesempatan kepada daerah untuk mengusulkan daerah atau lokus yang menjadi prioritas
penempatan tenaga kesehatan.
2) Untuk meningkatkan komitmen Pemerintah daerah perlu dilakukan sosialisasi dan
advokasi regulasi yang ada dan regulasi yang akan diterbitkan. Selain itu, setiap daerah
yang mengusulkan lokus pemenuhan tenaga kesehatan wajib menyertakan data dukung
terkait fasilitas sarana dan prasarana yang disediakan oleh pemerintah daerah terhadap
tenaga kesehatan yang akan ditempatkan di daerahnya
3) Perlu diterbitkannya regulasi baru yang mewajibkan Pemerintah Daerah memenuhi
kebutuhan tenaga kesehatan untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau
puskesmas. Serta diperlukan upaya lebih progresif untuk menjadikan syarat pemenuhan
tenaga kesehatan dalam SPM, hal ini upaya yang telah dilakukan belum ada realisasi
dimana masih adanya anggapan tenaga kesehatan tidak termasuk dalam pelayanan
kesehatan.
4) Perlu diterbitkannya regulasi untuk penguatan SISDMK, selama ini penguatan SI SDMK
telah dilakukan dengan melakukan pemantauan data dan verifikasi data di setiap
provinsi.
5) Mendorong percepatan keluarnya regulasi yang mendukung penempatan tenaga
kesehatan diluar DTPK dan daerah konflik.
78
Pada tahapan ke-4 RPJMN 2020-2024 yang strategis, Badan PPSDM Kesehatan beberapa upaya
program inovasi untuk mengatasi permasalahan tersebut seperti:
1. Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan/ Nusantara Sehat Berbasis Tim (Team Based) dan
Individu.
Program ini bertujuan memperkuat pelayanan kesehatan primer untuk mewujudkan Indonesia
Sehat melalui peningkatan jumlah, distribusi, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan. Mengacu
pada evaluasi permasalahan pada tahun sebelumnya, pada tahun 2020 program ini akan
mengembangkan model baru diantaranya penugasan dengan masa tugas 1 tahun dan
mekanisme seleksi dengan pilih minat/ formasi pra seleksi dengan fokus penempatan tenaga
kesehatan mengacu pada target tahun 2020 dari IKU program PPSDM Kesehatan.
Pada tahun 2019, jumlah tenaga kesehatan yang ditempatkan melalui tim Nusantara Sehat
sebanyak 173 tim atau sebanyak 990 orang. Sedangkan penempatan tenaga kesehatan dalam
rangka penugasan khusus individu di fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebanyak 3.574
orang.
Gambar 3.3 Pembekalan Nusantara Sehat
79
Jumlah tenaga kesehatan untuk penugasan tenaga kesehatan secara team based (Nusantara
Sehat) minimal 5 orang dengan jenis tenaga kesehatan adalah dokter, dokter gigi, perawat,
bidan, tenaga kefarmasian, tenaga kesmas, tenaga kesling, tenaga gizi, dan tenaga teknis
laboratorium) yang mengikuti penugasan khusus berbasis tim (Tim Nusantara Sehat).
Sedangkan jenis tenaga kesehatan untuk penugasan khusus secara individu adalah tenaga
kesehatan (dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kefarmasian, tenaga kesmas, tenaga
kesling, tenaga gizi, dan tenaga teknis laboratorium).
Selama tahun 2015 – 2019 melalui program Nusantara Sehat Team (NST) sudah sebanyak
4.370 tenaga kesehatan yang ditempatkan di 29 Provinsi, 190 Kabupaten dan 589 Puskesmas.
Berikut talel penempatan NST per tahun :
Tabel 3.6 Penempatan Nusantara Sehat Tim 2015-2019
URAIAN TAHUN TOTAL
2015 2016 2017 2018 2019
PESERTA 694 728 1064 894 990 4370
PUSKESMAS 120 131 188 156 173 589
KABUPATEN 65 73 106 86 77 190
PROVINSI 15 26 25 24 20 29
Adapun program penugasan khusus individu dimulai dari tahun 2017 – 2018 sudah di
tempatkan 7.571 tenaga kesehatan di 30 Provinsi, 277 Kabupaten dan 2.196 Puskesmas.
Berikut tabel penempatan NSI per tahun :
Tabel 3.7 Penempatan Nusantara Sehat Individu 2017-2019
URAIAN TAHUN TOTAL 2017 2018 2019
PESERTA 1663 2334 3574 7571
PUSKESMAS 871 1160 1500 2196
KABUPATEN 161 150 214 277
PROVINSI 28 28 30 30
80
Gambar 3.4 Pelatihan Nusantara Sehat Individu
Beberapa permasalahan pada pelaksanaan program penugasan khusus tenaga kesehatan, yang
terjadi dalam rentang waktu tahun 2019 untuk antara lain :
a. Keterbatasan kewenangan pemerintah pusat yang hanya dapat mengisi lokus di daerah
DTPK saja, sehingga upaya pemenuhan tenaga kesehatan dfi fasyankes menjadi tidak
maksimal.
b. Lokus Nusantara Sehat Individu (NSI) tidak diminati/tidak dipilih peserta. Minat beberapa
jenis tenaga kesehatan untuk mengikuti penugasan khusus tenaga kesehatan (tim dan
individu) masih kurang terutama dokter dan dokter gigi termasuk tenaga kesling, tenaga
ahli teknologi laboratorium medik (ATLM) dan tenaga gizi;
c. Penyampaian calon lokus dari Unit Eselon 2 yang lain (Dit. Yankes Primer) melewati batas
waktu yang ditetapkan, sehingga beberapa lokus tidak dapat diakomodir pada saat seleksi
nakes Nusantara Sehat.
d. Tingkat ketidakhadiran peserta Nusantara Sehat Tim yang dipanggil saat pembekalan lebih
dari 7%.
81
Upaya yang dilakukan Badan PPSDM Kesehatan dalam mengatasi permasalahan tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Menerbitkan PMK nomor 33 tahun 2018 tentang Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan
dalam Mendukung Program Nusantara Sehat, membuka peluang penempatan tenaga
kesehatan di daerah yang bukan DTPK.
b. Melakukan sosialisasi tentang Nusantara Sehat ke Mahasiswa Fakultas Kedokteran,
Kedokteran Gigi, Jurusan Teknik Laboratorium Medik, Kefarmasian, Kesehatan Lingkungan,
Gizi, Perwakilan Lintas sektor dan dokter pasca internsip.
c. Memanggil peserta pembekalan dengan metode “blind” sambil menunggu penentuan
lokus NST dari Dit. Yankes Primer.
d. Dilaksanakan penambahan kuota pada saat pemanggilan peserta.
2. Menerbitkan Norma Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK) Yang Mengatur
Tentang Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Kesehatan Di Daerah
Perlunya regulasi khusus pemenuhan tenaga kesehatan di Kabupaten/ Kota, dimana diwajibkan
masing-masing daerah untuk menyusun rencana Aksi Daerah (RAD) dalam rangka pemenuhan
kebutuhan tenaga kesehatan di FKTP di daerahnya. Perlu dipikirkan pula upaya penguatan
program Nusantara Sehat untuk meningkatkan motivasi tenaga kesehatan strategis misalnya
dukungan peraturan kepegawaian yang memberikan jaminan karier bagi para tenaga
kesehatan yang telah bersedia ditempatkan khususnya di DTPK.
Membuat regulasi yang memungkinkan daerah dapat memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan
sesuai standar di daerahnya, dengan skema penugasan khusus individu yang ada. Selain itu
diperlukan sosialisasi dan advokasi regulasi yang ada ke Pemerintah Daerah dalam rangka
mempercepat penugasan khusus oleh daerah.
82
3. Penguatan Regulasi SI SDMK
Membuat regulasi yang menghubungkan updating SI SDMK dengan usulan formasi kebutuhan
tenaga kesehatan daerah.
Informasi SDM Kesehatan Indonesia yang dimuat dalam web http://sisdmk.bppsdmk.kemkes.
go.id/ merupakan output Sistem Informasi SDM Kesehatan. Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten/Kota melakukan input data SDM Kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan baik
milik pemerintah maupun masyarakat (swasta) di wilayah kabupaten/kota dan provinsi. Hasil
input data SDM Kesehatan kemudian di integrasikan dengan data dari berbagai sistem
informasi dilingkungan Badan PPSDM Kesehatan, Unit Utama Kementerian Kesehatan, dan
stakeholder lintas program dan lintas sektor terkait. Data dan informasi yang disajikan
diharapkan bermanfaat bagi pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan dan
pembangunan kesehatan.
Disamping itu, upaya lainnya dari Badan PPSDM Kesehatan yang akan dilakukan pada tahun
2020 dalam rangka memperkuat pemenuhan tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan adalah
melalui program :
Pendayagunaan lulusan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan di seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan.
Politeknik Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) Kementerian Kesehatan yang merupakan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Badan PPSDM Kesehatan. Lulusan yang dihasilkan dari tahun 2015-2019
dari 38 Poltekkes Kemenkes rata-rata secara keseluruhan kurang lebih sebanyak 22.000 tenaga
kesehatan per tahunny yang diproduksi dari berbagai jurusan dan program studi yang ada.
83
Gambar 3.5 Lulusan Politeknik Kesehatan Kemenkes Sorong Tahun 2019
Untuk tahun 2019, total jumlah lulusan tenaga kesehatan dari Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan adalah sebanyak 27.852 orang lulusan. Para lulusan Poltekkes
Kemenkes ini diharapkan siap didayagunakan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan.
Keberhasilan pelaksanaan program pendayagunaan lulusan Politeknik Kesehatan Kementerian.
Gambar 3.6 Lulusan Poltekkes Kemenkes Kupang Tahun 2019
84
Kesehatan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan ini diperlukan sinergi semua pihak sehingga
permasalahan Surat Tanda Registrasi (STR) dan Uji Kompetensi (UKOM) bukan sebagai
hambatan dalam percepatan pendayagunaan lulusan.
Beberapa hal strategis yang perlu diupayakan kedepan sebagai berikut:
1. Memasukkan unsur pemenuhan 5 (lima) jenis tenaga kesehatan promotif dan preventif ke
dalam 12 indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas di daerah, sehingga
secara otomatis akan menjadi masukan strategis bagi Kepala Daerah dalam penyusunan
RPJMN. Hal ini sekaligus mendorong daerah untuk menjalankan fungsinya dalam UU. No.
23 tahun 2014 dalam pemenuhan 5 (lima) jenis tenaga kesehatan promotif dan preventif di
seluruh wilayah nusantara.
2. Advokasi ke Pemerintah Daerah untuk mendorong dalam pemenuhan kebutuhan tenaga
kesehatan dengan skema penugasan khusus dan mengusulkan formasi CPNS tenaga
kesehatan promotif dan preventif di Puskesmas.
3. Pemanfaatan dan pendayagunaan lulusan Poltekkes dalam pemenuhan tenaga kesehatan
tahun 2019, dalam bentuk program ikatan dinas untuk mengikuti program Nusantara
Sehat dengan jangka waktu 1-2 tahun setelah setelah menyelesaikan pendidikan.
85
Indikator Kinerja Utama Kedua :
Persentase RS Kabupaten/ kota kelas C yang memiliki 4 dokter
spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang
Sumber Daya Manusia Kesehatan di Rumah Sakit (RS) merupakan hal penting yang mendukung
berkembangnya rumah sakit dan menjadi tolak ukur penting dalam penilaian pengembangan
mutu pelayanan di rumah sakit, dengan dasar itulah indikator ini bertujuan untuk
meningkatkan ketersediaan dan mutu SDM Kesehatan di RS sesuai dengan standar pelayanan
kesehatan spesialistik.
Sebagaimana diketahui bahwa, pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia
yang harus dipenuhi oleh Pemerintah sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 28H ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam rangka untuk
mendekatkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat telah diterbitkan beberapa
kebijakan, seperti Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2014, dimana Pemerintah mengatur penempatan tenaga kesehatan
untuk pemerataan pelayanan kesehatan dan bersama dengan pemerintah daerah wajib
memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan, baik dalam jumlah, jenis, maupun dalam kompetensi
secara merata untuk menjamin keberlangsungan pembangunan kesehatan.
Landasan perlunya IKU Kedua, berdasarkan pemenuhan pelayanan kesehatan di Indonesia
khususnya pelayanan spesialistik, memiliki dasar filosofis dan sosiologis untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan spesialistik, meningkatkan akses masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas di seluruh Indonesia, distribusi
dokter spesialis tidak merata, keberadaan banyak di kota-kota besar, serta keberadaaan dan
ketersediaan dokter spesialis di rumah sakit kurang dari standar minimal yang ditetapkan.
86
Gambar 3.7 Pelayanan Dokter di RSUD
Definisi Operasional IKU Kedua : Persentase RS Kabupaten/ kota kelas C yang memiliki 4
dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang
Yang dimaksud empat dokter spesialis dasar adalah dokter spesialis obstetri dan ginekologi,
dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam, dan dokter spesialis bedah, sedangkan
tiga dokter spesialis penunjang yaitu dokter spesialis radiologi, dokter spesialis anastesi, dan
dokter spesialis patologi klinik.
Capaian indikator Persentase RS Kabupaten/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar
dan 3 dokter spesialis penunjang pada tahun 2019 tercapai sebesar 103,33%, artinya capaian
IKU Kedua di tahun 2019 sudah On Track dengan kriteria notifikasi HIJAU.
Tabel 3.9 Sandingan Target, Capaian IKU Kedua Persentase RS Kabupaten/Kota kelas C yang Memiliki 4 dokter spesialis dasar dan
3 dokter spesialis penunjang Tahun 2015 – 2019
87
Proses perhitungan angka capaian IKU kedua ini sama seperti IKU kesatu yakni melalui proses
pemutakhiran data Provinsi, Kabupaten/Kota dengan dekonsentrasi. Hasil pengolahan data dan
Informasi PPSDM Kesehatan di Provinsi dan Kabupaten kemudian dilakukan pemutakhiran data
Nasional.
Angka capaian diperoleh dari menghitung jumlah rumah sakit kabupaten/kota kelas C yang
terdata tahun 2019 adalah 350 rumah sakit. Dari total 350 rumah sakit kabupaten/kota kelas C,
yang telah memiliki empat dokter spesialis dasar dan tiga spesialis penunjang sebanyak 216
rumah sakit atau tercapai sebanyak 62,00%.
Sehingga persentase capaian dibandingkan target (60%) adalah 103,33% RS Kabupaten/Kota
kelas C sudah memiliki dokter spesialis sesuai standar.
Berikut ilustrasi perhitungan :
Jumlah RS kabupaten/kota kelas C yang telah terpenuhi 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang
X 100%
Total jumlah RSUD kabupaten/kota kelas C
Perhitungan :
216 = 62,00%
350
Dibandingkan target tahun 2019 : 60% 62,00% = 103,33%
60%
Rincian kenaikan capaian tahun 2016 dan 2019 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.4 : Perbandingan Capaian Indikator Kedua Tahun 2016 – 2019
NO Keterangan Tahun 2016
Tahun 2017
Tahun 2018 Tahun 2019
1 Total Jumlah RSUD Kab/Kota Kelas C
314 332 344 350
2 RS Kab/Kota Kelas C yang memiliki 4 Dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang
142 180 212 216
3 Capaian 45,22 % 54,22 % 61,63% 62,00%
4 Target Indikator 35 % 40 % 50% 60%
5 Persentase Capaian dari Target Indikator
129,20 %
135,55 % 123,26% 103,33%
88
Dari tabel diatas dapat dijabarkan persentase capaian indikator kedua pada tahun
2019:103.33% mengalami penurunan sebesar 19,93% dibandingkan persentase capaian
tahun 2018 :123,26%. Sebaliknya apabila dihitung berdasarkan akumulasi angka absolut
capaian per tahunnya terdapat kenaikan capaian pada tahun 2019, dimana pada tahun
2019 terdapat penambahan jumlah RS tipe C sebanyak 6 RS, sedangkan jumlah RS tipe C
yang sudah memiliki 7 dokter spesialis dasar bertambah sebanyak 4 RS. Grafik capaiannya
dapat dilihat sebagai berikut :
Grafik 3.2 Sandingan Target Dan Capaian IKU Kedua Persentase RS Kabupaten/Kota kelas C yang Memiliki 4 dokter spesialis dasar dan
3 dokter spesialis penunjang Tahun 2015 – 2019
Walaupun secara persentase dan capaian IKU kedua sudah tercapai di tahun 2019, namun
masih terdapat 134 RS yang belum terpenuhi tenaga dokter spesialis sesuai standard.
Capaian IKU kedua ini salah satunya diperoleh melalui pelaksanaan program
pendayagunaan dokter spesialis (PPDGS) dan penugasan khusus residen. Dalam rangka
upaya pemenuhan memenuhi kebutuhan pelayanan spesialisasi di daerah dan
meningkatkan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan spesialistik,
Badan PPSDM Kesehatan telah menetapkan arah kebijakannya dan merumuskan program-
programnya di tahun 2020 terhadap indikator ini yang dituangkan dalam Perjanjian Kinerja
tahun 2010 dengan target 70%.
89
Proyeksi capaian IKU kedua ini jika dibandingkan dengan target tahun 2020 : 70%, maka
indikator ini baru tercapai sebesar 88,57%. Badan PPSDM Kesehatan pada lima tahun ke
depan Badan PPSDM perlu memikirkan langkah yang progresif dan strategis dalam rangka
keberhasilan program-program pembangunan kesehatan melalui pencapaian indikatornya.
Sebagaimana ditetapkan dalam Permenkes Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit, bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Gambar 3.8 Dokter di RSUD Kab Lahat. Palembang
Rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan rujukan utama bagi masyarakat yang ingin
memperoleh pelayanan kesehatan baik untuk pengobatan maupun untuk pemulihan
kesehatannya, apalagi perkembangan dunia kesehatan pada umumnya sudah banyak
mengalami perubahan, terutama sejak adanya undang-undang kesehatan dan undang-undang
rumah sakit tahun 2009. Sebagai pusat rujukan kesehatan utama, rumah sakit dituntut mampu
memberikan pelayanan yang optimal bagi setiap kebutuhan pasiennya. Untuk menyikapi hal
tersebut, seiring dengan persaingan yang semakin tajam karena perubahan teknologi dan
lingkungan yang cepat dan drastis pada setiap aspek kehidupan manusia maka setiap rumah
sakit membutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai kompentensi agar dapat
memberikan pelayanan yang prima dan bernilai.
90
Beberapa kendala dalam pencapaian IKU kedua diantaranya :
1) Berkurangnya penurunan capaian peserta pada tahun 2019 karena adanya perubahan
regulasi dari Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) menjadi Pendayagunaan Dokter Spesialis
(PGDS) yang tidak lagi bersifat wajib.
Terbitnya Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 62P/HUM/ 2018 tanggal 18 Desember
2018 tentang Permohonan Keberatan Hak Uji Materiil atas Peraturan Presiden Nomor 4
Tahun 2017 tentang Wajib Kerja Dokter Spesialis, telah dilakukan pembaruan terhadap
regulasi penempatan dokter spesialis yang semula WKDS menjadi Pendayagunaan Dokter
Spesialis (PGDS) melalui Peraturan Presiden No. 31 Tahun 2019 yang ditetapkan tanggal 14
Mei 2019. Pembaruan regulasi tersebut merubah mekanisme penempatan dokter spesialis,
sehingga adanya kekosongan penyesuaian regulasi.
2) Kurangnya komitmen beberapa daerah terhadap implementasi program WKDS/ PGDS
3) Berkurangnya lokus atau wahana RSUD/ RS untuk penugasan residen, disebabkan
overlaping pelaksanaan dilapangan antara kegiatan PGDS dan Residen.
Untuk mengatasi kendala tersebut, telah dilakukan berbagai upaya tindak lanjut, seperti:
1) Percepatan terbitnya regulasi program/ kegiatan PGDS dan residen
2) Melakukan advokasi ke Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) untuk pemenuhan sarana
prasarana dan hak-hak peserta sesuai yang tertera dalam Perpres Nomor 31 Tahun 2019
termasuk percepatan penerbitan SIP
3) Kedepannya akan di rencanakan pemenuhan untuk lokus yang tidak diminati PGDS, akan
dipenuhi oleh residen
Upaya yang dilakukan Badan PPSDM Kesehatan untuk meningkatan capaian IKU kedua ini
melalui kegiatan sebagai berikut :
1. Penugasan Khusus Bagi Calon Dokter Spesialis (Residen)
Program penugasan khusus bagi calon dokter/ dokter gigi spesialis merupakan salah satu
pendayagunaan tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan terutama di Rumah Sakit tipe C dan D, untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan calon dokter spesialis. Untuk tahun 2019 ini, jumlah residen yang ditempatkan
91
melalui penugasan khusus sebanyak 339 orang atau 46,43%. Sedangkan capaian residen 2017-
2019 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.5 Capaian Residen 2016-2019
Bagi Dokter/Dokter Gigi yang menerima bantuan PPDS/PPDGS, disyaratkan untuk mengikuti
Program Penugasan Khusus, yang merupakan bagian dari tahapan pendidikan program
bantuan PPDS/PPDGS
Gambar 3.9 Dokter Residen
Dalam pelaksanaan program ini, kendala dan permasalahan penugasan residen dirangkum
sebagai berikut :
a. Adanya Program Wajib Kerja/ Pendayagunaan Dokter Spesialis menyebabkan
berkurangnya lokus atau wahana RSUD/ RS untuk penugasan residen
b. Penempatan residen bergantung pada usulan Fakultas Kedokteran dan Fakultas
Kedokteran Gigi yang berada dalam naungan Kemristekdikti (Program Lintas Kementerian)
c. Fakultas Kedokteran menjalin MoU dengan Rumah Sakit sehingga pengiriman residen
dilakukan langsung oleh Fakultas Kedokteran tanpa surat tugas dari Kapusrengun SDMK.
2016 2017 2018 2019
Target 800 800 730 123
Capaian 678 619 490 339
% Capaian 84,75% 77,38% 67,12% 46,44%
92
Terobosan dan upaya yang dilakukan mengatasi permasalahan tersebut adalah : a. Mengembangkan Sistem Informasi Aplikasi Online Penugasan Khusus Residen untuk
mempermudah proses pengajuan usulan residen.
b. Melaksanakan sosialisasi penggunaan Aplikasi Online pada TKPPDS/DGS
c. Koordinasi lebih intens dengan TKPPDS dan FK
2. Program Pendayagunaan Dokter Spesialis (PGDS)
Pendayagunaan dokter spesialis merupakan program pemenuhan kebutuhan dan peningkatan
akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas di seluruh
Indonesia. Sejak tahun 2017, Kementerian Kesehatan telah menempatkan dokter spesialis
melalui program Wajib Kerja Dokter Spesialis sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 4
Tahun 2017.
Namun, dengan terbitnya Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 62P/HUM/ 2018 tanggal 18
Desember 2018 tentang Permohonan Keberatan Hak Uji Materiil atas Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2017 tentang Wajib Kerja Dokter Spesialis, telah dilakukan pembaruan
terhadap regulasi penempatan dokter spesialis yang semula WKDS menjadi Pendayagunaan
Dokter Spesialis (PGDS) melalui Peraturan Presiden No. 31 Tahun 2019 yang ditetapkan tanggal
14 Mei 2019. Program yang pada mulanya adalah program Wajib Kerja Dokter Spesialis atau
Wajib Kerja Sarjana (WKDS) menjadi sukarela.
Gambar 3.10 Persiapan Operasi oleh PGDS
93
Pelaksanaan kegiatan Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) diawali dengan penentuan lokasi
berdasarkan usulan yang berikan oleh Rumah Sakit yang membutuhkan dokter spesialis anak,
Obgin, Penyakit Dalam, Bedah dan AnestesiPada tahun 2019, jumlah lulusan dokter spesialis
yang mengikuti program ini sebanyak 605 orang. Adapun capaian PGDS tahun 2015-2019
dapat dilihat pada 93nteg berikut :
Tabel 3.6 Capaian PGDS 2015-2019
Pada tahun 2019 telah didistribusikan penempatan WKS/ PGDS tahun 2019 yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.7 Distribusi Penempatan Wajib Kerja Dokter Spesialis TA 2019
NO JENIS SPESIALIS PENEMPATAN WKDS (orang)
1 Spesialisa Anak 129
2 Spesialis Obstetri
Ginekologi 129
3 Spesialis Penyakit Dalam 142
4 Spesialis Bedah 136
5 Spesialis Anestesi 69
JUMLAH 605
Sumber: Pusrengun, Januari 2020
Dalam pelaksanaan program ini, kendala dan permasalahan dapat dirangkum sebagai berikut :
1) Kemananan daerah Papua dan Papua Barat belum kondusif sehingga terjadi penundaan
keberangkatan dan berdampak menurunnya pemilihan/ peminat.
2) Adanya perubahan regulasi dari wajib kerja dokter spesialis (WKDS) menjadi
pendayagunaan dokter spesialis (PGDS) yang bersifat sukarela.
2017 2018 2019
Target 1.000 1.000 1.000
Capaian 870 1.169 545
% Capaian 87% 116,90% 54,50%
Gambar 3.10
94
Indikator Kinerja Utama Ketiga :
Jumlah SDM Kesehatan yang Ditingkatkan Kompetensinya Pemerintah telah mencanangkan Visi Indonesia 2025 yaitu menjadi negara maju pada tahun
2025. Namun pemerintah juga sepenuhnya menyadari bahwa kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) masih menjadi suatu tantangan dalam mewujudkan visi yang dimaksud. Para pakar di
bidang SDM menyatakan bahwa kualitas SDM secara dominan ditentukan oleh kemudahan
akses pada pelayanan dan fasilitas kesehatan yang berkualitas. Oleh karena itu peningkatkan
kapasitas SDM Kesehatan yang kompeten sangat diperlukan dalam menyelesaikan masalah
masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Saat ini yang dituntut bukan sekedar penyediaan
sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang merata namun SDM kesehatan yang mampu dan
kompeten dalam merespon cepat terhadap permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat.
Definisi Operasional IKU Ketiga:
Jumlah aparatur, tenaga pendidik dan kependidikan serta tenaga kesehatan non aparatur dan
masyarakat yang telah ditingkatkan kemampuannya melalui Pendidikan dengan memperoleh
ijazah dari program studi pada perguruan tinggi yang terakreditasi dan atau memperoleh
sertifikat melalui pelatihan yang terakreditasi.
Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya pada tahun 2019 tercapai sebesar
110.120 orang atau 193,49% dari target 56.910 orang, dengan persentase capaian tersebut
IKU ketiga ini sudah on track tercapai dengan kriteria notifikasi HIJAU.
Apabila capaian tahun 2019 :193,49% ini dibandingkan dengan Tahun 2018 terdapat
peningkatan capaian sebanyak 8.392 orang, yang dapat dilihat sebagaimana pada tabel
berikut:
95
Tabel 3.8 Komposit Kenaikan Capaian Indikator Ketiga 2018-2019
Sumber Data Capaian Kenaikan/
Penurunan Tahun 2018 Tahun 2019
Data Pelatihan SDM Kesehatan Jumlah SDM Kesehatan yang mendapat sertifikat pada pelatihan teknis dan fungsional terakreditasi
66.792
69.614
2.822
Data Puskatmutu SDM - Jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan
Pendidikan berkelanjutan (tugas belajar)
3.974
3.308
(666)
- Jumlah peserta penerima bantuan Pendidikan profesi kesehatan (PPDS/PPDGS)
2.572 2.570 (2)
Data Pusat Pendidikan SDM Kesehatan - Jumlah tenaga kesehatan yang belum DIII
penerima program bantuan biaya Pendidikan
28.390
34.628
6.238
Total Keseluruhan 101.728 110.120 8.392
Dari tabel diatas dapat dijabarkan kenaikan IKU ketiga diperoleh dari kenaikan capaian pada
indikator komposit yang ada di eselon II di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan.
Pada tahun 2020, IKU kedua ini termasuk dalam indikator yang mendukung arah kebijakan
program PPSDM Kesehatan di tahun 2020 dengan target sebesar 41.669 orang. Jika angka
capaian tahun 2019 dibandingkan dengan target di tahun sebesar 2020. Jika capaian pada
tahun 2019 : 193,49 disandingkan dengan target indikator di tahun 2020, capaian pada tahun
2019 ini sudah menjamin tercapai sebesar 264,27%.
Terlampauinya target pada IKU ketiga ini sangat dimungkinkan, dikarenakan karakteristik
indikator ini terkait orang yang mengikuti pelatihan dan atau pendidikan pada saat tahun
berjalan, dengan banyaknya minat dan usulan dari unit untuk mengikuti pelatihan yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan program dalam rangka meningkatkan kompetensi
tenaga kesehatan.
96
Selain itu, kenaikan capaian 96ntegrase ini pada tahun 2019 dikarenakan telah tersusunnya
kebijakan teknis terkait penyelenggaraan pelatihan seperti penyusunan Norma, Standar,
Prosedur dan Kriteria (NSPK) serta penyusunan kurikulum dan modul pelatihan sebagai upaya
mendukung pencapaian indikator kinerja Pusat Pelatihan SDM Kesehatan pada tahun 2019.
Target dan capaian tahun 2015-2019 dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 3.3 Target dan Capaian Indikator Jumlah SDM Kesehatan
yang Ditingkatkan Kompetensinya tahun 2015-2019
Sebagaimana diketahui bersama bahwa sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan yang
sangat penting sebagai pilar utama sekaligus penggerak roda dalam upaya mewujudkan
tercapainya tujuan. Oleh karena itu peningkatan kompetensi SDM sangat diperlukan agar
optimalnya pencapaian tujuan organisasi. Dalam Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2012
tentang Sistem Kesehatan Nasional, yang dimaksud dengan sumber daya manusia kesehatan
(SDMK) adalah tenaga kesehatan (termasuk tenaga kesehatan strategis) dan tenaga
pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam
upaya dan manajemen kesehatan. Dalam Perpres tersebut disebutkan bahwa sumber daya
manusia kesehatan baik tenaga kesehatan maupun tenaga pendukung/penunjang kesehatan
wajib memiliki kompetensi untuk mengabdikan dirinya di bidang kesehatan.
97
Angka capaian IKU ketiga ini merupakan komposit dari angka capaian indikator jumlah SDM
Kesehatan yang mendapatkan sertifikat pada pelatihan tekhnis dan fungsional terakreditasi
(orang), ditambah jumlah peserta penerima program bantuan pendidikan kesehatan
berkelanjutan (orang), ditambah jumlah peserta penerima bantuan profesi kesehatan (orang)
dan jumlah tenaga kesehatan yang belum DIII penerima program bantuan 97ntegrase97.
Berikut tabel perhitungan komposit indikator :
Tabel 3.9 Komposit Indikator IKU Ketiga Jumlah SDM Yang Ditingkatkan Kompetensinya
Beberapa upaya yang telah dilakukan melalui program yang dijalankan oleh Badan PPSDM
Kesehatan dalam pencapaian IKU ketiga ini sebagai berikut :
1. Jumlah SDM Kesehatan yang mendapatkan sertifikat pada pelatihan tekhnis dan
fungsional terakreditasi
Jumlah SDM Kesehatan yang mendapatkan sertifikat pada pelatihan teknis dan fungsional
terakreditasi pada tahun 2019 adalah sebanyak 69.614 orang.
Capaian 97ntegrase ini diperoleh dengan menghitung jumlah sertifikat yang diterbitkan untuk
peserta pelatihan yang mengikuti pelatihan terakreditasi. Pelaksanaan pelatihan dilaksanakan
dengan bersinergi dan bekerja sama dengan UPT di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan yaitu
Komposit Indikator Capaian
1. Data Puskat Mutu SDMK
Jumlah SDM Kesehatan penerima program bantuan pendidikan berkelanjutan (orang)
3.308
Jumlah peserta penerima bantuan 97ntegrase97 profesi kesehatan (orang)
2.570
2. Data Pusdik SDMK
Jumlah tenaga kesehatan yang belum D3 penerima program bantuan 97ntegrase97
34.628
3. Data Puslat SDMK
Jumlah SDM Kesehatan yang mendapat sertifikat pada pelatihan teknis dan fungsional terakreditasi (orang)
69.614
Total Capaian 110.120
Target 56.910
% capaian 193,50
98
3 (tiga) Balai Besar Pelatihan Kesehatan yaitu BBPK Jakarta, BBPK Ciloto, BBPK Makassar dan
3 (tiga) Balai Pelatihan Kesehatan, Bapelkes Cikarang, Bapelkes Semarang dan Bapelkes Batam
serta pelaksanaan pelatihan yang dilakukan dengan dana dekonsentrasi di 34 provinsi di
Indonesia.
Gambar 3.11 Pelatihan Latsar CPNS
Adapun jenis pelatihan yang diselenggarakan terdiri dari :
Pre service
a. Prajabatan
b. Pratugas
In Service
a. Penjenjangan
b. Manajemen
- Manajemen Kesehatan
- Manajemen non Kesehatan
c. Teknis
- Teknis Profesi Kesehatan
- Teknis Program Kesehatan
- Teknis Umum/Administrasi dan Manajemen
- Fungsional Kesehatan
99
Tabel 3.9 Sebaran Capaian Indikator Pelatihan Teknis dan Fungsional Terakreditasi Berdasarkan Jenis Pelatihan
Table 3.10 Sebaran Capaian Indikator Pelatihan Teknis dan Fungsional Terakreditasi Berdasarkan Unit Pelaksana Pelatihan
Dalam pelaksanaannya tahun 2019, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi
diantaranya sebagai berikut :
1) Kebijakan perubahan jenis pelatihan mengakibatkan perlu adanya revisi yang
mengakibatkan pelaksanaan pelatihan tertunda menunggu revisi terbit atau adanya
perubahan jenis pelatihan;
2) Dinas Kesehatan Provinsi mempunyai program sendiri yang harus dijalankan sehingga
melaksanakan program provinsi terlebih dahulu;
3) Adanya revisi target pelatihan yang membutuhkan proses sehingga pelaksanaan pelatihan
baru selesai menjelang akhir tahun;
4) Pelaksanaan pelatihan berbarengan dengan pelaksanaan akreditasi puskesmas sehingga
ada beberapa peserta yang tidak dapat mengikuti pelatihan;
No. Jenis Pelatihan Jumlah
1 Teknis Fungsional Kesehatan 5.556
2 Teknis Manajemen Kesehatan 12.865
3 Teknis Profesi Kesehatan 19.018
4 Teknis Upaya Kesehatan 32.175
TOTAL 69.614
No. Penyelenggara Pelatihan (Pelatihan Teknis dan Fungsional bagi SDM
Kesehatan)
1 BBPK dan Bapelkes 14.591
2 Dinkes Provinsi (dana dekonsentrasi) 12.678
3 Unit Program Kementerian Kesehatan 23.946
4 Swasta 18.399
TOTAL 66.614
100
Sebagai upaya memastikan bahwa penyelenggaraan pelatihan sesuai dengan mutu dan
strandar yang telah ditetapkan dan sesuai dengan komponen akreditasi pelatihan, maka
dilakukan monitoring dan evaluasi pelatihan, untuk pelatihan yang diselenggarakan oleh unit
program, swasta, rumah sakit ataupun provinsi dengan dana dekonsentrasi. Evaluasi pasca
pelatihan dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana manfaat pelatihan yang telah
diselenggarakan.
2. Jumlah SDM Kesehatan Penerima Bantuan Pendidikan Berkelanjutan
Pendidikan berkelanjutan SDM Kesehatan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan
mutu SDM Kesehatan. Tujuan dari pendidikan berkelanjutan SDM Kesehatan adalah
meningkatnya mutu dan profesionalisme tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pembangunan dan pelayanan kesehatan. Program tugas belajar (tubel) Kementerian Kesehatan
diselenggarakan dalam rangka menyediakan SDM Kesehatan yang mempunyai kompetensi
yang dibutuhkan oleh pembangunan dan pelayanan kesehatan.
Gambar 3.12 Peserta Program Tugas Belajar
Jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan berasal dari peserta lama
(aktif) dan peserta baru. Peserta lama adalah peserta penerima bantuan 100ntegrase100
berkelanjutan yang belum menyelesaikan pendidikan dan masih mendapatkan bantuan
100ntegrase100 dari Kementerian Kesehatan. Sedangkan peserta baru adalah peserta
101
penerima bantuan pendidikan tugas belajar SDM Kesehatan tahun 2019 yang ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan. Pada tahun 2019, jumlah SDM Kesehatan
penerima bantuan 101ntegrase101 berkelanjutan tercapai 3.308 orang atau 114,07% dari
target sebesar 2.900 orang. Perhitungan capaian kinerja sebanyak 3.308 orang tersebut terdiri
dari peserta lama sebanyak 2.801 orang dan peserta baru reguler sebanyak 466 orang dan
peserta baru dari pasca Nusantara Sehat sebanyak 41 orang, hal ini berdasarkan SK penetapan
oleh Menteri Kesehatan tahun 2019.
Beberapa permasalahan yang dihadapi pada pelaksanaan kegiatan tahun 2019 adalah sebagai
berikut :
1) Rendahnya Tingkat kelulusan akademik calon peserta tubel SDM Kesehatan.
2) Perencanaan kebutuhan tubel SDMK di satker pengusul belum diselenggarakan secara
online, sehingga mengakibatkan kebutuhan tubel SDMK dengan peminatan program
studi sering berubah-ubah atau tidak konsisten.
3) Belum terintegrasinya perencanaan kebutuhan tubel SDMK di satuan kerja.
Upaya yang telah dan akan dilakukan badan PPSDM Kesehatan diantaranya adalah :
1) Memberikan informasi secara luas terkait rekrutmen tubel SDMK melalui SE Badan
PPSDMK kepada Dinkes Prov, Dinkes Kab/Kota dan UPT melalui media 101ntegr.
2) Dibangunnya aplikasi perencanaan tubel SDM Kesehatan scr online yang diintegrasikan
dgn perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan di Satuan Kerja. Menginformasikan
persyaratan sebagai peserta tugas belajar SDMK melalui Surat Edaran secara detail dan
jelas.
3) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penempatan paska tugas belajar di unit
kerjanya sesuai dengan perjanjian pada saat akan mengikuti tugas belajar.
3. Jumlah Peserta Penerima Bantuan Pendidikan Profesi Kesehatan
Bantuan pendidikan profesi kesehatan merupakan bantuan pendidikan dokter
spesialis/dokter gigi spesialis diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan spesialistik di tanah air.
102
Capaian indikator jumlah peserta penerima bantuan pendidikan profesi kesehatan tahun
2019 sebesar 88,62% atau sebanyak 2.570 orang dari target 2.900 orang. Capaian kinerja
sebanyak 2.570 orang tersebut, berasal dari peserta PPDS/PDGS lama/lanjutan Angkatan X-
XXI sebanyak 2.250 orang dan peserta PPDS/PDGS baru berasal dari Angkatan XXII tahun
2019 sebanyak 152 orang, peserta PPDS/PDGS baru berasal dari Angkatan XXIII tahun 2019
sebanyak 158 orang dan peserta PPDS/PDGS baru berasal dari pasca penugasan Nusantara
Sehat sebanyak 10 orang.
Gambar 3. 13 Peserta Program Bantuan PPDS
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan sekunder dan tersier di Rumah Sakit Rujukan
Nasional, Rumah Sakit Rujukan Provinsi dan Rumah Sakit Rujukan Regional dibutuhkan
tenaga dokter sub spesialis sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan. Untuk memenuhi
kebutuhan dokter sub spesialis tersebut, diperlukan pendidikan dokter sub spesialis yang
saat ini masih terbatas di Indonesia yakni hanya diselenggarakan di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dan Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
Selain itu untuk menyelesaikan pendidikan dokter sub spesialis membutuhkan waktu cukup
lama. Oleh sebab itu diperlukan pemenuhan kompetensi dokter spesialis melalui
fellowship. Fellowship merupakan upaya pemenuhan kompetensi dokter spesialis yang
103
diselenggarakan di Rumah Sakit tipe A dalam jangka waktu 6 bulan sampai 1 tahun oleh
Kolegium dan Organisasi Profesi terkait.
Permasalahan yang dihadapi selama tahun 2019 dirangkum sebagai berikut :
1) Masih rendahnya jumlah peserta bantuan PPDS/PPDGS yang berasal dari daerah terpencil,
perbatasan dan kepulauan (DTPK), dan rendahnya tingkat kelulusan seleksi akademik
calon peserta PPDS/PPDGS dari wilayah timur Indonesia.
2) Kurangnya dukungan Pemerintah Daerah dalam penyiapan sarana prasarana di rumah
sakit untuk penempatan kembali dokter spesialis dan tidak adanya formasi serta insentif
bagi lulusan PPDS/PPDGS non PNS.
3) Rendahnya kepatuhan dokter spesialis/dokter gigi spesialis untuk ditempatkan di DTPK
atau daerah yang kurang diminati.
4) Masih kurangnya kecukupan jumlah dokter spesialis sesuai dengan jenis klasifikasi
Rumah Sakit.
Upaya yang telah dan akan dilakukan oleh Badan PPSDM Kesehatan dalam mengatasi
permasalahan adalah sebagai berikut :
1) Akan diselenggarakannya peningkatan kemampuan calon peserta PPDS/PPDGS dari
DTPK (Papua dan Papua Barat) melalui program pemantapan/peningkatan kompetensi
bagi calon peserta PPDS/PPDGS
2) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap lokasi penempatan dokter spesialis pasca
tugas belajar di unit kerja penempatan dan melakukan advokasi utnuk peningkatan
dukungan pemerintah daerah dalam menyiapkan sarana, prasarana dan intensif bagi
dokter spesialis yang ditempatkan di daerahnya.
3) Memperkuat regulasi dan perjanjian kerja sama sebelum calon PPDS/PPDGS diberikan
beasiswa bantuan pendidikan PPDS/PPDGS.
4) Berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah dalam hal regulasi penyiapan sarana dan
prasarana di rumah sakit untuk penempatan lulusan PPDS/PPDGS.
5) Berkoordinasi dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi dalam rangka meningkatkan jenjang karir bagi lulusan PPDS/PPDGS non PNS dan
mempercepat proses status kepegawaian menjadi PNS.
104
4. Jumlah Tenaga Kesehatan Yang Belum D-III Penerima Program Bantuan
Pendidikan
Program bantuan pendidikan bagi tenaga kesehatan yang belum DIII, merupakan
program yang dijalankan Poltekkes Kemenkes dalam rangka menghasilkan tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi yang professional.
Gambar 3.14 Lulusan Poltekkes Kemenkes Papua
Tahun 2019 merupakan tahun ketiga dari pelaksanaan program bantuan biaya 104ntegrase104
bagi tenaga kesehatan yang belum D-III. Pada tahun 2017 telah tercapai 15.388 orang (95.04 %)
dari target 16.190 orang, dan di tahun 2018 ini telah tercapai sebanyak 28.390k) orang (92.72
%) dari target 30.620k) orang, sedangkan di tahun 2019 ini telah tercapai sebanyak 34.628 k)
orang (91,56%) dari target 37.819 k) orang.
Permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan tahun 2019, dikarenakan jumlah calon
peserta yang belum D-III disebabkan karena meninggal, sudah melanjutkan pendidikan secara
mandiri dan tidak berminat melanjutkan pendidikan. Serta adanya peserta yang
mengundurkan diri pada saat assessment maupun setelah assessment atau tidak melakukan
pendaftaran ulang.
105
Upaya yang sudah dilakukan dalam mengatasi permasalahan adalah :
1) Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi terkait kuota yang sudah
ditetapkan. Namun pada kenyataannya jumlah peserta yang mengikuti assessment tidak
sesuai kuota.
2) Penggantian peserta yang tidak mengikuti assessment tidak dimungkinkan karena proses
pembelajaran sudah dimulai. Selain itu tahun 2020 merupakan akhir dari pelaksanaan
program bantuan pendidikan bagi tenaga kesehatan yang belum D-III sehingga tindak
lanjut yang dilakukan melakukan pembayaran untuk peserta semester II dan
mengupayakan agar jumlah peserta program percepatan tahun 2019 – 2020 tidak
berkurang, serta mengingatkan Poltekkes Kemenkes untuk merealisasikan anggaran
sebelum maasiswa tahun anggaran 2019 -2020 dinyatakan lulus selesai pendidikan.
106
Pencapaian Nilai Kinerja Badan PPSDM Kesehatan juga dapat dilihat pada nilai kinerja Sistem
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu Kementerian Keuangan (SMART DJA Kemenkeu). Nilai
Kinerja SMART DJA Badan PPSDM Kesehatan dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar Nilai Kinerja SMART DJA Badan PPSDM Kesehatan
Nilai kinerja SMART DJA Badan PPSDM Kesehatan sebesar 92,4,83%. Pasca Penetapan PMK No.
214/PMK.02/2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan RKA-
K/L, aplikasi ini menghitung nilai kinerja secara keseluruhan berdasarkan perhitungan
geometris dengan berdasarkan : 1) Capaian keluaran program, 2) Penyerapan anggaran, 3)
Konsistensi penyerapan anggaran terhadap perencanaan, 4) Efesiensi, 5) Sasaran Program, dan
6) Rata-rata nilai satker.
107
Serapan Anggaran Badan PPSDM Kesehatan Tahun 2019
Dalam mendukung pencapain indikator tahun 2019 Badan PSPDM Kesehatan terdapat 7
kegiatan yang masing-masing dilaksanakan oleh unit eselon II di lingkungan Badan PPSDM
Kesehatan. Tujuh kegiatan ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.8. Alokasi, Realisasi Anggaran Per Kegiatan Tahun 2019
Kegiatan Pagu Realisasi %
1) Peningkatan Mutu SDM Kesehatan 280.312.718.000 253.953.681.535 90,60
2) Pelatihan SDM Kesehatan 260.212.945.000 240.263.879.880 92,33
3) Pendidikan SDM Kesehatan 93.868.493.000 84.409.861.775 89,92
4) Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan
153.612.544.000 127.143.674.911 82,77
5) Dukungan Manaemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program PPSDM Kesehatan
1.932.512.747.000 1.825.086.919.888 94,44
6) Pembinaan dan Pengelolaan Pendidikan Tinggi
1.351.054.700.000 1.215.173.275.879 89,94
7) Pelaksanaan Insternship Tenaga Kesehatan 660.148.202.000 623.982.460.116 94,52
Jumlah 4.759.014.792.000 4.396.391.014.453 92,38
SMART DJA, 21 Januari 2020
Akuntabilitas Keuangan
108
Tahun 2019 menjadi tahun yang optimal dalam serapan anggaran, dimana pada tahun
tersebut Badan PPSDM Kesehatan dapat menyerap anggaran secara signifikan meningkat
dibandingkan 4 (empat) tahun sebelumnya. Trend kenaikan realisasi anggaran per tahun
dari tahun 2015-2019 dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :
Grafik 3.4 Realisasi Anggaran Badan PPSDM Kesehatan 2015-2019
Meningkatnya serapan anggaran pada tahun 2019 jika dilihat per belanja terdapat pada
belanja barang dan belanja pegawai yang serapannya pada tahun 2019 sangat optimal.
Grafik 3.5 Realisasi Anggaran Badan PPSDM Kesehatan Per Belanja 2015-2019
109
Dari keseluruhan alokasi anggaran yang diperoleh Badan PPSDM Kesehatan TA 2019
dimanfaatkan untuk mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran program
pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan, yang apabila
anggaran tersebut dirinci berdasarkan indikator dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.9. Alokasi, Realisasi Anggaran Per Indikator
Kegiatan Pagu (Rp) Realisasi (Rp) %
1. Jumlah Puskesmas yang minimal
memiliki 5 jenis tenaga kesehatan 813.760.746.000 751.126.135.027 92,30
2. Persentase RS Kabupaten/kora kelas C
yang memiliki 4 dokter spesialis dasar
dan 3 dokter spesialis penunjang
307.605.161.000 280.330.942.004 91,13
3. Jumlah SDM Kesehatan yang
ditingkatkan kompetensinya 3.637.648.885.000 3.364.933.937.422 92,50
Jumlah 4.759.014.792.000 4.396.391.014.453 92,38
Dapat dijabarkan bahwa alokasi anggaran yang mendukung program pengembangan dan
pemberdayaan SDM Kesehatan yang diperjanjikan tahun 2019 sesuai DIPA awal adalah sebesar
Rp.4.320.688.417.000,-. Selama pelaksanaan program terdapat tambahan pagu yang
bersumber dari PNBP dan BLU pada Satker dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Badan
PSDM Kesehatan, sehingga alokasi pagu menjadi Rp.4.759.014.792.000,- .
Pada tahun anggaran 2019 terdapat revisi anggaran antar unit utama di lingkungan
Kementerian Kesehatan berdasarkan surat Sekretaris Jenderal Kemenkes RI nomor SP DIPA-
024.12-0/2019 tanggal 5 Desember 2108 perihal : Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (SP-DIPA) Induk Tahun Anggaran 2019, kemudian pada bulan Oktober 2019 ada
penambahan pagu berdasarkan PER-4/ PB/ 2019 Perihal : Teknis Revisi Anggaran yang menjadi
kewenangan Dirjen Perbendaharaan tahun 2019 lampiran X-XVI sehingga pagu Badan PPSDM
Kesehatan TA 2019 menjadi sebesar Rp4.759.014.792.000,- .
110
Disamping itu keberhasilan pada tahun 2019 Badan PPSDM Kesehatan juga di dukung oleh
anggaran dekonsentrasi yang serapannya juga meningkat dari tahun sebelumnya yakni sebesar
92,74% atau Rp 123.072.719.294,- dari pagu Rp. 123.072.715.294,-
Tabel 3.10. Alokasi, Realisasi Anggaran Dekonsentrasi Program PPSDM Kesehatan
OUTPUT ALOKASI (Rp) REALISASI (Rp) %
1. Pelatihan Strategis Sumber Daya
Manusia Kesehatan 67.818.057.000 63.543.556.590 93,70
2. Pelatihan SDM Kesehatan 11.323.886.000 10.292.679.467 90,89
3. Perencanaan Kebutuhan SDM
Kesehatan 14.089.088.000 13.058.280.325 92,68
4. Data dan Informasi Tenaga Kesehatan
di Seluruh Provinsi 21.748.843.000 20.372.594.768 93,67
5. Layanan Dukungan Manajemen Satker 17.723.504.000 15.805.604.144 89,18
TOTAL DEKONSENTRASI 132.703.378.000 123.072.715.294 92,74
Pelaksanaan dekonsentrasi program PPSDM Kesehatan selama 5 (lima) tahun dari tahun 2015-
2019 dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
78
Grafik 3.6 Realisasi Anggaran Dekonsentrasi Program PPSDM Kesehatan 2015-2019
113
Salah satu unsur penting yang mempengaruhi kinerja suatu organisasi adalah sumber daya
manusia. Agar organisasi memiliki kinerja yang baik, dibutuhkan SDM yang cukup secara jumlah
serta berkompeten dan berkualitas. Hingga akhir tahun 2019 jumlah pegawai negeri sipil yang
bekerja di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan berjumlah 9.452 orang. Pegawai ini tersebar di
Kantor Pusat dan seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan PPSDM Kesehatan. Rincian jumlah
pegawai negeri sipil di lingkungan Badan PPSDM Kesehatan dapat dilihat pada grafik sebagai
berikut :
Grafik 3.6. Jumlah PNS di Lingkungan BPPSDMK Berdasarkan Jabatan Tahun 2019
Jumlah pegawai dengan jabatan pelaksana lebih besar 56% atau sebanyak 5.330 orang dari
keseluruhan pegawai sebanyak 9.452 orang, jabatan fungsional 41% atau sebanyak 3.884
orang, dan jabatan struktural sebesar 3% atau 238 orang.
SUMBER DAYA MANUSIA
113
Jumlah Pegawai Badan PPSDM Kesehatan berdasarkan golongan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.14. Jumlah PNS Di Lingkungan BPPSDMK Berdasarkan Golongan
Per Unit Kerja Tahun 2019
Unit Kerja Golongan Total
IV III II I
1. Sekretariat Badan PPSDMK 21 86 11 2 120
2. Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDMK
14 50 6 0 70
3. Pusat Pendidikan SDMK 11 49 5 0 65
4. Pusat Pelatihan SDMK 15 56 9 1 81
5. Pusat Peningkatan Mutu SDMK 14 40 2 1 57
6. Sekretariat KTKI 4 11 0 0 15
7. BBPK dan Bapelkes Nasional 95 273 90 15 473
8. Poltekkes Kemenkes 1253 6156 1021 141 8571
Total 1427 6721 1144 160 9452
Sedangkan pegawai Badan PPSDM Kesehatan berdasarkan pendidikan per unit kerja dapat
dilihat sebagai berikut :
Tabel 3.15. Jumlah PNS Di Lingkungan BPPSDMK Berdasarkan Pendidikan
Per Unit Kerja Tahun 2019
Unit Kerja Pendidikan
S3 S2 Sp 1/2A.V S1 D IV D III D II D I SMA SMP SD JUMLAH
1. Sekretariat Badan PPSDMK 0 43 0 41 1 17 0 0 16 1 1 120
2. Pusat Perencanaan dan PendayagunaanSDMK
2 32 1 23 0 4 0 0 8 0 0 70
3. Pusat Pendidikan SDMK 0 27 0 20 1 2 0 0 15 0 0 65
4. Pusat Pelatihan SDMK 0 29 0 26 0 2 0 0 23 1 0 81
5. Pusat Peningkatan Mutu SDMK
0 30 0 18 1 5 0 0 2 0 1 57
6. Sekretariat KTKI 0 9 0 5 0 1 0 0 0 0 0 15
7. BBPK dan Bapelkes Nasional 2 174 0 118 14 28 0 0 103 15 19 473
8. Poltekkes Kemenkes 231 4595 34 1374 454 534 7 23 1079 145 95 8571
Total 235 4939 35 1625 471 593 7 23 1246 162 116 9452
114
Bab 4 Penutup
115
Pencapaian kinerja Badan PPSDM Kesehatan melalui indikator-indikatornya sudah
menggambarkan banyak peningkatan dan keberhasilan, walaupun pada lima tahun ke depan
Badan PPSDM harus lebih progresif sebagai unit pendukung yang siap untuk menjadi salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan program-program pembangunan kesehatan. Pada tahun
2019 secara keseluruhan persentase capaian kinerja rata- rata 125,63% atau On Track artinya
sejalan dengan apa yang direncanakan. Walaupun ada indikator yang belum mencapai target
100% yakni capaian 4.485 atau tercapai 80,08% dengan status capaian KUNING pada indikator
kesatu : Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan.
Peningkatkan kapasitas SDM Kesehatan yang kompeten sangat diperlukan dalam
menyelesaikan masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, saat ini
yang dituntut bukan sekedar penyediaan sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang merata
namun SDM kesehatan yang mampu dan kompeten dalam merespon cepat terhadap
permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat. Capaian kinerja program PPSDM Kesehatan
jika dibandingkan dengan target selama RPJMN tahun 2015-2019, maka persentase rata-rata
keseluruhan capaian dari 3 indikator program PPSDM Kesehatan ini telah tercapai 125,63%,
yang menggambarkan bahwa program PPSDM Kesehatan selama tahun 2015-2019 berjalan
dengan baik.
Belum tercapainya 100% pencapaian IKU kesatu merupakan upaya Pusat dan Daerah yang
sampai saat ini program pemenuhan dan pemerataan tenaga kesehatan masih merupakan
upaya Pusat yang menjadi tugas dan fungsi Badan PPSDM Kesehatan melalui Program
Nusantara Sehat. Permasalahan utama pelaksanaan program ini diantaranya dikarenakan
minat beberapa jenis tenaga kesehatan untuk mengikuti penugasan khusus tenaga kesehatan
baik tim dan individu yang masih kurang, tingkat kelulusan calon peserta masih rendah, dan
tidak optimalnya komitmen daerah. Oleh karena itu Badan PPSDM Kesehatan mengajak peran
serta pemerintah daerah dalam pemenuhan tenaga kesehatan, khususnya di Puskesmas.
116
Dengan berakhirnya periode RPJMN tahun 2015 - 2019, sekaligus memasuki tahapan ke IV
RPJMN yang tentu saja diwarnai dengan kebijakan strategis yang lebih menantang. Badan
PPSDM Kesehatan mengangkat isu strategis yaitu pemenuhan kebutuhan dan peningkatan
kualitas SDM Kesehatan dalam mendukung suksesnya program-program prioritas untuk
peningkatan akses pelayanan Kesehatan yang membutuhkan kerjasama, singkronisasi, serta
sinergis berkomitmen dalam pemenuhan dan pemerataan tenaga kesehatan antara pemangku
kepentingan di setiap tingkat adminsitrasi baik pemerintah Pusat dan Daerah.
Oleh karena upaya nyata Badan PPSDM Kesehatan dalam rangka pemenuhan tenaga kesehatan
di pelayanan kesehatan adalah menyelenggarakan program pendayagunaan lulusan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan tahun 2019 ini dan
tahun yang akan datang.
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
PROGRAM PPSDM KESEHATAN TAHUN 2019
NO SASARAN INDIKATOR RENSTRA
TARGET CAPAIAN % CAPAIAN
1 Meningkatnya Jumlah, Jenis, Kualitas dan Pemerataan Tenaga Kesehatan
Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis tenaga kesehatan
5.600 4.485 80,08
Persentase RS Kabupaten/Kota kelas C yang memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang
60% 216/350 (62,00%)
103,33
Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan Kompetensinya
56.910 110.120 193,49
Dengan ini, menyetujui dan mengesahkan capaian Indikator Kinerja Utama
Program Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan tahun 2019. Adapun
capaian tersebut telah melalui proses pengukuran berdasarkan Revisi I Renstra
Kementerian Kesehatan Tahun 2017 Nomor HK.01.07/MENKES/422/2017 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
Jakarta, Januari 2020 Plh. Kepala Badan PPSDM Kesehatan dr. Trisa Wahjuni Putri, M.Kes NIP. 196304121989032001
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA PROGRAM PPSDM KESEHATAN TAHUN 2019
Indikator 1: Berdasarkan hasil pengolahan data dari Sistem Informasi SDM Kesehatan per Januari 2020 untuk Indikator Jumlah Puskesmas yang minimal memiliki 5 (lima) jenis tenaga kesehatan, didapatkan capaian sebagai berikut:
JENIS TENAGA KESEHATAN JUMLAH SELURUH PUSKESMAS
PUSKESMAS DENGAN KETERSEDIAAN NAKES
JUMLAH
DOKTER UMUM
10.104
1.084
DOKTER GIGI 3.901
PERAWAT 57
BIDAN 77
KEFARMASIAN 1.576
KESEHATAN MASYARAKAT 2.385
KESLING 2.243
GIZI 1.738
AHLI TEK. LAB. MEDIK 2.964
Jumlah Puskesmas memiliki 5 jenis Nakes
4.485
Dari 10.104 Puskesmas yang terdapat dalam data SI SDMK, ada 4.485 Puskesmas yang minimal memiliki 5 (lima) jenis tenaga kesehatan (tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga sanitarian, tenaga gizi dan ahli teknik laboratorium medik).
Indikator 2: Sementara untuk Indikator Persentase RS Kab/Kota Kelas C yang memiliki 4 Dokter Spesialis Dasar dan 3 Dokter Spesialis Penunjang, didapatkan capaian sebagai berikut:
NO NAMA PROV MEMENUHI BELUM MEMENUHI TOTAL 1 Aceh 7 8 15
2 Sumatera Utara 19 2 21
3 Sumatera Barat 9 6 15
4 Riau 10 1 11
5 Jambi 4 5 9
6 Sumatera Selatan 4 5 9
7 Bengkulu 3 4 7
8 Lampung 9 3 12
9 Kepulauan Bangka Belitung 3 4 7
10 Kepulauan Riau 3 2 5
11 DKI Jakarta 1 1
12 Jawa Barat 11 3 14
13 Jawa Tengah 20 7 27
14 DI Yogyakarta 3 1 4
15 Jawa Timur 20 5 25
16 Banten 2 2 4
17 Bali 2 1 3
18 Nusa Tenggara Barat 8 2 10
19 Nusa Tenggara Timur 5 12 17
20 Kalimantan Barat 6 6 12
21 Kalimantan Tengah 4 8 12
22 Kalimantan Selatan 8 3 11
23 Kalimantan Timur 5 4 9
24 Kalimantan Utara 3 1 4
25 Sulawesi Utara 5 5 10
26 Sulawesi Tengah 7 5 12
27 Sulawesi Selatan 14 8 22
28 Sulawesi Tenggara 5 4 9
29 Gorontalo 2 3 5
30 Sulawesi Barat 3 1 4
31 Maluku - 5 5
32 Maluku Utara 2 3 5
33 Papua Barat 2 4 6
34 Papua 7 1 8
Total 216 134 350
Dari 350 RS Kab/Kota kelas C yang memiliki 4 Dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang sebanyak 216 RS, yang belum memenuhi sebanyak 134 RS.
Indikator 3: Jumlah SDM Kesehatan yang ditingkatkan kompetensinya, capaian sebesar 110.120 orang. Capaian indikator ini diperoleh dari 4 (empat) komposit indikator sebagai berikut:
No Indikator Capaian Eselon II Terkait
1. Jumlah tenaga Kesehatan yang belum D-III penerima program bantuan biaya pendidikan.
34.628 Pusat Pendidikan SDMK
2. Jumlah SDM Kesehatan penerima bantuan pendidikan berkelanjutan (orang)
3.308 Pusat Peningkatan Mutu SDMk
3. Jumlah peserta penerma bantuan pendidikan profesi kesehatan
2.570 Pusat Peningkatan Mutu SDMK
4. Jumlah SDM Kesehatan yang mendapat sertifikat pada pelatihan teknis dan fungsional terakreditasi.
69.614 Pusat Pelatihan SDMK
Jumlah 110.120
Scanned by CamScanner
1 DKI JAKARTA Dokumen 274,494,000 273,343,000 1 1 100
2 JAWA BARAT Dokumen 492,030,000 467,365,000 2 2 100
3 JAWA TENGAH Dokumen 616,284,000 522,361,200 1 1 100
4 YOKYAKARTA Dokumen 203,652,000 188,735,800 1 1 100
5 JATIM Dokumen 999,760,000 906,633,760 1 1 100
6 ACEH Dokumen 468,542,000 430,711,000 1 1 100
7 SUMATERA UTARA Dokumen 635,950,000 596,437,200 2 2 100
8 SUMBAR Dokumen 377,452,000 331,174,758 1 1 100
9 RIAU Dokumen 291,930,000 274,344,200 1 1 100
10 JAMBI Dokumen 329,766,000 309,136,500 1 1 100
11 SUMSEL Dokumen 617,398,000 596,855,100 1 1 100
12 LAMPUNG Dokumen 310,928,000 307,503,400 1 1 100
13 KALBAR Dokumen 330,860,000 250,771,846 1 1 100
14 KALTENG Dokumen 415,926,000 374,251,400 1 1 100
15 KALSEL Dokumen 334,742,000 303,281,000 1 1 100
16 KALTIM Dokumen 275,513,000 267,469,400 1 1 100
17 SULWESI UTARA Dokumen 379,530,000 375,453,900 1 1 100
18 SULAWESI TENGAH Dokumen 318,288,000 303,524,200 1 1 100
19 SULAWESI SELATAN Dokumen 617,398,000 596,855,100 1 1 100
20 SULAWSI TENGGARA Dokumen 391,408,000 340,943,597 1 1 100
21 MALUKU Dokumen 358,864,000 293,264,250 1 1 100
22 BALI Dokumen 370,858,000 347,569,750 1 1 100
23 NTB Dokumen 286,628,000 274,825,600 1 1 100
24 NTT Dokumen 482,438,000 439,544,130 1 1 100
25 PAPUA Dokumen 1,190,552,000 1,177,693,766 1 1 100
26 BENGKULU Dokumen 304,870,000 304,210,000 1 1 100
27 MALUKU UTAA Dokumen 331,535,000 301,313,000 1 1 100
28 BANTEN Dokumen 267,322,000 231,478,500 1 1 100
29 BANGKABELITUNG Dokumen 262,668,000 245,380,850 1 1 100
30 GORONTALO Dokumen 322,994,000 309,705,400 1 1 100
31 KEPULAUAN RIAU Dokumen 214,418,000 205,875,300 1 1 100
32 PAPUA BARAT Dokumen 564,560,000 563,795,000 1 1 100
33 SULAWESI BARAT Dokumen 225,364,000 202,151,600 1 1 100
34 KALTARA Dokumen 224,166,000 144,321,818 1 1 100
14,089,088,000 13,058,280,325 36 36 100
Pagu RealisasiTarget
RVK
Realisasi
RVK %
TOTAL
DEKONSENTRASI PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDM KESEHATAN
Capaian Output 2078.601 Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan (Dokumen)
NODINAS KEEHATAN
PROVINSISATUAN
1 DKI JAKARTA Orang 792,768,000 629,619,600 132 120 90.91
2 JAWA BARAT Orang 2,410,168,000 2,225,810,343 600 600 100.00
3 JATENG Orang 2,547,795,000 2,501,595,700 690 715 103.62
4 YOKYAKARTA Orang 814,635,000 736,073,050 121 121 100.00
5 JATIM Orang 3,504,724,000 3,388,009,350 868 865 99.65
6 ACEH Orang 1,971,352,000 1,738,075,100 450 450 100.00
7 SUMATERA UTARA Orang 649,932,000 539,695,000 90 76 84.44
8 SUMATERA BARAT Orang 1,639,870,000 1,556,458,400 440 440 100.00
9 RIAU Orang 1,725,960,000 1,562,336,600 330 330 100.00
10 JAMBI Orang 1,191,881,000 1,084,377,000 240 240 100.00
11 SUMSEL Orang 2,278,802,000 2,090,950,400 570 564 98.95
12 LAMPUNG Orang 1,993,323,000 1,847,907,300 475 475 100.00
13 KALBAR Orang 2,026,770,000 1,823,720,750 390 390 100.00
14 KALTENG Orang 2,019,964,000 1,964,225,400 430 430 100.00
15 KALSEL Orang 726,423,000 593,300,000 90 90 100.00
16 KALTIM Orang 1,764,137,000 1,646,408,500 289 289 100.00
17 SULAWESI UTARA Orang 1,380,374,000 1,330,131,900 230 230 100.00
18 SULAWES TENGAH Orang 1,296,031,000 1,293,302,526 194 194 100.00
19 SULAWESI SELATAN Orang 2,278,802,000 2,090,950,400 570 564 98.95
20 SULAWESI TENGGARA Orang 3,438,897,000 3,321,525,746 660 656 99.39
21 MALUKU Orang 2,838,122,000 2,674,110,450 410 408 99.51
22 BALI Orang 589,183,000 548,883,350 115 115 100.00
23 NTB Orang 475,180,000 448,944,200 60 60 100.00
24 NTT Orang 2,176,910,000 2,065,667,500 370 370 100.00
25 PAPUA Orang 7,944,187,000 7,523,959,873 780 712 91.28
26 BENGKULU Orang 2,482,644,000 2,347,758,400 480 480 100.00
27 MALUKU UTARA Orang 1,133,537,000 1,122,303,050 100 100 100.00
28 BANTEN Orang 2,430,410,000 2,041,718,000 340 298 87.65
29 BANGKA BELITUNG Orang 185,036,000 160,243,200 30 30 100.00
30 GORONTALO Orang 1,080,822,000 1,072,226,930 95 95 100.00
31 KEPUALAUAN RIAU Orang 932,291,000 888,247,400 110 104 94.55
32 PAPUA BARAT Orang 5,940,434,000 5,939,667,100 518 458 88.42
33 SULAWESI BARAT Orang 1,574,376,000 1,423,313,073 151 149 98.68
66,235,740,000 62,221,515,591 11,418 11,218 98.248
Pagu Realisasi Target
RVK
Realisasi
RVK%
TOTAL
DEKONSENTRASI PELATIHAN SDM KESEHATAN
Capaian Output 2076. 503 Pelatihan Strategis Sumber Daya Manusia Kesehatan
NODINAS KESEHATAN
PROVINSISatuan
1 DKI JAKARTA Orang 129,009,000 101,004,400 34 30 88.24
2 JAWA BARAT Orang 98,481,000 88,355,000 30 30 100.00
3 JATENG Orang 116,714,000 97,304,660 30 30 100.00
4 YOKYAKARTA Orang 96,894,000 81,421,600 30 30 100.00
5 JATIM Orang 128,853,000 114,952,000 30 30 100.00
6 ACEH Orang 139,260,000 112,110,000 30 30 100.00
7 SUMATERA UTARA Orang 221,562,000 196,260,000 60 58 96.67
8 SUMATERA BARAT Orang 110,377,000 87,965,000 35 30 85.71
9 RIAU Orang 130,059,000 116,523,600 30 30 100.00
10 JAMBI Orang 103,224,000 93,697,500 30 30 100.00
11 SUMSEL Orang 121,792,000 107,468,000 30 30 100.00
12 LAMPUNG Orang 513,024,000 498,994,850 120 120 100.00
13 KALBAR Orang 125,563,000 109,834,200 30 30 100.00
14 KALTENG Orang 145,231,000 134,528,000 30 30 100.00
15 KALSEL Orang 127,573,000 108,398,000 30 30 100.00
16 KALTIM Orang 125,554,000 110,046,000 30 30 100.00
17 SULAWESI UTARA Orang 144,418,000 137,120,000 30 90 300.00
18 SULAWES TENGAH Orang 929,663,000 745,669,500 180 180 100.00
19 SULAWESI SELATAN Orang 121,792,000 107,468,000 30 30 100.00
Orang 119,915,000 100,458,000 30 30 100.00
Orang 3,438,897,000 3,321,525,746 660 656 99.39
21 MALUKU Orang 187,146,000 165,105,900 30 29 96.67
22 BALI Orang 132,734,000 113,819,900 35 30 85.71
23 NTB Orang 648,536,000 605,558,900 120 120 100.00
24 NTT Orang 177,443,000 136,438,700 30 31 103.33
25 PAPUA Orang 295,093,000 248,806,085 30 25 83.33
26 BENGKULU Orang 134,296,000 126,292,250 30 30 100.00
27 MALUKU UTARA Orang 282,620,000 267,726,200 30 30 100.00
28 BANTEN Orang 203,630,000 183,186,000 30 30 100.00
29 BANGKA BELITUNG Orang 139,444,000 125,322,950 30 30 100.00
30 GORONTALO Orang 200,775,000 198,194,500 30 30 100.00
31 KEPUALAUAN RIAU Orang 182,165,000 174,671,400 30 30 100.00
32 PAPUA BARAT Orang 373,589,000 372,869,000 32 32 100.00
33 SULAWESI BARAT Orang 696,580,000 652,959,015 120 118 98.33
34 KALIMANTAN UTARA Orang 481,980,000 350,624,611 66 42 63.64
11,323,886,000 10,292,679,467 2,182 2,191 100.41
DEKONSENTRASI PELATIHAN SDM KESEHATAN
Capaian Output 2076. 501 Pelatihan SDM Kesehatan
NODINAS KESEHATAN
PROVINSISatuan Pagu Realisasi
Target
RVK
Realisasi
RVK%
20 SULAWESI TENGGARA
TOTAL
1 DKI JAKARTA Dokumen 358,014,000 347,550,800 1 1 100
2 JAWA BARAT Dokumen 1,180,510,000 1,174,033,000 1 1 100
3 JAWA TENGAH Dokumen 1,316,360,000 1,246,436,700 1 1 100
4 YOKYAKARTA Dokumen 255,050,000 230,760,000 1 1 100
5 JATIM Dokumen 1,451,773,000 1,327,975,404 1 1 100
6 ACEH Dokumen 837,152,000 640,938,400 1 1 100
7 SUMATERA UTARA Dokumen 1,133,590,000 1,112,733,900 1 1 100
8 SUMBAR Dokumen 678,270,000 662,762,000 1 1 100
9 RIAU Dokumen 458,757,000 376,303,000 1 1 100
10 JAMBI Dokumen 426,875,000 406,684,000 1 1 100
11 SUMSEL Dokumen 951,015,000 912,390,900 1 1 100
12 LAMPUNG Dokumen 575,001,000 573,560,000 1 1 100
13 KALBAR Dokumen 538,989,000 463,274,200 1 1 100
14 KALTENG Dokumen 546,962,000 532,569,680 1 1 100
15 KALSEL Dokumen 514,296,000 466,021,000 1 1 100
16 KALTIM Dokumen 456,245,000 439,187,900 1 1 100
17 SULAWESI UTARA Dokumen 624,284,000 623,179,000 1 1 100
18 SULAWESI TENGAH Dokumen 510,191,000 505,823,500 1 1 100
19 SULAWESI SELATAN Dokumen 951,015,000 912,390,900 1 1 100
20 SULAWESI TENGGARA Dokumen 716,645,000 682,903,600 1 1 100
21 MALUKU Dokumen 469,923,000 406,538,850 1 1 100
22 BALI Dokumen 401,015,000 390,094,700 1 1 100
23 NTB Dokumen 418,940,000 409,387,000 1 1 100
24 NTT Dokumen 831,900,000 769,881,200 1 1 100
25 PAPUA Dokumen 1,684,175,000 1,664,916,534 1 1 100
26 BENGKULU Dokumen 422,170,000 421,851,000 1 1 100
27 MALUKU UTARA Dokumen 469,923,000 446,666,000 1 1 100
28 BANTEN Dokumen 373,263,000 234,178,000 1 2 200
29 BANGKA BELITUNG Dokumen 326,784,000 305,868,300 1 1 100
30 GORONTALO Dokumen 282,361,000 273,806,800 1 1 100
31 KEPULAUAN RIAU Dokumen 317,117,000 300,561,500 1 1 100
32 PAPUA BARAT Dokumen 773,440,000 765,870,000 1 2 200
33 SULAWESI BARAT Dokumen 266,028,000 260,297,000 1 1 100
34 KALTARA Dokumen 230,810,000 85,200,000 1 1 100
21,748,843,000 20,372,594,768 34 36 105.88
%
Grand Total
DEKONSENTRASI SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN
Capaian Output 2079.501 Data dan Informasi Tenaga Kesehatan di Seluruh Provinsi (Dokumen)
NO Dinas Kesehatan Provinsi Satuan Pagu RealisasiTarget
RVK
Realisasi
RVK
1 DKI JAKARTA Layanan 424,656,000 340,737,895 1 1 100
2 JAWA BARAT Layanan 442,284,000 377,226,300 1 1 100
3 JAWA TENGAH Layanan 471,208,000 396,932,900 1 1 100
4 YOKYAKARTA Layanan 480,524,000 355,682,525 1 1 100
5 JAWA TIMUR Layanan 495,286,000 440,197,000 1 1 100
6 ACEH Layanan 559,294,000 454,203,000 1 1 100
7 SUMATERA UTARA Layanan 547,460,000 478,096,600 1 1 100
8 SUMATERA BARAT Layanan 526,240,000 466,189,456 1 1 100
9 RIAU Layanan 515,422,000 479,198,716 1 1 100
10 JAMBI Layanan 500,570,000 465,931,000 1 1 100
11 SUMATERA SELATAN Layanan 523,304,000 457,320,400 1 1 100
12 LAMPUNG Layanan 485,788,000 475,611,550 1 1 100
13 KALBAR Layanan 511,094,000 387,024,730 1 1 100
14 KALTENG Layanan 514,090,000 494,334,380 1 1 100
15 KALSEL Layanan 515,070,000 416,783,200 1 1 100
16 KALTIM Layanan 529,962,000 477,122,700 1 1 100
17 SULAWESI UTARA Layanan 552,232,000 550,427,900 1 1 100
18 SULAWESI TENGAH Layanan 552,532,000 543,708,600 1 1 100
19 SULAWESI SELATAN Layanan 523,304,000 457,320,400 1 1 100
20 SULAWESI TENGARA Layanan 540,462,000 493,840,069 1 1 100
21 MALUKU Layanan 611,060,000 558,934,951 1 1 100
22 BALI Layanan 496,412,000 439,538,070 1 1 100
23 NTB Layanan 512,760,000 488,156,700 1 1 100
24 NTT Layanan 553,682,000 516,316,782 1 1 100
25 PAPUA Layanan 667,102,000 654,702,500 1 1 100
26 BENGKULU Layanan 503,624,000 499,610,650 1 1 100
27 MALUKU UTARA Layanan 570,132,000 543,107,000 1 1 100
28 BANTEN Layanan 438,624,000 264,370,650 1 1 100
29 BANGKA BELITUNG Layanan 465,966,000 412,855,400 1 1 100
30 GORONTALO Layanan 530,084,000 501,861,231 1 1 100
31 KEPULAUAN RIAU Layanan 513,432,000 463,284,100 1 1 100
32 PAPUA BARAT Layanan 621,140,000 617,792,200 1 1 100
33 SULAWESI BARAT Layanan 526,400,000 488,274,847 1 1 100
34 KALTARA Layanan 502,304,000 348,909,742 1 1 100
17,723,504,000 15,805,604,144 34 34 100
%
GRAND TOTAL
DEKONSENTRASI SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN
Capaian Output 2079.970 Layanan Dukungan Manajemen Satker
No Dinas Kesehatan Provinsi Satuan Total Pagu (Rp.) Total Realisasi (Rp.)Target
RVK
Realisas
i RVK